• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HASIL KARYA CIPTA OGOH-OGOH BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HASIL KARYA CIPTA OGOH-OGOH BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HASIL KARYA CIPTA

OGOH-OGOH

BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

I WAYAN AGUS PEBRI PARADISKA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HASIL KARYA CIPTA

OGOH-OGOH

BERDASARKAN UU 28 TAHUN 2014 TENTANG

HAK CIPTA

I WAYAN AGUS PEBRI PARADISKA NIM. 111 605 1068

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

iii

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HASIL KARYA CIPTA

OGOH-OGOH

BERDASARKAN UU NO 28 TAHUN 2014

TENTANG HAK CIPTA

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

I WAYAN AGUS PEBRI PARADISKA NIM. 111 605 1068

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(4)

iv

LembarPersetujuanPembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 25 Februari 2016

Pembimbing I

AnakAgung Sri Indrawati, SH.,MH

NIP. 195710141986012001

Pembimbing II

Ida AyuSukihana, SH.,M.H

(5)

v

SKRIPSI INI TELAH DIUJI PADA TANGGAL : 18 APRIL 2016

PanitiaPengujiSkripsi

BerdasarkanSuratKeputusanDekanFakultasHukumUniversitasUdayana Nomor : 40520/UN.14.4E/IV/PP/2016

Ketua :AnakAgung Sri Indrawati, SH.,MH ( )

Sekretaris :Ida AyuSukihana, SH.,M.H ( )

Anggota : 1. Dr. I Wayan wiryawan, SH.,MH ( )

2. Ngakan Ketut Dunia, SH.,M.Hum ( )

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas asung Kertha Wara Nugraha-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang hokum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana, sehingga judul yang dipilih dalam penulisan ini adalah “Perlindungan Hukum Terhadap hasil Karya Cipta Ogoh-Ogoh Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2014 Hentang Hak Cipta”

Adapun selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materiil. Untuk itu melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih dan rasa hormat kepada :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, S.H., M.H., Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, S.H.,M.H., Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, S.H.,M.H., Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Udayana.

4. Bapak I Wayan Suardana, S.H.,M.H., Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

(7)

vii

6. Ibu Ida Ayu Sukihana, SH.,M.H, Dosen Pembimbing I dalam penyusunan skripsi ini, beliau selalu memberikan saran serta masukan dalam perbaikans kripsii ni, guna menghasilkan skripsi yang sempurna, beliau selalu teliti, cermat serta sabar dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi.

7. Ibu Anak Agung Sri Indrawati, SH.,M.H, Pembimbing II ini yang telah memberikan petunjuk, arahan, motivasi serta meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan kuliah dan skripsi walaupun beliau sedang sibuk.

8. Bapak Dr. I Nyoman Suyatna, S.H.,M.H., Pembimbing Akademik yang telah membimbing saya dalam menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

9. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah banyak memberikan ilmu serta wawasan yang lebih kepada Penulis.

10.Seluruh Staff Laboratorium, Perpustakaan, dan Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

(8)

viii

senang, mendidik, merawat serta selalu memberinasihat dan selalu memberikan semangat agar penulis tidak putus asa, merekalah sinar dalam kehidupan penulis.

12.Sahabat-sahabat penulis dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan dukungan serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

13.Rekan-rekan fungsionaris KMFH Periode 2012/2013, KMFH Periode 2013/2014 serta fungsionaris BEMFH periode 2014/2015, sertakawan-kawan angkatan 2011, angkatan 2012, angkatan 2013 dan angkatan 2014 Fakultas Hukum Universitas Udayana yang tidak dapat disebutkans atu-persatu yang telah memberikan nuansa dan warna selama menjalani masa perkuliahan. Semoga semua budi baik beserta bantuans emua pihak Bapak / Ibu sekalian mendapat imbalan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Skripsi ini masih belum sempurna, kritik dan saran yang sifatnya membangun, penulis terima dengan tangan terbuka dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 18 April 2016

(9)

ix

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah / Penulisan Hukum / Skripsi ini terbukti merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyataan ini saya buat sebagai pertanggung jawaban ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapunj uga.

Denpasar, 18 April 2016 Yang menyatakan,

Materai 6000

(I WayanAgusPebriParadiska)

(10)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ix

HALAMAN DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 8

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 8

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

a. Tujuan Umum ... 11

b. Tujuan Khusus ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 12

a. Manfaat Teoritis... 12

(11)

xi

1.7 LandasanTeoritis ... 13

1.8 Metode Penelitian ... 17

1.8.1 Jenis Penelitian ... 17

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 17

1.8.3 Bahan hokum Data ... 17

1.8.4 Teknik Pengumpulan BahanHukum ... 19

1.8.5 Teknik Analisa Bahan Hukum ... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK CIPTA, DAN OGOH-OGOH ... 20

2.1 HakCipta ... 20

2.1.1 Pengertian Hak Cipta ... 20

2.1.2 Dasar Hukum Hak Cipta ... 24

2.1.3 Ruang Lingkup HakCipta ... 28

2.2 Ogoh-Ogoh ... 30

2.2.1 Pengertian Ogoh-Ogoh ... 30

2.2.2 Sejarah Ogoh-Ogoh ... 33

BAB III BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HASIL KARYA CIPTA OGOH-OGOH BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA. ... 37

(12)

xii

3.2 Perlindungan Hukum Karya Cipta Seni Ogoh-Ogoh Menurut

Undang-Undang No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta…. . 40

BAB IV UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM HASIL KARYA CIPTA OGOH-OGOH BERDASARKAN UU NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA. ... 46

4.1 Peran dan Fungsi Perlindungan HukumTerhadap Hasil Kreasi Ogoh-Ogoh ... 46

4.2 Usaha Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Karya Cipta Ogoh-Ogoh ... 48

4.2.1 Perlindungan Hukum Preventif. ... 48

4.2.1 Perlindungan Hukum Represif ... 49

BAB V PENUTUP ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran -Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA

