• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO

PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur

Disusun Oleh :

HENDRATNO EKO PUTRA NPM : 0541010073

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan Skripsi ini dengan judul “Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya”.

Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan di dalam penulisan mengingat keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman. Penulis juga menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan

terwujud dan terselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai

pihak. Atas kepercayaan dan kesempatan serta segala bantuan yang diberikan baik

berupa pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran guna menyelesaikan penyusunan

Skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak DR. Slamet Srijono, Msi selaku

Dosen pembimbing yang dengan kesabarannya telah membimbing penulis dari awal

sampai akhir penulisan.

Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

yang terhormat :

1. Ibu Dra.Ec.Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa

Timur.

(3)

v

3. Ibu Dra. Diana Hertati, Msi, Selaku Sekertaris Progdi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.

4. Bapak Drs.Hadi Mulyono, MM, Selaku Kepala Dinas Koperasi Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

5. Ibu Ratnawati, BA, Selaku Kasi Bidang Usaha Kecil dan Menengah di

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya.

6. Bapak Dwi Widjojo Soewarno, SE, Selaku Staf Bidang Usaha Kecil dan

Menengah di Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Pemerintah Kota Surabaya.

7. Ayah dan ibu yang selalu memberikan Doa dan motivasi.

Penulis sadar Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis mohon adanya kritik dan saran demi sempurnanya Skripsi ini dan penulis

berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi

semua pihak.

Surabaya, Mei 2010

(4)

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

ABSTRAKSI... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... 11

1.4. Kegunaan Penelitian... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13

2.1. Peneliti Terdahulu... 13

2.2. Landasan Teori... 17

2.2.1. Pengertian Peranan... 17

2.2.2. Pengertian Koperasi... 18

2.2.2.1. Landasan Koperasi... 21

2.2.2.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi... 23

(5)

2.2.3.1. Tujuan Pembinaan... 27

2.2.3.2. Strategi Pembinaan... 28

2.2.3.3. Karakteristik Pembinaan... 31

2.2.4. Konsep Kewirausahaan... 32

2.2.4.1. Manfaat Kewirausahaan... 34

2.2.5. Konsep Usaha Kecil dan Menengah... 34

2.3 Kerangka Berpikir... 36

BAB III METODE PENELITIAN... 38

3.1. Jenis Penelitian... 38

3.2. Fokus Penelitan... 39

3.3. Situs Penelitian... 40

3.4. Sumber Data... 41

3.5. Jenis Data... 42

3.6. Teknik Pengumpulan Data... 42

3.7. Analisis Data... 44

3.8. Keabsahan Data... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 50

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian... 50

4.1.1. Sejarah Singkat Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 50

4.1.2. Letak Dinas Koperasi Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah... 51

4.1.3. Visi dan Misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 51

(6)

4.1.7. Struktur Organisasi Dinas... 53

4.1.8. Tugas Pokok dan fungsi pegawai Dinas... 56

4.1.9. Karakteristik pegawai Dinas... 68

4.1.10. Tujuan, sasaran dan strategi Dinas... 70

4.1.11. Sarana dan prasarana Dinas... 73

4.1.12. Gambaran Umum Tenggilis Mejoyo... 74

4.1.13. Jumlah penduduk... 74

4.2. Hasil penelitian... 77

4.2.1. Pelatihan... 78

4.2.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi... 78

4.2.2. Pemasaran... 82

4.3. Pembahasan... 86

4.3.1. Pelatihan... 86

4.3.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 86

4.3.2. Pemasaran... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 92

5.1. Kesimpulan... 92

5.1.1. Pelatihan... 92

5.1.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 92

(7)

ix

5.2.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 95

5.2.2. Pemasaran... 96

(8)

Rata-rata Investasi per unit di Kota Surabaya………... 2

Tabel 1.2 Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya………. 4

Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat / Golongan……… 68

Tabel 4.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… 68

Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin………. 69

Tabel 4.4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Umur……….. 69

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana………... 73

Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……… 75

Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut usia……….. 75

Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Agama………... 76

Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Masyarakat………. 76

Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Daerah Tenggilis Mejoyo Berdasarkan Mata Pencaharian………. 77

(9)

Gambar 2 Analisis interaktif Menurut Miles dan Huberman………. 46

Gambar 3 Struktur Organisasi Dinas Koperasi……….. 55

(10)

xiii

HENDRATNO EKO PUTRA. PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

Penelitian ini di dasarkan pada fenomena pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang masih menghadapi hambatan atau kendala antara lain : kurangnya permodalan, kurangnya pelatihan, dan terbatasnya akses pasar. Dengan adanya hambatan atau kendala tersebut pada akhirnya belum dapat mendukung bagi perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam memberikan pembinaan terhadap sentra usaha kecil.

Teknik pengolahan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara penggunaan arsip dan dokumentasi foto pada Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

Metode pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa interaktif dimana dalam penelitian ini disampaikan suatu gambaran fenomenal tentang Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam memberikan pembinaan terhadap sentra usaha kecil di Tenggilis Mejoyo.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan dan pelatihan teknologi produksi yang diselenggarakan Dinas Koperasi UMKM Pemerintah Kota Surabaya yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya berupa penyuluhan tentang kewirausahaan dan seminar tentang teknologi produksi. Serta bantuan mesin produksi dari DISPERINDAG sejumlah lima unit. Bentuk pemasaran produksi tempe di Tenggilis Mejoyo yaitu dalam bentuk personal sehingga pengusaha kecil mampu memasarkan hasil produksinya secara individu.

(11)

1.1.Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan bagian integral dunia

usaha nasional, mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat

penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada

khususnya. Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas

lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat,

dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan

masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam

mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada

khususnya.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup

besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan

kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan.

Keberadaan usaha kecil tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian

secara nasional, karena usaha kecil merupakan wujud kehidupan ekonomi

sebagian besar rakyat Indonesia.

Dalam upaya membangun ekonomi nasional sub-sektor industri mikro

kecil dan menengah (IMKM) yang dalam istilah sering disebutkan UKM

ataupun usaha kecil. Usaha kecil mendapat prioritas untuk dibina dan

dikembangkan dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional.

