• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ilmu Ekonomi

Oleh :

RADIX ADININGAR

0611010102 / FE / IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Assalamu’ alaikum Wr. Wb.

Pertama-tama peneliti panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah

SWT serta sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,

yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang

peneliti susun dengan judul

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR”

ini dapat

terselesaikan.

Skripsi ini peneliti susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini sering kali

menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu

dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih tak terhingga kepada Ibu Dra.

Ec. Hj. Sri Muljaningsih, MP, selaku dosen pembimbing utama telah banyak

meluangkan waktunya dalam memberikan suatu bimbingan, pengarahan,

dorongan, masukan-masukan, dan saran dengan tidak bosan-bosannya kepada

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu peneliti juga menyampaikan

rasa hormat

dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan

(3)

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4.

Ayahanda, Ibunda, beserta keluarga tercinta yang telah memberikan

motivasi, do’a, semangat dan dorongan moral serta spiritualnya yang telah

tulus kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan sebaik-baiknya.

5.

Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen serta staf karyawan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur yang telah

dengan ikhlas memberikan banyak ilmu pengetahuannya selama masa

perkuliahan dan pelayanan akademik bagi peneliti.

6.

Bapak-bapak dan ibu-ibu staf instansi Departemen Perindustrian dan

Perdagangan Surabaya, dan Badan Pusat Statistik cabang Surabaya, yang

telah memberikan banyak informasi dan data-data yang dibutuhkan untuk

mengadakan penelitian dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Seluruh mahasiswa dari Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta semua pihak yang tidak bisa peneliti

sebutkan satu persatu yang selalu memotivasi, membantu, dan mendukung

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

(4)

iii

bermanfaat bagi pembaca, baik sebagai bahan kajian maupun sebagai salah satu

sumber informasi dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’ alaikum Wr. Wb

Surabaya, Juni 2010

(5)

Halaman

KATA PENGANTAR

...i

DAFTAR ISI

...iv

DAFTAR GAMBAR

...vii

DAFTAR TABEL

...viii

DAFTAR LAMPIRAN

...ix

ABSTRAKSI

...xii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...1

1.2. Perumusan Masalah...3

1.3. Tujuan Penelitian...…...3

1.4. Manfaat Penelitian...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu...6

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu...8

2.2. Landasan Teori...9

2.2.1.

Pengertian

Perdagangan...9

2.2.1.1. Perdagangan Internasional...9

2.2.1.2. Kebijakan Perdagangan Internasional...……...10

2.2.2. Pengertian Permintaan...11

2.2.2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan...12

2.2.2.2. Teori Permintaan...14

(6)

2.2.2.4. Pergerakan dan Pergeseran Kurva Permintaan....20

2.2.2.5. Elastisitas Permintaan...23

2.2.2.6. Faktor Penentu Elastisitas Permintaan…………..26

2.2.3. Impor………...28

2.2.3.1. Pengertian Impor………..28

2.2.3.2. Jenis Quota Impor……….29

2.2.4.

Jumlah

Penduduk………29

2.2.4.1. Pengertian Jumlah Penduduk………29

2.2.4.2. Teori Pertumbuhan Penduduk Ekonomi

Menurut

Adam

Smith………...33

2.2.4.3. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap

Pertumbuhan

Ekonomi……….34

2.2.5. Pendapatan Perkapita...35

2.2.5.1. Pengertian Pendapatan Perkapita………35

2.2.6.

Produksi

Beras...36

2.2.6.1. Pengertian Produksi...36

2.2.6.2. Faktor-Faktor Produksi...36

2.2.7. Harga Beras lokal………...…38

2.2.7.1. Pengertian Teori Harga……….38

2.2.7.2. Kebijakan Harga Dasar Dan Harga Tertinggi...39

2.2.7.3. Perilaku Konsumen Terhadap Harga………41

2.2.7.4. Teori Harga ( Bertil Ohlin Theory )

Heckscher – Ohlin...42

(7)

2.2.8.1. Pengertian Kurs………....44

2.2.8.2. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing...45

2.2.8.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kurs

Mata

Uang………...……….46

2.2.8.4. Fungsi Pasar Valuta Asing.….…….………..47

2.3. Kerangka Pikir...48

2.4. Hipotesis...51

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...53

3.2. Teknik Penentuan Data...55

3.3. Jenis dan Sumber Data...55

3.3.1. Jenis Data...55

3.3.2. Sumber Data...55

3.4. Teknik Pengumpulan Data...55

3.5. Uji Hipotesis...56

3.5.1.

Teknik

Analisis...56

3.5.2. Uji Hipotesis...58

3.6. Uji Asumsi Klasik...62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian...68

4.1.1. Kondisi Perberasan Di Jawa Timur...68

(8)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian...73

4.2.1. Perkembangan Impor Beras...73

4.2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk...75

4.2.3. Perkembangan Pendapatan Perkapita...76

4.2.4. Perkembangan Produksi Beras...78

4.2.5. Perkembangan Harga Beras...79

4.2.6. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Dollar...81

4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis...82

4.3.1. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik

(BLUE

/

Best Linier Unbiased Estimate)...83

4.3.2. Analisis Hasil Perhitungan Koefisien

Regresi

Linier

Berganda...87

4.3.3. Uji Hipotesis Secara Simultan...89

4.3.4. Uji Hipotesis Secara Parsial...91

4.3.5.

Pembahasan...101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan...106

5.2.

Saran...109

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Permintaan Dan Penawaran Dengan Harga Tetap

Pada Musim Paceklik...15

Gambar 2 : Kurva Permintaan...……...18

Gambar 3 : Kurva Permintaan...19

Gambar 4 : Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan...20

Gambar 5 : Pergeseran Kurva Permintaan...22

Gambar 6 : Permintaan Dan Penawaran Dengan Harga Tetap

Pada Musim Paceklik...40

Gambar 7 : Kerangka Pikir Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Impor Beras di Jawa Timur...51

Gambar 8 :

Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara Simultan...60

Gambar 9 : Kurva Distribusi Penolakan / Penerimaan Hipotesis

Secara

parsial...61

Gambar 10 : Kurva Durbin-Watson...64

Gambar 11 :

Kurva Statistik Durbin-Watson...84

Gambar 12 :

Distribusi Kriteria Penerimaan / Penolakan Hipotesis

Secara Simultan Atau Keseluruhan...88

Gambar 13 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor

Jumlah Penduduk (X

1

) Terhadap Impor Beras

(Y)...91

Gambar 14 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor

(10)

Gambar 15 :

ambar 17 :

Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial

Kurs Valas (X

5

) Terhadap Impor Beras

(Y)...97

Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Produksi

Beras (X

3

) Terhadap Impor Beras

(Y)...94

Gambar 16 : Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial

Harga Beras Lokal (X4) terhadap Impor Beras (Y)...96

G

(11)

...65

Tabel 2 : Perkembangan Impor Beras

Di Jawa Timur

...74

Tabel 3 : Perkembangan Jumlah Penduduk Di Jawa Timur

...75

Tabel 4 : Perkembangan Pendapatan Perkapita Di Jawa Timur

...77

Tabel 5 : Perkembangan Produksi Beras Di Jawa Timur

...78

Tabel 6 : Perkembangan Harga Beras Di Jawa Timur

...80

:

...81

:

...86

rhadap

...87

Tabel 10

:

...89

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Autokorelasi Durbin Watson...

Tahun 1994 – 2008...

Tahun 1994 – 2008...

Tahun 1994 – 2008...

Tahun 1994 – 2008...

Tahun 1994 – 2008...

Tabel 7

Perkembangan Kurs Valuta Asing Di Jawa Timur

Tahun 1994 – 2008...

Tabel 8

Tes Heterokedastisitas Dengan Korelasi

Rank Spearman Korelasi...

Tabel 9 :

Hasil Analisis Variabel Jumlah Penduduk (X

1

),

Pendapatan Perkapita (X

2

), Produksi Beras (X

3

),

Harga Beras Lokal (X

4

) Dan Kurs Valas (X

5

) Te

Impor

Beras...

Analisis Varian (ANOVA)...

