• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS

METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN

TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER

DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh:

ARMANDHA REDO PRATAMA

(1103509)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO

BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT

PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Oleh

Armandha Redo Pratama 1103509

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Armandha Redo 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

(3)

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ARMANDHA REDO PRATAMA

HUBUNGAN EFEKTIVITAS SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI

PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014

Dsetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil .P.,M.Si NIP. 19610323 198603 1 002

Pembimbing II

Dr. H. Dede Sugandi.,M.Si NIP. 19580526 198603 1 010

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Geografi

(4)

i

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG

TAHUN 2014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter dengan arus lalu lintas kendaraan, mengidentifikasi hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter dan mengimplementasikan kajian mengenai transportasi sebagai salah satu materi ajar geografi di SMA. Metode yang digunakan ialah metode survey, dengan teknik analisis skoring. Penulis menggunakan indikator tertentu dalam melakukan observasi. Sedangkan sampel yang digunakan ialah jalur TMB koridor I yang terdiri dari 19 shelter dan responden dengan teknik accidental sampling. Selanjutnya dengan menggunakan analisis korelasi product moment, menunjukan hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter bus TMB dan tingkat arus lalu lintas sebesar -0,54, artinya terdapat hubungan negatif sedang. Sedangkan hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter bus TMB dengan tingkat partisipasi pengguna shelter ialah 0,82. Artinya terdapat hubungan positif kuat. Implementasi kajian transportasi pada mata pelajaran geografi di SMA ialah sebagai sarana pembentuk mental generasi penerus bangsa dalam etika bertransportasi. Jadi terdapat hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter dan arus lalu lintas serta partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter TMB.

(5)

ii

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This reseach for identified correlated between efectiveness of the shelters and the level of traffic flow, identified correlated between effectiveness of the shelters and the level of peoples participation to use shelters and implemented of the transport study as a subjects about geography in high school. This reseach metode is survey, with analysis technique is scoring. As the sample, the author took TMB track corridor I (one) consisting of 19 shelters and respondens with accidental sampling. Next, by using of formula product moment, the resulting figure of the relationship between the effectivity of TMB bus shelters and traffic flow rate of -0.54. This means that there is a medium negative correlation. While the relationship between the effectivity of TMB bus shelter with the level of user participation shelter that the result is 0.82. This means that there is a strong positive. The implementation of the transport study subjects about geography in high school is a means of mental forming for the next generation in terms of its ethics or utilize the public transportation. So any correlated between efectiveness of the shelters and the level of traffic flow, and peoples participation to use TMB shelters.

(6)

1

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ruang merupakan kajian ilmu geografi yang meliputi seluruh aspek darat, laut maupun udara. Alasan mengapa ruang menjadi kajian dari geografi, karena ruang merupakan tempat seluruh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan pengertian ruang yang diungkapkan dalam UU no. 26 tahun 2007, yaitu:

Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Pengertian tersebut menjelaskan bahwa ruang menjadi seluruh pusat kegiatan yang dilakukan oleh manusia, namun penggunaan ruang oleh masyarakat umum tentunya akan dapat menimbulkan berbagai masalah jika digunakan tidak sesuai dengan aturan, sehingga untuk mencegah dan meminimalisir dampak tersebut, maka perlu adanya penataan dalam penggunaan ruang. Menurut UU no. 26 tahun 2007 tujuan penyelenggaraan penataan ruang ialah “untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan

Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional”. Hal ini menunjukan bahwa

penataan ruang sangat penting untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan lingkungannya, sehingga kebutuhan manusia akan tetap terpenuhi dalam jangka panjang.

(7)

2

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kawasan desa maupun kota tetap harus terdapat kawasan lindung dan budidayanya, sehingga ruang sebagai sumber pemenuh kebutuhan manusia dapat terjaga kelangsungannya dan dapat terus dimanfaatkan untuk kehidupan manusia.