(12)

Sektor industri baik skala besar maupun skala mikro, kecil, dan

menengah merupakan salah satu sektor yang turut memberikan kontribusi

(contributor) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, oleh karena itu

kebijakan pembinaan dan pengembangan (Development Policy) terhadap

masing-masing sub-sektor dilakukan secara berkesinambungan dan program

pembinaan senantiasa dikembangkan sesuai dengan karakter dan permasalahan

yang dihadapi.

Adapun data tentang jumlah perkembangan UKM yang mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun. Data tersebut didasarkan pada banyaknya

usaha kecil, tenaga kerja, nilai produksi, investasi dan rata-rata investasi per unit

di Kota Surabaya.

Data tersebut yaitu sebagai berikut :

Tabel. 1.1

Data Banyaknya Usaha Kecil, Tenaga Kerja, Produksi, investasi dan Rata-rata Investasi per unit di Kota Surabaya

Tahun Usaha Kecil Tenaga Kerja Produksi Investasi Investasi per unit

2000 2.369 56.595 404.823 286.827 121,08

2001 2.490 57.595 427.381 299.371 120,23

2002 2.614 58.595 341.132 320.012 122,42

2003 2.900 61.298 372.983 349.890 120,65

2004 3.151 63.690 405.645 380.530 120,76

2005 3.458 67.668 433.046 406.234 117,48

2006 3.710 69.785 469.145 440.346 118,63

2007 3.945 71.210 484.513 470.234 119,12

2008 4.031 71.897 491.994 481.768 119,52

(13)

Berdasarkan tabel data diatas bahwa kontribusi perkembangan usaha

kecil mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik pada jumlah usaha kecil,

tenaga kerja, produksi maupun dalam investasi. Kontribusi perkembangan usaha

kecil yang meningkat dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan

struktur industri (industrial grouth). Seiring dengan perkembangan Usaha Kecil

dan Menengah (UKM) , UKM mempunyai peran yang cukup besar dalam

pembangunan ekonomi nasional.

Namun dengan seiring perkembangan serta keberhasilan usaha kecil di

Kota Surabaya begitu ragam jenisnya dan karakteristik usaha kecil. Di Kota

Surabaya dapat dipastikan bahwa tidak semua usaha kecil dapat tumbuh dan

berkembang bahkan sebaliknya ada yang hanya berdiri sesaat lalu gulung tikar.

(http ://www.smecda.com/deputi7/file infokop/ pengemb. UKM.pdf diakses 3

Maret 2010).

Untuk memaksimalkan kinerja dan pertumbuhan usaha kecil perlu untuk

mengetahui pengaruh dari kebijakan program pembinaan yang telah dan

ataupun yang akan dilakukan, dengan demikian para pengambil keputusan dapat

menentukan kebijakan pembinaan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi

kendala tersebut.

Hal tersebut juga di dukung dengan adanya data Perkembangan UKM di

(14)

Tabel. 1.2

Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya

Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar

2004 5.403 920 366

Sumber : Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Jatim

dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surabaya. (2009).

Berdasarkan tabel data diatas tentang perkembangan UKM di Kota

Surabaya, perkembangan UKM mengalami penurunan pada tahun 2008.

Dengan adanya penurunan perkembangan UKM pada tahun 2008 di Kota

Surabaya maka dibutuhkan peran serta Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia

Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan,

guna meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah dalam meningkatkan perekonomian nasional.

Dengan adanya permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan

Menengah (UKM) di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta pemerintah

khususnya Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya untuk menumbuh kembangkan UKM Khususnya di wilayah Kota

Surabaya sehingga kedepannya menjadi usaha kecil yang produktif dan

berkembang.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota

(15)

kecil, dan menengah, kemudian untuk melaksanakan tugas sebagaimana

tersebut diatas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah

Kota Surabaya khususnya pada bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

mempunyai tugas antara lain :

1. Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

dalam pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

di tingkat kota.

2. Pengawasan, monitoring dan evaluasi upaya pemberdayaan UMKM

dalam wilayah kota.

3. Penyelenggaraan pengembangan produksi dan pemasaran hasil usaha

masyarakat skala kota.

4. Pelaksanaan dan fasilitas kebijakan usaha mikro, kecil dan menengah

skala kota.

Pada rincian tugas Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

khususnya pada tugas Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah dalam pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah di tingkat kota, terdapat sebelas (11) poin salah satunya

menyebutkan memberikan pembinaan dan pengembangan UMKM di tingkat

kota.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota dibidang pembinaan dan

pengembangan koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, kemudian untuk

(16)

Menengah Pemerintah Kota Surabaya mempunyai fungsi Pembinaan,

Pengawasan, Pengendalian serta Pembangunan di bidang koperasi. Dinas

Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya juga

mempunyai kewenangan untuk melaksanakan tugas-tugas pembinaan serta

perumusan kebijakan dan penyusunan perencanaan pembangunan dibidang

koperasi usaha mikro, kecil, dan menengah. Dinas Koperasi Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya memfasilitasi pelatihan teknis

manajemen dan keterampilan untuk pengusaha kecil, memfasilitasi permodalan

bagi usaha kecil dan menengah dalam pengembangan usaha serta mengadakan

promosi usaha dan fasilitasi pemasaran.

Sebagai objek penelitian Sentra Usaha Kecil produksi tempe di daerah

Tenggilis Mejoyo, Sentra Usaha Kecil produksi tempe ini merupakan jenis mata

pencaharian masyarakat Tenggilis Mejoyo. Bagi para masyarakat di daerah

Tenggilis Mejoyo, berkecimpung dalam industri rumah tangga (home industri)

ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan keahlian, disamping sebagai

lapangan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kecil produksi tempe

mempunyai peranan sebagai wadah pengembangan diri dan untuk memperoleh

taraf hidup yang lebih baik lagi. Pembinaan dalam rangka pengolahan produksi

tempe yang mempunyai variasi hasil olahan atau aneka macam produksi olahan

sebagai makanan kecil.

