Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Prodi Fisika
Oleh
Lilis Karmilawati NIM 0902073
PROGRAM STUDI FISIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA
2
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peran
Reversal Wind
dalam
Menentukan Perilaku Curah Hujan
di Kawasan Barat Indonesia
Oleh
Lilis Karmilawati
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Lilis Karmilawati 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
4
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Fenomena Monsun (Monsoon) akhir-akhir ini telah menjadi pusat perhatian peneliti atmosfer Indonesia, sebagaimana direkomendasikan oleh IPCC (Intergovernmental
Panel on Climate Change) AR-4 (Assessment Report 2007) terkait kompleksitas
dinamika atmosfer Indonesia. Monsun dicirikan oleh perbedaan yang tegas antara musim penghujan dan musim kemarau, dimana pembalikan arah dan kecepatan angin sebagai salah satu parameter utamanya (dikenal dengan istilah reversal wind). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh reversal
wind terhadap curah hujan di kawasan barat Indonesia, dengan mengambil sample
data curah hujan observasi dari tiga daerah kajian yakni stasiun Sicincin, Teluk Bayur dan Tabing dengan cara menganalisis kontur angin menggunakan Time
Height Section, serta menganalisis secara temporal dengan menggunakan Fast Fourier Transform (FFT) dan Transformasi Wavelet. Hasil analisis data kecepatan
angin dari Equatoial Atmosphere Radar (EAR) yakni angin zonal dan meridional bulanan periode 2002-2007, menunjukan reversal wind terjadi pada lapisan 4.853 km dpl untuk angin zonal dan 9,581 km dpl untuk angin meridional. Sementara dari data curah hujan observasi ketiga kawasan tersebut ditunjukan adanya pola monsunal yang tegas yakni 12 bulanan yang dikenal dengan Annual Oscillation (AO). Didapatkan nilai korelasi yang tinggi antara reversal wind angin meridional dengan anomali curah hujan di tiga kawasan kajian yaitu 0,611 untuk daerah Sicincin, 0,916 untuk daerah Teluk Bayur dan 0,824 untuk daerah Tabing. Ditunjukan nilai determinasi yang paling besar untuk Teluk Bayur yaitu 83,9%
dengan persamaan regresi linier sederhana ΔCH = -0,189 + 0,773[reversal wind
meridional di 9,581 km dpl]. Analisis spasial digunakan untuk menganalisa pola curah hujan di Sumatera Barat yang dapat mewakili pola curah hujan regional. Pola curah hujan di kawasan barat Indonesia berpola monsunal dengan osilasi dominan 12 bulanan atau AO.
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
The phenomenon of Monsoon lately has been being attention of atmospheric researchers in Indonesia, as recommended by IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) AR-4 (Assessment Report 2007) related to the complexity of the dynamics of the atmosphere of Indonesia. Monsoon is characterized by a clear differentiation between the rainy season and dry season, where the reversal of wind direction and speed as one of the main parameters (known as the reversal wind). The purpose of this study was to determine how strong the influence of reversal wind of the rainfall in the western region of Indonesia, by taking a sample of observations of rainfall data from three study areas which are Sicincin meteorological station, Teluk Bayur and Tabing. By analysing wind contour using Time Height Section, as well as analysing the temporally by using Fast Fourier Transform (FFT) and Wavelet Transformation. The results of the analysis of zonal and meridional wind speed monthly data from the Equatorial Atmosphere Radar (EAR) in period from 2002 to 2007, shows reversal wind occurs in the lining of 4.85 km asl for zonal wind and 9.581 km asl for the meridional wind. While the observation of rainfall data indicated the presence of three region monsoonal pattern that is 12 monthly that known as Annual Oscillation (AO). Obtained a high value correlation between reversal wind of the meridional wind with rainfall anomalies, 0.611 for Sicincin, 0.916 for Teluk bayur, and 0.824 for Tabing. Also demonstrated the greatest value of determination for the Teluk Bayur which is 83.9% with a simple linear regression equation ΔCH = - 0.189 + 0.773 [reversal of the meridional wind at 9.581 km dpl]. Spatial analysis is used to analyse the pattern of rainfall in West Sumatra that can represent regional rainfall patterns (western region of Indonesia). The pattern of rainfall in the western region of Indonesia patterned monsoonal with dominant oscillation 12 monthly or Annual Oscillation (AO).
iv
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI DAN BEBAS PLAGIARISME Error!
