NASKAH PUBLIKASI
ABDUL KHOLID
S 300 130 020
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI
SEKOLAH PASCA SARJANA
PADA SEKOLAH
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi
ABDUL KHOLID S 300 130 020
PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI
SEKOLAH PASCA SARJANA
Abdul Kholid
Magister Psikologi
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan dukungan teman sebaya dengan keterlibatan siswa pada sekolah. Populasi penelitian ini adalah siswa SMK N XXX dengan jumlah siswa 893 yang terbagi ke dalam 32 rombel. Sampel penelitian sejumlah 10 kelas dengan jumlah siswa 267 siswa. Teknik pengambilan sampel dengan cluster random sampling. Data dikumpulkan dengan skala keterlibatan siswa, skala efikasi diri dan skala dukungan teman sabaya. Metode analisa data dengan analisa regresi berganda dengan analisa regresi ganda. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara efikasi diri dan dukungan teman sebaya dengan keterlibatan siswa pada sekolah. Korelasi memiliki arah posistif. Tingkat efikasi diri, dukungan teman sebaya dan keterlibatan siswa tergolong agak tinggi. Sumbangan efektif efikasi diri terhadap keterlibatan siswa sebesar 24,6 %, sedangkan sumbangan efektif dukungan teman sebaya terhadap keterlibatan siswa sebesar 5,8 %. Total sumbangan efektif efikasi diri dan dukungan teman sebaya adalah 30,4 %, masih ada 69,6 % faktor lain yang mempengaruhi keterlibatan siswa pada sekolah. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara efikasi diri dan dukungan teman sebaya dengan keterlibatan siswa pada sekolah.
Abdul Kholid
Master of Psychology
Muhammadiyah University of Surakarta
ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the relationship of self-efficacy and the support off peer-group with student engagement. The Populasi this study is the number of vocational students (SMK N XXX) 893 students were divided into 32 rombel. The research sample are 10 classes with 267 students . The sampling technique to cluster random sampling. Data collected by the scale of students student engagement, self-efficacy scale and scale support off peer-group. The method of data analysis with multiple regression analysis using doubl regrestion analysis. The results of study showed relationship between self-efficacy and support of peer-group with student engagement. Correlation has a positive direction. The level of self-efficacy, support off peer-group and student engagement is quite high.. Efektif contribution of self-efficacy for student engagement = 24,6%, while the effective contribution the support of peer-group for student engagement = 5,8%. Total effective contribution of self-efficacy and the support of peer-group is 30,4%, 69.6% still there are other factors that affect student engagement. Based on the results of this study concluded that there reletion between self-efficacy and the support off peer-group with students engagement.
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang
mereka miliki. Selama proses pendidikan tersebut berlangsung, diharapkan
kemampuan yang dimiliki oleh siswa semakin meningkat. Peningkatan tersebut
terwujud dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan siswa
untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada
kesejahteraan hidup umat manusia.
Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan pendidikan
tersebut, membutuhkan proses pembelajaran yang sifatnya lebih terarah, sehingga
dapat memperdayakan seluruh potensi yang dimiliki oleh siswa. Salah satu upaya
yang dapat ditempuh melalui penerapan kurikulum yang mendorong keterlibatan
siswa, mulai dari kurikulum CBSA (cara belajar siswa aktif), KTSP (kurikulum
tingkat satuan pendidikan) atau kurikulum 2006 dan yang terbaru kurikulum 2013
(K-13). Kurikulum tersebut menekankan siswa untuk terlibat secara aktif dan
mandiri dalam proses pembelajaran, sehingga kompetensi siswa semakin
meningkat.
Dilain pihak, fakta lapangan yang didapat dari hasil interview dan
pengamatan yang dilakukan terhadap 5 guru pada sekolah XXX yang mengampu
kelas yang berbeda pada sekolah yang menerapkan kurikulum KTSP dan K-13,
menggambarkan bahwa apa yang ingin dicapai oleh kurikulum, yaitu melibatkan
siswa secara aktif belum sepenuhnya tercapai dengan baik. Pembelajaran yang
semestinya berpusat pada siswa saat ini cenderung masih berpusat pada guru.
Siswa belum mampu dilepaskan untuk terlibat secara aktif atau mandiri dalam
pembelajaran. Dalam mengerjakan tugas, siswa cenderung akan mengerjakan
ketika ditunggui atau diawasi oleh guru.
Rendahnya keterlibatan siswa berdampak pada rendahnya prestasi siswa
baik berupa nilai akademik maupun keterserapan alumni di dunia kerja, karena
siswa yang memiliki nilai akademik baik dan yang terserap di dunia kerja adalah
siswa yang memiliki keterlibatan yang lebih pada saat disekolah, dibandingkan
jumlah siswa yang bisa mencapai batas kriteria ketuntasan minimal (KKM ) hanya
berkisar antara 2 s/d 10 % tiap rombongan belajar.
Ketidakmampuan siswa untuk aktif dan mengembangkan kompetensi
pembelajaran ketika berada di sekolah, disebabkan karena rendahnya keterlibatan
siswa di sekolah. Kondisi ini sesuai dengan pernyataan Wang dan Halcombe
(2010) bahwa siswa yang memiliki keterlibatan dengan sekolah akan
menampilkan prestasi atau proses belajar yang lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang tidak memiliki keterlibatan dengan sekolah. Sebaliknya, siswa yang
kurang terlibat dengan sekolah akan menunjukkan kinerja yang kurang baik dan
cenderung bermasalah dengan perilakunya
Siswa yang memiliki keterlibatan yang besar pada sekolah memberikan
efek positif berupa penyerapan materi ajar yang baik, proses pembelajaran yang
interaktif dan kondusif, proses sosialisasi dan organisasi anggota kelas yang baik,
serta pada akhir pembelajaran siswa dapat menunjukkan prestasi yang lebih baik.
Prestasi tersebut terwujud dalam bentuk: prestasi akademik (nilai akademik), skill
(ketrampilan sesuai dengan kompetensisinya), dan ketika lulus bisa terserap di
bidang yang sama dengan kompetensi keahlian yang ditempuh.
Willms (2003) keterlibatan siswa atau student engagement adalah
komponen psikologis yang berkaitan dengan rasa kepemilikan siswa akan
sekolahnya dan penerimaan nilai-nilai sekolah, dan komponen perilaku yang
berkaitan dengan partisipasi dalam kegiatan sekolah, berkaitan dengan seberapa
dalam keterlibatan siswa dengan sekolah akan mempengaruhi pencapaian prestasi
akademisnya.
