• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA

TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

oleh

Siti Haryanti

0906607

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA

TUNALARAS MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS IIA BANDUNG

Oleh

SITI HARYANTI

0906607

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

©SITI HARYANTI 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... Error! Bookmark not defined.

B. IDENTIFIKASI MASALAH ... Error! Bookmark not defined.

C. FOKUS MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH Error! Bookmark not defined.

D. TUJUAN PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

E. MANFAAT PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

F. DEFINISI KONSEP ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KEGIATAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARAS ... Error! Bookmark not defined.

A. KONSEP DASAR TUNALARAS... Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Anak Tunalaras ... Error! Bookmark not defined.

2. Klasifikasi Anak Tunalaras ... Error! Bookmark not defined.

3. Karakteristik Anak Tunalaras... Error! Bookmark not defined.

4. Sebab-sebab Timbulnya Ketunalarasan ... Error! Bookmark not defined.

5. Dampak Psikologis Anak yang Berhadapan Hukum ... Error! Bookmark not defined.

B. KONSEP DASAR KEPRAMUKAAN .. Error! Bookmark not defined.

1. Pengertian Kepramukaan ... Error! Bookmark not defined.

2. Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan ... Error! Bookmark not defined.

3. Pendekatan Kegiatan Kepramukaan . Error! Bookmark not defined.

(5)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. KONSEP PERCAYA DIRI PADA REMAJA ... Error! Bookmark not defined.

1. Definisi Percaya Diri ... Error! Bookmark not defined.

2. Karakteristik Percaya Diri ... Error! Bookmark not defined.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Percaya Diri .. Error! Bookmark not defined.

4. Aspek-aspek Percaya Diri ... Error! Bookmark not defined.

5. Mengembangkan Kepercayaan Diri Remaja .. Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. PENDEKATAN ... Error! Bookmark not defined.

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN Error! Bookmark not defined.

C. INSTRUMENT PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... Error! Bookmark not defined.

E. PROSEDUR PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

F. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA .... Error! Bookmark not defined.

G. TEKNIK ANALISIS DATA ... Error! Bookmark not defined.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. HASIL PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

B. PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ... Error! Bookmark not defined.

A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined.

B. IMPLIKASI ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(6)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(7)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARAS MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKAAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

(SITI HARYANTI, 0906607)

Kepercayaandirimerupakankebutuhan paling mendasarbagisetiapindividu. Tidakterkecualibagiremajatunalaras yang menjalanipembinaan di LembagaPemasyarakatan. Proses hukum yang dijalanisertasituasi di dalamLembagaPemasyarakatanseringkalimengikiskepercayaandiriwargabinaandal amhaliniadalahremajatunalaras. Program pembinaanmelaluiberbagaikegiatan yang diberikankepadawargabinaanmerupakansalahsatuupaya yang dilakukanLembagaPemasyarakatanuntukmembangunkepercayaandiriwargabinaan sebelumdikembalikanketengahmasyarakat. Salah satu program pembinaanbagiremajaadalahkegiatankepramukaan.

Penelitianinibertujuanuntukmengetahuigambaransecarakonkretbagaimanapenyusu

nan program

kegiatankepramukaansebagaiupayameningkatkankepercayaandiriremajatunalaras, pelaksanaankegiatankepramukaansebagaiupayameningkatkankepercayaandirirem ajatunalaras, hambatan yang dihadapisertaupaya yang dilakukanuntukmengatasihambatanpelaksanaankegiatankepramukaansebagaiupay ameningkatkankepercayaandiriremajatunalaras.

Metode yang

digunakandalampenelitianiniadalahmetodedeskriptifdenganmenggunakanpendeka tankualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah satu orangpelatihkegiatankepramukaan, satu orang Kepala Sub SeksiPembinaandanPerawatanLembagaPemasyarakatanNarkotikaKelas II Bandung danpesertakegiatankepramukaan. Alat pengumpul data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi, perpanjanganpengamatandanmember chek.

Kesimpulandalampenelitianiniyaitu di

dalampelaksanaankegiatankepramukaanterdapatkegiatan yang dapatmeningkatkankepercayaandiriremajatunalaras di antaranyamelaluikegiatan pioneering, PBB dansandi. Namunmekanismepelaksanaankegiatan yang samauntuksetiapremajatunalarasmemberikanhasil yang berbedabagisetiapremajatunalaras.

(8)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

Kata kunci: Kepramukaan, KepercayaanDiri, RemajaTunalaras, LembagaPemasyarakatan

ABSTRACT

THE EFFORT TO INCREASE ADOLESCENTS’ SELF-CONFIDENCE

THROUGH SCOUTING ACTIVITIES IN THE CLASS IIA BANDUNG NARCOTICS PENITENTIARY

(SITI HARYANTI, 0906607)

Self- confidence is the most basic requirement for every individual. It is not exception for unsociable adolescents who is undergoing training in prison. Legal proceedings which are undertaken and the situation in the prison often erodesof

prisoners’ confidence in this case is unsociable adolescents. Coaching program

through various activities which are provided to the prisoners is one of the efforts that is made by the Penitentiary to build prisoners’ confidence before they are returned to the society. One of coaching program is scouting activities.

This study aims to describe in concrete how the composing of scouting program activities as an effort to increase the self-confidence of unsociable adolescents, the implementation of scouting activities as an effort to increase unsociable

adolescents’ confidence, the obstacles faced and the efforts made to overcome the

barriers of implementation of scouting activities as the effort to boost unsociable

adolescents’ confidence.

The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. Thesubjects in this study are the coaches of scouting activities, the Head of Sub-Section of the Development and Maintenance of Class II Narcotics Penitentiary in Bandung and participants of scouting activities. The data are collected by several ways such as observation, interview, and documentation. Data validity checking techniques is using triangulation techniques, the extension of the observations and the member check.

(9)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iii

of the same activities for every unsociable adolescent give different results. Thus, the implication of this research is the identification ofunsociable adolescent prisoner’s needs.