Pembinaan usaha kecil memerlukan kepedulian yang diwujudkan dalam

kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum

(17)

usaha kecil yang diiringi dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat

akan mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan yang

berkelanjutan. Pembinaan usaha kecil juga merupakan peningkatan harkat dan

martabat masyarakat dalam kondisi sekarang mengalami kesulitan untuk

melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pembinaan

usaha kecil produksi tempe melalui pembinaan pengusaha kecil produksi tempe

mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi dan keterampilan teknis

para pengusaha kecil yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.

Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap

Sentra Usaha Kecil produksi tempe di daerah Tenggilis Mejoyo. Berdasarkan

pengamatan terhadap masyarakat setempat permasalahan yang terjadi yaitu :

a. Pelatihan

Kurang sadarnya masyarakat Tenggilis Mejoyo dalam Mengikuti

Pelatihan baik pelatihan kewirausahaan maupun pelatihan teknologi (Bintek).

Indikasi dari diadakan pelatihan ini karena masih kurangnya pengetahuan

tentang kewirausahaan, manajemen, dan administrasi sehingga mengalami

kesulitan dalam pengembangan usahanya.

b. pemasaran

Bentuk sistem pemasaran hasil produksi di Tenggilis Mejoyo yaitu

bentuknya secara personal atau individu. Indikasinya dengan sistem pemasaran

(18)

hasil produksinya secara personal atau individu melalui akses pasar di seluruh

Kota Surabaya.

Untuk mengatasi permasalahan atau kendala yang dihadapi para

pengusaha kecil produksi tempe di daerah tenggilis mejoyo, maka dibutuhkan

peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya, antara lain :

a. Memberikan bantuan pelatihan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan

dan bimbingan teknologi (Bintek). Dengan adanya program pembinaan

tersebut akan meningkatkan keterampilan teknis produksi, kemampuan

managerial, kemampuan innovasi produk dan daya saing akan

meningkat, sehingga akan meningkatkan volume penjualan, mendorong

pertumbuhan unit usaha dan peningkatan struktur unit usaha industri.

(Mc Celland : 1993 dalam Simanjuntak : 1998).

b. Memberikan bantuan fasilitasi pemasaran hasil produksi yaitu dengan

cara promosi serta perluasan jaringan pasar. Melalui bantuan pemasaran

tersebut masalah hasil pemasaran produk dapat diatasi dan akhirnya

akan meningkatkan jumlah penjualan, berkembangnya usaha dan

mendorong perubahan struktur pertumbuhan industri.

(UU No. 9 Tahun 1995, pasal 16).

Dengan adanya pelatihan serta di dukung dengan fasilitasi pemasaran

yang diberikan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang

bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman

(19)

mengembangkan usahanya, sehingga kedepannya mampu menciptakan hasil

variasi olahan produksi tempe yang berkualitas baik dalam segi kemasan

maupun rasa, sehingga pada akhirnya nanti mampu berkembang hingga

mencapai pasaran lokal maupun eksport.

Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang

meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam

bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga

kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna

meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk

mengambil judul penelitian “Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap tahun pemerintah dalam kaitannya untuk meningkatkan Usaha

Kecil dan Menengah (UKM) telah menetapkan program yang harus dicapai oleh

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk meningkatkan Usaha

Kecil dan Menengah (UKM). Karena Koperasi merupakan wadah bagi

(20)

Mikro, Kecil, dan Menengah dihadapkan pada suatu masalah khususnya di

Tenggilis Mejoyo permasalahannya yaitu :

a. Kurang sadarnya para pengusaha kecil Tenggilis Mejoyo dalam

mengikuti pelatihan baik pelatihan kewirausahaan maupun pelatihan

teknologi produksi (Bintek).

b. Pada Pemasaran tidak terjadi permasalahan karena pada pemasaran hasil

produksi tempe di Tenggilis Mejoyo cara pemasaran yang digunakan

yaitu secara personal atau individu.

Dengan adanya permasalahan tersebut dapat memberikan dampak yaitu

dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta dapat

menurunkan hasil produk. Untuk menghadapi masalah tersebut dibutuhkan

peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya yang lebih besar untuk memberikan pembinaan kepada Usaha Kecil

dan Menengah (UKM) khususnya produksi tempe di Tenggilis Mejoyo.

Dari latar belakang fenomena dan masalah diatas, adapun perumusan

masalah yang dikemukakan dalam penulisan penelitian ini adalah

“Bagaimanakah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memahami suatu masalah sosial atau

fenomena sosial tertentu yang ada di sekitar kita. Dalam penelitian ini tujuan

yang ingin dicapai adalah

Untuk mengetahui Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di

Kelurahan Tenggilis Mejoyo.

1.4. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Peranan Dinas

Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

dalam Pembinaan Usaha Kecil.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Koperasi

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai

bahan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan dalam

pemecahan masalah yang sedang dihadapi para pengusaha kecil.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam

melengkapi dan mengembangkan perbendaharaan ilmu sosial dan

(22)

tambahan wawasan yang berguna bagi mahasiswa dan pihak-pihak yang

(23)

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai

sebagai bahan pengkajian dan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini,

antara lain :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Unggul dari Universitas Brawijaya

Malang (2001). Dalam penelitian Unggul di Kelurahan Dinoyo

Kecamatan Lowok Waru Kota Malang dengan Judul “Pemberdayaan

Pengusaha Industri ke kecil di Perkotaan” dinyatakan bahwa

pemberdayaan usaha kecil di kelurahan Dinoyo harus lebih diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan (Capability Building) usaha kecil

menjadi tangguh dan mandiri serta tumbuh berkembang. Usaha industri

kecil keramik Dinoyo tidak hanya memberi manfaat dalam peningkatan

pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan keluarganya, akan tetapi

tetap juga memberi keuntungan dan manfaat bagi masyarakat sekitar

Dinoyo. Model usaha merupakan salah satu faktor produksi yang sangat

penting bagi pengusaha industri kecil keramik. Untuk lebih

mengefektifkan pemberdayaan industri kecil keramik yang perlu

mendapatkan perhatian dan kepedulian yang lebih besar dari

administrasi publik terhadap pengembangan industri kecil keramik

Dinoyo, perlu koordinasi dengan melibatkan instansi terkait dan perlu

membentuk lembaga penjamin.

