• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh

NUR ARI SUFIAWAN

NIM. 8126161011

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Sains

Program Studi Ilmu Ekonomi

Oleh

NUR ARI SUFIAWAN

NIM. 8126161011

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Nur Ari Sufiawan. Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2014.

Berfluktuasinya harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita tiap tahunnya, tentunya akan mempengaruhi permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada pengaruh harga beras, harga tepung terigu, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara secara simultan dan parsial. Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari BPS Provinsi Sumatera Utara yakni variabel harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di Provinsi Sumatera Utara secara time series dari tahun 1998 s.d. 2012. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan model estimasi regresi linear berganda dengan menggunakan bantuan program Eviews 7. Hasil dari penelitian ini secara simultan variabel harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan secara parsial disimpulkan bahwa variabel harga beras berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel harga tepung terigu dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan pendapatan perkapita berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel jumlah penduduk. Selanjutnya harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita mampu menjelaskan model permintaan beras sebesar 97,47 persen.

(6)

ii

ABSTRACT

Nur Ari Sufiawan. Analysis of the factors affecting the demand of rice in the province of North Sumatra. Thesis Medan: Medan State University Graduate School, 2014.

Fluctuation in the price of rice, wheat flour prices, population and income per capita each year, of course, will affect the demand for rice in the province of North Sumatra. This study aims to analyze the effect of no effect of the price of rice, wheat flour price, per capita income and population to the demand for rice in the province of North Sumatra simultaneously and partially. The data used are secondary data sourced from BPS North Sumatra Province namely variable price of rice, wheat flour prices, population and income per capita in the province of North Sumatra as a time series from 1998 till 2012 Data analysis was performed using OLS (Ordinary Least Square) with multiple linear regression models estimated with the help of the program Eviews 7 The results of this study simultaneously variable price of rice, wheat flour prices, population, and per capita income significantly to the demand for rice in the province of North Sumatra. While partially concluded that the negative effect of rice price variable and not significant; flour price variable and the number of people and no significant positive effect, while the per capita income is not significant and positive effect on the demand for rice in the province of North Sumatra. The results of this study also showed that the most dominant variable is a variable number of people. Furthermore, the price of rice, wheat flour prices, population and income per capita rice demand model is able to explain at 97.47 percent.

Keywords: Demand for Rice, Rice Price, Price Wheat Flour, Population and Per

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya, kepada penulis dalam menuntut ilmu

dan menyelesaikan penelitian tesis ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara”.

Selama melaksanakan penelitian tesis ini penulis banyak mendapat bantuan

moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd, selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi

dan Bapak Dr. Eko Wahyu Nugrahadi, M.Si, selaku sekretaris Program Studi

Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, sekaligus

selaku Pembimbing II (Kedua) yang telah banyak memberikan masukan, saran,

perhatian dan atas pelayanan akademik yang diberikan kepada penulis dalam

(8)

iv

4. Bapak Dr. Arwansyah, M.Si, selaku Pembimbing I (Pertama) yang telah

memberikan perhatian dan kesabaran dalam membimbing serta peminjaman

buku yang sangat membantu penulis hingga selesainya penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. H. Dede Ruslan, M.Si, Bapak Indra Maipita, M,Si., Ph.D., dan Ibu

Sri Fajar Ayu, MM. DBA selaku narasumber dan sekaligus dosen penguji yang

telah banyak memberikan masukan yang sangat berharga bagi penulis.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen program Studi Ilmu Ekonomi yang telah banyak

memberikan ilmu dan pengetahuan selama menempuh pendidikan di Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku tersayang. Ibunda Indriati Marbun,

Amd.Pd dan Ayahanda Sueb yang selalu dan tak pernah putus asa memberi

semua dukungan yang dapat diberikan dari yang bersifat fisik, mental, dan juga

doa yang tulus untuk kebaikan penulis tanpa pernah mengharap balasan apapun

serta kakanda tersayang Budi Dharma, ST yang selalu setia memberikan

dukungan, doa yang tulus dan mengalir tanpa henti.

8. Ihsan Wahyudi buat semua dukungannya, masukannya, doanya, sayangnya

yang senantiasa selalu memberikan motivasi bagi penulis selama menempuh

pendidikan sehingga penulis menyelesaikan study pada Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan selama menempuh Pendidikan di Program

(9)

v

Penulis masih mengharapkan masukan maupun kritikan yang membangun

dalam penelitian tesis ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya belumlah

sempurna, semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan, pemerintahan

dan masyarakat.

