• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKAWINAN NYENTANA SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MEWUJUDKAN KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM PERSPEKTIF PKN: Studi Deskriptif Kualitatif di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKAWINAN NYENTANA SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK MEWUJUDKAN KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DALAM PERSPEKTIF PKN: Studi Deskriptif Kualitatif di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

I Putu Windu Mertha Sujana (1303053). Perkawinan Nyentana sebagai Instrumen untuk Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Perspektif PKn (Studi Deskriptif Kualitatif di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali)”.

Penelitian ini mengkaji tentang peran perkawinan nyentana dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender. Tujuan penelitian untuk melakukan kajian tentang perlindungan hak-hak perempuan dalam perkawinan umat Hindu di Bali, khususnya di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Alasan dilaksanakannya penelitian karena terjadinya ketimpangan gender antara laki-laki dengan perempuan di tengah-tengah masyarakat patriarkhi. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Subjek penelitian terdiri atas kaum feminis, pasangan nyentana, orang tua pasangan nyentana, Bendesa Adat, dan masyarakat etnis Hindu. Temuan penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara umum kaum feminis dan masyarakat menerima keberadaan perkawinan nyentana di tengah-tengah masyarakat patriarkhi; (2) Praktek kesetaraan gender sebagai implikasi dalam perkawinan nyentana dapat dibuktikan dari hampir tidak adanya perbedaan pembagian tugas dan peran antara laki-laki dengan perempuan dalam dikotomi publik dan domestik; (3) Dampak yang ditimbulkan dari perkawinan nyentana terhadap integrasi masyarakat adalah memiliki dampak positif dalam menjaga integrasi masyarakat khususnya di Desa Kukuh. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah: (1) Perlu adanya penyebarluasan pemahaman berkenaan dengan perkawinan nyentana dalam rangka mewujudkan kesetaran dan keadilan gender, yang dilakukan melalui pendidikan formal ataupun non formal; (2) Pemerintah provinsi Bali agar lebih giat lagi dalam melakukan penyuluhan ke masing-masing desa, untuk mensosialisasikan tentang kesetaraan dan keadilan gender; (3) Pendidikan kewarganegaraan sebagai program yang konsen terhadap terjadinya peningkatan kesetaraan kedudukan warganegaranya, perlu kembali digalakkan kepada masyarakat, khususnya bagi masyarakat kalangan bawah.

(2)

ABSTRACT

I Putu Windu Mertha Sujana (1303053). " Nyentana Marriage as an Instrument for Achieving Gender Equality and Justice in Civics Education Perspective (Qualitative Descriptive Study in the Kukuh Village, Marga District, Tabanan Regency, Bali Province)”

This research assessing about the role of nyentana marriage in achieving gender equality and justice. The purposes of this research to conduct a study regarding the protection of the women’s rights in Hindus marriage in Bali , especially in Kukuh village, Marga district, Tabanan regency, Bali province. The reasons of the research implementation due to the occurrence of gender disparities between men and women among patriarkhi communities .The research uses a qualitative approach and descriptive methods. Data collection is done by interview techniques , observation , and study documentation. The subject of study consists of the feminist , nyentana couples , nyentana parentscouples , bendesa customary , and the community of Hindus ethnic . Research findings shown that: ( 1 ) Generally the feminist and communities receive the existence of nyentana marriage among patriarkhi communities; (2) The practice of gender equality as the implications in a nyentana marriage can be proved and there is almost no differences in the division of tasks and the role of between men and women in public and domestic dichotomy; (3)the impacts of nyentana marriage on the integration of the community is having a positive impact in keeping the communities integration especially in Kukuh village. The recommendations in this research are: (1) Need of understanding distribution about nyentana marriage in order to create gender equality and justice, conducted through formal or non formal education; (2) The government of Bali province need to be more diligently in counseling to each village , to socialize about gender equality and justice; (3) the citizenship education as a program that concern to increase the occurrence of the equality of its citizens , need to be straighten out to the community , especially for the low class.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………. i

LEMBAR HAK CIPTA……… i

HALAMAN PENGESAHAN……….. iii

SURAT PERNYATAAN………. v

KATA PENGANTAR……….. vi

UCAPAN TERIMA KASIH……… viii

ABSTRAK……… x

ABSTRACT……….. xi

DAFTAR ISI...………... xii

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR GAMBAR……… xvii

DAFTAR BAGAN………..……. xvii

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian...………... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian…...……….. 8

