PENGARUH PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BUTA AKSARA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR WARGA BINAAN
DI LAPAS WANITA TANJUNG GUSTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
OLEH:
CUT WILDA LUBIS 109371006
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERTIVAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena atas penyertaan-Nya dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Buta Aksara Terhadap Motivasi Belajar Warga Binaan Di Lapas Wanita Di Tanjung Gusta Medan”.
Penulisan Skripsi ini adlah salah merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan UNIMED. Selama
dalam proses penyelesaian skripsi ini banyak kendala yang dihadapi penulis,
namun semuanya teratasi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis samapikan untaian terimakasih terkhusus kepada orang tua
tercinta Nurmala atas dukungan semangat serta dukungan moril mulai dari awal
perkuliahan sampai selesainya.
Pada akhirnya kata penulis sangat berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya terutama sebagai bahan masukkan bagi
berbagai pihak yang terkait dengan permasalahan yang diangkat menjadi judul
skripsi ini.
Medan, Agustus 2013
Penulis
Cut wilda Lubis
UCAPAN TERIMA KASIH
Berkat dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, pada kesempatan
ini dengan tulus dan rendah hati, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, Selaku Rektor Universitas
Negeri Medan.
2. Bapak Drs. Nasrun Nasution, M.Si selaku Dekan Fakutas Ilmu Pendidikan
3. Ibu Dra. Rosdiana, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi saya yang
telah banyak memberi bimbingan, saran, dan kritik, serta dorongan yang
sangat berharga dalam proses penyelesaian skripsi.
4. Ibu Dra. Rosdiana ,M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah
sekaligus sebagai dosen Pembibing Akademik saya.
5. Bapak Dr. Sudirman,SE,M.Pd selaku Seketaris Jurusan Pendidikan Luar
Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan, sekaligus dosen penguji saya.
6. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah atas pengajaran
dan bimbingannya dalam perkuliahan yang tidak leleah memberikan ilmu
dan pengetahuan yang luar biasa.
7. Kak Surya Selaku tata usaha Jurusan PLS yang telah banyak membantu
penulis terutama segala urusan surat menyurat.
8. Kepala Lembaga Pemasyarakatan yang bersedia memberikan izin untuk
meneliti di Lapas Wanita Tanjung Gusta Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belumlah sesempurna, untuk itu kritik
ini disebabkan keterbatasan yang ada pada penulis. Namun penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan pendidikan dan ilmu
pengtahuan terutama dalam bidang pendidikan luar sekolah.
Medan, Agustus 2013
Penulis,
ABSTRAK
Cut Wilda Lubis.
Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran Buta Aksara
Terhadap Motivasi Belajar Warga Binaan Di Lapas Wanita
Tanjung Gusta Medan.
Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. 2013.Masalah dalam penelitian ini adalah tutor tidak menggunakan metode yang bervariasi dan media yang sangat minim,dan kurang menguasai materi dalam melakukan kegiatan pembelajaran; kurangnya motivasi belajar warga binaan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk;(1) untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran buta aksara terhadap motivasi belajar warga binaan di Lapas wanita Tanjung Gusta Medan,(2) untuk mengetahui motivasi belajar warga binaan di Lapas wanita Tanjung Gusta Medan,(3) untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pembelajaran buta aksara terhadap motivasi belajar warga binaan di Lapas wanita Tanjung Gusta Medan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pelaksanaan pembelajaran dari Patricia King,Terence (1989:25)”bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran terdiri dari tutor, waega belajar,materi dan metode,sarana pembelajaran dan hasil pembelaaran”.Teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Staton (1987:20) “ bahwa motivasi belajar merupakan unsur yang paling efisien dalam belajar, karena seseorang hanya akan berhasil jika ia memiliki motivasi umtuk belajar.
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan klausal (sebab akibat). Sampel penelitian ini berjumlah 60 warga binaan di lapas wanita Tanjung Gusta Medan. Alat pengumpulan data menggunakan angket, Teknik analisis data menggunakan rumus Regresi Linier Serhana.