Medan, 28 Agustus 2014 Penulis,

(10)

vi

2.1.2 Faktor-faktor Permintaan ... 14

2.1.3 Fungsi Permintaan ... 17

2.1.3.1 Fungsi Permintaan Marshallian ... 17

2.1.3.2 Fungsi Permintaan Hicksian ... 20

2.1.4 Kurva Permintaan ... 21

2.1.4.1 Pergeseran Kurva Permintaan ... 22

2.1.5 Pengertian Tepung Terigu ... 24

2.1.5.1 Pengertian Gandum ... 24

2.1.6 Teori Kebijakan Harga ... 25

2.1.6.1 Kebijaksanaan Penentuan Harga Dasar ... 31

2.1.6.1 Kebijaksanaan Penentuan Harga Atap ... 31

2.1.7 Elastisitas Permintaan ... 32

2.2. Penelitian Sebelumnya ... 35

2.3. Kerangka Pemikiran ... 40

2.4.Hipotesis ... 41

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 42

3.2. Prosedur Pengumpulan Data ... 42

3.3. Metode Analisis ... 42

3.3.1 Estimasi Fungsi Permintaan ... 43

3.3.2 Uji Ekonometrika ... 43

3.3.3 Uji Signifikansi ... 46

(11)

vii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Perkembangan Permintaan Beras Provinsi Sumatera Utara dan Variabel yang Mempengaruhinya ... 52

4.1.1. Perkembangan Pemintaan Beras di Prov. Sumut ... 52

4.1.2. Perkembangan Harga Beras di Prov. Sumut ... 54

4.1.3. Perkembangan Harga Tepung Terigu di Prov. Sumut ... 56

4.1.4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Prov. Sumut ... 58

4.1.5. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Prov. Sumut ... 60

4.2. Pembahasaan Hasil Estimasi Model Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 62

4.2.1. Pemilihan Model ... 62

4.2.2. Pembahasan Uji Ekonometrika ... 63

4.2.3. Pembahasan Uji Signifikansi ... 66

4.2.4. Pembahasan Model Analisis... 67

4.2.5. Pembahasan Variabel Penelitian ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(12)

viii

Prediksi Kebutuhan Beras Nasional Tahun 1971-2091………... Pengeluaran rata-rata Perkapita Sebulan untuk beras, makanan Selain Beras, Bukan Makanan

di Sumatera Utara

2009-2012………...

Perkembangan Harga Beras, dan Konsumsi Beras Perkapita Provinsi Sumatera Utara

2002-2011………...

Harga Pasar, Harga Dasar dan Harga Atap Beras tahun 2008-2012……….. Perkembangan Harga Tepung Terigu di Provinsi Sumatera Utara tahun

2002-2011………...

Penentuan Autokorelasi Uji Durbin Watson………... Uji Statistika Durbin Watson…………... Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012 (Tabulasi Normal Dalam

Kg)……….

Harga Beras di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012 (Tabulasi Normal Dalam

Rupiah)………...

Harga Tepung Terigu di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012 (Tabulasi Normal

Dalam Rupiah)………...

Jumlah Penduduk di Sumatera Utara tahun 1998-2012 (Tabulasi Normal Dalam

Jiwa)………...

Pendapatan Perkapita di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012 (Tabulasi Normal

Dalam Rupiah)………...

Hasil Regresi Model Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara………... Hasil Uji Autokorelasi………... Penentuan Autokorelasi Uji Durbin

(13)

ix

Perkembangan Penduduk Sumatera Utara tahun 2002-2012………... Pendapatan Perkapita Masyarakat Provinsi Sumatera Utara………... Kurva Permintaan………... Kurva Pergeseran Permintaan………... Kurva Penentuan Harga Keseimbangan. Skema Kerangka Pemikiran…………... Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012……….. Harga Beras di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012……… Harga Tepung Terigu di Provinsi Sumatera Utara 1998-2012………... Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012……….. Pendapatan Perkapita di Provinsi Sumatera Utara tahun 1998-2012………..

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5

Variabel Data Penelitian………. Uji Hipotesis………... Uji Normalitas………. Uji Autokorelasi……….. Uji Multikolinearity………

……….. Halaman

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras

menjadi nasi. Beras merupakan bahan pangan utama mayoritas rakyat Indonesia,

dan golongan masyarakat berpendapatan rendah membelanjakan lebih kurang

sepertiga dari pendapatan mereka untuk membeli beras (Pranolo, 2000:10). Beras

menduduki nilai penting dalam mencukupi kebutuhan makanan pokok di

Indonesia.

