• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA ASUH PEMBIMBING ASRAMA ASTER DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "POLA ASUH PEMBIMBING ASRAMA ASTER DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

POLA ASUH PEMBIMBING ASRAMA ASTER DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL

BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

Hayat Nur Isnaini Juniarti NIM 1000076

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

(2)

POLA ASUH PEMBIMBING ASRAMA ASTER DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL

BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG

Oleh

Hayat Nur Isnaini Juniarti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Hayat Nur Isnaini Juniarti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI, 2015

POLA ASUH PEMBIMBING ASRAMA ASTER DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR

ABSTRAK

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI (1000076)

POLA ASUH PEMBIMBING ASRAMA ASTER DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL

BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG

Di kota kembang ini tidak sedikit disabilitas tunanetra yang tinggal di Panti Sosial Bina Netra dan bukan tinggal di rumah bersama orang tuanya, pada hakikatnya di sana juga merupakan lingkungan keluarga yang mana orang tua mereka yaitu pembimbing asrama. Mekanisme proses pendidikan atau pola asuh di keluarga/ asrama penting untuk diperhatikan, karena akan melahirkan bekal hidup untuk mereka di masa depan. Berdasarkan hal tersebut pola asuh pembimbing Asrama Aster dalam mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra penting untuk diteliti. Tujuan penelitianya itu mengetahui pola asuh pembimbing asrama aster dalam mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilaksanakan secara trianggulasi yang merupakan gabungan dari observasi, wawancara dan studi dokumentasi, kemudian data-data tersebut dianalisis sehingga mendapatkan temuan-temuan hasil penelitian. Berdasarkan temuan penelitian menunjukkan bahwa pola asuh pembimbing Asrama Aster di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung yaitu demokratis, ia memiliki sifat yang hangat, selalu mengayomi dan melakukan pola asuh yang sesuai dengan kondisi disabilitas tunanetra di asrama. Kemandirian belajar disabilitas tunanetra di asrama aster yaitu bahwa mereka secara akademik maupun non akademik dapat meraih prestasi dengan baik dan memiliki inisiatif belajar yang mucul dari diri sendiri. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis dapat disarankan kepada pembimbing asrama supaya mengembangkan pola asuh pembimbing asrama serta lebih disesuaikan dengan kondisi disabilitas tunanetra, karena mereka merupakan anak-anak spesial yang memiliki kekhasan tertentu. Kemandirian belajar disabilitas tunanetra di Asrama Aster dengan segala prestasi yang telah diraih dan potensi yang mereka miliki dapat dikembangkan lebih optimal, sehingga mereka tanpa terkecuali dapat menjadi pribadi yang unggul, beretika dan berkarakter sesuai dengan yang diharapkan.

(4)

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI, 2015

ABSTRACT

HAYAT NUR ISNAINI JUNIARTI (1000076)

POLA ASUH PEMBIMBING ASRAMA ASTER DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN BELAJAR DISABILITAS TUNANETRA DI PANTI SOSIAL

BINA NETRA WYATA GUNA BANDUNG

In Bandung, there is many blind disabilities living in Panti Sosial Bina Netra and not

living at home with his parents, and don’t living at home with his parents, in essence there is

also a family environment where their parents are supervising the hostel. The mechanism of the process of education or upbringing in the family/ dorm is important to note, because it will give birth to life provision for them in the future. Based on the parenting counselor Aster hostel in developing independent learning disability is important to study the visually impaired. The purpose of research is to know the dorm supervisor parenting daisies in developing independent learning disabilities in Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung. The method used is descriptive method through a qualitative approach. Data collection techniques implemented triangulation which is a combination of observation, interviews and documentation, then the data are analyzed to obtain the findings of the research. Based on the research findings indicate that parenting counselors in Asrama Aster Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung, that’s a democratic parenting, she has a warm nature, always nurturing and perform appropriate parenting with a blind disabilities conditions in the dorm. Independent learning which have blind disabilities in boarding daisies that they can take good academic and non-academic achievements and has a learning initiative which comes from themself. Based on the results of research and analysis can be suggested to the preceptor in order to develop parenting and more adapted to the conditions of blind disabilities, because they are special children who have certain peculiarities. Independent learning which have blind disabilities in Asrama Aster with all the achievements and their potential can be developed optimally, so that they are without exception can be a superior personal, ethical and have a good character as expected.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur selalu penulis panjatkan kepada yang Maha Adil kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga pada saat ini masih diberi kesehatan dan kenikmatan senantiasa secara lahir dan bathin dapat menyelesaikan skripsi yang berjudil: “Pola

Asuh Pembimbing Asrama Aster dalam Mengambangkan Kemandirian Belajar

Disabilitas Tunanetra di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung. Sholawat

serta salam selalu tercurah kepada junjunan kita, paduka alam, penumpas segala kedzoliman, pengibar bendera keadilan, pemimpin kita Nabiyalloh wa Rasululloh Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat, hingga sampailah kepada kita saat ini sebagai kaum muslimin dan muslimat.