Pendapat di atas senada dengan yang diutarakan oleh Ani (2013) bahwa
keterlibatan siswa merupakan pencurahan sejumlah energi fisik dan psikologis
oleh siswa guna mendapatkan pengalaman akademik baik melalui kegiatan
pembelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler. Pada kondisi ini siswa akan
melibatkan dua unsur, yaitu: perilaku (seperti ketekunan, usaha, perhatian) dan
sikap (seperti: motivasi, nilai-nilai belajar yang positif, antusiasme, kebanggaan
dalam keberhasilan). Siswa akan terlibat mencari kegiatan, di dalam dan di luar
ingin tahu yang besar, keinginan untuk tahu lebih banyak, dan tanggapan
emosional yang positif untuk belajar dan sekolah (Gibbs & Poskit, 2010).
Fredricks, Blumenfield dan Paris (disitasi oleh Eccles & Te Wang, 2012)
melakukan suatu ulasan terhadap 44 penelitian mengenai keterlibatan siswa
(student engagement) dan mengungkapkan bahwa student engagement terdiri atas
tiga dimensi, yaitu keterlibatan perilaku (behavioral engagement) yang berkaitan
erat dengan ide partisipasi atau keterlibatan secara fisik. Dimensi lainnya adalah
keterlibatan emosi (emotional engagement) yang melingkupi reaksi positif dan
negatif terhadap guru, siswa lain, kegiatan kelas dan sekolah. Serta dimensi dan
keterlibatan kognitif (cognitive engagement), yang meliputi keinginan untuk
mengerahkan usaha untuk dapat memahami ide yang kompleks dan menguasai
keterampilan yang sulit.
Keterlibatan siswa untuk aktif dan mengoptimalkan kemampuan diri saat
di sekolah, tidak serta merta muncul dengan sendirinya. Selebihnya ada beberapa
faktor yang berhubungan, diantaranya adalah adanya efikasi diri yang dibangun
oleh siswa tersebut. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Gibbs dan
Poskitt (2010) bahwa terdapat banyak faktor dalam keterlibatan siswa, yaitu:
hubungan guru dengan siswa, dukungan teman sebaya, keberkaitan dalam belajar,
disposisi untuk menjadi pelajar, motivasi dan minat belajar, otonomi kognitif,
orientasi tujuan dan akademik pembelajaran mandiri, serta efikasi diri.
Pajares dan Miller (disitasi oleh Warwick, 2008) mengatakan tingkatan
efikasi diri siswa terukur dari kepercayaan bahwa siswa dapat melewati situasi
tertentu, atau berhasil menyelesaikan tugas tertentu. Sebuah penelitian literatur,
dan ditambah dengan penelitian-penelitian empiris sebelumnya telah
menunjukkan bahwa efikasi diri berhubungan secara aktual dengan keterlibatan
remaja dalam belajar dan aktif disekolah, sehingga langkah-langkah pembelajaran
berhasil ditempuh.
Efikasi diri siswa bukan merupakan faktor tunggal yang dapat
meningkatkan keterlibatan siswa pada saat belajar dan aktif disekolah. Faktor
penunjang lainnya yang turut berpartisipasi yaitu adanya dukungan teman sebaya.
adanya dukungan teman sebaya akan berpengaruh pada paritisipasi aktif dalam
proses pembelajaran. Ketika siswa diberikesempatan untuk berkolaborasi, siswa
lebih cenderung untuk fokus pada belajar, lebih tertarik pada materi pelajaran dan
merasa kurang cemas.
Selanjutnya, Sotjiningsih (2010) menjelaskan bahwa teman sebaya
merupakan tempat untuk belajar kemampuan bersosialisasi, saling bergantung
kepada teman sebagai sumber kesenangan dan memiliki keterikatannya yang kuat
karena melibatkan emosi yang cukup kuat. Hal serupa diungkapkan oleh
penelitian Csikzenmihalyi dan Hun (Tkach & Lyubomirsky, 2006) yang
menyatakan bahwa remaja yang terlibat dalam kegiatan sosial menunjukkan
kecenderungan lebih merasa bahagia pada waktu berada dalam kelompoknya,
karena dalam kelompok ini dirinya bisa melakukan koalisi dan persaingan yang
lebih adil.
Menurut Utami (2009) dalam penelitiannya mengenai keterlibatan
mahasiswa dan kaitannya dalam dukungan teman sebaya menemukan bahwa
mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan lebih sejahtera dibandingkan mahasiswa
yang tidak mengikuti kegiatan. Sementara, Ludden (2011) menjelaskan bahwa
siswa yang berpartisipasi dalam kegiatan agama, atau kelompok remaja yang
terlibat lebih di sekolah seperti mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, cenderung
tidak memiliki masalah perilaku, serta memiliki motivasi dan nilai yang lebih
tinggi.
Berdasarkan pada uraian di atas terbuka kemungkinan bahwa efikasi diri
dan dukungan teman sebaya berhubungan dengan keterlibatan siswa pada
sekolah. Mengingat pentingya keterlibatan siswa pada sekolah yang telah
dijabarkan, maka penelitian ini akan menelaah dan menguji keterhubungkan
keterlibatan siswa pada sekolah dengan efikasi diri dan dukungan teman sebaya.
Tingkat efikasi diri, dan dukungan teman sebaya serta keterlibatan siswa pada
sekolah. Mengetahui sumbangan efikasi diri dan dukungan teman sebaya
LANDASAN TEORI
Keterlibatan Siswa
Keterlibatan siswa adalah komponen psikologis yang berkaitan dengan
rasa kepemilikan siswa akan sekolahnya dan penerimaan nilai-nilai sekolah, dan
komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasi dalam kegiatan sekolah
(Willms, 2003). Seberapa dalam keterlibatan siswa dengan sekolahnya akan
mempengaruhi pencapaian prestasi akademisnya. Siswa yang terlibat dengan
sekolahnya akan menunjukkan performa yang lebih baik daripada siswa yang
tidak terlibat dengan sekolah. Sebaliknya, siswa yang kurang terlibat dengan
sekolah akan cenderung berprestasi buruk dan mengalami masalah perilaku
(Wang & Halcombe, 2010).