Pangan seperti beras merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

yang paling hakiki dan pemenuhan akan kebutuhannya merupakan hak azasi

setiap orang. Dengan demikian pangan bagi penduduk harus tersedia setiap saat

dimana saja orang membutuhkannya. Menurut Sawit (2000:34), beras masih

memegang peranan penting sebagai pangan utama rakyat Indonesia, diperkirakan

kontribusinya antara 40% sampai 80% dari kebutuhan kalori masyarakat, beras

juga menjadi sumber pendapatan bagi sebagian besar petani kecil di Indonesia,

diperkirakan 2/3 (dua pertiga) lahan pertanian dialokasikan untuk tanaman padi.

Dengan demikian ketahanan pangan menjadi hal yang sangat penting.

Menurut Puslitbang (2012:49) beras mampu menyuplai ketersediaan

pangan pokok di Indonesia sebesar 95% yang mana 5% lainnya dicukupi dengan

makanan pengganti lain. Budaya akan mengkonsumsi beras masih sangat tinggi.

(16)

2

Sektor pertanian di Indonesia sangat krusial karena harus memenuhi

kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya lebih dari 200 juta jiwa. Dengan

memakai data Lembaga Demografi UI (2000) membuat prediksi kebutuhan beras

Nasional yang didasarkan pada asumsi : (1) Setiap penduduk mengkonsumsi

144kg/tahun, (2) Seluruh penduduk mengkonsumsi beras dan (3) Indonesia tetap

dengan luasan wilayah dan penduduk yang relatif tidak sama.

Adapun prediksi kebutuhan beras Nasional penduduk Indonesia dari

tahun 1971-2091 dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 1.1. Prediksi Kebutuhan Beras Nasional Tahun 1971-2091

Tahun Jumlah Penduduk (Juta Jiwa)

Kebutuhan (Juta Ton) 1971 120 17.280 1981 151 21.774 1991 186 26.784 2001 218 35.280 2011 245 39.168 2021 272 42.768 2031 297 45.072 2041 313 45.072 2051 322 46.368 2061 325 46.800 2071 325 46.800 2081 325 46.800 2091 326 46.944

Sumber : Lembaga Demografi Universitas Indonesia

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kebutuhan beras untuk penduduk

Indonesia sangat besar. Semakin lama kebutuhan beras Nasional semakin

meningkat sering dengan meningkatnya jumlah penduduk. Dapat dilihat pada

tahun 1971 kebutuhan beras hanya 17.280 juta ton untuk 120 juta penduduk.

Tetapi pada tahun 2001 kebutuhan meningkat menjadi 35.280 juta ton untuk 218

(17)

3

kebutuhan beras untuk penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan sebesar

46.944 juta ton.

Beras menjadi tetap dominan disebabkan beras lebih baik sebagai sumber

energi maupun nutrisi dibandingkan dengan jenis makanan pokok lainnya. Selain

itu, beras juga menjadi sumber protein utama yaitu mencapai 40 persen (Surono,

2001:34).

Swasembada beras di Indonesia pernah terjadi pada masa kepemimpinan

Bapak Presiden Soeharto. Swasembada beras terjadi pada tahun 1969 dan

berakhir pada tahun 1984. Pemerintah pada masa itu berupaya meningkatkan

produksi beras melalui pengenalan benih IR dan lokal yang sangat responsif

terhadap pupuk kimia dan untuk mendukung upaya tersebut maka pemerintah

memberikan kemudahan atau insentif kepada petani agar dapat menerapkan

teknologi tersebut. Dukungan yang diberikan pemerintah antara lain adalah

memberikan subsidi input, investasi pada irigasi dan kelembagaan sampai di

tingkat petani. Kenyataan ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan tersebut

memberikan hasil dengan tercapainya tingkat swasembada beras pada tahun 1984

dan membawa Indonesia menjadi net exporting country (Suryana, 2001:87).

Keberhasilan Indonesia dalam swasembada pangan yakni pada

komoditas beras tidak selalu diikuti dengan pengurangan masyarakat yang rawan

pangan. Oleh karena itu fokus ketahanan pangan yang menjadi prioritas di

Indonesia saat ini tidak semata-mata dari aspek penyediaan pangan melalui usaha

(18)

4

pangan rumah tangga untuk mengurangi masyarakat yang rawan pangan (Hanani,

2012:1).

