commit to user
HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMK PGRI KARANGMALANG SRAGEN
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Kedokteran Keluarga dengan Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh:
DALIMIN NIM. S. 541102015
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2012
commit to user
HUBUNGAN PERSEPSI DAN SIKAP DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH DI SMK PGRI KARANGMALANG SRAGEN
TESIS
Disusun oleh:
DALIMIN NIM. S. 541102015
Telah disetujui Oleh Tim Pembimbing untuk dipertahankan
di depan Tim Penguji Tesis
Dewan Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda
tangan
Tanggal
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga Dengan Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Dr. Hari Wujoso, dr, Sp. F, MM NIP. 19621022 1995031001
commit to user
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, peneliti:
Nama : Dalimin
NIM : S. 541102015
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul ”Hubungan
Persepsi dan Sikap dengan Perilaku Seks Pranikah di SMK PGRI Karangmalang
Sragen” adalah benar karya peneliti. Hal-hal yang bukan karya peneliti di dalam
tesis tersebut telah diberi citasi dan ditunjuk dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan peneliti ini tidak benar,
maka peneliti bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan
gelar yang telah diperoleh dari tesis tersebut.
Surakarta, April 2012
Yang membuat pernyataan
Dalimin
commit to user MOTTO
Berpikir secara rasional tanpa dipengaruhi oleh emosi merupakan satu cara
menyelesaikan masalah yang paling berkesan.
(Safruddin)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.
(Qs. Al Insyirah, 6-7)
Jika kejahatan di balas kejahatan, maka itu adalah dendam, jika kebaikan di balas
kebaikan itu adalah perkara biasa.
Jika kebaikan dibalas kejahatan, itu adalah zalim, tapi jika kejahatan dibalas
kebaikan, itu adalah mulia atau terpuji.
(Francois dela Rochefaucald)
commit to user PERSEMBAHAN
Karya Tesis ini ku persembahkan kepada:
1. Allah SWT., yang selalu memberikan kekuatan
ketika aku lemah.
2. Ibu dan bapakku tercinta.
3. Istriku tersayang, Anik Hastuti
4. Anakku, Rifky, Wisnu, Mutiara dan Intan yang lucu
dan imut.
5. Almamaterku
commit to user KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan Rahmad dan
Hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan Tesis yang
berjudul “Hubungan Persepsi dan Sikap dengan Perilaku Seks Pranikah di SMK
PGRI Karangmalang Sragen”
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai
derajat Magister Kedokteran Keluarga dengan minat utama Pendidikan Profesi
Kesehatan.
Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan tesis ini, banyak
hambatan yang peneliti hadapi, namun ada beberapa pihak yang membantu
sehingga selesailah tesis ini. Untuk itu pada kesempatan ini, peneliti
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Ir. Ravik Karsidi, Ms., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberi dukungan untuk mengikuti program
pascasarjana ini.
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus , Ir. Ms., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk
kelancaran penyusunan tesis ini.
3. Dr. Hari Wujoso, dr, SpF,MM, selaku Ketua Program Studi Magister
Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan yang telah
memberikan ijin untuk kelancaran penyusunan tesis ini.
4. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr.PAK.,MM.,M.Kes., selaku pembimbing I yang
dengan sabar memberikan bimbingan dan petunjuk, dorongan kepada peneliti
dalam menyusun tesis ini hingga selesai.
5. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., selaku Pembimbing II yang dengan sabar
memberikan bimbingan dan petunjuk, dorongan kepada peneliti dalam
menyusun tesis ini hingga selesai.
6. Bapak/Ibu Dosen Pascasarjana Magister Kedokteran Keluarga yang telah
memberikan ilmu selama perkuliahan.
commit to user
7. Bapak dan Ibu seluruh staff RSUD Kabupaten Sragen yang ikut memotivasi
dalam menyelesaikan penyusunan tesis ini.
8. Kedua orang tuaku yang telah memberikan doa dan dukungan moril kepada
peneliti.
9. Kepala Sekolah dan bapak/ibu Guru SMK PGRI Karangmalang Sragen yang
turut membantu dan memberi dukungan kepada peneliti.
10. Siswa SMK PGRI Karangmalang Sragen.
11. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang turut membantu dan memberikan
dukungan dalam penyusunan tesis ini.
12. Semua pihak yang tidak sempat peneliti sebutkan satu persatu.
Demikian apa yang dapat peneliti sampaikan. Semoga tesis yang telah
tersusun ini dapat bermanfaat dan menjadi pertimbangan bagi semua pihak
dibidang pendidikan. Kepada Allah SWT, urusan manusia akan kembali. Sekian
dan terima kasih.
Surakarta, April 2012
Peneliti
Dalimin
commit to user DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii
Halaman Pengesahan Penguji Tesis... iii
Surat Pernyataan Peneliti ... iv
Motto ... v
1. Persepsi Remaja tentang Seks Pranikah... 8
2. Sikap Remaja terhadap Seks Pranikah... 11
3. Perilaku Seksual Pranikah... 12
B. Penelitian yang Relevan... 17
C. Kerangka Penelitian ... 19
D. Hipotesis... 21
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A. Jenis Penelitian... 22
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
C. Populasi dan Sampel ... 22
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 23
E. Instrumen Penelitian ... 24
commit to user
F. Teknik Pengumpulan Data ... 30
G. Teknik Analisis Data ... 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Deskripsi Data... 31
B. Uji Prasyarat... 33
C. Uji Hipotesis ... 34
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 36
E. Keterbatasan Penelitian... 41
BAB V PENUTUP... 42
A. Simpulan ... 42
B. Implikasi... 42
C. Saran-saran... 43
Daftar Pustaka ... 44
Lampiran
commit to user DAFTAR TABEL
Tabel 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 24
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Persepsi Remaja tentang Seks Pranikah ... 28
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Sikap terhadap Seks Pranikah... 29
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Perilaku Seks Pranikah ... 29
Tabel IV.1. Deskripsi Statistik Variabel Penelitian ... 31
Tabel IV.2. Distribusi Frekuensi Persepsi ... 32
Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Sikap... 32
Tabel IV.4. Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual pra nikah pada remaja 33 Tabel IV.5. Hasil Uji Distribusi Normal... 33
Tabel IV.6. Hubungan Persepsi dengan Perilaku Seks Pra Nikah ... 34
Tabel IV.7. Hubungan Sikap dengan Perilaku Seks Pra Nikah ... 35
Tabel IV.8. Hasil Uji Hipotesis ... 36
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
Lampiran 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 3. Data Penelitian
Lampiran 4. Hasil Penelitian
Lampiran 5. Surat-surat Penelitian
Lampiran 6. Foto Penelitian
commit to user ABSTRAK
Dalimin, 2012. Hubungan Persepsi dan Sikap dengan Perilaku Seks Pranikah di SMK PGRI Karangmalang Sragen. Tesis, Magister Kedokteran Keluarga, Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pascasarjana. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan: (1) Menganalisis hubungan persepsi remaja tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah. (2) Menganalisis hubungan sikap remaja tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah. (3) Menganalisis hubungan persepsi dan sikap remaja secara bersama-sama tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI Karangmalang Kabupaten Sragen mulai bulan Maret sampai April 2012. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi dan deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tingkat satu, dua, dan tiga. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen menggunakan uji Product Moment dan Alpha Chronbach. Analisis data pada penelitian menggunakan Spearman Rho test pada hipotesis satu dan dua dilanjutkan dengan Logistic Regression Test pada hipotesis tiga dengan tingkat signifikansi 5%.
Hasil: (1) Ada hubungan antara persepsi tentang seks pra nikah dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMK PGRI Karangmalang Sragen dengan nilai r= 0,355 dan p =0,000. (2) Ada hubungan antara sikap tentang seks pra nikah dengan perilaku seks pranikah para remaja di SMK PGRI Karangmalang Sragen dengan nilai r= 0,426 dan p =0,000 (3) Ada hubungan antara persepsi dan sikap tentang seks pra nikah secara bersama dengan perilaku seks pranikah pada remaja di SMK
PGRI Karangmalang Sragen dengan nilai R = 0,597 dan R2 = 0,356. Nilai ini
menunjukkan kontribusi persepsi dan sikap kepada perilaku seksual pranikah adalah sebesar 35,6%.