Gibbs dan Poskit (2010) menyatakan keterlibatan siswa adalah
membangun berbagai aspek yang meliputi rasa memiliki siswa dan keterhubungan
ke sekolah, guru, dan teman sebaya, kenyamanan fisik, efikasi diri serta orientasi
untuk mencapai tujuan dalam kelas mereka. Upaya lebih luas tentang keterlibatan
dalam ekstra kurikuler, usaha, tingkat konsentrasi dan kesenangan terhadap mata
pelajaran dan belajar secara umum serta sejauh mana pembelajaran dinikmati
untuk kepentingan diri sendiri, atau dilihat sebagai sesuatu yang harus dijalani
untuk menerima hadiah atau menghindari sanksi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterlibatan
siswa adalah komponen psikologis yang berkaitan dengan rasa kepemilikan siswa
akan sekolah dan elemen yang menyertainya serta penerimaan akan nilai-nilai
atau peraturan sekolah, dan komponen perilaku yang berkaitan dengan partisipasi
aktif dalam kegiatan sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan siswa diantaranya:
hubungan guru siswa, dukungan teman sebaya, keberkaitan dalam belajar,
disposisi untuk menjadi pelajar, motivasi dan minat belajar, otonomi kognitif,
efikasi diri, orientasi tujuan dan pembelajaran akademik yang mandiri (Gibbs &
Poskitt, 2010). Adelman dan Taylor (2008) meringkas faktor-faktor yang
kelas, dan 3. kebutuhan individual. Faktor level sekolah meliputi: tujuan sekolah
yang jelas dan konsisten, partisipasi siswa dalam peraturan sekolah, dan kegiatan
akademik yang dapat mengembangkan kompetensi. Konteks kelas meliputi:
dukungan guru, peers (dukungan teman sebaya), struktur kelas, dukungan untuk
kemandirian siswa, dan karakteristik tugas. Sedangkan kebutuhan individual
meliputi kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain (need for relatedness),
kebutuhan untuk mandiri (need for autonomy), kebutuhan untuk berkompetensi
(need for competency).
Berdasarkan pendapat di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi
keterlibatan siswa dapat disederhanakan menjadi dua yaitu: faktor internal:
kebutuhan indifidu, motivasi dan minat belajar, otonomi kognitif, efikasi diri,
disposisi untuk menjadi pelajar. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi
keterlibatan siswa diantaranya: tujuan sekolah yang jelas dan konsisten atau
orientasi tujuan dan akademik pembelajaran yang mandiri, hubungan guru dengan
siswa, dukungan teman sebaya, keberkaitan dalam belajar, partisipasi siswa dalam
peraturan sekolah, dan kegiatan akademik yang dapat mengembangkan
kompetensi. Konteks kelas meliputi: dukungan guru, peers (dukungan teman
sebaya), struktur kelas, dukungan untuk kemandirian siswa, dan karakteristik
tugas.
Warwick (2008) menyatakan bahwa keterlibatan siswa terbangun atas tiga
aspek, yaitu: keterlibatan prilaku, kognitif dan motivasi. Gibbs dan Poskitt (2010)
menyampaikan hal senada tentang aspek dari keterlibatan siswa ada tiga. Aspek
yang ketiga oleh Gibbs dan Poskitt diganti istilah dengan emosional, yaitu: a.
Keterlibatan perilaku siswa. b. Keterlibatan emosional, c.Keterlibatan kognitif.
Pendapat senada disampaikan oleh Dotterer (2011) dalam penelitiannya
juga menjelaskan bahwa ada tiga aspek yang bisa mengungkap keterlibatan siswa.
Dotterer (2011) mengganti istilah emosional dengan istilah afektif. Ada tiga
dimensi yang membangun keterlibatan siswa, yaitu: a. Dimensi afektif, b.Dimensi
Berdasarkan dua pendapat ahli diatas, maka ada 3 aspek yang membangun
keterlibatan siswa, yaitu: aspek prilaku atau behavior, aspek afektif (hubungan
emosional antara siswa dengan sekolah) dan aspek kognitif
Efikasi Diri
Efikasi diri mengacu pada persepsi tentang kemampuan individu untuk
mengorganisasi dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan
tertentu (Bandura, 1997). Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa efikasi
diri merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya
untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu.
Zulkosky (2009) efikasi diri adalah keyakinan individu tentang bagaimana
orang berpikir, merasa, memotivasi diri, dan bertindak.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah
keyakinan atau kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk
mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan, menghasilkan
sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk menampilkan kecakapan tertentu.
Penjelasan lebih luas tentang efikasi diri pada prinsipnya mengacu kepada
Bandura (1997), pendapat tersebut kemudian dikaji kembali oleh banyak tokoh,
diantaranya adalah Fiest (2008) dan Omrod (2009) dengan makna yg sama tetapi
bahasa yang berbeda : Pengalaman menguasai sesuatu, b. Kesuksesan dan
kegagalan orang lain (social modeling). c. Pesan dari orang lain (social
persuasion). d. Kondisi fisik dan emosi (emotion and physical condition).
Berdasarkan pendapat di atas, maka faktor efikasi diri: pengalaman individu
sebelumnya, modeling sosial, persuasi sosial, serta kondisi fisik dan emosional
yang dimiliki individu tersebut.
Bandura (1997) mengemukakan bahwa efikasi diri individu dapat dilihat
dari tiga dimensi, yaitu: a. tingkat (level) b. Keluasan (generality) c. Kekuatan
(strength).
Lauster (2002) menguraikan pendapat dari Bandura (1997) dari 3 aspek
menjadi 5 aspek. Orang yang memiliki keyakinan diri yang positif tergambar
dalam 5 aspek, yaitu: a. Keyakinan akan kemampuan diri, b. Optimis, c. Obyektif,
Berdasarkan uraian di atas, maka efikasi diri terbangun atas tiga aspek,
yaitu: tingkat kesulitan, generalisasi, dan tingkat kekuatan.
Dukungan Teman Sebaya
Santrock (2007) menjelaskan dukungan teman sebaya merupakan sumber
penting atas dukungan sosial yang berpengaruh terhadap rasa percaya diri pada
remaja yang usia dan kematangannya sama dari pengaruh dukungan sosial dan
persetujuan sosial dalam bentuk konfirmasi dari orang lain. Selanjutnya
ditambahkan oleh Sotjiningsih (2010) teman sebaya merupakan tempat untuk
belajar kemampuan bersosialisasi, saling bergantung kepada teman sebagai
sumber kesenangan dan memiliki keterikatannya yang kuat karena melibatkan
emosi yang cukup kuat.Dukungan teman sebaya merupakan suatu kesenangan,
perhatian, penghargaan, maupun bantuan yang dirasakan dari orang lain atau
kelompok (Sarafino, 2006).
Berdasarkan dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa dukungan teman sebaya adalah seseorang atau kelompok orang yang
berada dalam kelompok yang sama baik dari umur yang tidak jauh berbeda,
tingkah laku, maupun pemikiran yang saling memberikan dukungan.