DAFTAR ISI
1.1. Kompenen-kompenen Pembelajaran ... 14
1.2. Pelaksanaan pembelajaran buta aksara ... 15
1.3. Tutor ... 15
1.4. Warga Belajar... ... 17
1.5. Materi Pembelajaran dan Waktu Pembelajaran... ... 18
1.6. Sarana/Prasarana Pembelajaran... .. 19
1.7. Hasil Belajar... ... 19
2. Pengertian Buta Aksara ... 20
2.1. Tujuan Pelaksanaan Pembelajaran………. .. 22
3. Konsep Motivasi Belajar ... . 23
3.1. Pengertian Motivasi Belajar……… .. 23
3.2. Faktor-Faktor Motivasi Belajar……….. ... 24
3.3. Upaya Meningatkan Motivasi Belajar……… .. 26
3.4. Ciri-ciri Motivasi……… ... 28
3.5. Fungsi Motivasi Belajar………. ... 28
B. Kerangka Konseptual ... 31
C. Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel ... 33
a. Populasi ... 33
b. Sampel ... 33
C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ... 34
1.Variabel Penelitian……….. 34
2.Definisi Operasional……… 34
D. Alat Pengumpulan Data ... 35
E. Teknik Analisis Data ... 40
F. Lokasi dan Waktu penelitian ... 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian………
B. Pengujian Persyaratan Analisis………
C. Analisis Data Penelitian………..
D. Pengujian Hipotesis………
E. Pembahasan Penelitian………..
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………
B. Saran………..
DAFTAR PUSTAKA...
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengetahuan. Di era globalisasi
seperti sekarang ini, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam
meningkatkan taraf hidup. Bahkan, sebuah penelitian di Amerika Serikat
menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan pada umumnya sangat bergantung pada
tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi
akan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik, sebaliknya seseorang dengan
pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang
baik.Pendidikan pun secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola pikir dan
perilaku seseorang. Setiap warga negara berhak atas kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh pengetahuan, kemampuan
dan keterampilan sekurang-kurangnya setara dengan pengetahuan,kemampuan
dan keterampilan tamatan pendidikan dasar.
Di era modern seperti sekarang ini, banyak kendala yang harus di hadapi
untuk dapat memperoleh pendidikan yang tinggi. Salah satu dari kendala itu
adalah besarnya biaya yang harus di keluarkan untuk mengayom pendidikan.
Banyak orang-orang yang berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan tetapi
mereka terpaksa menyurutkan keinginannya karena kekurangan biaya. Oleh
karena itu pemerintah mengadakan program pendidikan yang dapat membantu
masyarakat untuk mengecap pendidikan yang dilaksanakan melalui tiga jalur
Didalam pendidikan non formal atau disebut dengan pendidikan luar
sekolah mempunyai beberapa program didalamnya,salah satunya yaitu pendidikan
keaksaraan.Pendidikan keaksaraan merupakan bentuk layanan program
pendidikan nonformal yang ditujukan bagi komunitas khusus melalui proses
pembelajaran dan pelatihan dalam rangka pemberdayaan masyarakat agar
memiliki kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga mampu mencari
dan mengelola informasi serta memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari hari. Pendidikan keaksaraan juga bertujuan untuk mengatasi
masyarakat yang buta aksara, karena dalam kenyataannya masih banyak warga
Negara yang buta aksara.
Dan salah satu lembaga pemerintah yang mengadakan program buta
aksara adalah SKB (Sanggar Kegiatan Belajar), dan salah satunya adalah SKB
Medan, dalam penyelenggaraan program buta aksara SKB Medan bekerja sama
dengan Lembaga Pemasyarakat Tanjung Gusta Medan. Dilembaga Pemasyarakat
(Lapas) meruapakan tempat binaan orang – orang mengalami pemikiran–
pemikiran mengenai fungsi Pemasyarakatan tidak lagi sekedar penjeraan tetapi
juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga Binaan
Pemasyarakatan telah melahirkan suatu sistem pembinaan yang di namakan
dengan sistem Pemasyarakatan.
