• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 832013009 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 832013009 BAB III"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas tentang peubah penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data yang dijelaskan sebagai berikut:

3.1 PEUBAH PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat dua (2) peubah tak gayut (independent variable) dan satu (1) peubah gayut (dependent variable) yaitu:

Peubah tak gayut : Kecerdasan emosional (X1) Keharmonisan keluarga (X2)

Peubah gayut : Kecenderungan kenakalan remaja(Y).

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional setiap peubah dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Kecenderungan Kenakalan Remaja

(2)

kecenderungan kenakalan remaja dari Jensen (1985, dalam Sarwono, 2007), yaitu:

1. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain

2. Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

3. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat dan hubungan seks pra-nikah

4. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan membolos, mengingkari status orang tua dengan minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan semakin tinggi tingkat kecenderungan kenakalan remaja dan sebaliknya

(3)

3.2.2 Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan itu untuk membantu pikiran memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosional dan intelektual (Salovey & Mayer, 1990 dalam Stein & Book, 2002). Skala kecerdasan emosional diukur menggunakan aspek kecerdasan emosional dari Tsaousis (2008) yang berdasarkan teori kecerdasan emosional dari Salovey dan Mayer dengan aspek sebagai berikut:

1. Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)

Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keputusan serta menjadi tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2. Mengelola emosi (control of emotions)

Menangani emosi dalam diri sedemikian rupa sehingga berdampak

positif, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

3. Memotivasi diri sendiri (use of emotion for fascilitation thinking)

(4)

4. Mengenali emosi orang lain atau empati (caring or emphaty)

Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang lain.

Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional remaja dan sebaliknya semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat kecerdasan emosional.

3.2.3 Keharmonisan Keluarga

Keharmonisan keluarga adalah suatu lingkungan yang diantara anggotanya tercipta apresiasi dan kasih sayang, komitmen, komunikasi yang positif, mempunyai waktu bersama dalam keluarga, tercipta kesejahteraan spiritual dan memiliki kemampuan untuk mengatasi krisis di dalam keluarga sehingga tercipta kehidupan yang memungkinkan anak

tumbuh dan berkembang secara seimbang (Defrain & Stinnet dalam Coombs, 2005). Keharmonisan keluarga diukur dengan memodifikasi

American Family Strengths Inventory (DeFrain & Stinnet, 2008) dengan aspek-aspek antara lain:

(5)

2. Komitmen (Commitment)

Keluarga yang harmonis umumnya berkomitmen bahwa keluarga adalah yang utama. Pekerjaan maupun unsur-unsur lain dari kehidupan tidak akan mengambil waktu terlalu banyak. Anggota keluarga berdedikasi/rela berkorban satu sama lainnya, memberikan waktu dan energi dalam kegiatan keluarga.

3. Komunikasi yang positif (Positive communication)

Komunikasi merupakan dasar bagi terciptanya keharmonisan dalam keluarga. Anggota keluarga mempunyai keterampilan berkomunikasi yang baik, mereka dapat mengidentifikasi kesulitan, dan menemukan solusi yang efektif untuk semua anggota keluarga. Keluarga yang harmonis biasanya menghabiskan waktu untuk berbicara dan saling mendengarkan satu sama lain. 4. Mempunyai waktu bersama keluarga (Enjoyable time together)

Keluarga yang harmonis selalu menyediakan waktu untuk bersama keluarganya, baik itu hanya sekedar berkumpul, makan bersama,

menemani anak bermain dan liburan keluarga, mendengarkan masalah dan keluhan-keluhan anak, dalam kebersamaan ini anak akan merasa dirinya dibutuhkan dan diperhatikan oleh orangtuanya.

5. Kesejahteraan spiritual (Spiritual well-being)

(6)

tersebut. Hal ini penting karena dalam agama terdapat nilai-nilai moral dan etika kehidupan.

6. Kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis (Succesful management of strees and crisis)

Sebagian besar masalah di dunia ini dimulai atau berakhir di keluarga. Kadang-kadang keluarga atau anggota keluarga secara tidak sengaja menciptakan masalah dalam keluarga, dan kadang-kadang dunia menciptakan masalah bagi keluarga, dan hampir selalu keluarga akan terjebak dengan masalah tidak peduli apa penyebabnya. Dalam keluarga yang harmonis, anggota keluarga memiliki kemampuan untuk mengelola dengan baik stres yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan kesulitan atau krisis yang terjadi dalam kehidupan secara kreatif dan efektif. Mereka tahu bagaimana mencegah masalah sebelum terjadi, dan bagaimana

bekerja sama untuk menghadapi tantangan dalam hidup (DeFrain & Stinnett 2002, dalam Coombs, 2005).