(12)

Pendapatan Perkapita (X2), Produksi Beras (X3),

s (X5) Terhadap Impor

Beras...92

ur

anda (Descriptive Statistics,

Variables Entered / Removed, Model Summary, dan ANOVA)

piran 3 : Nonparamatic Correlations

piran 4 : Tabel Pengujian Nilai F

bel Pengujian Nilai t

piran 6 : Tabel Pengujian Nilai Durban-Watson

Harga Beras Lokal (X4) Dan Kurs Vala

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Input Provinsi Jawa Tim

Lampiran 2 : Hasil Analisis Regresi Linier Berg

Lam

Lam

Lampiran 5 : Ta

Lam

(13)

IMPOR BERAS DI JAWA TIMUR

Oleh :

Radix Adiningar

ABSTRAKSI

Pada dasarnya kebutuhan beras di Indonesia cukup besar, hal ini

dikarenakan besarnya jumlah penduduk yang bertempat tinggal di Indonesia dan

selain itu beras juga sebagai makanan pokok sehari-sehari masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan beras di Indonesia juga sangat besar.

Kelangkaan beras yang terjadi di Indonesia di sebabkan langkahnya lahan-lahan

di Indonesia dan mahalnya harga pupuk. Selain itu juga masih hanya

mengandalkan pulau Jawa sebagai pemasok kebutuhan beras di Indonesia, oleh

sebab itu pemerintah mewajibkan untuk impor beras agar kebutuhan akan beras

dapat tercukupi.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang

diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) cabang Kota Surabaya dan Kantor

Dinas Perindustrian dan Perdagangan (DISPERINDAG) cabang Kota Surabaya

yang diambil selama kurun waktu 15 tahun mulai dari tahun 1994-2008. Untuk

analisis data menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS (Statistic

Program For Social Science) versi 13.0. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan

adalah uji F dan uji t statistik.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis secara simultan variabel

bebas, yaitu Jumlah Penduduk (X

1

), Pendapatan Perkapita (X

2

), Produksi Beras

(X3), Harga Beras Lokal (X4), dan Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X

5)

berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat, yaitu Permintaan Impor Beras Di

Jawa Timur (Y). Sedangkan pengujian secara parsial variabel Jumlah Penduduk

(X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Jawa

Timur (Y). Variabel Produksi Beras (X2) berpengaruh secara nyata terhadap

Permintaan Impor Beras Di Jawa Timur (Y). Variabel Jumlah Tenaga Kerja (X

3

)

tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di Jawa Timur

(Y). Variabel Harga Beras Lokal (X4) tidak berpengaruh secara nyata terhadap

Permintaan Impor Beras Di Jawa Timur (Y). Variabel Kurs Rupiah Terhadap

Dollar (X

5

) tidak berpengaruh secara nyata terhadap Permintaan Impor Beras Di

Jawa Timur (Y). Dari ke empat variabel tersebut yang mempunyai pengaruh

paling dominan terhadap variabel Permintaan Impor Beras Di Jawa Timur (Y)

adalah variabel Pendapatan Perkapita (X

2

).

Kata Kunci

:

Impor Beras Di Jawa Timur (Y), Jumlah Penduduk (X

1

),

Pendapatan Perkapita (X

2

), Produksi Beras (X

3

), Harga Beras

Lokal (X4), dan Kurs Rupiah Terhadap Dollar (X

5).
(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada dasarnya kebutuhan beras di Indonesia cukup besar, hal ini

dikarenakan besarnya jumlah penduduk yang bertempat tinggal di

Indonesia dan selain itu beras juga sebagai makanan pokok sehari-sehari

masyarakat Indonesia. Oleh karena itu pemenuhan kebutuhan beras di

Indonesia juga sangat besar. Kelangkaan beras yang terjadi di Indonesia di

sebabkan langkahnya lahan-lahan di Indonesia dan mahalnya harga pupuk.

Selain itu juga masih hanya mengandalkan pulau Jawa sebagai pemasok

kebutuhan beras di Indonesia, oleh sebab itu pemerintah mewajibkan

untuk impor beras agar kebutuhan akan beras dapat tercukupi.

Berbagai kebijakan dalam usaha tani padi yang telah ditempuh

pemerintah pada dasarnya kurang berpihak pada kepentingan petani. Hal

ini terlihat dari : (1) Kebijakan tarif impor beras yang rendah, sehingga

mendorong membanjirnya beras impor yang melebihi kebutuhan di dalam

negeri; (2) Pembukaan lahan-lahan baru; (3) Pemerintah masih

menggunakan indikator inflasi untuk mengendalikan harga pangan,

dengan menekan harga beras di tingkat perdagangan besar; dan (4)

Teknologi pasca panen di tingkat petani sudah jauh tertinggal, sehingga

tingkat rendemen dan kualitas beras yang dihasikan terus menurun.

(15)

Setiap kenaikan harga beras sebesar 10 persen akan menyebabkan

pertambahan penduduk miskin sebesar satu persen,atau lebih dari dua juta

orang. Disamping itu,kenaikan harga beras mengandung tiga dimensi

distribusi yang tidak diinginkan, yaitu : (1) Terjadinya transfer pendapatan

dari penduduk luar Jawa kepada penduduk di Jawa, (2) Terjadinya transfer

pendapatan dari penduduk kota kepada penduduk di desa, dan (3)

Terjadinya transfer pendapatan dari penduduk di provinsi miskin kepada

penduduk di provinsi kaya.atau dari penduduk miskin kepada penduduk

kaya. Sebaliknya, penurunan harga gabah dan beras ternyata menimbulkan

dilema bagi pemerintah, karena kenaikan harga pupuk telah meningkatkan

biaya produksi ditingkat petani. (Ikhsan, 2001 : 31).

Aspek lain yang akan terpengaruh oleh perubahan harga beras

adalah tingkat inflasi dan pengeluaran rumah tangga. Sampai saat ini

pangsa rata rata pengeluaran rumah tangga untuk konsumsi beras

mencapai 27,6 %, sehingga kenaikan harga beras akan mempengaruhi

konsumsi rumah tangga. dampak terhadap pengeluaran konsumsi tersebut

akan makin besar, karena terjadinya disparitas harga antar musim dan

antar daerah. Dengan demikian, stabilitas hargs beras di pasar domestik

sangat diperlukan. Stabilisasi harga tersebut tidak hanya ditujukan

terhadap konsumen dan pengendalian inflasi, tetapi juga sebagai

pendorong produsen untuk tetap bergairah menanam padi. (Harianto,

(16)

Pada kurun waktu Tahun 1994 sampai dengan 2008 impor beras

paling tinggi terjadi pada tahun 1999 yaitu sebesar 581.199 Ton sedangkan

impor beras terendah terjadi pada tahun 2008 sebesar 19.925 Ton.

Sedangkan keuntungannya akan kurun waktu tersebut rata-rata 37.418,2

Ton dan kerugiannya adalah sebesar 561.274 Ton.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut di atas maka

permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Apakah jumlah penduduk, pendapatan perkapita, produksi beras,

kurs rupiah terhadap dollar, dan harga beras lokal berpengaruh

terhadap jumlah permintaan impor beras di Jawa Timur ?

b. Diantara variabel jumlah penduduk, pendapatan perkapita, produksi

beras, kurs rupiah terhadap dollar, dan harga beras lokal, manakah

yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap jumlah

permintaan impor beras di Jawa Timur ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di

kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah variabel jumlah penduduk, pendapatan

(17)

beras lokal, berpengaruh terhadap jumlah permintaan impor beras

di Jawa Timur.

b. Untuk mengetahui diantara variabel jumlah penduduk, pendapatan

perkapita, produksi beras, kurs rupiah terhadap dollar, dan harga

beras lokal, manakah yang mempunyai pengaruh paling dominan

terhadap jumlah permintaan impor beras di Jawa Timur.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, maka hasilnya diharapkan dapat diambil

manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Pengembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sesuatu

yang berharga bagi pihak universitas khususnya Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur sekaligus sebagai

koleksi pembendaharaan referensi dan tambahan wacana

pengetahuan untuk perpustakaan Universitas Pembangunan

Nasional “VETERAN” Jawa Timur.

b. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau

masukan terhadap jumlah permintaan impor beras di Jawa Timur

serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

perkembangan perekonomi dalam serta berpengaruh terhadap

(18)

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

pengalaman dan pengetahuan tentang cara penulisan karya ilmiah

yang baik khususnya peneliti dan dapat dipakai sebagai bekal jika

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang

dapat dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang

berkaitan dengan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras di

Jawa Timur, antara lain:

1. Pribadiono (2003 : 4), dengan judul penelitian “Beberapa Faktor

Yang Mempengaruhi Upaya Pengadaan Beras di Jawa Timur”

Dengan varibel X1 = Produksi Beras, X2 = Harga Beras, X3 =

Harga Pupuk, X4= Jumlah Penduduk. Hasil yang di dapatkan

adalah produksi beras, harga beras, harga pupuk, dan jumlah

penduduk secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap

pengadaan beras di Jawa Timur. Dari analisa uji F disimpulkan

bahwa variabel Produksi Beras (X1), Harga Beras (X2), Harga

Pupuk (X3) dan Jumlah Penduduk (X4) berpengaruh secara nyata

terhadap penyerapan tenaga kerja (Y)

2. Tianti (1999 : 15), dengan judul penelitian “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Konsumsi Beras di Daerah Tingkat I Jawa Timur”.