Pada tanggal 27 April 1964 dalam Konferensi Jawatan Kepenjaraan yang
dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Bandung dilakukan sebagai pengganti
kepenjaraan. Lembaga Pemasyarakatan dalam Konferensi ini dinyatakan sebagai
suatu sistem Pembinaan terhadap para pelanggar Hukum dan sebagai suatu
pulihnya kesatuan hubungan Warga Binaan Pemasyarakatan dengan masayarakat.
Dalam pengembangan selanjutnya, pelaksanaan sistem Pemasyarakatan yang
telah dilaksanakan sejak tahun 1964 semakin mantap dengan diundangkannya
Undang–Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Lembaga Pemasyarakatan.
Dengan Undang–Undang Pemasyarakatan ini maka makin kokoh usaha
-usaha dalam mewujutkan suatu sistem Pemasyarakatan. Sebagai tatanan mengenai
arah dan batas serta cara Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan
Pancasila yang dilaksanakan secara terpadu antara Pembina, yang dibina dan
masyarakat untuk meningkatkan kualitas-kualitas Warga Binaan Pemasyarakatan.
Agar WBP memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat
diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam
pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan
bertanggung jawab.
Dalam penyelenggaraan program ini, semua warga belajar diharapkan dapat
memperoleh pengetahuan dan menguasai keterampilan membaca, menulis,
berhitung (calistung) dan keterampilan fungsional lain yang bermanfaat bagi
warga belajar. Kemampuan calistung ini dapat dibuktikan dengan hasil
pelaksanaan evaluasi atau penilaian harian oleh tutor dan evaluasi akhir program.
Tes ini meliputi penilaian terhadap kemampuan dan penguasaan membaca,
menulis, dan berhitung. Program ini bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan dalam menguasai dan menggunakan keterampilan membaca,
menulis, berhitung, mengamati, dan menganalisis kehidupan sehari-hari dan
memanfaatkan potensi yang ada di lingkungannya, sehingga masyarakat dapat
dapat menggunakan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung untuk
memecahkan masalah kehidupan sehari-hari dan dapat mencari jalan dalam
mencari sumber-sumber pendapatan serta dapat senantiasa belajar dan
mempelajari kehidupan.
Pelaksanaan pembelajaran buta aksara merupakan seperangkat rencana yang
akan dilaksanakan dalam rangka memncapai tujuan. Kegiatan pembelajaran
tersebut agar berjalan dengan baik maka dapat diterapkan sesuai rencan yang telah
diteteapkan. Dimana pembelajaran buta aksara merupakan kemampuan untuk
menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan,
mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan
berbicara. Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan
pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat
mencapai tujuannya, dimana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang
mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam
masyarakat yang lebih luas.Pelaksanaan pembelajaran buta aksara bertujuan untuk
meningkatkan motivasi belajar,pembelajaran lebih menarik, dan warga belajar
dapat lebih lama mengingat pesan yang diterima,lebih termotivasi dalam belajar.