(24)

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh unggul dari Universitas

Brawijaya Malang dengan peneliti adalah terletak pada usaha pemberdayaan

dalam meningkatkan kemampuan agar dapat meningkatkan pendapatan untuk

mencapai taraf sejahtera.

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Unggul dari

Universitas Brawijaya Malang menekankan pada pemberdayaan yang diarahkan

pada pengusaha industri agar dapat lebih berkembang. Sedangkkan peneliti

menekankan pemberdayaan melalui pembinaan pada sumber daya manusia

pengusaha dari produksi tempe.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Dwi Rahmadhani dari Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2004), yang berjudul

“Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Sepatu di

Wedoro”. Hal ini dibuktikan dengan penetapan pola umum kebijakan

yang ditulis dalam rencana program kerja Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Tahun 2004 mengenai usaha kecil sepatu di Wedoro yang

meliputi peningkatan kualitas bahan baku sampai dengan produk jadi,

peningkatan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan

memperluas lapangan kerja terutama dalam sektor industri rumah

tangga. Pemerintah juga memberi bantuan berupa pinjaman modal

melalui Bank Jatim , dan segi pemasaran mengikutsertakan pengrajin

sepatu Wedoro dalam pekan raya Jakarta selain itu pemerintah juga

memberikan bantuan kepada pengrajin sepatu dengan mengadakan

(25)

dan Tanggulangin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi

sepatu, namun bantuan yang diberikan oleh pemerintah tersebut kurang

merata, sehingga pengusaha dan pengrajin sepatu tidak mengetahui

bantuan yang telah diberikan pemerintah tersebut, hal ini dikarenakan

kurangnya sosialisasi antara pemerintah dengan ketua asosiasi sepatu di

Wedoro. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Perindustrian dan

Perdagangan melakukan koordinasi dan mencari solusi dengan anggota

asosiasi di Wedoro sebelum memberikan bantuan agar bantuan yang

akan diberikan tepat pada pengrajin yang membutuhkannya.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Nita Dwi

Rahmadhani adalah pelaksanaan peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha

kecil untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat dalam pembangunan

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Nita Dwi

Rahmadhani terletak pada usaha peningkatan kualitas dari bahan baku hingga

proses terwujudnya barang jadi. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah proses pemberdayaan usaha kecil melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Novidiana dari Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2007), yang berjudul

“Peran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dalam

Pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo Kecamatan Gandusari

Kabupaten Trenggalek” menyatakan bahwa untuk meningkatkan

kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta meningkatkan

(26)

Kabupaten Trenggalek mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA)

Tahun 2001-2005 melaksanakan pendidikan dan latihan serta studi

banding dan magang. Pelatihan teknologi produksi Dinas mengirimkan

perwakilan pengrajin untuk mengikuti pelatihan dan memberikan

bantuan peralatan secara revolving, pelatihan kewirausahaan diikuti oleh

semua pengrajin, pelatihan pemasaran diikuti semua pengrajin didukung

adanya pameran dan otlet penjualan di luar kota. Studi banding dan

magang diikuti perwakilan pengrajin genteng dari kegiatan pengrajin

dapat memproduksi genteng beraneka ragam. Namun Peran Dinas

Koperasi Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Trenggalek dalam

pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo dalam Pelatihan

teknologi produksi, studi banding dan magang yang sudah dilaksanakan

selama ini belum maksimal karena hanya diikuti perwakilan pengrajin

dan adanya kendala di Desa Sukorejo belum adanya Asosiasi Pengrajin

Genteng. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Koperasi

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek dalam

memberikan pelatihan teknologi produksi, studi banding dan magang

tidak hanya diikuti perwakilan pengrajin tetapi semua pengrajin genteng

dan khususnya di Desa Sukorejo harus terbentuk Asosiasi Pengrajin

Genteng.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Catur Novidiana

adalah Pelaksanaan Peran Dinas Koperasi dalam pemberdayaan usaha kecil

(27)

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Catur Novidiana

lebih menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin

genteng serta peningkatan mutu genteng yang dilakukan oleh Dinas Koperasi

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek Sedangkan penelitian

yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada proses pemberdayaan

usaha kecil melalui pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas

Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya khususnya di

daerah Tenggilis Mejoyo.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Peranan

Menurut Soekanto (2002 : 243), peranan merupakan aspek dinamis dari

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai

dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.

Linton dalam Soekanto (2002 : 224), mengemukakan pengertian

peranan mencakup 3 (tiga) hal, sebagai berikut :

a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat sebagai organisasi.

c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting

(28)

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan

merupakan perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat dan

dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan, atau organisasi di lingkungan

masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah dikenal oleh

masyarakat.

2.2.2. Pengertian Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

menyebutkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang

atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan

prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas

asas kekeluargaan.

Ada tiga pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal

Koperasi lebih jauh. Menurut Chaniago dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17),

mendefenisikan Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan

orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota

untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan

usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Menurut Hatta dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefinisikan

Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi

berdasar tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh

keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan

(29)

Menurut International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba

(2001 : 16), Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki

kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan

yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang

setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung resiko serta

menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.

Berdasarkan ketiga defenisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam

Koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama

lain. Unsur pertama adalah ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur

sosial.

Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan dan

pengelolaan Koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat

pembentukannya, Koperasi harus dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan

kemauan bersama dari para pendirinya. Kemudian pada saat pengelolaanya

tiap-tiap anggota Koperasi harus turut berpartisipasi dalam mengembangkan usaha

dan mengawasi jalannya kegiatan Koperasi.

Bila dirinci lebih jauh beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari

uraian mengenai pengertian Koperasi tersebut adalah suatu perkumpulan yang

didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang

bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi

anggotanya yang bersifat sukarela mempunyai hak dan kewajiban yang sama,

berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha Koperasi

(30)

Dasar hukum keberadaan Koperasi di Indonesia adalah pasal 33

Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian. Dalam penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 antara

lain dikemukakan :

“….perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi”.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, yang

dimaksud dengan Koperasi di Indonesia adalah :

“…..badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”.