(13)

xiii

ABSTRAK

Hak cipta merupakan hak yang harus dilindungi karena hak cipta ini sebagai karya yang lahir dari seseorang, maupun suatu masyarakat yang menjadi penghargaan terhadap suatu karya. Negara Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Kebudayaan tersebut diwariskan turun temurun antar generasi. Berbagai hasil karya seni budaya telah diciptakan oleh masyarakat Indonesia baik dalam bidang seni, sastra dan pengetahuan tradisional. Salah satu hasil karya seni yang terdapat di Indonesia adalah Ogoh-ogoh.Ogoh-ogoh merupakan salah satu hasil karya dalam bidang seni yang sering dijumpai khususnya di Bali. Dengan bentuknya yang besar dan menyeramkan yang dilengkapi dengan hiasan-hiasan yang menggambarkan kreatifitas masyarakat Bali. Dalam pembuatannya diperlukan pemikiran, tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini penelitian yang bersifat hukum normatif dengan jenis pendekatan berupa pendekatan perundang-undangan, pendekatan fakta, pendekatan analisis konsep hukum.

Perlindungan terhadap hak cipta di Indonesia sesuai dengan undang-undang nomor 28 tahun 2014. Yaitu dengan konsep tentang hak eklusif sebagai hak yang hakikat dan alami yang dimiliki oleh pencipta,sehingga hak eklusif itu menjadij aminan bagi setiap pencipta dalam mendapatkan perlindungan hukum, dan sesuaid engan pasal 1 ayat (1), Tidak adanya kepastian hokum bagi karya cipta yang tidak di daftarkan kelembaga karyacipta. Pengaturan ini sangat diperlukan demi memberikan upaya perlindungan hokum bagi ogoh-ogoh yang merupakan salah satu hasil karyas eni di Indonesia.

(14)

xiv

ABSTRACT

Copyright is a right that must be protected because of copyright as works born out of a person , or a society that is becoming an appreciation of a work. Indonesia is an archipelagic nation that has diverse cultures . The culture handed down between generations . Various works of art and culture has been created by the people of Indonesia both in the arts , literature and traditional knowledge . One of the works of art that are in Indonesia is Ogoh - ogoh .Ogoh -ogoh is one of the works in the field of art are often encountered , especially in Bali . With its big and scary that comes with ornaments depicting the creativity of the people of Bali . In manufacturing takes thought , effort , time and cost is not small

The method used in this research study is normative law with this type of approach in the form of law approach, the approach of the facts, the legal concept analysis approach.

Copyright protection in Indonesia in accordance with Law Number 28 of 2014. That is the concept of exclusive rights as the rights of nature and natural owned by the creator , so that the exclusive right of a guarantee for any creator in obtaining legal protection , and in accordance with article 1, paragraph ( 1 ) , absence of legal certainty for copyrighted works that are not registered for the institution of copyright works . The setting is very necessary in order to provide legal safeguards for the ogoh - ogoh is one of the works of art in Indonesia .

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna. Pada diri manusia dilengkapi dengan akal budi yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan lainnya. Dengan akal budi manusia mampu menciptakan berbagai macam kreasi dalam berbagai bidang kehidupan. Bidang kreatifitas tersebut terjadi pada bidang-bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra, teknologi dan bisnis.1

Zaman modern merupakan zaman dimana manusia dituntut untuk mengembangkan diri. Masing-masing individu memiliki tujuan-tujuan tertentu. Dalam hal ini manusia diharapkan mampu memilih dan menentukan tujuan hidupnya sendiri. Segala tujuan dan cita-cita manusia sangat dimungkinkan teraih karena topangan kapasitas manusiawinya berupa intelegensi. Karena itulah manusia disebut homo sapiens sekaligus homo faber. Sebutan pertama mewakili kemampuan manusia untuk berbahasa. Sebutan yang kedua menunjukkan kapasitas mental dan kemampuan untuk mencipta tidak hanya alat-alat praktis, teknis, tapi juga kuasa membuat kreasi-kreasi artistik. Artistik identik dengan seni, karena itulah manusia sering disebut makhluk berkesenian.

1

(16)

2

Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan budaya yang cukup banyak. Kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia baik kebudayaan lisan maupun tulisan. Keragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Berdasarkan konteks pemahaman masyarakat yang majemuk, selain kebudayaan kelompok sukubangsa, masyarakat Indonesia juga terdiri dari berbagai kebudayaan daerah bersifat kewilayahan yang merupakan pertemuan dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah tersebut. Penduduk yang berjumlah ratusan juta orang yang tersebar dipulau- pulau di Indonesia, dan juga mendiami dalam wilayah dengan kondisi geografis yang bervariasi,mulai dari pegunungan, tepian hutan, pesisir, dataran rendah, pedesaan, hingga perkotaan. Hal ini juga berkaitan dengan tingkat peradaban kelompok-kelompok sukubangsa dan masyarakat di Indonesia yang berbeda. Keberagaman tersebutlah yang kemudian menjadi alasan negara memberikan perlindungan.

(17)

3

pengetahuan tradisional dengan hasil karya intelektual yang lain bahwa satu pengetahuan tradisional merupakan suatu bentuk karya intelektual yang tumbuh dan berkembang dari dan dalam masyarakat komunal yang kemudian dalam pelestariannya dilakukan secara turun termurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.2

Pengetahuan tradisional terdapat istilah lain yang disebut sebagai tradisi budaya (folklor). Penyebutan terhadap folklor ini lebih dimaksudkan untuk penyempitan ruang lingkup suatu pengetahuan tradisional ke dalam ruang lingkup seni, sastra dan ilmu pengetahuan. Keberagaman folklor di Indonesia perlindungannya masih belum bisa di aplikasikan secara maksimal, atau dengan kata lain belum ada pengaturan yang cukup mengcover terhadap permasalahan permasalahan yang ada, khususnya yang mengatur mengenai masalah folklor secara komperehenshif. Penerapan perlindungan terhadap folklor tentu berangkat dari sebuah pemikiran bahwa hal tersebut merupakan salah satu aset yang sangat berharga bagi suatu masyarakat adat, bahkan sampai pada tingkat negara sekalipun. Oleh karena itu memang pendekatan yang digunakan sebagai upaya untuk mengembangkan sekaligus mempertahankan dan upaya pelestarian keberadaan folklor tersebut pada dasarnya dapat diberlakukan dari beberapa aspek. Salah satu upaya yang digunakan dalam hal ini tentu yang paling utama adalah pendekatan