Dengan peningkatan kualitas belajar pada tingkat yang maksimal,warga belajar
lebih senang terhadap mengikuti pembelajaran buta aksara,dapat menambah
motivasi dan hasil belajarnya, menambah motivasi untuk berpikir dan belajar
sendiri dalam pembelajaran CALISTUNG.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua pelaksanaan
terlaksana dengan baik karena beberapa sebab dapat lihat di lokasi lembaga
digunakan secara maksimal dalam proses kegiatan pembelajaran. Banyak faktor
penyebab ketidakberhasilan dalam pelaksanaan tersebut antara lain manajemen
yang buruk dari pengelola,pembagian tugas para pelaksana yang tidak
jelas,Displin yang rendah, Motivasi warga binaan yang rendah, Kemampuan tutor
rendah, Tutor kurang bervariasi dalam gaya menguasai materi dan kurang
memperhatikan warga binaan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga
warga binaan kurang memperhatikan kegiatan pembelajaran tersebut. kurangnya
motivasi warga binaan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut, Sarana
dan Prasarana tidak memadai. Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan
tutor , bahwa proses penyampaian pesan pada lembaga pemasyarakatan dominan
hanya menggunakan metode konvensional (ceramah dan pemberian tugas),
bahkan media yang digunakan hanya papan tulis dan buku pedoman untuk bahan
ajar tersebut, Tetapi buku pedoman tersebut tidak dipergunakan.Tutor hanya
mengajarkan materi tentang huruf-huruf, angka-angka, kurang-kurang dan
tambah-tambah kemudian warga binaan memperhatikan sambil menulisnya
kembali.Tutor menyuruh kembali warga binaan mengejankan dan menjumlahkan
bahan materi yang ada di papan tulis tersebut, Dalam hal ini membuat warga
binaan merasa cepat merasa bosan. Untuk mengatasi rasa kebosanan tersebut,
warga binaan biasanya mengganggu warga belajar lainnya seperti ribut sehingga
mengakibatkan suasana belajar tidak nyaman dan tidak konsentrasi dalam belajar.
Warga belajar ada yang bercerita – cerita dengan warga binaan yang lain dan
mencari kesibukan lainnya yang tidak berhubungan dengan apa yang dipelajari,
dan ada juga warga binaan yang tidak memiliki minat dan bakat dalam memahami
Warga belajar hanya menginginkan sertifikasi, namun kenyataannya warga
belajar tidak tahu apa fungsi serifikasi tersebut dalam kebutuhan mereka karena
warga belajar belum memahami pelaksanaan pembelajaran buta aksara dalam
kehidupan mereka dalam mengikuti kegiatan pembelajaran buta aksara
tersebut.Dan sasarannya berusia 14 tahun keatas.
Seharunya tutor dalam menyampaikan bahan materi harus menguasai,
memiliki gaya yang bervariasi dan memperhatikan warga binaan dalam
melakukan kegiatan pembelajaran tersebut, sehingga warga binaan tidak
merasakan kebosanan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran . Kemudian warga
binaan merasakan pun memiliki keseriusan dan mendapatkan motivasi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, Sehingga tutor tersebut merasakan kesenangan
dalam melakukan kegiatan pembelajaran tersebut. Maka dalam melaksanakan
Pendidikan Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar (Pasal 6 UU No. 20 tahun 2003).
Berdasarkan hasil sensus kependudukan Sumatera Utara tahun 2010, persentase
penduduk 7-15 tahun yang belum/tidak sekolah sebesar 2,08 persen dan yang
tidak sekolah lagi sebesar 4,85 persen. Ukuran atau indikator untuk melihat
kualitas sumber daya manusia (SDM) terkait dengan pendidikan antara lain
pendidikan yang ditamatkan dan buta aksara.
Berdasarkan hasil (sensus 2010), persentase penduduk 5 tahun yang
berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 49,36 persen, dan penduduk
berusia 15 tahun ke atas sebesar 96,57 persen yang berarti dari setiap 100
penduduk usia 15 tahun ke atas ada 97 orang yang melek huruf. Penduduk
lainnya. Hasil pengamatan sensus Provinsi Sumatera Utara Sementara
Pelaksanaan pembelajaran buta aksara tersebut belum berhasil menurunkan
besarnya angka dimana penduduk usia 15 tahun ke atas sebesar 99,09 persen.