Skripsi ini diselesaikan dengan segala keikhlasan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Departemen Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Pada proses penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih terdapat

beberapa kekurangan, baik isi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dapat diterima untuk memperbaikinya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia Pendidikan secara umun dan dalam dunia Pendidikan Khusus secara khususnya. Semoga keberkahan selalu mendampingi kita semua. Aamiin Ya Rabbal’alamin.

Salam Pendidikan Khusus!

Bandung, Januari 2015 Penulis

(6)

NIM. 1000076 UCAPAN TERIMAKASIH

Berlandaskan keikhlasan dan syukur selalu penulis panjatkan kepada yang Maha Adil kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga pada saat ini masih diberi kesehatan dan kenikmatan senantiasa secara lahir dan bathin dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada pemimpin kita Nabiyalloh wa Rasululloh Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat, hingga sampailah kepada kita saat ini sebagai muslimin dan muslimat. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Kedua Orang Tua yaitu Bapak H. Muchlas Sholeh (Alm.) dan Ibu Hj. Atikah

yang selalu memberikan do’a, dukungan, motivasi, inspirasi, pendidikan dengan berbagai ekspektasi yang sungguh sangat luar biasa dan segala yang terbaik bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan ini dengan baik. 2. A Nasir, A Rafiq, Teh Evva, A Jamil dan adik tersayang Reza serta seluruh

keluarga besar yang telah memberikan banyak dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan masa perkuliahan ini.

3. Dr. Sunaryo, M.Pd. selaku ketua Departemen Pendidikan Khusus.

4. Dr. Hj. Ehan, M.Pd selaku pembimbing I dan Dr. H. Atang Setiawan, M.Pd selaku pembimbing II yang telah menginspirasi, membimbing dan memberikan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dr. M. Sugiarmin, M.Pd (Alm.) selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan memberikan dukungan serta kemudahan kepada penulis selama masa perkuliahan.

(7)

iv

7. Lili Hartini dan Eri Julianto, S.Pd selaku staff Departemen Pendidikan Khusus yang tidak pernah lekang oleh waktu untuk memfasilitasi segala administrasi perkuliahan.

8. Cecep Sutriaman, S.Sos, M.PSSp selaku Kepala Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung yang telah mengizinkan dilaksanakannya penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Drs. Hendra Biantara Juniardi selaku Kasi Rehabilitasi Sosial, Dra. Wenty R. Rosiantie selaku staff Rehabilitasi Sosial, dan Bapak serta Ibu pembimbing Asrama Aster Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna Bandung yang telah mendukung proses penelitian, tidak lupa para sahabat Asrama Aster yang selalu mendukung penulis.

10. Saudara-saudari keluarga besar Aditya Ambah Bhuana Dewan Kerja Daerah Jawa Barat, keluarga besar Ksatria Patria Tama Dewan Kerja Cabang Kab. Garut dan keluarga besar Pramuka UPI (Racana Prabu Siliwangi dan Racana Subang Larang Gugus Depan Lengkap Kota Bandung 01-005.01-006 Pangkalan Universitas Pendidikan Indonesia), kalian selalu ada di hati dan sangat luar biasa

memompa semangat penulis untuk menyelesaikan segala tugas.

11. Rekan-rekan seperjuangan Departemen Pendidikan Khusus angkatan 2010 yang selalu saling bersinergi, memberikan support dan doa yang tidak terbatas sehingga penulis dapat menyelesaikan setiap fase pada masa perkuliahan.

12. Semua pihak yang telah memberikan bantuan maupun dorongan kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini

Demikian penulis sampaikan dan penulis berharap semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan rahmat-Nya untuk membalas semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, Aamiin.

