PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP SWASTA HANG-TUAH I
BELAWAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Oleh :
Novita Sari Napitupulu NIM. 408 111 084
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Judul : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial di Kelas VII SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan Tahun Ajaran 2012/2013
Nama Mahasiswa : Novita Sari Napitupulu
NIM : 408111084
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika
Menyetujui :
Dosen Pembimbing Skripsi
Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd NIP. 19590807 198303 1 033
Mengetahui :
FMIPA UNIMED Jurusan Matematika
Dekan, Ketua,
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd
NIP. 19590805 198601 1 001 NIP. 19590807 198303 1 033
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Skripsi ini berudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Aritmatika Sosial di Kelas VII SMP Swasta Hang
Tuah-1 Belawan T.A 2012/2013”, disusun untuk melengkapi syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika Dan Ilmu
Pengetahuan Alam UNIMED.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak penyusunan
proposal, penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Bapak Drs.
W.L.Sihombing, M.Pd, dan Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian
sampai selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Prof. Dr. Pargaulan Siagian, M.Pd selaku Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingan dan saran-saran perkuliahan. Bapak Prof. Dr.
Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor UNIMED, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D
selaku Dekan FMIPA UNIMED, Bapak Prof. Dr. Mukhtar, M.Pd dan Bapak Drs.
Yasifati Hia, M.Si, selaku ketua jurusan dan sekretaris jurusan Matematika
FMIPA UNIMED serta Bapak Drs. Syafari, M.Pd, selaku ketua Prodi Pendidikan
Matematika FMIPA UNIMED dan seluruh Bapak, Ibu Dosen beserta Staf
Pegawai Jurusan Matematika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu Marni Nainggolan, S.Pd selaku
Kepala Sekolah SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan, Ibu Ernawati Siregar, S.Pd,
selaku guru bidang studi matematika SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan, guru,
tidak memungkinkan penulis menyebutkan satu persatu, terima kasih atas segala
arahan bantuan dan kerjasama yang diberikan kepada penulis.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ayahanda
M.Napitupulu dan Alm. Ibunda N.Hutagalung serta untuk abangda Albiner
Napitupulu, kakanda Erika Napitupulu, abangda Leo Napitupulu, abangda Casio
Napitupulu, adikku tersayang Mayli Napitupulu yang telah banyak memberi kasih
sayang, semangat, nasehat, doa, dan dana sehingga perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini dapat terlaksana dengan baik. Terima kasih juga buat teman-teman
seperjuangan DIK A’08 (Oci, Tami, Tuti, Rodly, Fakhrunisa, Gabe, Basaria, Elia,
Risna, Riny, Irma, Julina, Amos, Immanuel, dll) yang senantiasa memberikan
dukungan dan masukan kepada penulis. Ucapan terimakasih juga buat adek-adek
satu kos (Eva, Erna, Ica, Tien, Enzel, Lady, Esra, Lisa, Uli, Winda, dan Febri
yang senantiasa memberi semangat dan bantuan. Ucapan terima kasih terkhusus
kepada Arion Immanuel Sitorus yang senantiasa bersedia memberi motivasi,
bantuan dan doa kepada penulis dan seluruh pihak yang tidak bisa penulis tulis
namanya satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi
ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun
tata bahasa. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini
bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Februari 2013 Penulis,
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH
MATEMATIKA SISWA PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL DI KELAS VII SMP SWASTA HANG TUAH-1
BELAWAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Novita Sari Napitupulu (NIM : 408111084)
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan: (1) Mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, (2) Mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan aritmatika sosial dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian yaitu kelas VII9 SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan yang berjumlah 29 siswa. Objek penelitian adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika melalui model pembelajaran Problem Based Learning pada pokok bahasan Aritmatika Sosial di kelas VII SMP Hang Tuah-1 Belawan Tahun Pengajaran 20Tuah-12/20Tuah-13.
Penelitian ini terdiri dari dua siklus, dimana di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan pemecahan masalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika.
Data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah yang berbentuk uraian yakni tes awal sebanyak 4 soal, tes kemampuan pemecahan masalah I sebanyak 4 soal dan tes kemampuan pemecahan masalah II sebanyak 5 soal.