Namun ironisnya setelah swasembada beras berakhir, Indonesia justru

gencar mengimpor beras dari negara-negara lain seperti Cina, Thailand, dan

Vietnam yang mana beberapa negara tersebut pernah belajar usaha tani beras di

Indonesia. Permasalahan lain saat ini jumlah produksi beras tidak lagi bisa sesuai

yang diharapkan. Beras juga dikatakan sebagai komoditas yang bersifat inelastis,

yang mana jumlah permintaan semakin tinggi sedangkan jumlah yang ditawarkan

tidak bisa meningkat, justru cenderung menurun (Kumalasari dkk, 2013:49).

Hal ini semakin diperparah lagi dengan terjadinya krisis 1997-1998 yaitu

dengan larangan monopoli impor oleh Bulog dan diizinkannya pihak swasta untuk

impor beras. Pada periode ini ternyata impor beras mencapai jumlah fantastik

yaitu mencapai 5,8 juta ton sehingga berdampak pada rendahnya harga beras di

pasar internasional pada saat itu.

Pada tahun 1998 inilah Indonesia mengalami krisis beras yang paling

parah. Harga beras dipasaran semakin meningkat disatu pihak, sedangkan dipihak

lain pendapatan riil masyarakat semakin berkurang dan jumlah orang miskin terus

bertambah karena krisis moneter dan ekonomi yang berlangsung sejak

pertengahan tahun 1997, sehingga sebagian besar masyarakat sulit menjangkau

beras yang tersedia dipasar dan harganya tidak stabil. Harga pasar yang pada Juli

1998 mencapai sekitar Rp 2.200,- per kg atau 2,2 kali lipat dari harga pertengahan

(19)

5

Setelah tahun 2000, jumlah impor beras Indonesia mengalami tren

penurunan. Selama tahun 2003-2006 tingkat impor beras Indonesia menurun

dengan rata-rata 33,6 persen per tahun. Hal tersebut merupakan kondisi yang

cukup menggembirakan karena terdapat kecenderungan bahwa ketergantungan

Indonesia terhadap beras impor mulai berkurang.

Permasalahan yang menyangkut tentang beras saat ini merupakan

permasalahan yang sangat komplek terutama sejak permerintah menaikkan harga

bahan bakar minyak, yang berdampak pada naiknya harga sejumlah komoditi

termasuk beras, sementara daya beli masyarakat khususnya masyarakat

berpenghasilan rendah yang merupakan mayoritas rakyat Indonesia menurun

derastis. Peranan pemerintah dengan lembaga penyanggah seperti Bulog/Dolog,

sebenarnya bertujuan untuk memantau, menjaga dan menstabilkan harga dan

pasokan beras dipasar ternyata belum mampu berperan secara signifikan sejak

berubahnya status Bulog dari lembaga pemerintah non departemen menjadi

perusahaan umum. Dalam hal ini salah satu fasilitas yang selama ini dinikmati

oleh Bulog dicabut, yaitu Bulog tidak lagi memperoleh dana murah berupa kredit

likuidasi Bank Indonesia untuk menjalankan tugasnya tetapi harus menggunakan

dana mahal berupa kredit komersial. Padahal selama ini dana yang dibutuhkan

oleh Bulog untuk melakukan pengelolaan cadangan beras adalah sangat besar.

Dari kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia masih sering

dikategorikan sebagai negara berketahanan pangan rendah, dalam artian rentan

terhadap gejolak sosial dan kenaikan harga pangan global. Dalam keadaan harus

(20)

6

sepuluh persen dari total kebutuhan beras Nasional. Dana yang besar diperlukan

untuk membiayai penyediaan beras impor, dimana setiap tahunnya jumlah

permintaan beras dalam negeri atau lokal terus meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah penduduk.

Seiring dengan pertambahan penduduk Indonesia yang semakin

bertambah pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan kebutuhan akan pangan

juga meningkat. Persoalan utama yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia yaitu

masih banyaknya kebutuhan akan beras untuk kebutuhan dalam negeri yang harus

didatangkan dari luar Negeri. Impor beras dalam jumlah yang sangat banyak

terutama beras yang dikonsumsi oleh kalangan menengah ke bawah menyebabkan

keambrukan produksi beras dalam negeri karena harga beras luar negeri lebih

murah dibandingkan dengan harga beras dalam negeri (Suryadi, 2008:43).