Muta’ali (2013) menyebutkan bahwa substansi dari penataan ruang kota

tersebut meliputi penataan pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana yang salah satunya meliputi sistem jaringan transportasi. Pada masyarakat perkotaan, mobilitas penduduk lebih sering terjadi, sehingga kebutuhan akan transportasi akan lebih tinggi, hal ini disebabkan karena kondisi masyarakat perkotaan yang lebih banyak jumlahnya, serta lebih heterogen dalam jenis pekerjaannya. Kebutuhan akan kendaraan bermotor yang semakin meningkat tersebut akan menyebabkan volume kendaraan di jalan raya bertambah dan hal tersebut dapat memicu kemacetan. Agar kemacetan tersebut dapat dikurangi, maka perlu adanya penataan dalam penggunaan kendaraan bermotor. Dalam hal ini tercantum dalam sistem transportasi nasional (SISTRANAS) yang tujuan dari dokumen ini ialah sebagai pedoman dalam pengaturan penggunaan kendaraan bermotor atau transportasi. Adisasmita (2011, hlm. 10) menyebutkan tujuan dari dokumen SISTRANAS, tujuan tersebut ialah sebagai berikut:

Tujuan dari dokumen SISTRANAS ialah sebagai pedoman dalam pengaturan penggunaan transportasi dan pembangunan transportasi, dengan tujuan agar dicapai penyelenggaraan transportasi nasional yang efektif dan efisien.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengaturan mengenai transportasi sangat penting untuk mencegah dampak negatif selain kemacetan yang sering ditimbulkan, dampak tersebut ialah pencemaran udara, suara dan pemborosan energi akibat emulsi yang dikeluarkan saat terjadi kemacetan. Masalah keamanan dan ketertiban masyarakatpun menjadi semakin marak terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas, pembajakan dan penodongan.

(8)

3

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi, sebab menurut mereka hal tersebut dinilai lebih efektif dari pada menggunakan kendaraan umum, walaupun pada kenyataannya justru peningkatan volume kendaraan pribadi menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kemacetan.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah sebagai pembuat kebijakan agar kendaraan umum dapat lebih diminati oleh masyarakat, diantaranya dengan subsidi BBM, namun hal itu ternyata masih belum terlalu berdampak kepada peningkatan minat masyarakat untuk lebih memilih kendaraan umum. Selain itu Khisty dan Lall (2003, hlm. 21) “…menyebutkan permasalahan lainnya, yaitu layanan yang tidak konsisten, jadwal yang tidak pasti dan meningkatnya tarif angkutan umum.”

Masalah yang diungkapkan oleh Khisty dan Lall tersebut menyebabkan menurunnya minat masyarakat terhadap penggunaan transportasi umum, masyarakat lebih memilih untuk menggunakan transportasi pribadi, karena dinilai lebih hemat dan efisien. Untuk mengetahui tingkat penggunaan transportasi umum di Kota Bandung, dapat dilihat pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bandung

No Jenis Kendaraan Tahun 2011 (unit) Persentase (%)

1 Sepeda motor dan roda 3 947.477 71,74

(9)

4

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya yang dapat mendukung pergerakan tersebut, seperti pada jalur darat berupa jalan, atau rel kereta api. Sedangkan prasarana berhenti yang dimaksud ialah terminal dan sarana berhenti lainnya. Jadi sarana berhenti ini tidak hanya terbatas terhadap terminal saja, tetapi dapat juga berupa halte atau tempat pemberhentian bus.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tempat pemberhentian bus merupakan salah satu elemen penting dalam transportasi, terutama dalam transportasi umum dalam kota. Menurut Dirjen perhubungan darat. (1996)

“Pengertian tempat perberhentian bus (TPB) ialah tempat untuk menurunkan

dan/atau menaikan penumpang selanjutnya disebut TPB.”

Untuk dapat memberikan manfaat bagi penumpang, maka dilakukan suatu rekayasa terhadap tempat pemberhentian kendaraan penumpang umum TPB, yang tujuan dari perekayasaan meliputi aspek sebagai berikut:

1. Kelancaran dan ketertiban arus lalu lintas

2. Keselamatan bagi pengguna angkutan penumpang umum

3. Kepastian keselamatan untuk menaikan dan/atau menurunkan penumpang 4. Kemudahan penumpang dalam melakukan perpindahan moda angkutan

umum atau bus.

Tujuan tersebut memberikan kesimpulan bahwa TPB memiliki peran yang sangat penting dalam hal kenyamanan ataupun keselamatan penumpang, namun faktanya kebanyakan penumpang lebih memilih menggunakan bus atau angkutan umum tidak pada TPB yang telah disediakan, sehingga beberapa TPB tersebut berubah fungsi, seperti tempat perdagangan, tempat parkir dll. Di Kota Bandung terdapat angkutan umum yang khusus seperti halnya busway di Jakarta, angkutan tersebut ialah Trans Metro Bandung (TMB). TMB sama halnya dengan angkutan umum lainnya, seperti angkot dan bus DAMRI. Memiliki tempat pemberhentian yang disebut dengan shelter. Fungsi dan kegunaan shelter TMB pun sama dengan halte atau TPB lainnya.

