• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERFITRI UPDATE. Profil Perfitri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERFITRI UPDATE. Profil Perfitri"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERFITRI UPDATE

1

Daftar isi

Profil Perfitri... 1

Profil Anggota... 3

Penelitian... 5

Kato Ladies Clinic: Pro FIV Siklus Alami... 9

Indonesia for ASPIRE 2016 ... 10

Standard Laboratorium Andrologi dan Embriologi dalam TRB... 12

Indikasi dan Keberhasilan Program Bayi Tabung 2008-2009... 14

Profil Perfitri

edisi 1

tentang pelayanan bayi tabung Indonesia, serta buruknya sistem rujukan infertilitas di Indonesia. Sebagai organisasi nasional, PERFITRI memiliki visi meningkatkan akses, kenyamanan dan kepercayaan pasien dalam menerima pelayanan Fertilisasi In Vitro (FIV) di Indonesia. Adapun misi dari PERFITRI adalah menyusun standar dan panduan pelayanan FIV di Indonesia, memperbaiki sistem rujukan pelayanan infertilitas di Indonesia, serta mengembangkan pelayanan FIV dengan biaya yang terjangkau. Organisasi ini masih tergolong muda yaitu baru berumur satu tahun. Akan tetapi, PERFITRI telah memiliki anggota yang sudah tergolong banyak, yaitu empat belas unit dan seratus lima anggota perorangan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Saat ini PERFITRI diketuai oleh Prof.dr. Soegiharto Soebijanto, Sp.OG (K). Adapun struktur pengurus PERFITRI saat ini tercantum dalam bagan di bawah ini.

P

ERFITRI adalah perkumpulan seminat, yang menghimpun para dokter yang memberikan pelayanan dan memiliki minat dalam bidang Fertilisasi In Vitro (FIV) di Indonesia. Dalam bahasa Inggris, PERFITRI disebut Indonesian Association for In Vitro Fertilization. Organisasi ini didirikan pada tanggal 13 Maret 2009 di Jakarta. Terdapat beberapa hal yang melatarbelakangi pendirian PERFITRI. Diantaranya adalah terdapat fenomena bahwa banyak pasangan usia subur dari Indonesia yang mengikuti program bayi tabung di luar negeri, terutama di Singapura dan Malaysia. Demikian banyaknya pasien dari Indonesia hingga provider bayi tabung di luar sana berniat untuk membuka cabang di Indonesia. Hal tersebut bisa disebabkan oleh masih tingginya biaya pelayanan bayi tabung di Indonesia dibandingkan Malaysia, Thailand atau Vietnam, minimnya pengetahuan masyarakat

Dewan Redaksi

(2)

2 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 PEMBINA
 Farid
A
Moeloek
 M

Anwar
 Akmal
Taher
 Samsulhadi
 Noekman
Moeloek
 
 
 Ketua
 
 :
Soegiharto
Soebijanto
 Wakil
 
 :
Aucky
Hinting
 Sekretaris

 :
Budi
Wiweko
 Wakil
 
 :
Taufik
Jamaan
 Bidang
 Akreditasi
 M

Anwar
 Amino
R
 Tono
D
 Aucky
H
 Dicky
 Muchsin
J
 Ita
F
 Eliza
M
 Bidang
 Litbang
 Samsulhadi
 Hendy
H
 Hasto
W
 Muchsin
J
 Arief
B
 Andon
H
 Julianto
W
 Bidang
Hub
 Dalam
dan
 Luar
Negeri
 Noor
Pramono
 Putra
Adnyana
 Budi
Wiweko
 Kanadi
S
 Luki
 Ivan
RS
 Bidang
 Pelayanan
 Indra
Anwar
 Ketua‐ketua
 unit
 Pelayanan
 TRB
 Bidang
Dana
 Delfi
Luthan
 Yuslam
F
 Ivan

RS
 B
Harijanto
 Binalwan
 Bidang
 Pemutihan
 R
Muharam
 Wiryawan
P
 Aucky
H
 Nurrasyid
 Akmal
T


Berdasarkan pasal 12 Anggaran dasar PERFITRI, terdapat tiga jenis keanggotaan PERFITRI, yaitu anggota biasa, luar biasa, serta anggota kehormatan. Anggota biasa adalah setiap dokter yang memberikan pelayanan dan memililiki minat dalam bidang FIV di Indonesia. Anggota luar biasa adalah seorang profesional - non dokter, yang dapat merupakan tenaga profesional dalam unit FIV seperti ahli embriologi, teknisi laboratorium dan perawat profesional yang terlibat langsung dalam unit pelayanan FIV atau seorang ilmuwan non dokter yang memiliki minat pada bidang FIV. Adapun yang dimaksud dengan anggota kehormatan adalah mereka yang berjasa pada PERFITRI baik dokter, non dokter, ilmuwan maupun non ilmuwan, warga negara Indonesia atau bukan warga negara Indonesia yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Saat ini, PERFITRI telah memiliki 105 anggota yang terdiri atas 74 dokter klinisi, 26 ahli embriologi, dan 5 orang perawat khusus

Profil Perfitri

Nama Klinik Alamat klinikNo 1 Klinik Fertilitas Aster, RSHS Bandung

No Anggota: A001 Jl. Pasteur 38, Bandung Telp. 022-70813800 Email : info@asterfertilityclinic.com 2 Klinik Teratai No Anggota: T001 Jl. Bulevard Timur, Kelapa Gading Permai, RS. Gading Pluit, Kelapa Gading Telp.