Berdasarkan kutipan penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945

dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tersebut, dapat diketahui bahwa

Koperasi di Indonesia tidak semata-mata dipandang sebagi bentuk perusahaan

sebagaimana halnya Perseroan Terbatas, Firma, atau Perusahaan Komanditer

(CV). Selain dipandang sebagai bentuk perusahaan yang memiliki asas dan

prinsip tersendiri, Koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk

membangun sistem perekonomian.

Hal itu sejalan dengan tujuan Koperasi sebagaimana di dalam pasal 3

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa :

(31)

Dengan tujuan seperti itu, mudah dimengerti bila Koperasi mendapat

kehormatan sebagai satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional

dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun di

Indonesia.

2.2.2.1. Landasan Koperasi

Untuk mendirikan Koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu.

Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan

Koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan

usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Landasan-landasan

Koperasi tersebut adalah :

1. Landasan Idiil Koperasi Indonesia yang dimaksud dengan

landasan Idiil Koperasi adalah dasar atau landasan yang

digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita Koperasi.

Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan Koperasi sebagai

organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh

Undang-Undang Dasar 1945 akan bertujuan untuk mencapai

masyarakat adil dan makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa

yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu

Landasan Idiil Negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA.

Dasar Idiil ini harus diamalkan oleh Koperasi, karena pancasila

(32)

2. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia Landasan

Strukturil Koperasi adalah Undang-Undang Dasar 1945, karena

di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang

merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur

terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa

dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar

1945. Pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “perekonomian

disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas

kekeluargaan”. Dan di dalam penjelasan pasal 33 ayat 1

Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai

dengan itu ialah Koperasi. Dengan demikian Koperasi

merupakan perwujudan dari pasal 33 ayat 1 Undang-Undang

Dasar 1945, dan pasal 33 ayat 1 tersebut merupakan landasan

gerak koperasi, artinya agar ketentuan-ketentuan yang terperinci

tentang Koperasi Indonesia harus berlandaskan dan bertitik tolak

dari jiwa pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal

33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 ini hanya memuat

ketentuan-ketentuan pokok perekonomian, oleh karena itu, maka

koperasi masih perlu diatur secara khusus dalam suatu bentuk

Undang-Undang Koperasi.

3. Landasan Mental Koperasi Indonesia, Landasan Mental Koperasi

Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa

(33)

berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada

diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan

dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus

tergabung ke dua landasan mental diatas, yaitu setia kawan dan

kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong,

hidup-menghidupi dan awas-mengawasi.

2.2.2.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi

Sendi-sendi dasar Koperasi di Indonesia menurut Undang-Undang No.

25 Tahun 1922 pasal 6 adalah sebagai berikut :

1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap Warga Negara

Indonesia.

2. Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan

demokrasi dalam Koperasi.

3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.

4. Adanya pembatasan bunga atas modal.

5. Mengembangkan kesejahtraan anggota khususnya dan masyarakat pada

umumnya.

6. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.

7. Swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan dari pada

(34)

2.2.2.3. Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia

Menurut Raiffeisen dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip

Koperasi Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja terbatas.

c. SHU untuk cadangan.

d. Tanggung jawabanggota tidak terbatas.

e. Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan.

f. Usaha hanya kepada anggota.

g. Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang.

Menurut Schulze dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip

Koperasi Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja tak terbatas.

c. SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota.

d. Tanggung jawab anggota terbatas.

e. Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan.

f. Usaha tidak terbatas tidak hanya untuk anggota.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 prinsip-prinsip Koperasi

di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.

(35)

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa

usaha masing-masing anggota.

d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal.

e. Kemandirian.

f. Pendidikan perkoperasian.

g. Kerja sama antar Koperasi.

Dari ketiga prinsip Koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa

essensi kerja Koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata.

Hanya saja dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ada penambahan

mengenai prinsip kerja sama antara Koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk

mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, Koperasi perlu meningkatkan

kekuatan tawar-menawarnya (bargaining power) dengan menjalin kerja sama

antar Koperasi.

2.2.3. Pengertian Pembinaan

Pengertian pembinaan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk

memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas,

bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan

meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah.

Pengertian pembinaan menurut Thoha (2003 : 7), merumuskan

(36)

baik.Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan,

evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas

sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa

berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua

pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembinaan diatas maka

dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat

untuk memberdayakan suatu usaha melalui pemberian fasilitas, bimbingan,

pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan dan daya saing usaha sehingga dapat menunjukkan adanya

kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan,

berkembang, atau peningkatan atas sesuatu.

Dengan demikian program pembinaan usaha kecil merupakan suatu

program yang membina usaha kecil dengan meningkatkan kemampuan diri

pengusaha kecil itu sendiri secara keseluruhan baik dalam bidang manajemen,

pengetahuan, kewirausahaan, penguasaan teknologi dan peningkatan

kemampuan SDM yang dimiliki oleh usaha kecil itu sendiri dan tentunya

dengan diciptakan iklim usaha yang mendukung sehingga tercipta kepastian dan

(37)

2.2.3.1. Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan dari pembinaan organisasi menurut Thoha (2003 :

24), dapat diamati sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kepercayaan dan dukungan diantara anggota

organisasi.

2. Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan masalah-masalah

organisasi baik dalam kelompok ataupun diantara anggota-anggota

kelompok.

3. Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam tugas” yang

didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan.

4. Untuk meningkatkan derajat keterbukaan dalam berkomunikasi baik

vertical, horizontal, maupun diagonal.

5. Untuk meningkatkan tingkat kesemangatan dan kepuasan orang-orang

yang ada dalam organisasi.

6. Untuk mendapatkan pemecahan yang sinergik terhadap

masalah-masalah yang mempunyai frekuensi besar.