Dengan variabel X1 = Jumlah Penduduk, X2 = Pendapatan

Perkapita, X3 = Harga Jagung. Hasil yang di dapatkan adalah :

(20)

secara simultan mempengaruhi secara nyata terhadap konsumsi

beras di Jawa Timur, hal tersebut tampak dengan uji F dimana F

hitung > F tabel. Sedangkan secara parsial jumlah penduduk,

pendapatan perkapita dan harga beras berpengaruh secara nyata

terhadap konsumsi beras di Jawa Timur. Karena t hitung dari variabel

harga jagung lebih kecil dari t tabel sehingga variabel harga jagung

secara parsial tidak berpengaruh secara nyata terhadap konsumsi

beras di Jawa Timur.

3. Yusnita (1999 : 13), dengan judul penelitian “Analisa Tentang

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengadaan Beras Di Jawa

Timur” Dengan variabel X1 = Harga Beras, X2 = Produksi Beras,

X3 = Jumlah Penduduk. Dari analisa uji F disimpulkan bahwa

variabel Harga Beras (X1), Produksi Beras (X2), Jumlah Penduduk

(X3), berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja

(Y).

4. Husein (2001 : 6), dengan judul penelitian “Harga Dasar Gabah

dan Subsidi” Tujuan penelitian ini masih dianggap berperan

penting dalam menjaga agar harga padi tidak melorot tajam di

musim panen raya, serta mengurangi resiko dalam berusaha tani

padi sehingga suplai beras dalam negeri lebih terjamin. Biaya

stabilisasi harga beras termasuk didalamnya, tidak dibiayai

pemerintah (APBN) akan tetapi melalui pemberian hak monopoli

(21)

tepung terigu. Tetapi cara tersebut mudah menimbulkan salah urus

sehingga telah menyulitkan dalam melindungi kejatuhan harga

dasar.

2.1.1. Perbedaan Dengan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada kesempatan kali ini

berbeda dengan penelitian–penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dengan penelitian yang dilakukan

sekarang terletak pada kurun waktu, ruang lingkup, tempat penelitian dan

jumlah variabel yang digunakan untuk penelitian. Berdasarkan penelitian

terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang juga merupakan dasar

acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “Analisis Faktor- Faktor Yang

Mempengaruhi Impor Beras Di Jawa Timur”, dengan variabel terikat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Permintaan Impor Beras di Jawa

Timur (Y), sedangkan variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Jumlah Penduduk (X1), Produksi Beras (X2), Pendapatan Perkapita

(22)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Perdagangan

Perdagangan diartikan sebagai proses tukar menukar yang

didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

(Boediono, 2001 : 10). Perdagangan Internasional adalah transaksi

dagang diantara para subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek

ekonomi negara lain, baik mengenai barang ataupun jasa-jasa. (Sobri,

1999 : 2).

Pertukaran bisa memberikan keuntungan kepada semua pihak,

meskipun jumlah barang-barang yang tersedia secara keseluruhan sama

sekali tidak berubah. Keuntungan dari pertukaran timbul karena adanya :

a. Perbedaan selera antara konsumen-konsumen tersebut.

b. Perbedaan dalam jumlah awal dari barang-barang yang dimiliki

oleh masing-masing (endowment).

2.2.1.1. Perdagangan Internasional

Perekonomian suatu negara berhubungan dan dipengaruhi oleh

perekonomian Negara lain. Hubungan ini meliputi transaksi ekonomi

berupa perdagangan barang-barang, jasa-jasa dan sumber-sumber serta

transaks investasi.Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi dalam

negeri.

Setiap negara tidak dapat menghasilkan semua barang-barang yang

(23)

dengan negara yang lain. Misalnya, negara-negara maju memerlukan

hasil alam tetapi barang tersebut tidak dapat dihasilkan di negara-negara

mereka. Maka mereka terpaksa mengimpor barang-barang tersebutdari

negara-negara di Asia Tenggara terutama dari Indonesia, Thailand, dan

Malaysia.

Sebaliknya negara-negara di Asia Tenggara belum dapat

memproduksi sendiri beberapa hasil Industri modern, seperti pesawat

terbang, kapal pengangkut minyak dan mesin-mesin industri. Maka

negara-negara itu harus mengimpor barang-barang tersebut dari negara

maju.

2.2.1.2. Kebijakan Perdagangan Internasional

Meskipun jelas dengan mengadakan spesialisasi dan perdagangan

bebas antar negara penduduk negara-negara didunia memperoleh manfaat

berupa output lebih besar, tetapi untuk mencapai tujuan tertentu berbagai

kebijakan perdagangan telah membatasi serta merupakan penghalang

spesialisasi dan perdagangan internasional hingga tidak diperoleh

manfaat sepenuhnya. Kebijakan yang merintangi perdagangan

internasional biasanya berupa tarif bea masuk dan atau kuota.

Selanjutnya akan dibahas konsekuensi ekonomi serta argument

yang menyokong dan menentang. Misalnya perlukah suatu negara

melindungi industri yang baru didirikan dengan mengenakan tarif, kuota

(24)

penyokong perdagangan bebas menyatakan secara singkat bahwa dengan

mengadakan erdagangan bebas berdasarkan prinsip keunggulan

komparatif maka perekonomian dunia akan mencapai alokasi sumber

secara optimal yang memberikan taraf hidup lebih tinggi.

Hal ini karena masing-masing negara memiliki anugerah

sumber-sumber alam, tenaga kerja, akumulasi kapital serta teknologi yang

berbeda baik kuantitas maupun kualitas dan mereka harus berspesialisasi

pada komoditi di mana biaya produksinya relatif lebih rendah daripada

negara-negara lain dan kemudian menukarkan.

Dengan demikian maka penduduk dunia bisa memperoleh

pendapatan riel lebih tinggi dengan menggunakan sumber-sumber yang

ada dan dimilikinya. Proteksi atau rintangan perdagangan akan

mengurangi manfaat yang dapat diperoleh dari adanya spesialisasi.

Dengan pembatasan ini maka sumber-sumber tak dapat dimanfaatkan

untuk penggunaan paling efisien. Para pembela perdagangan bebas akan

mencegah terbentuknya proteksi monopoli di dalam negeri. Tanpa

persaingan dari luar negeri yang diakibatkan oleh pembatasan

perdagangan, monopoli akan muncul.

2.2.2. Pengertian Permintaan

Permintaan terhadap suatu barang dibedakan menjadi dua yaitu

(25)

oleh keinginan saja disebut permintaan potensial, sedangkan permintaan

yang didukung oleh daya beli disebut permintaan efektif.

Pengertian permintaan diantaranya terdapat beberapa definisi

seperti berikut :

a. Permintaan adalah keinginan yang disertai dengan kesediaan serta

kemampuan untuk membeli barang yang bersangkutan (Rosyidi,

2000 : 239).

b. Permintaan adalah keinginan yang didukung oleh daya beli (uang)

atau kesediaan untuk membeli (Kadariah, 1999 : 1).

Definisi di atas adalah faktor yang dianggap penting dalam

mempengaruhi permintaan yaitu harga barang itu sendiri dengan asumsi

pendapatan konsumen (fixed income) dan harga barang lain adalah tetap

(Ceteris paribus).

2.2.2.1. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Seperti yang dinyatakan Sadono Sukirno bahwa permintaan

seseorang atau masyarakat terhadap sesuatu barang ditentukan oleh

banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah

seperti yang dinyatakan di bawah ini :

a. Harga barang itu sendiri.

Sesuai dengan tingkat permintaan maka makin rendah harga suatu

barang, makin banyak permintaan akan barang tersebut demikian

(26)

konsumen berkurang. Berkurangnya pendapatan akan mengurangi

pembelian terhadap suatu barang.

b. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut.