(8)

Hayat Nur Isnaini Juniarti NIM. 1000076

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ...1

B. Fokus Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Kegunaan Penelitian ...4

E. Struktur Organisasi Skripsi ...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Tunanetra ...6

B. Konsep Pola Asuh ...9

C. Konsep Kemandirian Belajar ...18

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...24

B. Partisipan dan Tempat Penelitian ...25

C. Pengumpulan Data ...26

D. Analisis Data ...36

E. Pengujian Keabsahan Data ...38

(9)

vi

A. Temuan Penelitian ...40

B. Pembahasan ...77

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan ...84

B. Rekomendasi ...85

DAFTAR PUSTAKA ...86

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Tabel Sumber Data... 26

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Wawancara ... 29

Tabel 3.3. Instrumen Pedoman Wawancara ... 30

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Observasi ... 34

Tabel 3.5. Instrumen Pedoman Observasi ... 35

Tabel 3.6. Kisi-kisi Instrumen Pedoman Dokumentasi ... 35

Tabel 4.1. Petikan Wawancara Pola Asuh ... 41

Tabel 4.2. Hasil Observasi Pola Asuh ... 63

Tabel 4.3. Petikan Wawancara Kemandirian Belajar ... 66

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Karakter setiap anak merupakan cerminan lingkungan yang melekat pada anak tersebut. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan masyarakatnya dan paling penting adalah lingkungan keluarga. Menurut Kartadinata dalam Lickona (2012, hlm. 11) mengemukakan bahwa, “Karakter adalah proses perkembangan, dan pengembangan karakter adalah sebuah proses berkelanjutan dan tak pernah berakhir (never ending process) selama manusia hidup dan selama sebuah bangsa ada dan ingin tetap eksis”. Pola asuh yang ada pada lingkungan keluarga menciptakan karakter perilaku pada anak. Sehingga anak berperilaku seperti apa pun, hal itu merupakan pembelajaran perilaku yang ia dapatkan sehingga ia dapat melakukan perilaku tersebut. Para tunanetra yang tinggal di asrama aster tentu sudah menjadi bagian dari keluarga asrama aster. Kegiatan rutin disana akan dilakukan secara terus-menerus dan dapat berpengaruh menjadi kebiasaan. Menurut salah seorang pakar pendidikan karakter Lickona dalam Qomaruzzaman

(2011, hlm. 8) mengemukakan bahwa, “…karakter itu seperti otot yang harus

terus menerus dilatih agar semakin menguat.” Ketika telah terbentuk karakter

seseorang maka hal itu akan menjadi ciri khas orang tersebut, maka dari itu pembiasaan positif perlu dibangun sejak dini.

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat penting dan berpengaruh bagi perkembangan disabilitas tunanetra. Hal ini mengandung makna bahwa orang tua memiliki peran sebagai designer proses pendidikan yang ada di keluarga. Disabilitas tunanetra yang tinggal di asrama aster Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Kota Bandung sama halnya seperti di lingkungan rumah, di sana juga merupakan lingkungan keluarga yang mana orang tua mereka yaitu pembimbing asrama. Mekanisme proses pendidikan atau pola asuh di keluarga/ asrama penting untuk diperhatikan, karena di sana melahirkan bekal hidup untuk mereka di masa depan.

(12)

2

yang terjadi untuk melaksanakan berbagai tugas perkembangan. Berbeda halnya dengan disabilitas tunanetra, terdapat beberapa kecenderungan untuk menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan. Akan tetapi hal tersebut menjadi kurang optimal dalam menggali kemampuan yang mereka miliki apabila tidak dipupuk sejak dini kemandiriannya tersebut.

Namun pada saat ini ketika mengamati disabilitas tunanetra, memang terdapat berbagai variasi kemandirian sebagai peserta didik. Barangkali ada peserta didik yang memiliki kemandirian dalam belajar, sehingga ia mampu mengikuti dinamika yang terjadi. Hal ini secara tidak langsung mungkin saja akan memberikan pengaruh positif terhadap prestasi akademik ataupun diluar akademik. Berdasarkan pernyataan tersebut tentu tidak terlepas dari peranan pembimbing asrama sebagai orang tua disabilitas tunanetra yang ada di asrama untuk membina dan mengarahkan kebijakan pendidikan bagi mereka di asrama, karena sikap mandiri seseorang tidak terbentuk secara instan begitu saja, melainkan dapat terbentuk melalui berbagai proses sejak masa kanak-kanak.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikerucutkan bahwa kemandirian

disabilitas tunanetra di astrama aster PSBN dalam belajar dapat dibentuk oleh pola asuh pembimbing asrama. Melalui arahan dan bimbingan pembimbing asrama akan membuat disabilitas tunanetra terstimulasi dengan diawali untuk membiasakan mandiri dalam belajar. Walaupun pada awalnya merasa terpaksa, tetapi kedepannya pun akan menjadi mampu untuk mandiri dalam belajar. Sehingga hal tersebut akan terbiasa dan dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari.