7. Untuk meningkatkan tingkat pertanggung jawaban pribadi dan

kelompok baik di dalam pemecahan masalahnya maupun didalam

(38)

2.2.3.2. Strategi Pembinaan

Menurut Hamalik (2001:10) dalam peningkatan, pengembangan, dan

pembentukan tenaga kerja dilakukan melalui upaya pembinaan pendidikan dan

pelatihan.

1. Pendidikan dan Latihan (DIKLAT)

Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang

meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam

bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga

kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna

meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.

Menurut Mangkunegara (2005 : 44) komponen-komponen pelatihan

dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat

diukur.

2. Para pelatih (trainer) harus memiliki kualifikasi yang memadai.

3. Materi latihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak

dicapai.

4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat

kemampuan peserta.

5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainer) harus memenuhi

(39)

Menurut Hamalik (2001 : 16-17), secara umum pelatihan bertujuan

mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional,

yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau professional yang

mendukung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan

kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, kemampuan

melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan

berdisiplin yang baik.

Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik (2001 : 16)

bertujuan untuk :

1. Mendidik, melatih, serta membina tenaga kerja yang memiliki

keterampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi

dilapangan.

2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan yang

memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus menerus untuk

meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri,

professional, ber etos kerja yang tinggi dan produktif.

3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat,

minat, dan pengalamannya masing-masing.

4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang

tinggi dengan kebutuhan pengembangan.

Menurut Hamalik (2001 : 16) Tujuan Pelatihan erat kaitannya dengan

(40)

1. Pelatihan Induksi

Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk melaksanakan

pekerjaannya; kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang

seluk beluk organisasi bersangkutan.

2. Pelatihan Kerja

Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan

tugas-tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjaannya.

3. Pelatihan Pengawas

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pemeriksaan,

pengawasan, dan pelatihan tenaga lainnya.

4. Pelatihan Manajemen

Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan manajemen

puncak (Top Management).

5. Pengembangan Pemimpin

Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi tenaga

unsur pimpinan dalam suatu organisasi lembaga.

2. Aspek Permodalan

Dengan adanya pembinaan, dalam arti pemberian modal kerja dari

pemerintah yang berupa sarana dan prasarana merupakan salah satu bagi para

pengusaha kecil untuk melangkah lebih maju. Dalam pemberian bantuan

permodalan diberikan melalui :

1. Pemberian sistem simpan pinjam dengan pembayaran kembali dengan

(41)

2. Penyediaan barang-barang modal dengan cara kredit dan hibah.

Aspek permodalan ini memberikan informasi tentang sumber-sumber

pembiayaan, bimbingan tata cara pengajuan kredit atau simpan pinjam atau

membantu permodalan secara langsung kepada pengusaha kecil.

3.Aspek Pemasaran.

Yaitu dengan mengadakan pengarahan pemasaran misalnya dengan

memberikan informasi pasar, sebab dalam pengembangannya para pengusaha

kecil , masih mengalami kesulitan dalam pemasaran produksinya. Pembinaan

dalam hal pemasaran dilakukan dengan cara :

1. Menyediakan sarana serta dukungan promosi.atau uji coba.

2. Perluasan jaringan pasar.

2.2.3.3.Karakteristik Pembinaan

Sifat dan karakteristik pembinaan yang amat menonjol French dan Bell

dalam Thoha (2003 : 17), antara lain :

1. Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses

kelompok dan organisasi dibandingkan dengan isi yang subtantif.

2. Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai sebagai suatu kunci

untuk mempelajari lebih efektif berbagai macam perilaku organisasi.

3. Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari budaya

kerja tim.

4. Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem

(42)

5. Mempergunakan model action research.

6. Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau

katalisator.

7. Suatu pemikiran dari usaha perubahan tersebut haruslah ditunjukkan

bagi proses-proses yang sedang berlangsung.

2.2.4. Konsep Kewirausahaan

Menurut Harimurti (2001 : 10), kewirausahaan adalah segala hal yang

menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang

dapat dipelajari tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha.

Menurut Suparman yang dikutip oleh Soesarsono dalam Prijambodo

(2000 : 14), kewirausahaan adalah sifat-sifat keberanian, kemampuan, dan

keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.

Sedangkan menurut Hisrich dan Peters dalam Prijambodo (2000 : 16),

kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang memiliki nilai beda,

dilakukan dengan mengerahkan waktu dan upaya disertai dengan resiko sosial,

keuangan maupun psikologis untuk meraih imbalan dalam wujud uang maupun

kepuasan pribadi.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kewirausahaan adalah kegiatan seseorang untuk mencapai hasil yang lebih baik

yang dilakukan dengan berani, pantang menyerah, ulet, rajin, disiplin, dan

berbagai sikap mental yang memperlihatkan dorongan dari dalam untuk meraih

(43)

Kewirausahaan meliputi tiga komponen utama dari seorang wirausaha

Harimurti (2001 : 14), yakni :

1. Kepribadian yang meliputi :

a. Sikap dan tingkah laku.

b. Latar belakang pendidikan.

c. Kondisi lingkungan.

d. Bakat dan bawaan.

e. Iman seseorang.

f. Ditambah faktor-faktor lainnya.

2. Motivasi dan kemampuan meliputi :

a. Tingkat Pendidikan.

b. Tingkat kemampuan ekonomi.

c. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut.

d. Tekanan dari pihak-pihak eksternal.

e. Persepsi individu.

f. Dan faktor lain.

3. Fasilitas dan pertumbuhan meliputi :

a. Tingkat kemajuan kehidupan.

b. Trend kebutuhan yang ada.

c. Peluang dan keterbatasan.

d. Kepercayaan pihak eksternal.

e. Subsidi pemerintah.

(44)

2.2.4.1. Manfaat Kewirausahaan

Menurut Prijono (2000 : 18), dilihat dari bentuk yang diciptakan

kewirausahaan, maka dapat diidentifikasikan ada beberapa wujud manfaat.

Secara garis besar kewirausahaan menghasilkan karya-karya baru yang

memiliki nilai beda atau nilai-nilai lebih dibandingkan dengan yang telah ada.