Suatu harga dikatakan mempunyai kaitan yang erat dengan barang

lain apabila barang tersebut dapat menggantikan fungsi daripada

barang tersebut, atau yang lebih dikenal dengan barang subsitusi.

Bila harga barang subsitusi bertambah murah, maka permintaan

akan barang yang, dapat digantikannya akan berkurang.

c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

Pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam

menentukan permintaan suatu barang untuk barang normal, apabila

pendapatan bertambah maka permintaan akan barang tersebut juga

bertambah tetapi kalau barang tersebut barang interior, naiknya

pendapatan akan mengurangi permintaan barang tersebut.

d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat.

Distribusi pendapatan mempunyai pengaruh terhadap pola

permintaan. Jika distribusi pendapatan masyarakat sangat timpang

sebagaian masyarakat orang-orang kaya cenderung menginginkan

barang-barang mewah dimana hanya sebagaian kecil dari

masyarakat yang lain yang mampu membelinya. Tetapi kalau

pendapatan penduduk tersebut merata maka jenis-jenis barang yang

(27)

e. Cita rasa masyarakat.

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar atas keinginan

masyarakat untuk membeli barang-barang. Jika cita rasa berubah

sehingga orang ingin membeli suatu barang lebih banyak pada

tingkat harga tertentu maka dikatakan terjadi kenaikan permintaan.

f. Jumlah penduduk.

Jumlah penduduk yang bertambah besar akan menyebabkan

kenaikan permintaan beberapa jenis barang.

g. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Harapan tentang masa depan dapat mengubah permintaan terhadap

suatu barang tertentu, sebagai contoh apabila di masa depan akan

terjadi paceklik maka permintaan beras saat ini akan lebih besar di

bandingkan dengan permintaan yang akan datang.

2.2.2.2. Teori Permintaan

Dalam menganalisis pengaruh berbagai faktor permintaan terhadap

suatu barang adalah sangat sukar. Oleh sebab itu dalam analisis ekonomi

dianggap bahwa permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh

tingkat harganya, sehingga dalam teori permintaan yang terutama di

analisis adalah hubungan antara jumlah permintaan suatu barang dengan

harga tersebut. Hukum permintaan pada hakekatnya merupakan suatu

(28)

banyak permintaan terhadap barang tersebut dengan asumsi Ceteris

Paribus (faktor- faktor lain tidak mengalami perubahan).

Hukum permintaan di atas dapat dilihat (i) adanya sifat yang saling

berkaitan yang disebabkan karena kenaikan harga menyebabkan para

pembeli barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap

barang yang mengalami kenaikan harga tersebut. Sebaliknya apabila

harga turun maka mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama

jenisnya dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami

penurunan harga. (ii) kenaikan menyebabkan pendapat riil para pembeli

berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa konsumen untuk

mengurangi pembeliannya ke berbagai jenis barang dan terutama atas

barang yang mengalami kenaikan harga. (Sukirno, 2003 : 75).

Gambar 1 : Permintaan Dan Penawaran Dengan Harga Tetap Pada

Musim Paceklik

Sumber : Soekartawi, 1993, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, Halaman 173.

Harga

Pm

0 Q1 Q0 Q2 Kuantitas

D

S

(29)

Situasi paceklik adalah situasi saat jumlah produksi yang tersedia

sangat terbatas, sementara jumlah konsumen tetap atau bahkan terus

bertambah. Dalam keadaan seperti ini harga pasar cenderung tinggi atau

lebih tinggi atau lebih tinggi dari harga keseimbangan bila saja tidak

diberlakukan harga atap. Pada gambar 0 Q0 adalah jumlah produksi yang

dijual dan akan dibeli oleh konsumen bila tidak diberlakukan harga atap

(Pc). Disini terlihat bahwa Pc lebih tinggi dari pada Pm bila tidak

diberlakukan harga atap, maka perbedaan Pc dan Pf akan semakin tinggi.

Bila diberlakukan harga atap, maka jumlah produksi yang dijual adalah

sebesar 0 Q1, pada saat itu harga pasar (Pm) melebihi harga dasar. Agar

harga atap tersebut berfungsi posisi Pm, maka pemerintah perlu menjual

stok sebesar Q1 Q2. dengan demikian situasinya adalah komoditi

pertanian yang berada dipasar adalah Sebesar 0 Q2 (yang terbeli pada

harga pasar) yang terdiri dari produksi yang dijual produsen sebesar 0 Q1

dan yang disuplay pemerintah sebesar Q1 Q2.

1. Mengisolasi pasar beras domestik dari pengaruh pasar beras dunia

melalui monopoli impor beras hanya oleh Bulog,

2. Mendistribusikan beras ke berbagai daerah dan menetapkan harga

jual beras yang berbeda antar daerah untuk merangsang

perdagangan swasta. Dari segi pembiayaan, operasi Bulog juga

didukung oleh kredit murah yang berasal dari kredit likuiditas.

Keberhasilan Bulog dalam melaksanakan tugas yang diberikan

(30)

instrumen kebijakan yang bersifat terintegrasi. Untuk setiap tujuan

yang akan dicapai dalam kebijakan perberasan, pemerintah

menyediakan satu atau beberapa instrumen kebijakan yang saling

terkait. Konflik antar tujuan kebijakan perberasan yang akan

dicapai juga diantisipasi dengan memberikan instrumen

pendukungnya. Secara tegas pemerintah menugaskan Bulog untuk

melakukan pembelian hasil panen petani.

2.2.2.3. Fungsi Permintaan dan Kurva Permintaan

Fungsi permintaan (demand function) adalah persamaan yang

menunjukkan hubungan antara jumlah permintaan akan sesuatu barang

dan semua faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan

tidak bisa digambarkan pada diagram dua dimensi. Kurva permintaan

(demand curve) adalah gambar dari fungsi permintaan yang

disederhanakan yaitu dengan menganggap faktor-faktor lain sehingga

harga barang itu sendiri tidak berubah. (Boediono, 2000 : 25).

Fungsi permintaan yang benar adalah Q = f (P) dan bukan P = f (Q)

karena P yang bergerak lebih dahulu yang kemudian diikuti oleh gerakan

Q dan bukan sebaliknya, jika Q bergerak maka P pun akan bergerak pula

dalam arah yang berlawanan. Kurva permintaan adalah gambar yang

terbentuk dari hubungan erat yang ada antara harga dan jumlah barang

(31)
[image:31.612.188.415.107.285.2]

Gambar 2 : Kurva Permintaan

Sumber : Rosyidi, 2004, Pengantar Teori Ekonomi Pendekatan Teori Jakarta, hal : 242.

Terlihat bahwa jika harga naik dari OP menjadi OP’, maka jumlah

barang yang diminta turun dari OQ menjadi OQ’. Demikian juga, jika

harga turun dari OP menjadi OP”, maka jumlah barang yang diminta naik

dari OQ menjadi OQ”. P dan Q memang bergerak dengan arah yang

berlawan satu sama lain karena berlaku the law of diminishing demand

(hukum permintaan yang menurun), hukum itu berbunyi apabila harga

sesuatu barang dinaikkan maka semakin berkurang jumlah barang yang

diminta.

Q

Q Q

0 P”

P P’

P

Q’

(32)
[image:32.612.174.396.110.251.2]

Gambar 3 : Kurva Pemintaan

Sumber : Boediono, 2000, Ekonomi Mikro, Perilaku konsumen dan permintaan Pasar, BPFE, Yogyakarta, Halaman 26.

Keterangan :

Kurva permintaan D : X = f (Px/ Py, Pz, M, S)

Kurva permintaan D1 : X = f (Px/ P1y1, P1z, M1, S1)

Dimana :

Px = harga barang x

Py = Harga barang y

Pz = Harga barang z

M = Pendapatan

S = Selera

Kurva permintaan bergeser dari D menjadi D1 karena adanya

perubahan dari faktor-faktor lain. (Py, Pz, M, S) yang semula dianggap

tetap (ceteris paribus). Sehingga terjadi perubahan pada jumlah barang

yang diminta. Px

D1

D

(33)

2.2.2.4. Pergerakan Dan Pergeseran Kurva Permintaan

Apabila satu atau beberapa kondisi dari ceteris peribus (keadaan lain

tetap sama) berubah maka kurva permintaan akan bergeser (kecuali

apabila perubahan beberapa kondisi itu paling mengimbangi, tetapi hal

itu tidak mugkin terjadi). Ini dinamakan perubahan permintaan (Change

in demand) atau pergeseran permintaan (shift in demand). (Bilas, 1992 :

11).

Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga

barang yang diminta menjadi lebih tinggi atau makin menurun. Pada

gambar, DD adalah kurva permintaan terhadap jumlah barang dan pada

harga awal P dan jumlah barang yang diminta adalah Q. keadaan ini

[image:33.612.244.500.458.607.2]

ditunjukkan oleh titik R.

Gambar 4 : Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan

Sumber : Sukirno, 2004, Pengantar teori Mikro Ekonomi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta, Halaman 84.

Pada saat harga turun P’ maka perubahan harga tersebut

menyebabkan keadaan permintaan berubah yaitu dari yang ditunjukkan P”

P

P’

0

Q Q Q’

Kuantitas D

T Harga (Rp.Ribu)

R

S

(34)

oleh titik R kepada titik S. ini berarti penurunan harga P menjadi P’ telah

menambah jumlah yang diminta dari Q menjadi Q’. Sedangkan kenaikan

harga juga mengurangi jumlah yang diminta. Akibat dari kenaikan harga

dapat diikuti sepanjang kurva DD menjadi berubah dari R menjadi T,

yang menggambarkan bahwa kenaikan harga itu telah mengurangi

jumlah barang yang diminta dari Q menjadi Q”.

Kurva permintaan akan bergerak ke kanan atau ke kiri hal ini

terjadi apabila terdapat perubahan-perubahan terhadap permintaan yang

ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain,

pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga barang lain,

pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya

mengalami perubahan, maka perubahan ini akan menyebabkan kurva

permintaan bergeser ke kanan atau ke kiri. Apabila faktor-faktor lain

(pendapatan) tidak mengalami perubahan, kenaikan pendapatan ini akan

menaikkan permintaan yaitu pada setiap tingkat harga jumlah yang

diminta menjadi bertambah banyak. Keadaan ini digambarkan oleh

perpindahan kurva permintaan, perubahan itu adalah dari kurva DD

(35)
[image:35.612.212.476.151.312.2]

Gambar 5 : Pergeseran Kurva Permintaan

Sumber : Sukirno, 2004, Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, Halaman 85.

Titik A menggambarkan bahwa pada harga P jumlah yang diminta

adalah Q sedangkan titik A1 menggambarkan bahwa pada harga P jumlah

yang diminta adalah Q1. dapat dilihat bahwa Q1 > Q berarti kenaikan

pendapatan menyebabkan pada harga P permintaan bertambah sebesar

QQ1. Gambar ini menunjukkan bahwa apabila kurva permintaan bergerak

ke sebelah kanan, maka perpindahan itu menunjukkan pertambahan

dalam permintaan, sebaliknya pergeseran kurva permintaan kesebelah

kiri, misalnya D1 D2, berarti bahwa permintaan telah berkurang sebagai

akibat dari perubahan ini pada harga P, jumlah barang yang diminta

adalah Q2, keadaan ini ditunjukkan oleh titik A2. P

0 Harga

D2

Q 0Q1

Kuantitas D D1

A2 A A1

D2 D

(36)

2.2.2.5. Elastisitas Permintaan

Salah satu karakteristik penting darikurva atau fungsi permintaan

pasar adalah derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan

salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ukuran derajat kepekaan ini

disebut Elastisitas. Ada tiga macam konsep Elastisitas permintaan yaitu :

1. Elastisitas Harga

a. Elastisitas harga adalah tingkat kepekaan relatif dari jumlah

yang diminta konsumen, akibat adanya perubahan proporsional

dari sejumlah barang yangdiminta dibagi dengan perubahan

proporsional dari harga. (Sudarman, 1992).

b. Elastisitas harga adalah persentase perubahan jumlah yang

diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut

dengan satu persen atau secara umum :

Eh =

tersebut barang

harga perubahan Persentase

diminta yang

jumlah perubahan

Persentase

……(Boediono, 2000 : 31).

 Bila Eh > 1 dikatakan bahwa permintaan elastis

 Bila Eh < 1 dikatakan bahwa permintaan inelastis

 Bila Eh = 1 dikatakan bahwa permintaan (unitary Elasticity)

Adapun tolak ukur yang dipakai untuk hal ini adalah sebagai

berikut. Jika koefisien Elastisitas permintaan itu menunjukkan

(37)

 Tak terhingga (), maka Elastisitas permintaannya adalah

elastis sempurna (perfect elastic). Yaitu pada tingkat harga yang

sama dapat diminta jumlah barang yang ada berbeda-beda,

artinya adalah sekalipun tidak ada perubahan harga, tetapi

jumlah barang yang diminta dapat juga berubah-ubah.

 Lebih besar dari pada satu (>1), maka Elastisitas Nya adalah

elastis (elastic atau relatively elastic). Adalah jumlah barang

yang diminta sangat dipengaruhi oleh perubahan harga.

 Sama dengan satu (=1), maka Elastisitas permintaannya adalah

unit (= satu). Atau disebut juga unitary elastic. Adalah untuk

barang-barang yang perubahan jumlah yang diminta sebanding

(proporsional) dengan perubahan harga.

 Lebih kecil dari pada satu (<1), maka Elastisitas permintaannya

adalah inelastis (inelastic). Adalah perubahan jumlah yang

diminta sedikit saja terpengaruh oleh perubahan harganya..

 Sama dengan nol (=0), maka Elastisitas permintaannya adalah

inelastis sempurna (perfect inelastic). Jumlah yang tertentu akan

tetap diminta orang sekalipun harganya berubah-ubah.

2. Elastisitas Silang

a. Elastisitas silang adalah pengukuran tentang derajat kepekaan

relatif dari jumlah barang yang diminta sebagai akibat adanya

perubahan tingkat harga barang yang lain. Dengan kata lain,

(38)

barang X yang diminta konsumen dibagi dengan perubahan

proporsional dari Y (Sudarman, 1992).

b. Elastisitas silang adalah persentase perubahan jumlah yang

diminta akan sesuatu barang yang diakibatkan oleh perubahan

harga barang lain (yang mempunyai “hubungan”) dengan satu

persen atau secara umum :

Es = Persentaseperubahan hargabarangy x barang akan permintaan perubahan

Persentase

(Boediono, 2000 : 31).

Berdasarkan koefisien Elastisitas silang, maka hubungan

antara dua jenis barang dapat diklasifikasikan menjadi dua

macam yaitu :

 Bila Es >0, maka kedua barang tersebut mempunyai

hubungan saling menggantikan (substitusi).

 Bila Es < 0, maka kedua barang tersebut mempunyai

hubungan saling melengkapi (komplementer).

c. Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukkan sampai

dimana besarnya perubahan permintaan terhadap suatu barang

apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain.

(Sukirno, 2003 : 115).

3. Elastisitas Pendapatan

a. Elastisitas pendapatan adalah tingkat perubahan relatif dari

(39)

perubahan penghasilan atau pendapatan. Dengan kata lain,

Elastisitas pendapatan adalah perubahan proporsional dari

jumlah barang yang diminta dibagi dengan perubahan

proporsional pendapatan secara nominal. (Sudarman, 1992).

b. Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan permintaan

akan suatu barang yang diakibatkan oleh kenaikan pendapatan

(income) riil konsumen dengan satu persen atau secara umum :

Ep = Persentase perubahan pendapatanriil x barang akan permintaan perubahan

Persentase

..(Boediono, 2000 : 32).

untuk barang “normal” Ep positif dan untuk barang “inferior” Ep

negatif. Barang-barang kebutuhan pokok biasanya mempunyai Ep

< 1 (tidak elastis), sedangkan untuk barang tidak pokok (barang

mewah ) Ep > 1 (elastis).

c. Elastisitas pendapatan terhadap suatu barang adalah perubahan

persentase jumlah barang yang dikonsumsi sebagai reaksi

terhadap suatu kenaikan pendapatan sebesar 1 persen.

(Nicholson, 1997 : 167).