Berdasarkan hasil tes awal diketahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa rendah dengan nilai rata-rata kelas 62,76. Setelah pemberian tindakan pada siklus I, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah sedang dengan nilai rata-rata kelas 73,02 dengan 18 siswa atau 62,07% dari keseluruhan siswa telah masuk kategori minimal sedang. Selanjutnya, setelah pelaksanaan tindakan pada siklus II, tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah tinggi dengan nilai rata-rata kelas 82,07 dimana jumlah siswa yang telah masuk kategori minimal sedang sebanyak 26 orang atau 89,66 % dari seluruh siswa.
DAFTAR ISI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
2.1 Kerangka Teoritis 9
2.1.1 Pengertian Belajar 9
2.1.2 Belajar Matematika 10
2.1.3 Kesulitan Belajar Matematika 11
2.1.4 Masalah dalam Matematika 13
2.1.5 Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa 14
2.1.5.1 Langkah-langkah Menyelesaikan Masalah 18 2.1.6 Model Pembelajaran Problem Based Learning 18
2.1.6.1 Model Pembelajaran 18
2.1.6.2 Pengertian Problem Based Learning 20 2.1.6.3 Karakteristik Model Problem Based Learning 21 2.1.6.4 Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem
Based Learning 23
2.1.6.5 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based
Learning Dalam Pemecahan Masalah 23
2.1.6.6 Teori Belajar yang Mendukung Problem Based Learning 24 2.1.7 Materi Pokok Bahasan Aritmetika Sosial 27
2.2 Kerangka Konseptual 31
BAB III METODE PENELITIAN 33
3.1 Jenis Penelitian 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 33
3.3 Subjek dan Objek Penelitian 33
3.3.1 Subjek Penelitian 33
3.3.2 Objek Penelitian 33
3.4 Prosedur Penelitian 34
3.4.1 Siklus I 34
3.4.2 Siklus II 37
3.5 Instrumen dan Alat Pengumpulan Data 42
3.5.1 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 42
3.5.2 Observasi 44
3.6 Teknik Analisis Data 44
3.6.1 Reduksi Data 44
3.6.2 Paparan Data 47
3.6.3 Simpulan Data 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 48
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus I 48 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian pada Siklus II 61
4.2 Temuan Penelitian 75
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 81
5.1 Kesimpulan 81
5.2 Saran 82
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus I 54
Grafik 2. Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siklus I 55
Grafik 3. Persentase Tingkat Kamampun Pemecahan Masalah Matematika
Siklus I 55
Grafik 4. Persentase Tingkat Ketuntasan Siswa Siklus I 55
Grafik 5. Persentase Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Siklus II 68
Grafik 6. Diagram Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Siklus II 69
Grafik 7. Persentase Tingkat Kamampun Pemecahan Masalah Matematika
Siklus II 69
Grafik 9. Persentase Tingkat Ketuntasan Siswa Siklus II 69
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 85 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 102
Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Awal 123
Lampiran 4 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 124 Lampiran 5 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 125 Lampiran 6 Lembar Validasi Tes Kemampuan Awal 126 Lampiran 7 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 128 Lampiran 8 Lembar Validasi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 130
Lampiran 9 Tes Kemampuan Awal 132
Lampiran 10 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah I 133 Lampiran 11 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah II 134 Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal dan
Pedoman Penskoran Tes Awal 135
Lampiran 13 Alternatif Penyelesaian Tes KPM I dan
Pedoman Penskoran Tes KPM I 139
Lampiran 14 Alternatif Penyelesaian Tes KPM II dan
Pedoman Penskoran Tes KPM II 143
Lampiran 15 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I 148 Lampiran 16 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II 158
Lampiran 17 Pedoman Penskoran Tes Awal 173
Lampiran 18 Letak Kesulitan Siswa pada Tes Awal 174 Lampiran 19 Letak Kesulitan Siswa pada TKPM I 176 Lampiran 20 Letak Kesulitan Siswa pada TPM II 178 Lampiran 21 Lembar Observasi Guru Siklus I 180 Lampiran 22 Lembar Observasi Siswa Siklus I 184 Lampiran 23 Lembar Observasi Guru Siklus II 188 Lampiran 24 Lembar Observasi Siswa Siklus II 194 Lampiran 25 Skor Kemampuan Pemecahan Masalah Setiap Siklus 200
Lampiran 26 Analisis Hasil Tes Awal 201
Lampiran 27 Analisis Hasil TKPM Siklus I 203 Lampiran 28 Analisis Hasil TKPM Siklus II 205 Lampiran 29 Daftar Nama Anggota Kelompok Siklus I 207 Lampiran 30 Daftar Nama Anggota Kelompok Siklus II 208
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu
bangsa ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu sendiri. Pendidikan
bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis
sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus.
Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-buku, alat-alat
laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Matematika merupakan salah satu
bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Salah satunya
hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran matematika di sekolah lebih banyak
dibandingkan dengan jam pelajaran bidang studi lain.
Bidang studi matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada
semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Penguasaan terhadap bidang studi matematika merupakan suatu keharusan, sebab
matematika sebagai pintu masuk menguasai sains dan teknologi yang berkembang
pesat. Dengan belajar matematika orang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir secara matematis, logis, kritis dan kreatif yang sungguh dibutuhkan
dalam kehidupan. Oleh sebab itu matematika merupakan salah satu ilmu dasar
yang perlu diajarkan di sekolah karena kegunaannya yang luas pada aspek
kehidupan.
Hal tersebut didukung oleh pernyataan Cocrof (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan bahwa :
2
Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam berbagai ilmu pengetahuan, maka kualitas pembelajaran yang diberikan
oleh guru merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, pemilihan model dan
metode pembelajaran matematika yang tepat akan membuat metematika disukai
oleh siswa. Pembelajaran matematika yang dilakukan di sekolah selama ini
kurang memberi motivasi kepada siswa untuk terlibat langsung dalam
pembentukan pengetahuan matematika mereka. Siswa lebih tergantung pada guru
sehingga sikap ketergantungan inilah yang menjadi karakteristik seseorang secara
tidak sadar telah dibiarkan tumbuh dan berkembang melalui gaya pembelajaran
tersebut. Padahal yang diinginkan adalah siswa yang mandiri, mampu untuk
memunculkan ide dan gagasan yang kreatif serta mampu menghadapi tantangan
atau permasalahan yang sedang atau yang akan dihadapi.
Pentingnya matematika dapat juga dilihat dari tujuan pembelajaran
matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah pada
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 adalah :
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukan
kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi.
2. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi,
dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal,
rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba – coba.
3. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan,
catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan.
Namun dunia pendidikan matematika dihadapkan pada masalah rendahnya
hasil belajar matematika siswa pada setiap jenjang pendidikan. Seperti yang
diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) M Nuh
(http://edukasi.kompas.com/) bahwa : "Sebanyak 229 siswa tidak lulus mata
3
Dalam pelajaran matematika siswa banyak mengalami kesulitan dalam
mempelajarinya. Siswa kurang mampu memahami soal sehingga siswa kesulitan
dalam menentukan apa yang diketahui dan ditanya pada soal, siswa kesulitan
dalam membuat rencana penyelesaian soal-soal matematika sehingga siswa tidak
mampu menyelesaikan soal-soal berbentuk pemecahan masalah dan
menerjemahkan soal-soal kehidupan sehari-hari ke dalam model matematika, dan
siswa begitu sering tidak teliti dalam perhitungan. Hal ini didukung oleh hasil
wawancara dengan guru bidang studi matematika SMP Swasta Hang Tuah-1
Belawan menyatakan bahwa : “Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita aritmatika sosial”. Terutama pada saat siswa
mengerjakan soal penerapan seperti berikut : Seorang pedagang buah membeli 30
kg buah jeruk, 20 kg buah apel, dan 15 kg buah anggur dengan modal Rp
750.000. Berapa besar seluruh keuntungan pedagang jika Ia menjual 1 kg buah
jeruk dengan harga Rp 16.000, 1 kg buah apel dengan harga Rp 15.000, dan 1 kg
buah anggur dengan harga Rp 20.000?