(10)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(11)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap anak yang dilahirkan akan melewati berbagai fase dalam sepanjang

rentang kehidupannya. Setiap fase akan memberikan dampak terhadap

perkembangan fisik dan psikologis anak. Fase remaja yang sering disebut sebagai

masa peralihan, pencarian identitasdan masa yang bermasalah merupakan fase

yang sangat penting, karena perkembangan pada masa remaja berdampak

langsung terhadap sikap dan perilaku anak serta memberi dampak jangka panjang.

Sebagaimana telah diungkapkan bahwa fase remaja merupakan masa

peralihan, pencarian identitas dan sebagainya maka pada fase ini permasalahan

yang dialami cukup kompleks. Gejolak dan pertentangan yang dialami remaja

pada fase ini rentan menimbulkan perilaku yang negatif. Berbagai kenakalan

remaja seperti membolos sekolah, perkelahian, kebut-kebutan di jalan, perusakan,

penyalahgunaan narkotika dan sebagainya seringkali kita saksikan dewasa ini.

Perilaku negatif pada remaja timbul karena remaja cenderung memiliki

penilaian yang rendah terhadap dirinya sehingga menimbulkan perasaan rendah

diri. Sebagaimana dinyatakan Hurlock (1980:192) bahwa:

Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik

menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

Penilaian rendah remaja terhadap dirinya mengakibatkan rasa kurang

percaya diri untuk mengaktualisasikan dirinya. Rasa kurang percaya diri remaja

untuk mengaktualisasikan dirinya ini akan membuat remaja berperilaku

menyimpang dalam taraf tertentu. Apabila perilaku menyimpang ini tidak

(12)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam emosi dan perilaku atau di dunia pendidikan lebih dikenal sebagai

tunalaras.

Berbicara anak tunalaras, Somantri dalam bukunya Psikologi Anak Luar

Biasa (2007:156) mengungkapkan “Anak tunalaras memiliki penghayatan

yangkeliru, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan sosial.

Mereka menganggap dirinya tidak berguna bagi orang lain dan merasa tidak

berperasaan.”Sebagaimana telah diuraikan bahwa remaja memiliki kecenderungan

memberikan penilaian yang rendah pada dirinya sendiri, pada remaja tunalaras

yang memiliki hambatan dalam emosi dan perilaku, penilaian negatif terhadap diri

sendiri merupakan karakteristik yang melekat pada mereka.

Penilaian yang rendah pada diri sendiri yang dilakukan oleh remaja

tunalaras, mengakibatkan remaja tunalaras merasa terdapat jarak antara dirinya

dengan lingkungan. Seperti diungkapkan Somantri (2007:157) bahwa:

Perasaan tidak berguna bagi orang lain, perasaan rendah diri, tidak percaya diri, perasaan bersalah menyebabkan mereka merasakan adanya jarak dengan lingkungannya. Salah satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga merusak diri mereka sendiri.

Dampak penilaian diri yang rendah pada remaja tunalaras adalah munculnya

perilaku negatifyang seringkali dipilih oleh remaja tunalaras untuk menutupi

ketidakpercayaan dirinya.Tak jarang perilaku negatif tersebut membuat remaja

tunalaras berhadapan dengan hukum. Dewasa ini jumlah kasus pelanggaran

hukum yang dilakukan anak di bawah umur semakin meningkat. Sebagaimana

disiarkan dalam acara berita MetroTV 31 Mei 2013 jumlah anak yang melakukan

pelanggaran hukum pada tahun 2009 1.258 kasus, pada tahun 2011 meningkat

menjadi 7.000 kasus.

Rasa kurang percaya diri terlebih akan menimpa remaja yang berhadapan

dengan hukum dan harus menjalani pembinaan di lembaga pemasyarakatan.

(13)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pula oleh Arifin (2007:62) “Anak didik lapas adalah anak yang tengah mengalami

krisis, tengah berada di persimpangan jalan, tengah mengalami dissosialisasi

dengan masyarakat…”

Berdasarkan hasil wawancara terhadap remaja tunalaras di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung dalam studi pendahuluan

penelitian ini, didapatkan fakta serupa dengan uraian di atas. Terdapat perasaan

tidak percaya diri pada remaja tunalaras untuk kembali pada masyarakat yang

diakibatkan penilaian mereka yang rendah terhadap dirinya sendiri. “ Yang paling

stres tu pas mau keluar, takut gimana balik lagi ke masyarakat, apalagi mereka

tahu kita mantan napi,” ujar salah seorang warga binaan Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung pada 12 Mei 2013.

Perasaan kurang percaya diri ini yang membuat remaja tunalaras setelah

keluar dari lembaga pemasyarakatan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi

dengan masyarakat. Kesulitan tersebut yang kemudian dalam banyak kasus

kembali mengantarkan remaja tunalaras terhadap perilaku negatif dan bahkan

melanggar hukum lagi.

Berdasarkan uraian di atas maka kepercayaan diri pada remaja terlebih

remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum sangat penting mengingat

semakin meningkatnya pelanggaran hukum yang dilakukan remaja tunalaras.

Selain itu kepercayaan pada diri sendiri merupakan kebutuhan yang mendasar

bagi setiap individu sebagaimana diungkapkan Adlerdalam Lauster(2008:13)

„Kebutuhan manusia yang paling penting adalah kebutuhan akan kepercayaan diri

dan rasa superioritas.‟

Kaitannya dengan remaja tunalaras yang berhadapan dengan hukum, upaya

meningkatkan rasa percaya diri menjadi penting karena rasa percaya diri

merupakan modal utama yang harus dimilikiagardapat mandiri secara perilaku

dan emosional sehingga remaja tunalaras bisa hidup secara harmonis dalam

(14)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemasyarakatan tidak kembali berperilaku menyimpang atau kembali berhadapan

dengan hukum.

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung sebagai salah satu

lembaga yang memberikan pembinaan bagi warga negara yang melakukan

pelanggaran hukum, termasuk di dalamnya remaja tunalaras memiliki beberapa

program untuk membangun pribadi warga binaannya. Program yang dimiliki

antara lain kelas membaca, menulis dan berhitung, kegiatan keagamaan, kegiatan

kepramukaan, senam, pertanian, budidaya jangkrik, melukis, keterampilan

(membuat sangkar burung, kuncir rambut) dan lain sebagainya.

