• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR PANTUN KARYA SISWA SDN NAGARAWANGI 3 KOTA TASIKMALAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR PANTUN KARYA SISWA SDN NAGARAWANGI 3 KOTA TASIKMALAYA."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR PANTUN KARYA SISWA SDN NAGARAWANGI 3 KOTA TASIKMALAYA

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

oleh

Sani Aryanto NIM 1004144

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

2014

(2)

ANALISIS STRUKTUR PANTUN KARYA SISWA SDN NAGARAWANGI 3 KOTA TASIKMALAYA

oleh Sani Aryanto

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

©Sani Aryanto

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

SANI ARYANTO

ANALISIS STRUKTUR PANTUN KARYA SISWA KELAS IV SDN NAGARAWANGI 3 KOTA TASIKMALAYA

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof. DR. H. Cece Rakhmat, M.Pd. NIP. 195204221976031004

Pembimbing II

Drs. Aan Kusdiana, M. Pd. NIP. 19551206197502 1 001

Mengetahui

Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya,

(4)

ii ABSTRAK

Materi pantun merupakan salah satu materi pelajaran yang cukup sulit dikuasai siswa, hal ini dikarenakan pembendaharaan kosa kata siswa yang terbatas, walaupun secara umum sebagian besar siswa mampu menuliskan pantun, namun penggunaan kosa kata yang digunakannya terkadang terlalu memaksakan sehingga secara teoritis sudah tepat namun dalam tataran makna sulit untuk dipahami atau sebaliknya, bahkan beberapa diantaranya menuliskan pantun secara teoritis maupun pemaknaan sulit untuk diidentifikasi sehingga struktur pantun tidak berdasarkan teori-teori yang dikembangkan para peneliti sebelumnya. Untuk itu tujuan penelitian ini dilakukan guna mendeskripsikan struktur pembentuk pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya dengan objek penelitian berupa 35 teks pantun yang dibuat berdasarkan tema “bebas”. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dimana setiap pantun dideskripsikan satu persatu berdasarkan struktur pantun dari segi bentuk maupun segi isi. Dari segi bentuk hal-hal yang dideskripsikan diantaranya penggunaan jumlah baris, suku kata, dan penggunaan rima, sedangkan dari segi isi meliputi sampiran dan isi pantun yang ditinjau berdasarkan struktur fisik dan struktur batin. Hal-hal yang dideskripsikan dalam struktur fisik diantaranya diksi dan pengimajian, sedangkan hal-hal yang dideskripsikan dalam struktur batin diantaranya penggunaan tema dan amanat pantun. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui tehnik tes, dokumentasi, dan studi literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar mampu membuat pantun berdasarkan struktur pembentuk secara tepat. Mayoritas pantun yang dibuat oleh siswa menggunakan empat baris/ larik dengan jumlah 8-12 suku kata pada setiap baris/ lariknya serta memiliki berima a-b-a-b dan a-a-a-a. Pemilihan struktur kata sederhana, Kesederhanaan kata yang dipilih siswa berdampak pada makna kata, tercatat sebagian besar siswa 88,6% menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif sedangkan sebagian kecil siswa 11,4 % menggunakan kata-kata yang bermakna konotatif. Selain itu struktur fisik pantun melalui pengimajian yang timbul dalam pantun ini cukup bervariatif. Lebih dari 42,9 % siswa menggunakan kata yang menimbulkan pengimajian auditif, 37,1% pengimajian visual dan 20% pengimajian taktil. Berdasarkan struktur batin, Tema yang digunakanya dalam setiap pantun karya siswa ini sangat beragam. Mayoritas siswa menentukan tema pantun “nasehat” sehingga jumlah pantun orang tua paling banyak diantara jenis pantun lainnya dengan perolehan presentase 57,1%, sedangkan pantun remaja berjumlah 28,6 % dan 14,3% merupakan pantun anak. Amanat yang disampaikan siswa juga bermacam-macam jika dilihat dari sifat-sifatnya,diantaranya: 60% bersifat menasehati, 5,7% bersifat ajakan, 8,6% bersifat larangan dan 25,7% bersifat menghibur.

(5)

v

G. Struktur Organisasi Laporan Hasil Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 11

(6)

vi

D. Definisi Operasional ... 43

E. Instrumen Penelitian ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

E. Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 159

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 174

A. Kesimpulan ... 223

B. Saran ... 175

DAFTAR PUSTAKA ... 178

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 180

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1. Pedoman Analisis Jumlah Baris, Suku Kata dan Rima... 47

3.2. Pedoman Analisis Struktur Fisik Sampiran dan Isi Pantun ... 48

3.3. Pedoman Analisis Tema ... 48

3.4. Pedoman Analisis Amanat dan Keterkaitan Sampiran dan Isi Pantun ... 49

4.1. Analisis Jumlah Baris, Suku Kata dan Rima ... 150

4.2. Analisis Struktur Fisik Sampiran dan Isi Pantun ... 152

4.3. Analisis Tema... 155

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1.2. Learning Obstacle dalam Menuliskan Pantun ... 3