2

(18)

4

hukum yang didasarkan pada aspek kekayaan intelektual, mengingat hal ini sudah menjadi satu konsensus.3

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual atas pengetahuan tradisional yang memuat folklor menjadi penting dilakukan karena di dasarkan pada tiga pertimbangan , yaitu : (1) Nilai ekonomi, (2) pengembangan karakter bangsa yang terdapat dalam pengetahuan tradisional (traditional knowledge) dan folklor, serta (3) pemberlakuan sistem Hak Kekayaan Intelektual yang tidak dapat dihindari lagi. Terkait dengan perlindungan folklor HKI, maka sistem HKI yang digunakan di Indonesia sebagai instrumen perlindungan terhadap folklor adalah sistem Hak Cipta. Hal ini sesuai dengan masuknya folklor dalam Undang-Undang No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta.

Terkait dengan perlindungan folklor dari perspektif HKI, maka sistem HKI yang digunakan di Indonesia sebagai instrumen perlindungan terhadap folklor ini adalah Hak Cipta. Hal ini sesuai dengan dimasukkannya folklor dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Permasalahannya adalah pemahaman Hak Cipta yang dikenal selama ini secara sederhana memang digunakan dalam upaya perlindungan hukum terhadap karya intelektual yang bersifat individualis. Hal inilah yang masih sulit diimplementasikan dalam upaya perlindungan terhadap folklor. Ada beberapa karakteristik folklor yang tidak secara lengkap dimiliki dalam rumusan Hak cipta, misalnya folklor merupakan ciptaan yang tidak mempunyai batas waktu dan selalu turun temurun tanpa melalui mekanisme

3

(19)

5

hibah dan lain sebagainya.4 Terlebih terhadap folklor sebagian lisan, yang mana tidak secara jelas tertulis dan diketahui darimana dan siapa yang menciptakannya, karena hanya dengan turun temurun disebarkan dan dilestarikan, yang kemudian menjadi kebudayaan. Salah satu aspek kajian budaya adalah yang pendekatannya dari arah sejarah. Suatu kajian sejarah kesenian dapat pula mengambil satu diantara dua macam corak, yaitu yang memusatkan perhatian pada perkembangan gaya seni secara kronologis dengan analisis rinci atas segi-segi teknik, atau mengkaji perkembangan seni dengan perhatian yang lebih rinci atas harapan-harapan dan kewenangan-kewenangan dari masyarakat.5Mempertimbangkan lingkup keseluruhan mulai dari bentuk seni prasejarah yang direka secara hipotesis sampai perkembangan terkini, seni pertunjukan Indonesia dapat dibuat tipologi berdasar tolok ukur berbeda. Pertama, didasarkan pada jumlah unsur keindahan yang disajikan; kedua, berdasarkan fungsi sosial; dan ketiga, apakah seni tersebut merupakan suatu dramatisasi atau bukan.6

Undang-Undang Dasar Indonesia memberi definisi kebudayaan nasional sebagai hal yang timbul dari akal budi dan daya upaya seluruh rakyat Indonesia ; di dalamnya mungkin terkandung keluhuran berbagai budaya daerah Indonesia, serta pengaruh budaya asing sejauh dapat meningkatkan persatuan dan keramahan bangsa

(20)

6

Indonesia. Beberapa unsur dalam kehidupan nyata dapat dikenali sebagai hal yang berkaitan dengan pembentukan budaya nasional.

Penelitian ini mengangkat satu objek seni tradisional, yaitu seni pertunjukkan ogoh. Di lingkungan umat Hindu khususnya di Bali,seni pertunjukkan Ogoh-ogoh dipahami sebagai jenis karya senipatungdalamkebudayaan Baliyang menggambarkan kepribadianBhuta Kala. Dalam ajaranHindu Dharma,Bhuta Kalamerepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa. Selain wujudRakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup diMayapada,Syurgadan Naraka, seperti:naga,gajah, Widyadari, bahkan dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, arti satu tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorangteroris. Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasiBhuta Kala, dibuat menjelang HariNyepidan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hariPangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi.

(21)

7

danBhuana Alit(diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menunjuk kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.

Karya seni tradisional dilindungi dan dipegang oleh negara. Namun belumadanya peraturan pemerintah yang khusus mengatur tentang seni tradisional tersebut menyebabkan tidak jelasnya perlindungan hukum yang akan diberikan oleh negara dan bagaimana mekanisme negara sebagai pemegang hak cipta atas karya seni tradisional.

Persoalan inilah yang kemudian menarik untuk diteliti bagi perkembangan ilmu hukum. Bagaimana kemudian negara memberikan perhatian dan perlindungan terhadap objek kajian tersebut. Sehingga berangkat dari latar belakang permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian yang menitikberatkan pada aspek normatif hukum dengan judul “Perlindungan Hukum Terhadap Hasil Karya Cipta Ogoh-Ogoh Berdasarkan UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas, maka terdapat dua permasalahan pokok yang akan dibahas, sebagai berikut.

a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap hasil karya cipta ogoh-ogohberdasarkan uu nomor 28 tahun 2014 tentang hak cipta?