Bagi warga binaan di bawah usia 18 tahun, tidak diberikan program

keterampilan, bertani atau melukis. Program bagi warga binaan di bawah usia 18

tahun adalah kegiatan kepramukaan, keagamaan, dan kelas membaca, menulis dan

berhitung. Hal ini karena warga binaan di bawah usia 18 tahun difokuskan pada

pemenuhan hak mereka akan pendidikan di samping juga pembinaan terhadap

pribadinya.

Kegiatan kepramukaan menjadi menarik untuk diteliti karena kegiatan ini

merupakan program pendidikan bagi warga binaan yang wajib dilaksanakan di

setiap lembaga pemasyarakatan sejak 2010. Hal ini berdasarkan kesepakatan

antara Kwartir Nasional Pramuka dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Nomor 02/PK-MoU/2010. Sehingga setiap warga

binaan lembaga pemasyarakatan yang di dalamnya terdapat anak tunalaras

mendapatkan pembinaan kepramukaan.

Selain kegiatan kepramukaan merupakan program wajib untuk dilaksanakan

dilembaga pemasyarakatan, kegiatan kepramukaan dipilih dalam penelitian ini

karena tujuan dari kegiatan kepramukaan adalah membangun pribadi warga

binaan selain juga memberikan keterampilan yang bermanfaat bagi

hidupnya.Melalui kegiatan kepramukaan diharapkan peserta mendapatkan

kembali kepercayaan dirinya. Sehingga remaja tunalaras dapat kembali ke

(15)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fokus utama dari latihan kegiatan yang dilakukan terhadap anggota muda

adalah pembinaan kepribadian, hal tersebut ditegaskan oleh Bob Sunardi (2006:3)

“Kepramukaan adalah suatu permainan yang mengandung pendidikan. Hal paling

mendasar, bahwa faktor pembinaan watak (mental) adalah yang harus dan sangat

diperhatikan.”

Lebih spesifik lagi, Kurniasih (2010: 4) dalam kertas kerjanya yang berjudul

Program Pendidikan Kepramukaan Bagi Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan

dan Rumah Tahanan Negara mengungkapkan dalam salah satu poin sasaran dari

pelaksanaan program kepramukaan untuk narapidana adalah meningkatkan

kemampuan mental, fisik, pengetahuan, jiwa kepemimpinan dan rasa percaya diri.

Kegiatan kepramukaan atau dalam perkembangannya tak jarang disebut

sebagai pendidikan kepramukaan telah memiliki prinsip, metode dan tujuan yang

terstruktur dalam memberikan pelatihan terhadap anggotanya. Sehingga kegiatan

kepramukaan memungkinkan untuk dijadikan metode alternatif dalam pembinaan

remaja tunalaras.

Berdasarkan uraian di ataspenulis ingin melakukan penelitian untuk

mengetahui lebih mendalam bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan diri

remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas II A Bandung.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Identifikasi masalah umumnya mendeteksi dan menjelaskan aspek

permasalahan yang muncul berkaitan dengan aspek yang akan diteliti.

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kepercayaan diri merupakan kebutuhan manusia yang paling penting

2. Remaja tunalaras memiliki penilaian yang rendah terhadap dirinya sendiri.

3. Remaja tunalaras yang sedang mengalami pembinaan di Lembaga

(16)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Adanya kekhawatiran remaja tunalaras yang menjalani pembinaan di

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung untuk kembali ke

masyarakat setelah menjalani proses hukum.

5. Kegiatan kepramukaan merupakan salah satu program pembinaan yang wajib

dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.

C. FOKUS MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan untuk memberikan arah serta

batasan pada penelitian ini maka penelitian difokuskan pada “Upaya

meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalarasmelalui kegiatan kepramukaan di

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.”

Berdasarkan fokus masalah yang telah dinyatakan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana upaya meningkatkan

kepercayaan diri remaja tunalarasmelalui kegiatan kepramukaan di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung?”

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diajukan beberapa pertanyaan

penelitian untuk menggali permasalahan yang telah dirumuskan, pertanyaan

penelitian diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penyusunan program kegiatan kepramukaan sebagai upaya

meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas II A Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan kegiatan kepramukaan sebagai upaya meningkatkan

kepercayaan diri remaja tunalarasdi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Bandung?

3. Apa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan

sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung?

4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam

(17)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diri remaja tunalarasdi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Bandung?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan maka secara umum penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui “Upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja

tunalarasmelalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Bandung.” Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran kongkret mengenai:

1. Perumusan program kegiatan kepramukaan sebagai upaya meningkatkan

kepercayaan diri remaja tunalarasdi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Bandung.

2. Pelaksanaan kegiatan kepramukaan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan

diri remaja tunalarasdi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Bandung?

3. Apa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan

sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalarasdi Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung?

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kegiatan

kepramukaan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja

tunalarasdi Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung?

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberi kontribusi

bagi beberapa pihak terkait. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori-teori

pendidikan dan dapat menjadi salah satu referensi untuk mengembangkan

(18)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Manfaat praktis, Sebagai informasi bagi pembina dan petugas lembaga

pemasyarakatan dalam mengembangkan program kegiatan kepramukaan bagi

remaja tunalaras.

F. DEFINISI KONSEP

1. Upaya Meningkatkan Kepercayaan diri

Menurut Rini F, J (2002) percaya diri sebagai sikap positif individu dalam

melakukan penilaian yang positif terhadap dirinya, sebagaimana dikemukakannya

sebagai berikut:

Percaya diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut di mana ia merasa yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa, karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Terdapat beberapa pendapat mengenai aspek-aspek percaya diri, salah

satunya pendapat Lauster (2008: 4) mengemukakan aspek-aspek percaya diri

sebagai berikut:

a. Kemampuan pribadi yaitu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan diri di mana individu yang bersangkutan tidak terlalu cerdas dalam tindakan, tidak tergantung dengan orang lain dan mengenal kemampuan dirinya.

b. Interaksi sosial yaitu mengenai bagaimana individu dalam berhubungan dengan lingkungannya dan mengenal sikap individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, bertoleransi dan dapat menerima pendapat orang lain serta menghargai orang lain.

c. Konsep diri yaitu bagaimana individu memandang dan menilai dirinya sendiri secara positif atau negatif, mengetahui kelebihan dan kekurangannya.

Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui bagaimana upaya

meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras khususnya peningkatan pada tiga

(19)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Bandung,

2. Remaja Tunalaras

Somantri (2007:140) mendefinisikan anak tunalaras adalah anak yang

mengalami hambatan emosi dan tingkah laku sehingga kurang dapat atau

mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan baik terhadap

lingkungannya dan hal ini akan mengganggu situasi belajarnya. Dalam penelitian

ini remaja tunalaras merupakan remaja yang melanggar norma-norma hukum

tertulis yang sedang menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

Kelas II A Bandung.

Direktorat Pembinaan PK-LK mendefinisikan anak tunalarasadalah anak

yang mengalami hambatan/kesulitan untuk menyesuaikan diri terhadap

lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang berlaku

dan dalam kehidupan sehari-hari sering disebut anak nakal sehingga dapat

meresahkan/ mengganggu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa anak

tunalaras adalah anak yang mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri

dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat sehingga menyebabkan

penyimpangan perilaku dengan frekuensi dan intensitas yang tinggi.

Remaja tunalaras yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang

berhadapan dengan hukum dan sedang menjalani pembinaan melalui program

kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Bandung.

3. Kegiatan Kepramukaan

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (2009:3) mendefinisikan kepramukaan

sebagai suatu proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan

keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah,

(20)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak dan

budi pekerti luhur.

Boden Powell (2006:3) memberikan definisi Kepramukaan yaitu suatu

permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan

anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan bagaikan kakak beradik,

membina kesehatan dan kebahagian, keterampilan dan kesediaan untuk memberi

pertolongan bagi yang membutuhkannya.

Kegiatan kepramukaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kegiatan

pramuka yang merupakan salah satu program pembinaan di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung. Selanjutnya dalam penelitian ini

peneliti ingin mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan diri

remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan

(21)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

(22)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

(23)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

(24)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana upaya peningkatan

kepercayaan diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan. Penelitian ini menggunakan

metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Menurut Arikunto dalam Sulipan penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai

status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan.

Tujuan penelitian deskriptif menurut Arikunto dalam Sulipan adalah untuk membuat

penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu. Dalam arti ini pada penelitian deskriptif sebenarnya tidak perlu mencari

atau menerangkan saling hubungan atau komparasi, sehingga juga tidak memerlukan hipotesis.

Namun demikian, dalam perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi atau kejadian

yang sudah berlangsung sebuah penelitian deskriptif juga dirancang untuk membuat komparasi

maupun untuk mengetahui hubungan atas satu variabel kepada variabel lain.

A. PENDEKATAN

Menentukan pendekatan apa yangakan digunakan dalam sebuah penelitian sangat penting

untuk membantu peneliti dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi secara logis dan

sistematis. Dalam penelitian ini, sesuai dengan tujuan yang penulis telah jabarkan maka

pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2011: 6) adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk

kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai

metode alamiah.

Menurut Lodico dkk dalam Emzir (2011: 1) penelitian kualitatif yang juga disebut

(25)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropogi dan diadaptasi ke dalam setting pendidikan. Peneliti

kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak

perspektif yang akan diungkapkan. Peneliti kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pada

pemberian suara pada perasaan dan persepsi partisipan di bawah studi.

Secara garis besar, dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan kegiatan, situasi dan

fenomena di lapangan secara alamiah tanpa kondisi yang dimanipulasi agar data yang diperoleh

tidak manipulatif. Kemudian data ditafsirkan dan diberi makna sesuai dengan tujuan penelitian

yaitu memberikan gambaran mengenai upaya peningkatan kepercayaan diri remaja tunalaras

melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.

Dalam pembahasan ini peneliti juga akan menguraikan langkah-langkah yang akan

ditempuh dalam mengungkap data dan fakta di lapangan, pengolahan data dan fakta serta

penyajiannya. Secara garis besar desain penelitian ini dapat dilihat dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 3.1

Desain Penelitian

B. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian Kondisi objektif kepercayaan diri remaja tunalaras di

Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Bandung

Remaja tunalaras

dengan percaya diri

rendah

Pelaksanaan kegiatan kepramukaan

Upaya meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras melalui kegiatan

(26)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II Bandung yang

beralamat di Jl. KH. Abdul Halim No. 270 Ciparay, Bandung.

2. Subjek Penelitian

Diungkapkan Moleong (2011: 157) “Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati

atau diwawancarai merupakan sumber data utama.” Berdasarkan ungkapan tersebut maka subjek

dalam suatu penelitian kualitatif memiliki kedudukan yang penting. Dalam hal ini subjek

merupakan informan bagi peneliti untuk memperoleh gambaran mengenai upaya peningkatan

kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan Narotika Kelas II A Bandung.

Subjek penelitian dalam penelitian ini terdiri dari kepala seksi pembinaan narapidan dan anak

didik, seorang pelatih kegiatan kepramukaan dan remaja tunalaras yang memiliki kepercayaan

diri rendah yang mengikuti kegiatan kepramukaan.

Subjek yang pertama, Kasubsi Bimkemaswat dan seorang staff Bimkemaswat sebagai

pembina kegiatan kepramukaan yang akan memberikan gambaran mengenai proses penyusunan

program, pelaksanaan, hambatan dan upaya mengatasi hambatan pelaksanaan kegiatan

kepramukaan dalam meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung

Kedua, Pelatih kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Bandung yang akan memberikan informasi mengenai penyusunan program kegiatan

kepramukaan, pelaksanaan kegiatan kepramukaan, hambatan dan upaya mengatasi hambatan

dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A

Bandung.