Simpulan: Ada hubungan persepsi dan sikap remaja secara bersama-sama tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah.
Kata kunci: persepsi, sikap, dan perilaku seks pra nikah
commit to user ABSTRACT
Dalimin, 2012. The Correlation of Perception and Attitude about Pre Sex Married with Behavior of Pre Sex Married at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen. Thesis, Medical Education Profession. Postgraduate Program. Sebelas Maret University of Surakarta.
Objective: to analysis of (1) Relation between perception about pre sex married with pre sexual behavior to marry at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen, (2) Relation between attitude about pre sex married with pre sexual behavior to marry at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen, (3) Relation between perception and attitude about sex pre sexual with pre sexual behavior married at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen.
Method: This research executed in SMK PGRI Karangmalang Sragen start March up to April 2012. Method applied in this research is correlation and description. Population of this research is storey student one, two, and three. Instrument applied is questionnaire. Examination of validity and reliability with Product Moment and Alpha Cronbach. Data analysis at research applies Spearman Rho test at hypothesis one and two continued with logistic regression test at hypothesis three with level of significant 5%.
Result: (1) There is relationship between perception about pre sex married with pre sexual behavior to marry at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen with r-value = 0,355 and p-value = 0,000. (2) There is relation between attitude about pre sex married with pre sexual behavior to marry at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen with r-value = 0,426 and p-value = 0,000. (3) There is relation between perception and attitude about sex pre sexual with pre sexual behavior married at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen with R-value
= 0,597 and R2= 0,356. This meaning that perception and attitude only give
contribution in behavior of pre sex married at adolescent 35,6%.
Conclusion: There is relation between perception and attitude about sex pre sexual with pre sexual behavior married at adolescent in SMK PGRI Karangmalang Sragen.
Keyword: perception, attitude, and behavior of pre sex married
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perilaku seks pranikah pada remaja saat ini sudah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan, baik dari pihak orang tua dan remaja itu sendiri. Bagi orang tua
yang mempunyai anak remaja sungguh khawatir kalau anaknya melakukan gaya
hidup bebas dan melakukan seks bebas, keadaan ini sungguh membuat miris
karena bangsa ini sudah krisis moral.
Bukti lainnya adalah terjadinya presentase remaja yang melakukan seks
bebas sebesar 32,7-52,7%. Pada tahun 1992, sebelum ada progam KRR
(Kesehatan Reproduksi Remaja), berdasarkan penelitian YKB di 12 kota besar
Indonesia ada 10-31%, dan tahun 2088, setelah 14 tahun KKR dihapuskan,
meningkat menjadi 62,7%. Data tahun 2008 ini adalah hasil survey KPA (Komisi
Nasional Lindungan Anak) di 33 propinsi di Indonesia. Berdasarkan SDKI 2007,
diperkirakan ada 42 juta remaja Indonesia yang berusia 10-19 tahun. Dengan
demikian, berdasarkan survey KPA 2008, sudah 26,23 juta remaja Indonesia
hidup dalam perilaku seks bebas. Fakta lain yang juga menyesakkan dada dari
survey KPA ini adalah 97% remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno,
93,7 % diantaranya pernah berciuman, melakukan stimulasi genital, dan oral sex.
(Joglosemar, 2011).
Menurut survey terakhir Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Pusat (BKKBN) pada 2008, 63% remaja di Indonesia usia sekolah SMP dan SMA
sudah melakukan hubungan seksual diluar nikah dan 21% diantaranya melakukan
commit to user
2
mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Penelitian
tahun 2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung,
Surabaya dan Makassar, masih 47% yang mengaku melakukan hubungan seks
sebelum nikah hingga akhirnya menjadi 63% pada tahun 2008. Sementrara hasil
baseline survey pengetahuan dan perilaku remaja kota Bandung oleh 25
mesangger Jawa Barat, sedikitnya 56% remaja Kota Bandung pada rentan usia
15-24 tahun sudah pernah melakukan hubungan seks di luar nikah. Hubungan seks
dilakukan dengan pacar, teman, dan pekerja seks komersial. Officer progam Mitra
Remaja (MCR) PKBI Kota Bandung 30% remaja yang melakukan konseling
mengaku sudah melakukan hubungan intim sebelum nikah dan juga mencatat
37.685 pelaku aborsi, 27% belum menikah.
Jumlah remaja yang melakukan konseling ke MCR PKBI, sedikitnya 30%
sudah melakukan hubungan intim di luar nikah dengan usia 15 sampai 19 tahun.
Hal ini tentu saja menjadi keprihatinan tersendiri, terlebih mereka generasi muda,
dan mereka yang berkonsultasi sebagian besar karena takut hamil setelah
berhubungan intim dengan pacar. Sedangkan perasaan bersalah setelah
berhubungan intim tak dipermasalahkan. Yang menjadi ketakutan adalah dampak
dari perilaku tersebut.
Namun jangan merasa lega karena proporsi remaja yang melakukan
hubungan seks pranikah “hanya” kurang dari 50%. Proporsi ini sangat mungkin
akan bertambah tinggi, karena ada perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat dan sistem-sistem. Bayangkan media seperti film, TV, majalah dan
internet yang memberi pesan mengenai seks pada remaja menyebabkan lambat
laun pola pikir remaja semakin bergeser kearah pemikiran kebarat-baratan dan
commit to user
3
Bronfenbrenner yaitu chronosystem. Chronosystem adalah dimensi waktu dari
lingkungan individu dan menekankan pada evolusi dari sistem-sistem sejalan
dengan pertambahan waktu. Perubahan ini juga terjadi pada sistem-sistem yang
lain, yaitu microsystem, mesosystem, dan exosistem. Perubahan-perubahan ini
menyebabkan remaja yang melakukan seks pranikah semakin banyak.
Mengingat banyaknya dampak negatif dari seks pranikah, perlu dilakukan
tindakan pencegahan. Langkah pertama dimulai dari orang tua. Orang tua
seharusnya dapat terbuka dan menjadi orang tua yang dapat ditanya oleh anak
mengenai seks. Hal ini harus dimulai sejak childhood, sehingga anak tidak kaget
saat memasuki masa remaja. Dan pada saat remaja, orang tua seharusnya tidak
melepas begitu saja dan memberikan usaha yang lebih besar untuk dapat mengerti
remaja. Hal ini bertujuan agar anak tidak merasa orang tua adalah musuhnya dan
dapat tetap terbuka.
Kemudian, perlu diberikan sex education di sekolah yang sejalan dengan
pemberian informasi ini dirumah. Walaupun banyak yang mengatakan bahwa
memberikan sex education ini tidak sepenuhnya efektif, namun WHO (World
Health Organitation) menemukan bahwa adanya informasi yang baik dan benar,
dapat menurunkan masalah kesehatan reproduksi pada remaja.