Bookmark not defined.i
ABSTRAK
...E
rror! Bookmark not defined.ii
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.1 A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.2 B. Identifikasi Masalah PenelitianError! Bookmark not defined.3 C. Pembatasan Masalah Penelitian ... Error! Bookmark not defined.3 D. Rumusan Masalah Penelitian .. Error! Bookmark not defined.3 E. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.3 F. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.4 BAB II REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN ... 5
A. Sirkulasi Umum Atmosfer ... Error! Bookmark not defined.5
B. Sirkulasi Atmosfer Meridional, Zonal dan Lokal... Error!
Bookmark not defined.6
C. Reversal Wind pada Angin Monsun ... Error! Bookmark not
defined.7
D. Peran Reversal Wind pada Angin Monsun di Kawasan Barat Indonesia ... Error! Bookmark not defined.10
E. Pola Curah Hujan di Indonesia ... Error! Bookmark not
defined.12
F. Equatorial Atmosphere Radar (EAR) ... Error! Bookmark not
defined.15
v
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Fast Fourier Transform (FFT) ... Error! Bookmark not
defined.21
2. Transformasi Wavelet ... Error! Bookmark not defined.25
H. Annual Oscillation (AO) dan Semi Annual Oscillation (SAO) ... Error! Bookmark not defined.27
I. Korelasi Silang ... Error! Bookmark not defined.27
J. Regresi Linier Sederhana ... Error! Bookmark not defined.28
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.29
A. Tempat dan Waktu Penelitian Error! Bookmark not defined.29
B. Data ... Error! Bookmark not defined.30
1. Data Angin ... Error! Bookmark not defined.30
2. Data Curah Hujan ... Error! Bookmark not defined.30
C. Instrument Penelitian ... Error! Bookmark not defined.30
D. Alur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.31
E. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined.32
1. Analisis Keberadaan Reversal Wind .... Error! Bookmark not
defined.33
2. Analisis Spektral ... Error! Bookmark not defined.33
3. Analisis Rataan Varians... Error! Bookmark not defined.33
4. Analisis Statistik ... Error! Bookmark not defined.33
5. Analisis Spasial... Error! Bookmark not defined.34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.35
A. Analisis Keberadaan Reversal Wind ... Error! Bookmark not
defined.35
B. Analisis Spektral ... Error! Bookmark not defined.38
C. Analisis Rataan Varians ... Error! Bookmark not defined.42
D. Analisis Statistika ... Error! Bookmark not defined.43
E. Analisis Spasial... Error! Bookmark not defined.48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.51
A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.51
B. Saran ... Error! Bookmark not defined.51
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.viii
LAMPIRAN... ...
vi
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
vii
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Spesifikasi Equatorial Atmosphere Radar (EAR) ... 19 Tabel 4.1 Nilai korelasi silang antara reversal wind dengan anomali curah
hujan Sicincin, Teluk Bayur dan Tabing ... 44
viii
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Gerak semu tahunan Matahari terhadap Bumi ... 5
Gambar 2.2 Sirkulasi atmosfer meridional (sirkulasi Hadley) dan sirkulasi atmosfer zonal (sirkulasi Walker)... 7
Gambar 2.3 Pola angin Monsun pada saat musim dingin (winter) ... 9
Gambar 2.4 Pola angin Monsun pada saat musim panas (summer) ... 10
Gambar 2.5 (a) Monsun Asia dan (b) Monsun Australia yang terjadi di kawasan Indonesia ... 11
Gambar 2.6 Pola Curah Hujan di Indonesia ... 15
Gambar 2.7 Antena EAR ... 16
Gambar 2.8 Berbagai instrumen di situs EAR ... 16
Gambar 3.1 Peta wilayah obyek kajian ... 29
Gambar 3.2 Diagram Alur Penelitian 31 ... 32