Penduduk usia 15 tahun ke atas perempuan (98,64 persen) lebih rendah
dibandingkan laki-laki (99,53 persen). Penduduk usia 15 tahun ke atas di daerah
perdesaan (100,00 persen) lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan (99,09
persen). Rendahnya penduduk usia 15 tahun ke atas disebabkan oleh rendahnya
buta aksara penduduk usia 45 tahun ke atas. Penduduk usia 45 tahun ke atas
sebesar 97,29 persen. Penduduk usia 45 tahun ke atas perempuan (95,81 persen)
lebih rendah dibandingkan laki-laki (98,77 persen), Sehingga sampai saat ini buta
aksara tetap saja masih tinggi. Pelaksanaan pembelajaran buta aksara juga sangat
terkait dengan kemiskinan,keterbelakangan,kebodohan, dan ketidakberdayaan
masyarakat. Sehingga permasalahan buta aksara ini tidak saja menjadi
permasalahan nasional tetapi sudah diangkat menjadi permasalahan internasional.
Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan pelaksanaan kegiatan buta
aksara,Maka perlu adanya evaluasi.Melalui evaluasi pelaksanaan diharapkan
dapaat diketahui berbagai informasi tentang prosess pelaksanaan dan hasil yang
akan dicapai.Dari permasalahan di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh pelaksanaan pembelajaran buta aksara terhadap motivasi belajar warga binaan di lapas wanita TG.GUSTA MEDAN”.
B. Indentifikasi Masalah
Dalam setiap penenelitian,permasalahan merupakan hal yang paling utama
dan dirigi cara bagaimana pemecahannya. Namun sebelumnya hal itu dilakukan,
Berdasarkan latarbelakang masalah di atas,maka penulis mengidentifikasi
masalah yang diteliti, sebagai berikut ;
1. Tutor kurang bervariasi dan kurang menguasai materi dalam melakukan
kegiatan pembelajaran
2. Kurangnya motivasi belajar warga binaan dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran buta aksara.
3. Warga binaan hanya menginginkan sertifikat sebagai tanda pengakuan
bahwa dia tidak buta aksara lagi sehingga program yang diharapkan tidak
sesuai dengan kenyataannya.
4. Warga binaan belum mehamami betapa pentingnya program buta aksara
dalam kehidupan mereka dalam mengikuti program buta aksara.
5. Kurangnya minat warga belajar dalam mengikuti kegiatan pembelajaran
buta aksara.
6. Kurangnya bakat warga binaan dalam menerima pembelajaran buta
aksara.
7. Warga binaan memiliki cita-cita(keinginan), namum warga binaan tidak
memahami manfaat memgikuti kegiatan buta aksara tersebut.
8. Kurangnya pengetahuan warga binaan tentang kegiatan buta aksara
tersebut sehingga minat warga binaan sangat sedikit.
C. Batasan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah di atas maka yang menjadi batasan
masalah dalam penelitian ini adalah :” Pengaruh Pelaksanaan Pembelajaran
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan batasan masalah,maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Seberapa baik pelaksanaan pembelajaran buta aksara terhadap motivasi
belajar warga binaan di Lapas wanita di Tanjung Gusta Medan ?
2. Seberapa besar motivasi belajar warga binaan dalam mengikuti
pembelajaran buta aksara di Lapas Tanjung Gusta Medan ?
3. Apakah terdapat pengaruh pelaksanaan pembelajaran buta aksara terhadap
motivasi belajar warga binaan di Lapas Wanita Tanjung Gusta Medan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan :
1. Untuk mengetahui gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran buta
aksara warga binaan di Lapas wanita Tanjung Gusta Medan.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar warga binaan dalam mengikuti
pelaksanaan pembelajaran buta aksara.
3. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pembelajaran buta aksara
terhadap motivasi belajar warga binaan di Lapas wanita Tanjung Gusta
Medan.
F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
a. Sebagai masukan bagi peneliti lain umumnya,dan bagi mahasiswa
Unimed khususnya,dalam menambah wawasan, pengetahuan, dan
pengalaman untuk membuat penulisan karya ilmiah di masa yang akan
b. Meningkatkan motivasi warga belajar untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
c. Membangun dan mewujudkan komitmen pemerintah untuk mewujudkan
gerakan nasional pendidikan melalui pendidikan keaksaraan.