Namun rasanya masih sulit untuk membentengi para remaja hanya dengan
sex education ataupun moral education apabila media seksual masih terlalu
mudah diakses. Sehingga, tanggung jawab ini tidak hanya menjadi milik orang tua
dan sekolah, tetapi juga pemerintah. Sebelum permasalahan ini semakin menjadi
lebih besar, pemerintah seharusnya dapat bergerak cepat dengan menutup
akses-akses tersebut dan lebih memberikan fokus perhatian pada isu ini.
commit to user
4
Banyak pakar juga memberikan solusi terhadap permasalahan seks bebas
ini. Namun angka seks bebas terus melambung, sehingga solusi yang dilakukan
belum ada yang sampai menyentuh pada akar permasalahannya. Jika dicermati
setidaknya ada satu penyebab mendasar mengapa seks bebas semakin menjamur,
yaitu pemahaman yang tidak tepat tentang naluri seksual. Kebanyakan masyarakat
memahami bahwa naluri seks adalah sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Sekalipun seseorang belum matang dari sisi psikologis, seperti para remaja,
namun jika naluri seks ini sudah muncul maka wajiblah bagi mereka untuk
memenuhinya. Akibatnya mereka bisa memenuhi secara mastrubasi, onani atau
melampiaskan hasrat seksualnya pada pasangannya. Karena pemahaman ini pula
maka berbagai fasilitas dan sarana yang bisa membantu terpuaskan hasrat seksual
ini diberikan, baik melalui media cetak ataupun elektronik. Upaya untuk
memfasilitasi terpuaskan hasrat seksual ini berujung pada diperbolehkannya seks
bebas dengan cara yang aman (safe sex).
Ketakutan yang dirasakan ini merupakan penyesalan, tapi sayangnya
rata-rata mereka tak mempermasalahkan telah melakukan hubungan seks diluar nikah,
melaikan resah karena takut hamil. Tentu saja ini merupakan kondisi yang parah,
karena secara tidak langsung saat ini free sex merupakan sesuatu yang wajar.
Alasan remaja melakukan hubungan seks pranikah cukup klise, salah satunya
disebabkan situasi dan kondisi yang memungkinkan berhubungan intim
dilakukan. Padahal mereka mengaku hubungan seks tersebut tidak pernah
direncanakan sebelumnya. Faktor lainnya yang mendorong anak remaja
melakukan hubungan seks diluar nikah, diantaranya pengaruh liberalisme atau
pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan keluarga yang mendukung kearah
commit to user
5
mereka melakukan hungungan intim karena lingkungan, seperti hubungan
pertemanan yang melegalkan hubungan tersebut. Padahal dari hubungan seks di
luar nikah tersebut kemungkinan untuk menderita penyakit tertular. Sangat
disayangkan sepertinya ada penurunan nilai norma dan agama. Artinya, dulu
banyak remaja yang merasa berdosa melakukan hubungan seks di luar nikah yang
terang-terangan dilarang agama. Namun sekarang ini, pelaku tidak merasa
bersalah tapi lebih meresahkan dampak yang akan dirasakan kelak.
Sragen adalah salah satu kota di provinsi Jawa Tengah dan merupakan
kota pendidikan khususnya pendidikan menengah umum dan kejuruan, sesuai
survei awal yang didapat dari guru BP dan sebagian siswa menyatakan telah ada
teman mereka yang keluar karena hamil di luar nikah. Dari awal pengamatan
peneliti bahwasanya pada remaja SMK PGRI di Sragen sudah mempunyai teman
dekat atau pacar. Berdasarjan data dokumentasi Dinas Pendidikan Kabupaten
Sragen tahun 2011/2012 bahwa sebanyak 40 siswi telah droop out. Dan dilihat
dari angka siswa yang keluar sebelum dinyatakan lulus (Droup Out) cukup tinggi,
dan kebanyakan disebabkan karena hamil diluar nikah.
Persepsi remaja tentang seks pranikah dan resiko akibat seks pranikah
akan memberikan gambaran bagaimana kecenderungan individu dalam
memberikan reaksi atau respon yang berhubungan dengan video porno yang
diperankan mirip artis terhadap perilaku seks pranikah. Selanjutnya bila seseorang
mempunyai persepsi dan sikap positif atau negatif akan mencerminkan
pendapatnya atau keyakinannya terhadap perilaku seks bebas. Sehubungan dengan
latar belakang ini maka perlu diadakan penelitian tentang hubungan persepsi dan
sikap remaja tentang perilaku seks pranikah di lingkungan remaja khususnya
commit to user
6
Saat ini persepsi dan sikap remaja tentang seks pra nikah perlu
mendapatkan perhatian besar karena banyaknya pergaulan bebas dan
perkembangan teknologi yang bisa mengakibatkan remaja menganggap remeh
seks pra nikah. Banyak alasan, visi dan motivasi dibalik perilaku seks pranikah
yang dilakukan remaja. Salah satu faktor yang diduga turut mendorong adalah
persepsi dan sikap remaja terhadap masalah seks pranikah yang salah.
Berdasarkan data yang ada, ternyata banyak remaja yang melakukan seks
pranikah mulai dari ciuman sampai hubungan badan. Sementara ini pengaruh seks
pranikah sangat besar sekali dari mulai hamil diluar menikah lalu aborsi, dan
terjangkit penyakit menular seksual. Pertanyaan ini akan dijawab dengan
pertanyaan penelitian bahwa persepsi dan sikap remaja tentang seks pranikah
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan persepsi remaja tentang seks pranikah dengan perilaku
seks pranikah di SMK PGRI Karangmalang Sragen?
2. Apakah ada hubungan sikap remaja tentang sex pranikah dengan perilaku seks
pranikah di SMK PGRI Karangmalang Sragen?
3. Apakah ada hubungan antara persepsi dan sikap remaja tentang seks pranikah
dengan perilaku seks pranikah di SMK PGRI Karangmalang Sragen.
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu:
1. Tujuan Umum: menganalisis hubungan persepsi dan sikap dengan perilaku
seks pranikah dalam upaya pencegahan resiko akibat seks pranikah di
lingkungan sekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Menganalisis hubungan persepsi remaja tentang seks pranikah dengan
perilaku seks pranikah.
b. Menganalisis hubungan sikap remaja tentang seks pranikah dengan
perilaku seks pranikah.
c. Menganalisis hubungan persepsi dan sikap remaja secara bersama-sama
tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pelaksana
progam maupun penyusun kebijakan dalam upaya pencegahan
penanggulangan perilaku seks pranikah.
2. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan pada intuisi pendidikan dalam
mencegah perilaku seks pranikah para remaja yang masih sekolah.
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Persepsi Remaja tentang Seks Pranikah
Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan (Rahmat, 2005). Persepsi juga diartikan sebagai daya mengenal sesuatu
yang hadir dalam sifatnya yang konkrit jasmaniah, bukan yang sifatnya
batiniyah, seperti benda, barang, kualitas, atau perbedaan antara dua hal atau
lebih yang diperoleh melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan
setelah pancainderanya mendapat rangsang (Baihaqi, dkk, 2005).
Seks pranikah suatu bentuk perilaku mungkin pula menimbulkan
persepsi tertentu pada seseorang. Sarwono (2000) mengatakan bahwa perilaku
seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan
lawan jenis mulai dari perasaan tertarik sampai dengan tingkah laku
berkencan, bercumbu sampai bersenggama. Lebih lanjut, perilaku seksual
merupakan perilaku yang bersifat alami atau manusiawi karena setiap manusia
memiliki dorongan seksual dan hal tersebut normal jika dilakukan sesuai
dengan norma yang berlaku. Ditambahkan oleh Knox (dalam Aryani, 2005)
bahwa perilaku seksual tidak hanya sebagai peristiwa menyatunya alat
kelamin laki-laki dengan alat kelamin perempuan saja tetapi juga diartikan
sebagai komunikasi yang terjadi untuk berbagai macam alasan dan dalam
commit to user
9
konteks yang berbeda; sebelum menikah; selama menikah; diluar menikah;
dan setelah menikah, tergantung pada kualitas pernikahan. Lebih lanjut,
perilaku seksual merupakan salah satu media berkomunikasi yang terjadi
antara laki-laki dan perempuan sebagai manifestasi dari dorongan seksual.
Perilaku seksual dimulai dari perasaan tertarik sampai pada akhirnya keduanya
terlibat dalam hubungan seksual.
Sementara itu, Mutadin Z. (2002), mengatakan bahwa perilaku seksual
merupakan perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan
antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri, sedangkan perilaku seks
pranikah merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses
pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan
kepercayaan masing-masing individu.
