commit to user
ABSTRAK
Agustaf Didit Maryos S250908002, Partisipasi Masyarakat Dalam
Program PNPM Mandiri Perkotaan (Studi Kasus di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo) TESIS, Pembimbing I Prof. Dr. RB.
Soemanto, MA., Pembimbing II Drs. Y. Slamet, MSc., Ph.D., Program Studi Sosiologi, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan merupakan kelanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dirancang secara berbeda dengan basis atau modal dasar kemandirian masyarakat itu sendiri secara partisipatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk partisipasi, tingkat partisipasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan observasi langsung. Unit analisis adalah Kelompok BKM Amanah dalam program PNPM Mandiri di Desa Bakipandeyan Kabupaten Sukoharjo. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam program PNPM MP ini sebagian besar responden menginginkan pelaksanaan program diserahkan kepada Pemerintah Desa, BKM, dan Masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dilihat dari kehadiran, dalam berdiskusi, hal yang menyangkut fisik, dan dalam hal membayar sumbangan, ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam yaitu kekuasaan disalurkan melalui negoisasi antara pemegang kekuasaan dengan masyarakat dengan memikul tanggung jawab secara bersama-sama. Faktor-Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada umumnya usia antara 41-50 tahun. Jenis kelamin lebih banyak didominasi laki-laki. Tingkat pendidikan umumnya adalah SMA. Jenis pekerjaan kebanyakan sebagai wiraswasta. Pendapatan rata-rata sebesar 1 - 2,5 juta per bulan. Sedangkan lama bertempat tinggal umumnya lebih dari 10 tahun.
Kata Kunci : Partisipasi, PNPM MP
A. PENDAHULUAN
Program pengentasan kemiskinan merupakan program penyelesaian
rendahnya kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, dan
pemberdayaan masyarakat yang harus menjadi perhatian utama dalam
program-program pembangunan, dan menjadi tanggung jawab bersama antara
commit to user
Tingkat keterlibatan masyarakat mendapatkan poin penting sebagai
indikator capaian keberhasilan program (Soetrisno,1995). Tahap dan proses
yang dibangun merupakan siklus pembelajaran bagi masyarakat sekaligus
strategi pendorong munculnya partisipasi masyarakat dalam program.
Kontribusi masyarakat dapat dilihat dari pilihan peran mereka dalam berbagai
posisi, baik sebagai relawan masyarakat, terlibat dalam kegiatan siklus
ke-BKM-an (anggota Tim Review, Tim Pemetaan Swadaya, Tim Refleksi
Kemiskinan, Audit Internal maupun Tim Monev Partisipatif) dan terlibat aktif
sebagai anggota/pengurus KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat).
Keberadaan KSM sangat substansial dalam kelembagaan BKM selain
sebagai mitra lembaga, sekaligus milik masyarakat. Dalam struktur
pengorganisasian masyarakat, posisi KSM merupakan tiang sekaligus pondasi
utama berjalannya program PNPM Mandiri Perkotaan yang dimotori oleh
BKM. Tumbuh kembangnya KSM sejalan dengan desain dan pendekatan
program dalam memfasilitasi kegiatan kepada masyarakat dalam bidang
Lingkungan, Sosial dan Ekonomi (Kemenian Pekejaan Umum, 2010). Oleh
karenanya, penelitian dalam Tesis ini akan mendalami pemahaman tentang
partisipasi masyarakat dalam kegiatan Badan Keswadayaan Masyarakat
(BKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada program PNPM
Mandiri Perkotaan.
Menurut Theodorson (1969) bahwa partisipasi dapat diartikan sebagai
keikutsertaan seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu
kegiatan. Sedang dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa, partisipasi
merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk
mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau
profesinya sendiri (Aprilia dkk, 2014). Kemudian Beal (1964) menyatakan
bahwa partisipasi, khususnya partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau
karena tumbuh adanya rangsangan dari luar, merupakan gejala yang dapat
diindikasikan sebagai proses perubahan sosial yang eksogen (exogenous
commit to user
Menurut Oakley (1991) partisipasi dapat diinterpresentasikan ke
dalam tiga bentuk yaitu : (a) partisipasi sebagai suatu bentuk kontribusi,
berupa keterlibatan dan kontribusi lainnya masyarakat secara sukarela
terhadap program pembangunan. (b) partisipasi sebagai organisasi merupakan
sarana bagi masyarakat untuk melibatkan diri dalam pembangunan, (c)
partisipasi sebagai pemberdayaan adalah upaya mengembangkan ketrampilan
dan kemampuan masyarakat guna memutuskan keterlibatannya dalam
pembangunan (Remiswal, 2013).