Gambar 4.1 Time Height Section kontur plot kecepatan (a) angin zonal dan (b) angin meridional fungsi ketinggian data EAR di Kototabang .. 35
Gambar 4.2 Profil vertikal plot kecepatan (a) angin zonal dan (b) angin meridional fungsi ketinggian dari data EAR di Kototabang7 ... 37
Gambar 4.3 Power Spectral Density (PSD) Reversal Wind Zonal dan Meridional Equatorial Atmosphere Radar (EAR) di Kototabang Sumatera Barat dan Anomali Curah Hujan di Tiga Stasiun Kajian Sumatera Barat ... 39
Gambar 4.4 Wavelet (a) reversal wind meridional 9,581 km dpl dan anomali curah hujan di tiga stasiun wilayah kajian (b) Sicincin (c) Teluk Bayur (d) Tabing ... 40-41 Gambar 4.5 Rataan varians dari curah hujan Sicincin, Teluk Bayur dan Tabing serta reversal wind meridional di 9,581 km dpl ... 43
Gambar 4.6 Korelasi Silang antara reversal wind dengan anomali curah hujan di tiga stasiun wilayah kajian (a) Sicincin (b) Teluk Bayur (c) Tabing ... 44
Gambar 4.7 Time series reversal wind meridional di 9,581 km dpl dengan anomali curah hujan (a) Sicincin, (b) Teluk Bayur, (c) Tabing ... 46
Gambar 4.8 Scatterplot reversal wind meridional di 9,581 km dpl dengan anomali curah hujan (a) Sicincin, (b) Teluk Bayur, (c) Tabing ... 46
ix
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Angin Reversal Wind Meridional 9,581 km dpl, Angin Zonal
4.853 km dpl, Anomali CH Sicincin, Teluk Bayur dan Tabing Periode 2002-2007...xi
Lampiran 2. Coding Matlab untuk Merata-ratakan Data Angin 10 menitan ke
Bulanan ...xiii
Lampiran 3. Coding Matlab untuk Plot Profil Vertikal Angin Tiap Bulan...xiv Lampiran 4. Coding Matlab untuk Mengoperasikikan Program Time Height
Section...xv
Lampiran 5. Coding Matlab untuk Mengoperasikikan Program Power Spectral
Density (PSD)
...xvii
Lampiran 6. Coding Matlab untuk Mengoperasikikan Program Wavelet
Transformation...xviii
1
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Posisi geografis Indonesia yang diapit oleh dua Benua besar (Asia dan
Australia) dan dua Samudra besar (Hindia dan Pasifik) serta dengan distribusi
antara lautan dan daratan yang tidak merata membuat Indonesia dikenal dengan
sebutan Benua Maritim Indonesia. Selain itu, posisi geografis Indonesia yang
terletak di ekuator menjadikan Benua Maritim Indonesia ini memiliki
karakteristik atmosfer yang beragam. Pada daerah ekuatorial terdapat surplus
energi untuk segala musim dan jumlah curah hujan maksimum. (Berliana,
1995).
Posisi geografis menyebabkan Indonesia dipengaruhi oleh fenomena global,
yakni Monsun Asia dan Australia yang berosilasi sekitar 12 bulan (1 tahun).
Akhir-akhir ini Monsun telah menjadi pusat perhatian peneliti atmosfer
Indonesia, sebagaimana direkomendasikan oleh IPCC (Intergovernmental
Panel on Climate Change) AR-4 (Assesment Report) (2007) terkait
kompleksitas dinamika atmosfer Indonesia. Mengingat posisi geografis dan
fenomena Monsun yang dominan mempengaruhi komspleksitas dinamika
atmosfer Indonesia, maka akan sangat menarik apabila dilakukan kajian
terhadap dinamika atmosfer kawasan Indonesia Bagian Barat. (Hermawan,
2002)
Hermawan (2002) menjelaskan bahwa Equatorial Atmosphere Radar
(EAR) merupakan radar Doppler yang dibangun untuk observasi di daerah
ekuator. EAR dibangun di area pegunungan di bagian barat Sumatra yang
berlokasi pada 0,2º LS 100,32º BT di daerah Bukittinggi. Data angin zonal dan
meridional yang didapat dari EAR diperkirakan dapat digunakan untuk
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berapa terjadi pembalikan arah angin musiman (reversal wind), maka
keberadaan fenomena Monsun yang mempengaruhi pola curah hujan di
kawasan barat Indonesia dapat dikaji lebih dalam.
Studi tentang reversal wind untuk kawasan Indonesia belum pernah
dilakukan sebelumnya, sehingga menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji.