021-45866063 Email : terataiclinic@gmail.com 3 Klinik Melati RSAB Harapan Kita No

Anggota: M001

Jl. Let. Jend. S. Parman Kav 87 Slipi, Jakarta Barat 11420, Telp. 021-5602137 Email: supriyadias@yahoo.com

4 Klinik Permata Hati No Anggota: P001 Jl. Kesehatan No. 1 RSUP Dr Sardjito Yogyakarta Telp: 0274-518684 Email: pmthati@jmn.net.id

5 Halim Fertility Center No Anggota: H001 Jl. Pemuda Baru II No. 6-12 Medan 6 Klinik Yasmin No Anggota: Y001 RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Telp: 021-3924339 Email: mtiefkui@yahoo.com 7 Family Fertility Clinic No Anggota: F001 RSIA Family, Jl. Pluit Mas Blok A No 2A-5A, Jakarta Telp: 021-71595891 Email: ffc_40@

yahoo.com

8 Pusat Pelayanan Bayi Tabung Graha Tunjung No Anggota: G002

Jl. Kesehatan No. 1 Denpasar, RSUP Sanglah Denpasar Telp: 0361-240891 Email: cab. obgin@indosat.net.id

9 Kerjasama FK Undip - RSUP Dr Kariadi—RS Telogorejo No anggota: K001

RSUP Dr Kariadi, Jl dr Sutomo 16 Semarang Email: ferog_undip@yahoo.com

RS Telogorejo, Jl. KHA Dahlan Semaran 10 Klinik Morula No Anggota: M002 RS Bunda Jakarta, Jl. Teuku Cik Ditiro No 28 Jakarta Pusat Telp: 021-31922005 Email:

taufikjamaan@gmail.com 11 Klinik Fertilitas Graha Amerta

No Anggota:G001 RSUD Dr Soetomo Surabaya 12 Fertility Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk

No Anggota: S001 Jl. Raya Perjuangan Kav 8, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 13 Abdi Waluyo No Anggota: A001 RS Abdi Waluyo, Jl HOS Cokroaminoto 31-33 Jakarta 14 Siloam Hospitals Surabaya

No Anggota:S002

RS Siloam (RS Budi Mulia), Jl Raya Gubeng 70 Surabaya 60281

(3)

3

Prof. Dr. dr. Soegiharto Soebijanto, Sp.OG (K);

Pelopor

Bayi Tabung Indonesia

T

egas dan disiplin adalah sifat yang selalu ia terapkan dalam kesehariannya. Dua sifat itulah membawanya menjadi salah satu pioneer pelayanan bayi tabung di Indonesia dan Guru Besar Tetap dalam Obstetri dan Ginekologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Soegiharto Soebijanto adalah pria dengan kedua sifat tersebut, tegas dan disiplin. Keduanya merupakan hasil didikan sosok seorang ibu single parent. “

Karena satu-satunya figur yang saya miliki adalah figur seorang ibu yang tegas dan disiplin, saya akhirnya tumbuh menjadi anak yang dengan kedua sifat tersebut, serta penurut”, tutur Soegiharto Soegiharto kecil dibesarkan di kota kelahirannya di Trenggalek, Jawa Timur. Saat SMA, anak kedua dari tujuh bersaudara ini memutuskan untuk bersekolah di Kediri demi menggapai impian menjadi dokter lulusan FKUI. Ketika hal itu berhasil dicapainya, rasa syukur ia wujudkan dengan mengabdikan diri di daerah Lampung sebagai dokter wajib sarjana hingga ia kembali ke Jakarta untuk mengambil spesialisasi di bidang obstetri dan ginekologi. Sepak terjang Soegiharto sebagai dokter obsgin tidak perlu diragukan lagi. Menurutnya, dokter obsgin saat itu sangat kurang pengetahuannya tentang endokrinologi reproduksi yang ilmunya masih terbatas dan sangat mungkin untuk berkembang. Atas dasar keinginan untuk mengembangkan ilmu tersebut, ditambah lagi dengan adanya motivasi dari dr. Tadjuluddin, gurunya yang merupakan pelopor endokrinologi reproduksi di Indonesia, Soegiharto mantap memilih bidang tersebut untuk ia geluti dan kembangkan lebih dalam. Bersama dengan tiga orang sejawatnya, yaitu dr. Enud J Surjana, Sp.OG (K), Prof. Dr. dr. Ichramsyah A Rachman, Sp.OG (K), dan Prof. Dr. dr. T.Z Jacoeb, Sp.OG (K), Soegiharto belajar teknik bayi tabung di Royal Woman Hospital, Australia pada tahun 1984. Prof. Dr. dr. Soegiharto Soebijanto, Sp.OG (K); Pelopor Bayi Tabung Indonesia

(4)

4

Sepulangnya dari Australia, ia harus melawan pihak pemerintah yang menganggapnya bertentangan dengan program Keluarga Berencana (KB) yang saat itu sedang gencar dikampanyekan. Namun atas kegigihannya dalam menjelaskan kepada pemerintah bahwa keluarga kecil bahagia bukanlah keluarga tanpa anak, Soegiharto bersama dengan teman seperjuangannya berhasil mendirikan pusat pelayanan bayi tabung pertama di Indonesia. “ Waktu itu hanya diizinkan untuk melakukan teknik bayi tabung di dua tempat, yaitu di FKUI-RSCM dan RSAB Harapan Kita. Hal itu untuk memudahkan pengawasan terhadap pelanggaran etika”, ucapnya dengan bangga. Bayi tabung pertama berhasil dilahirkan pada tahun 1987 di RSCM. Atas keberhasilannya itu, bukan berarti membuat ia berpuas diri. Soegiharto sadar bahwa angka keberhasilan bayi tabung di dunia, termasuk di Indonesia, masih cukup rendah, yaitu hanya sekitar 35 %. Karena itu, masih diperlukan banyak penelitian untuk dapat meningkatkan angka keberhasilannya dan hal itulah yang memotivasi Soegiharto untuk terus berkiprah dan berkarya di dunia endokrinologi reproduksi. Hingga saat ini, telah dua puluh enam tahun Soegiharto mengabdikan diri untuk mengembangkan bayi tabung di Indonesia. Walaupun demikian, bagi Soegiharto, mengatakan kepada pasien bahwa pasien tersebut telah gagal menjalani program bayi tabung masih merupakan hal yang tidak mengenakkan dan menimbulkan duka bagi Soegiharto sendiri. “ Bila tiap tahunnya angka keberhasilan bayi tabung di RSCM adalah 35 %, maka saya harus mengatakan gagal pada 65 % lainnya, dan itu sangat sulit”, ucap beliau Sampai sekarang, Soegiharto diamanahi jabatan

sebagai ketua organisasi Perkumpulan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI). Melalui PERFITRI, beliau berharap para sejawat dapat saling bertukar ilmu dan penelitian dalam bidang fertilisasi in vitro sehingga angka kesuksesan program bayi tabung di Indonesia diharapkan meningkat. Akhirnya, Soegiharto berpesan kepada seluruh anggota PERFITRI untuk tetap bersaing secara baik dalam menjalani program bayi tabung. “ Sama-sama maju, tukar-menukar pikiran, pengalaman, dan pastinya, taatilah etika selalu karena sangat mudah terjadi pelanggaran etika dalam program bayi tabung ini”, pesan beliau. Baik Prof, akan kami ingat selalu pesan Prof. Terima kasih atas bakti Prof terhadap perkembangan bayi tabung di Indonesia.(suci) Prof. Dr. dr. Soegiharto Soebijanto, Sp.OG (K); Pelopor Bayi Tabung Indonesia