Provinsi Sumatera Utara memiliki sumber daya alam yang cukup

potensial, bila dilihat dari kondisi perekonomian sektor pertanian mempunyai

peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah

ini. Pemerintah telah menetapkan bahwa Sumatera Utara sebagai salah satu

provinsi lumbung berasnya Indonesia dari 14 provinsi sentra produksi padi yang

diharapkan akan mampu untuk meningkatkan produksi pertaniannya.

Pengeluaran rata-rata sebulan penduduk Sumatera Utara untuk tahun

2012 sebesar Rp 599.060,- seperti yang disajikan pada tabel 1.2, dimana

pengeluaran untuk konsumsi beras perkapita sebesar Rp 67.523,- atau sebesar

(21)

7

sebesar 46,23% dan pengeluaran untuk konsumsi bukan makanan sebesar Rp

254.593,- atau 42,50%.

Tabel 1.2. Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Untuk Beras, Makanan Selain Beras, dan Bukan Makanan di Sumatera Utara 2009-2012

JENIS

Sumber : BPS Sumatera Utara dalam angka 2009-2012

Jika dilihat dari Perkembangan harga dan konsumsi beras perkapita di

Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya menagalmi kenaikan. Seperti yang

disajikan pada tabel 1.3, pada tahun 2002 harga beras dipasaran berkisar Rp

3.833,21 per kg dengan tingkat konsumsi perkapita 151.7 kg/thn, hingga pada

tahun 2011 harga beras dipasaran mengalami kenaikan dari tahun 2006-2011

menjadi kisaran Rp 8.230,95 per kg dengan tingkat konsumsi perkapita sebesar

110,87 kg/thn.

Tabel 1.3. Perkembangan Harga Beras, dan Konsumsi Beras Perkapita Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2011

Tahun Harga Beras (Rp/Kg)

(22)

8

Ada kecenderungan kuat bahwa di sektor pertanian selalu dituntut

menyediakan beras dengan harga murah untuk mengamankan variabel makro

(inflasi, pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan pasar). Sektor pertanian juga

dituntut mendukung sektor industri dengan menyediakan beras murah bagi para

pekerja kota. Perlakuan ini tak lepas dari posisi strategis beras, saat ini 96 persen

penduduk negeri ini bergantung pada beras (Khudori, 2006:57).

Tabel 1.4. Harga pasar, Harga dasar dan Harga atap beras tahun 2008-2012

Tahun Harga Pasar (Rp/Kg)

Sumber : Bulog Sumatera Utara 2008-2012

Kaitan permasalahan ketahanan pangan ini khususnya Provinsi Sumatera

Utara adalah bagaimana kondisi permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara

sebenarnya. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995:99), menyatakan bahwa

permintaan merupakan sejumlah barang atau jasa yang dibeli oleh konsumen

selama periode tertentu berdasarkan situasi dan kondisi tertentu. Adapun faktor

yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang

subtitusi, harga barang komplementer, pendapatan konsumen dan lain-lain.

Namun, mengingat beras merupakan kebutuhan yang sangat pokok dan

banyak barang komplementernya, maka faktor yang dianalisis dalam permintaan

beras adalah harga beras, harga tepung terigu sebagai barang subtitusi, jumlah

(23)

9

Tepung terigu merupakan barang subtitusi terdekat dari beras. Hal ini

didasarkan pada gemarnya masyarakat mengkonsumsi makanan seperti mie dan

roti yang dibuat dari adonan tepung terigu yang berbahan dasar gandum. Mie dan

roti merupakan makanan yang kerap kali mampu menggantikan posisi nasi dalam

perut masyarakat. Naiknya beras tentunya diduga akan mempengaruhi naiknya

permintaan barang subtitusi lainnya seperti tepung terigu dan juga sebaliknya.

Turunnya harga tepung terigu diduga akan meningkatkan permintaan terhadap

beras di Provinsi Sumut.

Tabel 1.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2011

Tahun Harga Tepung Terigu (Rp/Kg) 2002

pada tabel 1.5, diketahui bahwa harga tepung terigu cukup berfluktuasi disetiap

tahunnya untuk tahun 2002 harga tepung terigu Rp 3.251,57,- sampai di tahun

2011 harga tepung terigu berkisar Rp 12.871,95,-. Tepung terigu yang diolah

menjadi roti dan mie merupakan barang subtitusi dari beras.