3.1. Pertanyaan Verbal dan Lembar Jawaban Siswa ... 44

4.1. Siswa/i Pertama ... 52

4.2. Siswa/i Kedua ... 52

4.3. Siswa/i Ketiga ... 52

4.4. Siswa/i Keempat... 52

4.5. Siswa/i Kelima ... 53

4.6. Siswa/i Keenam ... 53

4.7. Siswa/i Ketujuh ... 53

4.8. Siswa/i Kedelapan ... 53

4.9. Siswa/i Kesembilan ... 54

4.10. Siswa/i Ke-10 ... 54

4.11. Siswa/i Ke-11 ... 54

4.12. Siswa/i Ke-12 ... 54

4.13. Siswa/i Ke-13 ... 55

4.14. Siswa/i Ke-14 ... 55

4.15. Siswa/i Ke-15 ... 55

4.16. Siswa/i Ke-16 ... 55

4.17. Siswa/i Ke-17 ... 56

(9)

ix

Halaman

4.19. Siswa/i Ke-19 ... 56

4.20. Siswa/i Ke-20 ... 56

4.21. Siswa/i Ke-21 ... 57

4.22. Siswa/i Ke-22 ... 57

4.23. Siswa/i Ke-23 ... 57

4.24. Siswa/i Ke-24 ... 57

4.25. Siswa/i Ke-25 ... 58

4.26. Siswa/i Ke-26 ... 58

4.27. Siswa/i Ke-27 ... 58

4.28. Siswa/i Ke-28 ... 58

4.29. Siswa/i Ke-29 ... 59

4.30. Siswa/i Ke-30 ... 59

4.31. Siswa/i Ke-31 ... 59

4.32. Siswa/i Ke-32 ... 59

4.33. Siswa/i Ke-33 ... 60

4.34. Siswa/i Ke-34 ... 60

(10)

x

DAFTAR BAGAN

Halaman

(11)

1 mendidik dan dididik serta akan selamanya membutuhkan pendidikan. Pendidikan memang suatu kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh manusia namun bukan berarti pendidikan adalah suatu kegiatan yang tanpa batas. Banyak hal-hal yang membatasi pelaksanaan pendidikan, diantaranya fungsi dan tujuan pendidikan yang menjadi arah yang harus dicapai oleh pendidikan. seperti halnya fungsi dan tujuan pendidikan yang diterapkan di Negara kita, sebagaimana dinyatakan dalam Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional (dalam Sadullah, 2010, hlm. 74) yaitu:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar mampu menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Pada hakikatnya ruang lingkup pendidikan mencangkup seluruh aspek kehidupan seperti aspek hukum, agama, ekonomi, politik, kebudayaan dan lain-lain yang tentunya mampu menghantarkan fungsi dan tujuan pendidikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sadullah (2010, hlm. 23) yang mengungkapkan bahwa: “Ruang lingkup lapangan pendidikan mencangkup semua pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan”. Salah satu aspek yang memiliki peranan penting dalam mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan dalam membentuk watak manusia agar memiliki integritas, rasa tanggungjawab dan rasa nasionalisme/ kebanggaan terhadap bangsa dan negara adalah aspek kebudayaan.

(12)

2

Hummel (dalam Sadulloh, 2009, hlm. 58) menyatakan bahwa salah satu tujuan pendidikan harus adanya nilai survival “ ... (survival) permit every nation to transmit and enrich its cultural heritage over the generations, but also guide

education towards mutual understanding...”. yang berarti tujuan pendidikan harus

mengandung nilai survival yakni pendidikan akan menjamin pewarisan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Maka dari kebudayaan menjadi salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan.

Salah satu wujud kebudayaan yang diimplementasikan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah kebudayaan berbahasa Indonesia, yang diinterpretasikan dalam bentuk mata pelajaran wajib yang harus dikuasai oleh siswa. dan salah satu materi yang harus dipelajari siswa dalam mata pelajaran ini adalah kebudayaan pantun.

Pantun merupakan salah satu puisi lama yang sangat dikenal di seluruh pelosok Nusantara serta memiliki peranan penting dalam kehidupan. Menurut Utami (2013, hlm. 14) memandang beberapa peran pantun diantaranya:

(1) Sebagai alat pemelihara bahasa/ menjaga fungsi kata dan alur berfikir; (2) Melatih berfikir tentang makna kata sebelum berujar; (3) Melatih berfikir asosiatif, bahwa suatu kata bisa memiliki kaitannya dengan kata lain; (4) Kebudayaan asli Indonesia yang harus dilestarikan.

(13)

3

Mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam hal komunikasi antar sesama manusia/ interaksi sosial. Menurut Cahyani (2012,hlm. 27) tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah:

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Rohim, dkk (2009, hlm.1) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran bahasa Indonesia yang disajikan pada prinsipnya menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor siswa”. Ketiga ranah tersebut pada dasarnya disesuaikan dengan empat aspek keterampilan berbahasa meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Materi pantun yang terdapat dalam silabus kelas IV semester II dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dan silabus Kelas V semester I dalam kurikulum 2013 memuat keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut, meliputi mendengarkan dan berbalas pantun, serta membaca dan menulis pantun yang terintegrasi dalam satu kegiatan pembelajaran.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan di MI Pasanggrahan oleh Aryanto (2013, hlm. 28) menunujukan hasil bahwa: “salah satu keterampilan berbahasa yang sulit dikuasai siswa sekolah dasar dalam materi pantun adalah keterampilan menulis pantun berdasarkan struktur pembentuk pantun yang tepat”. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa salah satu tipe learning obstacle atau hambatan belajar siswa dalam menuliskan pantun adalah siswa dapat membuat pantun secara tekstual, namun secara kontekstual sulit untuk dipahami, contohnya