(10)

5

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

koridor, yaitu koridor I (Cibereum-Cibiru) yang terdapat 32 shelter dengan 16 shelter pada jalur berangkat dan 16 shelter pada jalur pulang serta terdapat 10 armada bus sedang yang telah beroperasi, sedangkan pada koridor II (Cicaheum-Cibereum) terdapat 19 shelter dan 10 armada bus besar yang telah beroperasi.

Dengan begitu, peran Shelter TMB sama halnya dengan TPB lainnya, yaitu untuk menjamin kenyamanan dan keamanan penumpang, kemudian permasalahan penggunaan shelter di kota Bandung yang kurang optimal menjadi dasar bagi penulis untuk melakukan penelitian terhadap shelter TMB dengan judul

“Hubungan Kesesuaian Rekayasa Shelter Bus Trans Metro Bandung (TMB)

dengan Arus Lalu Lintas dan Tingkat Partisipasi Pengguna Shelter Kota Bandung Tahun 2014.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Presentase penggunaan moda transportasi umum sangat kecil jika dibandingkan dengan presentase penggunaan kendaraan pribadi sehingga mengakibatkan terjadinya peningkatan volume kendaraan yang cukup besar di jalan raya dan dapat memicu kemacetan.

2. Sarana dan prasarana Trans Metro Bandung yang kurang memadai menyebabkan masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi.

3. Kurang tertibnya pengaturan lalu lintas Trans Metro Bandung menyebabkan sebagian shelter Trans Metro Bandung beralih fungsi.

4. Jarak antar halte dan penempatan shelter Trans Metro Bandung yang kurang sesuai mempengaruhi keinginan penumpang untuk naik atau turun di shelter yang telah di sediakan.

(11)

6

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun rumusan masalah yang penulis rumuskan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter dengan arus lalu lintas kendaraan lain pada jalur TMB Kota Bandung ?

2. Bagaimanakah hubungan antara kesesuaian rekayasa dengan partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter ?

3. Bagaimanakah implementasi kajian transportasi terhadap pembelajaran georgafi di SMA ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang penulis rumuskan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi tingkat hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter dengan arus lalu lintas kendaraan lain pada jalur TMB Kota Bandung.

2. Untuk mengidentifikasi tingkat hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter TMB Kota Bandung.

3. Untuk mengimplementasikan kajian mengenai transportasi sebagai salah satu meteri ajar geografi di SMA.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik bagi penulis sendiri ataupun lembaga terkait dalam penelitian ini.

1. Manfaat bagi penulis ialah dapat meningkatkan kemampuan penulis dalam bidang yang sedang penulis tekuni saat ini. Selain itu penelitian ini juga sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar S.Pd.

(12)

7

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(13)

128

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat arus lalu lintas kendaraan di Kota Bandung memiliki tingkat arus lalu lintas yang tinggi. Hampir seluruh jalur di depan shelter memiliki tingkat arus lalu lintas yang tinggi. Pada umumnya hal ini disebabkan oleh menyempitnya ruas jalan akibat aktivitas kendaraan yang tidak tertib lalu lintas, seperti bus TMB yang berhenti tidak pada shelter, shelter TMB yang tidak memiliki teluk bus, pasar tumpah dan aktivitas parker liar di rual jalur TMB Kota Bandung. Sedangkan hubungan antara tingkat kesesuaian rekayasa shelter dengan arus lalulintas kendaraan di jalur TMB Kota Bandung dalam penelitian ini memiliki nilai korelasi -0,54. Hal ini berarti terdapat tingkat hubungan negatif sedang yang menunjukan semakin tinggi tingkat kesesuaian rekayasa shelter, maka tingkat arus lalu lintas kendaraan di jalur tersebut semakin rendah.

Selanjutnya tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter memiliki nilai yang kurang baik. Hal ini terlihat dari klasifikasi tingkat partisipasi shelter rendah yang memiliki dominasi yang sama dengan tingkat partisipasi tinggi. Jumlah shelter yang memiliki tingkat partisipasi tinggi ialah 8 shelter, sedangkan shelter dengan tingkat partisipasi rendah ialah 8 shelter dan shelter dengan tingkat partisipasi sedang hanya 2 shelter. Penyebabnya ialah alih fungsi shelter yang banyak terjadi di shelter TMB di Kota Bandung, alih fungsi tersebut seperti digunakan sebagai tempat berdagang, sebagai tempat penyimpanan barang dan sebagai tempat parker. Hal ini terlihat dari dari rata-rata persentase tingkat ketidakkenyamanan pengguna shelter terhadap alih fungsi shelter yang mencapai 88%. Sedangkan rata-rata persentase rasa tidak aman pengguna shelter terhadap alih fungsi shelter tersebut mencapai 90%. Hal ini menunjukan bahwa pengguna shelter merasa tidak nyaman dan tidak aman terhadap alih fungsi shelter tersebut,