2. Manfaat Teoristis
Sebagai bahan masukan bagi pengembangan wacana ilmu dan bahan
acuan rujukan bagi peneliti lain yang akan mengkaji untuk semakin
memaksimalkan upaya keberhasilan dalam pelaksanaan pembelejaran buta
56
56 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
buta aksara berpengaruh terhadap motivasi belajar warga binaan di lapas wanita
Tanjung Gusta Medan. Hal ini teruji dengan menggunakan regresi linier
sederhana diperoleh dari perhitungan dengan hasil diketahui persamaan
regresinya adalah Y 114,4 0,96X
. Artinya ada pengaruh pelaksanaan
pembelajaran buta aksara berpengaruh terhadap motivasi belajar warga binaan di
lapas wanita Tanjung Gusta Medan.
Koefisien korelasi pelaksanaan pembelajaran buta aksara berpengaruh
terhadap motivasi belajar warga binaan di lapas wanita Tanjung Gusta Medan.
sebesar R=0,681, artinya semakin baik pelaksanaan pembelajaran buta aksara
semakin baik pula motivasi belajar warga binaan di lapas wanita Tanjung Gusta
Medan.
Pelaksanaan pembelajaran buta aksara memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap motivasi belajar warga binaan di lapas wanita Tanjung Gusta Medan, hal
ini diketahui dari hasil perhitungan diperoleh nilai thitung > ttabel yaitu 39,15 >
1,671. Kontribusi pelaksanaan pembelajaran buta aksara terhadap motivasi belajar
warga binaan di lapas wanita Tanjung Gusta Medan sebesar = 68%, artinya
motivasi belajar warga binaan di lapas wanita Tanjung Gusta Medan (Y) sebesar
68% dipengaruhi oleh pelaksanaan pembelajaran buta aksara sedangkan sisanya
B. Saran-Saran
1. Bagi para warga binaan di lapas wanita disarankan untuk berpartisipasi
aktif dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan tidak ditemukan
lagi warga binaan yang tidak mampu membaca, menulis dan berhitung.
2. Bagi tutor disarankan harus membuat perencanaan pembelajaran sendiri,
seperti perangkat pembelajaran, silabus dan perencanaan, mempersiapkan
bahan ajar yang lengkap, serta sudah menguasai materi apa yang akan
diajarkan, seharusnya guru menggunakan media dalam dalam proses
belajar mengajar, agar pembelajaran tidak membosankan dan terkesan
monoton.
3. Bagi pengambil Kebijakan yaitu Kepala Lapas Tanjung Gusta dan HAM
serta Dinas Pendidikan disarankan untuk bekerjasama dan mendukung
terlaksananya pendidikan di Lapas Wanita Tanjung Gusta ini, agar
pendidikan di Lapas ini dapat berjalan baik dan berjalan sesuai dengan apa
yang diharapkan.
4. Bagi Pihak Lapas disarankan mampu memahami pentingnya pendidikan
bagi para narapidana dan memberikan pendidikan yang berkulitas bagi
mereka, lapas juga harus menambah sarana dan prasaran dan fasilitas
penunjang pendidikan. Seperti perpustakan lengkap dengan buku yang
mendidik, agar warga binaan dapat menambah ilmu tidak dari jam
pelajaran saja tapi juga dari perpustakan.
5. Bagi peneliti lain disarankan untuk mengkaji lebih dalam terutama dari
segi tenaga pendidik, bagaimana tenaga pendidik dalam penyampaian
seperti apa peran pihak Lapas dalam menjalankan pendidikan di Lapas
tersebut dan apa wujud nyata dari instansi yang terkait seperti Dinas
Pendidikan, Depkumham dalam keikutsertaan supaya pendidikan di Lapas
DAFTAR PUSTAKA
Abadulhak. 2000 .Membangun Motivasi Dalam Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung:Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi Revisi. Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta : Bima Ilmu.
Akhrurozi. 2009. Buta aksara dan Kesejahteraan Rakyat.Jakarta:Bima ilmu.
