DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO
PEMERINTAH KOTA SURABAYA.
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur
Disusun Oleh :
HENDRATNO EKO PUTRA NPM : 0541010073
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Skripsi ini dengan judul “Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya”.
Dalam penyusunan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan di dalam penulisan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman. Penulis juga menyadari bahwa penulisan Skripsi ini tidak akan
terwujud dan terselesaikan tanpa bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai
pihak. Atas kepercayaan dan kesempatan serta segala bantuan yang diberikan baik
berupa pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran guna menyelesaikan penyusunan
Skripsi ini. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak DR. Slamet Srijono, Msi selaku
Dosen pembimbing yang dengan kesabarannya telah membimbing penulis dari awal
sampai akhir penulisan.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Ibu Dra.Ec.Hj. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional ” Veteran ” Jawa
Timur.
v
3. Ibu Dra. Diana Hertati, Msi, Selaku Sekertaris Progdi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional ” Veteran ” Jawa Timur.
4. Bapak Drs.Hadi Mulyono, MM, Selaku Kepala Dinas Koperasi Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.
5. Ibu Ratnawati, BA, Selaku Kasi Bidang Usaha Kecil dan Menengah di
Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota
Surabaya.
6. Bapak Dwi Widjojo Soewarno, SE, Selaku Staf Bidang Usaha Kecil dan
Menengah di Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pemerintah Kota Surabaya.
7. Ayah dan ibu yang selalu memberikan Doa dan motivasi.
Penulis sadar Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
penulis mohon adanya kritik dan saran demi sempurnanya Skripsi ini dan penulis
berharap semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi
semua pihak.
Surabaya, Mei 2010
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR LAMPIRAN... xii
ABSTRAKSI... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 9
1.3. Tujuan Penelitian... 11
1.4. Kegunaan Penelitian... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA... 13
2.1. Peneliti Terdahulu... 13
2.2. Landasan Teori... 17
2.2.1. Pengertian Peranan... 17
2.2.2. Pengertian Koperasi... 18
2.2.2.1. Landasan Koperasi... 21
2.2.2.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi... 23
2.2.3.1. Tujuan Pembinaan... 27
2.2.3.2. Strategi Pembinaan... 28
2.2.3.3. Karakteristik Pembinaan... 31
2.2.4. Konsep Kewirausahaan... 32
2.2.4.1. Manfaat Kewirausahaan... 34
2.2.5. Konsep Usaha Kecil dan Menengah... 34
2.3 Kerangka Berpikir... 36
BAB III METODE PENELITIAN... 38
3.1. Jenis Penelitian... 38
3.2. Fokus Penelitan... 39
3.3. Situs Penelitian... 40
3.4. Sumber Data... 41
3.5. Jenis Data... 42
3.6. Teknik Pengumpulan Data... 42
3.7. Analisis Data... 44
3.8. Keabsahan Data... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 50
4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian... 50
4.1.1. Sejarah Singkat Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 50
4.1.2. Letak Dinas Koperasi Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah... 51
4.1.3. Visi dan Misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah... 51
4.1.7. Struktur Organisasi Dinas... 53
4.1.8. Tugas Pokok dan fungsi pegawai Dinas... 56
4.1.9. Karakteristik pegawai Dinas... 68
4.1.10. Tujuan, sasaran dan strategi Dinas... 70
4.1.11. Sarana dan prasarana Dinas... 73
4.1.12. Gambaran Umum Tenggilis Mejoyo... 74
4.1.13. Jumlah penduduk... 74
4.2. Hasil penelitian... 77
4.2.1. Pelatihan... 78
4.2.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi... 78
4.2.2. Pemasaran... 82
4.3. Pembahasan... 86
4.3.1. Pelatihan... 86
4.3.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 86
4.3.2. Pemasaran... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 92
5.1. Kesimpulan... 92
5.1.1. Pelatihan... 92
5.1.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 92
ix
5.2.1.1. Pelatihan Kewirausahaan dan Teknologi Produksi... 95
5.2.2. Pemasaran... 96
Rata-rata Investasi per unit di Kota Surabaya………... 2
Tabel 1.2 Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya………. 4
Tabel 4.1 Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat / Golongan……… 68
Tabel 4.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan……… 68
Tabel 4.3 Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin………. 69
Tabel 4.4 Komposisi Pegawai Berdasarkan Umur……….. 69
Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana………... 73
Tabel 4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin……… 75
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut usia……….. 75
Tabel 4.8 Jumlah Penduduk Menurut Agama………... 76
Tabel 4.9 Tingkat Pendidikan Masyarakat………. 76
Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Daerah Tenggilis Mejoyo Berdasarkan Mata Pencaharian………. 77
Gambar 2 Analisis interaktif Menurut Miles dan Huberman………. 46
Gambar 3 Struktur Organisasi Dinas Koperasi……….. 55
xiii
HENDRATNO EKO PUTRA. PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.
Penelitian ini di dasarkan pada fenomena pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang masih menghadapi hambatan atau kendala antara lain : kurangnya permodalan, kurangnya pelatihan, dan terbatasnya akses pasar. Dengan adanya hambatan atau kendala tersebut pada akhirnya belum dapat mendukung bagi perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam memberikan pembinaan terhadap sentra usaha kecil.
Teknik pengolahan data yang dilakukan dengan cara observasi, wawancara penggunaan arsip dan dokumentasi foto pada Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.
Metode pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa interaktif dimana dalam penelitian ini disampaikan suatu gambaran fenomenal tentang Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam memberikan pembinaan terhadap sentra usaha kecil di Tenggilis Mejoyo.
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan dan pelatihan teknologi produksi yang diselenggarakan Dinas Koperasi UMKM Pemerintah Kota Surabaya yang bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya berupa penyuluhan tentang kewirausahaan dan seminar tentang teknologi produksi. Serta bantuan mesin produksi dari DISPERINDAG sejumlah lima unit. Bentuk pemasaran produksi tempe di Tenggilis Mejoyo yaitu dalam bentuk personal sehingga pengusaha kecil mampu memasarkan hasil produksinya secara individu.