(7)

3.3 METODE PENGUMPULAN DATA

Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu skala kecerdasan emosional, skala keharmonisan keluarga dan skala kecenderungan kenakalan remaja. Skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini, dikembangkan berdasarkan skala Likert dengan 5 alternatif jawaban, yakni: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral: tidak dapat menentukan dengan pasti (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden diminta memberikan jawaban dengan tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Skor tertinggi diberi angka 5 dan skor terendah diberi angka 1.

3.3.1 Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

Skala kecenderungan kenakalan remaja yang dipakai dalam

penelitian dimodifikasi dari skala kecenderungan kenakalan remaja Fitiasari (2008) dengan reliabilitas 0,801. Skala ini berdasar pada aspek

(8)
[image:8.516.82.453.125.535.2]

Tabel 3.1

Blue Print Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

Aspek Indikator Nomor Aitem Total

Favorable Unfavorable

Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain

Perkelahian 1, 7, 18 11 4

Penggunaan benda tajam

17, 20, 26 13 4

Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi

Perusakan 3, 12, 19 23 4

Pencurian 10, 22, 30 5 4

Keinginan melakukan kenakalan sosial

Merokok, mengkonsumsi minuman keras dan menyalahgunakan obat terlarang

9, 21, 24 15 4

Hubungan Seks pra-nikah

8, 14, 25 16 4

Keinginan untuk melakukan kenakalan yang melawan status

Tidak mematuhi aturan/tata tertib sekolah: -terlambat, -bolos - mengeluarkan kata-kata makian

2, 27, 31 28 4

Tidak mematuhi aturan dalam keluarga dan norma dalam masyarakat

4, 6, 29 32 4

(9)

3.3.2 Skala Kecerdasan Emosional

[image:9.516.75.437.157.624.2]

Skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada The Greek Emotional Intelligence Scale yang disusun Tsaousis (2008). Validitas dari skala ini bergerak dari 0,800 sampai 0,920 dengan tingkat reliabilitas 0,900. Skala ini terdiri dari 20 aitem, penulis memodifikasi menjadi 32 aitem yang disesuiakan dengan tujuan penelitian.

Tabel 3.2

Blue Print Skala Kecerdasan Emosional

Aspek Indikator Nomor Aitem Total

Favorable Unfavorable

Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)

Mampu mengenali dan memahami apa yang sedang dirasakan

1, 6, 7 3 4

Mengetahui penyebab emosi yang sedang dirasakan

2, 8, 11 12 4

Mengelola emosi (control of emotions)

Mampu mengontrol emosi diri sendiri

4, 5, 9, 13, 16, 17, 21

20 8

Memotivasi diri sendiri

(use of emotion for fascilitation thinking)

Memiliki rasa optimis pada diri sendiri

10, 14, 18 22 4

Mampu menyemangati diri sendiri

15, 19, 28 25 4 Mengenali emosi

orang lain atau empati (caring or emphaty)

Mampu memahami apa yang dirasakan oleh orang lain

23, 27, 29 31 4

Menemukan cara untuk mengenali atau mengetahui apa yang dirasakan orang lain

24, 26, 30 32 4

(10)

3.3.3 Skala Keharmonisan Keluarga

Skala keharmonisan keluarga yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada aspek keharmonisan keluarga yang dikemukakan DeFrain dan Stinnet (2002, dalam Coombs, 2005) dengan memodifikasi dari

(11)
[image:11.516.78.452.121.630.2]

Tabel 3.3

Blue Print Skala Keharmonisan Keluarga

Aspek Indikator Nomor Aitem Total

Favorable Unfavorable

Adanya apresiasi dan kasih sayang (Appreciation and affection)

 Saling peduli 1 8 2

 Hubungan

persahabatan antara anggota keluarga

3,13 2

 Saling menghargai 15, 22 - 2

Komitmen (Commitment)

 Kepercayaan 7, 27 - 2

 Kejujuran 18 23 2

 Kesetiaan 9, 16 2

Komunikasi yang positif (Positive communication)