Permintaan akan beras juga meningkat seiring dengan kenaikan laju

pertumbuhan penduduk yang setiap tahun berdasarkan data BPS juga mengalami

(24)

10

penduduk di Sumatera Utara. Sehingga ketika penduduk Sumatera Utara

mengalami peningkatan secara langsung permintaan beras juga akan turut

meningkat.

Gambar 1.1. Perkembangan Penduduk Sumatera Utara Tahun 2002-2012

Sumber : BPS, Sumatera Utara dalam angka 2002-2012

Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk yang terus

meningkat dari tahun 2002 sampai 2009. Dimana pada tahun 2002 jumlah

penduduk Sumatera Utara mencapai 11.847 juta jiwa, meningkat sampai di tahun

2009 sebesar 13.248 juta jiwa, tahun 2010 terjadi penurunan jumlah penduduk

sebesar 12.982 juta jiwa yang disebabkan karena menurunnya penduduk miskin

dan timbullah kesejahteraan penduduk dan terjadinya penekanan kepada

masyarakat untuk menjalani keluarga berencana hanya cukup dua anak yang

ditanggungi pemerintah, ditahun 2011 terjadi peningkatan kembali jumlah

penduduk Sumatera Utara menjadi 13.103 juta jiwa dan tahun 2012 berdasarkan

hasil sensus penduduk, jumlah penduduk Sumatera Utara mencapai 13.215 juta

jiwa.

11,000,000 11,500,000 12,000,000 12,500,000 13,000,000 13,500,000

(25)

11

Selain Pengaruh harga beras, harga barang substitusi dimana barang

substitusi yang dimaksud adalah harga tepung terigu, jumlah penduduk, ada faktor

lain yang mempengaruhi permintaan beras sebagai makanan pokok penduduk

yaitu pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Utara.

Pendapatan konsumen yang dalam hal ini diukur melalui besaran

pendapatan perkapita masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data pada

gambar 1.2, tersebut diketahui bahwa pendapatan perkapita cukup berfluktuasi.

Pada tahun 2002 Rp 5.746.598 milyar sehingga pada tahun 2011 pendapatan

perkapita masyarakat Sumatera Utara sebesar Rp 10.132.507 milyar.

Sumber : BPS, Sumatera Utara dalam angka 2002-2011

Gambar 1.2. Pendapatan Perkapita Masyarakat Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2011

Berdasarkan uraian diatas, maka untuk mengetahui hubungan masing –

masing variabel tersebut dengan permintaan beras maka penulis tertarik

melakukan suatu penelitian dalam bentuk tesis dengan judul : “Analisis Faktor –

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

5,746,598 6,276,265

5,796,2225,843,024

6,576,9647,386,6227,163,732

7,999,560 9,138,000

(26)

12

Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi Sumatera

Utara”.

1.2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

pengaruh harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk, dan pendapatan

perkapita terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh harga

beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk, dan pendapatan perkapita terhadap

permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Secara garis besar, beberapa manfaat yang diharapkan dari hasil

penelitian tentang harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk, dan

pendapatan perkapita terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara yaitu

:

1. Sebagai bahan pertimbangan oleh para pengambil keputusan dalam kegiatan

perberasan di Provinsi Sumatera Utara.

2. Memberi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik untuk

kepentingan akademis maupun non akademis.

3. Sebagai referensi yang dapat digunakan oleh peneliti yang berkaitan dengan

(27)

75

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara simultan keempat variabel tersebut menunjukkan nilai F-Stat yang

cukup tinggi yaitu 96,34 dengan prob. sebesar 0.000 < 0.05, yang berarti

bahwa secara bersama-sama perubahan variabel harga beras, harga tepung

terigu, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita berpengaruh signifikan

terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara.

2. Secara parsial disimpulkan bahwa variabel harga beras berpengaruh negatif

dan tidak signifikan, sedangkan variabel jumlah penduduk dan harga tepung

terigu berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi

Sumatera Utara. Selanjutnya untuk pendapatan perkapita berpengaruh positif

dan tidak signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara.

3. Variabel harga beras, harga tepung terigu, jumlah penduduk dan pendapatan

perkapita mampu menjelaskan model permintaan beras di Provinsi Sumatera

Utara sebesar 97,47 persen. Serta sisanya 2,53 persen dipengaruhi variabel lain.

4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan

terhadap permintaan beras di provinsi Sumatera Utara adalah jumlah

penduduk.