Menurut Sherry Arstein dalam makalahnya yang berjudul ” A Ladder
of Citizen Participation” dalam Journal of the American Planning
Association (1969), mengemukakan delapan tangga atau tingkatan partisipasi.
Kedelapan tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Manipulation, 2. Therapy - Non Participation, 3. Informing4 Consultation
– Tokenisme, 5. Placation, 6. Partnership, 7. Delegated Power - Citizen
Power, 8. Citizen Control. (Arnstein, 1969)
B. METODE PENELITIAN
Berdasarkan judul dan rumusan masalah, penelitian yang penulis
angkat adalah penelitian dengan menggunakan metode kombinasi kuantitatif
kualitatif (Yin, 2002). Menurut Creswell, metode penelitian kombinasi akan
berguna bila metode kuantitatif atau metode kualitatif secara sendiri-sendiri
tidak cukup akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian, atau
dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara kombinasi akan
dapat memperoleh pemahaman yang paling baik bila dibandingkan dengan satu
metode (Sugiyono, 2013: 20).
Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, rekaman arsip,
wawancara, dan observasi langsung. Unit analisis adalah Kelompok BKM
Amanah. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan
sekunder. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling (Slamet,
2011). Analisa data hal ini penulis terbatas pada teknik pengolahan data,
commit to user
tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan
uraian dan penafsiran (Moleong, 2002). Di dalam pemeriksaan keabsahan data,
penulis menggunakan teknik secara trianggulasi. Dalam menganalisis data
peneliti menggunakan analisis dokumen dari jurnal yang berjudul ”A Ladder of
Citizen Participation” dalam Journal of the American Planning Association
(1969), Sherry Arstein yang mengemukakan delapan tangga atau tingkatan
partisipasi.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Sherry Arnstein
tentang tingkat partisipasi masyarakat dan teori struktural fungsionalisme dari
Talcot Parsons serta didukung beberapa hasil penelitian terdahulu (Raho,
2007).
Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat berpartisipasi dalam
bentuk menyumbangkan usulan/ gagasan atau ide sebanyak 16 orang atau 57,1
% dan mereka melakukan kegiatan kerelawanan tersebut dengan ikhlas
sepenuh hati untuk membantu masyarakat. Pada umumnya pelaksanaan
kegiatan program PNPM MP ini sebagian besar responden menginginkan
pelaksanaan diserahkan Pemerintah Desa dengan BKM dan Masyarakat
sebanyak 11 orang atau 39,2 %.
Hal ini relevan dengan pernyataan Margono Slamet (1985) bahwa
dalam ragam partisipasi masyarakat yang pertama, yaitu ikut memberikan
input, menerima imbalan atas input yang diberikan, serta ikut pula
memanfaatkan hasil pembangunan. Partisipasi ini dapat dilihat pada
keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan proyek-proyek padat karya untuk
perbaikan jalan atau saluran pengairan oleh masyarakat setempat.
Dalam hal ini juga relevan dengan pernyataan Takumansang (2013)
disarankan agar untuk meningkatkan partisipasi masyarakat miskin pada
PNPM Mandiri Perkotaan diperlukan peran stakeholder yang terkait terutama
commit to user
Hal ini akan membuat masyarakat lebih paham akan tujuan dan sasaran
program.
Berikut hasil dari tingkat partisipasi masyarakat:
a. Kehadiran dalam pertemuan mempunyai skor 152 sehingga mendapatkan
kategori Partnership atau tangga keenam.
b. Kegiatan dalam berdiskusi memperoleh skor 168 yang kemudian
dikategorikan dalam Partnership atau tangga keenam.
c. Kegiatan yang menyangkut fisik mendapatkan skor yang cukup tinggi yaitu
176 sehingga berbeda kategorina yaitu Delegated Power atau tangga
ketujuh.
d. Dalam hal membayar sumbangan memiliki skor 172, dengan demikian sama
dengan tingkat kehadiran dan berdiskusi yaitu masuk dalam kategori
Partnership atau tangga keenam. Sesudah semua variable diketahui
skornya, maka jumlah keseluruhan skor partisipasi masyarakat adalah 668.