1.1.Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan bagian integral dunia
usaha nasional, mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat
penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada
khususnya. Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas
lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat,
dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan
masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada
khususnya.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup
besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan
kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan.
Keberadaan usaha kecil tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian
secara nasional, karena usaha kecil merupakan wujud kehidupan ekonomi
sebagian besar rakyat Indonesia.
Dalam upaya membangun ekonomi nasional sub-sektor industri mikro
kecil dan menengah (IMKM) yang dalam istilah sering disebutkan UKM
ataupun usaha kecil. Usaha kecil mendapat prioritas untuk dibina dan
dikembangkan dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional.
Sektor industri baik skala besar maupun skala mikro, kecil, dan
menengah merupakan salah satu sektor yang turut memberikan kontribusi
(contributor) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, oleh karena itu
kebijakan pembinaan dan pengembangan (Development Policy) terhadap
masing-masing sub-sektor dilakukan secara berkesinambungan dan program
pembinaan senantiasa dikembangkan sesuai dengan karakter dan permasalahan
yang dihadapi.
Adapun data tentang jumlah perkembangan UKM yang mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Data tersebut didasarkan pada banyaknya
usaha kecil, tenaga kerja, nilai produksi, investasi dan rata-rata investasi per unit
di Kota Surabaya.
Data tersebut yaitu sebagai berikut :
Tabel. 1.1
Data Banyaknya Usaha Kecil, Tenaga Kerja, Produksi, investasi dan Rata-rata Investasi per unit di Kota Surabaya
Tahun Usaha Kecil Tenaga Kerja Produksi Investasi Investasi per unit
2000 2.369 56.595 404.823 286.827 121,08
2001 2.490 57.595 427.381 299.371 120,23
2002 2.614 58.595 341.132 320.012 122,42
2003 2.900 61.298 372.983 349.890 120,65
2004 3.151 63.690 405.645 380.530 120,76
2005 3.458 67.668 433.046 406.234 117,48
2006 3.710 69.785 469.145 440.346 118,63
2007 3.945 71.210 484.513 470.234 119,12
2008 4.031 71.897 491.994 481.768 119,52
Berdasarkan tabel data diatas bahwa kontribusi perkembangan usaha
kecil mengalami peningkatan dari tahun ke tahun baik pada jumlah usaha kecil,
tenaga kerja, produksi maupun dalam investasi. Kontribusi perkembangan usaha
kecil yang meningkat dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan
struktur industri (industrial grouth). Seiring dengan perkembangan Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) , UKM mempunyai peran yang cukup besar dalam
pembangunan ekonomi nasional.
Namun dengan seiring perkembangan serta keberhasilan usaha kecil di
Kota Surabaya begitu ragam jenisnya dan karakteristik usaha kecil. Di Kota
Surabaya dapat dipastikan bahwa tidak semua usaha kecil dapat tumbuh dan
berkembang bahkan sebaliknya ada yang hanya berdiri sesaat lalu gulung tikar.
(http ://www.smecda.com/deputi7/file infokop/ pengemb. UKM.pdf diakses 3
Maret 2010).
Untuk memaksimalkan kinerja dan pertumbuhan usaha kecil perlu untuk
mengetahui pengaruh dari kebijakan program pembinaan yang telah dan
ataupun yang akan dilakukan, dengan demikian para pengambil keputusan dapat
menentukan kebijakan pembinaan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kendala tersebut.
Hal tersebut juga di dukung dengan adanya data Perkembangan UKM di
Tabel. 1.2
Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya
Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar
2004 5.403 920 366
Sumber : Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Jatim
dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surabaya. (2009).
Berdasarkan tabel data diatas tentang perkembangan UKM di Kota
Surabaya, perkembangan UKM mengalami penurunan pada tahun 2008.
Dengan adanya penurunan perkembangan UKM pada tahun 2008 di Kota
Surabaya maka dibutuhkan peran serta Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia
Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan,
guna meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah dalam meningkatkan perekonomian nasional.
Dengan adanya permasalahan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta pemerintah
khususnya Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota
Surabaya untuk menumbuh kembangkan UKM Khususnya di wilayah Kota
Surabaya sehingga kedepannya menjadi usaha kecil yang produktif dan
berkembang.
Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota
kecil, dan menengah, kemudian untuk melaksanakan tugas sebagaimana
tersebut diatas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah
Kota Surabaya khususnya pada bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
mempunyai tugas antara lain :
1. Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
dalam pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
di tingkat kota.
2. Pengawasan, monitoring dan evaluasi upaya pemberdayaan UMKM
dalam wilayah kota.
3. Penyelenggaraan pengembangan produksi dan pemasaran hasil usaha
masyarakat skala kota.
4. Pelaksanaan dan fasilitas kebijakan usaha mikro, kecil dan menengah
skala kota.
Pada rincian tugas Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
khususnya pada tugas Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah dalam pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah di tingkat kota, terdapat sebelas (11) poin salah satunya
menyebutkan memberikan pembinaan dan pengembangan UMKM di tingkat
kota.
Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota
Surabaya adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota dibidang pembinaan dan
pengembangan koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, kemudian untuk
Menengah Pemerintah Kota Surabaya mempunyai fungsi Pembinaan,
Pengawasan, Pengendalian serta Pembangunan di bidang koperasi. Dinas
Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya juga
mempunyai kewenangan untuk melaksanakan tugas-tugas pembinaan serta
perumusan kebijakan dan penyusunan perencanaan pembangunan dibidang
koperasi usaha mikro, kecil, dan menengah. Dinas Koperasi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya memfasilitasi pelatihan teknis
manajemen dan keterampilan untuk pengusaha kecil, memfasilitasi permodalan
bagi usaha kecil dan menengah dalam pengembangan usaha serta mengadakan
promosi usaha dan fasilitasi pemasaran.