Gambar 1.1

(14)

4

Keterampilan menulis merupakan aspek keterampilan yang paling sulit jika dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya, baik itu menyimak, berbicara ataupun membaca. Karena menulis membutuhkan kreativitas / daya imajinasi dalam menuahkan ide atau gagasan dari bahasa lisan menjadi bahasa tulisan. Menurut Eric, Robert & William (dalam Sutrisno, 2010, hlm. 12), mengemukan bahwa “Writing is creative act. None of our writing is simply a translation of completed thougts into words on a page. The act of writing is

creative because it requires us to interpret or make sense of something: an

experience, a text, an event”. Yang berarti bahwa menulis merupakan bagian dari

tindakan yang kreatif. Hal ini dikarenakan menulis memerlukan kemampuan daya imajinasi / pemikiran kita untuk menginterpretasikan atau bisa menyampaikan pengalaman, maupun peristiwa yang dialami ke dalam bentuk teks/ tulisan. Apalagi dalam menuliskan sebuah pantun yang tidak lain adalah karya sastra lama dengan aturan-aturan yang telah ada melalui struktrur pembentuknya.

Menurut Utami (2013, hlm. 13) Struktur pembentuk pantun terdiri dari lima unsur, diantaranya:

(1) Setiap bait terdiri dari empat larik (baris); (2) Setiap suku kata tiap larik sama atau hampir sama (biasanya terdiri dari delapan sampai dua belas suku kata); (3) berirama/ bersajak ab-ab / aa- aa (4) larik pertama dan kedua berupa sampiran yang biasanya tidak mempunyai hubungan; (mengandung maksud dan hanya diambil rimanya saja untuk mengantarkan maksud yang dikeluarkan); (5) larik ketiga dan keempat disebut isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut karena isi pantun mengandung pesan yang ingin disampaikan oleh pembuat pantun.

(15)

5

keterkaitan/ hubungan antara sampiran dan isi pantun secara kontekstual namun hasilnya gagal karena keterkaitan keduanya bukan dalam tataran makna tetapi hanya melalui bunyi/ rima saja. Sehingga wajar apabila keterampilan menulis pantun menjadi salah satu materi yang paling menyulitkan bagi siswa sekolah dasar.

Menurut Sugiarto (2011, hlm. 5) berdasarkan maksud/ isi/ temanya, “pantun dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu pantun anak-anak, pantun remaja dan pantun orang tua”. Dalam pembelajaran di sekolah dasar, pantun yang diajarkan adalah pantun anak-anak. Hal ini terintegrasi dalam muatan kurikulum KTSP Tahun 2006 maupun kurikulum 2013.

Kurikulum KTSP materi pantun terdapat dalam silabus kelas IV semester II melalui Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), yakni:

SK : 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun anak”; Serta KD : 8.2 Membuat pantun anak yang menarik tentang berbagai tema (persahabatan, ketekunan, kepatuhan dan lain-lain).

Sedangkan dalam muatan Kurikulum 2013 terdapat dalam silabus kelas V semester 1 melalui Kompetensi Inti (KI) dan KD sebagai berikut:

KI : 4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanyakan berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain; KD : 4.4 Melantunkan dan menyajikan teks pantun dan syair tentang bencana alam serta kehidupan berbangsa dan bernegara secara mandiri dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata yang baku

(16)

6

pantun anak yang dikemukakan oleh Rivai (2000, hlm. 14) “pantun anak terbagi menjadi dua bagian yaitu pantun bersuka cita dan pantun berduka cita”.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di kelas IV SDN Nagarawangi 3, guru kelasnya menuturkan bahwa pembelajaran menulis pantun anak merupakan salah satu materi pelajaran yang cukup sulit dikuasai siswa, hal ini dikarenakan pembendaharaan kosakata siswa yang terbatas, walaupun secara umum sebagian besar siswa mampu menuliskan pantun, namun penggunaan kosakata yang digunakannya terkadang terlalu memaksakan sehingga secara teoritis sudah tepat namun dalam tataran makna sulit untuk dipahami atau sebaliknya, bahkan beberapa diantaranya menuliskan pantun secara teoritis maupun pemaknaan sulit untuk diidentifikasi. Tema yang digunakannya juga terkadang tidak menggambarkan dunia anak, beberapa diantaranya ada yang menuliskan pantun dengan tema cinta. Sehingga guru adakalanya memberikan penilaian hanya secara tekstual saja, (berdasarkan apa yang dilihat melalui panca indra secara eksplisit). Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Aryanto (2013, hlm. 33) menyebutkan bahwa “88% siswa kurang tepat dalam membuat pantun berdasarkan struktur pembentuknya, baik struktur fisik maupun struktur batin.

Berdasarkan uraian pernyataan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti pantun yang dibuat oleh siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 serta mencari tahu karakteristik pantun anak melalui analisis deskriptif struktur pembentuknya, sehingga kemampuan siswa dalam membuat pantun dapat diketahui. Maka dari itu, judul dalam penelitian ini adalah “Analisis Struktur Pantun Karya Siswa Kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya”.