Hurlock (2008) mengatakan faktor pendukung teman sebaya terbentuk
berdasarkan pada sosial ekonomi yang sama atau sedikit diatas anggota lain dalam
kelompoknya, tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga
mempermudah hubungan dan partisipasi, dan memiliki hubungan yang berbeda
dengan anggota keluarga. Santrock (2008) menambah pendapat dari Hurlock
bahwa faktor yang mempengaruhi dukungan teman sebaya juga dipengaruhi oleh:
keluarga, teman bergaul, masyarakat atau lingkungan sekitar, dukungan sosial dari
masyarakat akan membuat individu menjadi percaya diri dalam bersosialisasi.
Gerungan (2010) memperjelas dua pendapat ahli di atas, terbentuknya
dukungan teman sebaya dipegaruhi oleh tiga proses kognitif, yaitu: a. adanya
imitasi, b. sugesti, c. adanya identifikasi, d. adanya simpati.
Faktor- faktor yang mempengaruhi dukungan teman sebaya adalah: sosial
lingkungan sekitar dan proses kognitif yang terjadi dalam diri individu (imitasi,
sugesti, identifikasi, dan simpati)
Menurut Sarafino ( 2006), Puspitasari (2010), apek-aspek dukungan teman
sebaya antara lain: Aspek emosional, Aspek informatif, meliputi pemberian ,
Aspek instrumental, Aspek penilaian. Sedangkan menurut Gerungan (2010)
aspek-aspek dari dukungan teman sebaya diantaranya : Motif yang sama,
Solidaritas, Penegasan norma kelompok.
Berangkat dari dua pendapat diatas, maka peneliti cenderung sepakat
dengan pendapat dari Sarafino dan Puspitasari, karena pendapat dari Gerungan
sudah masuk pada aspek-aspek yang sampaikan oleh Sarafino dan Puspitasari.
Aspek-aspek tersebut adalah : aspek emosional, aspek informatif, aspek
instrumental, dan aspek penilaian,
Hipotesis
Dalam penelitian ini ada 3 hipotesis yang diajukan peneliti :
1. Hipotesis Mayor :
Ada hubungan antara antara efikasi diri dan dukungan teman sebaya dengan
keterlibatan siswa pada sekolah.
2. Hipotesis Minor :
a. Ada hubungan positif antara efikasi diri dengan keterlibatan siswa pada
sekolah,
b. Ada hubungan positif antara dukungan teman sebaya dengan
keterlibatan siswa pada sekolah.
METODE
Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel tergantung : Keterlibatan siswa
2. Variabel bebas : Dukungan teman sebaya dan efikasi diri
Definisi Operasional
1. Keterlibatan siswa adalah komponen psikologis yang berkaitan dengan rasa
akan nilai-nilai atau peraturan sekolah, dan komponen perilaku yang berkaitan
dengan partisipasi aktif dalam kegiatan sekolah. Keterlibatan siswa dalam
penelitian ini akan diungkap dengan skala keterlibatan siswa yang didasarkan
pada aspek prilaku, afektif dan kognitif. Semakin tinggi skor keterlibatan
siswa, maka semakin tinggi tingkat keterlibatan siswa dan sebaliknya.
2. Dukungan teman sebaya adalah seseorang atau kelompok orang yang berada
dalam kelompok yang sama baik dari umur (tidak jauh berbeda), tingkah laku,
maupun pemikiran yang saling memberikan dukungan. Dukungan teman
sebaya pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala dukungan teman
sebaya yang didasarkan pada aspek emosional, informatif, instrumental, dan
penilaian. Semakin tinggi skor dukungan teman sebaya, maka semakin tinggi
tingkat dukungan teman sebaya, dan sebaliknya.
3. Efikasi diri adalah keyakinan akan kemampuan diri untuk mengorganisasi,
melakukan tugas, mencapai tujuan, menghasilkan sesuatu, dan
mengimplementasikan tindakan untuk menampilkan kecakapan. Efikasi diri
pada penelitian ini diungkap dengan skala efikasi diri yang didasarkan pada
aspek tingkat kesulitan, generalisasi, dan tingkat kekuatan. Semakin tinggi
skor efikasi diri maka menunjukkan semakin tinggi pula tingkat efikasi diri dan
sebaliknya.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa SMK Negeri XXX. Populasi penelitian
berjumlah 893 siswa, yang terkelompok dalam 32 rombongan belajar (rombel).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah cluster random
sampling. Sampel penelitian diambil sebanyak 25 – 30% dari jumlah sampel yang
ada. Dari 32 rombel (kelas) yang ada, peneliti akan mengunakan 30 % x 32
rombel, yaitu 9,6 rombel ( dibulatkan menjadi 10 rombel kelas X, XI, dan XII
dengan jumlah sampel 267 siswa).
Kualitas Instrumen Penelitian
Validitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan professional
judgment. Untuk menguji daya beda item, dilihat dari hasil corrected item total
dengan taraf signifikansi 5% dan diperoleh 0,3. Suatu item dikatakan baik apabila
korelasi nilai corrected item total corelation lebih dari atau sama dengan 0,3.
Sedangkan reliabilitas alat ukur ditentukan juga oleh daya beda item. Jika skala
tersusun dari daya beda item tinggi, maka alpha cronbach akan tinggi. Item
dikatakan reliable jika jawaban subyek terhadap pernyataan konsisten. Koefisien
reliable berada dalam rentang angka dari 0 sampai dengan 1.00 semakin tinggi
nilai koefisien reliabilitas (mendekati 1.00) berarti pengukuran semakin reliabel
(Azwar, 2009).
Teknik Analisis Data
Metode anilisis data yang digunakan yaitu metode analisis regresi ganda.
Sebelum menganalisis data penelitian, dilakukan terlebih dahulu uji normalitas
dan uji linearitas dengan bantuan Program SPSS For Windows 16.0.
HASIL dan PEMBAHASAN
Persiapan Penelitian
1. Orientasi kancah penelitian
Penelitian diawali dengan penentuan lokasi yang akan dijadikan tempat
penelitian. Pada penelitian ini lokasi yang dipilih adalah SMK Negeri XXX di
Kabupaten Pacitan, yang beralamat di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan.
SMK ini memiliki kelas atau rombongan belajar sejumlah 32 dengan jumlah
siswa 893.
2. Penyusunan skala keterlibatan siswa pada sekolah
Peneliti menyusun 1 skala pada penelitian ini, karena yang dua skala
peneliti menggunakan skala yang sudah ada dan memiliki relibialitas yang baik.
Skala yang disusun peneliti adalah skala keterlibatan siswa pada sekolah.
Kegiatan ini diawali dengan membuat pernyataan yang disesuaikan dengan blue
print yang mengacu pada teori Dotterer (2011). Ada 30 pernyataan yang peneliti
susun dengan komposisi 16 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable.