(5)

5

Kadar Anti Mullerian Hormon sebagai

Peramal Respon Ovarium

Pasien yang Menjalani Hiperstimulasi

Ovarium Terkendali Program FIV

Budi Wiweko, Andon Hestiantoro, Kanadi Sumapraja, Muharam Natadisastra, Eva Febia, Huthia Andriyana, Bram Pradipta, Cynthia Agnes Susanto

Divisi Imunoendokrinologi Reproduksi

Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Abstrak

Pendahuluan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi nilai klinis pengukuran kadar Anti Mullerian Hormone (AMH) sebagai parameter respons ovarium pada program Fertilisasi In Vitro (FIV).

Metode: Penelitian dilakukan di RS Dr Cipto Mangunkusumo dengan rancangan penelitian prospektif kohort. Pasien infertilitas yang menjalani hiperstimulasi ovarium terkendali pada program FIV dilakukan pengukuran kadar FSH basal, estradiol basal, AMH dan penghitungan folikel antral basal (FAB). Pasien tersebut dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu perespons baik dan perespons buruk. Kelompok perespons baik memiliki oosit matur ≥ 3 buah saat dilakukan petik oosit. Sedangkan kelompok perespons buruk memiliki oosit matur < 3 buah. Analisis statistik menggunakan uji T tidak berpasangan dan Receiver Operator Characteristic (ROC) untuk melihat apakah AMH lebih superior dibandingkan faktor penduga yang lain.

Hasil dan Pembahasan: Dari 92 siklus, 15 siklus (16,3%) dikategorikan perespons buruk dan 77 perespons baik. Rerata kadar AMH pada perespons baik adalah 3,75±2,77 ηg/ml dan 1,04±1,39 ηg/ml pada perespons buruk (p< 0,0001) . Berdasarkan ROC AUC, AMH merupakan faktor peramal respons ovarium yang baik (AUC 0,846) dibandingkan faktor peramal yang lain seperti usia, FSH basal, estradiol basal, dan FAB. Nilai titik potong AMH yang didapatkan adalah 1,40 ηg/ml dengan nilai sensitivitas sebesar 81% dan spesifisitas sebesar 87%. Kesimpulan: AMH merupakan faktor peramal respons ovarium yang lebih baik dibandingkan usia, FSH basal, estradiol basal, dan FAB.

Kata kunci: anti-Mullerian hormone, cadangan ovarium, respons ovarium

Pendahuluan

Salah satu penatalaksanaan infertilitas adalah fertilisasi in vitro (FIV). Besarnya biaya fertilisasi in vitro (FIV) menjadi pertimbangan bagi pasangan infertilitas untuk mengikuti program FIV. Oleh sebab itu dibutuhkan pemeriksaan cadangan ovarium untuk mengetahui cadangan ovarium sehingga dapat meramalkan keberhasilan FIV.1,2

Beberapa indikator cadangan ovarium adalah kadar follicle stimulating hormone (FSH) basal, estradiol basal, dan folikel antral basal (FAB).1 Diantara indikator tersebut jumlah FAB

adalah yang paling sensitif3 akan tetapi hasil pemeriksaannya

sangat bergantung pada jenis ultrasonografi (USG) yang digunakan dan keahlian operator USG, sehingga diperlukan pemeriksaan yang lebih akurat dan mudah untuk mengetahui secara pasti cadangan ovarium. Nilai FSH basal selama ini diragukan ketepatannya dalam meramalkan cadangan ovarium karena sejumlah pasien dengan nilai FSH yang normal memiliki cadangan ovarium yang buruk.

AMH merupakan struktur dimer glikopotein dan termasuk kelompok transforming growth factor β (TGF β) AMH mempunyai peran penting pada perkembangan dan maturasi folikel. AMH diproduksi oleh sel granulosa ovarium mulai dari usia kehamilan 36 minggu dan menghambat ambilan folikel primordial pada fase ambilan awal sehingga mencegah deplesi folikel primordial. Oleh karena itu AMH termasuk salah satu regulator folikulogenesis yang secara tidak langsung menggambarkan jumlah folikel antral dan dapat memberikan gambaran tentang cadangan ovarium. Selain sebagai cadangan ovarium, AMH juga bermanfaat untuk menilai respons ovarium. Dengan diketahui kadar AMH maka dapat diperkirakan jumlah oosit matur yang akan didapat dan jumlah total dosis gonadotropin tepat yang digunakan dalam hiperstimulasi ovarium terkendali pada program FIV.4,5

Metoda Penelitian

Dilakukan penelitian dengan menggunakan desain prospektif kohort. Sebanyak 84 pasien menjalani 92 siklus FIV di RS Dr Cipto Mangunkusumo merupakan subyek penelitian ini.

Para wanita tersebut dilakukan pemeriksaan kadar FSH basal, estradiol basal, kadar AMH dan penghitungan folikel antral basal (FAB). Mereka dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan respon ovarium terhadap stimulasi. Bila didapatkan oosit matur ≥ 3 dikelompokkan ke dalam siklus perespons baik.

Hasil

Lima belas dari 92 siklus (16,3%) merupakan perespons buruk, sebanyak 77 siklus (83,7%) merupakan perespons baik.

Tabel 1. Data Karakteristik Dasar Kedua Kelompok Perespons Baik dan Perespons Buruk

(6)

6 Perespon baik (n=77) Perespon buruk (n=15) Nilai p Usia (th) 34,45±4,29 38,33±4,53 0,001 IMT (kg/m2) 23,14±3,18 23,68±3,89 0,639 Kadar FSH (mIU/L) 7,06±3,40 13,64±8,43 0,010 Kadar Estradiol (pg/ ml) 50,7±38,5 51,1±39,63 0,976 Kadar AMH (ηg/ml) 3,75±2,77 1,05±1,39 0,0001 FAB (buah) 8,88±3,4 4,47±2,88 0,0001 Oosit matur (buah) 7,28±3,33 1,55±0,52 0,0001

Tabel 1 menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan cadangan ovarium, yaitu usia, kadar FSH, jumlah FAB, dan kadar AMH. Dapat dilihat bahwa pasien dengan cadangan ovarium yang baik dan masuk dalam kelompok respons baik adalah pasien dengan usia lebih muda, kadar FSH yang lebih rendah, jumlah FAB yang lebih banyak, dan kadar AMH yang lebih tinggi.