Bentuk nyata karya-karya baru tersebut ada bermacam-macam tidak selalu

berupa produk atau jasa.

Dalam lingkup mikro, karya-karya baru tersebut dapat berupa prosedur,

metode dan teknologi sehingga diperoleh produk dan jasa yang memiliki nilai

beda atau lebih tinggi dibandingkan produk atau jasa yang sudah ada.

Sedangkan manfaat kewirausahaan dalam sekala makro yaitu terciptanya

kemakmuran rakyat. Aktifitas ekonomi yang terus berdenyut, kelahiran

perusahaan-perusahaan baru maupun usaha baru akan menghasilkan keuntungan

lebih tinggi terhadap penggunaan sumber daya yang ada

2.2.5. Konsep Usaha Kecil dan Menengah.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah, pengertian dari Usaha Kecil adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan

yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak

langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha

(45)

Sedangkan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil, dan Menengah pengertian dari Usaha Menengah adalah usaha

ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan

atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan

bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang

ini.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah, ada beberapa kriteria dari Usaha Kecil, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima

puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00

(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

2.500.000.000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan Kriteria Usaha Menengah menurut Undang-undang No. 20

Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh

(46)

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua

milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.

50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan defenisi serta kriteria dari Usaha Kecil dan Menengah yang

diungkapkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Usaha Kecil dan

Menengah merupakan usaha yang dimiliki oleh perorangan dan dikelola secara

bersama-sama serta mempunyai kemampuan terbatas dalam bidang modal,

manajemen tenaga kerja berproduksi secara terbatas sesuai dengan kemampuan

dari Usaha Kecil, dan Menengah itu sendiri.

2.3. Kerangka Berpikir

Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah

Kota Surabaya dalam melaksanakan pembinaan usaha kecil yang berkaitan

dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini dengan

diberikannya kegiatan pendidikan dan pelatihan serta di dukung dengan aspek

prmodalan dan pemasaran, hal tersebut merupakan beberapa upaya untuk dapat

mengembangkan kegiatan usaha serta mencapai hasil yang maksimal.

Berdasarkan dari uraian tersebut maka dapat disusun suatu alur kerangka

(47)

Gambar I Kerangka berpikir Kebijakan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tentang

Pembinaan Usaha Kecil yang Tertuang Dalam UU No. 20 Tahun

2008 tentang UMKM

Renstra Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe di Kelurahan

Tenggilis Mejoyo

Pelatihan Pemasaran

Usaha Kecil Berkembang

(48)

3.1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka

diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan

metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari

hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena dengan

metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid dan relevan dengan

tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif.

Melalui metode kualitatif, peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara

yang sesungguhnya tentang dirinya sendiri sesuai dengan perspektif

masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya sesuai dengan posisi dan

peran di dalam sistem sosial masing-masing pula.

Sedangkan defenisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler

dalam Moleong, 2007 : 4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut, dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

(49)

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini

adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih faktor

(Moleong, 2007 : 386). Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan

batas yang harus dilalui oleh seorang penulis dalam melaksanakan penelitian,

dengan merumuskan masalah sebagai fokus penelitian untuk mencari

pemecahannya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi

fokus penelitian ini adalah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe di Kelurahan

Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya,

yang dilaksanakan melalui :

1. Pelatihan.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang bekerja sama

dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal

Pemerintah Kota Surabaya memberikan pelatihan dalam bentuk

Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi (Bintek),

dengan sasaran kajian sebagai berikut :

a. Memberikan penyuluhan.

b. Memberikan bantuan mesin produksi.

c. Tenaga instruktur sebagai pemberi materi.

(50)

Tujuan dari pelatihan tersebut agar pengusaha kecil dapat

mengembangkan usahanya, karena kebanyakan dari pengusaha kecil

belum bisa menerapkan manajemen atau mengatur usaha yang dimiliki.

Serta para pengusaha kecil kebanyakan menggunakan mesin yang masih

tradisional. Diharapkan dengan penyuluhan serta pemberian

metode-metode pelatihan dan penggunaan mesin produksi yang lebih modern

dapat memberikan arahan tentang bagaimana cara mengelola usaha

supaya lebih berkembang serta dapat memenuhi permintaan pasar yang

terus meningkat.

2. Pemasaran.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya dalam hal pemasaran berfungsi sebagai pengawasan atau

monitoring. Pada sistem pemasaran sasaran kajian yaitu sebagai berikut :

a. Mengadakan survey tiap tiga bulan sekali.

b. Mengadakan pertemuan serta memberikan kiat-kiat.

diharapkan dengan diadakanya survey tiap 3 bulan sekali serta

pertemuan kepada seluruh para pengusaha kecil serta memberikan

kiat-kiat dalam hal pengembangan usaha. Sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat Tenggilis Mejoyo.

3.3. Situs Penelitian

Situs Penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk

(51)

data. Agar memperoleh data yang akurat dan mendekati kebenaran sesuai

dengan fokus penelitian, maka peneliti menetapkan situs penelitian ini

dilakukan di :

1. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota

Surabaya sebagai instansi yang bertanggung jawab dan mempunyai

peranan penting dalam pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

2. Usaha Kecil produksi tempe di daerah Tenggilis Mejoyo Kecamatan

Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya yang merupakan Sentra Usaha Kecil

pendukung perekonomian daerah yang memiliki kualitas sumber daya

manusia yang rendah dan perlu diberikan pembinaan.

3.4. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain

(Loftland dalam Moleong, 2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data

adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang

menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :

1. Informan kunci ( Key Person), yang memiliki data dan bersedia

memberikan data yang benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai

permasalahan, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah.

a. Bapak Dwi Widjojo Soewarno, SE selaku Staf Bidang Usaha Kecil

(52)

b. Ketua PRIMKOPTI dan beberapa pengusaha kecil produksi tempe

di Tenggilis Mejoyo.

2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama

yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data

dokumentasi, bisa berupa peraturan-praturan, aturan-aturan formal,

arsip, berita surat kabar yang relevan dengan permasalahan penelitian.