(22)

8

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Dilihat dari latar belakang masalah, ruang lingkup dari penelitian ini hanya dibatasi dalam hal perlindungan dan upaya yang ditempuh terhadap hasil karya cipta ogoh-ogohberdasarkan undang-undang nomor 28 tahun2014?.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Terkait orisinalitas dari penelitian ini, penulis akan memperlihatkan skripsi terdahulu sebagai perbandingan yang pembahasannya berkaitan dengan

“Perlindungan Hukum Terhadap Karya Cipta Ogoh-ogohberdasarkan undang-undang

nomor 28 tahun 2014”, yaitu :

No Judul Penulis Rumusan Masalah

(23)
(24)

10 Pertunjukan Karya

Cipta Seni tari Bali yang Disakralkan

Hukum Universitas Udayana, Denpasar, Tahun 2009

disakralkan menurut Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta?

2. Apakah pertunjukan secara komersial terhadap tari Bali yang disakralkan merupakan suatu pelanggaran hak cipta?.

Bila dilakukan perbandingan pada penelitian skripsi pertama membahas tentang “Perlindungan Karya Cipta Seni Tari (Studi Terhadap Konsep dan Upaya

Perlindungan Hak Cipta Seni Tari di Kalangan Seniman Tari Yogyakarta”, Skripsi

kedua membahas tentang “Pelaksanaan Undang-Undang Hak Cipta Berkaitan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Karya Cipta Seni Karawitan Instrumental

Bali” dan Skripsi ketiga membahas tentang “Perlindungan Hukum Terhadap

(25)

11

1.5 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai yakni sesuai dengan rumusan masalah diatas yang dituangkan dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Adapun mengenai tujuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

a. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai bahan utama dalam menyusun karya ilmiah penulisan hukum untuk memenuhi persyaratan yang diwajibkan dalam meraih gelar kesarjanaan di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana Denpasar.

b. Untuk menambah, memperluas, mengembangkan pengetahuan dan pengalaman penulis serta pemahaman aspek hukum di dalam teori dan praktek lapangan hukum yang sangat berarti bagi penulis.

c. Untuk memberi gambaran dan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum khususnya perlindungan hukum terhadap hak cipta.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum terhadap hasil karya cipta ogoh-ogohberdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2014.

(26)

12

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian tentunya sangat diharapkan adanya manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dalam penelitian tersebut. Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk memberikan sumber pemikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya dan hukum Hak Kekayaan Intelektual pada khususnya.

b. Sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut.

c. Sebagai bahan referensi dalam hal pendalaman ilmu hukum karya cipta khususnya dalam bidang karya cipta ogoh-ogohberdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2014.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk penyusunan produk hukum kaitannya dalam perlindungan karya cipta. b. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai sumber ilmu pengetahuan dan

diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti.

(27)

13

1.7 Landasan Teoritis

Secara yuridis khususnya hak cipta diatur dalam Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang telah diganti oleh Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 disahkan pada tanggal 16 Oktober 2014. Undang-Undang ini terdiri dari 126 pasal yang berarti untuk melindungi hak ekonomi pencipta dan/atau pemilik hak cipta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta pasal 1 angka 1 menjelaskan bahwa hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang ini memberikan hak eksklusif bagi pencipta baik itu dilihat dari segi ekonomi maupun kepemilikan hak cipta tersebut. Melalui definisi tersebut dapat diketahui bahwa hak cipta yang merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual merupakan satu bagian dari benda tidak berwujud.

Hak Cipta dalam ensiklopedi ini diartikan sebagai hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan informasi tertentu. Hak cipta juga memungkinkan pemegang hak cipta untuk membatasi penggandaan tidak sah atau suatu ciptaan.

(28)

14

seorang pencipta namun juga dapat dipegang oleh kelompok orang yang berkaitan dengan ciptaan tersebut.

Salah satu bentuk apresiasi seni manusia yang terlahir dari hasil karya cipta

manusia yaitu “Ogoh-ogoh”. Ogoh-ogoh merupakan salah satu warisan budaya

dalam bidang seni yang sering dijumpai khususnya di Bali. Dengan bentuknya yang besar yang dilengkapi dengan hiasan-hiasan yang menggambarkan kreatifitas masyarakat Bali. Dalam pembuatannya diperlukan pemikiran, tenaga, biaya dan waktu yang tidak sedikit. Ogoh-Ogoh biasanya berbentuk hewan maupun tokoh-tokoh pewayangan. Pada setiap Ogoh-Ogoh yang dibuat, memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Namun tidak jarang juga terdapat bentuk serta hiasan yang sama dalam Ogoh-Ogoh lainnya.

Pada pasal 38 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dijelaskan mengenai kewajiban Negara untuk memegang, menjaga dan memelihara ekspresi budaya tradisional. Namun dalam pasal tersebut hanya menjelaskan ekspresi budaya tradisional secara umum, belum terdapat pengaturan hukum secara khusus yang mengatur mengenai ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh yang merupakan salah satu karya seni tradisional sangat perlu memiliki pengaturan dan perlindungan hukum demi terjaganya karya tradisional masyarakat Bali.

(29)

15

perlindungan hukum yang represif, yakni bentuk perlindungan hukum dimana lebih ditujukan dalam penyelesaian sengketa.7

Secara konseptual, perlindungan hukum yang diberikan bagi rakyat Indonesia merupakan implementasi atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia yang bersumber pada pancasila dan prinsip negara hukum yang berdasarkan Pancasila.

Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 menjelaskan bahwa semua Ciptaan dan produk Hak Terkait warga negara, penduduk, dan badan hukum Indonesia, sedangkan dalam ayat 2 dijelaskan bahwa semua Ciptaan dan produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang untuk pertama kali dilakukan Pengumuman di Indonesia. Pada ayat 3 dijelaskan semua Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dan pengguna Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia dengan ketentuan: negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan negara Republik Indonesia mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait; atau negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait.