B.Fokus Penelitian

(17)

7

menutup kemungkinan banyaknya kekeliruan yang terjadi ketika siswa menuliskan pantun berdasarkan struktur fisik maupun struktur batinnya. Apalagi terkadang guru hanya melihat / menilai pantun karya siswa hanya dari apa yang dilihat oleh panca indra secara eksplisit, dan kurang melihat secara implisit berdasarkan struktur pembentuknya. sehingga kualitas siswa tidak tampak kekurangan maupun kelebihannya. Terlebih lagi adakalanya beberapa diantara siswa membuat pantun tidak menggambarkan dunia anak, sehingga berpengaruh terhadap struktur pembentuknya dan melenceng dari ketentuan kurikulum yang seharusnya membuat pantun anak. maka dari itu, struktur pantun karya siswa ini menjadi hal yang menarik untuk dijadikan fokus penelitian.

Langkah umum penelitian ini, siswa ditugaskan untuk menuliskan sebuah pantun, kemudian pantun tersebut dianalisis melalui struktur pembentuknya meliputi analisis penggunaan baris, suku kata, rima, sampiran dan isi pantun. Sehingga hasilnya dapat digunakan untuk mendeskripsikan perbedaan kualitas kemampuan siswa serta dapat mengidentifikasikan kekurangan dan kelebihan siswa dalam menuliskan pantun.

C. Rumusan Masalah

Penelitian ini memiliki rumusan masalah umum dan rumusan masalah khusus, diantaranya: secara khusus seperti di bawah ini.

a. Bagaimana jumlah baris pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya?

(18)

8

c. Bagaimana rima/ sajak pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya?

d. Bagaimana sampiran pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya?

e. Bagaimana isi pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan penelitian umum dan tujuan penelitian khusus, diantaranya:

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan struktur pembentuk pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan penelitian umum, maka peneliti menentukan tujuan penelitian khusus seperti di bawah ini.

a. Mendeskripsikan jumlah baris pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

b. Mendeskripsikan jumlah suku kata pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

c. Mendeskripsikan rima/ sajak pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

d. Mendeskripsikan sampiran pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

e. Mendeskripsikan isi pada pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

E. Manfaat Penelitian

(19)

9

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan, terutama dalam materi menulis pantun mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran dalam mengembangkan kuantitas maupun kualitas pembelajaran materi pantun di sekolah dasar terutama dalam memberikan penilaian pembelajaran pantun berdasarkan struktur pembentuk pantun.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis. Manfaat praktis berkaitan dengan kepentingan praktik atau pelaksanaan dalam pembelajaran. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi berbagai pihak seperti guru, sekolah maupun peneliti lainnya. Penjelasan selengkapnya mengenai manfaat-manfaat yang diharapkan dari penelitian bagi pihak-pihak yang terkait yaitu sebagai berikut: a. Guru

Manfaat penelitian ini bagi guru yaitu (1) dapat diketahui perbedaan kemampuan siswa dalam menuliskan pantun; (2) dapat diketahui kekurangan dan kelebihan siswa dalam membuat pantun dan turut memberikan gambaran bagi guru dalam memberikan penilaian pantun anak karya siswa; (3) dapat menambah pengetahuan gurutentang struktur pembentuk pantun; (4) sebagai referensi guru dalam mengembangkan kreativitas pembelajaran materi pantun pada siswa sekolah dasar.

b. Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah yaitu dapat memberikan kontribusipemikiran baru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Apalagi pantun anak menjadi salah satu materi pembelajaran yang harus diajarkan berdasarkan silabus kelas IV semester II dalam muatan kurikulum KTSP dan silabus kelas V semester I dalam muatan kurikulum 2013.

(20)

10

c. Peneliti Lainnya

Adanya penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi peneliti lainnya dalam membuat penelitian selanjutnya berkenaan dengan materi pantun karya siswa sekolah dasar.

F. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dimaksudkan untuk memahami alur pikir dalam penulisan laporan hasil penelitian ini, maka hal ini dijadikan pedoman dalam penyusunan laporan hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Bab I berisi Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi oprasional dan struktur organisasi skripsi

Bab II berisi kajian pustaka. Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun rumusan masalah dan tujuan.

Bab III berisi penjelasan yang rinci mengenai metode penelitian. Komponen dari metode penelitian terdiri dari lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian berikut dengan justifikasi pemilihan desain penelitian, metode penelitian berikut dengan justifikasi penggunaan metode penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta analisis data penelitian.

Bab IV berisi hasil penelitian dari analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan tentang masalah penelitian, serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan tentang penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.

(21)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

Musfikon (2012, hlm. 14) mengungkapkan bahwa “Metode penelitian merupakan langkah dan cara dalam mecari, merumuskan, menggali data, menganalisis dan emnyimpulkan suatu permasalahan, Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif . Menurut Bogdan dan Taylor (Dalam Prastowo, 2011, hm. 22), metodologi kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”. Data kualitatif merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan berlandas kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat.

Pada penelitian ini, peneliti lebih memfokuskan pada analisis struktur pantun karya siswa kelas IV SDN Narawangi 3. Oleh karena itu, peneliti akan mencari tahu dan mendalami karakteriksik karya siswa kelas IV yang diinterpretasikan dalam sebuah pantun melalui struktur pembentuknya.