(28)

76

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Adanya upanya untuk menjaga ketersedian beras agar kebutuhan akan beras

dapat selalu terpenuhi. Dalam upaya menjaga dan memenuhi kebutuhan beras

perlu diperhatikan adalah menjaga proses distribusi beras agar permintaan

beras di Provinsi Sumatera Utara terpenuhi.

2. Meningkatnya jumlah penduduk setiap tahunnya akan membuat ketahanan

pangan khususnya beras menjadi sangat penting. Oleh karena beras merupakan

bahan pokok paling utama dimasyarakat, maka diusulkan kepada pemerintah

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan hasil panen

dan memperhatikan faktor - faktor yang mempengaruhinya misalnya harga

pupuk dan lahan irigasi pertanian di masing-masing daerahnya.

3. Perlu adanya komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat untuk

mendukung suksesnya penyelenggaraan program diversifikasi pangan, dengan

tidak hanya mengandalkan beras sebagai bahan pokok utama melainkan harus

disertai dengan mengkonsumsi bahan makanan yang bersumber dari umbi-

(29)

77

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, lincolin, 2008, “Ekonomi Manajerial-Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen Bisnis”, BPEF, Yogyakarta.

Arwansyah, 2008, “Analisis Ketidakseimbangan Pasar Beras di Provinsi Sumatera Utara”, Program Doktor Ilmu Ekonomi Program Pasca Sarjana Universitas Syiah, Disertasi, Banda Aceh, (Tidak di publikasikan).

Ballard, 2009, “Pengertian Gandum”, (http://pdf.google.com), Diakses pada tanggal 11 September 2014.

Badan Pusat Statistik, 1998-2012, “Sumatera Utara Dalam Angka”, Publikasi

oleh BPS, Medan, Sumatera Utara.

Boediono, 2005, “Teori Pertumbuhan”, BPEF, Yogyakarta.

Brown, Gilbert T, 2001, “Agricultural Pricing in Deploving Countries”, dalam

Theodore W Schultz, Distorsions of Agricultural Incentieves, Indian University Press, Bloonington.

FAO, 2012, “Rice Market Monitor”, Jurnal Internasional Trade and Markets Division Food and Agriculture Organization of the United Nations Vol. IX.Issue No.1. Diakses pada tanggal 8 Maret 2014.

Fadillah, Arief. (2007), Dampak Peningkatan Harga Beras Terhadap Pola

Pengeluaran Pangan Pada Beberapa Strata Pendapatan (Studi Kasus : Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kotamadya Medan dan Desa Pantai Labu Pekan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang). Medan : Universitas Sumatera Utara.

Gujarati, Damodar N, 2006, “Ekonometrika Dasar”, Erlangga, Jakarta.

Hanani, Nuhfil, 2012, “Strategi Pencapaian Ketahanan Pangan Keluarga”, Jurnal

Ekonomi Pertanian Volume 1 No.1 Januari 2012, Diakses pada tanggal 6 Maret 2014.

Harahap, Hasyrul Aziz, 2012, “Analisis Permintaan Beras Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara”, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri

Medan, Tesis, Medan, Sumatera Utara (Tidak dipublikasikan).

Hartono, Jogianto, MBA, Ph.D, 2002, “Teori Ekonomi Mikro Analisis Matematis”, Andi, Yogyakarta.

(30)

78

Indrawati Sri M, 1997, “Kebijakan Harga dan Ketahanan Pangan Nasional”,

Majalah Ketahanan Pangan, Badan Urusan Logistik.

Khudori, 2006, “Ekonomi Politik Beras”, Kompas, (http://kompas.com), 5 Januari 2006, Kolom Opini, Jakarta.

Koo, Wan M, DKK, 1985, “Analysis of Demand and Supply of Rice in Indonesia”, Journal Internasional Agricultural Economics Report No.

202, North Dakota State University, Fargo, Diakses pada tanggal 6 maret 2014.

Kotler, Philip, 2000, “Manajemen Pemasaran”, Edisi Millenium, Jilid 1,

Erlangga, Jakarta.

Kumalasari, DKK, 2013, “Skenario Kebijakan Swasembada Beras di Indonesia”,

Jurnal Habitat Volume XXIV No. 1, (http://pdf.google.com), Diakses pada tanggal 6 Maret 2014.

Kusumaningrum, Ria. 2008. Dampak Kebijakan Harga Dasar Pembelian

Pemerintah Terhadap Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia.