Menurut Ida Bagus Wyasa Putra, pemberian hak cipta didasarkan pada kriteria keaslian dan kemurnian (originality), pada intinya suatu ciptaan tersebut

7

(30)

16

berasal dari pencipta yang sebenarnya, dan bukan merupakan hasil dari jiplakan atau peniruan dari karya pihak lain.8

Dalam konsep ilmu hukum, hak cipta dibagi menjadi dua yaitu hak moral dan hak ekonomi. Selain memiliki hak ekonomi, pencipta itu sendiri memiliki hak moral (moral right), adalah hak pencipta yang tetap melekat pada karyanya atau ciptaannya meskipun karya tersebut telah dialihkan kepada pihak lain.

Dalam rangka penegakan hukum dimaksud terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan9 yaitu :

1. Kepastian hukum (rechtssicherheit) 2. Kemanfaatan (zweckmassigkeit) 3. Keadilan (gerechttigheit)

1.8Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian Hukum Normatif adalah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Dipilihnya jenis penelitian normatif karena penelitian ini menguraikan permasalahan-permasalahan yang ada, untuk selanjutnya dibahas dengan kajian yang berdasarkan teori-teori hukum

8

Ida Bagus Wyasa Putra dkk. Hukum Bisnis Pariwisata. Rafika Aditama, Bandung. hal. 108

9

(31)

17

kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam praktek hukum.10

b. Jenis Pendekatan

Dalam penelitian ini, jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan (The Statue Approach) dan pendekatan analisis konsep hukum (Analitical & The Conseptual Approach). Pendekatan perundang-undangan dan pendekatan analisis konsep hukum digunakan, karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang dikaitkan dengan konsep hukum, yang kemudian menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian ini.11 Pendekatan analisis konsep hukum merupakan pendekatan yang digunakan untuk memahami konsep-konsep aturan yang jelas tentang perlindungan hukum terhadap hak kekayaan intelektual yang berkaitan dengan seni ogoh-ogoh. Pendekatan perlindungan hukum hak kekayaan intelektual menurut system hukum nasional.

c. Bahan Hukum / Data

Sumber bahan hukum yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari : 1. Sumber bahan hukum primer

Sumber bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum yang mengikat yakni berupa norma, kaidah dasar dan peraturan yang berkaitan, yang bersifat

10

Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, h.13.

11

(32)

18

mengikat. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas asas dan kaedah hukum berupa peraturan perundang-undangan, perjanjian internasional, konvensi ketatanegaraan, putusan pengadilan, keputusan tata usaha Negara maupun hukum adat.12 Sumber bahan hukum primer yang digunakan adalah :

- Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

- Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

- Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelestarian Tradisi.

- Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pelestarian Warisan Budaya Bali.

2. Sumber bahan hukum sekunder

Sumber bahan hukum sekunder adalah sumber bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur yang relevan dengan topik yang dibahas, baik literatur-literatur hukum (buku-buku hukum (textbook) yang ditulis para ahli yang berpengaruh (de hersender leer), pendapat para sarjana, jurnal hukum maupun literatur non hukum, dan artikel-artikel yang diperoleh via internet.

12

(33)

19 3. Sumber bahan hukum tertier

Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia dan kamus hukum.

d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka yang mencakup bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rumusan permasalahan dan bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum serta karya ilmiah atau pandangan ahli hukum.

e. Teknik Analisis Bahan Hukum

Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah terkumpul dapat digunakan berbagai teknik analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik evaluasi, teknik argumentasi, teknik sistematisasi, dan teknik deskripsi.

(34)

20

banyak argumen makin menunjukkan kedalaman penalaran hukum. Menurut Philipus M. Hadjon penalaran hukum dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu analogi, rechtsverfijning, dan argumentum a contrario.13 Teknik sistematisasi adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat. Teknik deskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat dihindari penggunaannya. Deskripsi berarti uraian tentang apa adanya kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum.

13

(35)

20

BAB II

TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HAK CIPTA

DAN OGOH-OGOH

2.1 Hak Cipta

2.1.1 Pengertian Hak Cipta

Istilah hak cipta diusulkan pertama kali oleh St. Moh. Syah pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 yang kemudian diterima oleh Kongres tersebut, sebagai pengganti istilah hak cipta pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah bahasa Belanda Auteurs rechts.

Secara yuridis istilah hak cipta telah dipergunakan dalam UUHC No. 6 Tahun 1982, UUHC No.7 Tahun 1987, UUHC No.12 Tahun 1997, UUHC No. 19 Tahun dan UUHC No.28 Tahun 2014. Sebagai istilah hak cipta pengarang yang dipergunakan dalam Auteurswet 1912.

(36)

21

Hak eksklusif yang dimaksud pada pasal 1 butir UUHC Tahun 2014, adalah tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut kecuali dengan izin dari

penciptanya. “Istilah tidak ada pihak lain” mempunyai pengertian yang sama dengan

hak tunggal, yang menunjukkan hanya pencipta saja yang boleh mendapatkan hak semacam itu, dan inilah yang dimaksud dengan hak yang bersifat eksklusif. Eksklusif berarti khusus, unik. Keunikan itu sesuai dengan sifat dan cara menghasilkan hak cipta. Tidak semua orang bisa dengan serta merta menjadi seorang peneliti, komponis, atau sastrawan, hanya orang-orang tertentu saja yang dapat memilikinya.14

Hak cipta merupakan bagian dari hak kekayaan intelektual, disamping hak cipta hak kekayaan intelektual juga mengenal hak milik perindustrian yang terdiri dari hak merek, hak paten, desain industry, desain tata letak sirkuit terpadu, rahasia dagang dan perlindungan varietas tanaman.

Sementara itu pengertian hak cipta menurut World Intellectual Property Organization adalah : Copgright is alegal form dicribing right given to creator for the literary and artistic work” Hak Cipta adalah terminology hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.15

14

Budi Agus Riswandi. M. Syamsudin. 2004. Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal. 2.

15

(37)

22

Menurut Hanafi, secara hakiki hak cipta termasuk hak milik immaterial karena menyangkut ide, gagasan pemikiran, imajinasi dari seseorang yang dituangkan ke dalam bentuk karya cipta, seperti buku ilmiah, karangan sastra, maupun karya seni.