Blom. 2005 .Aspek-Aspek Intelektual.Jakarta.Rineka cipta.`
Brown.2001.Ciri-ciri Motivasi.Jakarta.Gramedia.
Dimyati dan Mudjiono. 1999 . Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.
Faisal. 1990 . Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi. Malang: Erlangga.
Fikri. 2010 . Buta Aksara, Empat Lawang Tinggi.Bandung: Usaha Nasional.
Hartono. 2010 . Apa Kabar Program Pemberantasan Buta aksara?. Bandung: Media Komputindo.
Hamzah. 2008 . Tujuan Pembelajaran. Jakarta: Gunung Mulia.
James Popham dan Eva L.Baker . 2005 .Jakarta: Gramedia
Kusnadi. 2001 .Penerapan Metode REFLECT Dalam Proses Pembelajaran Kelompok Belajar Keaksaraan Fungsional (Studi Kasus pada Dua
Kelompok Belajar).Bandung: Rineka Cipta.
Lunandi. 1993 . Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
King, Patricia. 1993 . Performance Planning & Appraisal, A How-To Book for Manager. New York: McGraw-Hill Book Company.
Lab. Prodi PLS FKIP UNIB. 2007 . Metode Pembelajaran Calistung pada
Program Pemberantasan Buta Aksara. Bengkulu : Lab. Prodi PLS
Mappa dan Basleman . 1994 . Belajar Orang Dewasa, Jakarta: Depdikbud.
Mariam. 1999 . Faktor –Faktor Determinan yang Mempengaruhi Performasi Pamong Belajar, Tenaga Lapangan Dikmas, Dalam Penentuan
Identifikasi Kebutuhan Belajar Pada Program Keaksaraan
Muhamad. 2007. Berantas Buta Aksara lewat Tutorial Terpadu. Semarang: Rineka Cipta.
Piaget Jean. 1990 . Teori Kognitif. Swiss: New York.
Roestiyah. 2001: 83 . Metode Demontrasi.Jakarta: Usaha Nasional.
Sumakdina. 2008 . Motivasi. Jakarta: Gramedia.
Sardiman. 2000 . Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafido Persada.
Sudjana. 2000 . Pendidikan Luar Sekolah, Wawasan, Sejarah Perkembangan,
Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung: Falah Production.
Sugema Dan Setyabudi.2002. Psikologi Belajar Orang Dewasa. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara RI.
Suwandi. 2007 . Pemberantasan Buta aksara. Semarang: Rineka Cipta.
Swisma. 2010 .Tingkatkan Pemberantasan Buta Aksara.Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana dan Ahmad. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Falah Production.
Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production.
Sudjana.2002:369.Metode Statistika.Bandung.Tarsito.
Suprijanto.2007.Pendidikan Orang Dewasa Dari Teori Hingga Aplikasi.Jakarta: Media Komputindo.
Syaiful. 2004:45. Pembelajaran. Jakarta. / (2000 : 54). Metode Demokrasi.
Jakarta : Rineka Cipta.
Saut.2000.Buta Aksara.Bandung: Departemen Pendidkan Nasional
Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif.Jakarta: Rineka Cipta.
Udin. 2004 : 242 . Metode Demonkrasi. Jakarta: Gramedia.
Riwayat Hidup
I. Latar Belakang Keluarga
a. Nama : Cut Wilda Lubis
b. Tempat Tanggal Lahir : Medan, 21 Mei 1990
c. Nama Ayah : Alm. Jupri Lubis
d. Pekerjaan : -
e. Nama Ibu : Nurmala
f. Pekerjaan : Wiraswasta
g. Alamat Orang Tua : Jl. Helvetia By Pass Gg. Aronta No.9
h. Anak ke : 2 dari 3 Bersaudara
II. Riwayat Pendidikan
a. SD : SD Negeri No. 066048 Medan
b. Alamat Sekolah : Jl. Helvetia By Pass
c. SMP : SMP Panca Budi Medan
d. Alamat Sekolah : Jln. Gatot Subroto Medan
e. SMA : SMAN I8 Medan