Dibutuhkan analisis yang lebih dalam mengenai peran reversal wind dalam
penentuan perilaku curah hujan.
Pulau Sumatera dipilih karena merupakan salah satu pulau besar di
Indonesia. Letaknya yang berada di ujung timur Samudra Hindia menjadikan
Pulau Sumatera lebih cepat terkena pengaruh fenomena Monsun. Obyek kajian
yang dipilih adalah kawasan barat Pulau Sumatera, yakni tiga obyek wilayah
kajian yang terletak di Sumatera Barat. Lokasi tersebut kemudian dapat
digunakan untuk mewakili representasi kejadian atmosfer dalam ruang lingkup
regional (kawasan Barat Indonesia).
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Permasalahan yang dihadapi dari penelitian ini diantaranya adalah:
1. Belum adanya peneliti yang fokus meneliti tentang reversal wind di
Indonesia.
2. Sulitnya memperoleh data curah hujan observasi yang baik.
3. Terbatasnya stasiun meteorologi di Sumatera Barat yang tersedia di situs
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Jenis angin mana yang memiliki osilasi dominan dengan pola distribusi
curah hujan di tiga obyek wilayah kajian?
2. Apakah reversal wind ikut berperan dalam menentukan perilaku curah
hujan di kawasan barat Indonesia?
3. Pola curah hujan jenis apa yang dominan terjadi di kawasan barat
Indonesia?
D. Pembatasan Masalah Penelitian
Dalam penelitian ini masalah dibatasi pada:
1. Kajian mengenai reversal wind lebih difokuskan kepada kajian Monsun
sebagai dampak dari reversal wind, mengingat sumber referensi kajian
mengenai reversal wind sangat sedikit.
2. Lokasi objek kajian dilakukan di tiga daerah di Sumatera bagian barat yakni
daerah Sicincin, Teluk Bayur dan Tabing.
3. Data kecepatan angin yang digunakan merupakan data kecepatan angin
zonal dan meridional dari data EAR periode 10 menitan yang dirata-ratakan
ke bulanan.
4. Data curah hujan yang digunakan untuk analisis statistika berupa data curah
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis angin yang memiliki pola osilasi dominan dengan
pola distribusi curah hujan di tiga obyek daerah kajian.
2. Untuk menganalisis peran reversal wind dalam menentukan perilaku curah
hujan di kawasan barat Indonesia.
3. Untuk memperoleh gambaran tentang pola curah hujan yang dominan di
kawasan barat Indonesia.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:
1. Digunakan sebagai informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya yang
berkaitan dengan reversal wind.
2. Dijadikan sumber pembanding dalam penentuan kapan terjadinya musim
29
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Bidang Pemodelan Iklim (Moklim) Pusat
Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim, Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) Bandung. Penelitian dilaksanakan selama sembilan bulan
terhitung dari bulan April 2014 hingga bulan Desember 2014.
Obyek wilayah kajian diantaranya yaitu lokasi EAR di Kototabang terletak
pada 0,2ºLS; 100,31ºBT, stasiun Sicincin terletak pada 0,6º LS; 100,22º BT;
500 mdpl, Teluk Bayur terletak pada 0,9º LS; 100,36º BT; 2 mdpl, dan Tabing
terletak pada 0,7ºLS; 100,27ºBT; 2 mdpl. (Gambar 3.1)
Gambar 3.1 Peta wilayah obyek kajian
30
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Data
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang terdiri dari:
1. Data Angin
Data angin zonal dan angin meridional dari Ekuatorial Atmosphere
Radar (EAR) 10 menitan periode Januari 2002 – Desember 2007. Data
diperoleh dengan cara mengunduh dari laman:
(http://www.rish.kyoto-u.ac.jp/radar-group/ear/data/index.html/)
2. Data Curah Hujan
a. Data In-Situ (Observasi)
Data curah hujan harian observasi yang dijumlahkan menjadi data
bulanan di tiga kawasan bagian Barat Sumatera yang lokasinya dekat
dengan posisi EAR berada (Gambar 3.1). Diantaranya yaitu stasiun
Sicincin, Teluk Bayur dan Tabing dengan periode data dari Januari 2002 –
Desember 2007. Sumber data diperoleh dari situs resmi Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan cara mengunduh dari laman:
(http://dataonline.bmkg.go.id/).
b. Data Satelit
Data curah hujan bulanan satelit Climate Research Unit (CRU) yang
memiliki resolusi 0.5ᵒ x 0.5ᵒ (Mitchell & Jones 2005) untuk periode Januari 1979 - Desember 2012. Data diperoleh dengan cara mengunduh dari laman:
(http://badc.nerc.ac.uk/).