Pengertian hak cipta menurut Copyright Convention Universal dalam pasal V menyatakan bahwa, hak cipta meliputi hak tunggal si Pencipta untuk membuat, menerbitkan, dan memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi perjanjian ini.

Pengertian hak cipta menurut Universal Copyright Convention, ini juga memberikan pengertian tentang hak cipta lingkupnya masih sempit, sebab yang dimasukkan dalam pengertian ini hanya hak pencipta dari hasil karya tulis saja, namun sebenarnya cakupan dari hak cipta lebih luas dari itu, termasuk juga hasil karya di bidang seni, yang bukan merupakan suatu karya tulis, seperti karya lukis, seni tari, seni karawitan, dan lain-lainnya.

Menurut Hutauruk ada dua unsur penting yang terkandung dari pemahaman hak cipta yaitu :

1. Hak ekonomi, hak yang dapat dipindahkan, dialihkan pada pihak lain.

(38)

23

sebenarnya, atau nama samarannya dan mempertahankan keutuhan dan integritas ceritanya)16

Hak moral tercantum dalam pasal 24 UUHC 2014, yang menurut ketentuan pasal diatas dapat merujuk pada Konvensi Berne dalam pasal 6 bis yang berbunyi :

The moral right or paternity or attribution and the right of integrity”. Hak cipta

sesuai dengan Konversi Berne selain dirujuk di Indonesia juga dirujuk oleh Negara lainnya seperti Negara Australia yang memberikan pengertian Hak Cipta Copyright is : The basic principle behind copyright protection in the concept that an outhor for artist (musicion, play wright or film maker), should have the right to exploit their work without other being allowed to copy that creative output.

Hak cipta walaupun hak istimewa yang hanya dimiliki oleh Pencipta atau Pemegang Hak Cipta, sesuai dengan pasal 1 ayat (1) UUHC 2014, namun penggunaan dan pemanfaatan hendaknya berfungsi social, artinya hasil karya cipta atau ciptaan bukan hanya dinikmati oleh pencipta saja, melainkan dapat dinikmati, dimanfaatkan, dan digunakan oleh masyarakat luas, sehingga ciptaan itu mempunyai nilai guna disamping nilai moral dan ekonomis.

2.1.2 Dasar Hukum Hak Cipta

Pengaturan terhadap hak cipta di Indonesia sejak kemerdekaan Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982. Kemudian diubah dengan Undang Nomor 7 Tahun 1987. Pada tahun 1997 diubah lagi dengan

16

(39)

24

Undang Nomor 12 Tahun 1997. Di tahun 2002, Undang-Undang Hak Cipta kembali mengalami perubahan dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002. Namun di tahun 2014, Undang Hak Cipta diubah lagi dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Revisi terakhir yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia memiliki alasan. Dengan lahirnya Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014 ini dapat melindungi hak ekonomi dan hak moral pencipta dan pihak terkait lainnya sehingga dapat mendorong semangat seluruh pencipta serta para pelaku usaha untuk mengembangkan kreativitas dalam menghasilkan suatu karya intelektual.17 Pemerintah Indonesia menyadari bahwa Indonesia memiliki wilayah serta kekayaan budaya yang sangat luar biasa dan didukung oleh masyarakatnya yang kreatif. Potensi-potensi tersebut harus mendapatkan perlindungan dalam bentuk undang-undang yang lebih spesifik dan dapat mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, penggantian undang-undang bertujuan untuk memudahkan dalam memahami hak cipta agar dalam pelaksanaannya baik pemerintah maupun masyarakat lebih jelas dan mengerti serta meminimalisir tindakan yang merugikan pencipta dan pihak lain yang terkait dalam hak cipta tersebut.

Dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun 2014, dimasukkan beberapa ketentuan baru, antara lain mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Perlindungan hak cipta dilakukan dengan waktu lebih panjang sejalan dengan penerapan aturan di berbagai Negara sehingga jangka waktu perlindungan

17

(40)

25

Hak Cipta diberlakukan selama hidup pencipta ditambah 70 tahun setelah pencipta meninggal dunia.,

2. Perlindungan yang lebih baik terhadap hak ekonomi para Pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait.

3. Penyelesaian sengketa melalui proses mediasi, arbitrase atau pengadilan, serta penerapan delik aduan untuk tuntutan pidana.

4. Tanggung jawab pengelolaan tempat perdagangan atas pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait.

5. Hak Cipta sebagai benda bergerak tidak berwujud dapat dijadikan objek jaminan fidusia.

6. Kewenangan Menteri untuk menghapus Ciptaan yang sudah dicatatkan apabila Ciptaan tersebut melanggar norma dan peraturan perundang-undangan. 7. Imbalan royalty yang didapatkan oleh Pencipta dan/atau Pemilik Hak Terkait

untuk Ciptaan dalam hubungan dinas dan digunakan secara komersil.

8. Lembaga Manajemen Kolektif yang berfungsi menghimpun dan mengelola hak ekonomi Pencipta dan Pemilik Harta Terkait Wajib mengajukan permohonan izin operasional kepada Menteri.

9. Penggunaan Hak Cipta dan Hak Terkait dalam sarana multimedia untuk merespon perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

Dalam lingkup internasional, terdapat beberapa konvensi yang membahas dan mengatur tentang Hak Cipta, antara lain :

(41)

26

TRIPs Agreement merupakan singkatan dari The Agreement on Trade-Related of Intellectual Property Rights yaitu salah satu perjanjian multilateral terpenting berkaitan dengan hak keayaan intelektual. Tujuan umum dari perjanjian TRIPs adalah mengurangi penyimpangan dan hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional, promosi lebih efektif tentang perlindungan hak kekayaan intelektual, mempromosikan atau mendorong inovasi teknologi, menyediakan keseimbangan antara hak dan kewajiban antara produsen dengan pemakai. Negara Indonesia telah meratifikasi perjanjian ini melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994.