2.2.2.6. Faktor Penentu Elastisitas Permintaan

a. Banyaknya barang pengganti yang tersedia dalam perekonomian

terdapat banyak barang yang dapat digantikan dengan

barang-barang lain sejenis dengannya. Tetapi ada pula yang sukar mencari

(40)

Sekiranya sesuatu barang mempunyai banyak barang pengganti,

permintaannya cenderung untuk bersifat elastis, maksudnya

perubahan harga yang kecil saja akan menimbulkan perubahan

yang besar terhadap permintaan. Permintaan adalah bersifat tidak

elastis karena :

b. Kalau hanya naik para pembeli sukar memperoleh barang

pengganti oleh karena itu harus tetap membeli barang tersebut

sebab permintaannya tidak banyak berkurang.

c. Kalau harga turun permintaannya tidak banyak bertambah karena

tidak banyak tambahan yang pindah dari membeli barang yang

bersaing dengannya.

d. Persentasi pendapatan yang dibelanjakan

Besarnya bagian pendapatan yang digunakan untuk membeli

sesuatu barang dapat mempengaruhi Elastisitas permintaan

terhadap barang tersebut. Bagi barang yang harganya murah,

kenaikan harga tidak akan banyak, mempengaruhi permintaan.

Tetapi untuk permintaan barang-barang yang agak mahal kenaikan

harga dapat menyebabkan pembeli melakukan pilihan dalam

membeli sesuatu barang mahal tersebut.

e. Jangka waktu analisis

Semakin lama jangka waktu dimana permintaan itu dianalisis

semakin Elastisitas sifat permintaan suatu barang karena konsumen

(41)

mengalami perubahan. Apabila permintaannya mengalami

perubahan. Apabila permintaan dianalisa dalam jangka waktu yang

relatif singkat maka permintaannya bersifat lebih tidak elastis

karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam pasar belum

diketahui oleh konsumen.

2.2.3. Impor

2.2.3.1. Pengertian Impor

Impor adalah memasukkan barang-barang dari luar negeri yang

sesuai dengan ketentuan pemerintah ke dalam peredaran dalam

masyarakat yang dibayar dengan mempergunakan valuta asing.

(Amir, 2000 : 183).

Impor adalah aliran masuk barang dan jasa ke pasar sebuah negara

untuk dipakai. Negara meningkatkan kesejahteraannya dengan

mengimpor aneka ragam barang dan jasa yang bermutu dengan harga

yang lebih rendah dari pada yang dapat dihasilkannya didalam negeri.

(Smith dan Blakeslee, 1999 : 112).

Impor adalah kegiatan untuk memasukkan barang kedalam wilayah

kedaulatan RI dan atau tempat-tempat tertentu yang merupakan Wilayah

Yuridiksi Nasional RI mengimpor barang artinya membeli barang-barang

(42)

2.2.3.2. Jenis Quota Impor

Jenisnya quota impor adalah : absolute atau unilateral quota,

negotiated atau bilateral quota, tarif quota, dan mixing quota.

1. Absolute atau unilateral quota adalah quota yang besar atau

kecilnya ditentukan sendiri oleh suatu negara tanpa persetujuan

negara tanpa persetujuan negara lain. Quota semacam ini sering

menimbulkan tindakan balasan oleh negara lain.

2. Negotiated atau bilateral quota adalah quota yang besar atau

kecilnya ditentukan berdasarkan perjanjian antara dua negara atau

lebih.

3. Tarif quota adalah gabungan antara tarif dan quota. Untuk sejumlah

barang diijinkan masuk (impor) dengan tarif tertentu, tambahan

impor masih diijinkan tetapi dikenakan tarif yang lebih tinggi.

4. Mixing quota yakni membatasi penggunaan bahan mentah yang di

impor dalam proposi tertentu dalam produksi barang akhir

Pembatasan ini untuk mendorong berkembangnya industri di dalam

negeri. (Nopirin, 1999 : 65).

2.2.4. Jumlah Penduduk

2.2.4.1. Pengertian Jumlah Penduduk

Penduduk adalah manusia yang memegang peranan penting dalam

kegiatan ekonomi, karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli,

(43)

penting dalam kegiatan ekonomi dan dalam usaha untuk membangun

suatu perekonomian. Dalam usaha untuk meningkatkan produksi dan

mengembangkan kegiatan ekonomi, penduduk memegang peranan

penting karena penduduk menyediakan tenaga kerja, tenaga ahli,

pimpinan perusahaan dari tenaga usahawan.

Sebagai subjek ekonomi maka penduduklah yang akan dapat

menentukan perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah menjadi

lebih baik atau lebih buruk. Jumlah serta mutu penduduk suatu daerah

merupakan unsur penentu yang paling penting bagi kemampuan

memproduksi serta standar hidup suatu negara atau daerah. Namun

demikian, yang paling utama mengapa masalah penduduk ini sangat

menarik perhatian para pakar ekonomi adalah karena penduduk itu

merupakan sumber tenaga kerja, human resource, disamping sumber

faktor produksi skill. (Rosyidi, 2002 : 87).

Dengan peranan penduduk sebagai sumber tenaga kerja dan faktor

produksi skill maka dengan jumlah yang besar dengan kualitas yang baik

pada suatu daerah yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah

penduduk yang besar, produksi suatu dalam GBHN tahun 1993,

disebutkan bahwa penduduk yang besar jumlahnya merupakan sumber

daya manusia yang potensial dan produktif bagi pembangunan.

Apabila suatu negara mempunyai jumlah penduduk yang sedikit

maka penduduk itu akan mampu memanfatkan sumber-sumbernya

(44)

saja jumlah penduduknya besar. Dalam keadaan seperti ini, usaha untuk

mewujudkan produksi secara besar-besaran sangatlah tidak mungkin.

Dan sebaliknya, apabila suatu daerah menderita over population, maka

penduduk dapat memanfaatkan tanah ataupun modalnya seefisien

mungkin, namun dengan demikian karena penduduk terlalu banyak maka

hasil yang diterima setiap orang pun akan menjadi sangat kecil.

(Rosyidi, 1999 : 92).

Untuk menanggulangi masalah tingginya jumlah penduduk maka

pemerintah mempunyai suatu kebijakan yaitu program transmigrasi dan

penyaluran tenaga kerja ke luar negeri.

Penduduk adalah suatu negara memiliki penduduk yang terlalu

sedikit, maka mungkin sekali itu tidak akan mampu untuk memanfaatkan

sumber-sumbernya dengan seefesien mungkin, sebagaimana yang

mungkin akan dihasilkan jika saja jumlah penduduknya lebih besar.

(Rosyidi, 2001 : 85).

Penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau

wilayah tertentu. Dalam hal ini penduduk adalah manusia yaitu yang

memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi karena penduduk

merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga

usahawan. (Anonim 2000 : 11).

Jadi penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat

atau wilayh tertentu. Dalam hal ini manusia yaitu yang memegang

(45)

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang sangat besar, apabila dapat dibina dan

dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan

modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi

usaha pembangunan di segala bidang, jika tidak demikian, maka

akan timbul pengangguran dan problem sosial yang dapat

melemahkan ketahanan nasional

2. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan suatu

pendekatan tertentu. Masalah-masalah yang muncul dari komposisi

penduduk yang tidak seimbang jika tidak teratasi maka akan timbul

kegoncangan sosial.

3. Persebaran Penduduk

Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus

dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu

persebaran yang proposional.

4. Kualitas Penduduk

Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah faktor fisik

meliputi kesehatan, gizi, dan kebugaran dan faktor non fisik

(46)

2.2.4.2. Teori Pertumbuhan Penduduk Ekonomi Menurut Adam Smith

Menurut Smith penduduk meningkat apabila tingkat upah yang

berlaku lebih tinggi daripada tingkat upah subsistensi yaitu tingkat upah

yang pas-pasan untuk seseorang agar dapat mempertahankan hidupnya

apabila tingkat upah berada di atas tingkat subsistensi maka orang-orang

akan kawin pada usia lebih muda, kematian anak-anak berkurang dan

jumlahkelahiranbertambah. Sebaliknya jumlah penduduk akan berkurang

apabila tingkat upah yang berlaku jauh di bawah tingkat upah subsistensi.

Dalam hal ini kematian anak-anak meningkat dan banyak

perkawinan ditunda, terlihat jelas di peranan sentral dari tingkat upah

sebagai pengatur pertumbuhan penduduk.