Sebagai objek penelitian Sentra Usaha Kecil produksi tempe di daerah
Tenggilis Mejoyo, Sentra Usaha Kecil produksi tempe ini merupakan jenis mata
pencaharian masyarakat Tenggilis Mejoyo. Bagi para masyarakat di daerah
Tenggilis Mejoyo, berkecimpung dalam industri rumah tangga (home industri)
ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan keahlian, disamping sebagai
lapangan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kecil produksi tempe
mempunyai peranan sebagai wadah pengembangan diri dan untuk memperoleh
taraf hidup yang lebih baik lagi. Pembinaan dalam rangka pengolahan produksi
tempe yang mempunyai variasi hasil olahan atau aneka macam produksi olahan
sebagai makanan kecil.
Pembinaan usaha kecil memerlukan kepedulian yang diwujudkan dalam
kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum
usaha kecil yang diiringi dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat
akan mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan yang
berkelanjutan. Pembinaan usaha kecil juga merupakan peningkatan harkat dan
martabat masyarakat dalam kondisi sekarang mengalami kesulitan untuk
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Pembinaan
usaha kecil produksi tempe melalui pembinaan pengusaha kecil produksi tempe
mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi dan keterampilan teknis
para pengusaha kecil yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.
Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap
Sentra Usaha Kecil produksi tempe di daerah Tenggilis Mejoyo. Berdasarkan
pengamatan terhadap masyarakat setempat permasalahan yang terjadi yaitu :
a. Pelatihan
Kurang sadarnya masyarakat Tenggilis Mejoyo dalam Mengikuti
Pelatihan baik pelatihan kewirausahaan maupun pelatihan teknologi (Bintek).
Indikasi dari diadakan pelatihan ini karena masih kurangnya pengetahuan
tentang kewirausahaan, manajemen, dan administrasi sehingga mengalami
kesulitan dalam pengembangan usahanya.
b. pemasaran
Bentuk sistem pemasaran hasil produksi di Tenggilis Mejoyo yaitu
bentuknya secara personal atau individu. Indikasinya dengan sistem pemasaran
hasil produksinya secara personal atau individu melalui akses pasar di seluruh
Kota Surabaya.
Untuk mengatasi permasalahan atau kendala yang dihadapi para
pengusaha kecil produksi tempe di daerah tenggilis mejoyo, maka dibutuhkan
peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota
Surabaya, antara lain :
a. Memberikan bantuan pelatihan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan
dan bimbingan teknologi (Bintek). Dengan adanya program pembinaan
tersebut akan meningkatkan keterampilan teknis produksi, kemampuan
managerial, kemampuan innovasi produk dan daya saing akan
meningkat, sehingga akan meningkatkan volume penjualan, mendorong
pertumbuhan unit usaha dan peningkatan struktur unit usaha industri.
(Mc Celland : 1993 dalam Simanjuntak : 1998).
b. Memberikan bantuan fasilitasi pemasaran hasil produksi yaitu dengan
cara promosi serta perluasan jaringan pasar. Melalui bantuan pemasaran
tersebut masalah hasil pemasaran produk dapat diatasi dan akhirnya
akan meningkatkan jumlah penjualan, berkembangnya usaha dan
mendorong perubahan struktur pertumbuhan industri.
(UU No. 9 Tahun 1995, pasal 16).
Dengan adanya pelatihan serta di dukung dengan fasilitasi pemasaran
yang diberikan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang
bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman
mengembangkan usahanya, sehingga kedepannya mampu menciptakan hasil
variasi olahan produksi tempe yang berkualitas baik dalam segi kemasan
maupun rasa, sehingga pada akhirnya nanti mampu berkembang hingga
mencapai pasaran lokal maupun eksport.
Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam
bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga
kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul penelitian “Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di Kelurahan Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya”.
1.2. Perumusan Masalah
Setiap tahun pemerintah dalam kaitannya untuk meningkatkan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) telah menetapkan program yang harus dicapai oleh
Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk meningkatkan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM). Karena Koperasi merupakan wadah bagi
Mikro, Kecil, dan Menengah dihadapkan pada suatu masalah khususnya di
Tenggilis Mejoyo permasalahannya yaitu :
a. Kurang sadarnya para pengusaha kecil Tenggilis Mejoyo dalam
mengikuti pelatihan baik pelatihan kewirausahaan maupun pelatihan
teknologi produksi (Bintek).
b. Pada Pemasaran tidak terjadi permasalahan karena pada pemasaran hasil
produksi tempe di Tenggilis Mejoyo cara pemasaran yang digunakan
yaitu secara personal atau individu.
Dengan adanya permasalahan tersebut dapat memberikan dampak yaitu
dapat menurunkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) serta dapat
menurunkan hasil produk. Untuk menghadapi masalah tersebut dibutuhkan
peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota
Surabaya yang lebih besar untuk memberikan pembinaan kepada Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) khususnya produksi tempe di Tenggilis Mejoyo.
Dari latar belakang fenomena dan masalah diatas, adapun perumusan
masalah yang dikemukakan dalam penulisan penelitian ini adalah
“Bagaimanakah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk memahami suatu masalah sosial atau
fenomena sosial tertentu yang ada di sekitar kita. Dalam penelitian ini tujuan
yang ingin dicapai adalah
Untuk mengetahui Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah Dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe Di
Kelurahan Tenggilis Mejoyo.
1.4. Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis
Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Peranan Dinas
Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya
dalam Pembinaan Usaha Kecil.
2. Bagi Instansi
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Koperasi
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai
bahan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan dalam
pemecahan masalah yang sedang dihadapi para pengusaha kecil.
3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam
melengkapi dan mengembangkan perbendaharaan ilmu sosial dan
tambahan wawasan yang berguna bagi mahasiswa dan pihak-pihak yang
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai
sebagai bahan pengkajian dan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini,
antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Unggul dari Universitas Brawijaya
Malang (2001). Dalam penelitian Unggul di Kelurahan Dinoyo
Kecamatan Lowok Waru Kota Malang dengan Judul “Pemberdayaan
Pengusaha Industri ke kecil di Perkotaan” dinyatakan bahwa
pemberdayaan usaha kecil di kelurahan Dinoyo harus lebih diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan (Capability Building) usaha kecil
menjadi tangguh dan mandiri serta tumbuh berkembang. Usaha industri
kecil keramik Dinoyo tidak hanya memberi manfaat dalam peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan keluarganya, akan tetapi
tetap juga memberi keuntungan dan manfaat bagi masyarakat sekitar
Dinoyo. Model usaha merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
penting bagi pengusaha industri kecil keramik. Untuk lebih
mengefektifkan pemberdayaan industri kecil keramik yang perlu
mendapatkan perhatian dan kepedulian yang lebih besar dari
administrasi publik terhadap pengembangan industri kecil keramik
Dinoyo, perlu koordinasi dengan melibatkan instansi terkait dan perlu
membentuk lembaga penjamin.