2. Berne Convention

Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works adalah konvensi multilateral terpenting dalam hak cipta. Konvensi ini pertama kali berlaku pada tanggal 9 September 1886. Konvensi Berne memiliki tiga prinsip dasar yaitu perlakuan nasional (national treatment), perlindungan otomatis (automatic protection), dan kebebasan perlindungan (independence of protection). Indonesia pernah menjadi anggota dalam Konvensi Berne tahun 1959 namun keluar dan kembali menjadi anggota melalui Keppres Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works.

3. Universal Copyright Convention (UCC)

(42)

27

yang disponsori oleh PBB khususnya UNESCO yaitu untuk menyatukan satu system hukum hak cipta secara universal. UCC ini dicetuskan dan ditandatangani oleh Jenawa pada bulan September 1952, dan telah mengalami revisi di Paris pada tahun 1971. Ketentuan yang monumental dari Konvensi Universal adalah adanya ketentuan formalitas hak cipta berupa kewajiban setiap karya yang ingin dilindungi harus mencantumkan tanda C dalam lingkaran, disertai nama penciptanya, dan tahun karya tersebut mulai dipublikasikan.18

2.2 Ruang Lingkup Hak Cipta

Suatu karya yang dilindungi oleh undang-undang adalah karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra. Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta mengatur ciptaan yang dilindungi terdiri dari :

a. buku, pamphlet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lainnya.

b. ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya.

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan. d. lagu dan/atau music dengan atau tanpa teks.

e. drama, drama, musical, tari, koreografi, pewayangan dan pantomime.

18

(43)

28

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase.

g. karya seni terapan. h. karya arsitektur. i. peta.

j. karya seni batik atau seni motif lain. k. karya fotografi.

l. potret

m. karya sinematografi

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi, dan karya lain dari hasil transformasi.

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional.

p. kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan program computer maupun media lainnya.

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, permainan video, dan

r. program computer.

(44)

29

ciptaan hasil dari perkembangan teknologi yang diatur dalam pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta juga mengatur mengenai ekspresi budaya tradisional. Dapat dilihat dalam pasal 38 Undang-Undang Hak Cipta bahwa hak cipta atas warisan budaya dipegang dan dilindungi oleh Negara dan berlaku tanpa batas sesuai pasal 60 Undang-Undang Hak Cipta.

2.4 Ogoh-Ogoh

2.4.1 Pengertian Ogoh-Ogoh

(45)

30

Kalamerepresentasikan kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala) yang tak terukur dan tak terbantahkan.21

Dalam perwujudan patung yang dimaksud, Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan; biasanya dalam wujud Rakshasa. Selain wujudRakshasa, Ogoh-ogoh sering pula digambarkan dalam wujud makhluk-makhluk yang hidup diMayapada,Syurgadan Naraka, seperti:naga,gajah, Widyadari, bahkan dalam perkembangannya, ada yang dibuat menyerupai orang-orang terkenal, seperti para pemimpin dunia, arti satu tokoh agama bahkan penjahat. Terkait hal ini, ada pula yang berbau politik atau SARA walaupun sebetulnya hal ini menyimpang dari prinsip dasar Ogoh-ogoh. Contohnya Ogoh-ogoh yang menggambarkan seorangteroris.

Dalam fungsi utamanya, Ogoh-ogoh sebagai representasiBhuta Kala, dibuat menjelang HariNyepidan diarak beramai-ramai keliling desa pada senja hariPangrupukan, sehari sebelum Hari Nyepi. Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, proses ini melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatanBhuana Agung(alam raya) danBhuana Alit(diri manusia). Dalam pandangan Tattwa (filsafat), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menunjuk kebahagiaan atau kehancuran. Semua ini

21

(46)

31

tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang paling mulia dalam menjaga dirinya sendiri dan seisi dunia.22

Dari arti kata diatas maka para cendekiawan Hindu dharma mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta, dan waktu yang maha dasyat, kekuatan itu dapat dibagi dua, pertama kekuatan bhuana agung, yang artinya kekuatan alam raya, dan kedua adalah kekuatan bhuana alit yang berarti kekuatan dalam diri manusia. kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah indah. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi tahun 1986, Ogoh-ogoh didefinisikan sebagai ondel-ondel yang beraneka ragam dengan bentuk yang menyeramkan.

Di lain pihak, ditahun 2003 seorang peneliti yang bernama Laura Noszlopy

meneliti “Pesta Kesenian Bali; budaya, politik, dan kesenian kontemporer Indosnesia”

untuk Yayasan Arts of Afrika mendefinisikan ogoh-ogoh sebagai berikut Ogoh-ogoh adalah patung yang berukuran besar yang tebuat dari bubur kertas dan bahan pelekat yang biasanya dibuat oleh kaum remaja Bali sebagai suatu bagian dari perayaan

tahunan “upacara pembersihan” (ngerupukan), yang dilaksanakan sehari sebelum

perayaan Nyepi, tahun baru Hindu atau hari Nyepi.23

Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 80-an, umat hindu mengusung ogoh-ogoh yang

22

www.google.com Mengenai Ogoh-Ogoh dalam Sradha Hindu Bali. 12 Oktober 2015.

23

(47)

32

dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa dengan membawa obor atau yang diebut acara ngerupuk. Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atau pawai biasanya melakukan minum-minuman keras traditional yang dikenal dengan nama arak. Pada umumnya ogoh-ogoh di arak menuju sutau tempat yang diberi nama sema (tempat persemayaman umat Hindu sebelum dibakar dan pada saat pembakaran mayat) kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar.

Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama gamelan khas Bali yang diberi nama bleganjur patung yang dibuat dengan bahan dasar bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyarakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngerupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan hari raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tidak mutlak ada dalam upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.24

2.4.2 Sejarah Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh itu sendiri diambil dari sebutan ogah-ogah dari bahasa Bali artinya sesuatu yang digoyang-goyangkan. Pada tahun 1983 merupakan bagian penting dalam sejarah ogoh-ogoh di Bali, pada tahun itu mulai dibuat wujud-wujud bhuta kala berkenaan dengan ritual Nyepi di Bali. Ketika itu ada keputusan presiden yang menyatakan Nyepi sebagai hari libur nasional. Semenjak itu masyarakat mulai

24

(48)

33

membuat perwujudan onggokan yang kemudian disebut ogoh-ogoh, di beberapa tempat di Denpasar. Budaya baru ini semakin menyebar ketika ogoh-ogoh diikutkan dalam Pesta Kesenian Bali ke XII. Ogoh-ogoh ini dimaksudkan mengembalikan bhuta kala ketempat asalnya. Sebelumnya ada tradisi Barong Landung, Tradisi Ndong Nding dan Ngaben Ngwangun yang menggunakan ogoh-ogoh Sang Kalika, bisa juga merujuk sebagai cikal bakal wujud ogoh-ogoh.

Di dalam babad, tradisi Barong Landung berasal dari cerita tentang seorang putri Dalem Balingkang, Sri Baduga dan pangeran Raden Datonta yang menikah ke Bali. Tradisi meintar mengarak dua ogoh-ogoh berupa laki-laki dan wanita mengelilingi desa tiap sasih keenam sampai kesanga. Visualisasi wujud Barong Landung inilah yang dianggap sebagai cikal bakal lahirnya ogoh-ogoh dalam ritual Nyepi.

Fungsi utama “ogoh-ogoh” adalah sebagai representasi bhuta kala yang dibuat menjelang perayaan hari raya Nyepi, dimana “ogoh-ogoh” tersebut akan diarak beramai-ramai keliling banjar atau desa pada senja hari, sehari sebelum hari raya Nyepi (Pangrupukan). Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu dharma, prosesi ini melambangkan keinsyafan diri manusia akan kekuatan alam semesta dan waktu

yang maha dashyat. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan “Bhuana Agung” (alam

raya) dan “Bhuana Alit” (diri manusia). Dalam pandangan filsafat (tattwa). Dengan

(49)

34

menjadi andalan kepariwisataan. Serasa belum lengkap bilamana wisatawan berkunjung tidak melihat prosesi “Ogoh-ogoh” pada penyambutan hari raya Nyepi atau tahun baru saka.

(50)

35

membuat suatu patung dari bahan yang ringan supaya hasilnya nanti bisa diarak dan dipertunjukan.25

Ogoh-ogoh merupakan cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia: adharma svarupa; sehingga pengarakannya berbagai lokasi di sekitar banjar atau desa, yang melewati jalan-jalan utama sehingga tampak oleh semua warga banjar yang memiliki suatu makna tersendiri. Kehidupan selalu memiliki elemen yang positif maupun negatif, hal ini selalu ada di dalam diri manusia, dan jika kita bijaksana untuk bersedia melihatnya, kita tidak akan menyangkalnya.

Ogoh-ogoh yang dibangun bersama secara swadaya oleh masyarakat banjar, secara implisit, memberikan ide bagi kita semua untuk bersedia melihat sifat-sifat negatif dalam diri kita, dan menjadi terbuka akannya, bahwa hal itu bukanlah hal yang harus ditakuti, namun untuk kita lihat dan amati bersama, sehingga kita dapat memahaminya. Tradisi ini mengingatkan masyarakat Bali khususnya. Selain itu ogoh-ogoh diarak keliling desa bertujuan agar setan-setan yang ada di sekitar desa agar ikut bersama ogoh, Karena setan-setan tersebut menganggap bahwa ogoh-ogoh tersebut merupakan rumah mereka dan kemudian ikut dibakar. Minum-minuman keras tradisional khas Bali yang dinamai arak subelum mengarak ogoh-ogoh dengan cara diangkat. Mabuk karena minum arak di Bali bukan sesuatu yang dilarang malah itu adalah hal yang dianjurkan oleh agama Hindu, sebagaimana kita tahu masyrakat Bali yang mayoritas beragama Hindu memiliki banyak sekali Dewa, begitu pula prilaku yang jahat mereka memiliki dewa untuk hal tersebut, yaitu Dewa

25

(51)

36

atau Batara Kala. Sebenarnya hal ini dapat memberikan sedikit gambaran mengenai kepercayaan yang diyakini oleh orang Bali, yaitu hal-hal yang terjadi di dunia ini selalu berpasangan, sebagai contoh ada orang baik dan ada juga orang jahat, ada kematian tapi ada juga bayi yang baru lahir, atau pemahaman lebih sederhananya yaitu ada warna hitam ada juga warna putih.

Jadi apapun yang terjadi dalam kehidupan manusia selalu berjalan dengan seimbang, jadi ritual meminum arak bagi orang yang mengarak ogoh-ogoh dianggap sebagai perwakilan dari sifat buruk yang ada di dalam diri manusia. Bahwa beban dari berat yang mereka gendong adalah sebuah sifat negatif, seperti cerminan sifat-sifat raksasa, ketika manusia menyadari hal ini, mereka tidak akan menahan elemen-elemen ini sendirinya, dan membiarkan elemen-elemen ini menjadi tiada seperti abu dan debu yang tertiup angin.26

26

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, skripsi yang berjudul “PENERAPAN PERATURAN DAERAH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-Nya/rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

Dengan doa dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penulisan skripsi ini dapat

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas limpahan Asung Kertha Wara Nugraha-Nya, penyusun skripsi yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan

Pujastuti Angyubagia penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya penulisan skripsi yang berjudul “Batalnya Pengikatan

Puji syukur dipanjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat asung Kerta Wara Nugaraha-Nyalah, dapat terselesaikan skripsi dengan judul “ Persepsi

Puji syukur penulis panjatkan atas asung Kertha Wara Nugraha Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena berkat Rahmat-Nya, skripsi yang berjudul “EKSISTENSI LEMBAGA