Skala yang tersusun kemudian dilakukan professional judgment oleh ahli
yang memiliki kompetensi dalam bidang psikologi. Setelah ditelaah oleh expert,
penelitili selanjutnya mencari koefisien validitas dengan content validty. Metode
Menurut Azwar (2003) validitas logis merupakan validitas yang digunakan untuk
mengukur sejauhmana isi atau aitem alat ukur merupakan representatif dari
ciri-ciri atau aspek-aspek yang hendak diukur dengan menggunakan blueprint.
Prosedur kerja dalam validitas logis yakni penelititi memberikan skla da
blueprint kepada expert, kemudian expert menilai apakah aitem telah
menggambarkan kondisi subjek berdasarkan aspek dan indicator yang akan diukur
dengan cara menilai rang 1, 2, dan 3. Hasil penghitungan dikategorikan ke dalam
3 kelompok, yaitu : 0.66-1 : aitem baik (valid), 0.36-0.65 : aitem perlu perbaikan,
dan 0 - 0.35 : aitem dibuang. Dari 30 aitem yang diuji didapatkan nilai validitas isi
diatas 0,66 (tergolong valid) untuk dipergunakan mengungkap keterlibatan siswa,
namun berdasarkan masukan judgment ada beberapa aitem yang perlu diperbaiki
susunan katanya.
3. Pelaksanaan uji coba
Uji coba alat ukur dilaksanakan pada tanggal 18 Februari 2015. Uji coba
untuk menguji skala keterlibatan siswa, efikasi diri dan dukungan teman sebaya.
Skala yang berjumlah 51 eksemplar dibagikan kepada sampel uji coba. Pelaksaaan
tryout dilakukan sendiri oleh peneliti dengan tujuan agar proses dan hasilnya
sesuai dengan yang dipersyaratkan untuk diskor dan dianalisis.
4. Hasil uji coba skala
a. Skala keteterlibatan siswa, hasil analisis skala ini diketahui ada 5 aitem
dibawah r ˂ 0,3 yaitu nomor 8, 19, 25, 26, 28. dengan nilai corrected item-total
correlation bergerak dari -0,093 sampai 0,295. Aitem yang digunakan
memiliki corrected item-total correlation bergerak dari 0,304 sampai 0,648
dan koefisien reliabilitas alpha (α) = 0,873.
b.Skala efikasi diri. Hasil analisis skala efikasi diri diketahui ada 5 aitem
dibawah r ˂ 0,3 yaitu nomor 1,13,16,21 dan 25 dengan nilai corrected
item-total correlation bergerak dari -0,348 sampai 0,277sedang aitem yang
digunakann bergerak dari 0,314 sampai 0,680 dan koefisien reliabilitas alpha
(α) = 0,866.
c.Skala dukungan teman sebaya. Hasil analisis pada skala dukungan teman
corrected item-total correlation bergerak dari -0,098 sampai 0,036 sedang
aitem yang digunakan corrected item-total correlation dari 0,345 sampai 0,721
dan koefisien reliabilitas alpha (α) = 0,845.
Pelaksanaan Penelitian
1.Penentuan subjek penelitian
Proses penentuan subjek penelitian menggunakan teknik cluster random
sampling dengan bantuan program excel, dimana siswa mendapat peluang yang
sama untuk menjadi sampel bukan siswa secara individual, melainkan sekolah
(jadi siswa secara kelompok) (Suryabrata, 2000). Subjek pada penelitian ini
adalah siswa kelas X Tav2, X Jbg2, X Jbg1, X Tkr 2, XI Tsm1, XI Bsb2, XI Tkr1,
XII Bsb2, XII Tav1, XII Tphpi yang berjumlah 267 siswa dengan jumlah laki-laki
202 (75,7%) dan siswa perempuan 65 (24,3%).
C. Pengumpulan data
Pengumpulan data untuk pengujian hipotesis dilaksanakan pada tanggal 5
dan 7 Maret 2015. Dari 267 eksemplar skala yang dibagikan kepada subjek,
semua kembali dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
D. Pelaksanaan skoring
Data yang terkumpul oleh peneliti dilakukan penskoran dengan ketentuan
untuk aitem favorable skor bergerak dari 4, 3, 2, dan 1 dan unfavorable skor
bergerak dari 1, 2, 3, dan 4.Aitem yang sudah diskor dilakukan penjumlahan skor
masing-masing subjek. Hal ini dipakai untuk analisis data.
E. Analisis data
Analisis data dilakukan untuk pengujian hipotesis hubungan antara efikasi
diri dan dukungan teman sebaya dengan keterlibatan siswa pada sekolah. Analisis
data menggunakan teknik analisa regresi ganda dengan bantuan Program SPSS
For Windows 16.0.
Uji Hipotesis
1. Uji normalitas
Uji normalitas sebaran diperlukan guna mengetahui apakah populasi data
berdistribusi normal atau tidak. Data dinyatakan berdistribusi normal jika
Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh K-S-Z = 1,111 dengan sig.= 0,169
(keterlibatan siswa), K-S-Z = 0,849 dengan sig.= 0,467 (efikasi diri), dan K-S-Z
= 1,294 dengan sig.= 0,070 (dukungn teman sebaya), Sehingga dapat disimpulkan
bahwa sig.>0,05, maka data ketiga varaiabel diatas memiliki distribusi normal.
2. Uji linieritas
Uji linieritas diperlukan untuk mengetahui apakah variabel bebas (efikasi
diri dan dukungan teman sebaya) dengan variabel tergantung (keterlibatan siswa
pada sekolah) memiliki korelasi yang searah (linier) atau tidak. Hasil uji linieritas
menunjukkan bahwa uji linieritas antara efikasi diri dengan keterlibatan siswa
diperoleh nilai = 1,420 signifikansi (p) = 0,083 (p>0,05).
Hasil berarti bahwa efikasi diri dengan keterlibatan siswa memiliki korelasi yang
searah (linier) dan uji linieritas antara dukungan teman sebaya dengan keterlibatan
siswa diperoleh nilai nilai = 1,077 ; signifikansi (p) = 0,373
(p>0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya dengan
keterlibatan siswa memiliki korelasi yang searah (linier).
3. Uji hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi
ganda. Berdasarkan tabel coefficients regresi diatas didapat persamaan regresinya
sebagai berikut :Y = a + b1.X1 + b2.X2, dimana : Y = 29.568+ (0,422)X1 +
(0,424)X2. Persamaan regresi ini mengandung makna, ketika konstanta sebesar
29,568 artinya jika efikasi diri dan dukungan teman sebaya bernilai 0, maka
keterlibatan siswa pada sekolah bernilai sebesar 29,568.