3.5. Jenis Data

Jenis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua

macam jenis data yaitu :

1. Data primer, adalah data utama yang diperoleh langsung dari informan

pada saat dilakukan penelitian melalui wawancara mendalam yang

bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan

kegiatan pembinaan Sumber Daya Manusia yang dilakukan oleh Dinas

Koperasi dalam pembinaan usaha kecil.

2. Data Sekunder, adalah merupakan data pelengkap yang diperoleh dari

dokumen-dokumen atau arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan

penelitian seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena hakekat dari

penelitian adalah Pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisa

dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk

(53)

Teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan)

Pengamatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan penulis

dari motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan

sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia,

membuat peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek, dan

pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama.

Peneliti melakukan observasi di Sentra usaha kecil Produksi Tempe di Daerah

Tenggilis Mejoyo.

b. Wawancara

Pada teknik ini peneliti mengadakan tatap muka dan Tanya jawab

langsung dengan pihak responden untuk memperoleh data. Wawancara dalam

penelitian ini khususnya dalam tahap awal, belum begitu terstruktur, tujuannya

ialah memperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam mengenai pendapat

orang lain. Di dalam melaksanakan wawancara ini penulis belum dapat

menyajikan pertanyaan yang spesifik kepada informan, dalam hal ini dapat

memberikan kelonggaran dan kebebasan bagi informan, kelonggaran semacam

ini mampu mendapatkan kejujuran responden untuk memberikan informasi

yang sebenarnya. Pada tahap ini wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap

(54)

c. Penggunaan Dokumen

Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data

karena dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk

menguji, menafsirkan, dengan cara mengumpulkan data yang terdapat pada

situs penelitian.

3.7. Analisis Data

Analisa data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, data

yang terkumpul banyak sekali dan terdiri catatan lapangan dan komentar penulis

gambar foto, dokumen berupa laporan, Biografi, artikel dan sebagainya.

Pekerjaan analisa data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,

mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.

Pengrorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema

dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong,

2007 : 280).

Dalam penelitian kualitatif digunakan analisa data yang telah

dikembangkan oleh (Miles dan Huberman, 1992 : 18-20), dengan menggunakan

Analisa Model Interaktif melalui empat prosedur yaitu :

1. Pengumpulan data

Data tersebut yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata.

(55)

2. Reduksi data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan

pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang

tertulis di lapangan.

3. Penyajian data

Sebagai sekumpulan informasi tersusun yang diberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dengan melihat

penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa

yang harus dilakukakan. Hal ini dilakukakn untuk memudahkan peneliti melihat

gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian,

sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

4.Verifikasi atau menarik kesimpulan.

Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian

berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang

melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat suatu tinjauan

ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar

pikiran, dengan kata lain makna yang terkandung dalam kata harus diuji

kebenarannya dan kecocokannya (validitasnya).

Dari data diatas yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan

angka-angka melainkan berupa uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil

(56)

Gambar 2

Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Kesimpulan / Verifikasi

Sumber : Data Analisis kualitatif Miles dan Huberman (1992 : 20)

3.8. Keabsahan Data

Setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat

kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian

kualitatatif, standart tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln

dan Guba dalam Moleong (2007 : 324), untuk menjamin keabsahan data

diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas

sifat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan

konsep validitas dari penelitian non kualitatif. Kriteria ini berfungsi

(57)

kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti

pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat

dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

a. Memperpanjang Masa Observasi

Dengan memperpanjang masa observasi sehingga dihrapkan data dapat

diedit dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

b. Pengamatan Terus-menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus, peneliti dapat

memperhatikan seseuatu lebih mendalam.

c. Membicarakan dengan orang lain

Sebagai langkah untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki

pengetahuan tentang pokok penelitian yang ditetapkan, hal ini sebagai

usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.

d. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya

dengan data yang diperoleh dari narasumber lain, pada berbagai fase

penelitian dilapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian

ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan

dokumen yang ada.

e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang

Berarti memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan

(58)

2. Keteralihan (Transferability)

Adalah sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara

konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan

mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama.

Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data

deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti

berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dengan memperbanyak

wacana ilmiah melalui penjelasan secara terperinci.

3. Standar Ketergantungan (Dependability)

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa proses penelitian dan

taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti perlu

menyediakan data sebagai berikut :

a. Data mentah, seperti catatan pada saat observasi dan wawancara, hasil

rekaman (jika ada), dokumen dan lain sebagainya yang disajikan dalam

bentuk laporan lapangan.

b. Hasil analisis data, berupa rangkuman, konsep-konsep.

c. Hasil sintesis data, seperti tafsiran kesimpulan, defenisi, tema, pola,

hubungan literature dan laporan akhir.

d. Catatan mengenai proses data yang digunakan, yakni mengenai

metodologi, desain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar

penelitian tercapai, serta upaya untuk melakukan pemeriksaan dan

Gambar

Tabel. 1.1
Tabel. 1.2
Gambar I Kerangka berpikir
Gambar 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

mengadakan penelitian tentang “ Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah di Night Market Ngarsopuro oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil. Menengah (UMKM) Kota Surakarta

Peran Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Surakarta dalam Mengembangkan UMKM di Kelurahan Semanggi Kota Surakarta. Fakultas Ilmu Sosial

Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Provinsi Kepulauan Bangka

Dari hasil analisis berdasarkan umpan balik ini, maka kinerja Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru dalam pembinan koperasi dapat dikatakan

Berangkat dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melihat sejauh apa efektivitas pelaksanaan program pengem bangan UMKM pada Dinas Koperasi Kota Pekanbaru

Tidak hanya belum sesuai dengan teori, pemberdayaan dalam bidang penggunaan teknologi yang dilaksanakan Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan ini juga tidak sesuai

Kegiatan dilaksanakan di Balai Latihan Koperasi dan UMKM Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama 5 hari dengan peserta sebanyak 25 orang

Melalui penelitian ini, peneliti ingin menyampaikan pentingnya penelitian ini untuk dilakukan dalam rangka mengetahui dan mendeskripsikan kinerja Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan