commit to user
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP
SEKS PRA NIKAH DI DESA GLAGAH, SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Saint Terapan
Oleh :
ROHMI NIM R.1111033
PROGRAM STUDI D IV KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user ABSTRAK
Rohmi. R1111033. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seks Pra Nikah Di Desa Glagah, Sragen. Program Studi DIV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012
Latar belakang : Pengetahuan remaja yang kurang tentang kesehatan reproduksi terhadap seks pra nikah menyebabkan remaja sering melakukan kegiatan-kegiatan yang menyimpang dari aturan dan kontrol sosial yang perlu ditindaklanjuti. Tujuan Penelitian :Untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di Desa Glagah, Sragen.
Metode Penelitian : Menggunakan observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling dengan jumlah sampel 36 remaja. Teknik pengumpulan data dengan kuisioner. Uji analisis dengan Kendal Tau dengan bantuan SPSS.
Hasil Penelitian : Remaja dengan pengetahuan baik sebanyak 34 responden (94,4%) dan remaja yang mempunyai sikap negatif sebanyak 20 responden (55,6%). Analisis data didapatkan hasil nilai ρ<0,05 berarti Ho ditolak dan Ha diterima.
Kesimpulan : ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah.
Kata kunci : pengetahuan remaja, kesehatan reproduksi, sikap seks pra nikah
commit to user ABSTRACT
Rohmi. R 1111033. Correlation between adolescent knowledge level of reproduction health attitude of premarital sexual in Glagah Village, Sragen. DIV Midwifery Educator Program Study Of Medical Faculty Of Surakarta Sebelas Maret University. 2012
Background : Adolescent knowledge is less about reproduction healt with attitude of premarital sexual so caused adolescent often do something to cross matter and social control must be followed up.
Objective : To know the correlation between knowledge level of reproduction health with attitude of premarital sexual.
Method : This method is observational analitic with approach of cross sectional. The sampling tecnique was used Total Sampling, with 36 sample. Method of collecting data using questionare. The analysis test in the reseach was used Kendal Tau with SPSS help.
Result : Result of this research that adolescent with good knowledge of reproduction health was 34 respoder (94,4%) and adolescent with negative attitude was 20 responder (55,6%). Result of analysis data could be found value ρ<0,05. It’s means Ho rejected and Ha accepted.
Conclusion : There is correlation between knowledge level of reproduction health with attitude of premarital sexual.
Keywords : adolescent knowledge, reproduction health, premarital sexual attitude.
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada
umumnya dimulai pada usia 10 – 13 tahun dan berakhir pada usia 18 – 22 tahun. Menurut WHO (World Health Organization) remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan, secara berangsur-angsur
mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari
ketergantungan menjadi relatif mandiri (Notoatmojo, 2007).
Remaja belum cukup mampu untuk membuat keputusan sendiri, oleh karena itu mereka sering terjerumus ke dalam kegiatan-kegiatan yang
menyimpang dari aturan, salah satu contohnya adalah perilaku seks pra nikah (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan tentang seksual pranikah dapat
mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap seksual pra nikah ( Adikusuma, 2005).
Laporan Planned Parenthood Federation Of America Inc (PPAC) 2004
commit to user
hubungan seks diluar nikah, sedang 43% mengatakan tidak setuju melakukan
hubungan seks diluar nikah (Soetjiningsih,2004).
Beberapa penelitian perilaku seksual remaja menyebutkan, dari tahun ke
tahun terjadi peningkatan angka remaja yang sudah pernah berhubungan seks. Riset strategi nasional kesehatan remaja yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan (2005) menyebutkan 5,3% pelajar SMA di Jakarta pernah
berhubungan seks. Survei juga menyebutkan sebesar 63% remaja di beberapa kota besar di Indonesia telah melakukan seks pra nikah ( BKKBN, 2008 ).
Setelah melakukan studi pendahuluan di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen pada tanggal 14 Februari 2012 didapatkan hasil wawancara dengan ketua karang taruna bahwa di desa tersebut belum pernah
mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi. Dari hasil observasi, kontrol sosial di desa tersebut terlalu longgar dan kurangnya kontrol dari
orangtua terhadap anak-anaknya yang membolehkan anaknya dikunjungi sampai larut malam.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil judul yaitu Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seks Pra Nikah di Desa Glagah,
Sragen.
B. Rumusan Masalah
commit to user
tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di desa Glagah,
Mojorejo, Karangmalang, Sragen?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen.
b. Untuk mengetahui sikap seks pra nikah pada remaja di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen.
c. Untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen .
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Teoritis
commit to user 2. Bagi Aplikatif
a. Bagi Remaja dan masyarakat
Membuka wawasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
sehingga terbentuk sikap seks pra nikah yang memadai. b. Bagi Tenaga kesehatan
Sebagai sumbangan aplikatif terutama b a g i bidan agar lebih
meningkatkan perhatian dalam memberikan informasi mengenai pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dalam kaitannya dengan
pembentukan sikap seks pra nikah remaja. c. Bagi Orangtua
Memberikan informasi dalam merencanakan pembinaan tentang
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telingga (Notoatmodjo, 2007).
b. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercangkup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan setelah diterima. Hal ini
merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
commit to user 2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambar (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk
commit to user
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formula-formula
yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan rumusan yang telah ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Melalui jalur pendidikan yang tinggi maka
seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang
kesehatan (Notoatmodjo,2007).
2) Kultur
Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
commit to user
tidak dengan budaya yang ada dan agama yang dianut
(Notoatmodjo,2007).
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang (Notoatmodjo,2007).
4) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi masa lalu (Notoatmodjo,2007).
5) Umur
Semakin tua umur semakin bijaksana karena semakin banyak
informasi yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan
sehingga menambah pengetahuannya (Mubarak dkk, 2007).
6) Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
commit to user
kemudahan untuk memperoleh informasi dapat membantu
mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru
(Mubarak dkk, 2007).
2. Kesehatan reproduksi remaja
a. Pengertian kesehatan reproduksi
Kesehatan Reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik,
mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
reproduksi, fungsi serta prosesnya atau suatu keadaan dimana manusia
dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi
dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Yanti, 2011).
b. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
1) Faktor sosial dan ekonomi, serta demografi
Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan
yang rendah, kurangnya informasi dan pengetahuan tentang
kesehatan, ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses
kesehatan reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
2) Faktor budaya dan lingkungan
Praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan
reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rejeki dan informasi yang
membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses
commit to user 3) Faktor psikologi
Keretakan orang tua akan memberikan dampak buruk pada
kehidupan remaja, depresi akibat ketidakseimbangan hormonal, rasa
tidak berharganya wanita dimata pria yang membeli kebebasan
dengan materi.
4) Faktor biologis
Antara lain cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi dan
lain-lain (Notoatmodjo, 2007).
c. Tahapan perkembangan remaja
Masa remaja dibedakan dalam masa remaja awal 10 – 13 tahun,
masa remaja tengah/madya 14 – 16 tahun, masa remaja akhir 17 – 19
tahun.
1) Remaja Awal 10-13 Tahun (Early Adolescence)
Remaja awal adalah remaja yang berumur 10-13 tahun. Masa ini
merupakan masa transisi dari masa anak ke dewasa. Pada masa remaja
ini terjadi pertumbuhan yang pesat baik berat badan maupun tinggi
badan yang disebut pacu tumbuh adolesen, terjadi pertumbuhan yang
pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda-tanda seks sekunder.
2) Remaja Sedang/Madya 14-16 Tahun (Midlle Adolescence)
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia
senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
“narastic” yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman
commit to user
dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang
mana, peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya. Remaja pria harus
membebaskan diri dari Oedipoes Complex (perasaan cinta pada ibu
sendiri pada masa kanak-kanak) dengan mempererat hubungan
dengan kawan-kawan dan lawan jenis.
3) Remaja Akhir 17-19 Tahun (Late Adolescence)
Tahap ini adalah masa konsilidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal di bawah ini :
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri diganti dengan
keseimbangan diri sendiri dengan orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan
masyarakat umum (Soetjiningsih, 2007).
d. Perubahan-perubahan pada remaja
1) Perubahan fisik (Pubertas)
Masa remaja diawali dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan
biasanya disebut pubertas. Dengan adanya perubahan yang cepat itu
terjadilah perubahan fisik yang dapat diamati seperti pertambahan
commit to user
“pertumbuhan” dan kematangan seksual sebagai hasil dari perubahan
hormonal.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang cepat dan
pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai
kematangan sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi,
perubahan ini ditandai dengan tanda-tanda sebagai berikut :
a) Tanda-tanda seks primer
Yaitu perubahan-perubahan yang langsung berkaitan dengan
organ seks. Pada remaja putri terjadinya haid (menarche),
sedangkan pada remaja laki-laki terjadiya mimpi basah (wet
dream) (Soetjiningsih,2007).
b) Tanda-tanda seks sekunder
Yaitu perubahan-perubahan yang berhubungan dengan
penampilan fisik pada remaja tersebut. Misalnya pada remaja putri
terjadi pertumbuhan tinggi badan dan berat badan, pembesaran
panggul, pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar,
tumbuh rambut di ketiak dan kemaluan, kulit rambut mulai
berminyak, mulai timbul jerawat di wajah.Sedangkan pada remaja
laki-laki terjadi perubahan suara, wajah mulai timbul jerawat,
timbulnya jakun, penis, dan buah zakar yang bertambah besar,
terjadi ereksi dan ejakulasi, dada lebih besar, tubuh mulai berotot
commit to user
jenggot, tumbuh rambut pada ketiak dan kemaluan
(Notoatmojo,2007).
2)Alat reproduksi dan fungsinya
a) Alat reproduksi wanita
Alat Reproduksi wanita dibagi menjadi dua, yaitu alat
reproduksi bagian luar dan alat reproduksi bagian dalam. Fungsi
alat reproduksi wanita menurut Prawiroharjo, 2005 adalah:
(1) Genetalia eksterna
(a) Mons veneris, berfungsi untuk melindungi alat genetalia dari masuknya
kotoran selain itu untuk estetika.
(b) Labia mayora, berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di
dalamnya.
(c) Labia minora, berfungsi untuk menutupi organ-organ genetalia di
dalamnya serta merupakan daerah erotik yang mengandung pambuluh
darah dan syaraf.
(d) Klitoris, merupakan daerah erotik utama pada wanita yang akan membesar
dan mengeras apabila mendapatkan rangsangan seksual.
(e) Vestibulum, berfungsi untuk mengeluarkan cairan apabila ada rangsangan
seksual yang berguna untuk melumasi vagina pada saat bersenggama.
(f) Himen, merupakan lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari
introitus vagina, membentuk lubang sebesar ibu jari sehingga darah haid
commit to user (2) Genetalia interna
(a) Vagina, berfungsi sebagai saluran keluar untuk mengeluarkan darah waktu
haid dan sekret dari dalam uterus. Alat untuk bersenggama. Jalan lahir
bayi waktu melahirkan
(b) Uterus, berfungsi sebagai tempat bersarangnya atau tumbuhnya janin di
dalam rahim pada saat hamil. Memberi makanan pada janin melalui
plasenta yang melekat pada dinding rahim.
(c) Tuba fallopi, berfungsi sebagai saluran yang membawa ovum yang
dilepaskan ovarium ke dalam uterus.
(d) Ovarium, berfungsi memproduksi ovum.
(e) Ligamentum, berfungsi untuk mengikat atau menahan organ-organ
reproduksi wanita agar terfiksasi dengan baik pada tempatnya, tidak
bergerak dan berhubungan dengan organ sekitarnya.
b)Alat reproduksi pria
Fungsi alat reproduksi pria menurut BKKBN, 2007 adalah :
(1) Genetalia eksterna
(a) Penis, berfungsi untuk menyalurkan dan menyemprotkan sperma saat
ejakulasi.
(b) Skrotum, berfungsi untuk melindungi testis dari taruma atau suhu.
(2) Genetalia interna
(a) Testis, berfungsi untuk memproduksi sperma, tempat memproduksi
testosteron yang memegang peranan penting untuk sifat kelamin sekunder
commit to user
(b) Epididimis, berfungsi untuk menghubungkan testis dengan saluran vas
deferens memproduksi cairan yang banyak mengandung enzym dan gizi
yang fungsinya mematangkan / menyempurnakan bentuk sperma.
(c) Vas deferens, berfungsi untuk menyalurkan sperma dari epididimis ke
vesika seminalis. Tempat menyimpan sebagian dari sperma sebelum
dikeluarkan.
(d) Vesika seminalis, berfungsi sebagai tempat untuk mengeluarkan cairan
yang sifatnya alkalis atau sedikit basa yang mengandung fruktosa dan zat
gizi yang merupakan sumber energi bagi spermatozoa dan agar sperma
lebih segar, kuat dan mudah bergerak dalam mencapai ovum dan sebagai
tempat penyimpanan spermatozoa sebelum dikeluarkan melalui kegiatan
seksual.
(e) Kelenjar prostat, berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang bersifat
alkalis yang encer berwarna seperti susu mengandung asam sitrat, kalsium
dan beberapa zat lain.
(f) Kelenjar bulbo uretralis, berfungsi mengsekresi cairan yang membantu
agar sperma lebih tahan hidup dan lebih memungkinkan untuk bergerak
dan memudahkan pembuahan.
3) Perubahan psikologis
Selain terjadi perubahan fisik, remaja juga mengalami
perubahan emosi, pikiran, perasaan, proses perubahan jiwa ini
commit to user
a) Terjadi perubahan emosi dalam bentuk amarah, sensitif, keras
kepala, egois bahkan perbuatan nekad sehingga remaja bisa
menjadi lebih agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan
dari luar yang dapat mempengaruhinya (Notoatmodjo, 2007).
b) Ketidakstabilan emosi menyebabkan remaja mempunyai rasa ingin
tahu dan dorongan untuk mencari tahu. Pertumbuhan kemampuan
intelektual pada remaja cenderung membuat mereka bersikap
kritis, tersalur melalui perbuatan-perbuatan yang sifatnya ingin
mencoba sesuatu yang baru seperti merokok, minuman keras
bahkan berhubungan seksual. Tindakan seperti ini jika dibimbing
dan diarahkan dengan baik akan membuat remaja lebih bisa
berfikir positif dan dapat membedakan mana hal yang baik atau
boleh dilakukan dan hal yang buruk atau yang tidak boleh
dilakukan oleh remaja (Sarwono, 2007).
c) Perubahan psikis juga dapat terjadi baik pada remaja putri maupun
remaja laki-laki, remaja dapat mengalami perubahan emosi,
pikiran, perasaan, sikap, perilaku, pendidikan yang diberikan oleh
kedua orang tuanya, lingkungan pergaulan dengan
teman-temannya, lingkungan tempat tinggal dan tanggung jawab
(Notoatmodjo, 2007).
Berbagai perubahan tersebut terjadi karena adanya peningkatan
kadar gonatrotopin yaitu folikel stimulating hormone (FSH) dan
commit to user
mengeluarkan hormon testosterone pada laki- laki dan hormon estrogen
pada perempuan sebelum menstruasi. Selama pubertas pada anak laki –
laki kadar hormon testosterone meningkat melebihi 20ng/dl, yang
sebelumnya selama anak-anak lebih kecil dari 10 ng/dl (Soetjiningsih,
2007).
3. Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).
b. Komponen sikap
1) Kognitif
Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
2) Afektif
Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif
seseorang terhadap suatu sikap. Secara umum, komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu.
4)Konatif
Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan
commit to user
diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.
Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi perilaku (Azwar,2009)
c. Tingkatan sikap
1) Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), sehingga apa yang
diterima oleh individu tersebut dapat diterima dengan baik.
2) Merespons (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu usaha indikasi dari
sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau
salah. Berarti individu tersebut dapat menerima ide, tugas atau
pertanyaan yang ditujukan pada dirinya.
3) Menghargai (responding)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan
dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga, sehingga terjadi timbal balik antar individu untuk saling
merespon.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
commit to user
merupakan perilaku yang positif bagi individu yang mempunyai tekad
untuk bertanggung jawab selayaknya seorang pemimpin.
(Notoatmodjo, 2007).
d. Sifat sikap menurut (Azwar, 2009):
1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi
dan mengharapkan objek tertentu
2) Sikap negatif kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci
dan tidak menyukai objek tertentu
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
1) Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman
pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Tidak adanya
pengalaman sama sekali terhadap suatu objek cenderung akan
membentu sikap negatif terhadap suatu objek.
2) Pengaruh orang lain
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang
konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut dan juga bisa dikarenakan adanya kepercayaan yang
mendalam terhadap orang yang dianggap penting.
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan menanamkan garis pengaruh terhadap sikap dalam
commit to user 4) Media massa
Berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
5)Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dn lembaga
agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga
mempengaruhi sikap.
6)Faktor emosional
Suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego (Azwar, 2010)
4. Seks pra nikah
a. Pengertian seks pra nikah
Seks pra nikah adalah hubungan seksual yang dilakukan remaja
sebelum menikah (BKKBN, 2007).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual yang
pertama dialami oleh remaja menurut Soetjiningsih (2007) yaitu:
1) saat mengalami pubertas
2) kontrol sosial kurang tepat (terlalu ketat atau terlalu longgar),
kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu batas-batas
commit to user
3) frekuensi pertemuan dengan pacarnya, hubungan antar mereka
semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkkan cinta pada
pacarnya, penerimaan aktifitas seksual pacarnya
4) status ekonomi, kondisi keluarga yang tidak memungkinkan
untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik
5) korban pelecehan seksual
6) tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan
alkohol, merasa sudah saatnya untuk melakukan aktivitas seksual
sebab sudah merasa matang secara fisik
7) sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya
8) terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan
kadar hormon reproduksi atau seksual. Faktor-faktor yang yang
meningkatkan dorongan seksual pada remaja menurut BKKBN
(2007) yaitu menonton film porno, melihat gambar porno, mendengar
cerita porno, berduaan ditempat sepi, berkhayal tentang seksual,
menggunakan zat perangsang atau NAPZA.
c. Dampak seks pra nikah bagi remaja yaitu :
1) Dampak psikologis
Dampak psikologis dari perilaku seksual pra nikah pada remaja
diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri,
commit to user 2) Dampak fisiologis
Diantaranya dapat menimbulkan kehamilan tidak diinginkan dan
aborsi.
3) Dampak sosial
Antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan
yang hamil dan perubahan peran menjadi ibu. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.
4) Dampak fisik
Berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja,
dengan frekuensi penderita penyakit menular seksual (PMS) yang
tertinggi usia 15-24 tahun. Infeksi penyakit menular seksual dapat
menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatnya
resiko terkena PMS dan HIV/AIDS (Sarwono,2007).
d. Cara menghindari seks pra nikah
1) Tidak melakukan hubungan seks pada masa remaja dan hal ini
membutuhkan komitmen, motivasi dan pengendalian diri yang kuat
dari remaja tersebut.
2) Meningkatkan kemampuan untuk menolak setiap ajakan berhubungan
seks dari pacar atau pasangan karena seks bukan salah satu cara untuk
mengungkapkan cinta kepada pasangan atau pacar.
3) Hindari sikap-sikap yang dapat menimbulkan rangsangan seperti
menyentuh bagian tubuh yang muda terangsang sehingga
commit to user
4) Bagi orang tua harus menganjurkan dan mendorong anaknya
(khususnya anak perempuan) agar berani dan tegas menyatakan
“tidak” bila pacarnya mengajak berhubungan seks.
5) Orang tua memberi bekal atau mengajarkan kepada anaknya
(laki-laki) agar menghormati teman wanita (pacar) sehingga tidak
melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan rangsangan dan
meminta apalagi memaksa untuk berhubungan seksual sebelum
menikah.
6) Mencari kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga dapat
menemukan kepuasaan yang mendalam dari interaksi yang terjalin
(bukan kepuasan seksual).
7) Menghindari membaca atau menonton hal-hal yang berbau pornografi.
8) Mendekatkan diri kepada Tuhan dan berusaha keras mengahayati
norma dan nilai yang berlaku.
9) Mencari informasi tentang kesehatan reproduksi remaja dan
seksualitas dari sumber-sumber yang dapat dipercaya sehingga dapat
digunakan untuk menambah pengetahuan bagi remaja yang
diharapkan remaja dapat mempertimbangkan resiko-resiko yang akan
terjadidari tiap-tiap perilaku seksual yang dipilih (Suryoputro, 2006).
5. Hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
dengan sikap seks pranikah
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
commit to user
sikap merupakan reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek,
proses selanjutnya adalah mempunyai persepsi kemudian
menginterpretasikan dan yang terakhir menilai atau bersikap terhadap
stimulus atau objek tersebut. Pengetahuan tentang seksual pranikah dapat
mempengaruhi sikap individu tersebut terhadap seksual pra nikah
(Adikusuma, 2005). Remaja yang mendapat informasi yang benar tentang
seksual pranikah maka mereka akan cenderung mempunyai sikap
negatif. Sebaliknya remaja yang kurang pengetahuannya tentang seksual
pranikah cenderung mempunyai sikap positif atau menerima adanya
perilaku seksual pranikah sebagai kenyataan sosiologis (Bungin, 2001).
B. Kerangka Konsep
commit to user
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah
Keterangan :
C. Hipotesis
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu pengumpulan data sekaligus pada saat bersamaan
(Notoatmojo,2002).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen
pada bulan Februari - Juli 2012.
C. Populasi Penelitian
1. Populasi Target : remaja desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen usia
14-19 tahun
2. Populasi Aktual : remaja desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang, Sragen usia
14-19 tahun sebanyak 40 remaja.
D. Sampel dan Teknik Sampling
1. Sampel penelitian ini adalah remaja desa Glagah, Mojorejo, Karangmalang,
commit to user 2. Teknik Sampling
Metode pengambilan sampel menggunakan metode total sampling
yang berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah populasi dan subjeknya
tidak telalu banyak.
E. Kriteria Retriksik
Kriteria inklusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Remaja usia 14-19 tahun
2. Bersedia menjadi responden
Kriteria ekslusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Tidak bersedia menjadi responden
2. Remaja yang berada di luar kota
F. ESTIMASI BESAR SAMPEL
Menentukan besar sampel dengan menggunakan rumus :
n=N1+N(d)2
Keterangan :
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = keterangan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0.05)
Jadi sampel dalam penelitian ini adalah
commit to user G. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel penelitian, definisi operasional dan pengukuran.
No . Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil (Kategori) Skala 1. Variabel bebas yaitu tingkat pengetahu an remaja tentang kesehatan reproduksi Remaja mampu mengetahui dan memahami tentang kesehatan reproduksi yang meliputi pengertian, fungsi organ reproduksi, tahap perkembangan remaja, perubahan-perubahan pada remaja Kuesi oner
Baik : 76%-100%
Cukup : 56%-75%
Kurang : ≤56%
commit to user H. INSTRUMENT
1. Instument Penelitian
a. Kuisioner untuk mengidentifikasi pengetahuan subjek penelitian
tentang kesehatan reproduksi
Penilaian pengetahuan kesehatan reproduksi disusun dengan
menggunakan dasar skala Guttman yaitu bentuk pernyataan tertutup
dengan dua alternatif jawaban, kemudian responden diminta untuk
memilih salah satu dari dua alternatif jawaban tersebut yaitu benar atau
salah. Skor untuk pernyataan positif diberi nilai 1 untuk pilihan benar
dan 0 untuk pilihan jawaban salah, untuk pernyataan negatif diberi
nilai 0 untuk pilihan jawaban benar dan 1 untuk pilihan jawaban salah
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuisioner Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
kesehatan Reproduksi setelah dilakukan uji validitas
No Indikator Pernyataan Jumlah
Positif Negatif
1 Definisi 1,9,14,20 5,16,11 7
2 Fungsi organ reproduksi 6,12,17,24 2,21 6 3 Tahap perkembangan
remaja
3,22 7,18,26 5
4 Perubahan yang terjadi pada masa remaja
8,13,19, 25,27
4,10,15,23 9
JUMLAH 15 12 27
b. Kuisioner untuk mengidentifikasi sikap subjek penelitian tentang
seks pra nikah setelah dilakukan uji validitas
Penilaian sikap seks pra nikah disusun dengan menggunakan
[image:33.595.165.515.261.621.2]commit to user
alternatif jawaban kemudian responden diminta untuk memilih salah
satu dari empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju ( SS ), setuju (S),
tidak setuju ( TS ) dan sangat tidak setuju ( STS ). Skor yang diberikan
adalah 4,3,2,1 untuk pernyataan positif ( favorable ) dan 1,2,3,4 untuk
[image:34.595.128.516.244.495.2]pernyataan negatif ( unfavorable )
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pernyataan Kuisioner Sikap Seks Pra Nikah
No Indikator Pernyataan Jumlah
Positif Negatif 1 Faktor-faktor yang
mempengaruhi hubungan seksual
7,12,25 4,9,18,22 7
2 2
Akibat seks pra nikah 1,5,13 10,16,19, 23,24
8
3 Cara menghindari seks pra nikah 3,8,11, 15,20 2,6,14, 17,21 10
JUMLAH 11 14 25
2. Cara pengukuran
Remaja didesa Glagah yang memenuhi kriteria retriksi di beri
kuisioner, setelah diisi kuisioner diserahkan kembali ke peneliti untuk
diolah dan dianalisa.
3. Validitas dan Reliabilitas
a. Validitas
Uji validitas menurut Hidayat (2007) menggunakan Pearson
Product Moment dan diolah dengan program SPSS ( Statistical
Package for Social Science ) versi 18.0. Setelah di lakukan uji
commit to user
soal yang valid telah mewakili indikator soal. Apabila jumlah soal
yang valid belum mewakili seluruh indikator maka soal yang valid
akan di revisi atau diperbaiki dan akan dilakukan uji validitas
ulang.
Setelah dilakukan uji validitas terhadap 32 soal kuisioner
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi ada 27 soal yang valid
dan 5 soal yang tidak valid yaitu soal no 10,11,15,18 dan 19. Nilai
yang diperoleh pada soal-soal tersebut adalah berkisar antara
-0,090 sampai 0,172. Sedangkan uji validitas terhadap 32 soal
kuisioner sikap seks pra nikah ada 25 soal yang valid dan 7 soal
yang tidak valid yaitu soal no 1,5,6,11,21,27 dan 30. Nilai yang
diperoleh pada soal-soal tersebut adalah berkisar antara -0,29
sampai 0,325. Oleh karena nilai asymp Sig>0,05 maka dinyatakan
tidak valid. Pada kuisioner yang telah dibuat tetap memenuhi
indikator soal meskipun ada soal yang dihapus sehingga tidak perlu
dilakukan uji validitas ulang.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha
Cronbach’s dan diolah dengan program SPSS versi 18.0.
instrument penelitian mempunyai reliabilitas tinggi apabila r>0,6
( Murti, 2008). Setelah dilakukan uji reliabilitas terhadap kuisioner
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan sikap seks pra nikah
commit to user
reproduksi dengan nilai Alpha Cronbach’s sebesar 0,888 dan untuk
kuisioner sikap seks pra nikah dengan nilai Alpha Cronbach’s
sebesar 0,859. Karena Alpha Cronbach’s>0,6 maka kuisioner yang
akan digunakan dalam penelitian telah memenuhi syarat
reliabilitas.
I. Pengolahan Dan Analisis Data 1. Metode pengolahan data
a. Editing
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data atau setelah data
terkumpul kemudian dilakukan pengecekan untuk meneliti apakah semua
item pertanyaan yang diajukan telah dijawab dengan lengkap.
b.Coding
1) Kode untuk pengetahuan
Kode 1 : pengetahuan baik
Kode 2 : pengetahuan cukup
Kode 3 : pengetahuan kurang
2) Kode untuk sikap
Kode 1 : Sikap positif
commit to user c. Tabulating
Menghitung jawaban kuesioner responden yang sudah diberi kode,
kemudian dimasukkan ke dalam tabel.
d. entry
Memasukkan data ke dalam komputer dengan bantuan SPSS versi
18.0 untuk di analisis.
2. Analisis data
Analisis data dilakukan dengan alat bantu menggunakan SPSS for
Windows versi 18.0, dengan langkah-langkah analisa data yang akan
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Analisis Univariat yaitu menganalisis tiap-tiap variabel penelitian yang
ada secara deskriptif dengan menghitung distribusi frekuensi dan
prosentase dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat yaitu analisis yang dilakukan untuk melihat hubungan
kedua variabel. Melihat hubungan variabel bebas yaitu pengetahuan
remaja tentang kesehatan reproduksi dengan skala ordinal sedangkan
variabel terikat yaitu sikap seks pra nikah dengan skala ordinal. Analisis
commit to user BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Penelitian
Penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah dilakukan pada
bulan februari sampai Juli terhadap 36 responden. Responden yang
digunakan adalah remaja usia 14-19 tahun di desa Glagah, Sragen.
Desa Glagah merupakan salah satu desa di Kecamatan
Karangmalang Kabupaten Sragen. Batas wilayah Desa Glagah bagian
timur : Desa Blimbing, Kecamatan Sambirejo, batas utara : Desa Ngarum,
Kecamatan Ngrampal, batas barat : Desa Japol, Kecamatan Pelemdadung
dan batas selatan : Desa Mantup, Kecamatan Kedawung.
Prosedur penelitian ini adalah responden mengisi kuisioner yang
telah di sediakan dan ditunggui oleh peneliti. Kemudian dilakukan
kunjungan rumah bagi responden yang tidak dijumpai pada acara karang
taruna.
B. Karakteristik Responden
commit to user
Usia responden dibagi menjadi 2 golongan yaitu remaja madya
usia 14-16 tahun dan remaja akhir usia 17-19 tahun. Adapun distribusi
[image:39.595.168.517.240.496.2]frekuensi terdapat dalam tabel 4.1 :
Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Umur
No Umur Jumlah Prosentase
1. 14-16 tahun 24 66,7%
2. 17-19 tahun 12 33,4%
Total 36 100%
Sumber : Data Primer 2012
Umur responden terbanyak pada umur 14-16 tahun sebanyak 24
responden (66,7%) dan paling sedikit pada golongan umur 17-19 tahun
sebanyak 12 responden (33,4%).
2. Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden di bagi menjadi 2 golongan yaitu
laki-laki dan perempuan. Adapun distribusi frekuensi terdapat dalam tabel
4.2 :
Tabel 4.2 Karakteristik Berdasarkan Jenis Kelamin
No Umur Jumlah Prosentase
1. Laki-laki 18 50%
commit to user
Total 36 100%
Sumber : Data Primer 2012
Jenis kelamin responden laki-laki sebanyak 18 responden (50%)
dan perempuan sebanyak 18 responden (50%).
3. Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi Tentang Kesehatan
Reproduksi
Karakteristik mengenai Sumber Informasi Tentang Kesehtan
Reproduksi dapat dilihat pada tabel 4.4 :
Tabel 4.4 Karakteristik Berdasarkan Sumber Informasi Tentang
Kesehatan Reproduksi
No Umur Jumlah Prosentase
1. Tenaga Kesehatan 2 5,6%
2. Orang Tua 6 16,7%
3. Teman 4 11,1%
4. Media massa
cetak/elektronik
22 61,1%
5. Guru 2 5,6%
Total 36 100%
Sumber : Data Primer 2012
Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi yang diperoleh
[image:40.595.133.518.232.655.2]commit to user
22 responden (61,1%) dan yang paling sedikit diperoleh dari tenaga
kesehatan dan guru sebanyak 2 responden (5,6%).
C. Hasil Analisis Data
1. Analisis Univariat
a. Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi
Karakteristik pengetahuan responden tentang kesehatan
[image:41.595.131.522.240.515.2]reproduksi terdapat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi
No Pengetahuan Jumlah Prosentase
1. Baik 34 94,4 %
2. Cukup 2 5,6 %
3. Kurang 0 0 %
Total 36 100 %
Sumber : Data Primer 2012
Sebagian besar responden berpengetahuan baik sebanyak 34
responden (94,4 %) dan yang berpengetahuan cukup sebanyak 2
commit to user
Correla tions
1,000 ,267 *
. ,040
36 36
,267 * 1,000
,040 . 36 36 Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Pengetahuan Sikap Kendall's tau_b Pengetahuan Sikap
Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.
b. Sikap Responden Terhadap Seks Pra Nikah
Karakteristik pengetahuan responden tentang kesehatan
[image:42.595.129.513.250.492.2]reproduksi terdapat pada tabel 4.6
Tabel 4.6 Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi
No Pengetahuan Jumlah Prosentase
1. Positif 16 44,4 %
2. Negatif 20 55,6 %
Total 36 100 %
c. Sumber : Data Primer 2012
Sebagian besar responden mempnyai sikap negatif terhadap
seks pra nikah yaitu sebanyak 20 responden (55,6 %).
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap
seks pra nikah.
[image:42.595.171.518.627.708.2]commit to user
Hasil uji Kendal Tau dengan tingkat kepercayaan 95% atau α= 0, 05
menunjukkan nilai ρ sebesar 0,040 <0,05. Dengan demikian Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap
commit to user BAB V
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini jumlah responden adalah sebanyak 36 remaja.
Responden yang digunakan adalah remaja usia 14-19 tahun yang berdomisili di
desa Glagah, Sragen. Kendala yang ditemui pada saat penelitian adalah responden
banyak yang gaduh dan bertanya jawaban dengan responden yang lain. Solusinya
peneliti memberikan kesempatan bertanya kepada responden yang kurang
memahami pertanyaan yang diberikan. Ada responden yang tidak bisa hadir
dalam pengambilan data maka peneliti melakukan kunjungan rumah bagi
responden yang berhalangan hadir.
Dilihat dari umur sebagian besar responden berumur antara 14-16 tahun
(66,7%) dan responden berumur 17-19 tahun (33,4%). Hal ini dikarenakan
perilaku seksual pra nikah akan mulai terjadi jika seseorang sudah berusia 16
tahun atau seseorang yang mengalami masa pubertas lebih cepat. Menurut Smith
dan Anderson (2009) munculnya dorongan seksual terjadi pada remaja
pertengahan yaitu usia 14-16 tahun. Ciri khas remaja pertengahan yaitu para
remaja mengalami pematangan fisik secara penuh, anak laki-laki mengalami
mimpi basah dan anak perempuan mengalami menstruasi. Menurut Fisher dan
Hall menunjukkan bahwa remaja menengah dan remaja akhir cenderung lebih
permisif dibandingkan remaja awal dimana pengaruh orang tua masih cukup
commit to user
bahwa semakin meningkat usia seseorang maka tingkat perilaku seks pra nikah
semakin meningkat (Puspitasari, 2009).
Berdasarkan jenis kelamin seorang pria cenderung lebih permisif terhadap
perilaku seksual pra nikah dibandingkan wanita. Menurut Roche menemukan
pria lebih mementingkan keintiman fisik tanpa memperhatikan keterlibatan
emosional dalam hubungan heteroseksual. Sedangkan wanita lebih
mementingkan kualitas hubungan sehingga pada wanita keterlibatan emosional
mempengaruhi tingkat penerimaan keintiman fisik yang dilakukan pasangannya
(Puspitasari, 2009).
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi didapat dari berbagai sumber
yaitu dari tenaga kesehatan, orang tua, teman, media massa cetak/elektronik dan
guru. Hasil penelitian ini remaja paling dominan memperoleh informasi dari
media massa cetak/elektronik sebesar 61,1%. Hal ini dikarenakan terutama media
elektronik atau internet menyediakan informasi secara bebas tanpa batas
walaupun informasi ada yang positif dan negatif. Hal ini sesuai dengan penelitian
Oktarina (2009), orang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang lebih luas pula. Salah satu sumber informasi yang
berperan penting bagi pengetahuan adalah media massa. Pengetahuan masyarakat
khususnya tentang kesehatan bisa didapat dari beberapa sumber antara lain media
cetak, tulis, elektronik, pendidikan sekolah dan penyuluhan.