Menurut smith yang menentukan tingkat upah adalah tarik menarik

antara kekuatan permintaan dan penawarannya. Smith mengatakan

bahwa tingkat upah tinggi dan meningkat apabila permintaan akan tenaga

kerja tumbuh lebih cepat daripada penawaran akan tenaga kerja. Reaksi

pertumbuhan penduduk karena peningkatan permintaan akan tenaga kerja

memerlukan waktu, sehingga apabila permintaan tumbuh dengan cepat

maka tingkat upah akan bertahan pada tingkat upah yang tinggi atau

beberapa waktu sungguh meningkat, menurut smith yang menentukan

permintaan tenaga kerja adalah stok kapital yang tersedia dan tingkat

output masyarakat, sebab tenaga kerja diminta karena dibutuhkan dalam

(47)

2.2.4.3. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Penduduk merupakan unsur penting dalam kegiatan ekonomi dan

usaha untuk membangun suatu perekonomian, dalam usaha untuk

meningkatkan produksi dan mengembangkan kegiatan ekonomi,

penduduk memegang peranan yang penting karena penduduk merupakan

tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan

yang diperlukan untuk menciptakan kegiatan ekonomi.

(Sukirno, 1999 : 75).

Penduduk yang bertambah dari waktu ke waktu akan memperbesar

jumlah tenaga kerja dan pertambahan tersebut kemungkinan untuk

menambah produksi. Di samping itu sebagai akibat pendidikan, latihan

dan pengalaman kerja yang menyebabkan kemahiran penduduk akan

bertambah lagi, maka produktifitas akan bertambah ini selanjutnya

menimbulkan pertambahan produksi yang lebih cepat daripada

pertambahan tenaga kerja, apabila penduduk bertambah dengan

sendirinya luas pasar akan bertambah pula, karena peranannya ini muka

perkembangan penduduk akan menimbulkan dorongan kepada

pertambahan produksi dan tingkat kegiatan ekonomi (Sukirno, 2001 :

(48)

2.2.5. Pendapatan Perkapita

2.2.5.1. Pengertian Pendapatan Perkapita

Definisi Pendapatan Perkapita adalah :

1. Yang dimaksud dengan pendapatan perkapita adalah pendapatan

rata-rata penduduk. Dimana untuk memperoleh pendapatan

perkapita pada pertahunnya, maka yang harus dilakukan adalah

membagi pendapatan nasional pada tahun itu dengan jumlah

penduduk pada tahun yang sama. (Sadono Sukirno, 2000 : 21).

2. Sedangkan menurut definisi PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) Propinsi Jawa Timur 1993-1996, pendapatan perkapita

penduduk adalah pendapatan rata-rata tiap jiwa dalam suatu

wilayah atau daerah yang diperoleh dengan cara membagi jumlah

total produksi barang dan jasa yang dihasilkan penduduk dalam

suatu wilayah tertentu dalam satu tahun dengan jumlah penduduk.

Atau dapat dirumuskan sebagai berikut :

Pendapatan Perkapita Penduduk = PDRB ..(Anonim,1999 ; 32). Jumlah Penduduk

Dimana :

PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) adalah total nilai

produksi barang dan jasa yang diproduksi suatu wilayah tertentu dalam

jangka waktu tertentu.

Sedangkan jumlah penduduk adalah banyaknya jumlah yang

(49)

berturut-turut atau berada di suatu wilayah dalam jangka waktu yang

lama atau tidak dapat ditentukan.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkat

perkembangan pendapatan perkapita yang dicapai seringkali digunakan

sebagai ukuran dari kesuksesan suatu Negara dalam mencapai cita-cita

untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih maju dan pesat.

Disamping itu kegunaan dari pendapatan perkapita, dua diantaranya yang

penting adalah :

1. Untuk membandingkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

2. Untuk membandingkan laju perkembangan ekonomi yang dicapai

oleh berbagai negara didunia dari masa ke masa.

2.2.6. Produksi Beras

2.2.6.1. Pengertian Produksi

Produksi bisa mempunyai pengertian tekhnis dan ekonomis.

Secara teknis produksi berarti proses mengkombinasikan

barang-barang dan tenaga yang ada. Secara ekonomis, produksi berarti suatu

proses yang menciptakan atau menambah nilai, guna, atau manfaat

baru. (Soeratno, 1999 : 22).

2.2.6.2. Faktor-Faktor Produksi

Faktor-faktor produksi bisa dikelompokkan ke dalam empat

(50)

1. Alam (Tanah)

Hal yang harus diperhatikan dalam tanah adalah kedudukan

tanah dan sifat tanah. Dalam usaha industri dan kerajinan

kedudukan tanah agak berlebihan dengan pertanian, karena

pelaksanaan usaha produksi dilapangan industri kurang

tergantung pada kedudukan tanah. Sedangkan sifat tanah

terdapat beberapa perbedaan, pertama; luas tanah yang

digunakan untuk pertanian pada hakekatnya terbatas, kedua;

sebagai faktor produksi tanah sehingga tanah lebih tahan lama,

ketiga; tanah tidak bisa digerakkan atau dipindahkan.

2. Tenaga Kerja

Di Indonesia kebutuhan akan tenaga kerja didalam pertanian

dibedakan menjadi dua yaitu, kebutuhan akan tenaga kerja dalam

usaha tani pertanian rakyat dan kebutuhan akan tenaga kerja dalam

perusahaan pertanian yang besar, seperti : perkebunan, kehutanan,

dll

3. Modal (Capital)

Modal dilihat dari segi pemilikan bisa dibagi dua yaitu, modal

sendiri dan modal pinjaman. Modal yang merupakan pemberian

warisan bisa dianggap sebagai modal sendiri atau pinjaman karena

ditambahkan dari luar tapi tidak menimbulkan

(51)

modal pinjaman tidak berbeda dalam proses produksi, karena

masing-masing menyumbang langsung pada proses produksi.

4. Kemampuan mengelola

Manajemen menjadi semakin penting kalau dikaitkan dengan

efisiensi, artinya walaupun faktor produksi tanah, pupuk, tenaga

kerja dll dirasa cukup. Tetapi jika tidak dikelola dengan baik maka

produksi yang dihasilkan tidak akan optimal

(Soeratno , 1999 : 23).

2.2.7. Harga Beras lokal

2.2.7.1. Pengertian Teori Harga

Harga adalah hasil akhir bekerjanya sistem pasar, yaitu bertemunya

gaya-gaya permintaan dan penawaran antara pembeli (konsumen) dan

penjual (produsen). (Soeratno, 1999 : 21).

Pengertian harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkat

penelitian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan ditukarkan

dengan barang yang lain apapun bentuknya. Suatu barang yang dikatakan

berharga bila barang tersebut :

a. Mempunyai kegunaan

Artinya adalah kegunaan suatu barang akan menimbulkan

keinginan dan keinginan tersebut akan menimbulkan permintaan

(52)

b. Jumlah Produksi

Artinya kelangkaan suatu barang akan mendorong beberapa orang

untuk memanfaatkan kelangkaan dengan menjualnya, dengan kata

lain akan menimbulkan penawaran pada suatu barang tersebut.

Kesimpulan kelangkaan akan menimbulkan penawaran dan

kegunaan menimbulkan permintaan sehingga harga ditentukan oleh

bertemunya dua kekuatan yaitu permintaan dan penawaran.

Harga suatu komoditi biasanya menunjukkan jumlah uang yang

harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu unit komoditi. Ini

disebut harga absolute (absolute price) atau harga dalam uang

(money price), suatu harga relatif adalah perbandingan antara dua

harga absolute, harga ini menyatakan harga satu barang dalam

ukuran barang lain.

2.2.7.2. Kebijakan Harga Dasar Dan Harga Tertinggi

Kebijakan harga yang ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini

adalah berupa harga dasar (Floor price) dan harga atap (ceiling price).

Harga dasar diperlukan untuk menjaga agar harga pasar pada saat panen

tidak menurun jauh di bawah harga dasar, minimal sama dengan harga

dasar. Sebaliknya harga atap tetap diperlukan saat musim paceklik.

Kebijaksanaan harga disebut efektif apabila harga pasar berada diantara

(53)

Pada saat panen raya produksi padi sangat melimpah hingga harga

dasar di bawah semestinya (harga keseimbangan ). Karena itu diperlukan

kebijaksanaan harga dasar yang lebih tinggi dari pada harga pasar

tersebut.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bahwa OQ0 adalah besarnya

produksi yang diminta masyarakat pada harga pasar Pm yang tersedia di

bawah harga dasar Pf. Bila harga dasar diperlakukan, maka jumlah

permintaan adalah sebesar OQ1, agar harga dapat berfungsi dengan baik

maka pemerintah harus membeli kelebihan produksi (penawaran) sebesar

Q1 Q2. dalam situasi seperti ini jumlah produksi seharusnya dijual

[image:53.612.181.472.422.610.2]

produsen adalah sebesar OQ2.