Persamaan penelitian yang dilakukan oleh unggul dari Universitas
Brawijaya Malang dengan peneliti adalah terletak pada usaha pemberdayaan
dalam meningkatkan kemampuan agar dapat meningkatkan pendapatan untuk
mencapai taraf sejahtera.
Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Unggul dari
Universitas Brawijaya Malang menekankan pada pemberdayaan yang diarahkan
pada pengusaha industri agar dapat lebih berkembang. Sedangkkan peneliti
menekankan pemberdayaan melalui pembinaan pada sumber daya manusia
pengusaha dari produksi tempe.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nita Dwi Rahmadhani dari Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2004), yang berjudul
“Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Sepatu di
Wedoro”. Hal ini dibuktikan dengan penetapan pola umum kebijakan
yang ditulis dalam rencana program kerja Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Tahun 2004 mengenai usaha kecil sepatu di Wedoro yang
meliputi peningkatan kualitas bahan baku sampai dengan produk jadi,
peningkatan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan
memperluas lapangan kerja terutama dalam sektor industri rumah
tangga. Pemerintah juga memberi bantuan berupa pinjaman modal
melalui Bank Jatim , dan segi pemasaran mengikutsertakan pengrajin
sepatu Wedoro dalam pekan raya Jakarta selain itu pemerintah juga
memberikan bantuan kepada pengrajin sepatu dengan mengadakan
dan Tanggulangin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi
sepatu, namun bantuan yang diberikan oleh pemerintah tersebut kurang
merata, sehingga pengusaha dan pengrajin sepatu tidak mengetahui
bantuan yang telah diberikan pemerintah tersebut, hal ini dikarenakan
kurangnya sosialisasi antara pemerintah dengan ketua asosiasi sepatu di
Wedoro. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Perindustrian dan
Perdagangan melakukan koordinasi dan mencari solusi dengan anggota
asosiasi di Wedoro sebelum memberikan bantuan agar bantuan yang
akan diberikan tepat pada pengrajin yang membutuhkannya.
Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Nita Dwi
Rahmadhani adalah pelaksanaan peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha
kecil untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat dalam pembangunan
Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Nita Dwi
Rahmadhani terletak pada usaha peningkatan kualitas dari bahan baku hingga
proses terwujudnya barang jadi. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah proses pemberdayaan usaha kecil melalui pendidikan dan pelatihan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Novidiana dari Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2007), yang berjudul
“Peran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dalam
Pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo Kecamatan Gandusari
Kabupaten Trenggalek” menyatakan bahwa untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta meningkatkan
Kabupaten Trenggalek mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA)
Tahun 2001-2005 melaksanakan pendidikan dan latihan serta studi
banding dan magang. Pelatihan teknologi produksi Dinas mengirimkan
perwakilan pengrajin untuk mengikuti pelatihan dan memberikan
bantuan peralatan secara revolving, pelatihan kewirausahaan diikuti oleh
semua pengrajin, pelatihan pemasaran diikuti semua pengrajin didukung
adanya pameran dan otlet penjualan di luar kota. Studi banding dan
magang diikuti perwakilan pengrajin genteng dari kegiatan pengrajin
dapat memproduksi genteng beraneka ragam. Namun Peran Dinas
Koperasi Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Trenggalek dalam
pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo dalam Pelatihan
teknologi produksi, studi banding dan magang yang sudah dilaksanakan
selama ini belum maksimal karena hanya diikuti perwakilan pengrajin
dan adanya kendala di Desa Sukorejo belum adanya Asosiasi Pengrajin
Genteng. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek dalam
memberikan pelatihan teknologi produksi, studi banding dan magang
tidak hanya diikuti perwakilan pengrajin tetapi semua pengrajin genteng
dan khususnya di Desa Sukorejo harus terbentuk Asosiasi Pengrajin
Genteng.
Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Catur Novidiana
adalah Pelaksanaan Peran Dinas Koperasi dalam pemberdayaan usaha kecil
Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Catur Novidiana
lebih menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin
genteng serta peningkatan mutu genteng yang dilakukan oleh Dinas Koperasi
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada proses pemberdayaan
usaha kecil melalui pembinaan dan pelatihan yang dilakukan oleh Dinas
Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya khususnya di
daerah Tenggilis Mejoyo.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pengertian Peranan
Menurut Soekanto (2002 : 243), peranan merupakan aspek dinamis dari
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai
dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.
Linton dalam Soekanto (2002 : 224), mengemukakan pengertian
peranan mencakup 3 (tiga) hal, sebagai berikut :
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat.
b. Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan
merupakan perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat dan
dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan, atau organisasi di lingkungan
masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah dikenal oleh
masyarakat.
2.2.2. Pengertian Koperasi
Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian
menyebutkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang
atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan.
Ada tiga pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal
Koperasi lebih jauh. Menurut Chaniago dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17),
mendefenisikan Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota
untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan
usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.
Menurut Hatta dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefinisikan
Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasar tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh
keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan
Menurut International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba
(2001 : 16), Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki
kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan
yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang
setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung resiko serta
menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.
Berdasarkan ketiga defenisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam
Koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama
lain. Unsur pertama adalah ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur
sosial.
Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan dan
pengelolaan Koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat
pembentukannya, Koperasi harus dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan
kemauan bersama dari para pendirinya. Kemudian pada saat pengelolaanya
tiap-tiap anggota Koperasi harus turut berpartisipasi dalam mengembangkan usaha
dan mengawasi jalannya kegiatan Koperasi.