Suatu tugas yang penting yang harus dijalani oleh setiap remaja ialah
mengembangkan pengetahuan sehingga memiliki kemampuan untuk
mengambil keputusan (Bobak, 2004). Pengambilan keputusan dalam hal ini
adalah masalah seksual pada remaja yang akan mempengaruhi persepsi remaja
tersebut (Bariroh, 2008). Persepsi remaja tentang perilaku seks pranikah
adalah suatu mental yang terjadi pada diri manusia yang ditunjukkan dengan
bagaimana melihat, mendengar, dan merasakan, meraba serta memberi
tanggapan tentang perilaku seksual pranikah (Hidayatul, 2008).
Persepsi remaja tentang seksual pranikah dipengaruhi oleh dua faktor
yaitu:
commit to user
10
a. Faktor internal yang dapat mempengaruhi persepsi remaja yang datangnya
dari diri remaja itu sendiri yaitu faktor usia, jenis kelamin, tingkat
pengetahuan yang dimiliki remaja itu sendiri baik pengetahuan umum
maupun pengetahuan tentang seksual, pengalamna, kepribadian serta
pekerjaan (Astini, 2009)
b. Faktor eksternal adalah datangnya dari luar diri remaja itu sendiri berupa
agama, lingkungan tempat tinggal baik lingkungan keluarga maupun
diluar keluarga, budaya yang dianut, faktor sosial ekonomi serta faktor
yang mereka dapatkan (Arida, 2005)
Dari beberapa penelitian remaja masih menganggap bahwa perempuan
tidak akan hamil hanya dengan sekali melakukan hubungan seks, kesalahan
persepsi ini sebagian besar oleh remaja laki-laki. Dari penelitian yang lain
juga didapatkan bahwa remaja yang menyadari peningkatan risiko untuk
tertular PMS (Penyakit Menular Seksual) yang memiliki pasangan seksual
lebih dari satu sangat rendah, dan mereka juga mengira bisa tertular HIV bila
berhubungan seks dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) (Yudhim, 2009).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa indikator persepsi remaja
tentang seks pranikah adalah pandangan subjek tentang seks pranikah dan
resiko yang terjadi akibat seks pranikah. Persepsi negatif jika tanggapan
responden bahwa seks pranikah boleh dilakukan dan tidak melanggar ajaran
agama dan norma. Persepsi yang positif jika tanggapannya bahwa seks
pranikah itu hal yang buruk dan melanggar ajaran agama dan norma.
commit to user
11
2. Sikap Remaja terhadap Seks Pranikah
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat
langsung dilihat, tetapi hanya dapat difafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak
dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sikap
adalah kecenderungan berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam menghadapi
objek, ide, situasi atau nilai, sikap bukan perilaku tetapi merupakan
kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek
sikap (Rahmat, 2000).
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sikap
adalah kecenderungan individu untuk bertindak dan memerlukan proses
penyesuaian. Respon akan timbul jika individu dihadapkan pada suatu
situmulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual. Respon edukatif
memberi keyakinan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk,
positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak
suka kemudian mengkristalkan sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap.
Sikap terhadap seks pranikah adalah bagaimana pandangan individu
tersebut seks pranikah, pandangan seseorang terhadap seks pranikah akan
memberikan gambaran bagamana kecenderungan individu dalam memberikan
suatu respon yang berhubungan dengan aktifitas seks pranikah. Sikap yang
harus diambil adalah mengetahui pengetahuan yang baik tentang seks,
sehingga akan tahu bahaya melakukan seks pranikah.
commit to user
12
Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan seks pranikah
adalah faktor individu dan lingkungan, dan kurangnya pemahaman agama.
Faktor yang paling dominan adalah faktor dari pengaruh dari media yang
menyuguhkan adegan-adegan yang membuat remaja berfikir untuk melakukan
hubungan seks pranikah. Contohnya video porno yang mudah didapat dari
mana saja. Dan yang sangat menakutkan dari perilaku seks bebas dapat
terkena penyakit yang menyebabkan kesehatan terganggu.
Adapun indikator sikap remaja terhadap seks pranikah adalah
pernyataan setuju atau tidak setuju tentang seks pranikah terhadap larangan
agama dan moral. Sikap negatif jika responden setuju dengan seks pranikah.
Sikap positif jika responden tidak setuju dengan seks pranikah.
3. Perilaku Seksual Pranikah
Menurut Sarwono (2006) perilaku seksual adalah segala tingkah laku
yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun
dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam,
mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Objek seksualnya dapat berupa orang lain, orang dalam
khayalan atau diri sendiri. Perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan
pasangan adalah masturbasi. Hubungan seksual pranikah juga diartikan
sebagai hubungan seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik
hubungan seksual yang penetratif (penis dimasukkan ke vagina) maupun yang
non penetratif (penis tidak dimasukkan ke vagina) Indriyani, 2007).
commit to user
13
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah adalah
sebagai berikut:
a. Faktor Internal
Terjadinya perubahan-perubahan hormonal seperti peningkatan
hormon tertoreron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan, padat
meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja (Kompas, 2004).
Peningkatan hasrat ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkat
laku (Ginting, 2008).
b. Faktor Eksternal
Pengaruh bebas tanpa kendala orang tua yang menyebabkan remaja
merasa bebas untuk melakukan apa saja (Astini, 2009). Perkembangan
teknologi media komunikasi yang semakin canggih, memungkinkan
remaja untuk dapat mengakses informasi apa saja termasuk hal-hal negatif
(Kompas, 2004). Kurangnya pengetahuan remaja tentang seksual (Astini,
2009). Seksualitas dianggap masih tabu untuk dibicarakan bagi kalangan
orang tua kepada anaknya, sehingga remaja mencari informasi dari tempat
lain, misalnya dari VCD ataupun buku-buku yang dikategorikan porno,
termasuk berbagai tayangan televisi yang semakin vulgar dan juga
teman-teman yang tidak memiliki pemahaman yang benar tentang seksual
(Kompas, 2004)
Sementara itu, bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah pada remaja
adalah sebagai berikut:
commit to user
14
a. Berpegangan tangan
Perilaku seksual ini biasanya dapat menimbulkan keinginan untuk
mencoba aktivitas seksual lainnya, sehingga kepuasan seksual lainnya
tercapai (Irawati, 1999)
b. Berpelukan
Perilaku seksual berpelukan akan membuat jantung berdegup lebih cepat
dan menimbulkan rangsangan seksual pada individu (Irawati, 1999).
c. Cium kering
Perilaku seksual cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi danpipi
dengan bibir (Ginting, 2008). Dampak dari cium pipi bisa mengakibatkan
imajinasi dan fantasi seksual menjadi berkembang disamping juga dapat
menimbulkan keinginan untuk melanjutkan ke bentuk aktifitas seksual
lainnya yang lebih dapat dinikmati (Irawati, 1999)
d. Cium basah
Aktifitas cium basah berupa sentuhan bibir dengan bibir (Irawati, 1999).