Gambar 6 : Permintaan Dan Penawaran Dengan Harga Tetap Pada

Musim Paceklik

Sumber : Soekartawi, 1999, Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori dan Aplikasi. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta, Halaman 173.

Situasi paceklik adalah situasi saat jumlah produksi yang tersedia

sangat terbatas, sementara jumlah konsumen tetap atau bahkan terus Harga

Pm

0 Q1 Q0 Q2

Kuantitas D

S

(54)

bertambah. Dalam keadaan seperti ini harga pasar cenderung tinggi atau

lebih tinggi atau lebih tinggi dari harga keseimbangan bila saja tidak

diberlakukan harga atap. Pada gambar 0 Q0 adalah jumlah produksi yang

dijual dan akan dibeli oleh konsumen bila tidak diberlakukan harga atap

(Pc). Disini terlihat bahwa Pc lebih tinggi dari pada Pm bila tidak

diberlakukan harga atap, maka perbedaan Pc dan Pf akan semakin tinggi.

Bila diberlakukan harga atap, maka jumlah produksi yang dijual adalah

sebesar 0 Q1, pada saat itu harga pasar (Pm) melebihi harga dasar. Agar

harga atap tersebut berfungsi posisi Pm, maka pemerintah perlu menjual

stok sebesar Q12 dengan demikian situasinya adalah komoditi pertanian

yang berada dipasar adalah Sebesar 0 Q2 yang terbeli pada harga pasar

yang terdiri dari produksi yang dijual produsen sebesar 01 dan yang

disuplay pemerintah sebesar Q1 Q2.

2.2.7.3. Perilaku Konsumen Terhadap Harga

Dalam menjelaskan tentang perilaku konsumen, kita bersandar

pada dasar pemikiran pokok bahwa orang cenderung memilih

barang-barang dan jasa yang nilainnya paling tinggi. Guna menjelaskan cara

konsumen melakukan pilihan diantara berbagai kemungkinan, seabad

yang lalu para pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan mengenai

utilitas. Dari konsep utilitas tersebut, kita dapat menurunkan kurva

permintaan dan menjelaskan ciri-cirinya. Utilitas berarti kepuasan. Atau

(55)

subjektif yang di rasakan oleh seseorang dari mengkonsumsi suatu

barang atau jasa.

2.2.7.4. Teori Harga (Bertil Ohlin Theory) Heckscher - Ohlin

Pengertian harga suatu barang atau jasa adalah suatu tingkatan

penilaian yang pada tingkat itu barang yang bersangkutan dapat

dipertukarkan dengan barang lain, apapun bentuknya.

Sedang Bertil Ohlin berpendapat bahwa perdagangan internasional

itu sebenarnya adalah masalah harga jelasnya, perbedaan hargalah yang

menyebabkan timbulnya kegiatan perdagangan internasional oleh karena

itu Bertil Ohlin membahas perdagangan internasional mengikuti jalur

proses mekanisme. Pembentukan harga yang sudah sendirinya harus

menyelidiki faktor-faktor yang menentukan atau yang mempengaruhi

permintaan dan penawaran, karena harga suatu barang itu terjadi karena

adanya permintaan dan penawaran atas barang tersebut. Perbedaan harga

barang tersebut yang menjadi dasar dari timbulnya perdagangan

internasional. Menurut Ohlin adalah disebabkan oleh perbedaan

komposisi dan proporsi faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh

negara-negara di dunia ini.

Jadi dapat juga dikatakan bahwa pertukaran atau perdagangan

barang atau jasa antar negara dapat terjadi oleh karena beberapa

perbedaan faktor-faktor produksi dan kemungkinan-kemungkinan

(56)

dari perbedaan harga yang kemudian menyebabkan timbulnya kegiatan

perdagangan interregional ataupun internasional. Akan tetapi

perdagangan internasional itu pun akan berpengaruh pada tingkat harga.

Perdagangan internasional mempunyai tendensi bahwa tingkat-tingkat

harga itu kemudian akan menjadi sama proses penyamaan tingkat harga

ini akan berlangsung dengan lebih cepat lagi bilamana dalam

perdagangan internasional tidak terdapat rintangan-rintangan yang

membatasi perdagangan internasional seperti adanya biaya dan cukai

serta ongkos transportasi. Jadi perdagangan bukan saja bertendensi untuk

mempersamakan harga barang melainkan juga mempersamakan harga

faktor produksi. (Sobri, 2001 : 42).

Analisis teori H – O dapat dibuat suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Harga atau biaya produksi suatu barang akan ditentukan oleh

jumlah atau proporsi faktor produksi yang dimiliki masing-masing

negara.

2. Comparative advantage atau keunggulan komparatif dari suatu

jenis produk yang dimiliki masing-masing negara akan ditentukan

oleh struktur dan proporsi faktor produksi yang dimilikinya.

3. Masing-masing negara akan cenderung melakukan spesialisasi

produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut

memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk

(57)

4. Sebaliknya, masing-masing negara akan mengimpor barang

tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang

relatif sedikit dan mahal untuk memproduksinya.

(Hamdy H, 2000 : 42).

2.2.8. Kurs Rupiah Terhadap Dollar

2.2.8.1. Pengertian Kurs

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga

atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang

negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah

uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang

dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. (Sukirno,

2006 : 397).

Kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang

luar negeri (asing) atau rasio antara satu unit satuan mata uang dengan

jumlah mata uang yang lain pada waktu tertentu. (Salvatore, 1999 :

140).

Valuta asing adalah mata uang asing yang diperlukan untuk

melaksanakan transaksi internasional. Sedangkan kurs adalah harga mata

uang suatu negara diukur dengan mata uang negara lain.

(Mc Eachern, 2001: 436).

Valuta asing (valas) atau foreign exchange (FOREX) atau foreign

(58)

digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi

keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada

bank sentral. (Hamdy, 1999 : 16).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurs merupakan

perbandingan nilai mata uang sehingga untuk mendapatkan mata uang

maka harus menukarkan mata uang tersebut dengan mata uang negara

lain agar memperoleh satu unit mata uang asing.

2.2.8.2. Permintaan dan Penawaran Valuta Asing

a. Permintaan Valuta Asing

Permintaan valuta asing merupakan keingginan dari penduduk suatu

negara untuk memperoleh suatu jenis mata uang asing. Permintaan

tersebut memberikan gambaran tentang besarnya jumlah suatu valuta

asing tertentu yang ingin diperoleh penduduk suatu negara. Dengan

tujuan digunakan untuk membayar atau membiayai pembelian

barang-barang dari luar negeri dan asset-aset di luar negeri.

Keingginan penduduk yang bertambah besar untuk memperoleh

barang dari suatu negara akan menurunkan permintaan valuta asing.

(Sukirno, 2000 :

Gambar

Gambar 1 : Permintaan Dan Penawaran Dengan Harga Tetap Pada
Gambar 2 : Kurva Permintaan
Gambar 3 : Kurva Pemintaan
Gambar 4 : Gerakan Sepanjang Kurva Permintaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat-Nya lah saya dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi saya ini dengan judul: “TANGGUNG JAWAB PELAKU

Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.386/Men.Kes/SK/IV/1994 tentang pedoman periklanan, obat bebas, obat tradisional, alat kesehatan, kosmetika,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Secara parsial kepemimpinan partisipatif kepala sekolah tidak berpengaruh terhadap kinerja guru pada SMP di Kecamatan Samigaluh Kulon

Setyaningsih, Titik dan Antin Okfitasari, Desember 2016, “Mengapa Wajib Pajak Mengikuti Tax Amnesty (Studi Kasus di Solo)” Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol..

Dari proses QFD menyatakan bahwa untuk Pasar Pandaan yang menjadi prioritas pihak pengelola dan pedagang dalam peningkatan kualitas atribut pelayanan adalah R1(Kebersihan),

lap oran Akuntan” yang memp eng aruhi lap oran keuang an telah d ilap orkan atau d iung kap kan d alam lap oran keuang an, d an seluruh “ Kejad ian p enting setelah tang g al

Sesuai dengan pokok masalah di atas maka tujuan penelitian ini dilakukan untuk: (I) Unruk mengetahui ada atau tidaknya pengaruhcash conversion cycle terhadap

This study proposes an integrative framework to explain the impact of service attributes categorised as attractive quality (A) on customer emotional needs in services.. The