Selain dari media massa, orang tua juga berperan yaitu sebesar 16,7%. Hal
commit to user
pengetahuan remaja. Jika orang tua mampu memberikan pemahaman mengenai
pengetahuan kesehatan reproduksi kepada anak-anaknya, maka anak tersebut
cenderung mengontrol perilaku seksnya karena pada dasarnya pendidikan seks
yang terbaik adalah diberikan dari orang tua sendiri. Teman memberikan
pengaruh penting yaitu sebesar 11,1% karena pada saat menginjak usia remaja
biasanya lebih merasa nyaman jika bersama teman-temannya. Maka remaja
mempunyai kecenderungan untuk memperoleh informasi dari temannya tanpa
memiliki dasar informasi yang lebih dapat dipercaya. Sumber informasi tentang
kesehatan reproduksi juga didapat dari tenaga kesehatan dan guru (5,6%). Hal ini
dikarenakan remaja sudah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan dan
pada umumnya remaja juga sudah mendapat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi sejak duduk di bangku kelas VIII.
Tingkat pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja desa Glagah
menunjukan bahwa responden berpengetahuan baik (94,4%) dan berpengetahuan
cukup (5,6%), berarti responden mengetahui dan memahami dengan baik mulai
dari pengertian kesehatan reproduksi, fungsi organ reproduksi, tahap-tahap
perkembangan remaja dan perubahan yang terjadi pada masa remaja. Sesuai
dengan teori Nursalam (2008), yaitu remaja mampu menjawab dengan benar
(76-100%) dari semua pertanyaan. Hasil penelitian terebut sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Darmasih (2009) dengan hasil pengetahuan baik mencapai
82,5%.
Sikap seks pra nikah pada remaja desa Glagah yaitu sebanyak 20 remaja
commit to user
positif. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Sedangkan sikap positif responden
( kecenderungan untuk mendekati seks pra nikah). Perbedaan remaja dalam
bersikap terhadap seks pra nikah dipengaruhi salah satunya oleh media massa
(61,1%).
Dari analisis data yang dilakukan dengan uji Kendal Tau didapatkan nilai
signifikasi 0,040<0,05 berarti ada hubungan antara pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan sikap seks pranikah. Berdasarkan data penelitian
ditemukan hasil bahwa responden dengan pengetahuan baik berjumlah 34
responden (94,4%) yang mempunyai sikap negatif terhadap seks pra nikah
sebanyak 18 responden (52,9%) dan yang mempunyai sikap positif terhadap seks
pra nikah sebanyak 16 responden (44,4%). Responden dengan pengetahuan cukup
sebanyak 2 responden (5,56%) mempunyai sikap negatif terhadap seks pra nikah.
Perbedaan remaja dalam bersikap terhadap seks pra nikah dipengaruhi salah
satunya oleh media massa (61,1%). Pendapat Azwar (2009) yang menyatakan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain
pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media
massa, institusi atau lembaga pendidikan/ agama dan faktor emosi dalam diri
individu.
Menurut Walgito (2003) sikap sangat berkaitan erat dengan tingkat
pengetahuan seseorangnya. Sikap seseorang terhadap suatu objek menunjukkan
commit to user
Penelitian Suryoputro (2006) dengan judul ”Faktor-faktor yang
mempengaruhi seksual remaja di Jawa Tengah: implikasinya terhadap kebijakan
dan layanan kesehatan seksual dan reproduksi”, hasilnya masing-masing variabel
pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran kelurga
mempengaruhi perilaku seks pranikah remaja yaitu sebesar (91%). Sedangkan
sebesar (9%) dipengaruhi oleh faktor yang lain. Jika tidak ada dukungan
pengetahuan, pemahaman tingkat agama, sumber informasi, dan peran keluarga
maka perilaku seks pranikah akan meningkat sebesar 10 kali lipat untuk
melakukan seks pranikah. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku
seksual pranikah remaja adalah teman sebaya, aspek-aspek kesehatan reproduksi,
sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan
yang dirasakan terhadap resiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian
diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, status perkawinan, sosial-budaya,
nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu (Suryoputro,
2006).
Keterbatasan pada penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang singkat
commit to user BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di desa Glagah yaitu
remaja mempunyai pengetahuan baik sebanyak 94,4%dan pengetahuan
cukup sebanyak 5,6%.
2. Sikap seks pranikah remaja menunjukkan 55,6 % termasuk dalam
kategori sikap negatif (kecenderungan untuk menghindari seksual
pranikah) dan 44,4 % mempunyai sikap positif (kecenderungan untuk
mendekati seksual pranikah).
3. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang
kesehatan reproduksi dengan sikap seks pra nikah dengan nilai ρ sebesar
0,040.
B. Saran
1. Bagi Remaja
Diharapkan remaja dapat memilih informasi yang akurat agar
menghindari seks pra nikah sehingga dampak yang diakibatkan oleh
commit to user
2. Bagi Tenaga Kesehatan bekerjasama dengan instansi terkait
Diharapkan agar tenaga kesehatan lebih meningkatkan dalam
memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi kaitannya
dengan pembentukan sikap seks pra nikah remaja melalui
program-program yang ada di desa tersebut.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian selanjutnya dapat menambah variabel