Tabel 2 . ROC AUC Usia, Kadar FSH, FAB, dan kadar AMH dalam memprediksi respons ovarium

Faktor

peramal ROCAUC Nilai potong Nilai p Usia 0,707 36 tahun 0,012 FSH 0,765 6,6 mIU/ml 0,001 FAB 0,843 8 folikel <0,0001 AMH 0,846 1,45 ng/ml <0,0001 Diskusi

Pada penelitian ini didapatkan bahwa siklus dengan cadangan atau respons ovarum yang baik adalah pasien-pasien dengan usia lebih muda. Hubungan respon ovarium dengan usia sudah tidak diperdebatkan lagi. Semua indikator cadangan ovarium berhubungan dengan usia, walaupun beberapa kasus berbeda, yaitu didapatkan penurunan cadangan ovarium bila dibandingkan dengan wanita lain yang seusianya.1,6,7 Penyebab

keadaan yang berbeda ini diantaranya adalah penggunaan kemoterapi, penggunaan radiasi, riwayat operasi ovarium, dan lain-lain.8,10

Nilai AUC kadar AMH (AUC 0,846) adalah tertinggi dibanding dengan faktor-faktor yang lain, kemudian disusul oleh jumlah FAB (AUC 0,843). Hal itu menunjukkan bahwa kadar AMH merupakan parameter yang lebih baik dan hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Visser dkk11

dan Kwee dkk12. Kadar AMH adalah faktor peramal cadangan

dan respons ovarium yang terbaik. Kadar AMH mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan FAB. Pada FAB hasil yang di dapat bergantung pada jenis USG yang digunakan dan keahlian operator USG, sedangkan AMH hanya dibutuhkan darah vena untuk pemeriksaannya. Selain itu, AMH tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi, berbeda dengan kadar FSH dan estradiol yang harus diperiksa pada hari kedua atau ketiga dari siklus menstruasi.

Daftar pustaka

1. Broekmans F, Kwee J, Hendriks D, Mol B, Lambalk C. A systematic review of tests predicting ovarian reserve and IVF outcome. Hum Reprod Update Advance Access 2006 4 september 2006:1-34.

2. Mol BW, Verhagen TE, hendriks DJ, collind JA, Coomarasamy A, Opmeer BC, broekmans FJ. Value of ovarian reserve testing before IVF: a clinical decision analysis. Hum Reprod. 2006;21(7):1816-23.

3. John L, Frattarelli, Denise F, Lauria-Costa. Basal antral follicle number and mean ovarian diameter predict cycle cancellation and ovarian responsiveness in assisted reproductive technology cycles. Fertil Steril 2000;74(3):512-5.

4. Maria JG, Gruijters, LLAlexandra. Anti-Müllerian hormone and its role in ovarian function. moleculer and celluler endocrinology. 2003;211:85-90.

5. Marca L, Giulini S, Tirelli A, Bertucci e, Marsella T, Xella S, Volpe A. Anti Mullerian Hormone measurement on any day of the menstrual cycle strongly predict ovarian response in assissted reproductive technology. Hum Reprod. 2007;22(3):766-71.

6. Kline J, Kinney A, Kelly A, B.Levin MR. Predictors of antral follicle count during the reproductive years. Hum Reprod. 2005 April 28, 2005;20(8):2179-89. 7. Bancsi LFJMM, broekmans FJ, Looman cW, Habbema

JDF, Velde ERt. Impact of repeated antral follicle counts on the prediction of poor ovarian response in women undergoing in viro fertilization. Fertil steril. 2004;81(1):35-41.

8. Somigliana E, Ragni G, Benedetti F, Borroni R, Vegetti W, Crosignani P. Does laparoscopic excision of endometriotic ovarian cyst significanly affect ovarian reserve? Insight from IVF. Hum Reprod. 2003;18(11):2450-3.

9. Group ECW. Fertility and ageing. Hum Reprod. 2005;11(3):261-76.

10. Fong SL, Lugtenburg PJ, Schipper I, Themmen APN, Jong FHd, Sonneveld P, laven J. Anti mullerian hormone as a marker of ovarian function in women after chemotherapy and radiotherapy for haematological malignamcies. Hum Reprod. 2008;23(3):674-8. 11. Visser JA, Themmen AP. Anti Mullerian Hormone and

folliculogenesis. Mol Cell endocrinol. 2005;234:81-6. 12. Kwee J, Schats R, McDonnell J, Themmen A, de Jong F,

Lambalk C. Evaluation of anti-Mullerian hormone as a test for the prediction of ovarian reserve. Fertil Steril 2007;86:1-7.

(7)

7

Hubungan Polimorfisme Gen Adiponectin

+ SNP276 G> T dengan Risiko Endometriosis

Hestiantoro A*, Dewi ANP*, Hadisaputra W*, Harahap AR**, Prihartono J*** *Departemen Obstetri dan Ginekologi **Institut Biologi Molekular Eijkman, *** Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI-RSCM Jakarta

Pendahuluan

Endometriosis adalah penyakit yang cukup membingungkan. Etiologinya berkaitan dengan tumbuhnya debris endometrium di luar uterus yang terjadi secara sekuensial setelah darah haid membalik. Hingga kini, masih belum diketahui mengapa hanya sebagian wanita yang mengalami endometriosis padahal menstruasi retrograd tersebut terjadi pada sebagian besar wanita. Kadar adiponektin yang rendah ditemukan terdapat pada wanita dengan penyakit terkait estrogen, seperti kanker payudara, kanker endometrium, dan fibroid uterus. Selain itu, adiponektin juga memainkan peranan pada pengaturan sensitivitas insulin dan menunjukkan fungsi yang beragam, yaitu sebagai antiinflamasi, antiangiogenik, dan antiaterosklerotik. Oleh karena endometriosis adalah penyakit yang terkait estrogen dan berkaitan erat dengan faktor lain seperti inflamasi dan angiogenesis, maka kami melakukan studi ini untuk menentukan apakah polimorfisme pada gen adiponektin terlibat dalam patogenesis endometriosis.