Ketiga, peserta didik kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas

II A Bandung yang telah teridentifikasi memiliki kurang kepercayaan diri. Di antaranya adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.1

Subyek Penelitian yang Memiliki Kurang Percaya Diri

No Nama Usia Latar Belakang Permasalahan

Skor Tes Kepercayaan

Diri

Tingkat Kepercayaa

(27)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 WP 16 Pencurian Motor 73 Lemah

2 RRM 16 Pelecehan

Sexual

55 Lemah

3 GEF 17 Pengedar Ganja 66 Lemah

4. RM 18 Pelecehan

Sexual

46 Rata-rata

Lemah

5. S 16 Pencurian 64 Lemah

6. JS 17 Pembunuhan 55 Rata-rata

Lemah

7. RR 18 Pemerasan 74 Lemah

8. YM 18 Pelecehan

sexual

69 Rata-rata

lemah

9. DR 17 Pelecehan

sexual

61 Rata-rata

lemah

10. DA 18 Pencurian 70 Lemah

11. AIP 17 Pelecehan

sexual

76 Lemah

C. INSTRUMENT PENELITIAN

Instrument dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Dalam sebuah penelitian

kuantitatif perlu dilakukan validasi untuk mengetahui keakuratan instrument dalam memecahkan

ppermasalahan yang terjadi. Dalam penelitian kualitatif validasi juga diperlukan. Sebagaimana

diungkapkan Sugiyono (2011: 305) peneliti sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa

jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi

terhadap peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap pemahaman metode penelitian

kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki

objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya. Yang melakukan validasi adalah

peneliti sendiri, melalui evaluasi diri.

Menurut Sugiyono (2011: 306) peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan

data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas

temuannya. Dalam penelitian ini peneliti membuat pedoman observasi percaya diri dan pedoman

(28)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data dan fakta di lapangan untuk memperoleh gambaran mengenai upaya

meningkatkan kepercayaan diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Dalam

pendekatan kualitatif sebagaimana telah disebutkan bahwa sumber data utama adalah kata-kata

dan tindakan dari subjek penelitian, maka dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Menurut Creswell (2010: 267) dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face

to face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka

dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok tertentu)

yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per kelompok.

Supaya mempermudah peneliti dalam mendapatkan informasi yang menyeluruh dari

wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini maka peneliti merancang pedoman wawancara

yang telah disesuaikan dengan kisi-kisi instrumen penelitian. Wawancara yang akan dilakukan

adalah face to face interview dengan partisipan yaitu kepala seksi pembinaan narapidana dan

anak didik, pelatih kegiatan kepramukaan dan remaja tunalaras yang teridentifikasi memiliki

kurang kepercayaan diri dan mengikuti kegiatan kepramukaan di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas II A Bandung.

Teknik pengumpulan data yang kedua adalah observasi, menurut Creswell (2010: 267)

observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan

untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam

pengamatan ini, peneliti merekam atau mencatat baik dengan cara terstruktur maupun

semistruktur aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian.

Peneliti pengumpulan data melalui observasi yang dalam pelaksanaannya terlebih dahulu

membuat pedoman observasi sehingga memudahkan peneliti dalam mengumpulkan data dan

fakta secara menyeluruh. Pedoman observasi meliputi proses pembuatan program, pelaksanaan,

dan evaluasi kegiatan kepramukaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika

(29)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

partisipatori yaitu dengan pengamatan langsung tanpa melibatkan peneliti secara langsung pada

kegiatan di lokasi penelitian.

Teknik pengumpulan data yang ketiga dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Studi

dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan program kegiatan kepramukaan,

data peserta kegiatan kepramukaan, data kehadiran peserta kegiatan kepramukaan, foto kegiatan

kepramukaan, alat evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi kegiatan kepramukaan, latar

belakang peserta kegiatan kepramukaan, dan data lain yang dibutuhkan untuk memberikan

gambaran mengenai upaya peningkatan kepercayaan diri remaja tunalaras melalui kegiatan

kepramukaan di Lembaga Narkotika Kelas II A Bandung.

E. PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur dalam penelitian ini terbagi menjadi empat tahapan, empat tahapan penelitian

tersebut diantaranya adalah:

1. Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra lapangan, peneliti melakukan studi pendahuluan di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung dengan tujuan menemukan permasalahan yang

menarik bagi peneliti untuk diteliti. Dalam studi pendahuluan yang dilaksanakan Pada 12 Mei

2013 peneliti menemukan permasalahan kepercayaan diri pada warga binaan remaja. Dari

permasalahan tersebut peneliti ingin mengetahui bagaimana upaya meningkatkan kepercayaan

diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan.

Langkah berikutnya setelah menemukan permasalahan di lapangan peneliti membuat

rancangan penelitian dan kemudian diseminarkan pada 31 Juli 2013. Setelah proposal disetujui

peneliti mengurus perijinan ke fakultas, BAAK, Kanwil Hukum dan HAM Jabar kemudian ke

Humas Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.

Selama proses mengurus perijinan, penulis menyusun instrument penelitian untuk

mengetahui upaya peningkatan kepercayaan diri melalui kegiatan kepramukaan dan menyiapkan

tes kepercayaan diri untuk mengetahui tingkat kepercayaan diri remaja tunalaras di Lembaga

Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung.

(30)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah pertama yang peneliti lakukan dalam tahap pekerjaan lapangan adalah

memberikan tes kepercayaan diri kepada remaja tunalaras yang mengikuti kegiatan kepramukaan

di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung. Tes dilakukan dengan

menggunakan tes percaya diri Lauser dan dilaksanakan pada 19 Februari 2014. Setelah diberikan

tes dan mengetahui tingkat keperayaan diri remaja tunalaras di Lembaga Pemasyarakatan

Narkotika Kelas II A Bandung, peneliti melakukan observasi terhadap pelaksanaan kegiatan

kepramukaan. Pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan sembari

melakukan observasi. Tahapan berikutnya adalah melakukan wawancara Kasubsi dan staff

Pembinaan dan Perawatan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung selaku

pembina kegiatan kepramukaan dan seorang pelatih kegiatan kepramukaan

3. Tahap Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data peneliti lakukan dengan tiga cara yaitu triangulasi data,

perpanjangan pengamatan dan member checking.

4. Tahap Analisis dan Penafsiran Data

Tahap terakhir yaitu analisis dan penafsiran data penulis lakukan dengan cara melakukan

reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan

F. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

Uji keabsahan data atau validitas kualitatif menurut Gibbs (Creswell, 2010: 285)

merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan

prosedur-prosedur tertentu. Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan

cara triangulasi metodologis, perpanjangan pengamatan dan member check.