Hal ini terjadi karena kemampuan pemecahan masalah mereka masih
rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika, tidak lepas dari
proses pembelajaran matematika. Polya (2009, dalam
http://madfirdaus.wordpress.com/2009/11/23/) mengartikan pemecahan masalah
sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu
tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai.
Dari hasil survei peneliti berupa pemberian tes awal pemecahan masalah
kepada siswa SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan di kelas VII, pada pokok
bahasan aritmatika sosial, dari 29 siswa yang mengikuti tes, diperoleh skor
rata-rata siswa 62,76. Diperoleh gambaran tingkat kemampuan siswa secara
penguasaan siswa yang telah memiliki kemampuan pemecahan masalah pada
tingkat kemampuan sangat tinggi terdapat 0 orang (0%) siswa, 1 orang (3,45%)
siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 8 orang (27,59%) siswa yang memiliki
kemampuan sedang, 9 orang (31,03%) siswa yang memiliki kemampuan rendah,
4
Selain itu, kembali dari hasil wawancara dengan guru bidang studi
matematika SMP Hang Tuah-1 Belawan (Ibu Erlinawati Siregar S.Pd)
menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan selama ini masih
berorientasi pada pola pembelajaran yang lebih banyak didominasi guru.
Keterlibatan siswa selama pembelajaran belum optimal sehingga berakibat pada
kemampuan pemecahan masalah siswa tidak optimal.
Dari beberapa uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
banyaknya siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal dikarenakan proses
pembelajaran yang kurang bermakna sehingga menyebabkan rendahnya
kemampuan siswa memecahkan masalah matematika.
Guru matematika memiliki tugas yakni berusaha memampukan siswa
memecahkan masalah sebab salah satu fokus pembelajaran matematika adalah
pemecahan masalah, sehingga kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap siswa
adalah standar minimal tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
yang terfleksi pada pembelajaran matematika dengan kebiasaan berpikir dan
bertindak memecahkan masalah.
Guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika yang merupakan
faktor penting dalam matematika. Slameto (2003:94) mengemukakan bahwa :
“Dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberikan
kebebasan kepada siswa, untuk dapat menyelidiki sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri. Hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa yang akan dikerjakannya, dan kepercayaan kepada diri sendiri, sehinggga siswa tidak selalu menngantungkan diri kepada orang lain”.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa melakukan bentuk
pemecahan masalah dalam kegiatan pembelajarannya. Seperti memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengadakan perbincangan yang ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, kesimpulan atau menyusun alternatif pemecahan atas
5
Salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh guru sebagai pembimbing
peserta didik adalah memilih model pembelajaran yang tepat. Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan kebosanan, kurang paham
terhadap materi yang diajarkan, dan akhirnya dapat menurunkan motivasi peserta
didik dalam belajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
berlatih memecahkan masalah adalah model pembelajaran berbasis masalah
(Problem Based Learning). Model Problem Based Learning adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan
konsep yang esensial dari materi pelajaran.
Hal ini didukung oleh Duch (dalam Riyanto, 2010:285) menyatakan
bahwa:
”Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang
menghadapkan peserta didik pada tantangan ’belajar untuk belajar’. Siswa
aktif bekerja sama di dalam kelompok untuk mencari solusi permasalahan dunia nyata. Permasalahan ini sebagai acuan bagi peserta didik untuk merumuskan, menganalisis, dan memecahkannya. Model Problem Based Learning dimaksudkan untuk mengembangkan siswa berpikir kritis, analitis, dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar”.
Dalam pembelajaran ini, peran guru adalah mengajukan permasalahan
nyata, memberikan dorongan, memotivasi, dan menyediakan bahan ajar, serta
menyediakan fasilitas yang diperlukan peserta didik untuk memecahkan masalah.
Selain itu, guru juga memberikan dukungan dalam upaya meningkatkan temuan
dan perkembangan intelektual peserta didik.