Tesis. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Lembaga Demografi UI, 2000, “Prediksi Kebutuhan Beras Nasional yang di Dasarkan pada Asumsi”, Jakarta.

Maharyani, 1988, “Analisis Respon Penawaran Padi Sawah dan Padi Ladang di Bali”, Thesis FPS-UGM, Yogyakarta, (Tidak di publikasikan).

Mubyarto, 1989, “Pengantar Ekonomi Pertanian”, LP3ES, Jakarta.

Mulyo, W Hendrik, 2011, “Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten”,

Universitas Sebelas Maret, Tesis, Surakarta, (Tidak di publikasikan).

Pappas James, L dan Mark Hirschey, 1995. “Ekonomi Managerial”. Bina Rupa Aksara Jakarta.

Puslitbang, 2012, “Skenario Kebijakan Swasembada Beras Di Indonesia”, dalam Kumalasari, DKK, 2013, Jurnal Habitat Volume XXIV No.1, Diakses pada tanggal 6 Maret 2014.

Pranolo, Tito, 2000, “Peran Bulog Sebagai Lembaga Distribusi Cadangan Pangan Nasional”, Round Table, Harga Gabah, Deptan, Jakarta.

(31)

79

Rosyidi, Suherman, 1995, “Pengantar Teori Ekonomi”, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Sawit, M. Husein, 2003, “Pengadaan Gabah Bulog dan Lumbung Padi Masyarakat Desa (LPMD)”, Majalah Pangan Media Komunikasi dan

Informasi, No. 40/XII/Januari 2003.

Soekartawi, 2002, “Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi”, PT.

Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Soekirno, Sadono, 2005, “Pengantar Teori Mikro Ekonomi”, PT. Raja Grafindo

Persaja, Jakarta.

Surono, S, 2001, “Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Impor Beras Serta Kebijakan Pemerintah untuk Melindungi Petani”, dalam A. Suryana dan

Sudi Mardianto (penyunting), Bunga Rampai Ekonomi Press, LPEM-FE UI, Jakarta.

Suryadi dan Ananda, F. C dan Kiptiyah, S. M, 2008, “Penawaran Padi di daerah Sentra Produksi dan Kebijakan Produksi di Indonesia”, Agritek, Vol. 16,

No. 9, Diakses 7 Maret 2014.

Suryana A dan Hermanto, 2001, “Kebijakan Ekonomi Perberasan Nasional, Ekonomi Padi dan Beras Nasional”, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.

Steven, Robert D, 1998, “Agricultural Devlopment Principles”, The Jhon Hopkins

University Press, Baltimore.

Swastika, DKK, 1999, “Penerapan Model Dinamis Dalam Sistem Penawaran dan Permintaan Beras di Indonesia”, Informatika Pertanian Vol 8 Desember

1999.

Syarbini, 2013, “Pengertian Tepung Terigu”, (http://pdf.google.com), Diakses pada tanggal 11 September 2014.

Timmer, Peter C, 1991, “Aricultural and The State:Growth, Employment, and Poverty in Devloping Countries”, Combel University Press, Ithaca.

Widarjono, Agus, 2007, “Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis”, Ekonisia, Yogyakarta.

Gambar

Tabel 1.1. Prediksi Kebutuhan Beras Nasional Tahun 1971-2091
Tabel 1.3. Perkembangan Harga Beras, dan Konsumsi Beras Perkapita Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2011
Tabel 1.4. Harga pasar, Harga dasar dan Harga atap beras tahun 2008-2012
Tabel 1.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002-2011
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan kata lain, berapapun jumlah anggota Dewan Komisaris, komposisi Komisaris Independen, dan porsi kepemilikan Blockholder dalam suatu perusahaan tidak mendorong

Selain itu, kajian ini dilakukan bagi mendedahkan bahawa gaya retorik merupakan elemen yang penting dalam penyampaian ceramah agama kerana menurut Rahman Shaari 1993, gaya bahasa

Hendro Gunawan, MA

[r]

Rambu-rambu dalam pelaksaan supervisi akademik yaitu (1) kunjungan rutin yang terjadwal ke setiap sekolah, yang dikesani sebagai silaturahmi para supervisor

 Laboratorium klinik umum utama, yaitu laboratorium yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan spesimen klinik dengan kemampuan pemeriksaan lebih. lengkap dari laboratorium klinik

4) Prinsip utama safeguard adalah untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak mengakibatkan dampak negatif yang serius. Bila terjadi dampak negatif maka

Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakan titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Penurunan yang tidak seragam