Pertama, triangulasi data. Menurut Paton (Bungin, 2007: 256) triangulasi data dilakukan

dengan membandingkan data hasil pengamatan dan hasil wawancara, membandingkan apa yang

dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa

yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang

waktu, membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan

pandangan orang lain, membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

(31)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Paton (Sotopo, 2006: 92) terdapat empat macam teknik triangulasi yaitu

triangulasi data, triangulasi peneliti, triangulasi metodologis, dan triangulasi teoritis.

Uji keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi metode yang menurut

Sutopo (2006: 95) dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis tetapi menggunakan teknik

atau metode pengumpulan data yang berbeda.

Kedua perpanjangan pengamatan. Menurut Sugiyono (2012: 367) perpanjangan

pengamatan untuk menguji kredibilitas data sebaiknya difokuskan pada pengujian terhadap data

yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke lapangan benar

atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan sudah benar berarti

kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan diakhiri.

Ketiga, member chek.Memberchek menurut Sugiyono (2012: 372) merupakan proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan

disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid, tetapi apabila data yang diberikan oleh

peneliti tidak disepakati oleh pemberi data maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan

pemberi data dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya dan

harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

G. TEKNIK ANALISIS DATA

Bogdan & Biklen (Moleong, 2011:248) mendefinisikan analisis data kualitatif adalah

upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, memutuskan apa yang dapat diceritakan

pada orang lain.

Dalam suatu penelitian, analisis data dilakukan dengan berbagai tahapan yang terstruktur.

Janice McDrury (Moleong, 2011: 248) menyebutkan tahapan analisis data kualitatif sebagai

berikut:

1. Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam

data.

(32)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI

LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Menuliskan „model‟ yang ditemukan.

4. Koding yang telah dilakukan.

Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam tiga langkah yaitu reduksi data, display

data dan mengambil kesimpulan. Pertama, reduksi data. Menurut Suharsaputra (2012: 218) pada

tahap ini peneliti melakukan proses mengolah data dari lapangan dengan memilah dan memilih,

dan menyederhanakan data dengan merangkum yang penting-penting sesuai dengan fokus

penelitian. Reduksi data dilakukan setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara. Reduksi

data dilakukan dengan cara menulis semua data lapangan kemudian data dirangkum sesuai

dengan hal-hal pokok untuk mencari polanya.

Kedua, displaydata. Suharsaputra (2012: 219) mengungkapkan dalam display data laporan

yang sudah direduksi dilihat kembali gambaran secara keseluruhan, sehingga dapat tergambar

konteks data secara keseluruhan, dan dari situ dapat dilakukan penggalian data kembali apabila

dipandang perlu untuk lebih mendalami masalahnya.

Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupaka upaya untuk

memberi makna dari data yang telah dikumpulkan selama penelitian. Sugiyono (2012: 345)

mengatakan kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah

yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa

masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan

(33)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai upaya meningkatkan kepercayaan

diri remaja tunalaras melalui kegiatan kepramukaan dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Penyusunan program kegiatan kepramukaan yang sesuai dengan kebutuhan warga

binaan remaja belum dilaksanakan. Belum dilakukan asesmen terdapat kebutuhan

masing-masing warga binaan remaja sebelum penyusunan dan pelaksanaan program

kegiatan kepramukaan.

2. Keseluruhan pelaksanaan kegiatan kepramukaan memiliki potensi untuk dapat

meningkatkan kepercayaa diri melalui tiga aspek yaitu kemampuan pribadi, interaksi

sosial dan konsep diri positif. Namun upaya meningkatkan kepercayaan diri warga

binaan remaja di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Bandung belum

mencapai hasil yang optimal karena materi, metode, teknik dan sistem dukungan

yang ada tidak dirancang berdasarkan kebutuhan masing-masing warga binaan

remaja.

3. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan kepramukaan sebagai

upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja adalah kurangnya

jumlah pelatih, kurangnya referensi mengenai materi serta metode

pelaksanaan kegiatan kepramukaan, kurangnya anggaran untuk pengadaan

sarana pendukung kegiatan pramuka seperti tongkat, tali kur, bendera

semapore, dan sebagainya.

4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan yang dihadapi adalah

dengan meningkatkan kemampuan pembina dalam bidang kepramukaan

melalui pelatihan-pelatihan kepramukaan yang diselenggarakan oleh Kwarda.

Upaya meningkatkan kemampuan pelatih dilakukan dengan cara pemberian

pengarahan oleh pembina kepada pelatih mengenai pelaksanaan kegiatan

pramuka. Upaya lain yang dilakukan adalah merekrut warga binaan yang

(34)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas peneliti memberikan beberapa

saran terhadap pihak Lapas dan peneliti berikutnya untuk dijadikan masukan atau

bahan pertimbangan, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Bagi Lembaga Pemasyarakatan

Sebagai salah satu program pembinaan, kegiatan pramuka harus

direncanakan secara terstruktur mulai dari tujuan instruksional, materi kegiatan,

mekanisme pelaksanaan, waktu dan penilaian. Kemudian upaya meningkatkan

SDM khususnya yang langsung bersentuhan dengan warga binaan harus terus

ditingkatkan dengan berbagai pelatihan atau buku-buku mengenai kepramukaan.

Kerjasama dengan berbagai pihak untuk mendatangkan tenaga ahli yang

mendukung pelaksanaan kegiatan kepramukaan perlu dilakukan agar tujuan dari

pelaksanaan kegiatan kepramukaan dapat tercapai secara optimal. Ketersediaan

sarana pendukung seperti, seragam, tongkat, bendera semaphore, tali kur, buku

kepramukaan perlu ditingkatkan agar hasil yang dicapai dari kegiatan

kepramukaan dapat optimal.