(14)

129

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hal ini mengakibatkan jumlah partisipasi pengguna shelter sedikit. Hal ini sesuai dengan tingkat hubungan antara kesesuaian rekayasa shelter dan tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter yang memiliki nilai korelasi 0,82. Nilai tersebut berarti bahwa terdapat hubungan positif yang sangat kuat dan menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat kesesuaian rekayasa shelter, maka tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter akan semakin tinggi.

Sedangkan pada pembelajaran geografi di SMA, penelitian ini termasuk kedalam bab sistem informasi geografis (SIG) dan materi pokok pemanfaatan SIG dalam transportasi. Pada materi ini akan dibahas mengenai peran transportasi dalam industri. Selain itu pengetahuan mengenai transportasi akan memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai dampak volume kendaraan yang lebih banyak daripada kapasitas jalan dan membentuk mental siswa agar mematuhi peraturan lalu lintas dalam berkendara di jalan raya.

B. Rekomendasi

1. Perlu adanya penambahan jumlah shelter pada jalur TMB koridor I agar masyarakat dapat menjangkau pusat kegiatan jika turun/atau naik bus TMB Kota Bandung dari shelter.

2. Perlu adanya perbaikan pada shelter nomor 10, 15, 16, 17 dan 19 agar kenyamanan pengguna shelter dapat meningkat, selain itu kelengkapan prasarana shelter seperti tempat sampah dan papan nama shelter juga harus dilengkapi agar tingkat partisipasi masyarakat dalam menggunakan shelter dapat meningkat pula, selain itu dengan membuat teluk bus di seluruh shelter TMB Kota Bandung, hal ini bertujuan agar bus yang berhenti di shelter tidak menghambat arus lalu lintas pada jalur tersebut.

(15)

130

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Meningkatkan peran pemerintah dan instansi terkait untuk memberikan penyadaran kepada masyarakat mengenai pentingnya budaya naik/turun di shelter, dan menempatkan petugas di seluruh shelter yang ada untuk membantu menertibkan.

5. Penertiban dan penindakan para pengemudi di jalan raya harus lebih ditegaskan, agar peraturan yang telah dibuat tidak cacat dan dapat terus berkelanjutan.

(16)

131

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAF TAR PUSTAKA

Adisasmita, S.A. 2011. Perencanaan Pembangunan Transportasi. Yogyakarta. Graja Ilmu

Adler, H.A. 1983. Evaluasi Ekonomi Proyek-Proyek Pengangkutan. UI. Jakarta BAPPEDA Kota Bandung. 2013. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung

Tahun 2013. Pemerintah Kota Bandung

Black, Jhon. 1985. Urban Transport Planning. Croom Helm. London BPS Kota Bandung. 2014. Bandung Dalam Angka 2014. Pemerintah Kota Bandung

Budiono. M.A. 2005. Kamus Ilmiah Populer Internasional. Surabaya. Alumni. Danial E dan Warsiah N. 2009. Metoda Penulisan Karya Ilmiah.Bandung.

LaboratoriumPKN UPI.

Davis dan Newstrom. 1989. Perilaku Organisasi. Jakarta. Erlangga Dishub Kota Bandung. 2013. Trans Meto Bandung (TMB). Bandung

DIRJEN Bina Marga. 1992. Tata Cara Perencanaan Persimpangan Sebidang Jalan Perkotaan. Jakarta.

DIRJEN Perhubungan darat. 1996. Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Pemberhentian Kendaraan Penumpang Umum. Jakarta. Dishub

DIRJEN Peruhbungan Darat. 2001. Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Tertib.

Khisty, C. J dan Lall, B. K. 2003. Dasar-dasar Rekayasa Transpotrasi Jilid 1. Jakarta. Erlangga.

Khisty, C. J dan Lall, B. K. 2006. Dasar-dasar Rekayasa Transpotrasi Jilid 2. Jakarta. Erlangga.

Koentjaraningrat. 1993. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta. Djambatan.

(17)

132

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mansyur M.C. 1988. Sosiologi Masyarakat Kota dan Desa. Surabaya. Usaha Nasional

Miro, F. 2004. Perencanaan Transportasi. Jakarta. Erlangga Miro, F. 2012. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta. Erlangga.