 Komunikasi terbuka 14, 19 2

 Diskusi dalam keluarga

2, 11 - 2

 Menghindari sikap saling menyalahkan

4 12 2

Mempunyai waktu bersama keluarga (Enjoyable time together)

 Berkumpul 6 10 2

 Menikmati kebersamaan

17, 21 - 2

 Menyediakan waktu untuk keluarga

5, 24 2

Terciptanya kesejahteraan spiritual (Spiritual well-being)

 Beribadah 25 30 2

 Diskusi tentang ajaran agama

29 35 2

 Kasih sayang 32, 34 - 2

Kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis (Succesful management of strees and crisis)

 Mampu menghadapi masalah

26, 31 - 2

 Tidak saling bertengkar

33 36 2

 Ketahanan menghadapi masalah

20, 28 - 2

(12)

3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.4.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 13 Ambon yang berjumlah 156 siswa. Pemilihan populasi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Ambon dengan alasan ditemui fenomena kecenderungan kenakalan remaja yang cukup marak. Selain itu rentan umur siswa berada pada tahap remaja awal yang tentunya akan mengalami berbagai perubahan secara fisik maupun psikologis.

3.4.2 Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh siswa kelas VIII berjumlah 156 siswa. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2010) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi dijadikan sampel.

Sampel dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Anak remaja (laki-laki dan perempuan) berusia 13-17 tahun.

(13)

3.5 DAYA DISKRIMINASI DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

3.5.1 Uji Daya Diskriminasi Aitem

Uji daya diskriminasi alat ukur merupakan bentuk pengujian terhadap ketepatan alat ukur yang digunakan dalam penelitian. Suatu alat ukur dikatakan valid apabila dapat digunakan untuk mengukur apa yang sebenarnya hendak diukur sehingga memberikan informasi yang akurat (Azwar, 2009; Sugiyono, 2010).

Dengan demikian, alat ukur yang valid merupakan alat ukur yang benar-benar tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur. Untuk menentukan apakah sebuah aitem dinyatakan valid atau tidak maka Azwar (2009) menetapkan patokan besaran koefisien corrected item-total correlation <0,30 sebagai batas minimal valid tidaknya sebuah ítem. Artinya, bila koefisien corrected item-total correlation lebih besar atau sama dengan 0,30 maka hal ini mengindikasikan aitem tersebut memiliki daya diskriminasi yang memadai.

3.5.2 Uji Reliabilitas

(14)

3.6 UJI ASUMSI KLASIK

Uji asumsi klasik dilakukan sebelum pengujian hipotesis. Dalam asumsi klasik terdapat beberapa pengujian yang harus dilakukan, yakni uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas, uji linearitas dan uji homogenitas.

3.6.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, peubah gayut memiliki distribusi normal ataukah tidak (Ghozali, 2009). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisi grafik yang digunakan adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi

yang mendekati distribusi normal dan melihat normal probability plot

dengan membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting

(15)

3.6.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar peubah tak gayut atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang tinggi di antara peubah tak gayut. Santoso (2000) menjelaskan, bahwa model regresi yang bebas multikolinearitas apabila mempunyai nilai VIF di sekitar angka 1, dan mempunyai angka tolerance mendekati 1.

3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak berubah, maka disebut sebagai

(16)

3.7 UJI HIPOTESIS

Untuk pengujian hipotesis dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda yang diolah melalui SPSS for windows evaluation version 16. Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh peubah tak gayut yaitu: Kecerdasan Emosional (X1), Keharmonisan Keluarga (X2), terhadap peubah gayut yaitu Kecenderungan Kenakalan Remaja (Y).

Bentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = α+ β1 X1+ β2 X2 + e

Y = Kecenderungan Kenakalan Remaja α = Konstanta

β1 = Koefisien regresi Kecerdasan Emosional β2 = Koefisien regresi Keharmonisan Keluarga X1 = Kecerdasan Emosional

X2 = Keharmonisan Keluarga

3.8 UJI COBA INSTRUMEN

(17)
[image:17.516.84.448.162.541.2]

Distribusi frekuensi responden try-out berdasarkan jenis kelamin dilihat pada Tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4

Karakteristik Responden Try-out menurut jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase

Laki-Laki

Perempuan

30

26

54%

46 %

Total 56 100%

Dari Tabel 3.4 di atas terlihat responden try-out yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 30 orang dengan presentase sebesar 56% dan perempuan berjumlah 26 orang dengan presentase sebesar 46%.