Tujuan

Untuk menentukan distribusi gen adiponektin, + SNP276 pada wanita dengan endometriosis dan untuk mencari hubungan antara polimorfisme gen adiponektin + SNP276 dengan risiko terjadinya endometriosis.

Desain

Studi case control

Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia

Hasil

Semua kasus menunjukkan IMT yang normal Pada kasus, teridentifikasi genotip GG pada 29 subjek (67,4%), GT pada 14 subjek (32,6%) dan tidak didapatkan genotip TT. Adapun pada kontrol, distribusi genotip GG, GT, dan TT masing-masing adalah 19 (45,2 %), 21 (50%), dan 2 (4,8%). Ditemukan bahwa genotip GG kadarnya lebih tinggi pada pasien endometriosis dibandingkan dengan kontrol, walaupun tidak ditemukan perbedaan yang bermakna antara keduanya (P= 0,065; OR 2,51 95% CI 0,95-6,68)

Kesimpulan

Polimorfisme pada gen adiponektin + SNP276 GG cenderung berhubungan dengan peningkatan risiko endometriosis. Penelitian

(8)

8

(9)

9

Kato Ladies Clinic: Pro FIV Siklus Alami

P

roses fertilisasi in vitro (FIV) pertama di dunia dilakukan dengan mendeteksi kadar LH dari urin sebagai patokan waktu fertilisasi yang optimal. FIV dengan cara ini mengandalkan sepenuhnya pada siklus alami untuk melakukan petik oosit. Konsekuensinya, petik oosit tersebut dapat dilakukan kapan saja, bahkan pada tengah malam. Hal itu jelas tidak praktis dan merepotkan pasien dan dokter. Karena itulah, metode ini telah mulai ditinggalkan setelah ditemukannya metode FIV dengan siklus stimulasi. Siklus stimulasi memungkinkan dokter untuk mengendalikan waktu petik oosit sehingga dapat disesuaikan dengan jadwal kerja tenaga kesehatan. Protokol siklus ini sangat jitu dan nyaman bagi penyedia layanan. Di lain pihak, diperlukannya obat-obatan yang banyak, kunjungan klinik rutin, biaya yang besar dan risiko efek samping seperti sindrom hiperstimulasi ovarium (SHSO) membuat metoda ini tidak selalu menjadi pilihan terbaik bagi pasien. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini telah dimungkinkan untuk menganalisis hormon dalam setidaknya 20 menit dengan menggunakan enzyme

immunoassay (EIA). Selain itu, petik oosit juga telah

dipermudah dengan digunakannya ultrasonografi transvaginal. Kedua hal itu memungkinkan para dokter untuk menentukan waktu petik oosit yang optimal pada siklus natural.

Kato Ladies Clinic, sebuah klinik fertilitas di Tokyo,

telah membuat terobosan dengan meninggalkan metode siklus stimulasi yang merupakan standar global, dan menggunakan metode siklus alami untuk petik oosit. Jumlah tindakan petik oosit di klinik ini mencapai 20.000 per tahun pada 2008. Sebagian besar dilakukan dengan siklus alami dan hanya pada kasus-kasus tertentu seperti pada disfungsi atau insufisiensi hipofisis dilakukan siklus stimulasi.

Osamu Kato, selaku direktur klinik ini mengemukakan beberapa alasan yang membuatnya memilih untuk meninggalkan metode siklus stimulasi. Yang pertama adalah saat masih menerapkan metode stimulasi, di kliniknya pernah ditemukan satu kasus di mana pasien mengalami penurunan kesadaran akibat trombosis. Untungnya pasien ini dapat kembali sadar tanpa gejala sisa. Direktur Kato berpikir, walaupun kemungkinannya hanya satu per sepuluh ribu, suatu tindakan yang jika terjadi kesalahan dapat mengakibatkan seorang yang tadinya sehat menjadi cacat adalah suatu kesalahan. Alasan kedua adalah terdapat banyak kasus di mana angka fertilisasi masih tetap rendah sekalipun telah banyak oosit yang dipetik. Hal itu membuat ia ragu tentang perlunya memetik banyak oosit dan mempertimbangkan kembali perlunya stimulasi ovarium terkendali. “Jika pada percobaan pertama pasien berhasil hamil,kelebihan oosit yang telah dipetik pun tidak diperlukan lagi”, tutur Kato. Terdapat pula banyak kasus pada wanita berusia lebih tua di mana hanya 1 folikel yang berkembang walaupun telah dilakukan hiperstimulasi ovulasi.

(10)

10

Indonesia for ASPIRE 2016

A

SPIRE (The Asia Pacific Initiative on Reproduction) merupakan organisasi seminat di bidang infertilitas dan bayi tabung di wilayah Asia Pasifik. Organisasi yang berdiri sejak tahun 2001 ini adalah memiliki visi untuk meningkatkan pengetahuan tentang bayi tabung dan layanan yang berhubungan dengan infertilitas, dengan tujuan utama meningkatkan kualitas perawatan pasien.

Pendirian organisasi ini dirasakan perlu mengingat penduduk Asia Pasifik memiliki kekhususan yang tidak dapat disamakan dengan dua organisasi besar

lainnya di Amerika Serikat dan di Eropa. Misalnya saja kekhususan dalam hal dosis obat, postur tubuh, ataupun sosioekonomi.

Saat ini terdapat dua orang pengurus dan anggota ASPIRE asal Indonesia. Dua orang pengurus tersebut adalah dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) sebagai chair special interest group dan dr. Budi Wiweko, Sp.OG (K) sebagai co-chair. Adapun anggota ASPIRE Indonesia tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

“Ada banyak keuntungan yang bisa didapat dengan kita menjadi anggota ASPIRE” ucap dr. Budi. Keuntungan

Indonesia For ASPIRE 2016

Dari kiri: Aida Riyanti, Eliza Mansyur, Kanadi Sumapraja, Harry S, Andon Hestiantoro, Agus Suur, Lucky, Malvin Emeraldi, Budi Wiweko, Andi Hudono, Gunawan. Lokasi: Pattaya Convention Center

(11)

11

tersebut diantaranya akses ke ART direktori secara online, akses eksklusif ke halaman member ASPIRE, reduksi biaya pendaftaran kongres ASPIRE, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam “Call for Bids” untuk menjadi tuan rumah kongres ASPIRE, dan masih banyak keuntungan lainnya.