Menurut Gunawan (2013) menyampaikan bahwa, “kemandirian belajar adalah suatu usaha yang dilakukan untuk melakukan aktifitas belajar dengan cara mandiri atas dasar motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi tertentu sehingga bisa dipakai untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapi.” (sumber: http://koffieenco.blogspot.com). Kemandirian belajar akan menuntut mereka untuk aktif dengam penuh semangat memiliki inisiatif dalam belajar, baik mengerjakan tugas ataupun sekedar membaca buku.

(13)

3

memiliki pola tersendiri mengenai mekanisme dan prosedur dalam mengembangkan potensi disabilitas tunanetra di asrama. Menurut Baumrind (dalam Fathi, 2011, hlm. 53) terdapat 3 macam pola asuh, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. Pembimbing asrama dapat menerapkan pola asuh demokratis, otoriter, atau permisif.

Berdasarkan hal yang telah dipaparkan, peneliti ingin meneliti pola asuh pembimbing Asrama Aster pada disabilitas tunanetra yang ada di PSBN Wyata Guna Bandung. Seperti yang kita ketahui pola asuh yang diberikan orang tua dalam hal ini pembimbing asrama kepada disabilitas tunanetra memiliki peranan penting dalam kehidupan mereka. Karena pola asuh dapat melahirkan karakter. Pola asuh seperti X akan melahirkan karakter anak seperti X. Mengapa pola asuh begitu pentingnya di mata pendidikan? Karena hal itu akan berkesinambungan dengan kompetensi mereka dalam segala aspek kehidupan. Kemandirian disabilitas tunanetra akan muncul sesuai dengan kompetensi yang ia miliki. Tidak akan menutup kemungkinan jika disabilitas tunanetra menguasai segala keahlian, namun tidak dibekali pola asuh yang baik, tetap saja ia akan menggantungkan

dirinya pada orang lain. Maka dari itu peneliti akan meneliti tentang pola asuh pembimbing asrama aster dalam mengembangkan kemandirian belajar pada disabilitas tunanetra di PSBN Wyata Guna Bandung.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penelitian ini difokuskan pada Bagaimana pola asuh pembimbing asrama aster dalam

mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra di PSBN Wyata Guna Bandung?

Kemudian dari fokus penelitian yang telah dikemukakan tadi, maka peneliti merincinya menjadi beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pola asuh yang digunakan pembimbing asrama aster kepada disabilitas tunanetra di Asrama Aster PSBN Wyata Guna Bandung?

(14)

4

C. Tujuan Penelitian

Tentu peneliti memiliki tujuan tertentu terkait penelitian yang dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh pembimbing asrama aster dalam mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra di PSBN Wyata Guna Bandung.

D. Kegunaan Penelitian a. Secara praktis

Sebagai bahan masukan bagi orangtua, pembimbing asrama dan guru, bahwa kemandirian belajar pada disabilitas tunanetra yang berkaitan dengan karakter pemuda masa kini dilihat dari perilaku yang dibuatnya. Maka dari itu pembimbing asrama sebagai orang tua dapat menjadi fasilitator disabilitas tunanetra dengan cara memberikan pola asuh yang tepat guna menjadi bekal untuk kehidupan mereka. Disamping itu juga kegunaan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian, pertimbangan dan kebijakan untuk memberikan pembiasaan mandiri dalam belajar sehingga disabilitas tunanetra dapat memiliki kemandirian dalam

belajar serta fokus terhadap hakikat mereka tinggal di asrama adalah untuk belajar agar menjadi tunanetra yang mandiri dan berkarakter.

b. Secara teoritis

Memberikan sumbangsih pemikiran dan informasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan pendidikan khusus tentang pola asuh yang diberikan pembimbing asrama dalam mengembangkan kemandirian belajar pada disabilitas tunanetra. c. Kegunaan bagi peneliti

Adapun penelitian ini dapat memiliki kegunaan bagi peneliti yaitu sebagai berikut:

1) Penulis selaku peneliti memperoleh pengalaman dalam dapat mengetahui pola asuh pembimbing Asrama Aster dalam mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. 2) Dapat memberikan kesadaran untuk mengaktualisasikan diri peneliti di dalam

(15)

5

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan di dalam penelitian ini yaitu terdapat lima bab, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang penelitian yang menjadi dasar dilaksanakannya penelitian. Fokus penelitian berguna untuk menunjukkan aspek apa saja yang ingin diungkap dalam penelitian. Kemudian tujuan penelitian untuk menjelaskan apa yang dimaksud, kemudian kegunaan penelitian menjelaskan manfaat penelitian dilaksanakan. Selanjutnya, struktur organisasi skripsi berisi tentang sistematika penulisan skripsi.