A.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN Nagarawangi 3, yang berlokasi di Jl. K.H. Lukmanul Hakim No. 6, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV semester II. Penentuan subjek penelitian ini dilakukan melalui teknik purposive sampling. Menurut Musfikon (2012, hlm. 96) purposive sampling adalah “teknik pengambilan data dengan menunjuk secara langsung siapa yang akan diteliti dengan pertimbangan tertentu”. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan memilih siswa tersebut, dikarenakan dalam muatan kurikulum KTSP tahun 2006 pembelajaran materi menulis pantun disampaikan di kelas IV semester II sehingga data diperoleh dari

(22)

41

karya pantun anak yang ditulis oleh siswa yang telah menguasai secara benar terkait materi pantun.

Sumber data diperoleh melalui teknik snowball sampling. Menurut Sugiono (2012, hlm.54) “Snowball sampling adalah teknik mengambil sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar”. Untuk memperoleh data secara lebih mendalam, maka peneliti memilih guru kelas sebagai penambah informasi terkait kompetensi siswa dalam menuliskan pantun sehingga data yang peneliti terima menjadi jauh lebih kredibel.

B.Desain Penelitian

Menurut Musfikon (2012, hlm. 88) dalam melakukan desain penelitian kualitatif, “Peneliti sekaligus merumuskan kerangaka oprasionalisasi penelitian dan tahapan penelitian, sampai menyusun proposisi”. Untuk itu berikut adalah tahapan/ alur penelitian yang peneliti buat melalui bagan dibawah ini

Bagan 3.1. Alur Penelitian

Menentukan Sumber Data

Mengumpulkan Data

Analisis Data

Mendeskripsikan Hasil Analisis Menarik Kesimpulan

Pemberian Tes Dokumentasi

Memilih Masalah Studi Pendahuluan Merumuskan Masalah

Fokus Penelitian Memilih Pendekatan

(23)

42

Penelitian di mulai dengan memilih permasalahan yang akan diteliti melalui kegiatan pengamatan / kajian induktif untuk menentukan permasalahan yang tepat. setelah itu, peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui informasi awal mengenai permalasahan yang akan diteliti. namun hal tersebut tidak berlangsung lama karena penelitian ini merupakan penelitian tindak lanjut yang telah peneliti lakukan pada penelitian sebelumnya. Setelah dilakukan studi pendahuluan, peneliti merumuskan masalah.

Setelah menentukan rumusan masalah, langkah selanjutnya adalah penentuan sumber data yang akan diteliti, setelah sumber data ditentukan kemudian peneliti melakukan pengumpulan data melalui pemberian tes, studi dokumentasi, studi literatur. Setelah data yang dibutuhkan untuk penelitian dirasakan sudah cukup, kegiatan selanjutnya adalah kegiatan analisis data. Hal tersebutlah yang dijadikan dasar untuk menjawab setiap pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah. Tahap yang paling akhir, yakni, peneliti memberikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, dimana pantun karya siswa dideskripsikan secara mendalam, sistematis, faktual dan akurat, hal ini sejalan dengan definisi metode deskriptif menurut Nazir (1978, hlm. 64) bahwa “Metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi dan kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka”.

(24)

43

karya siswa yang tidak lain sebagai data penelitian dideskripsikan secara sistematis berdasarkan struktur pembentuknya yang berfungsi sebagai “pisau penelitian” dalam menganalisis data secara lebih mendalam, sehingga diharapkan

kompetensi siswa dalam menulis pantun dapat diketahui secara pasti.

D. Definisi Operasional

Definisi Operasional dibuat untuk meminimalisir terjadinya miskonsepsi terkait pemahaman istilah-istilah yang digunakan serta memudahkan peneliti dalam menjelaskan apa yang sedang dibicarakan maka ada beberapa istilah yang perlu diketahui, diantaranya sebagai berikut:

1. Pantun Anak

Pantun anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pantun-pantun yang bertema anak seperti: persahabatan, keluarga, disiplin, nasehat, ibu dan lain-lain. Dan pantun ini dibuat secara original oleh siswa.

2. Struktur Pembentuk Pantun.

Struktur pembentuk pantun dalam penelitian ini merupakan unsur-unsur yang membentuk/ membangun sebuah pantun anak karya siswa menjadi jauh lebih estetik secara tekstual maupun kontekstual. Sehingga hal tersebut dijadikan sebagai fokus masalah yang akan diteliti. Adapun struktur pembentuk pantun diantaranya: terdiri dari empat baris dalam satu bait bersajak atau berima a-b-a-b, dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris berikutnya merupakan isi dengan jumlah suku kata delapan sampai dua belas suku kata.

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiono (2012, hlm. 60)

peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus pelelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.”

(25)

44

digunakan untuk mengambil data dalam penelitian ini, yakni dengan lembar tes tulis yang menugaskan siswa untuk membuat sebuah pantun. Tes tulis ini dilakukan oleh peneliti berupa perintah secara verbal atau dilisankan, disamping itu peneliti juga menyediakan sebuah kertas untuk mengisi jawaban pantun yang nantinya akan dianalisis.

Berikut pertanyaan verbal dan contoh kertas lembar jawaban siswa yang peneliti berikan kepada siswa.

Pertanyaan:

Buatlah sebuah pantun dengan tema “bebas” pada lembar tugas yang telah disediakan!

Gambar 3.1.

Pertanyaan Verbal dan Lembar Jawaban Siswa

F.Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan diantaranya: Teknik Tes, dokumentasi, dan studi literatur.