Acara terbesar yang diadakan oleh ASPIRE adalah kongres yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Pada kongres tersebut, perwakilan dari setiap negara anggota akan diminta untuk memaparkan hasil riset terbarunya yang nantinya dapat menjadi bahan untuk pembuatan sebuah konsensus jika memang dianggap perlu. Tahun ini, kongres ASPIRE digelar di Bangkok, Thailand pada tanggal 9-11 April 2010. Terdapat 30 anggota ASPIRE dari Indonesia yang hadir pada saat itu. Kongres selanjutnya pada tahun 2012 akan diselenggarakan di Osaka. Sedangkan untuk tahun 2014, kongres akan digelar

di Brisbane, Australia.

Untuk kongres 2014, pengurus ASPIRE dari Indonesia sempat mengajukan diri untuk menjadi tuan rumah kongres dan mengikuti proses ”call for bids”. Saat itu, lokasi kongres yang ditawarkan adalah Pulau Bali yang eksotis, tepatnya di Nusa Dua Bali. Namun sayangnya, total biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap peserta di Bali, dianggap terlalu besar dibandingkan Brisbane. Di sisi lain Indonesia belum memiliki kedekatan yang erat dengan para pengurus inti ASPIRE. Hal itulah yang menyebabkan Bali belum terpilih menjadi tuan rumah ASPIRE 2014. “Kedekatan dengan organisasi yang masih kurang kami miliki namun kami akan mencoba mengajukan diri lagi untuk penyelenggaraan kongres 2016”, tutur dr. Andon. Semangat Dok, semoga berhasil! <suci> Indonesia For ASPIRE 2016

Dari kiri: Kanadi Sumapraja, Eliza Mansyur, Aida Riyanti, Budi Wiweko, Andon Hestiantoro, Andi Hudono, Gunawan, Lucky, Agus Suur, Malvin Emeraldi. Lokasi: Airport

(12)

12

Standar Laboratorium Andrologi dan Embriologi

dalam Pelayanan Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB)

Arief Boediono

T

eknologi Reproduksi Berbantu (TRB) meliputi semua teknologi yang digunakan untuk mempertemukan sperma dan sel telur manusia secara in vitro dengan tujuan untuk terjadinya pembuahan dan kehamilan. Berdasarkan kegiatan pelayanan yang dilakukan, laboratorium pelayanan TRB secara bertingkat dapat dibedakan menjadi: a) Laboratorium tipe C, laboratorium andrologi yang melaksanakan kegiatan analisa sperma dan inseminasi (intrauterine insemination, IUI), b) Laboratorium tipe B, laboratorium embriologi konvensional yang melaksanakan kegiatan laboratorium tipe C serta kegiatan fertilisasi in vitro secara konvensional, c) Laboratorium tipe A, laboratorium embriologi advance yang melaksanakan kegiatan laboratorium tipe B dan C, serta mampu melaksanakan kegiatan fertilisasi in

vitro dengan metode fertilisasi mikro (intracytoplasmic sperm injection, ICSI) dan kegiatan lain yang terkait dengan gamet dan

embrio.

SARANA DAN PRASARANA SARANA FISIK:

Kegiatan pelayanan TRB dilaksanakan di suatu gedung yang terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

a. Ruang tunggu b. Ruang pendaftaran c. Ruang konsultasi d. Ruang periksa/ USG

e. Ruang penerimaan bahan (darah/sperma) dan kamar suntik

f. Ruang khusus pengambilan sperma/mansturbasi g. Ruang laboratorium tipe C (andrologi)

h. Ruang inseminasi

i. Ruang laboratorium tipe B (embriologi konvensional) j. Ruang operasi khusus untuk kegiatan ovum pick up

(OPU) dan atau Transfer Embrio (TE)

k. Ruang recovery, istirahat pasien setelah transfer em-brio (TE)

l. Ruang laboratorium tipe A (embriologi advance) Fisik ruangan tersebut diatas secara kualitas harus memenuhi persyaratan keamanan lingkungan dan persyaratan medis, serta tidak merupakan ruang rangkap pelayanan lain.

PERALATAN

Peralatan yang tercantum ini adalah secara garis besar, sedang kelengkapannya disesuaikan dengan perkembangan pelayanan TRB

a. Ultrasonografi dengan transduser vagina dan abdomi-nal

b. Video laparoskopi

c. Meja ginekologi dengan kelengkapan pemeriksaan ginekologis (spekulum, tenakulum, sonde, dsb) d. Perangkat kamar operasi dan anestesi

e. Peralatan untuk ovum pick up (OPU) dan transfer em-brio (TE), oocyte aspiration pump, jarum pungsi, ka-teter embrio transfer, dsb

f. Peralatan sterilisasi g. Peralatan non medis

h. Fasilitas laboratorium sesuai dengan tingkat pelayan-an.

Untuk mendapatkan hasil yang bermutu, unit pelayanan TRB harus memiliki laboratorium khusus sesuai dengan tingkat pelayanan.

Laboratorium tipe C, laboratorium andrologi yang melaksanakan kegiatan analisa sperma dan inseminasi (intrauterine

insemination, IUI) memiliki sarana:

1. Swing-out centrifuge 2. Pipet mikro

3. Kamar hitung sperma (Neubauer atau Makler) 4. Alat hitung sel (cell counter)

5. Bahan pewarnaan/pengecetan sperma 6. Laminar air flow unit

7. Mikroskop fase kontras 8. Lain-lain sarana pendukung

Laboratorium tipe B, laboratorium embriologi konvensional yang melaksanakan kegiatan laboratorium tipe C serta kegiatan fertilisasi in vitro secara konvensional, memiliki sarana:

1. Swing-out centrifuge 2. Pipet mikro

3. Kamar hitung sperma (Neubauer atau Makler) 4. Alat hitung sel (cell counter)

5. Bahan pewarnaan/pengecetan sperma 6. Laminar air flow unit

7. Mikroskop fase kontras, stereozoom 8. Inkubator CO2 atau triple gas (CO2, O2, N2)

9. Thermostatic controlled heating plate & block 10. Kriopreservasi gamet dan embrio

11. Lain-lain sarana pendukung

Laboratorium tipe A, laboratorium embriologi advance yang melaksanakan kegiatan laboratorium tipe B dan C, serta mampu