BAB II LANDASAN TEORITIS

Bab ke dua merupakan landasan teoritis yang mencakup beberapa hal dan berkaitan dengan teori-teori penunjang penelitian, diantaranya yaitu: konsep tunanetra, konsep pola asuh dan konsep kemandirian belajar.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ke tiga merupakan metode penelitian yang mencakup desain penelitian,

partisipan yang menjelaskan siapa saja yang menjadi narasumber dalam penelitian dan tempat penelitian. Kemudian pengumpulan data disajikan pada bab tiga ini yakni sebagai cara yang digunakan untuk pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan studi dokumentasi dan diakhiri dengan analisis.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ke empat mencakup temuan dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, yaitu pembahasan mengenai pola asuh yang diterapkan oleh pembimbing Asrama Aster terhadap disabilitas tunanetra di Asrama Aster PSBN Wyata Guna Bandung.

BAB V PENUTUP

(16)

24

BAB III

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Kegiatan penelitian mengenai pola asuh pembimbing Asrama Aster dalam mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra di PSBN Wyata Guna Bandung dilaksanakan secara sistematis dan memiliki langkah–langkah tertentu. Metode penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam rangkaian proses penelitian, karena disinilah yang akan menentukan cara–cara yang akan digunakan dalam memperoleh informasi dan data untuk mendukung penelitian. Secara umum metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,

teknik pengumpulan data dengan trianggulsai (gabungan) analisis data bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna generalisasi, Sugiyono (2011, hlm. 15). Penelitian deskriptif berusaha menggambarkan fenomena yang terjadi melalui sumber-sumber data yang diperoleh. Metode penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah atau sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

(17)

25

peneliti. Seperti yang telah disampaikan oleh Raco (2010, hlm. 63) bahwa “informasi dan masukan dari partisipan menjadi rujukan utama analisis.”

Menurut Moustakes (1994) dan Patton (2002) (dalam Semiawan, 2010, hlm. 80) mengemukakan bahwa “beberapa perspektif teoritis yang mendasari metode kualitatif. Beberapa perspektif yaitu Fenomenologi (Phenomenologi), Interaksi Simbolik (Simbolic Interactions), Ethnografi (Ethnography), Heuristik (Heuristic

Inquiry), dan Hermeneutika (Hermeneutics)”.

B.Partisipan dan Tempat Penelitian

Tempat pelaksaan penelitian di Asrama Aster PSBN Wyata Guna Bandung yang beralamat di Jalan Pajajaran No. 52 Kelurahan Cicendo Kecamatan Cicendo Kota Bandung. Alasan peneliti mengambil tempat ini dijadikan sebagai tempat penelitian karena cukup banyak tunanetra yang tinggal di PSBN sehingga penting untuk diteliti terkait pola asuh pembimbing Asrama Aster dalam mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra. Dikarenakan hal tersebut dapat menjunjang kehidupan disabilitas tunanetra untuk di masa mendatang.

(18)

26

Tabel 3.1 Tabel Sumber Data

No. Nama Samaran Keterangan

1. N Pembimbing Asrama Aster

2. S Pembimbing Asrama Aster

3. AR Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

4. EL Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

5. NA Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

6. NH Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

7. NJ Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

8. RN Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

9. SH Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

10. SP Disabilitas tunanetra di Asrama Aster

C.Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan pedoman yang dipakai oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian agar peneliti dapat menyusun hasil temuan masalahnya secara sistematis. Menurut Sugiono (2011, hlm. 307) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

(19)

27

penelitian, wawancara, mengakomodir dokumentasi, pengolahan data dan analisis data. Penjelasannya yaitu sebagai berikut:

a. Observasi

Data yang diperoleh melalui observasi yaitu gambaran pola asuh pembimbing asrama dan kemandirian belajar disabilitas tunanetra di asrama Aster PSBN Wyata Guna Bandung secara realistik. Kegiatan pembimbing asrama dan disabilitas tunanetra di lingkungan asrama yang dapat dipaparkan. Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan yang tersirat, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung dari perilaku subjek penelitian. Pengamatan terhadap objek yang akan diteliti, berusaha mengumpulkan data dari fenomena yang telah muncul

Bungin (2007, hlm. 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus. b. Wawancara

(20)

28

kesatu melibatkan pihak kedua untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian melalui pertanyaan. Sebelum melaksanakan wawancara, peneliti melaksanakan terlebih dahulu pendekatan secara intensif terhadap pembimbing asrama aster PSBN dan disabilitas tunanetra di asrama aster PSBN.