C. Instrument Penelitian
Instrument yang digunakan untuk pengolahan data dalam penelitian ini
diantaranya adalah software Microsoft Excel 2010, IBM SPSS Statistic versi
21, MiniTab versi 14, MATLAB versi 2011a dan Grid Analysis and Display
System (GrADS) versi 2.0.a9.oga.1 yang dapat diunduh secara bebas di
31
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Alur Penelitian
32
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap
analisis, yaitu analisis keberadaan reversal wind, analisis spektral, analisis
statistika dan analisis spasial.
1. Analisis Keberadaan Reversal Wind
Analisis keberadaan reversal wind dilakukan dengan cara menganalisis
karakteristik data kecepatan angin menggunakan metode time height section
kontur plot data kecepatan angin zonal dan meridional. Data EAR merupakan
data yang diperoleh di kawasan Bukit Kototabang Kabupaten Agam, Sumatera
Barat. Data ini merupakan data kecepatan angin meridional dan angin zonal
dalam rentang waktu 10 menitan dengan satuan meter per detik (m/det).
Pengolahan data EAR 10 menitan dilakukan dengan cara merata-ratakannya
kedalam bentuk rata-rata bulanan dengan menggunakan software Ms. Excel
2010 dengan bantuan MATLAB 2011a. Dengan menggunakan software
MATLAB 2011a pula, dari data angin yang telah dirata-ratakan bulanan
tersebut dibuat time height section kontur plot kecepatan angin zonal dan
meridional. Hasil keduanya dibandingkan lalu dianalisis jenis angin mana yang
memiliki osilasi tegas (sinusoidal) dan mana yang tidak tegas agar keberadaan
reversal wind dapat diteliti dengan baik.
Setelah reversal wind dapat diketahui keberadaannya, maka dilakukan
analisis yang lebih mendalam dari kedua jenis data angin tersebut. Analisis
profil vertikal dari kedua jenis angin tersebut dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui jenis angin mana yang dapat memberikan nilai serta gambaran jelas
mengenai kapan musim basah dan musim kering terjadi. Digunakan data angin
rata-rata masing-masing bulan selama periode 2002 – 2007 serta dibantu
33
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Analisis Spektral
Analisis spektral yang digunakan pada penelitian ini berupa metode Power
Spectral Density (PSD), menggunakan metode Fast Fourier Transform (FFT)
dan Transformasi Wavelet. Tujuan dari analisis spektral ini adalah untuk
memilih jenis angin reversal yang memiliki pola osilasi dominan dengan curah
hujan di ketiga obyek wilayah kajian. Analisis spektral ini dilakukan dengan
bantuan software MATLAB 2011a.
3. Analisis Rataan Varians
Dibutuhkan analisis lebih mendalam mengenai kapan waktu reversal wind
berpengaruh kuat terhadap curah hujan. Merupakan kelebihan dari metode
wavelet dimana dapat diketahui kapan waktu osilasi-osilasi dominan tersebut
muncul. Time series rataan varians digunakan untuk mengetahui kapan dan
daerah obyek kajian mana yang terkena pengaruh reversal wind paling kuat
dengan cara membandingkan pola osilasi dari rataan varians ketiga obyek
kajian.
4. Analisis Statistik
a. Metode Analisis Korelasi Silang
Metode korelasi silang digunakan untuk menunjukkan kekuatan
hubungan antara dua variabel, dalam penelitian ini adalah antara data
reversal wind dengan data curah hujan obervasi di ketiga daerah kajian. Jika
dua variabel tersebut berhubungan hasilnya dapat ditentukan dengan
koefisien korelasi, nilai koefisien korelasi berkisar -1 dan +1 yang
menunjukkan berbagai derajat hubungan dari yang sangat lemah hingga
yang sangat kuat atau tinggi. Jika koefisien korelasi 0 atau mendekati 0
mengindikasikan tidak adanya hubungan sistematik antara dua variabel
34
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Metode Regresi Linier
Metode regresi linier digunakan untuk melihat pengaruh variabel bebas
(kecepatan angin) terhadap variable terikat (anomali curah hujan) serta
memprediksi nilai (model persamaan) anomali curah hujan dengan
menggunakan nilai kecepatan angin.
Persamaan yang digunakan adalah:
� = + x +ε (3.1)
dengan: Y = Anomali Curah Hujan (ΔCH)
a = koefisien titik potong
b = koefisien gradien
x = kecepatan angin reversal wind
ε = p value (std error α)
Analisis statistika ini dilakukan dengan bantuan menggunakan software Ms
Excel 2014, SPSS versi 21.0 dan MiniTab versi 14.
5. Analisis Spasial
Analisis spasial dilakukan dengan cara menganalisis pola curah hujan
musiman (DJF, MAM, JJA dan SON) di Sumatera Barat periode periode
2002-2007. Data curah hujan didapat dari Climate Research Unit (CRU) dengan
mengambil koordinat luas sebesar 5ºLU-5ºLS dan 95ºBT-105ºBT. Pengolahan
51
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Angin meridional merupakan angin yang memiliki pola osilasi dominan
dengan pola distribusi curah hujan di tiga obyek wilayah kajian.
2. Reversal wind memainkan peran dalam mempengaruhi pola curah hujan di
tiga obyek wilayah kajian. Nilai hubungan dan pengaruh reversal wind
paling besar terdapat pada wilayah kajian Teluk Bayur dengan nilai
determinasi yang besar yaitu 83,9% dan persamaan linier sederhananya adalah ΔCH = - 0,189 + 0,773[reversal wind meridional di 9,581 km dpl] dengan nilai error sebesar 0,0009.
3. Karena pada umumnya reversal wind terjadi pada angin Monsun, yang
dimana Indonesia dipengaruhi oleh dua jenis Monsun yaitu Monsun Asia
dan Monsun Australia, maka ketiga wilayah obyek ini dapat mewakili
kawasan barat Indonesia. Pola curah hujan di kawasan barat Indonesia
berpola monsunal dengan osilasi dominan 12 bulanan atau disebut dengan
Annual Oscillation (AO). Dari semua analisis yang dilakukan, diperlihatkan
bahwa reversal wind memainkan peran dalam penentuan perilaku curah
hujan di kawasan barat Indonesia.
B. Saran
1. Diperlukan adanya penelitian setelah ini mengenai model yang tepat untuk
penentuan kapan musim basah dan kapan musim kering datang.
2. Diperlukannya data curah hujan yang lebih banyak dan terbaru untuk
mempermudah menganalisis perilaku curah hujan yang bisa saja berubah
viii
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Aldrian, E., Susanto, R.D. (2003) Identification of Three Dominant Rainfall
Regions Within Indonesia and Their Relationship to Sea Surface
Temperature. hlm 1435–1452. (Desertasi)
Berliana, Sinta. (1995). The Spectrum Analysis of Mteorological Elements in
Indonesia. Institute for Hydrospheric - Atmospheric Science. Nagoya
university, Japan. (Tesis)
BMKG Semarang. (2009). Monsun. Stasiun Meteorologi Ahmad Yani Semarang.
Tersedia di: http://www.cuacajateng.com/. Diakses Januari 2015.
Ding Y, dkk. (2004). East Asian Monsoon. Di dalam: CP Chang, editor. The Global
Monsoon System Research and Forcast. Secretariat of the World
Meteorological Organization Geneva, Switzerland.
Foster DJ, Mosher CC, Hassanzadeh S. (1994). Wavelet Transform Methods for
Geophysical Applications. 64th Annual International Meeting, Soc. Expl.
Geophys. Expanded Abstract: 1465–1468.
Fukao, S. dkk. (2003). The Equatorial Atmosphere Radar (EAR): System
Description and First Result. Radio Science Journal. Radio Science Center
for Space and Atmosphere, Kyoto University, Japan, Vol. 38, No. 3, 1053,
doi:10.1029/2002RS002767.
Hermawan, E. (2002). Perbandingan Antara Radar Atmosfer Khatulistiwa dengan
Middle and Upper Atmosphere Radar dalam Pemantauan Angin Zonal dan
Meridional. Warta LAPAN 4, No 1, hlm. 8-16.