2. Bagi Pelatih Kepramukaan

Upaya meningkatkan kepercayaan diri warga binaan remaja dapat dilakukan

melalui berbagai materi yang menyentuh aspek kemampuan pribadi, interaksi

sosial dan konsep diri positif. Meningkatkan kemampuan pribadi warga binaan

remaja dapat dilakukan melalui materi keterampilan kerja dan pengembangan

bakat. Interaksi sosial warga binaan remaja dapat ditingkatkan melalui kegiatan

sifatnya berkelompok dengan metode sistem beregu misalnya PBB, pioneering,

PPPK dan sebagainya. Konsep diri positif warga binaan remaja dapat ditingkatkan

melalui materi kepenegakkan yang berisi filosofi penegak, memaknai Tri Satya

(35)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang positif terhadap diri, orang lain dan lingkungannya. Teknik penyampaian

yang dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan kepercayaan diri warga

binaan remaja adalah diskusi, tanya jawab, demonstrasi, permainan dan

sebagainya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini berfokus pada upaya peningkatan percaya diri warga binaan

remaja melalui kegiatan pramuka. Bagi peneliti berikutnya yang memiliki minat

untuk meneliti pembahasan yang serupa agar meneliti mengenai efektivitas

kegiatan kepramukaan terhadap peningkatan kepercayaan diri warga binaan

remaja di lembaga pemasyarakatan. Agar diketahui secara kongkret seberapa

signifikan pengaruh kegiatan kepramukaan terhadap kepercayaan diri warga

binaan remaja. Banyaknya penelitian mengenai pembinaan di lembaga

pemasyarakatan diharapkan memberikan dampak terhadap perkembangan

pengetahuan mengenai pembinaan bagi warga binaan remaja dari sudut pandang

(36)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M dan Asrori, M. (2009). Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arifin. (2007). Pendidikan Anak Berkonflik Hukum Model Konvergensi Antara

Fungsionalis dan Religius. Bandung: Alfabeta.

Bob Sunardi, A. (2006). Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa Muda.

Emzir. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Gunarsa, S.(1991). Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia

Hurlock, E. (1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2009). Panduan Membina Pramuka Luar

Biasa. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. (2011). Panduan Penyelesaian Syarat

Kecakapan Umum Penegak. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Lauster, P. (2008). Tes Kepribadian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Boden Powel, L. (2006). Berkelana Menuju Keberhasilan. Bandung: AIPI dan Puslit KP2W Lemlit Unpad.

Miles dan B. Matthew. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.

J. Moleong Lexi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Perry, M. (2003). Confidence Boosters Pendongkrak Kepercayaan Diri. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

R. Pudjijogyanti, C. (2010). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta: ARCAN.

Soetodjo, W. (2010). Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama.

Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.

(37)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suharsaputra, U. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan. Bandung: PT Refika Aditama.

Sutopo. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Penerapannya

dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Sunardi. (1995). Ortopedagogik Anak Tunalaras 1. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Smith, R et al. (1975). The Exeptional Child A Functional Approach. US: McGwaw-Hill

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

W Creswell, J. (2010). Research Desain Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

W Santrock, J. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sumber Tesis:

Koswara, I. (2011). Efektivitas Konseling Narasi Melalui Aktivitas Kelompok

untuk Meningkatkan Konsep Diri Akademik Siswa. Tesis. Sekolah Pasca

Sarjana UPI.

Lorraine, E. (2013). Program Bimbingan dan Konseling Pribadi-Sosial untuk

Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Nurjanah, N. (2010). Efektivitas Konseling Analisis Transaksional untuk

Meningkatkan Self Esteem Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Rohayati, I. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya untuk Meningkatkan

Percaya Diri Siswa SMA. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

Sa‟adah, M. (2011). Efektivitas Sosiodrama untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa. Tesis: Sekolah Pasca Sarjana UPI.

(38)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Afifuddin. (2012). Perencanaan Pengajaran dalam Proses Pembelajaran. Tersedia di

http://www.uin-alauddin.ac.id/download.%20Afifuddin_Perenc.%20Pengajaran.pdf

Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka No. 203 Th. 2009 tersedia di http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=view&i d=437&Itemid=120#.UkpYNsvEwxQ [22 September 2013]

Astati. (tanpa tahun). Karakteristik dan Pendidikan Anak Tunadaksa dan Anak

Tunalaras

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011 974032-ASTATI/Karakteristik_Pend_ATD-ATL.pdf [11 November 2013 18.15]

Counseling Center university of Illinois at Urbana-Champaigh. (2007). Self

Confidencce.

http://www.counselingcenter.illinois.edu/self-help-brochures/self-awarenessself-care/self-confidence/ [16 Desember 2013 pukul 15.10]

Direktorat Pembinaan PK-LK. (2013). Pendidikan Khusus untuk Anak Tunalaras.

http://www.pkplkdikmen.net/berita-pendidikan-khusus-untuk-anak-tunalaras.html [11 November 2013 pukul 18.23]

Ginintasasi, R. (tanpa tahun) Interaksi Sosial. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/INTERAKSI_SOSIAL.pdf [16 April 2014 pukul 14.00]

Haryanto. (2011).Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Tersedia di

http://belajarpsikologi.com/bentuk-bentuk-interaksi-sosial/ [16 April 2014]

Haryanto.( 2010). Pengertian Kepercayaan Diri. Terdesia di

http://belajarpsikologi.com/pengertian-kepercayaan-diri/ [16 April 2014 pukul 14.17]

MetroTV. (2013). Jumlah Anak Bermasalah Hukum Meningkat.

http://www.youtube.com/watch?v=ExLkleuGduU

Harianja Kristina, N. (2011). Gambaran Konsep Diri Pekerja Seks Komersial di

Kota Medan. Tersedia di

(39)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 1991 Tentang

Pendidikan Luar Biasa tersedia di

http://hukum.unsrat.ac.id/pp/pp1991_72.htm [15 November 2013 15.33]

Pudjiastuti Adywibowo, I. (2010). Memperkuat Kepercayaab Diri Anak Melalui

Percakapan Referensial. Jurnal Tersedia di

http://www.bpkpenabur.or.id/files/Hal.%2037-49%20Memperkuat%20Kepercayaan%20Diri%20Anak.pdf [16 April 2014 pukul 14.32]

Rini F, J. (2002). Memupuk Rasa Percaya Diri. Tersedia di http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=84 [9 September 2013 pukul 18. 47]