1. Teknik Tes

(26)

45

pantun. hal ini sejalan dengan pendapat Musfikon (2012, hlm. 132) yang menyebutkan bahwa “Penggunaan teknik tes ini disesuaikan dengan masalah yang diteliti, sehingga alat tes yang dipilih sesuai dengan masalah penelitian” sehingga teknik tes tidak selalu diidentikan dengan penelitian kuantitatif.

Teknik tes ini dilakukan oleh peneliti melalui pertemuan secara langsung dengan subjek penelitian. kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 April 2014 di kelas IV SDN Nagarawangi Kota Tasikmalaya yang berlangsung selama satu setengah jam dari pukul 09.30 – 11.00 WIB dengan agenda pemberian tugas pembuatan sebuah pantun dengan tema “bebas” sesuai dengan keinginan siswa. Adapun ketika ada beberapa siswa berhalangan hadir pada tanggal 24 April 2014, maka teknik tes susulan dilaksanakan tanggal 30 April 2014 untuk susulan pertama dan tanggal 3 Mei 2014 untuk susulan kedua.

2. Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang ditujukan secara langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi dalam penelitian ini diambil berdasarkan hasil kegiatan pemberian tes. Musfikon (2012, hlm. 131) mendefinisikan dokumen sebagai “Fakta dan data yang tersimpan dalam bentuk teks atau non-teks”, berdasarkan definisi tersebut, maka dalam penelitian ini dokumen yang dicari adalah hasil karya siswa berupa sebuah teks pantun yang diambil bersamaan dengan kegiatan pemberian tes. setelah dokumen tersebut didapatkan, kemudian peneliti menganalisis struktur pembentuk pantun dari setiap karya yang dibuat oleh siswa yang disesuaikan dengan tujuan penelitian ini.

3. Studi Literatur

(27)

46

penelitian relevan dengan konsep-konsep yang ada, dan hal tersebut merupakan upaya prevantif terjadi kesenjangan antara data yang berada dilapangan denga teori yang ada. konsep-konsep tersebut dijadikan pedoman dalam mendeskripsikan objek penelitian.

G. Analisis Data

Menurut Bogdan (dalam Sugiono, 2012, hlm 88) menyatakan bahwa “...Data Analysis is the process of systematically searching and arranging material in the

Research...”yang berarti proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil pengumpulan data.

Setelah data penelitian telah terkumpul melalui kegiatan tes, studi dokumentasi dan studi literatur maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data penelitian tersebut. Dalam penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan cara analisis deskriptif. Yaitu, analisis data penelitian dengan cara mendeskripsikan / memaparkan data penelitian secara tersturktur dan sistematis hal tesebut dipertegas oleh Nazir (1978, hlm. 64) yang mengungkapkan bahwa “Analisis deskriptif adalah analisis data untuk membuat gambaran/ deskripsi mengenai segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian”.

Adapun data-data penelitian berupa sebuah teks pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya dianalisis berdasarkan struktur pembentuknya. Data penelitian yang dianalisis akan dipaparkan menjadi beberapa data berdasarkan tujuan penelitian ini, data-data tersebut dideskripsikan berdasarkan dua kelompok besar, yakni dari segi bentuk dan segi isi pantun.

Dari segi bentuk pantun, analisis dilakukan meliputi penjabaran/ pendeskripsian baris, suku kata dan rima., sedangkan dari segi isi analisis dilakukan meliputi penjabaran/ pendeskripsian sampiran dan isi yang dilihat berdasarkan struktur fisik (Diksi dan Pengimajian) dan struktur batinnya meliputi (Tema, Amanat serta keterkaitan makna antara sampiran dengan isi pantun).

(28)

47

dengan analisis terhadap data sekunder atau data hasil studi pendahuluan yang digunakan sebagai fokus dalam penelitian. Teknik analisis yang digunakan selanjutnya adalah model Miles dan Huberman.

Pada prinsipnya analisis data adalah proses pengolahan data secara terus menerus agar data tersebut dapat ditafsirkan. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiono, 2012, hlm. 91) bahwa “Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaiktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.

Proses analisis data dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Menganalisis struktur pantun yang terkandung dalam teks pantun karya siswa kelas IV SDN Nagarawangi 3 dengan teknik deskripsi berdasarkan prosedur analisis pantun.

2. Menganalisis jumlah baris, jumlah suku kata dan rima yang terkandung dalam teks pantun karya siswa berdasarkan pedoman analisis.

Berikut adalah pedoman analisis jumlah baris, jumlah suku kata dan rima pada teks pantun karya siswa SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

No Nama Siswa

Indikator Jumlah

baris

Jumlah Suku Kata Rima/ Sajak

Baris ke Keterangan a-b-a-b a-a-a-a Lain-lain 1 2 3 4 < 8 8-12 >12

Persentase :

= 100

Tabel 3.1.

(29)

48

3. Menganalisis sampiran dan isi meliputi struktur fisik dan batin yang terkandung dalam teks pantun karya siswa berdasarkan pedoman analisis.

Berikut adalah pedoman analisis struktur fisik sampiran dan isi pantun karya siswa SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya.

Tabel 3.2.

Pedoman Analisis Struktur Fisik Sampiran dan Isi Pantun

No Nama Siswa

Indikator

Penggunaan Diksi pada Sampiran dan Isi pantun Pengimajian isi pantun

Pilihan Kata Makna Pilihan Kata

Visual Auditif Taktil Konotatif Denotatif

Berikut adalah pedoman analisis struktur batin sampiran dan isi pantun karya siswa SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya meliputi penggunaan tema dan amanat.