Pada pembelajaran problem based learning siswa dituntut untuk
melakukan pemecahan masalah-masalah yang disajikan dengan cara menggali
informasi sebanyak-banyaknya. Pengalaman ini sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang
bergantung pada bagaimana dia membelajarkan dirinya. Pada intinya
6
menggunakan masalah dunia nyata disajikan di awal pembelajaran. Kemudian
masalah tersebut diselidiki untuk diketahui solusi dari pemecahan masalah
tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak jelas bahwa pembelajaran
dengan model pembelajaran problem based learning dimulai dengan adanya
masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah
mereka ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah
tersebut. Dalam pembelajaran ini masalah yang dijadikan sebagai fokus
pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat
memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti
kerjasama dan interaksi dalam kelompok, di samping pengalaman belajar yang
berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang
percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, mengintrepretasi data,
membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.
Berdasarkan uruaian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
7
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diidentifikasi beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Pembelajaran matematika selama ini kurang relevan dengan tujuan dan
karakteristik pembelajaran matematika.
2. Kemampuan pemecahan masalah pada soal matematika yang dimiliki
siswa belum sesuai dengan yang diharapkan.
3. Siswa kurang mampu menerapkan konsep dalam pemecahan masalah
matematika.
4. Model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi dan belum
diterapkannya model pembelajaran Probem Based Learning dalam
pengajaran matematika khususnya pada pokok bahasan aritmatika sosial.
1.3. Batasan Masalah
Dengan adanya beberapa masalah dalam identifikasi masalah di atas, dan
dengan mengingat keterbatasan penulis, akan lebih baik jika dilakukan
pembatasan masalah supaya pembahasan lebih terarah. Penelitian akan
diorientasikan untuk membahas tentang penerapan model pembelajaran Prolem
Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan aritmatika sosial di kelas VII SMP Swasta
Hang Tuah-1 Belawan.
1.4. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah di atas, dirumuskan permasalahan adalah :
1. Apakah model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam menyelesaikan
soal aritmatika sosial?
2. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika pada pokok bahasan aritmatika sosial setelah diajar dengan
menerapkan model pembelajaran problem based learning di kelas VII
8
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui apakah dengan menerapkan model pembelajaran problem
based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
2. Mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada pokok bahasan aritmatika sosial dengan
menerapkan model pembelajaran problem based learning.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, melalui model pembelajaran PBL diharapkan siswa dapat
lebih aktif dalam menyelesaikan permasalahan matematika sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika.
2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk mengambil kebijakan
selanjutnya.
3. Sebagai bahan masukan bagi guru matematika SMP mengenai model
pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.
4. Sebagai bahan masukan kepada peneliti yang berminat untuk melakukan
penelitian sejenis.
5. Bagi orang tua sebagai informasi dan pengetahuan untuk membantu
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada anak.
6. Meningkatkan pengetahuan penulis dalam mengadakan penelitian ilmiah
81 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya pada pokok
bahasan aritmatika sosial di kelas VII SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan
dimana peningkatan diperoleh setelah siklus II dilaksanakan.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan
model pembelajaran PBL meningkat dilihat dari hasil pada siklus I dimana
ketuntasan klasikal kelas sebear 62,07% atau 18 siswa sudah memiliki tingkat
kemampuan pemecahan masalah minimal sedang dengan nilai rata-rata kelas
73,02 dan meningkat pada siklus II ketuntasan klasikal kelas menjadi 89,66%
atau 26 siswa sudah memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah
minimal sedang dengan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 82,07. Dengan
demikian dapat dikatakan kelas tersebut telah tuntas belajar, karena sudah
terdapat 80% siswa yang memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah
82 5.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran
sebagai berikut :
1) Kepada guru matematika khususnya guru bidang studi matematika SMP
Swasta Hang Tuah-1 Belawan hendaknya mulai menerapkan model yang
berpusat pada siswa, salah satunya penggunaan Problem Based Learning
dengan variasi media untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
2) Kepada siswa SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan disarankan lebih berani dan
aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika dan berani untuk
menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan
konsep itu.
3) Kepada Kepala SMP Swasta Hang Tuah-1 Belawan, agar dapat
mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan pendekatan yang relevan
dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa,
salah satunya pendekatan pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
4) Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat
dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran Problem