Koefisien regresi variabel efikasi diri sebesar 0,422; artinya jika variabel
bebas lain nilainya tetap dan efikasi diri mengalami kenaikan 1 point, maka
keterlibatan siswa mengalami peningkatan sebesar 0,422poin. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara efikasi diri dengan keterlibatan
siswa, yaitu apabila efikasi diri tinggi maka keterlibatan siswa semakin tinggi.,
dimana nilai rx1y=0,496 dengan sig.0,000.
Koefisien regresi variabel dukungan teman sebaya sebesar 0,424; artinya
kenaikan 1 point, maka keterlibatan siswa mengalami kenaikan sebesar 0,424
poin. Koefisien bernilai positif artinya terjadi hubungan positif antara dukungan
teman sebaya dengan keterlibatan siswa, yaitu apabila dukungan teman sebaya
tinggi maka keterlibatan siswa akan tinggi, dimana nilai rx2y=0,440 dengan
sig.0,000.
Hasil uji t, didapati nilai sig. = 0,000 atau < 0,05 mempertegas bahwa
variable efikasi diri dan dukungan teman mempengaruhi variable keterlibatan
siswa. Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh nilai koefisien korelasi R =
0,551, = 57,587; p = 0,000 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan ada
hubungan yang cukup signifikan antara efikasi diri dan dukungan teman sebaya
dengan keterlibatan siswa. Artinya variabel efikasi diri dan dukungan teman
sebaya dapat digunakan sebagai prediktor untuk memprediksikan keterlibatan
siswa. Nilai R2 = 0.304 bermakna bahwa variable efikasi diri dan dukungan teman sebaya mempengaruhi variable keterlibatan siswa sebesar 30,4 % sedang sisanya
69,6 % dipengaruhi oleh faktor lain. Skor Durbin-Watson= 1,506 atau berada
diantara -2<dw<2 menunjukkan bahwa tidak terjadi auto korelasi antar variable.
Sumbangan efektif efikasi diri kepada keterlibatan siswa sebesar 24,6 % dan
sumbangan efektif dukungan teman sebaya terhadap keterlibatan peserta didik
sebesar 5,8 %.
Kategorisasi
Berdasarkan hasil analisis diketahui tingkat keterlibatan siswa pada sekolah
tergolong agak tinggi. Nilai mean empirik keterlibatan siswa pada sekolah 84,34,
mean hipotetiknya sebesar 62,5 dan standar deviasi (SD) sebesar 12,5.
Berdasarkan hasil analisis diketahui tingkat efikasi diri tergolong agak
tinggi. Nilai mean empirik (ME) efikasi diri sebesar 74,16 dan nilai SD=11.
Berdasarkan hasil analisis diketahui tingkat dukungan teman sebaya siswa
tergolong agak tinggi. Nilai mean empirik (ME) dukungan teman sebaya 55,39,
mean hipotetiknya sebesar 45, dan nilai SD =54.
Data tambahan penelitian
Berdasarkan uji anova diperoleh nilai F=16,52 dengan nilai sig.0,00 <
0,05. Data ini memberikan gambaran bahwa ada perbedaan keterlibatan pada
sekolah antara siswa laki-laki dan perempuan. Mean laki-laki sebesar 83,22
dan mean perempuan sebesar 87,51.
2. Efikasi diri
Berdasarkan uji anova diperoleh nilai F=0.693 dengan nilai sig.0,406 >
0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara efikasi diri siswa
laki-laki dan siswa perempuan. Mean laki-laki-laki-laki sebesar 73,98 dan mean siswa
perempuan 74,75.
3. Dukungan teman sebaya
Berdasarkan uji anova diperoleh nilai F=0.702 dengan nilai sig.0,403 >
0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara efikasi diri siswa
laki-laki dan siswa perempuan. Mean laki-laki-laki-laki sebesar 73,98 dan mean siswa
perempuan 74,75.
Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan satu hipotesa mayor
dan dua hipotesa minor. Berdasarkan hasil analisi hipotesis mayor dengan analisis
regresi ganda diperoleh nilai koefisien korelasi R = 0,551; R Square = 0.304; Std
Eror of the estimate= 6,224. Berdasarkan data ini, maka hipotesis mayor terbukti
bahwa efikasi diri dan dukungan teman sebaya berkorelasi dengan keterlibatan
siswa pada sekolah. Artinya variabel efikasi diri dan dukungan teman sebaya
memiliki korelasi dengan keterlibatan siswa pada sekolah. Sumbangan efektif
yang diberikan efikasi diri dan dukungan teman sebaya sebesar 30,4 %, hal ini
didapatkan dari R2 sebesar 0,304 dengan skor F sebesar 57.587;p=0,000(p<0,05). Masih ada 69,6 % variabel lain yang mempengaruhi keterlibatan siswa diluar
variabel efikasi diri dan dukungan teman sebaya, faktor-faktor tersebut
diantaranya : hubungan guru dengan siswa, keberkaitan dalam belajar, disposisi
untuk menjadi pelajar , motivasi dan minat belajar, otonomi kognitif, orientasi
akan tujuan dan akademik pembelajaran mandiri (Gibbs & Poskitt, 2010),
Adelman & Taylor (2008). Uji hipotesa telah membuktikan bahwa efikasi diri dan
Gibbs & Poskitt (2010) diantara faktor yang berpengaruh pada keterlibatan siswa
pada sekolah adalah efikasi diri dan dukungan teman sebaya.
Hasil kategorisasi skor keterlibatan siswa pada sekolah diperoleh hasil
bahwa dari 267 subjek terdapat 34 siswa (12,7 %) berada pada kategori sedang,
135 siswa (50,5%) berada pada ketegori agak tinggi, dan 98 siswa (36,8%) berada
pada kategori tinggi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan siswa
pada sekolah tergolong tinggi dengan nilai mean empirik 84,34, mean
hipotetiknya sebesar 62,5 atau ME>MH. Hal ini menggambarkan bahwa
mayoritas siswa aktif terlibat dalam proses yang diadakan oleh sekolah. Dotterer
(2011) siswa yang memiliki keterlibatan pada sekolah dapat digambarkan bahwa
siswa tersebut mampu mematuhi norma yang ada, aktif dalam kegiatan, tidak
adanya prilaku mengganggu, merasa senang dan nyaman mengikuti kegiatan di
sekolah, merasa memiliki terhadap sekolah, memiliki motivasi yang lebih dalam
belajar dan menikmati tantangan dalam belajar.