Klasifikasi pantun berdasarkan tema/maksud pantun Hubungan antara tema/ topik dengan isi pantun Pantun Anak Pantun Remaja Pantun

Orang Tua Skala Nilai : Pilihan kata 3: Kompleks 2: Sederhana 1: Sangat Sederhana

Perhitungan :

(30)

49

(Lanjutan)

Tabel 3.4.

Pedoman Analisis Amanat Pantun dan Keterkaitan Sampiran dan Isi Pantun

No

Nama Siswa

Amanat Pantun

Hubungan antara Sampiran dan Isi Pantun

Adanya persamaan makna tersirat

Klasifikasi pantun berdasarkan sampiran dan

isi pantun

Ajakan Larangan Hiburan Nasehat Ya Tidak

Pantun sempurna

Pantun tidak sempurna Skala Nilai :

Hubungan isi dan tema pantun (3) Saling berkaitan (2) Cukup berkaitan (1) Tidak berkaitan

=

Perhitungan Presentase Klasifikasi Pantun Berdasarkan Tema

= 100

Perhitungan Presentase

(31)

50

4. Mendeskripsikan dan membahas hasil analisis struktur pantun meliputi jumlah baris, suku kata, rima, sampiran dan isi pantun. Pada tahap ini, peneliti mendeskripsikan hasil penelitian berupa temuan dari keseluruhan hasil analisis struktur pantun.

(32)

174

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini peneliti akan mengutarakan kesimpulan dan saran terkait penelitian terhadap “Struktur Pantun Karya Siswa Kelas IV SDN Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya” yaitu sebagai berikut:

A. Simpulan

Sebagian besar siswa membuat pantun dengan struktur pembentuk pantun yang tepat. Namun karya-karya siswa ini memiliki karakteristik yang unik dari segi bentuk maupun isi pantun. Dalam segi bentuk, sebagian besar pantun karya siswa memiliki empat baris/ larik dengan jumlah suku kata berkisar delapan sampai 12 suku kata serta berpola rima a-b-a-b dan a-a-a-a.

Penggunaan baris dalam pantun lebih dari 91,4% membuat pantun berjumlah empat baris, walaupun adapula beberapa siswa yang membuat pantun dengan ketetapan kurang dari empat baris, dengan rincian siswa yang membuat pantun tiga baris 5,7 % dan siswa yang membuat pantun dengan jumlah dua baris 2.9%. Beberapa pantun yang kurang dari empat baris berubah istilahnya menjadi sebuah karmina, karena hanya memiliki dua buah baris/ larik dengan setiap larik memiliki satu fungsinya masing-masing, yakni larik pertama sebagai sampiran dan larik kedua sebagai isi karmina serta berpola rima aa, namun adapula pantun yang sulit diidentifikasi sampiran dan isinya karena jumlah barisnya ganjil sehingga peristilahan pantun kurang cocok diterapkan dalam karya tersebut.

Disamping itu, penggunaan jumlah suku kata dalam pantun karya siswa SDN Nagarawangi 3 kota tasikmalaya cukup bervariatif, Pada umumnya Lebih dari 71,4 % siswa membuat pantun dengan jumlah delapan sampai 12 suku kata, sedangkan siswa yang membuat pantun kurang dari delapan sampai 12 suku kata berjumlah 22,9 % dan siswa yang membuat pantun lebih dari delapan sampai 12 suku kata berjumlah 5,7%. Bahkan beberapa pantun yang jumlahnya kurang dari

(33)

175

delapan sampai 12 suku kata lebih berpotensi sebagai sebuah karmina dari pada dipertahankan sebagai pantun.

Pola rima yang digunakan siswa dalam membuat pantun cukup beragam, namun secara garis besar penggunaan rima pantun karya siswa ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis: (1) Rima yang bersajak a-b-a-b (2) Rima yang bersajak a-a-a-a (3) Rima yang tidak bersajak a-b-a-b / a-a-a-a. Sebagian besar siswa 74,3 % membuat pantun menggunakan rima a-b-a-b, adapula siswa yang menggunakan rima a-a-a-a sebanyak 14,3 % dan 11,4 % membuat pantun tidak menggunakan sajak a-b-a-b maupun a-a-a-a.

Dalam segi isi, sampiran dan isi pantun karya siswa memiliki karakteristik khas dalam struktur fisik (Diksi dan Pengimajian) maupun struktur batinnya (Tema dan Amanat). Diksi yang digunakan siswa lebih didominasi dengan pemilihan struktur kata yang sederhana namun bermakna, Kesederhanaan kata yang dipilih siswa berdampak pada makna kata, tercatat sebagian besar siswa 88,6% menggunakan kata-kata yang bermakna denotatif sedangkan sebagian kecil siswa 11,4 % menggunakan kata-kata yang bermakna konotatif. Selain itu struktur fisik pantun melalui pengimajian yang timbul dalam pantun ini cukup bervariatif. Lebih dari 42,9 % siswa menggunakan kata yang menimbulkan pengimajian auditif, 37,1% pengimajian visual dan 20% pengimajian taktil.