(13)

13

melaksanakan kegiatan fertilisasi in vitro dengan metode fertilisasi mikro (intracytoplasmic sperm injection, ICSI) dan kegiatan lain yang terkait dengan manipulasi gamet dan embrio, memiliki sarana:

1. Swing-out centrifuge 2. Pipet mikro

3. Kamar hitung sperma (Neubauer atau Makler) 4. Alat hitung sel (cell counter)

5. Mili Q RO water system 6. Laminar air flow unit

7. Mikroskop fase kontras, stereozoom

8. Mikroskop inverted yang dilengkapi dengan perangkat

micro-manipulator dan heating stage

9. Inkubator CO2 atau triple gas (CO2, O2, N2) 10. Thermostatic controlled heating plate & block 11. Kriopreservasi gamet dan embrio

12. Lain-lain sarana pendukung Penilaian laboratorium:

• Contact materials ialah semua bahan yang secara lang-sung kontak dengan gamet atau cairan medium kultur • Perlu diadakan evaluasi bahan toksik, kontaminasi

mikroba, konsentrasi ion atau bahan-bahan lain pada medium kultur embrio

• Setiap membuat medium biakan harus disertakan: jumlah, tanggal pembuatan, bioassay, osmolaritas, pH, metode sterilisasi dan tanggal kadaluwarsa

Kualitas laboratorium merupakan komponen penting dalam pelayanan TRB. Khususnya pada unit TRB yang memberikan pelayanan fertilisasi in vitro, maka diperlukan laboratorium embriologi (laboratorium tipe A dan B) yang memiliki standar laboratorium kultur sel (cell culture)

• Laboratorium embriologi harus memiliki kesan sebagai tempat yang bersih, memiliki kontrol suhu, dan kontrol kelembaban udara (humidity)

• Udara yang mengalir dalam laboratorium melalui pe-nyaringan udara (HEPA filter) dengan tekanan positif dibandingkan dengan ruangan lain, sehingga udara bersih mengalir keluar laboratorium

• Dinding dan lantai harus terbuat dari bahan yang mu-dah dibersihkan dan didesinfeksi. Tidak diperkenankan memakai karpet

• Laboratorium ditempatkan bersebelahan dengan ka-mar operasi khusus (aspirasi oosit). Diupayakan pada salah satu pojok untuk menghindari lalu lalang personil • Bahan-bahan toksik atau radioisotop dilarang dipak-ai di laboratorium embriologi. Penggunaan aerosol dan bahan kontrol insektisida tidak diperkenankan. Demikian pula dengan bahan yang menimbulkan bau merangsang seperti minyak wangi

Kontrol Kualitas (Quality control)

Untuk menjaga kualitas pelayanan TRB, setiap laboratorium embriologi harus:

• Mempuanyai cara kerja (prosedur) yang tertulis secara rinci sehingga dapat diikuti oleh pelaksana laborato-rium

• Dilakukan pengecekan dan bila perlu dilakukan kalibra-si setiap hari (incubator untuk kultur) setiap bulan atau secara berkala sesuai dengan keperluan pada semua peralatan yang digunakan

• Dilakukan bioassay (kecuali bila sudah mendapatkan jaminan dari produsen) pada semua media dan bahan yang digunakan.

• Disiapkan sumber listrik darurat (generator) yang se-cara otomatis akan berfungsi bila listrik padam • Dilakukan kontrol kualitas sistem kultur secara

keselu-ruhan dengan bioassay perkembangan embrio men-cit secara in vitro (mouse embryo assay, MEA) secara berkala minimal 3 bulan sekali

Perawatan Laboratorium

Semua peralatan laboratorium dirawat dengan jadwal tertulis dalam preventive maintenance atau dengan certification

service. Alat yang besar (laminar air flow) diservis tiap 6-12

bulan dan diberi sertifikat. Alat-alat seperti timbangan, pipet, termometer, pH meter, centrifuge, lemari pendingin dilakukan kalibrasi secara teratur. Setiap hari dilakukan pengecekan konsentrasi gas CO2, O2, N2 dalam inkubator CO2 atau triple gass, suhu inkubator, kelembaban inkubator, suhu lemari pendingin,

freezer, dan tekanan gas yang dipakai di dalam tangki.

Konservasi sperma, sel telur, embrio

Pencatatan sperma, sel telur, embrio beku terdiri dari: tahap perkembangan saat dilakukan pembekuan, protokol pembekuan yang dipakai, protokol pencairan, lokasi penyimpanan. Setiap kemasan pembekuan harus dicantumkan secara jelas: nama pasien, nomor registrasi dan tanggal pembekuannya.

Keamanan

Pekerja harus memakai topi, masker, dan sarung tangan yang tidak toksik saat menangani gamet atau embrio (non

powdered glove). Prosedur pencatatan dilakukan dengan cara

dua kali pengecekan (double checking) tentang nama pasien, identifikasi gamet dan embrio. Hal ini dilakukan terutama pada saat inseminasi, pencairan embrio beku dan pada saat transfer embrio.

Prasarana

Pelayanan TRB berkaitan langsung dengan materi biologi (gamet dan embrio) yang harus dijaga kelangsungan hidupnya pada kondisi yang optimal. Prasarana yang diperlukan untuk pelayanan TRB yang optimal adalah:

a. Listrik yang cukup dengan tambahan uninterrupted

power system (UPS=cadangan sumber

listrik/genera-tor set)

b. Air bersih, berikut saluran pembuangan yang me-menuhi syarat

c. Gas medik, berikut tempat penampungan yang me-menuhi persyaratan dan keamanan lingkungan Dalam rangka menjaga kualitas laboratorium pelayanan TRB perlu mendapat sertifikasi dari tim ahli, meliputi:

• Ketenagaan, meliputi jumlah dan nama tenaga ahli serta kualifikasinya

• Fasilitas pelayanan, meliputi sarana dan prasarana, peralatan medis dan non medis

• Tata laksana/metoda yang gunakan

(14)

14

Indikasi dan Keberhasilan Program Bayi Tabung

di Indonesia Tahun 2008-2009

L

aporan ini merupakan data yang kaya informasi akan faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan program bayi tabung. Pada dasarnya, kesempatan seorang wanita untuk memperoleh kehamilan dan bayi yang lahir hidup melalui program bayi tabung sangat dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar merupakan faktor yang berasal dari pasien sendiri dan berada di luar kontrol klinik (usia pasien, dan penyebab infertilitas). Oleh karena data-data yang kami tampilkan berisi informasi tentang faktor-faktor tersebut, maka laporan ini diharapkan dapat menunjang kesuksesan rekan sejawat pelaksana program bayi tabung.