Bila dirinci lebih jauh beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari
uraian mengenai pengertian Koperasi tersebut adalah suatu perkumpulan yang
didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang
bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
anggotanya yang bersifat sukarela mempunyai hak dan kewajiban yang sama,
berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha Koperasi
Dasar hukum keberadaan Koperasi di Indonesia adalah pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian. Dalam penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 antara
lain dikemukakan :
“….perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi”.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, yang
dimaksud dengan Koperasi di Indonesia adalah :
“…..badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”.
Berdasarkan kutipan penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tersebut, dapat diketahui bahwa
Koperasi di Indonesia tidak semata-mata dipandang sebagi bentuk perusahaan
sebagaimana halnya Perseroan Terbatas, Firma, atau Perusahaan Komanditer
(CV). Selain dipandang sebagai bentuk perusahaan yang memiliki asas dan
prinsip tersendiri, Koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk
membangun sistem perekonomian.
Hal itu sejalan dengan tujuan Koperasi sebagaimana di dalam pasal 3
Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa :
Dengan tujuan seperti itu, mudah dimengerti bila Koperasi mendapat
kehormatan sebagai satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional
dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun di
Indonesia.
2.2.2.1. Landasan Koperasi
Untuk mendirikan Koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu.
Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan
Koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan
usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Landasan-landasan
Koperasi tersebut adalah :
1. Landasan Idiil Koperasi Indonesia yang dimaksud dengan
landasan Idiil Koperasi adalah dasar atau landasan yang
digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita Koperasi.
Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan Koperasi sebagai
organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh
Undang-Undang Dasar 1945 akan bertujuan untuk mencapai
masyarakat adil dan makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa
yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu
Landasan Idiil Negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA.
Dasar Idiil ini harus diamalkan oleh Koperasi, karena pancasila
2. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia Landasan
Strukturil Koperasi adalah Undang-Undang Dasar 1945, karena
di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang
merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur
terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa
dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar
1945. Pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan”. Dan di dalam penjelasan pasal 33 ayat 1
Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai
dengan itu ialah Koperasi. Dengan demikian Koperasi
merupakan perwujudan dari pasal 33 ayat 1 Undang-Undang
Dasar 1945, dan pasal 33 ayat 1 tersebut merupakan landasan
gerak koperasi, artinya agar ketentuan-ketentuan yang terperinci
tentang Koperasi Indonesia harus berlandaskan dan bertitik tolak
dari jiwa pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal
33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 ini hanya memuat
ketentuan-ketentuan pokok perekonomian, oleh karena itu, maka
koperasi masih perlu diatur secara khusus dalam suatu bentuk
Undang-Undang Koperasi.
3. Landasan Mental Koperasi Indonesia, Landasan Mental Koperasi
Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa
berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada
diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan
dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus
tergabung ke dua landasan mental diatas, yaitu setia kawan dan
kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong,
hidup-menghidupi dan awas-mengawasi.
2.2.2.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi
Sendi-sendi dasar Koperasi di Indonesia menurut Undang-Undang No.
25 Tahun 1922 pasal 6 adalah sebagai berikut :
1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap Warga Negara
Indonesia.
2. Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan
demokrasi dalam Koperasi.
3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota.
4. Adanya pembatasan bunga atas modal.
5. Mengembangkan kesejahtraan anggota khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
6. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.
7. Swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan dari pada
2.2.2.3. Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia
Menurut Raiffeisen dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip
Koperasi Indonesia sebagai berikut :
a. Swadaya.
b. Daerah kerja terbatas.
c. SHU untuk cadangan.
d. Tanggung jawabanggota tidak terbatas.
e. Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan.
f. Usaha hanya kepada anggota.
g. Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang.
Menurut Schulze dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip
Koperasi Indonesia sebagai berikut :
a. Swadaya.
b. Daerah kerja tak terbatas.
c. SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota.
d. Tanggung jawab anggota terbatas.
e. Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan.
f. Usaha tidak terbatas tidak hanya untuk anggota.
Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 prinsip-prinsip Koperasi
di Indonesia adalah sebagai berikut :
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa
usaha masing-masing anggota.
d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
f. Pendidikan perkoperasian.
g. Kerja sama antar Koperasi.
Dari ketiga prinsip Koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa
essensi kerja Koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata.
Hanya saja dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ada penambahan
mengenai prinsip kerja sama antara Koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk
mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, Koperasi perlu meningkatkan
kekuatan tawar-menawarnya (bargaining power) dengan menjalin kerja sama
antar Koperasi.
2.2.3. Pengertian Pembinaan
Pengertian pembinaan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk
memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas,
bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah.
Pengertian pembinaan menurut Thoha (2003 : 7), merumuskan
baik.Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan,
evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas
sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa
berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua
pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu.
Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembinaan diatas maka
dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat
untuk memberdayakan suatu usaha melalui pemberian fasilitas, bimbingan,
pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan dan daya saing usaha sehingga dapat menunjukkan adanya
kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan,
berkembang, atau peningkatan atas sesuatu.
Dengan demikian program pembinaan usaha kecil merupakan suatu
program yang membina usaha kecil dengan meningkatkan kemampuan diri
pengusaha kecil itu sendiri secara keseluruhan baik dalam bidang manajemen,
pengetahuan, kewirausahaan, penguasaan teknologi dan peningkatan
kemampuan SDM yang dimiliki oleh usaha kecil itu sendiri dan tentunya
dengan diciptakan iklim usaha yang mendukung sehingga tercipta kepastian dan
2.2.3.1. Tujuan Pembinaan
Secara umum tujuan dari pembinaan organisasi menurut Thoha (2003 :
24), dapat diamati sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan kepercayaan dan dukungan diantara anggota
organisasi.
2. Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan masalah-masalah
organisasi baik dalam kelompok ataupun diantara anggota-anggota
kelompok.
3. Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam tugas” yang
didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan.
4. Untuk meningkatkan derajat keterbukaan dalam berkomunikasi baik
vertical, horizontal, maupun diagonal.