Keterlibatan siswa pada sekolah antara siswa laki-laki dan perempuan
menunjukkan adanya perbedaan. Hal ini dilihat dari nilai F=16,52 dengan nilai
sig.0,00 < 0,05. Data ini memberikan gambaran bahwa ada perbedaan keterlibatan
pada sekolah antara siswa laki-laki dan perempuan. Mean laki-laki sebesar 83,22
dan mean perempuan sebesar 87,51. Hasil penelitian enccles (2008) menampilkan
hasil yang sama bahwa antara laki-laki dan wanita memiliki perbedaan dalam
keterlibatan siswa pada sekolah, hal ini lebih dipengaruhi pada jenis kegiatan yang
diikuti oleh siswa, norma dan nilai yang berlaku.
Keterlibatan yang tinggi pada siswa dimungkinkan terjadi karena 5 bulan
sebelum data diambil, sekolah melakukan intervensi berupa pelatihan softskill
dunia kerja yang ditujukan kepada guru dan siswa. Pelatihan ini memuat
keahlian-keahlian, sikap dan prilaku-prilaku yang harus dikuasai siswa sehingga mereka
siap untuk bekerja di dunia kerja dan dunia industri. Guru dan siswa menerapkan
hasil pelatihan berupa softskill ini dengan cukup baik, hal ini nampak dari
keterlibatan mayoritas peserta didik dalam proses pembelajaran sehari-hari,
Nilai korelasi = 0,496 dengan sig. = 0,000<0.05) menunjukkan bahwa
efikasi diri berkorelasi positif dengan keterlibatan siswa, demikian juga dengan
dukungan teman sebaya berkorelasi positif dengan keterlibatan siswa = 0,440
dengan sig. = 0,000 < 0.05). Dengan demikian, dapat diprediksi bahwa semakin
tinggi efikasi diri dan dukungan teman sebaya semakin tinggi keterlibatan siswa
pada sekolah, dan sebaliknya. Data ini membuktikan bahwa hipotesa minor
pertama dan kedua yang diajukan peneliti terbukti.
Nilai koefisien determinan ( ) efikasi diri siswa = 0,246. Hal ini
memiliki arti bahwa variabel efikasi diri memiliki peranan atau sumbangan
terhadap keterlibatan siswa sebesar = 24,6%. Rerata empiriknya 74,12 lebih besar
dari rerata hipotetik 55, dengan demikian maka tingkat efikasi diri siswa tergolong
agak tinggi. Efikasi diri berpengaruh terhadap keterlibatan siswa dalam unjuk
kerja, berinteraksi aktif dengan anggota belajar dan proses pembelajaran mandiri,
dan memediasi siswa meraih prestasi (Zimmermen, 2000). Pajares & Miller
(disitasi oleh Warwick, 2008) menyatakan bahwa self-efficacy berpengaruh
signifikan terhadap keterlibatan siswa.
Bandura (1997) dan Zimmermen (2000) efikasi diri berkontribusi terhadap
keterlibatan siswa pada sekolah serta memprediksi keberhasilan siswa dalam
kegiatan kejuruan. Siswa dengan efikasi diri agak tinggi digambarkan sebagai
siswa yang memiliki optimisme yang baik, mampu menyelesaikan tugas yang
sulit tanpa bantuan orang lain, memiliki wawasan yang luas dan berani
menghadapi segala resiko yang dihadapinya. Data penelitian menunjukkan hasil
bahwa tidak ada perbedaan antara efikasi diri siswa laki-laki dan siswa
perempuan.
Keterlibatan siswa pada sekolah juga dipengaruhi oleh dukungan teman
sebaya. Patrick.dkk (disitasi oleh Matsumura, Slater, & Crosson, 2008) dukungan
teman sebaya yang berasal dari lingkungan sosial dan emosional di kelas
memberikan prasyarat yang diperlukan bagi siswa untuk terlibat dalam tugas
akademik. Pada penelitian ini dukungan teman sebaya masuk dalam kategori agak
koefisien determinannya dukungan teman sebaya ( )=0,058 yang memiliki
makna bahwa dukungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif terhadap
keterlibatan siswa pada sekolah sebesar = 5,8 %. Leventhal (2013), Cushman &
Rogers (2008) dukungan teman sebaya berkorelasi dengan keterlibatan siswa
(student engagement).
Siswa yang memiliki tingkat dukungan teman sebaya agak tinggi
digambarkan sebagai siswa yang mampu menjalin hubungan dengan temannya,
memiliki rasa empati yang baik, mampu memberikan umpan balik informasi
berupa saran dan kritik yang membangun, rela meminjamkan sarana/prasaran
yang siswa miliki kepada teman groupnya, mampu menempatkan diri, mampu
bekerjasama dan menerima ide atau gagasan dari anggota group. Bandura (1997)
dukungan teman sebaya adalah salah satu ujud ketrampilan psikososial yang
bermanfaat untuk kesuksesan siswa dalam keterlibatannya daripada ketrampilan
teknis.
Berdasarkan hasil analisis dan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa efikasi diri dan dukungan teman sebaya hubungan dengan keterlibatan
siswa pada siswa. Hal ini berarti bahwa variabel efikasi diri dan dukungan teman
sebaya dapat dijadikan prediktor untuk memprediksikan keterlibatan siswa pada
sekolah.
Keterbatasan penelitian
Keterlibatan siswa pada sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Pada penelitian ini peneliti hanya
menggunakan dua faktor saja. Pada penelitian berikutnya diharapkan menambah
atau menguji hubungan keterlibatan siswa pada sekolah dengan faktorr-faktor
selain efikasi diri dan dukungan teman sebaya.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini masih menggunakan skala
respon, tidak menggunakan skala stimulus yang dapat mengungkap jawaban
subjek lebih luas. Sehingga hasil data skala masih kurang mendalam untuk
mengetahui kondisi subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan skala dengan
segala kelebihan dan kelemahan aspek-aspek dari variabel tersebut untuk
menjawab yang dinilai baik karena subjek merasa takut jawaban dalam skala
berimbas pada nilai akademik.
Generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi yang
homogen di tempat penelitian, maka perlu dilakukan penelitian sejenis dengan
menggunakan sampel yang lebih luas cakupanya.
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Variabel efikasi diri dan dukungan teman sebaya memiliki hubungan dengan
keterlibatan siswa pada sekolah. Efikasi diri dan dukungan teman sebaya
memiliki korelasi posistif dengan keterlibatan siswa pada sekolah. Semakin
tinggi efikasi diri, maka semakin tinggi keterlibatan siswa pada sekolah.
Semakin tinggi dukungan teman sebaya, maka semakin tinggi keterlibatan
siswa pada sekolah.
2. Tingkat keterlibatan siswa pada sekolah, efikasi diri, dan dukungan teman
sebaya pada siswa tergolong agak tinggi. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh
intervensi yang dilakukan sekolah berupa pelatihan softskill dunia usaha dan
dunia kerja.