Mulyana (2010, hlm. 180) mengemukakan bahwa wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh onformasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan kepada disabilitas tunanetra penghuni Asrama Aster. Pada wawancara ini mengungkap pola asuh yang diterapkan Pembimbing asrama kepada disabilitas tunanetra di asrama aster. Disampin itu juga peneliti mewawancara pembimbing Asrama Aster guna mengungkap kemandirian belajar yang dimiliki disabilitas tunanetra di Asrama Aster.

Peneliti melakukan wawancara secara terstruktur pada penelitian ini. Menurut Mulyana (2010, hlm. 180), “…wawancara terstruktur sering juga disebut wawancara baku (standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan

sebelumnya…”. Pada penelitian ini pun pedoman wawancara disusun berdasarkan kebutuhan penelitian terkait pola asuh Pembimbing asrama aster dalam mengembangkan kemandirian belajar disabilitas tunanetra di asrama Aster PSBN Wyata Guna Bandung.

c. Dokumentasi

(21)

29

dan data yang diperoleh dari asrama. Sebagai tahapan yang dapat mempermudah penelitian, terdapat kisi-kisi dan instrumen penelitian, yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.2

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Wawancara

NO. FOKUS

(22)

30

asrama aster.

Tabel 3.3

Tabel Instrumen Pedoman Wawancara

NO. PERTANYAAN JAWABAN

1. Apakah ibu/bapak pembimbing asrama aster ketika mengambil keputusan secara bermusyawarah dengan disabilitas tunanetra di asrama aster?

2. Apakah ibu/bapak pembimbing asrama aster ketika menentukan peraturan disiplin dengan

memperhatikan keadaan, perasaan dan pendapat disabilitas tunanetra di asrama aster?

3. Apakah hubungan antar ibu/bapak pembimbing asrama aster dengan anank-disabilitas tunanetra di asrama aster saling menghormati

dan menghargai?

(23)

31

atau hanya satu arah dari pembimbing asrama?

5. Bagaimanakah dengan keinginan dan pendapat disabilitas tunanetra selalu diperhatikan oleh ibu/bapak

pembimbing asrama aster?

6. Apakah disabilitas tunanetra harus mematuhi peraturan – peraturan ibu/bapak pembimbing asrama aster dan tidak boleh membantah?

7. Apakah ibu/bapak pembimbing asrama aster cenderung mencari – cari kesalahan pada disabilitas tunanetra?

8. Apakah ibu/bapak pembimbing asrama aster cenderung memaksa disiplin?

9. Apakah ibu/bapak pembimbing Asrama selalu memberikan perintah?

10. Apakah ibu/bapak pembimbing asrama aster yang menentukan segala sesuatu untuk disabilitas tunanetra?

(24)

32

12. Apakah ibu/bapak pembimbing asrama aster mendidik disabilitas

tunanetra secara acuh tak acuh? 13. Apakah ibu/bapak pembimbing

asrama aster membiarkan apapun

hal-hal yang dilakukan oleh disabilitas tunanetra?

14. Apakah ibu/bapak pembimbing asrama aster kurang sekali keakraban dengan disabilitas tunanetra?

15. Kapankah disabilitas tunanetra mulai masuk dan tinggal di asrama?

16. Siapakah yang mengantar atau mendaftakan disabilitas tunanetra untuk tinggal di asrama?

17. Mengapakah disabilitas tunanetra mendaftarkan diri untuk tinggal di asrama?

18. Bagaimanakah proses pendaftaran untuk tinggal di asrama?

19. Kapankah jadwal makan disabilitas tunanetra di asrama aster PSBN?

20. Dimanakah tempat makan

disabilitas tunanetra asrama aster?

(25)

33

makanan dan tempat?

22. Apakah ada larangan ibu/bapak pembimbing asrama aster untuk memakan makanan tertentu?

23. Apakah setiap jadwal makan ibu/bapak pembimbing asrama aster makan bersama mereka?

24. Bagaimanakah kemandirian belajar disabilitas tunanetra dalam belajar?

25. Apakah disabilitas tunanetra tersebut pernah bertanya kepada ibu/bapak pembimbing asrama aster mengenai mata pelajaran di sekolahnya?

26. Apakahdisabilitas tunanetra pernah meminta izin pergi ke rumah teman sekolahnya untuk belajar kelompok? Bagaimana ibu/bapak pembimbing asrama aster menghadapinya?

27. Bagaimanakah inisiatif disabilitas tunanetra untuk belajar?

28. Bagaimanakah sikap ibu/bapak pembimbing asrama aster ketika menyaksikan disabilitas tunanetra sedang belajar di lingkungan asrama?