Secara keseluruhan dalam melaksanakan program PNPM MP ini
termasuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam dalam tipologinya
Arnstein. Pada tingkat ini, kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara
pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama
memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Partnership dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang
terorganisir, pemimpinnya bertanggung jawab, namun masyarakat belum
mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya, serta adanya sumber
dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat karena
masih didukung oleh pemerintah dan relawan. Namun demikian masyarakat
benar-benar memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan
mampu mempengaruhi suatu perencanaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu adalah
usianya didominasi antara 30-50 tahun, yang artinya adalah masih dalam usia
commit to user
60,7%. Sedangkan dari segi pendidikan rata-rata responden berpendidikan
SMA yaitu sebesar 57,1%. Dari jenis pekerjaannya, mereka pada umumnya
adalah wiraswasta yaitu sebanyak 46,4%. Penghasilan yang didapat tiap
bulannya rata-rata responden adalah 1-2,5 juta per bulan, yaitu sekitar 64,2%.
Faktor yang terakhir adalah lamanya tinggal. Mereka pada umumnya sudah
menetap dan tinggal di daerah Bakipandeyan lebih dari 10 tahun yaitu sebesar
92,8%.
Hasil penelitian ini relevan dengan teori dari Slamet (1993) yaitu
bahwa:
a. Dilihat dari jenis kelaminnya sebagian besar adalah laki-laki yaitu 60,7%
maka partisipasi yang diberikan oleh seorang pria akan berbeda dengan
partisipasi yang diberikan oleh seorang wanita.
b. Usia sebagian besar dari responden didominasi antara 30-50 tahun, yang
artinya adalah masih dalam usia produktif. Dalam masyarakat terdapat
perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas. Dalam hal ini peran
golongan muda sudah banyak berpartisipasi.
c. Dari segi pendidikan rata-rata responden berpendidikan SMA yaitu sebesar
57,1%. Tingkat Pendidikan Faktor pendidikan mempengaruhi dalam
berpartisipasi karena dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh,
seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap
terhadap inovasi.
d. Penghasilan yang didapat tiap bulannya rata-rata responden adalah 1-2,5 juta
per bulan, yaitu sekitar 64,2%. Tingkat pendapatan ini mempengaruhi
kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. Dalam hal ini
masyarakat lebih banyak menyumbang ide, gagasan atau saran.
e. Dari jenis pekerjaannya, mereka pada umumnya adalah wiraswasta yaitu
sebanyak 46,4%. Jenis pekerjaan seseorang akan menentukan tingkat
penghasilan dan mempengaruhi waktu luang seseorang yang dapat
commit to user
Tahapan partisipasi masyarakat dalam Program PNPM Mandiri
Perkotaan Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo
adalah:
a. Tahap Perencanaan Partisipatif
1) Dari profil dan data kependudukan masyarakat Bakipandeyan ini
cukup beragam dan masih cukup banyak dari keluarga miskin.
2) Secara umum cakupan wilayah yang dibawahi BKM Amanah adalah
keseluruhan dari desa Bakipandeyan. Dari RT 01/RWI sampai
dengan RT 03/RWVI .
3) Program PNPM MP sudah sering disosialisasikan terhadap
masyarakat, baik BLM maupun Tridaya (ekonomi, lingkungan,
sosial) di tingkat desa-desa. Kemudian dilanjutkan tinjauan
partisipasi pada masyarakat, terus kami mengadakan Pemilu BKM
guna mencari relawan yang mau berpartisipasi dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat ini, selanjutnya mengadakan refleksi
kemiskinan, pemetaan swadaya, refleksi 3 tahun, dan melaksanakan
RWT setiap tahunnya.
b. Tahap Pelaksanaan Partisipatif
1) Dilihat dari unsur masyarakat sudah cukup variatif yaitu adanya
perwakilan dari Ketua RW, Ketua RT, Pemdes, PKK, Pengurus
RT, Relawan, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, BPD, Aktifis
Pemuda. Sedangkan dari unsur pekerjaannya, pengurus BKM
berasal dari Swasta, Wiraswasta, Guru, PNS, Pensiunan, Pemdes.
Masyarakat mengharapkan ada wakil dari Pemdes, karena
bisa mensinkronkan jadwal atau agenda kegiatan dengan yang ada
di lapangan dan melanjutkan program yang sudah ada.