Dampak dari cium bibir dapat menimbulkan sensasi seksual yang kuat dan
menimbulkan dorongan seksual hingga tidak terkendali dan apabila
dilakukan terus menerus akan menimbulkan perasaan ingin
mengulanginya lagi (Ginting, 2008).
e. Meraba bagian tubuh yang sensitif
Merupakan suatu kegiatan meraba atau memegang bagian tubuh yang
sensitif seperti payudara, vagina, dan penis (Ginting, 2008). Dampak dari
tersentuhnya bagian yang paling sensitif tersebut akan menimbulkan
rangsangan seksual sehingga melemahkan kontrol diri dan akal sehat,
commit to user
15
akibatnya bisa melakukan aktifitas seksual selanjutnya seperti intercourse
(Irawati, 1999).
f. Petting
Merupakan keseluruhan aktifitas seksual non intercourse (hingga
menempelkan alat kelamin), dampak dari petting yaitu timbulnya
ketagihan (Ginting, 2008).
g. Oral seks
Oral seksual pada laki-laki adalah ketika seseorang menggunakan bibir,
mulut dan lidahnya pada penis dan sekitarnya, sedangkan pada wanita
melibatkan bagian sekitar vulva yaitu labia, klitoris, dan bagian dalam
vagina (Ginting, 2008).
h. Intercourse atau bersenggama
Merupakan aktifitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke
dalam alat kelamin perempuan, dampak dari hubungan seksual pranikah
adalah perasaan bersalah, dan berdosa terutama pada saat pertama kali,
ketagihan, kehamilan sehingga terpaksa menikah dan aborsi, kematian dan
kemandual akibat aborsi, resiko terkena penyakit seksual menular atau
HIV, sanksi sosial, agama serta norma, hilangnya keperawanan dan
perpajakaan, merusak masa depan (terpaksa drop out sekolah) (Ginting,
1999)
Sarwono (2003), mengemukakan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku seks pranikah adalah sebagai berikut:
commit to user
16
a. Perubahan hormonal, yaitu terjadinya perubahan seperti peningkatan
hormon testoreron pada laki-laki dan estrogen pada perempuan, dapat
menimbulkan hasrat (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat
seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu.
b. Penundaan usia perkawinan
Merupakan penyaluran hasrat seksual yang tidak dapat segera dilakukan
karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena
adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia
minimal (sedikitnya 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki).
c. Norma-norma di masyarakat
Norma-norma agama tetap yang berlaku dimana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seks sebelum menikah, bahkan larangannya
berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman
dan masturbasi. Remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat
kecenderungan untuk melanggar saja larangan-larangan tersebut. Norma
budaya dalam perilaku seksual pranikah adalah tidak melakukan hubungan
seks sebelum menikah.
d. Penyebaran informasi melalui media massa
Merupakan kecenderungan pelanggaran semakin meningkat oleh karena
adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media
massa dengan adanya teknologi canggih (video cassete, foto copy, satelite
palapa, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang sedang
commit to user
17
dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat
atau didengarnya dari media massa, khususnya karena mereka pada
umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari
orang tuanya.
e. Tabu-larangan
Orang tua sendiri baik karena ketidaktahuannya maupun karena sikapnya
yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak, tidak
terbuka terhadap anak sehingga cenderung membuat jarak dengan anak
dalam masalah seksual.
f. Pergaulan yang makin bebas
Adanya kecenderungan pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan
perempuan dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan
pendidikan wanita sehingga kedudukan perempuan makin sejajar dengan
laki-laki.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka faktor-faktor yang dijadikan
indikator perilaku seksual pranikah adalah oernyatan subjek tentang kebiasaan
seks pranikah, tingkat prilaku seks pranikah dan umur mulai melakukan seks
pranikah.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
Beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian yang dilakukan peneliti
adalah sebagai berikut:
1. Wahyuningsih (2004), meneliti dengan judul “Hubungan antara persepsi
remaja terhadap seksualitas dalam media massa dan perilaku seksual pada
commit to user
18
siswa SMUN 1 Purwokerto Kabupaten Banyumas.” Hasilnya persepsi remaja
terhadap seksualitas dalam media massa berhubungna dengan perilaku
seksualnya, dan faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja
adalah sikap remaja. Penelitian ini berbeda dengan penelitian di atas yang
membahas tentang seksualitas alam media masa, sedangkan dalam penelitian
ini menitikberatkan pada perseisp dan sikap dalam menghadapi perilaku seks
pra nikah.
2. L’Engle, et al. (2006) meneliti dengan judul “The mass media are an imprtant
context for adolescents’ sexual behavior”. Penelitian ini menggunakan
rancangan cross sectional dengan jumlah sampel 1011 remaja kulit hitam dan
putih pada 14 sekolah menengah di bagian Tenggara Amerika Serikat.
Hasilnya menunjukkan bahwa remaja yang lebih mengekspos isi seksual dari
media dan remaja yang mendapat dukungan lebih dari media memiliki
kecenderungan untuk berperilaku seksual lebih cepat dan lebih aktif dalam
aktivitas seksual. Penelitian di atas merupakan penelitian deskriptif sedangkan
penelitian ini merupakan penelitian asosiatif.
3. Asi, (2006) meneliti dengan judul “Persepsi Remaja Putri tentang Seks
Pranikah di Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang Kota Semarang”.
Undergraduate thesis, Diponegoro University. Hasilnya remaja putri memiliki
persepsi bahwa seks pranikah merupakan sesuatu yang tidak pantas dilakukan
sebelum adanya ikatan pernikahan, tapi dalam fenomena yang ada di
lingkungan seks pranikah adalah sesuatu yang biasa terjadi. Perbedaan
penelitian dengan yang dilakukan peneliti adalah variabel individu mengenai
commit to user
19
persepsi dan sikap remaja tentang seks pranikah serta rancangan penelitian
dan lokasi penelitian.
C. Kerangka Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terkait
Variabel Pengganggu
‐ Status Demografi
‐ Kebiasaan menonton
Video seks
‐ Norma keluarga
‐ Norma masyarakat
Perilaku seks pranikah pada remaja ‐ Persepsi tentang
seks pranikah ‐ Sikap terhadap
seks pranikah
Keterangan :
= diteliti
= tidak diteliti
Perilaku seks pranikah pada remaja saat ini sudah mencapai tingkat yang
mengkhawatirkan, baik dari pihak orang tua dan remaja itu sendiri. Bagi orang tua
yang mempunyai anak remaja sungguh khawatir kalau anaknya melakukan gaya
hidup bebas dan melakukan seks bebas, keadaan ini sungguh membuat miris
karena bangsa ini sudah krisis moral.
commit to user
20
Mengingat banyaknya dampak negatif dari seks pranikah, perlu dilakukan
tindakan pencegahan. Langkah pertama dimulai dari orang tua. Orang tua
seharusnya dapat terbuka dan menjadi orang tua yang dapat ditanya oleh anak
mengenai seks. Hal ini harus dimulai sejak childhood, sehingga anak tidak kaget
saat memasuki masa remaja. Dan pada saat remaja, orang tua seharusnya tidak
melepas begitu saja dan memberikan usaha yang lebih besar untuk dapat mengerti
remaja. Hal ini bertujuan agar anak tidak merasa orang tua adalah musuhnya dan
dapat tetap terbuka.
Persepsi remaja tentang seks pranikah adalah pandangan subjek tentang
seks pranikah dan resiko yang terjadi akibat seks pranikah. Persepsi negatif jika
tanggapan responden bahwa seks pranikah boleh dilakukan dan tidak melanggar
ajaran agama dan norma. Persepsi yang positif jika tanggapannya bahwa seks
pranikah itu hal yang buruk dan melanggar ajaran agama dan norma.
Sementara itu sikap terhadap seks pranikah adalah kecenderungan individu
untuk bertindak dan memerlukan proses penyesuaian. Respon akan timbul jika
individu dihadapkan pada suatu situmulus yang menghendaki timbulnya reaksi
individual. Respon edukatif memberi keyakinan nilai terhadap stimulus dalam
bentuk baik atau buruk, positif atau negatif, menyenangkan atau tidak
menyenangkan, suka atau tidak suka kemudian mengkristalkan sebagai potensi
reaksi terhadap objek sikap.
Sementara itu, perilaku seks pranikah para remaja mempunyai variabel
pengganggu berupa kebiasaan menonton video seks dan bentuk keluarga. Variabel
pengganggu ini dapat memberikan dampak terhadap perilaku seks pranikah pada
commit to user
21
remaja. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk
tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik sampai
tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya dapat
berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. Perilaku seks yang
muncul tanpa melibatkan pasangan adalah masturbasi. Hubungan seksual
pranikah juga diartikan sebagai hubungan seksual sebelum adanya ikatan
perkawinan yang sah, baik hubungan seksual yang penetratif (penis dimasukkan
ke vagina) maupun yang non penetratif (penis tidak dimasukkan ke vagina)
D. Hipotesis
Hipitesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan persepsi remaja tentang seks pranikah dengan perilaku seks
pranikah.