5. Untuk meningkatkan tingkat kesemangatan dan kepuasan orang-orang
yang ada dalam organisasi.
6. Untuk mendapatkan pemecahan yang sinergik terhadap
masalah-masalah yang mempunyai frekuensi besar.
7. Untuk meningkatkan tingkat pertanggung jawaban pribadi dan
kelompok baik di dalam pemecahan masalahnya maupun didalam
2.2.3.2. Strategi Pembinaan
Menurut Hamalik (2001:10) dalam peningkatan, pengembangan, dan
pembentukan tenaga kerja dilakukan melalui upaya pembinaan pendidikan dan
pelatihan.
1. Pendidikan dan Latihan (DIKLAT)
Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam
bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga
kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna
meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.
Menurut Mangkunegara (2005 : 44) komponen-komponen pelatihan
dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi :
1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat
diukur.
2. Para pelatih (trainer) harus memiliki kualifikasi yang memadai.
3. Materi latihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak
dicapai.
4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat
kemampuan peserta.
5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainer) harus memenuhi
Menurut Hamalik (2001 : 16-17), secara umum pelatihan bertujuan
mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional,
yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau professional yang
mendukung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan
kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, kemampuan
melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan
berdisiplin yang baik.
Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik (2001 : 16)
bertujuan untuk :
1. Mendidik, melatih, serta membina tenaga kerja yang memiliki
keterampilan produktif dalam rangka pelaksanaan program organisasi
dilapangan.
2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan yang
memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus menerus untuk
meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri,
professional, ber etos kerja yang tinggi dan produktif.
3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat,
minat, dan pengalamannya masing-masing.
4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang
tinggi dengan kebutuhan pengembangan.
Menurut Hamalik (2001 : 16) Tujuan Pelatihan erat kaitannya dengan
1. Pelatihan Induksi
Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk melaksanakan
pekerjaannya; kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang
seluk beluk organisasi bersangkutan.
2. Pelatihan Kerja
Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan
tugas-tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjaannya.
3. Pelatihan Pengawas
Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pemeriksaan,
pengawasan, dan pelatihan tenaga lainnya.
4. Pelatihan Manajemen
Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan manajemen
puncak (Top Management).
5. Pengembangan Pemimpin
Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi tenaga
unsur pimpinan dalam suatu organisasi lembaga.
2. Aspek Permodalan
Dengan adanya pembinaan, dalam arti pemberian modal kerja dari
pemerintah yang berupa sarana dan prasarana merupakan salah satu bagi para
pengusaha kecil untuk melangkah lebih maju. Dalam pemberian bantuan
permodalan diberikan melalui :
1. Pemberian sistem simpan pinjam dengan pembayaran kembali dengan
2. Penyediaan barang-barang modal dengan cara kredit dan hibah.
Aspek permodalan ini memberikan informasi tentang sumber-sumber
pembiayaan, bimbingan tata cara pengajuan kredit atau simpan pinjam atau
membantu permodalan secara langsung kepada pengusaha kecil.
3.Aspek Pemasaran.
Yaitu dengan mengadakan pengarahan pemasaran misalnya dengan
memberikan informasi pasar, sebab dalam pengembangannya para pengusaha
kecil , masih mengalami kesulitan dalam pemasaran produksinya. Pembinaan
dalam hal pemasaran dilakukan dengan cara :
1. Menyediakan sarana serta dukungan promosi.atau uji coba.
2. Perluasan jaringan pasar.
2.2.3.3.Karakteristik Pembinaan
Sifat dan karakteristik pembinaan yang amat menonjol French dan Bell
dalam Thoha (2003 : 17), antara lain :
1. Lebih memberikan penekanan walaupun tidak eksklusif pada proses
kelompok dan organisasi dibandingkan dengan isi yang subtantif.
2. Memberikan penekanan pada kerja tim sebagai sebagai suatu kunci
untuk mempelajari lebih efektif berbagai macam perilaku organisasi.
3. Memberikan penekanan pada manajemen yang kolaboratif dari budaya
kerja tim.
4. Memberikan penekanan pada manajemen yang berbudaya sistem
5. Mempergunakan model action research.
6. Mempergunakan ahli-ahli perilaku sebagai agen pembaharuan atau
katalisator.
7. Suatu pemikiran dari usaha perubahan tersebut haruslah ditunjukkan
bagi proses-proses yang sedang berlangsung.
2.2.4. Konsep Kewirausahaan
Menurut Harimurti (2001 : 10), kewirausahaan adalah segala hal yang
menyangkut teknik, metode, sistem serta berbagai strategi bisnis umum yang
dapat dipelajari tentang sukses atau mundurnya seorang wirausaha.
Menurut Suparman yang dikutip oleh Soesarsono dalam Prijambodo
(2000 : 14), kewirausahaan adalah sifat-sifat keberanian, kemampuan, dan
keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri.
Sedangkan menurut Hisrich dan Peters dalam Prijambodo (2000 : 16),
kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang memiliki nilai beda,
dilakukan dengan mengerahkan waktu dan upaya disertai dengan resiko sosial,
keuangan maupun psikologis untuk meraih imbalan dalam wujud uang maupun
kepuasan pribadi.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kewirausahaan adalah kegiatan seseorang untuk mencapai hasil yang lebih baik
yang dilakukan dengan berani, pantang menyerah, ulet, rajin, disiplin, dan
berbagai sikap mental yang memperlihatkan dorongan dari dalam untuk meraih
Kewirausahaan meliputi tiga komponen utama dari seorang wirausaha
Harimurti (2001 : 14), yakni :
1. Kepribadian yang meliputi :
a. Sikap dan tingkah laku.
b. Latar belakang pendidikan.
c. Kondisi lingkungan.
d. Bakat dan bawaan.
e. Iman seseorang.
f. Ditambah faktor-faktor lainnya.
2. Motivasi dan kemampuan meliputi :
a. Tingkat Pendidikan.
b. Tingkat kemampuan ekonomi.
c. Gaya hidup dan nilai-nilai yang dianut.
d. Tekanan dari pihak-pihak eksternal.
e. Persepsi individu.
f. Dan faktor lain.