Munawar. A. 2009. Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Yogyakarta. Beta Offset. Muslihah, S.N. 2011. Analisis Efektivitas Halte Angkutan Umum Kota Surakarta

Tahun 2010. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Muta’ali, Lutfi. 2013. Penataan Ruang Wilayah dan Kota. Yogyakarta. BPFG

UGM

Ogden, K.W dan Taylor, S.Y. 1999. Traffic Engineering and Management. Australy.Institute of Transport Studies, Monash University.

Oglesby, C.H dan Hicks, R.G. 1982. Higway Engineering, edisi 4, Jhon Wiley and Sons, Inc. New York.

Pasaribu dan Simanjuntak. 1986. Sosiologi Pembangunan. Bandung. Tarsito Pemkot Bandung. 2013. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung. Bandung PP No. 18 Tahun 2010

Sastropoetro. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung. Alumni

Setiadi, E.M. dan Kolip, U. 2011. Pengantar Sosiologi. PT. Kencana. Jakarta Sudjana. 2005. Metoda Statitiska. Bandung. Tarsito.

Sumaatmadja, N. 1996. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta. Bumi Aksara Supriatna Y. 2013. Evaluasi Kinerja Pelayanan Trans Metro Bandung Dari Sisi Pengguna Dengan Menggunakan Analisis GAP. Skripsi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, UNIKOM. Bandung

Tamin, O.Z. 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung. ITB UU Nomor 26 Tahun 2007

(18)

133

Armandha Redo Pratama, 2015

HUBUNGAN KESESUAIAN REKAYASA SHELTER BUS TRANS METRO BANDUNG (TMB) DENGAN ARUS LALU LINTAS DAN TINGKAT PARTISIPASI PENGGUNA SHELTER DI KOTA BANDUNG TAHUN 2014 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Vuchic, Vukan. R. 1981. Urban Public Transport System and technology. Pretince hall.New Jersey

Wardiyatmoko. K. 2013. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta. Erlangga Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [online]

Tersedia dalam:http://kbbi.web.id/suai

Lubis M.E dan Sianturi N.M. 2013. Penetapan Model BAngkitan Pergerakan Untuk Beberapa Tipe Perumahan Di Kota Pematangsiantar. [online] Tersedia dalam: http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jmts/article/view/ 1210/1302. (18 November 2014)

Purba, H. 2013. Mekanisme dan Proses Penyusunan Tata Ruang Kawasan. [online]

Tersedia dalam:https://www.academia.edu/7514582/BAB_4MEKANISME_DAN

PROSES PENYUSUNAN TATA_RUANG_KAWASAN. (7 November 2014)

Purwanto Edi. 2013. Karakteristik Arus Lalu Lintas. [online]

Tersedia dalam: http://www.slideshare.net/bangkitbayu/karakteristik-arus- lalu-lintas. (28 Agustus 2014)

Sulistyorini R. dan O.Z Tamin. 2007. Kajian Lanjut Pengembangan Model Simultan. [online].

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kendaraan Bermotor di Kota Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Uji Statistik Kandungan Katekin Di dalam Kalus Teh ( Camellia sinensis L.). Sum of Squares df Mean Square F

Anomalous gold occurs in several areas, including Lim Tian, as an eluvial and alluvial area of mineralization on the northern flanks of the main hill and Kho San Poi, defined as

Uji Efektivitas Pupuk Organonitrofos dan Kombinasinya dengan Pupuk Kimia terhadap Pertumbuhan, Produksi, serta Serapan Hara Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol

Dalam menarik minat beli ulang banyak factor yang mempengaruhi, antara lain faktor kenyamanan, pelayanan, kelengkapan produk, dan lain sebagainya, hal tersebut

Narver dan Slater (1990) mendefinisikan orientasi pasar dari perspektif budaya sebagai budaya organisasi yang paling efektif menciptakan perilaku yang diperlukan

Hal ini disebabkan oleh pengaruh iklim dingin dari Australia, suhu yang ideal untuk pertanaman gandum jatuh pada periode Juli-September namun kenda- lanya adalah

Untuk memusatkan pengkajian, penelitian ini mengajukan rumusan masalah tentang bagaimana proses pemrograman ( programming ) Simpang5 TV dalam mengemas Ngaji Bareng

Sesuai dengan namanya, komisaris independen harus bersifat independen dalam arti bahwa komisaris tersebut tidak terlibat pengelolaan perusahaan dan diharapkan mampu