2. Ada hubungan sikap remaja tentang seks pranikah dengan perilaku seks
pranikah.
3. Ada hubungan persepsi dan sikap remaja secara bersama-sama tentang seks
pranikah dengan perilaku seks pranikah.
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observational dengan rancangan
penelitian cross sectional.
B. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI Karangmalang Sragen Jawa
Tengah Indonesia secara geografis terletak antara perbatasan provinsi Jawa
Tengah dan Jawa Timur. Waktu penelitian ini adalah bulan Maret sampai Juli
2012.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitan ini adalah siswa SMK PGRI Karangmalang
Sragen adalah semua yang mengikuti pendidikan kelas satu sampai kelas tiga.
Sampel adalah siswa SMK PGRI Karangmalang Sragen kelas satu sampai kelas
tiga jumlah siswa keseluruhan ada 694 orang. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan metode stratified random sampling dengan
pengambilan sampel sebagai berikut:
Tabel 3.1
Penentuan Jumlah Sampel
Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel
Kelas I 220 33
Kelas II 230 33
Kelas III 244 34
Jumlah 694 100
Berdasarkan tabel di atas maka jumlah sampel sebanyak 100 orang siswa.
commit to user
23
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
a. Variabel terikat/dependent variabel adalah perilaku seks pranikah pada
remaja.
b. Variabel bebas/independent variabel adalah persepsi dan sikap remaja
tentang seks pranikah.
c. Variabel pengganggu/confouding variabel adalah status demografi yaitu;
kebiasaan menonton video porno dan bentuk keluarga.
2. Definisi Operational
Tabel 1. Definisi Operational Variabel Penelitian
No Nama
Variabel Definisi Operational Skala Data
Penilaian Satuan
• Pandangan subjek tentang seks pranikah dan resiko yang terjadi akibat seks pranikah. • Persepsi negatif jika
tanggapan responden bahwa seks pranikah boleh dilakukan dan tidak melanggar ajaran agama dan norma. • Persepsi yang positif
jika tanggapannya bahwa seks pranikah itu hal yang buruk dan melanggar ajaran agama dan norma.
commit to user
24
No Nama Variabel
Definisi Operational Skala Data Penilaian Satuan Data
• Pernyataan setuju atau tidak setuju tentang seks pranikah terhadap larangan agama dan moral.
• Sikap negatif jika responden setuju dengan seks pranikah. • Sikap positif jika
responden tidak setuju dengan seks pranikah.
Ordinal Nilai Maksimal = 52
• Pernyatan subjek tentang kebiasaan seks pranikah, tingkat prilaku seks pranikah dan umur mulai melakukan seks
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data pada penelitian ini
adalah kuasioner. Menurut Soekidjo Notoatmojo, koesioner diartikan sebagai
daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, dimana responden (dalam hal
angket) dan interviewer (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau
dengan memberikan tanda-tanda tertentu. Dengan demikian koesioner juga
disebut “daftar pertanyaan” (formulir).
1. Instrumen penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang
disusun sendiri oleh peneliti, koesioner terdiri dari tiga bagian. Bagian
pertama tentang karakteristik responden yang diungkap melalui nama, umur,
commit to user
25
jenis kelamin, tinggal, dengan siapa, tingkat pendidikan, asal kelas. Bagian
kedua mengungkap pernyataan tentang pandangan subjek terhadap seks
pranikah dan resiko kesehatan terhadap seks pranikah. Bagian ketiga
mengungkap pertanyaan tentang sikap terhadap aktifitas seks pranikah.
Koesioner persepsi tentang seks pranikah mempunyai skror 4:1 pada
setiap item, persepsi Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1, Setuju (S) nilai 2, Tidak
Setuju (TS) diberi nilai 3, dan persepsi sangat tidak setuju diberi nilai 4,
selanjutnya skor dijumlahkan menentukan distribusi normal. Apabila hasilnya
tidak menunjukkan distribusi normal maka nilainya ditentukan berdasarkan
nilai lebih dari median dikategorikan persepsi baik dan nilai kurang atau sama
dengan median dikategorikan persepsi negatif.
Koesioner sikap terdiri dari pernyataan setuju atau tidak setuju tentang
aktifitas seks pranikah pada remaja. Setiap pernyataan mempunyai skor untuk
pernyataan yang bersifat favorabel: 4-1 dan pernyataan yang bersifat
unfavorabel; 1-4. Skor setiap item dijumlahkan untuk mendapatkan skor total
selanjutnya apabila nilai > media dikategorikan sikap negatif dan nilai <
median dikategorikan sikap positif atau sikap baik terhadap seks pranikah.
Koesioner perilaku seks pranikah merupakan lembar observasi
(pengamatan), meruipakan panduan dalam melakukan penilaian terhadap
indikato-indikator dari aspek-aspek yang dinilai. Indikator-indikator tersebut
sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Bentuk
lembar obsercasi (pengamatan) dimaksud adalah bentuk daftar cek dengan
diberi tanda “V” pada kategori pilihan. Kategori ini merupakan petunjuk
mengenai gambaran situasi subjek yang diamatai (diteliti).
commit to user
26
2. Uji Validitas dan Realibilitas
Uji validitas dan realibilitas digunakan untuk menguji instrument
sebelum digunakan dalam pengambilan data penelitian sesunggguhnya. Uji
validitas dan realibilitas yang digunakan adalah uji Product Moment dan
Alpha Chonbrach. Teknik uji instrument dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Uji Validitas
Validitas butir dihitung menggunakan rumus kerelasi product
moment, yaitu
r = N(ΣXY) – (ΣX)( ΣY) √[NΣX2 – (ΣX)2][NΣY2 – (ΣY)2]
Keterangan:
N : jumlah sampel
X : Nomor pernyataan
Y : Skor total
XY : Skor nomor pertanyaan dilakukan skor total
Dari perhitungan harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi
nilai r dengan taraf signifikan 5% serta dengan kriteria pengujian apabila
r-hitung > r-tabel maka soal tersebut dinamakan valid, begitu sebaliknya
apabila r-hitung < r-tabel maka soal tersebut dinamakan tidak valid.
b. Uji realibilitas
Realibilitas menunjukkan satu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data
(Suharsimi, 2002). Realibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
commit to user
27
sejauh mana hasil pengukuran tetap sama dilakukan pengukuran dua kali
atau lebih terhadap gejala yang sama. Uji realibilitas dilakukan
menggunakan tehnik Alpha Crounbach.
Dimana bila jumlah sampel uji realibilitas sebanyak 30 sampel,
hasil yang didapatkan dari perhitungan (r hitung) mencapai lebih atau
sama dengan 0,600 maka dikatakan bahwa koesioner sudah reliabel
(Sugiyono,1999). Uji realibilitas diukur dengan menggunakan Alpha
Crounbach dengan rumus sebagai berikut:
r11 = ⎥
c. Hasil uji Instrumen
1) Hasil uji instrumen persepsi tentang seks
Hasil uji validitas instrumen persepsi dapat dilihat dalam tabel 2
berikut ini:
commit to user
28
Tabel 2. Hasil Uji Validitas Persepsi Remaja Tentang Seks Pranikah
No Butir r hitung r tabel Keterangan
Sedangkan hasil uji reliabilitasnya adalah 0,896 yang berarti instrumen
reliabel.
2) Hasil uji instrumen sikap terhadap seks pranikah
Hasil uji validitas instrumen sikap terhadap seks pranikah dapat dilihat
dalam tabel 3 berikut ini:
Tabel 3. Hasil Uji Validitas Sikap terhadap Seks Pranikah
commit to user
Sedangkan hasil uji reliabilitasnya adalah 0,699 yang berarti instrumen
reliabel.