3. Fasilitas dan pertumbuhan meliputi :
a. Tingkat kemajuan kehidupan.
b. Trend kebutuhan yang ada.
c. Peluang dan keterbatasan.
d. Kepercayaan pihak eksternal.
e. Subsidi pemerintah.
2.2.4.1. Manfaat Kewirausahaan
Menurut Prijono (2000 : 18), dilihat dari bentuk yang diciptakan
kewirausahaan, maka dapat diidentifikasikan ada beberapa wujud manfaat.
Secara garis besar kewirausahaan menghasilkan karya-karya baru yang
memiliki nilai beda atau nilai-nilai lebih dibandingkan dengan yang telah ada.
Bentuk nyata karya-karya baru tersebut ada bermacam-macam tidak selalu
berupa produk atau jasa.
Dalam lingkup mikro, karya-karya baru tersebut dapat berupa prosedur,
metode dan teknologi sehingga diperoleh produk dan jasa yang memiliki nilai
beda atau lebih tinggi dibandingkan produk atau jasa yang sudah ada.
Sedangkan manfaat kewirausahaan dalam sekala makro yaitu terciptanya
kemakmuran rakyat. Aktifitas ekonomi yang terus berdenyut, kelahiran
perusahaan-perusahaan baru maupun usaha baru akan menghasilkan keuntungan
lebih tinggi terhadap penggunaan sumber daya yang ada
2.2.5. Konsep Usaha Kecil dan Menengah.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, pengertian dari Usaha Kecil adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
Sedangkan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah pengertian dari Usaha Menengah adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan
bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang
ini.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah, ada beberapa kriteria dari Usaha Kecil, yaitu :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
2.500.000.000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Sedangkan Kriteria Usaha Menengah menurut Undang-undang No. 20
Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu :
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Berdasarkan defenisi serta kriteria dari Usaha Kecil dan Menengah yang
diungkapkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Usaha Kecil dan
Menengah merupakan usaha yang dimiliki oleh perorangan dan dikelola secara
bersama-sama serta mempunyai kemampuan terbatas dalam bidang modal,
manajemen tenaga kerja berproduksi secara terbatas sesuai dengan kemampuan
dari Usaha Kecil, dan Menengah itu sendiri.
2.3. Kerangka Berpikir
Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah
Kota Surabaya dalam melaksanakan pembinaan usaha kecil yang berkaitan
dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini dengan
diberikannya kegiatan pendidikan dan pelatihan serta di dukung dengan aspek
prmodalan dan pemasaran, hal tersebut merupakan beberapa upaya untuk dapat
mengembangkan kegiatan usaha serta mencapai hasil yang maksimal.
Berdasarkan dari uraian tersebut maka dapat disusun suatu alur kerangka
Gambar I Kerangka berpikir Kebijakan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tentang
Pembinaan Usaha Kecil yang Tertuang Dalam UU No. 20 Tahun
2008 tentang UMKM
Renstra Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2006-2010
Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe di Kelurahan
Tenggilis Mejoyo
Pelatihan Pemasaran
Usaha Kecil Berkembang
3.1. Jenis Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka
diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan
metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari
hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena dengan
metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid dan relevan dengan
tujuan penelitian.
Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif.
Melalui metode kualitatif, peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara
yang sesungguhnya tentang dirinya sendiri sesuai dengan perspektif
masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya sesuai dengan posisi dan
peran di dalam sistem sosial masing-masing pula.
Sedangkan defenisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler
dalam Moleong, 2007 : 4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut, dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
3.2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini
adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih faktor
(Moleong, 2007 : 386). Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan
batas yang harus dilalui oleh seorang penulis dalam melaksanakan penelitian,
dengan merumuskan masalah sebagai fokus penelitian untuk mencari
pemecahannya.
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi
fokus penelitian ini adalah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah dalam Pembinaan Sentra Usaha Kecil Produksi Tempe di Kelurahan
Tenggilis Mejoyo Kecamatan Tenggilis Mejoyo Pemerintah Kota Surabaya,
yang dilaksanakan melalui :
1. Pelatihan.
Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang bekerja sama
dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Penanaman Modal
Pemerintah Kota Surabaya memberikan pelatihan dalam bentuk
Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi (Bintek),
dengan sasaran kajian sebagai berikut :
a. Memberikan penyuluhan.
b. Memberikan bantuan mesin produksi.
c. Tenaga instruktur sebagai pemberi materi.
Tujuan dari pelatihan tersebut agar pengusaha kecil dapat
mengembangkan usahanya, karena kebanyakan dari pengusaha kecil
belum bisa menerapkan manajemen atau mengatur usaha yang dimiliki.
Serta para pengusaha kecil kebanyakan menggunakan mesin yang masih
tradisional. Diharapkan dengan penyuluhan serta pemberian
metode-metode pelatihan dan penggunaan mesin produksi yang lebih modern
dapat memberikan arahan tentang bagaimana cara mengelola usaha
supaya lebih berkembang serta dapat memenuhi permintaan pasar yang
terus meningkat.
2. Pemasaran.
Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota
Surabaya dalam hal pemasaran berfungsi sebagai pengawasan atau
monitoring. Pada sistem pemasaran sasaran kajian yaitu sebagai berikut :
a. Mengadakan survey tiap tiga bulan sekali.
b. Mengadakan pertemuan serta memberikan kiat-kiat.
diharapkan dengan diadakanya survey tiap 3 bulan sekali serta
pertemuan kepada seluruh para pengusaha kecil serta memberikan
kiat-kiat dalam hal pengembangan usaha. Sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat Tenggilis Mejoyo.
3.3. Situs Penelitian
Situs Penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk
data. Agar memperoleh data yang akurat dan mendekati kebenaran sesuai
dengan fokus penelitian, maka peneliti menetapkan situs penelitian ini
dilakukan di :
1. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota
Surabaya sebagai instansi yang bertanggung jawab dan mempunyai
peranan penting dalam pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
2. Usaha Kecil produksi tempe di daerah Tenggilis Mejoyo Kecamatan
Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya yang merupakan Sentra Usaha Kecil
pendukung perekonomian daerah yang memiliki kualitas sumber daya
manusia yang rendah dan perlu diberikan pembinaan.