Data-data dalam laporan ini berasal dari empat belas pusat layanan infertilitas yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dari sejumlah 1275 kasus yang dilakukan pada tahun 2008 dan 438 kasus pada tahun 2009, terdapat 367 kasus yang menghasilkan kehamilan dan dari jumlah tersebut, terdapat 143 kasus dengan kehamilan ganda.

Laporan nasional ini terdiri atas grafik dan diagram dengan data dari tahun 2008-2009 untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan spesifik tentang angka kesuksesan program bayi tabung.

Laporan ini terdiri atas lima bagian:

• Bagian 1 (Gambar 1) berisi informasi tentang jenis siklus yang dilakukan.

• Bagian 2 (Gambar 2-4), berisi informasi tentang indikasi dilakukannya program, tindakan tambahan yang dilakukan serta efek samping yang terjadi • Bagian 3 (Gambar 5-7), berisi informasi tentang

siklus yang dilakukan serta kehamilan yang terjadi didasarkan pada usia pasien.

Bagian 1

Apa saja jenis FIV yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2008-2009?

Dari semua data yang terkumpul, diketahui bahwa terdapat tiga jenis FIV yang dilakukan, yaitu FIV dengan ICSI, FIV dengan siklus alamiah, serta FIV konvensional.

Gambar 1. Jenis Siklus FIV yang Dilakukan di Indonesia 2008-2009

Bagian 2

Apa saja indikasi dilakukannya FIV, tindakan yang dilakukan serta efek samping yang terjadi?

FIV paling banyak dilakukan atas indikasi faktor pria. Adapun faktor wanita yang paling sering menjadi indikasi FIV adalah faktor tuba, diikuti oleh endometriosis, diminished ovarian reserved, dan disfungsi ovulasi.

Gambar 2. Indikasi Pelaksanan FIV 2008-2009

Pada beberapa siklus, diperlukan tindakan tambahan seperti PESA atau MESA/TESE. Dari semua siklus yang dilakukan, hanya 4% siklus dengan MESA/TESE, dan 1% dengan PESA. Pada sebagian besar siklus tidak dilakukan tindakan.

(15)

15

Gambar 3. Tindakan yang dilakukan pada FIV 2008-2009

Gambar 4 menunjukkan beragam efek samping yang ditemui pada pelaksanaan program. Dari data yang terkumpul, efek samping terdiri atas sindrom hiperstimulasi ringan, sedang, dan berat serta efek samping berupa perdarahan dan infeksi.

Efek samping yang paling banyak dijumpai adalah berupa sindrom hiperstimulasi ringan (57%), diikuti oleh sindrom hiperstimulasi sedang (28%) dan sindrom hiperstimulasi berat (15%). Tidak ada pasien yang mengalami efek samping infeksi maupun perdarahan (0%).

Gambar 4. Efek Samping yang terjadi pada pelaksanaan FIV 2008-2009

Bagian 3

Bagaimana distribusi keberhasilan program FIV berdasarkan usia pasien?

Usia pasien yang menjalani program ini kami bagi ke dalam empat kelompok usia. Keempat kelompok usia tersebut adalah < 35 tahun, 35-37 tahun, 38-41 tahun dan > 42 tahun. Data nasional menunjukkan bahwa program FIV paling banyak dikerjakan pada pasien dengan usia < 35 tahun dan paling sedikit dilakukan pada pasien usia > 42 tahun.

Gambar 5. Distribusi jumlah program FIV berdasarkan usia

Dari jumlah total FIV yang dilakukan, persentase kehamilan yang terbesar terdapat pada usia < 35 tahun, yaitu sebesar 49 %, disusul dengan kehamilan pada usia 35-37 tahun (28%), usia 38-40 tahun (17%), 41-42 tahun (5%), dan paling rendah pada usia > 42 tahun (1%)

Gambar 6. Persentase jumlah kehamilan berdasarkan usia 2008-2009

Gambar 7. Jumlah kehamilan ganda berdasarkan usia 2008-2009

(16)

16

Gambar

Tabel 2 . ROC  AUC  Usia, Kadar FSH, FAB, dan kadar AMH dalam  memprediksi respons ovarium
Gambar 2. Indikasi Pelaksanan FIV 2008-2009
Gambar 3. Tindakan yang dilakukan pada FIV 2008- 2008-2009

Referensi

Dokumen terkait

Dan dari hasil penelitian di lapangan keberhasilan pencapaian tujuan program Jamsostek TK-LHK Sektor Informal Kota Semarang ini belum bisa dikatakan berhasil

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan t-test, diperoleh koefisien regresi motivasi berslope positif sebesar 2,990, dengan nilai signifikansi sebesar 0,02

Pemaparan data hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dideskripsikan dalam sub pembahasan deskripsi hasil penelitian.. Dari data

Para manajer yang tidak memiliki pengetahuan tentang organisasi atau lingkungan eksternalnya, memerlukan bantuan dalam mengembangkan sistem informasi yang baik. Bantuan

Industri Muhammad Ridwan Andi Purnomo,,S.T., M.Sc., Ph.D.. Industri Sri

Sangat Baik 1 3,33%.. Atas dasar nilai hasil belajar peserta didik tersebut maka peneliti akan menerapkan penelitian tindakan kelas guna meningkatkan pemahaman

Berdasarkan informasi dari Kepala BPSBTPH provinsi Sulawesi Tengah, ketersediaan benih bawang merah bermutu varietas Lembah Palu di Kota Palu.. Sehingga terbukti, bahwa

Voronyin úgy vélte, lehetséges, hogy Leo mohóságának közvetlen oka méltóságának szimónia útján való megszerzése volt, mert ez esetben arra törekedett, hogy