3) Hasil uji instrumen perilaku seks pranikah
Hasil uji validitas instrumen perilaku seks pranikah dapat dilihat dalam
tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Perilaku Seks Pranikah
No Butir r hitung r tabel Keterangan
Sedangkan hasil uji reliabilitasnya adalah 0,754 yang berarti instrumen
reliabel.
commit to user
30
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dengan
menggunakan koesioner yang berisi pertanyaan tentang persepsi dan sikap remaja
tentang seks pranikah dan prilaku seks pranikah remaja tersebut. Reponden
diminta untuk memberikan jawaban dengan cara mengisi sendiri koesioner dan
setelah selesai diserahkan kepada peneliti atau tim pengumpul data.
G. Teknik Analisa Data
Analisa data menggunakan fasilitas program komputer dengan
langkah-langkah:
1. Editing yaitu memeriksa kejelasan dan kelengkapan data
2. Coding yaitu proses pemberian kode pada setiap variabel yang terkumpul
3. Entri yaitu memasukkan data ke dalam komputer
4. Cleaning yaitu data yang diteliti di entri dicek kembali untuk memastikan
bahwa data telah bersih dari kesalahan dan siap dianalisis.
Analisis yang digunakan yaitu univariat dan bivariat: analisis Univariat
untuk melihat distribusi frekwensi variabel independen proporsi remaja yang
melakukan seks pranikah sedangkan Bivariat dilakukan untuk menguji hubungan
variabel bebas dan variabel terkait dengan uji statistik Spearman Rho. Hasilnya
dianalisis berdasarkan kekuatan hubungan dan resiko prevalensi dengan tingkat
kepercayaan 95% dan nilai kemaknaan a= 0,05. Untuk validasi data perilaku
maka dilakukan teknik triangulasi.
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Data dari hasil penelitian disajikan dalam bentuk deskripsi data dari semua
variabel, meliputi: (1) variabel persepsi (X1), (2) variabel sikap (X2), dan (3)
variabel perilaku seks pra nikah (Y). Dari hasil penelitian dari ketiga variabel
diperoleh dari 100 responden disajikan dalam data untuk penelitian. Penjelasan
dari data masing-masing variabel dapat disajikan sebagai berikut:
Tabel IV.1 Deskriptif Statistik Variabel Penelitian
Statistik Descriptive Persepsi Sikap Perilaku
Mean 7,94 24,59 10,86
Median 8,00 25,00 11,00
Mode 7 26 12
Std. Deviation 2,169 3,596 1,511
Variance 4,703 12,931 2,283
Minimum 3 16 5
Maximum 16 34 12
1. Persepsi
Data tentang persepsi diperoleh melalui angket dan data pada tabel
IV.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden sebanyak 100 orang,
persepsi mempunyai nilai maksimal 16 dan minimal 3, sedangkan nilai mean
(rata-rata) sebesar 7,94, median (nilai tengah) sebesar 8,00, modus 7, standar
deviasi 2,169 varian 4,703.
Sementara itu, distribusi frekuensi dari variabel persepsi (X1) dengan
grafik batang adalah sebagai berikut:
commit to user
32
Tabel IV.2 Distribusi Frekuensi Persepsi
Persepsi Frekuensi Persentase
Baik 98 98%
Buruk 2 2%
Jumlah 100 100.00%
2. Sikap
Data tentang sikap diperoleh melalui angket dan data pada tabel IV.1
di atas menunjukkan bahwa jumlah responden sebanyak 100 orang, sikap
mempunyai nilai maksimal 34 dan minimal 16, sedangkan nilai mean
(rata-rata) sebesar 24,59, median (nilai tengah) sebesar 25,00, modus 26, standar
deviasi 3,596 varian 12,931.
Sementara itu, distribusi frekuensi dari variabel sikap (X2) dengan
grafik batang adalah sebagai berikut:
Tabel IV.3 Distribusi Frekuensi Sikap
Sikap Frekuensi Persentase
Positif 95 95%
Negatif 5 5%
Jumlah 100 100.00%
3. Perilaku Seksual
Data tentang perilaku seksual pra nikah pada remaja diperoleh melalui
angket. Berasarkan pada tabel IV.1 di atas menunjukkan bahwa jumlah
responden sebanyak 100 orang, perilaku seksual pra nikah pada remaja
commit to user
33
sebesar 10,86, median (nilai tengah) sebesar 11,00, modus 12, standar deviasi
1,511 dan varian 2,283.
Sementara itu, distribusi frekuensi dari variabel perilaku seksual pra
nikah pada remaja (Y) dengan grafik batang adalah sebagai berikut:
Tabel IV.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Seksual Pra Nikah pada Remaja
Perilaku Frekuensi Persentase
Dilakukan 58 58%
Tidak dilakukan 42 42%
Jumlah 100 100.00%
B. Uji Prasyarat
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji normalitas yang dibantu
program SPSS dapat dilihat dengan nilai p pada uji Kolmogorof Smirnov, maka
interpretasinya adalah apabila nilai p > 0,05 maka data berdistribusi normal dan
apabila p < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Hasilnya adalah sebagai
berikut:
Tabel IV.5 Hasil Uji Distribusi Normal
Variabel Nilai p interpretasi
Persepsi 0,100 Berdistribusi Normal
Sikap 0,404 Berdistribusi Normal
commit to user
34
Berdasarkan tabel IV.5 dapat disimpulkan bahwa data persepsi dan sikap
mempunyai data yang berdistribusi normal sedangkan perilaku seksual tidak
berdistribusi normal.
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian disini adalah menguji hubungan antar
variabel. Berikut disajikan hasil pengujian hipotesis dalam tabel:
1. Hipotesis 1: Hubungan persepsi remaja tentang seks pranikah dengan perilaku
seks pranikah
Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan persepsi remaja
tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah. Analisis yang digunakan
untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabel terkait dengan uji
statistik Spearman Rho. Berdasarkan hasil yang didapatkan dengan
menggunakan pengolahan SPSS versi 15 nilai r hitung adalah 0,355 dan nilai
p hitung adalah 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan persepsi
remaja tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah. Dimana semakin
pengetahuan baik maka perilaku seksual pra nikah tidak akan dilakukan.
Berikut ini disajikan tabel hubungan persepsi dengan perilaku seksual pra
nikah remaja.
Tabel IV.6 Hubungan persepsi dengan perilaku seksual pra nikah remaja
Variabel Nilai ρ p-value interpretasi
commit to user
35
2. Hipotesis 2: Hubungan sikap remaja tentang seks pranikah dengan perilaku
seks pranikah
Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan sikap remaja
tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah. Analisis yang digunakan
untuk menguji hubungan variabel bebas dan variabel terkait dengan uji
statistik Spearman Rho. Berdasarkan hasil yang didapatkan dengan
menggunakan pengolahan SPSS versi 15 nilai r hitung adalah 0,426 dan nilai
p hitung adalah 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan sikap
remaja tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah. Dimana semakin
positif sikap remaja maka perilaku seksual pra nikah tidak akan dilakukan.
Berikut ini disajikan tabel hubungan sikap dengan perilaku seksual pra nikah
remaja.
Tabel IV.7 Hubungan sikap dengan perilaku seksual pra nikah remaja
Variabel Nilai ρ p-value interpretasi
Sikap 0,426 0,000 Signifikan
3. Hipotesis 3: Hubungan persepsi dan sikap remaja secara bersama-sama
tentang seks pranikah dengan perilaku seks pranikah
Hipotesis yang diuji adalah hubungan persepsi dan sikap secara
bersama-sama dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja. Untuk menguji
hubungan persepsi dan sikap secara bersama-sama dengan perilaku seksual
pra nikah dilakukan dengan analisis uji regresi linier. Hasil pengolahan data
commit to user
36
Tabel IV.8. Hasil Uji Hipotesis Tiga
Unstandardized
(Constant) 4.053 .953 4.254 .000 26.858
Persepsi .254 .057 .365 4.477 .000
Sikap .195 .034 .463 5.688 .000
Dari tabel di atas diketahui bahwa hasil persamaan regresi linier adalah
sebagai berikut:
Y = 4,053+0,254X1+0,195X2+e
Persamaan di atas menunjukkan bahwa variabel persepsi sikap memberikan
kontribusi positif terhadap perilaku seks pranikah sebesar koefisien regresinya.