3.4. Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan
tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
(Loftland dalam Moleong, 2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data
adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang
menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :
1. Informan kunci ( Key Person), yang memiliki data dan bersedia
memberikan data yang benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai
permasalahan, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah.
a. Bapak Dwi Widjojo Soewarno, SE selaku Staf Bidang Usaha Kecil
b. Ketua PRIMKOPTI dan beberapa pengusaha kecil produksi tempe
di Tenggilis Mejoyo.
2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama
yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data
dokumentasi, bisa berupa peraturan-praturan, aturan-aturan formal,
arsip, berita surat kabar yang relevan dengan permasalahan penelitian.
3.5. Jenis Data
Jenis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua
macam jenis data yaitu :
1. Data primer, adalah data utama yang diperoleh langsung dari informan
pada saat dilakukan penelitian melalui wawancara mendalam yang
bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan
kegiatan pembinaan Sumber Daya Manusia yang dilakukan oleh Dinas
Koperasi dalam pembinaan usaha kecil.
2. Data Sekunder, adalah merupakan data pelengkap yang diperoleh dari
dokumen-dokumen atau arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan
penelitian seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena hakekat dari
penelitian adalah Pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisa
dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk
Teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi (pengamatan)
Pengamatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan penulis
dari motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan
sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia,
membuat peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek, dan
pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama.
Peneliti melakukan observasi di Sentra usaha kecil Produksi Tempe di Daerah
Tenggilis Mejoyo.
b. Wawancara
Pada teknik ini peneliti mengadakan tatap muka dan Tanya jawab
langsung dengan pihak responden untuk memperoleh data. Wawancara dalam
penelitian ini khususnya dalam tahap awal, belum begitu terstruktur, tujuannya
ialah memperoleh keterangan yang lengkap dan mendalam mengenai pendapat
orang lain. Di dalam melaksanakan wawancara ini penulis belum dapat
menyajikan pertanyaan yang spesifik kepada informan, dalam hal ini dapat
memberikan kelonggaran dan kebebasan bagi informan, kelonggaran semacam
ini mampu mendapatkan kejujuran responden untuk memberikan informasi
yang sebenarnya. Pada tahap ini wawancara dilakukan oleh peneliti terhadap
c. Penggunaan Dokumen
Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data
karena dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk
menguji, menafsirkan, dengan cara mengumpulkan data yang terdapat pada
situs penelitian.
3.7. Analisis Data
Analisa data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, data
yang terkumpul banyak sekali dan terdiri catatan lapangan dan komentar penulis
gambar foto, dokumen berupa laporan, Biografi, artikel dan sebagainya.
Pekerjaan analisa data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya.
Pengrorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema
dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong,
2007 : 280).
Dalam penelitian kualitatif digunakan analisa data yang telah
dikembangkan oleh (Miles dan Huberman, 1992 : 18-20), dengan menggunakan
Analisa Model Interaktif melalui empat prosedur yaitu :
1. Pengumpulan data
Data tersebut yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata.
2. Reduksi data
Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan
pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang
tertulis di lapangan.
3. Penyajian data
Sebagai sekumpulan informasi tersusun yang diberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dengan melihat
penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa
yang harus dilakukakan. Hal ini dilakukakn untuk memudahkan peneliti melihat
gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian,
sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.
4.Verifikasi atau menarik kesimpulan.
Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian
berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang
melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat suatu tinjauan
ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar
pikiran, dengan kata lain makna yang terkandung dalam kata harus diuji
kebenarannya dan kecocokannya (validitasnya).
Dari data diatas yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan
angka-angka melainkan berupa uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil
Gambar 2
Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman Pengumpulan Data
Reduksi Data Penyajian Data
Kesimpulan / Verifikasi
Sumber : Data Analisis kualitatif Miles dan Huberman (1992 : 20)
3.8. Keabsahan Data
Setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat
kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian
kualitatatif, standart tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln
dan Guba dalam Moleong (2007 : 324), untuk menjamin keabsahan data
diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas
sifat kriteria yang digunakan yaitu :
1. Derajat Kepercayaan (Credibility)
Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan
konsep validitas dari penelitian non kualitatif. Kriteria ini berfungsi
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti
pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat
dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut :
a. Memperpanjang Masa Observasi
Dengan memperpanjang masa observasi sehingga dihrapkan data dapat
diedit dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.
b. Pengamatan Terus-menerus
Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus, peneliti dapat
memperhatikan seseuatu lebih mendalam.
c. Membicarakan dengan orang lain
Sebagai langkah untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki
pengetahuan tentang pokok penelitian yang ditetapkan, hal ini sebagai
usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.
d. Melakukan Triangulasi
Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya
dengan data yang diperoleh dari narasumber lain, pada berbagai fase
penelitian dilapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian
ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan
dokumen yang ada.
e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang
Berarti memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan
2. Keteralihan (Transferability)
Adalah sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara
konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan
mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama.
Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data
deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti
berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dengan memperbanyak
wacana ilmiah melalui penjelasan secara terperinci.
3. Standar Ketergantungan (Dependability)
Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa proses penelitian dan
taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti perlu
menyediakan data sebagai berikut :
a. Data mentah, seperti catatan pada saat observasi dan wawancara, hasil
rekaman (jika ada), dokumen dan lain sebagainya yang disajikan dalam
bentuk laporan lapangan.
b. Hasil analisis data, berupa rangkuman, konsep-konsep.
c. Hasil sintesis data, seperti tafsiran kesimpulan, defenisi, tema, pola,
hubungan literature dan laporan akhir.
d. Catatan mengenai proses data yang digunakan, yakni mengenai
metodologi, desain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar
penelitian tercapai, serta upaya untuk melakukan pemeriksaan dan