KEPRIMAAN DAN LUAS PELT KELINCI REX PADA BERBAGAI UMUR PEMOTONGAN DENGAN PAKAN YANG DIBATASI. Husmy Yurmiaty
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Sumedang
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara pembatasan pakan dengan umur potong dan efek mandirinya terhadap keprimaan dan luas pelt kelinci. Penelitian menggunakan 36 ekor kelinci Rex jantan lepas sapih yang diuji secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Kelompok pola faktorial 3x4 dengan ulangan 3 kali. Faktor pertama adalah pemberian pakan ad libitum, 80 % dan 60 % dari ad libitum, sedangkan faktor kedua adalah umur potong, yaitu : 3, 4, 5 dan 6 bulan.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa umur potong dan pembatasan pakan nyata (P <
0.05) berpengaruh terhadap keprimaan pelt kelinci Rex. Keprimaan pelt kelinci terbaik dari kelinci yang dipotong pada umur 5 bulan dengan pakan ad libitum dan
80 % dari ad libitum. Meningkatnya umur potong diikuti dengan peningkatan luas kulit (P < 0,05), sebaliknya meningkatnya pembatasan pakan diikuti dengan penurunan luas pelt (P < 0,05). Terdapat hubungan yang positip antara luas dengan keprimaan pelt kelinci dengan perlakuan ad libitum dan 80 % ad libitum, sedangkan pada kelinci yang mendapat perlakuan 60 % ad libitum hubungannya negatip.
Kata Kunci: Pelt kelinci, Prime, Luas
ABSTRACT
This research has aim to know the interaction between restricted feeding with slaughtering age and the effect of it independence through the prime and the rabbit's pelt extensive. The research used 36 Rex male weaning rabbit's. The Rabbit's was tested by experiment using Randomized Block Design with factorial patterns 3x4, for 3 times. The first factor is giving an ad libitum, 80 % and 60 % from ad libitum, and the second factor is the slaughtering age, e.g; 3, 4, 5 and 6 months. The result of the research was showing that the slaughtering age and restricted feeding (P< 0,05) influenced through the prime of the Rex rabbit's pelt. The prime of the best Rex rabbit's pelt from the rabbits which slaughtering age in 5 months with the ad linitum and 80 % from ad libitum. The raising of slaughtering age followed with the increasing of pelt's wide (P < 0,05), but the increasing of restricted feeding was folowed with the decreasing of pelt's wide (P< 0,05). There is apositive relationship between the wide of the prime of pelt's rabbit and the treatment of ad libitum and 80 % ad libitum, while through the rabbit which has 60 % ad libitum treatment, its relationship is negative.
"^
PENDAHULUAN
Dalam kaitan kebijaksanaan peningkatan produksi peternakan, perlu ditelaah pola usaha yang sudah ada untuk diketahui kesesuaiannya dengan situasi yang semakin kompetetif. Dimasa depan akan dituntut produksi yang semakin meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya, sehingga secara umum diperlukan perubahan motivasi usaha tradisional menjadi usaha komersial dengan penerapan teknologi dan
managemen yang profesional, terutama untuk komoditas ekspor.
Kulit merupakan salah satu komoditas ekspor yang menjanjikan untuk pemasukkan
devisa negara, yang sementara ini pengadaannya terbatas pada kulit sapi, kerbau, domba dan kambing yang populasinya semakin menurun, sehingga sulit untuk memenuhi permintaan kulit yang selalu meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu
perlu dicari jenis ternak lainnya yang mempunyai potensi biologis tinggi sebagai penghasil kulit dengan pemeliharaan yang mudah dan murah. Ternak yang memenuhi
kriteria ini antara lain kelinci.
Potensi yang baru digali dari ternak kelinci sementara ini masih terfokus pada produksi daging yang sementara ini masih sulit pemasarannya, karena belum diterima oleh masyarakat luas. Oleh karena itu perlu dicari jenis kelinci yang tidak saja menghasilkan daging, tetapi juga kulitnya. Kelinci Rex merupakan jenis kelinci
yang mempunyai bulu yang halus, tebalnya seragam, memberikan kesan kemewahan
serta mempunyai harga jual yang tinggi, sehingga kelinci ini dapat berfungsi ganda
sebagai penghasil daging maupun kulit.
Untuk mendapatkan produksi kulit dengan kualitas yang baik, pemberian pakan merupakan salah satu kendala dalam pemeliharaan ternak kelinci, karena memerlukan biaya produksi yang terbesar, yaitu hampir 60 - 80 persen dari seluruh biaya produksi. Oleh karena itu setiap usaha peternakan akan selalu berusaha untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan atau dengan menekan biaya pakan,
"" /.I. :<..' y-n-. - ., jrfT .niii
.», j"j ' •j-riMit.' :!.» ?!'i '.,'
s ,. .!;, .-/.' :-'! j's ''
,i:
X< ,. ** • ;:•••;• ], .,i
H.-; •