3.8.1 Hasil Uji Coba Skala Kecenderungan Kenakalan Remaja

(18)
[image:18.516.80.451.109.529.2]

Tabel 3.5

Sebaran aitem valid dan gugur skala kecenderungan kenakalan remaja

No. Aspek Kecenderungan

Kenakalan Remaja

Jumlah Aitem

Nomor Aitem

Aitem Valid Aitem Gugur

1. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain

8 1, 7, 11, 17, 18, 20, 26

13

2. Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi

8 3, 10, 12, 19, 22, 23, 30

5

3. Keinginan melakukan kenakalan sosial

8 8, 9, 14, 21, 24, 25

15, 16 4. Keinginan untuk melakukan

kenakalan yang melawan status

8 2, 4, 6, 27, 28, 29, 31, 32

Total 32 28 4

3.8.2 Hasil Uji Coba Skala Kecerdasan Emosional

Aitem yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan emosional siswa sebanyak 32 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui

corrected item-total correlation diperoleh 8 aitem gugur dengan koefisien korelasi <0,30 dinyatakan gugur. Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 3, 6, 8, 12, 20, 22, 31, 32. Koefisien cronbach’s alpha dari

(19)
[image:19.516.91.438.126.515.2]

Tabel 3.6

Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Kecerdasan Emosional

Aspek Jumlah

Aitem

Nomor Aitem

Aitem Valid Aitem Gugur

Mengenali emosi diri (expression & recognition of emotions)

8 1, 2, 7, 8, 11, 12

3, 6, 8, 12

Mengelola emosi (control of emotions)

8 4, 5, 9, 13,16, 17,

21

20

Memotivasi diri sendiri (use of emotion for fascilitation thinking)

8 10, 14, 15, 18, 19, 25,

28

22

Mengenali emosi orang lain atau empati (caring or emphaty)

8 23, 24, 26, 27, 29, 30,

31

31, 32

Total 32 24 8

3.8.3 Hasil Uji Coba Skala Keharmonisan Keluarga

Aitem yang digunakan untuk menilai keharmonisan keluarga adalah sebanyak 36 aitem. Setelah melakukan diskriminasi aitem melalui

(20)
[image:20.516.86.446.124.537.2]

Tabel 3.7

Sebaran Aitem Valid dan gugur Skala Keharmonisan Keluarga

No. Aspek Jumlah

Aitem

Nomor Aitem

Aitem Valid Aitem gugur

1. Adanya apresiasi dan kasih sayang (Appreciation and affection)

6 1, 3, 8, 13, 15, 22,

-

2. Komitmen (Commitment) 6 7, 16, 18, 23, 27 9

3. Komunikasi yang positif (Positive communication)

6 2, 4, 11, 14, 19 12 4. Mempunyai waktu bersama

keluarga (Enjoyable time together)

6 5, 6, 10, 17, 21, 24

-

5. Terciptanya kesejahteraan spiritual (Spiritual well-being)

6 25, 29, 30, 32, 34 35

6. Kemampuan untuk mengatasi stres dan krisis (Succesful management of strees and crisis)

6 20, 26, 28, 31, 33, 36

-

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional
Tabel 3.3
Tabel 3.4 Karakteristik Responden Try-out menurut jenis kelamin
+4

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

“Hubungan persepsi terhadap keharmonisan remaja dan pemantauan diri dengan kenakalan kecenderungan perilaku delikuen pada remaja”.. Tesis tidak

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengukur gaya kepemimpinan transformasional dengan iklim organisasi dengan menggunakan skala psikologi dan

Reliabilitas untuk skala keharmonisan keluarga yang terdiri dari 40 item. adalah α (alpha)

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data dan informasi mengenai pola asuh otoriter, konsep diri, dan perilaku agresif menggunakan skala psikologi, dengan alasan

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data dan informasi tentang altruisme, self esteem dan motivasi relawan menggunakan skala psikologi, dengan alasan skala

Hubungan antara kecerdasan emosional dengan kenakalan remaja .. Implikasi

Skala kecerdasan emosional pada penelitian ini diadaptasi dari skala kecerdasan emosional yang telah dikembangkan oleh Robert Cooper dan Ayman Sawaf (2005),

Alternatif pilihan jawaban pada skala kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi empat pilihan jawaban yaitu Alternatif pilihan jawaban