Sedangkan nilai F hitung = 26,858 dan p=0,000. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan persepsi dan sikap remaja secara bersama-sama tentang
seks pranikah dengan perilaku seks pranikah.
Sementara itu, koefisien determinasi dari hasil penelitian ini adalah
bahwa nilai R adalah 0,597 dan R2 adalah 0,356. Nilai ini menunjukkan
bahwa secara bersama-sama persepsi dan sikap mempunyai hubungan yang
signifikan dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja. Sedangkan nilai R2
menunjukkan kontribusi persepsi dan sikap kepada perilaku seksual pranikah
adalah sebesar 35,6%. Hal ini berarti bahwa faktor yang berhubungan dengan
perilaku seksual pra nikah masih banyak yang lain.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, maka dapat lakukan
commit to user
37
1. Hubungan persepsi dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
variabel persepsi dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja, dimana
semakin baik persepsi remaja maka perilaku seksual pra nikah tidak akan
dilakukan. Branca (dalam Sari, 2003) berpendapat bahwa tingkah laku dan
penyesuaian diri ditentukan oleh persepsi. Persepsi merupakan proses
pemahaman terhadap suatu objek yang merangsang panca indera dan
memungkinkan individu untuk membuat kontruksi dan prediksi tentang
keseluruhan dan stimulus tersebut dari persepsi individu dapat dinilai kejadian
yang ada diluar dirinya sehingga persepsi akan memberi warna dari perilaku
individu. Maka remaja juga merupakan suatu periode dalam lingkungan
kehidupan diantara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Rudolph, 2006).
Dalam hal ini para remaja mencari pengetahuan yang bersumber dari
manapun yang akhirnya akan menimbulkan persepsi masing-masing yang
berbeda.
Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Saleh dan Wahab (2004)
ada beberapa antara lain; perhatian yang selektif, ciri-ciri rangsang,
pengalaman terdahulu, sikap, pendidikan, kepercayaan, dan lingkungan. Hasil
penelitian ini mendukung dari penelitian sebelumnya yaitu Wahyuningsih
(2004).
Persepsi remaja didapatkan oleh belajar dengan lingkungan non formal
maupn formal. Lingkungan yang berpengaruh adalah lingkungan keluarga,
commit to user
38
misalnya televisi, hape yang dengan program unggulan, hot spot dalam
sekolah, dan lain-lain. Hal ini perlu disikapi oleh semua pihak dengan arif dan
bijaksana. Adakalanya orang tua perlu mengajak berdiskusi dengan para putra
putrinya layaknya sahabat untuk mengetahui tentang perilaku seksual putra
putrinya sekaligus meningkatkan pengetahuan ataupun persepsi tentang
perilaku seksual yang sehat dengan harapan para remaja tidak akan melakukan
perilaku seksual pra nikah sampai dengan mereka memasuki pernikahan yang
resmi dan sah oleh agama maupun pemerintah.
Peningkatan persepsi atau pengetahuan remaja bisa dilakukan dengan
meningkatkan mengisi kegiatan positif di lingkungan sekolah, misalnya
kegiatan kerohanian untuk menanamkan moralitas yang diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari bagi remaja.
Lingkungan di masyarakat juga perlu dikondisikan sedemikain rupa
yaitu membuat peraturan yang mengikat bagi semua untuk berperilaku seksual
yang sehat, misal jam bertamu di rumah di batasai jam 9 malam, harus ada
teman ketika datang sehingga tidak hanya berdua antara remaja putri dan
laki-laki, sehingga bagi remaja yang berada di lingkungan masyarakat juga merasa
aman tanpa mereka terkekang. Keluarga, guru di sekolah, masyarakat perlu
menyadari bahwa masa remaja adalah masa transisi antara maka anak dan
dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks
sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta
kognitif (Soejiningsih, 2004) sehingga bimbingan, arahan, menjadi teman
commit to user
39
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Wahyuningsih (2004),
dimana dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa persepsi remaja terhadap
seksualitas dalam media massa berhubungna dengan perilaku seksualnya, dan
faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual remaja adalah sikap remaja.
2. Hubungan sikap dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja
Data yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
cukup antara variabel sikap dengan perilaku seksual pra nikah pada remaja
dimana semakin positif sikap remaja maka perilaku seksual pra nikah tidak
akan dilakukan.
Sikap adalah kecenderungan berpersepsi, berfikir, dan merasa dalam
menghadap objek, ide, situasi atau nilai, sikap bukan perilaku tetapi
merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu
terhadap objek sikap (Rahmat, 2000). Sikap sangat berhubungan sekali
dengan perspsi atau pengetahuan. Jika persepsi atau pengetahuannya baik
maka sikap seseorang akan baik pula sehingga antara perspsi dan sikap
berhubungan positif.
Dalam penelitian ini sikap para remaja masih mempunyai
kecenderungan malu-malu ketika ditanyakan terkait perilaku seksual yang ada
dalam dirinya. Mereka masih merasa sungkan yang bisa jadi hal ini
mempengaruhi bahwa sikapnya secara umum adalah positif yaitu tidak perlu
melakukan seks pra nikah karena akan mempunyai resiko yang tidak baik.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Asi (2006) bahwa remaja
commit to user
40
pantas dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan, tapi dalam fenomena
yang ada di lingkungan seks pranikah adalah sesuatu yang biasa terjadi. Hal
ini menunjukkan bahwa sikap berhubungan dengan perilaku seks pra nikah.
3. Hubungan persepsi dan sikap terhadap perilaku seks pra nikah pada remaja
Hasil pengujian hipotesis ketiga bahwa terdapat hubungan antara
persepsi dan sikap secara bersama-sama dengan perilaku seksual pra nikah.
Hal ini dapat dijelaskan karena adanya hubungan persepsi dan sikap sangatlah
dekat.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis.
Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik
sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. (Sarwono, 2006)
Objek seksualnya dapat berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri
sendiri. Perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan adalah
masturbasi. Hubungan seksual pranikah juga diartikan sebagai hubungan
seksual sebelum adanya ikatan perkawinan yang sah, baik hubungan seksual
yang penetratif (penis dimasukkan ke vagina) maupun yang non penetratif
(penis tidak dimasukkan ke vagina) (Indriyani, 2007).
Hasil penelitian bahwa nilai p adalah 0,000, nilai R adalah 0,597 dan
R2 adalah 0,356. Nilai ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama persepsi
dan sikap mempunyai hubungan yang signifikan dengan perilaku seksual pra
nikah pada remaja. Sedangkan nilai R2 menunjukkan kontribusi persepsi dan
commit to user
41
bahwa faktor yang berhubungan dengan perilaku seksual pra nikah masih
banyak yang lain.
Perilaku seksual tidak hanya dipengaruhi oleh persepsi dan sikap tetapi
ada faktor lain, baik faktor internal maupun eksternal. Perilaku seksual yang
ada dalam penelitian ini adalah perilaku seksual yang baik atau sehat dimana
remaja yang ditemukan tidak melakukan hubungan intim sebelum menikah
atau seks pra nikah.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti telah berusaha seoptimal mungkin, namun
demikian masih ada beberapa kelemahan dan keterbatasan dalam melakukan
penelitian, yang meliputi:
1. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini
adalah kuesioner/angket, dimana setiap sampel/responden tidak dilakukan uji
kejujuran, sehingga dalam mengisi kuesioner/angket belum tentu sesuai
dengan kenyataan pada dirinya.
2. Sampel dalam penelitian ini hanya dilakukan pada siswa SMK PGRI
Karangmalang Sragen saja, apabila penelitian serupa dilakukan pada siswa di
sekolah lain, kemungkinan memiliki hasil yang berbeda pula karena