Sulipan. (tanpa tahun). Penelitian Deskriptif Analitis Berorientasi Pemecahan

Masalah. Tersedia di

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4 &cad=rja&uact=8&ved=0CCsQFjAD&url=http%3A%2F%2Fwww.ktigur u.net%2Ffile.php%2F1%2Fmoddata%2Fdata%2F3%2F9%2F46%2FPenel itian_Deskriptif_Analitis.pdf&ei=8tXpU4PkDcLi8AWjnIGgDg&usg=AF QjCNFt-qCQsMybiF8fKiknIvqyZE4hlA

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 1995 tersedia di http://www.kemenkumham.go.id/attachments/article/167/uu12_1995.pdf [26 September 2013]

Yulianti,Sriati dan Widiasih. (2008) Gambaran Orientasi Masa Depan

Narapidana Remaja Sebelum dan Setelah Pelatihan di Rumah Tahanan

Negara Kelas I Bandung. Tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &ved=0CDIQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unpad.ac.id%2Fjkp%2F article%2Fdownload%2F83%2F65&ei=vmTiUqrVDMKzrAfcvYHYBw& usg=AFQjCNGMLYuTMHMSDpoUV1KX2JbHJaPGkg&sig2=KvmuHs SLYGegu6b4g8kNEA [11 November 2013 pukul 18.25]

Yuvita Afrinita, R. (2013). Penyebab dan Kondisi Psikologis Narapidana Kasus

Narkoba Pada Remaja. Tersedia di

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2 &ved=0CDcQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjournal.uad.ac.id%2Findex.ph p%2FEMPATHY%2Farticle%2Fdownload%2F1561%2F899&ei=TmfiUp

(40)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sumber Lain:

Kurniasih, E. (2010). Program Pendidikan Kepramukaan Bagi Narapidana di

Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara: Kertas Kerja.

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA

TUNALARAS MELALUI KEGIATAN KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA

PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Oleh: Siti Haryanti

0906607

A. Pendahuluan

Setiap anak yang dilahirkan akan melewati berbagai fase dalam sepanjang

rentang kehidupannya. Setiap fase akan memberikan dampak terhadap

perkembangan fisik dan psikologis anak. Fase remaja yang sering disebut sebagai

masa peralihan, pencarian identitas dan masa yang bermasalah merupakan fase

yang sangat penting, karena perkembangan pada masa remaja berdampak

langsung terhadap sikap dan perilaku anak serta memberi dampak jangka panjang.

Sebagaimana telah diungkapkan bahwa fase remaja merupakan masa

peralihan, pencarian identitas dan sebagainya maka pada fase ini permasalahan

yang dialami cukup kompleks. Gejolak dan pertentangan yang dialami remaja

pada fase ini rentan menimbulkan perilaku yang negatif. Berbagai kenakalan

remaja seperti membolos sekolah, perkelahian, kebut-kebutan di jalan, perusakan,

penyalahgunaan narkotika dan sebagainya seringkali kita saksikan dewasa ini.

Perilaku negatif pada remaja timbul karena remaja cenderung memiliki

penilaian yang rendah terhadap dirinya sehingga menimbulkan perasaan rendah

(41)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Anak remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri, sekarang menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena daya tahan fisik

menurun dan karena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak anak laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

Penilaian rendah remaja terhadap dirinya mengakibatkan rasa kurang

percaya diri untuk mengaktualisasikan dirinya. Rasa kurang percaya diri remaja

untuk mengaktualisasikan dirinya ini akan membuat remaja berperilaku

menyimpang dalam taraf tertentu. Apabila perilaku menyimpang ini tidak

mendapatkan bimbingan yang tepat akan mengakibatkan anak memiliki hambatan

dalam emosi dan perilaku atau di dunia pendidikan lebih dikenal sebagai

tunalaras.

Penilaian yang rendah pada diri sendiri yang dilakukan oleh remaja

tunalaras, mengakibatkan remaja tunalaras merasa terdapat jarak antara dirinya

dengan lingkungan. Seperti diungkapkan Somantri (2007: 157) bahwa:

Perasaan tidak berguna bagi orang lain, perasaan rendah diri, tidak percaya diri, perasaan bersalah menyebabkan mereka merasakan adanya jarak dengan lingkungannya. Salah satu dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan sehingga merusak diri mereka sendiri.

Dampak penilaian diri yang rendah pada remaja tunalaras adalah munculnya

perilaku negatif yang seringkali dipilih oleh remaja tunalaras untuk menutupi

ketidakpercayaan dirinya. Tak jarang perilaku negatif tersebut membuat remaja

tunalaras berhadapan dengan hukum. Dewasa ini jumlah kasus pelanggaran

hukum yang dilakukan anak di bawah umur semakin meningkat. Sebagaimana

disiarkan dalam acara berita MetroTV 31 Mei 2013 jumlah anak yang melakukan

pelanggaran hukum pada tahun 2009 1.258 kasus, pada tahun 2011 meningkat

menjadi 7.000 kasus.

Rasa kurang percaya diri terlebih akan menimpa remaja yang berhadapan

(42)

Siti Haryanti , 2014

UPAYA MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA TUNALARASMELALUI KEGIATAN

KEPRAMUKAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN NARKOTIKA KELAS II A BANDUNG

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan identifikasi permasalahan diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Pengembangan Alat Asesmen Keterampilan Menulis Menggunakan

41. Faktor yang membedakan antara jamur dengan organisme lain diantaranya adalah pada dinding selnya. Dinding sel jamur tersusun dari ... Hifa vegetatif pada jamur berfungsi untuk

Jadwal Evaluasi akan disesuaikan dengan waktu yang dibutuhkan oleh Pokja Barang. dan Jasa Lainnya dalam mengevaluasi, apabila waktu yang dibutuhkan

[r]

Pola Asuh Orangtua Anak Tunarungu Usia Dini Yang Memiliki Keterampilan Sosial Baik Di SLB Prima Bhakti Mulia, Kota Cimahi1. Universitas Pendidikan Indonesia |

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor resiko diare pada balita yaitu perilaku pengasuhan ibu terhadap terjadinya diare akut pada balita di Kecamatan Delitua,