2) Di Desa Bakipandeyan sudah menyelesaikan program-program
dengan baik, bahkan di tahun 2014 ini dana sudah terserap 80 %
tinggal sisanya tergantung masyarakat kapan akan memulai
commit to user
karena tergantung pencairan dana. Bulan Januari – Desember
2014 sudah mengajukan lebih dari 25 proposal sedangkan
realisasinya sudah mencapai 90 %.
c. Tahap Evaluasi Partisipatif
1) BKM sudah mengadakan review partisipatif terhadap
program-program yang dijalankan untuk menjaga transparansi dan
akuntabilitas. Pemeriksaan atau monitoring dan evaluasi dari pihak
yang ditunjuk, biasanya dari tingkat Kabupaten atau Kecamatan.
Mereka meninjau sejauh mana pelaksanaan program ini berjalan.
Selain itu secara berkala pihak fasilitator maupun konsultan juga
memeriksa rutin UPK BKM ini.
2) Dalam BKM ini kendalanya masih sulit mengikuti aturan-aturan
yang ada secara rinci dan disiplin, terkadang kesulitan dalam
pembuatan proposal, belum adanya kaderisasi, kerjasama dan
pengertian dari masyarakat yang dapat bantuan dari program BKM
kurang. Kendala lainnya karena masing-masing personel BKM
mempunyai kesibukan yang luar biasa karena latar belakang
pekerjaan dan unsur masyarakat yang disandangnya, sehingga
cukup mempengaruhi kinerja BKM .
d. Dalam Pemanfaaan Program PNPM MP
1) KSM Lingkungan mendapat bantuan pemasangan listrik, bantuan
rehab rumah atau RTLH, dan bantuan pembangunan jamban
keluarga, pengecoran jalan, pembuatan selokan dan lain-lain. KSM
Sosial mendapat pelatihan menjahit, bantuan gerobak bergulir,
pelatihan pembuatan sangkar burung, pendidikan dan pelatihan
menjahit. KSM Ekonomi menerima manfaat berupa pinjaman
commit to user
2) KSM lingkungan, sosial dan ekonomi sarannya adalah
mengharapkan agar program PNPM MP ini berjalan terus karena
sangat berguna bagi masyarakat.
Program PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Bakipandeyan ini menurut
peneliti dalam Talcot Parsons demi keberlangsungan hidup masyarakat sudah
menjalankan 4 fungsi yang disebut AGIL yakni:
aAdaptasi (adaptation): Dalam hal ini masyarakat Bakipandeyan sudah
dapat menyesuaikan Program PNPM Mandiri Perkoatan ini dengan baik
terbukti sudah berjalan dari tahun 2007 yang bernama P2KP sampai
sekarang.
b Pencapai tujuan (goal attainment): Tujuan umum PNPM telah ditetapkan
di Pedoman Umum PNPM yaitu meningkatnya kesejahteraan dan
kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.
c Integrasi (integration): Hal itu terbukti dari pelaksanaan kegiatan program
PNPM MP ini pada umumnya pelaksanaan dijalankan oleh Pemerintah Desa
dengan BKM dan Masyarakat serta stakeholder lainnya yang ikut terlibat di
dalamnya.
d Latensi (latency). Dalam hal ini latensi sudah terbentuk dilihat dari dilihat
dari semangat kerelawanan dan partisipasi anggota BKM yang sudah
memberikan dukungan, semangat baik secara personal atau kelembagaan.
Dan latensi dapat terbentuk karena manfaat yang sudah dirasakan oleh
masyarakat.
Adapun manfaat yang dirasakan oleh masyarakat lewat KSM
Lingkungan mendapat bantuan pemasangan listrik, mendapat bantuan rehab
rumah atau RTLH, dan ada yang mendapat bantuan pembangunan jamban
keluarga, pengecoran jalan, pembuatan selokan dan lain-lain. KSM Sosial
dapat pelatihan menjahit, bantuan gerobak bergulir, pelatihan pembuatan
commit to user
KSM Ekonomi secara umum menerima manfaat berupa pinjaman ekonomi
secara bergulir unuk tambahan modal usaha.
Dengan melihat manfaat yang sudah dirasakan pastinya akan menjadi
latensi bagi masyarakat dan memberikan perubahan sosial yang berarti.
Sehingga golongan masyarakat yang semula tidak berdaya tersebut dapat
menjadi masyarakat yang berdaya atau madani karena terus berkembang
menyesuaikan pembangunan masyarakat sekitarnya.
D. PENUTUP
Kesimpulan
1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM MP di Desa Bakipandeyan
pada umumnya berupa menyumbangkan usulan/ gagasan atau ide.