Hermawan, E. (2007). Penggunaan FFT dalam Analisis Kenormalan Curah Hujan
di Sumatera Barat dan Selatan Khususnya Saat Kejadian Dipole Mode.
ix
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hermawan, E. (2012). Penerapan Teknik Spektral dalam Terkait dengan Antisipasi
Terjadinya Musim Basah Dan Kering Panjang di Indonesia. Prosiding
Seminar Nasional FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta, Yogyakarta. ISBN: 978-97999314-6-7.
Institut Teknologi Telekomunikasi. (2006). Transformasi Wavelet. Tersedia di:
http:// www.ittelkom.ac.id/library/. ITTelkom. Diakses Desember 2014
Intergovernmental Panel on Climate Change. (2007). Fourth Assessment Report
(AR4) Climate Change 2007. IPCC. Tersedia di: http://www.ipcc.ch/.
Diakses Juli 2014
Jhun JP. 2003. A New East Asian Winter Monsoon Index and Associated
Characteristics of the Winter Monsoon. Climate Journal. Chinese National
Committee for International Association of Meteorology and Atmospheric
Sciences, and the Institute of Atmospheric Physics/the Chinese Academy of
Sciences. Vol 15, hlm. 711-726. ISSN 0256-1530/CN 11-1925/O4.
Tersedia di: http://www.iap.cas.cn/. Diakses Januari 2015.
Kadarsah. (2007). Tiga Pola Curah Hujan (SML) dan Outgoing Longwave
Indonesia Radiation (OLR). Jurnal Meteorologi dan Geofisika. Vol. 10 No.
2, hlm. 95-107. Tersedia di: http://puslitbang.bmkg.go.id/. Diakses Januari
2015.
Makridakis, S., Wheelwright, SC., & McGee, VE., (1983). Forecasting, Methods
and Applications. John Wiley, New York, pp 1-926.
Makridakis, S. (1999). Metode dan Aplikasi Peramalan. Edisi Kedua Jilid Satu.
Jakarta: Erlangga.
Mitchell TD and Jones PD. (2005). An improve method of constructing a database
of monthly climate observations and associated high-resolution grids. Int.
x
Lilis Karmilawati, 2015
PERAN REVERSAL WIND DALAM MENENTUKAN PERILAKU CURAH HUJAN DI KAWASAN BARAT INDONESIA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mulyana. (2004). Buku Ajar Analisis Data Deret Waktu. Bandung: Statistika
FMIPA Universitas Padjajaran.
Nieuwolt, S. (1977). Tropical Cliamtology: An Introduction to the Climates of the
Low Latitudes. John Wiley & Son. New York.
Ramage, CS. (1971). Monsoon Meteorolgy. Academic Press. New York. Tersedia
di http://www.cpc.ncep.noaa.gov/. Diakses Desember 2014.
Research Institute for Sustainable Humanosphere. (2002). Equatorial Atmosphere
Radar (EAR) Observation Data. RISH, Kyoto University, Japan.
Sjarifudin, M. (2008). Pengembangan Sistem Pengolahan Data Radar VHF
LAPAN. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II. Universitas
Lampung, 17-18 November 2008. ISBN : 978-979-1165-74-7 X-156.
Subekti, Retno. (2011). Pemanfaatan Software MINITAB Untuk Regresi PLS
(Partial Least Square). Materi Perkuliahan Dosen Jurdik Matematika
FMIPA UNY. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia di :
http://staff.uny.ac.id/. Diakses 21 Januari 2015.
Thomson, W. (1980). Theory Of Vibration With Application, Prentice-Hall, Inc.
Tersedia di: http://www.matworks.com/. Diakses Desember 2014.
Tjasyono, B. (2004). Klimatologi Umum. Cetakan kedua. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. ISBN : 979-3507-05-5
Trenberth, KE., Stepaniak, DP., & Caron, JM. (2000). The Global Monsoon as seen
through The Divergent Atmospheric Circulation. Journal of Climate 13.
3969-3993. Tersedia di: http://www.cgd.ucar.edu/. Diakses 6 Januari 2015.
Trewartha, Glenn, T,. Horn, Lyle. (1995). Buku Pengantar Iklim. Yogyakarta,
Gadjah Mada University Press.
Wang, B. Fan, Z. (1998). Choice of South Asian SummerMonsoon Indices.