3. Total sumbangan efikasi diri dan dukungan teman sebaya terhadap
keterlibatan siswa pada sekolah sebesar 30,4%, dimana sumbangan efektif
efikasi diri terhadap keterlibatan siswa pada sekolah sebesar = 24,6 % dan
sumbangan efektif dukungan teman terhadap keterlibatan siswa pada sekolah
sebesar = 5,8 %. Ada varibel lain sebesar 69,6 % yang mempengaruhi
keterlibatan siswa pada sekolah.
Saran-Saran
Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian, beberapa saran yang
diberikan oleh peneliti adalah :
1. Bagi Sekolah dan guru di sekolah maupun guru lain, karena keterlibatan
siswa pada sekolah siswa dipengaruhi oleh efikasi diri dan dukungan teman
dengan mendorong siswa untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan
sekolah, mentaati tata tertib dan sekolah menciptakan situasi dan kondisi yang
nyaman dan aman bagi siswa. Tingkat efikasi diri siswa dipertahan kan dan
ditingkatkan dengan cara memperbanyak pelatihan-pelatihan yang bisa
mendorong siswa berani memaksimalkan potensi yang dia miliki seperti :
pelatihan motivasi, problem solving, dll. Sedang pengembangan dukungan
teman sebaya dapat dilakukan dengan membudayakan rasa saling
menghargai, memotivasi, kerjasama dalam kegiatan sekolah.
2. Para siswa di sekolah, mempertahankan tingkat keterlibatan siswa dengan ,
mematuhi norma yang ada, aktif dalam kegiatan sekolah, tidak berprilaku
yang mengganggu, enjoy dalam mengikuti kegiatan sekolah, merasa memiliki
sekolah, termotivasi untuk belajar dan menikmati tantangan dalam belajar. Tingkat
efikasi diri dipertahankan dengan cara siswa memupuk keyakinannya utuk aktif
dalam kegiatan-kegiatan sekolah, baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
Dukungan temans sebaya dipertahankan dengan cara siswa menjaga kualitas
hubungan pertemanannya, memupuk rasa empati kepada teman, berusaha
memberikan umpan balik informasi berupa saran dan kritik yang
membangun, rela meminjamkan sarana/prasaran kepada teman groupnya,
mampu menempatkan diri, mampu bekerjasama dan menerima ide atau
gagasan dari anggota group
3. Bagi Orang tua.
Orang tua perlu berkontribusi dalam menjaga tingkat keterlibatan siswa,
efikasi diri dan dukungan teman sebaya dengan cara senantiasa
berkomunikasi interaktif dengan siswa dan guru, sehingga perkembangan
tentang siswa dapat terpantau.
4. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dilakukan penelitian yang serupa dengan
memakai sampel yang lebih luas sebagai perbandingan dari hasil penelitian
ini. Ataupun penelitian lanjutan dengan faktor-faktor yang berbeda akan bisa
DAFTAR PUSTAKA
Adelman.H, T. (2008). School Engagement, Disengagement,Learning Supports, & School Climate. Los Angeles: Mental Health in Schools: Program and Policy Analysist.
Ani, R. A. (2013). Model Pengembangan Sikap Kewirausahaan Siswa SMK Negeri Se-Kabupaten Demak. Journal of Economic Education , 24-33. Arikunto. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar.S (2003).Reliabitlitas dan Validitas.Yogyakarta.Pustaka Pelajar Offset Azwar.S. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Bandura.A. (1997). Self Efficacy, The Exercise of Control. New York: Freeman
and Company.
Baron.R.A, B. (2004). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Cushma.K, R. (2008). Middle school students talk about social forces in the classroom. Middle School Journal , 14-24.
Dotterer.A.M, L. (2011). Classroom Context, School Engagement, and Academic Achievement in Early Adolescence. J Youth Adolescence , 1649–1660. Eccles.J.S, W. M. (2012). So what is student engagement anyway? Commentary
on Section I. New York: Springer.
Feist.J, F. G. (2008). Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Gerungan.W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Gibbs.R, P. (2010). Keterlibatan peserta didik in the Middle Years of Schooling.
New Zealand: Ministry of Education.
Hurlock.E.B. (2008). Psikologi Perkembangan Suatu pendekatan sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Terjemahan, Soedjaewo & Istiwidayanti.
Jakarta: Erlangga.
Lauster. (2002). Tes kepribadian/penerjemah D.H Gulo. Jakarta: Bumi Aksara. Ludden.A.B. (2011). Engagement in School and Community Civic Activities
Among Rural Adolescents. J Youth Adolescence , 1254-1270.
Matsumura.L., S. S. (2008). Classroom Climate, Rigorous Instruction, and Curriculum, and Students'interactions in Urban Middle Schools. The Elemantary School Journal , 293-312.
Ormrod, J. (2009). Psikologi Pendidikan. Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga.
Puspitasari.Y.P, A. (2010). Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan kecemasan menjelang Ujian Nasional. Semarag: UNDIP.1-17
Santrock.J.W. (2007). Addolescence: Perkembangan Remaja (Oleh Shinto B. Adelar dan Sherky saragih). Jakarta: Erlangga.
Sotjingningsih.S.W. (2010). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya.
Jakarta: CV. Sagung Seto.
Suryabrata.S. (2000). Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tamtomo.A. (2014). Hubungan Antara Stres Sekolah dan Teman Sebaya dengan
Perilaku Bullying (tesis). Surakarta: UMS (Tidak dipublikasikan).
Tkach.C, L. R. (2006). Wahat Are The Differences Between Happeness and Self Esteem. Social Indicators Research , 363–404.
Utami.M.S. (2009). Keterlibatan dalam Kegiatan dan Kesejahteraan Subjektif Mahasiswa. Jurnal Psikologi , 144 – 163.
Wang.M &, H. (2010). Adolescences' Perception of School Environment, Engagement, and Academic. American Educational Research Journal , 633-662.
Warwick.J. (2008). Mathematical self-efficacy and student engagement in the mathematics classroom. London: MSOR Connections.
Willms.J.D. (2003). Student Engagement at School: A Sense of Belonging and Paticipation Result Frp PISA 2000. Paris: Organisation For Economic Co-Operation Development
Windriyanto.A.A.B. (2013). Hubungan Layanan Bimbingan Karir dan Self Efficacy dengan Keputusan Karir Siswa. Surakarta: UMS (tidak dipublikasikan).
Zimmerman.B.J. (2000). Self-Efficacy: An Essential Motive to Learn.
Contemporary Educational Psychology , 82-91.