(26)

34

pembimbing asrama aster dalam mengembangkan kemandirian

belajar disabilitas tunanetra? 30. Apakah fasilitas belajar

menunjang disabilitas tunanetra di

asrama aster?

Tabel 3.4

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Observasi

(27)

35

Guna Bandung? 2.2. Eksternal 2.2.1. Lingkungan 2.2.2. Fasilitas

NO. PERNYATAAN PERILAKU YANG DIOBSERVASI

1. Pola asuh yang digunakan pembimbing asrama aster kepada disabilitas tunanetra di Asrama Aster PSBN Wyata Guna Bandung

1.1. Pola asuh pembimbing asrama 1.2. Asupan gizi disabilitas tunanetra

asrama aster

2. Kemandirian belajar disabilitas tunanetra di Asrama Aster PSBN Wyata Guna Bandung

2.1. Sumber daya manusia 2.2. Keterampilan

2.3. Lingkungan 2.4. Fasilitas

Tabel 3.6

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Pedoman Dokumentasi

(28)

36

permisif. peraturan di Asrama Aster.

2.4. Eksternal 2.4.1. Lingkungan 2.4.2. Fasilitas

Data sarana penunjang di Asrama Aster.

2. Teknik Pengumpulan Data

(29)

37

Peneliti akan mengobservasi disabilitas tunanetra terkait kemandirian belajar di lingkungan Asrama Aster. Kemudian mewawancara pembimbing asrama dan orang–orang yang berada di lingkungan Asrama Aster untuk memperoleh informasi atau data dilapangan.

D.Analisis Data

Berdasarkan hasil pengumpulan berbagai data dari lapangan dan dilanjutkan dengan analisis data. Dengan demikian secara keseluruhan data – data tersebut akan dianalisis sejauh mana perkembangan terkait pola asuh Pembimbing asrama dan kemandirian belajar disabilitas tunanetra. Menurut Sugiyono (2011, hlm. 333) bahwa, “dalam penelitian kualitataif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh”. Sedangkan menurut Putra, (2011, hlm. 203) “Dalam penelitian kualitatif analisis data dilakukan tidak hanya pada akhir penelitian, ketika semua data telah terkumpul. Tetapi dilakukan bahkan sejak awal data baru didapat dan masih seadanya.” Pada awal penelitian peneliti mendapatkan beberapa data dan dianalisis agar dapat diketahui informasi awal terkait fenomena yang terjadi di asrama aster PSBN Wyata Guna Bandung. Hal ini juga dapat dioptimalkan sebagai salah satu langkah untuk menyusun strategi agar dapat memahami lebih jauh dan lebih dalam sehingga semakin fokus dalam penelitian serta mempererat kualitas hubungan.

Pelaksanaan analisis memang suatu tahapan yang cukup kompleks, seperti halnya yang dikemukakan oleh Nasution (dalam Sugiyono, 2011) bahwa

Melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda. (hlm. 334)

(30)

38

and Huberman (dalam Sugiyono, 2011, hlm. 337) bahwa, “aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification. Disamping itu pun Nasution (2003, hlm. 129) menyampaikan bahwa, “data hasil penelitian ini akan dianalisis secara kulitatif dengan menggunakan tiga tahapan yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan menarik kesimpulan atau verifikasi data. Dengan demikian dapat disampaikan secara merinci terkait sistematika analisis data penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi data ( data reduction )

Pada tahap ini peneliti melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. Reduksi data merupakan suatu analitis yang menjamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik.

2. Penyajian data ( data display )

Peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang sering digunakan pada

langkah ini adalah berbentuk teks naratif. 3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi Data

Hal ini dilaksanakan yaitu untuk menarik kesimpulan atau verifikasi data yang diperoleh dari awal, dicari hubungan hal-hal yang sering timbul, di cari tema kemudian ditarik kesimpulan sementara, pada mulanya kesimpulan itu masih kabur dan belum jelas, tetapi semakin banyaknya data maka kesimpulan itu akan semakin valid setelah seluruh proses analisis dilakukan sehingga kesimpulan final dapat diambil. Penarikan kesimpulan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga adanya tafsir dari pihak-pihak tertentu.

Langkah terakhir dalam analisis data, peneliti melakukan penafsiran atau interprestasi terhadap data yang telah dideskripsikan dan membandingkannya dengan teori-teori yang relevan agar data-data tersebut memiliki makna.