(34)

176

Amanat yang disampaikan siswa juga bermacam-macam jika dilihat dari sifat-sifatnya,diantaranya: 60% bersifat menasehati, 5,7% bersifat ajakan, 8,6% bersifat larangan dan 25,7% bersifat menghibur. Disamping itu, 74,3% siswa membuat pantun tidak sempurna karena sampiran dan isi pantun tidak memiliki persamaan makna yang tersirat kecuali kesamaan bunyi, namun ada juga 25,7% siswa membuat pantun sempurna, sehingga sampiran tidak hanya dijadikan tolakan untuk menetukan rima pantun saja, namun secara lebih mendalam terdapat persamaan makna yang tersirat dengan isi pantun

B. Saran

Berdasarkan pertimbangan hasil penelitian terhadap pantun-pantun karya siswa SD Negeri Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya, peneliti menyarankan hasil penelitian ini kepada:

1. Siswa SD Negeri Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya

Besar harapan siswa mampu mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, minat, serta menjadikan motivasi dalam belajar Bahasa dan Sastra Indonesia kususnya dalam materi pantun sebagai upaya menlestarikan kebudayaan asli Indonesia.

2. Guru SD Negeri Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya

(35)

177

3. Institusi Sekolah Dasar

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu dan bahan referensi laporan pendidikan siswa kelas IV SD Negeri Nagarawangi 3 Kota Tasikmalaya dalam bidang sastra. Khususnya kemampuan siswa kelas IV dalam membuat pantun.

4. Peneliti berikutnya

(36)

177

DAFTAR PUSTAKA

Aryanto, S. (2013). Desain didaktis pembelajaran pantun di sekolah dasar. Laporan Penelitian pada PGSD UPI Kampus Tasikmalaya: Tidak diterbitkan.

Budiamin, A., Hafidz, D. dan Daim. (2006). Perkembangan peserta didik. Bandung: UPI PRESS.

Chaer, A. (2011). Ragam bahasa ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2010). Telaah biliografi kebahasaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Gandana, G. (2013). Unsur intrinsik puisi anak tentang ibu, analisis deskriptif terhadap karya siswa kelas v sekolah dasar negeri sukamanah 2 Skripsi Sarjana pada PGSD Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan. Hernawan, A. H., Asra., Dewi, L. (2012). Belajar dan pembelajaran. Bandung:

UPI PRESS

Kusmayadi, I. (2007). Terampil dan cerdas berbahasa indonesia. Bandung: Grafindo.

Musfikon. (2012). Metode penelitian pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaria

Nazir, M. (1988). Metode penelitian. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.

Patilima, H. (2011). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Rivai, A. (2000). Pantun melayu. Jakarta: Balai Pustaka

Sadulloh, U., Muharram, A. dan Robandi, B. (2010). Pedagogik. Bandung: Alfabeta.

Sadulloh, U. (2009). Filsafat pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Setiawati, T. (2013). Keefektifan model numbered head together dalam pembelajaran materi pantun terhadap hasil belajar siswa kelas iv sdn cadinegara kabupaten banyumas. Skripsi Sarjana pada PGSD Universitas Negeri Semarang: Tidak diterbitkan.

(37)

178

Sugiyono.(2013). Metode penelitian pendidikan kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sutrisno, A. (2010). Upaya meningkatkan kemampuan menulis deskripsi melalui pendekatan contextual teaching and learning (ctl) pada siswa kelas iv sdn dukuhan kerten no.58 lewayan surakatra tahun ajaran 2009-2010. Skripsi Sarjana pada FKIP Universitas Sebelas Maret: Tidak diterbitkan.

Suyono. dan Haryanto. (2012). Belajar dan pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya

Syarifudin, T. (2010). Landasan pendidikan. Bandung: Percikan Ilmu.

Syarifudin, T. Dan Kuniasih. (2012). Pedagogik teoritis sistematis. Bandung: Percikan Ilmu.

Syarifudin, T. Dan Kuniasih.(2010). Pedagogik teoritis sistematis. Bandung: Percikan Ilmu.

UPI. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Gambar

Gambar 1.1  Learning Obstacle dalam menuliskan pantun
Gambar 3.1. Pertanyaan Verbal dan Lembar Jawaban Siswa
Tabel 3.1.  Pedoman Analisis Jumlah Baris, Suku Kata dan Rima
Tabel 3.3. Pedoman Analisis Tema Pantun
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat peneliti paparkan maksud dari Bapak B.H.R bahwa strategi pemasaran yang di lakukan oleh Bank Muamalat Indonesia KC

kurang memuaskan hal ini dikarenakan belum ada bentuk usaha pengelolaan sampah untuk mengembangkan keterampilan masyarakat, dikarenakan oleh pemerintah Kelurahan belum

Menimbang, bahwa yang menjadi pokok masalah dalam perkara ini adalah Penggugat mengajukan gugatan cerai terhadap Tergugat dengan alasan antara Penggugat dan Tergugat

Rekomendasi dari regulator Uni Eropa atau European Medicines Agency (EMA) terkait penggunaan vaksin Covid-19 AstraZeneca akan menambah kepercayaan global akan ketersediaan vaksin

a) Perbankan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat yang telah dilimpahkan-nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “SENI POSTER

Mengingat pentingnya faktor abiotis dan biotis dalam mempengaruhi perkembangan populasi ulat bulu, Kepala Badan Litbang Pertanian, saat memberikan arahan kepada para peneliti hama

Namun, keparahan penyakit pada semai sengon di open area dengan umur 5 bulan juga menunjukkan angka yang serupa dengan lokasi di greenhouse yaitu sebesar 24,83%.. Oleh karena