2. Di dalam pelaksanaan kegiatan program PNPM MP ini sebagian besar
masyarakat menginginkan pelaksanaannnya diserahkan Pemerintah Desa,
BKM, dan Masyarakat.
3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam PNPM MP dapat diketahui dari
kehadiran dalam pertemuan, kegiatan dalam berdiskusi, kegiatan yang
menyangkut fisik, dalam hal membayar sumbangan. Jumlah keseluruhan
skor adalah 668. Sehingga dalam program PNPM MP ini termasuk dalam
kategori Partnership atau tangga keenam dalam tipologinya Arnstein.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam PNPM MP
secara umum yaitu, sebagian besar dari masyarakat itu usianya didominasi
antara 30-50 tahun, yang artinya adalah masih dalam usia produktif. Dilihat
dari jenis kelaminnya sebagian besar adalah laki-laki yaitu 60,7%.
Sedangkan dari segi pendidikan rata-rata masyarakat berpendidikan SMA
yaitu sebesar 57,1%. Dari jenis pekerjaannya, mereka pada umumnya adalah
wiraswasta yaitu sebanyak 46,4%. Penghasilan yang didapat tiap bulannya
rata-rata responden adalah 1-2,5 juta per bulan, yaitu sekitar 64,2%. Faktor
yang terakhir adalah lamanya tinggal. Mereka pada umumnya sudah
menetap dan tinggal di daerah Bakipandeyan lebih dari 10 tahun yaitu
commit to user
4. Tahapan partisipasi masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan
Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah:
a. Tahap Perencanaan Partisipatif
b. Tahap Pelaksanaan Partisipatif
c. Tahap Evaluasi Partisipatif
d. Dalam Pemanfaaan Program PNPM MP
Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo semua
program sudah berjalan dengan baik.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini menggunakan analisa tingkatan
delapan tangga Shery Arsntein yang ternyata dapat digunakan dengan baik
untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam melaksanakan
program PNPM Mandiri Perkotaan ini.
2. Implikasi Metodologis
Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantiatif dan kualitatif
dengan purposive sampling ini yang dapat membawa implikasi bisa
digunakan dalam metode penelitian sejenis lainnya sehingga mendapakan
data yang saling melengkapi.
3. Implikasi Praktis
Secara paktis penelitian ini dapat mengetahui bentuk, tingkat, dan
faktor partisipasi masyarakat, serta tahapan partisipasi dengan baik secara
keseluruhan.
Saran-saran
1. Pelaksana Program
Dalam melaksanakan program PNPM MP masyarakat
mengharapkan adanya peran yang lebih dari pemerintah desa, selain yang
commit to user 2. Masyarakat
a. Diharapkan masyarakat nantinya dapat berpartisipasi secara mandiri tanpa
tergantung pada program pemerintah.
b. Tingkat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam melaksanakan
program PNPM MP ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga
keenam dalam tipologinya Arnstein. Sehingga perlu ditingkatkan
partisipasi masyarakat dalam memantau setiap tahapan perencanaan,
pelaksanaan, maupun evaluasinya agar mampu masuk dalam kategori
citizen control.
3. Pemerintah
a. Diharapkan pemerintah tetap melanjutkan program yang seperti ini karena
masyarakat merasakan langsung dampak maupun manfaat yang
dirasakannya.
b. BKM perlu adanya kaderisasi sehingga pemerintah perlu mendorong
adanya kaderisasi pengurus maupun anggotanya.
c. Pemerintah diharapkan dapat mensinkronisasi perencanaan dan sumber
daya waktu dari pembuat kebijakan pusat PNPM MP dengan masyarakat
sehingga semua yang berada di lapangan dapat menjalankannya dengan
baik.
4. Penelitian selanjutnya
Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengkaji topik ini dengan
teori dan metode yang berbeda karena banyak aspek-aspek yang menarik
untuk diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Aprillia Theresia, Krisna S. Andini, Prima G.P. Nugraha, dan Mardikanto T. 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung: CV. Alfabeta.
commit to user
Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan ( Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Bersama Membangun Kemandirian. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya.
Margono, S. 1985. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Dikjen Dikti
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rusda Karya.
Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern (Teori Fungsionalisme Stuktural). Jakarta: Prestasi Pustakaraya
Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Slamet, Y. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Slamet, Y. 2011. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Bandung: Alfabeta.
Takumansang, Sonny M. 2013. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Teling Bawah Kecamatan Wenang Manado. Manado: Sam Ratulangi University