(31)

39

Agar data-data yang telah diperoleh dapat diuji keabsahannya, pada tahap ini peneliti melaksanakan pemeriksaan keabsahan data (pengujian keabsahan data atau pengolahan data). Secara hal ini penting untuk dilaksanakan guna mengetahui berbagai data yang telah diperoleh tersebut telah valid atau dapat dipercaya. Kemudian ketika peneliti menilai data yang sudah diperoleh tersebut sudah valid atau dapat dipercaya, maka peneliti harus melaksanakan beberapa pemeriksaan dengan teliti, karena data – data yang dapat diteliti hanyalah data – data yang sudah valid. Sedangkan untuk melihat valid atau tidaknya data – data tersebut yaitu dari sumber data dan esensi pengambilan datanya.

(32)

86

DAFTAR PUSTAKA

Ali. (1993). Metodologi Penelitian. Jakarta: Putra Aditya.

Arikunto, S. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Chairani. N. (2005). Biarkan Anak Bicara. Jakarta: Republika.

Disniwati. (2008). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perubahan Perilaku Anak. Bandung: Sahifa.

Fathi. B. (2011). Mendidik Anak dengan Al Quran Sejak Janin. Jakarta: Grasindo.

Gunawan. (2013). Kemandirian. [Online]. Diakses dari http://koffieenco.blogspot.com

Gerungan. W.A. (2009). Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Holstein. (1986). Murid Belajar Mandiri. Bandung: Remadja Karya.

Lestari, E. (2013). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi

Belajar Siswa Konsentrasi Patiseri SMK Negeri 1 Sewon Bantul. (Skripsi).

Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Lickona Thomas. (2012). Character Matters: How to Help Our Children Develop

Good Judgment, Integrity, and Other Essential Virtues. Jakarta: Bumi

Aksara.

McBrayer. (2002). Special Needs Education Children With Exceptionalities. Hong Kong: The Chinese University Press.

Mulyana, D. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution. (2003). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi, A. (2010). Pendidikan Anak Tunanetra. Jurusan PKh FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nazia. (2013). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Kemandirian Siswa dengan

Hasil Belajar Siswa. (Skripsi). Universitas Jambi, Jambi.

Putra, N. (2011). Penelitian Kualitatif Proses dan Aplikasi. Jakarta: Indeks

(33)

87

Raco. (2010). Penelitian Kualitatif. Bandung: Refika Aditama.

Semiawan. C. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.

Shochib (2000). Pola Asuh Orang Tua untuk Membantu Anak Mengembangkan

Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.

Somantri, (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. (2011). Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sumaatmadja, N. (2000). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan

Lingkungan Hidup. Bandung: Alfabeta.

Syahwandri. (2013). Pola Asuh Orang Tua Terhadap Anak Tunarungu Yang

Memiliki Kepercayaan Diri Rendah. (Skripsi). Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung.

Tarsidi. (2009). Kompilasi Pandidikan Anak Tunanetra I. Jurusan PKh FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imperial Bhakti Utama.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wangmuba (2009). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakteristik

Perkembangan. [Online]. Diakses dari http://wangmuba.com

Widyanto, dkk. (2006). Menepis Hambatan Tumbuh Kembang Anak. Yogyakarta: Kanisius.

Woolfson. R. (2008). Mengapa Anakku Begitu Jilid 1. Jakarta: Erlanggga For Kids.

Yusniyah. (2008). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Prestasi Belajar

Siswa MTs Al-Falah Jakarta Timur. (Skripsi). Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Gambar

Tabel 3.1 Tabel Sumber Data
Tabel 3.3 Tabel Instrumen Pedoman Wawancara
Tabel 3.4
Tabel 3.5 Tabel Instrumen Pedoman Observasi

Referensi

Dokumen terkait

(1) IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c diberikan kepada Industri menengah dan Industri besar yang

Gerak-gerik apa saja yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara karia.. Apakah ada gerak-gerik yang diwajibkan atau dilarang pada saat upacara karia

(2) Proses berpikir kreatif siswa yang mempunyai intelegensi di atas rata-rata dalam memecahkan masalah pythagoras, siswa yang mempunyai intelegensi di atas

Berdasarkan permasalahan pokok pada penelitian yaitu tentang bagaimana pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris di SDN IV Cilegon dilaksanakan dan sesuai

Akibat dari serangan hama ini pemerintah masih merekomendasikan penggunaan bahan fumigan metil bromida sebagai salah satu bentuk perlakuan untuk buah pinang yang akan diekspor

Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup Di SMKN 11 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia:

Makanan yang cukup dan sesuai dengan yang dibutuhkan hama pascapanen akan mendukung perkembangan populasi hama, sebaliknya makanan yang cukup tetapi tidak sesuai dengan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TAEM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR BUMI DAN MATAHARI.. (PTK