1.3 Tujuan Penelitian………... 10

1.4 Manfaat/ Signifikansi Penelitian...………... 10

1.5 Struktur Organisasi Tesis………... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kewarganegaraan (Civics) dalam Mewujudkan Kesetaraan Warga Negara……… 13

2.1.1 Ontologi dan Karakteristik Konsep Kewarganegaraan (Civics)………..………... 13

(4)

2.2 Konsep Gender ……….………...…………. 16

2.2.1 Pengertian Konsep Gender…..………. 16

2.2.2 Perjuangan Kaum Feminisme dalam Mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Gender ..……….. 20

2.2.3 Perlindungan Hak Perempuan di Indonesia ………... 21

2.3 Sistem perkawinan masyarakat Bali……….. 23

2.3.1 Sistem Kekeluargaan Masyarakat Bali………. 23

2.3.2 Hakikat Perkawinan dalam Agama Hindu……… 27

2.3.3 Perkawinan Nyentana sebagai Instrument Mewujudkan Smart and Good Citizen... 30

2.4 Kajian Teori tentang perjuangan kaum feminisme dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender………. 34

2.4.1 Teori Fungsionalisme Struktural………. 35

2.4.2 Teori Konflik………... 37

2.5 Hasil Penelitian yang Relevan……… 41

2.6 Kerangka Model Penelitian………. 46

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian …..……… 47

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian .………. 47

3.3 Pengumpulan Data ……….…... 48

3.4 Analisis Data ………...…….. 50

3.5 Isu Etik ………...……….... 51

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Desa Kukuh ……… 53

4.1.1 Topografi Desa Kukuh……… 53

4.1.2 Sejarah Singkat Desa Kukuh……….. 55

(5)

4.1.3.1 Data Penduduk……… 56

4.1.3.2 Agama……….. 56

4.1.3.3 Mata Pencaharian………... 57

4.1.3.4 Pendidikan………... 57

4.1.3.5 Kesehatan………. 57

4.1.4 Keadaan Pemerintah Desa Kukuh……….. 58

4.2 Deskripsi Temuan………... 59

4.2.1 Pandangan Kaum Feminis dan Tokoh Masyarakat terhadap Perkawinan Nyentana………. 60

4.2.1.1 Pengertian Perkawinan Nyentana……… 60

4.2.1.2 Latar Belakang dilaksanakannya Perkawinan Nyentana……… 61

4.2.1.3 Syarat-Syarat Melakukan Perkawinan Nyentana……….. 63

4.2.1.4 Karakteristik dan Keunggulan Perkawinan Nyentana di Bandingkan dengan Perkawinan Patriarkhi……… 64

4.2.1.5 Pandangan Kaum Feminis dan Tokoh Masyarakat terhadap perkawinan nyentana……… 68

4.2.2 Praktek Kesetaraan Gender Sebagai Implikasi dalam Perkawinan Nyentana………... 69

4.2.2.1 Pengelolaan Keluarga Perkawinan Nyentana dalam Membangun sistem Kekerabatan Patriarkhi……… 69

4.2.2.2 Perubahan Status, Kedudukan, Peran, Tugas, Hak, dan Kewajiban Laki-Laki dan Perempuan dalam Perkawinan Nyentana di Desa Kukuh………... 71

(6)

4.2.3.1 Dampak Perkawinan Nyentana terhadap

Kehidupan Keluarga Patriarkhi di Desa

Kukuh……….. 74

4.2.3.2 Konflik-Konflik Psikologis dan Sosial Budaya yang Muncul dalam Keluarga Nyentana di Desa Kukuh, serta Strategi Pemecahannya dalam

Mewujudkan Integrasi Masyarakat……….. 76

4.3 Pembahasan Temuan……….. 78

4.3.1 Pandangan Kaum Feminis dan Tokoh Masyarakat terhadap

Perkawinan Nyentana………. 78

4.3.1.1 Pengertian Perkawinan Nyentana……….. 78

4.3.1.2 Latar Belakang dilaksanakannya Perkawinan

Nyentana………. 80

4.3.1.3 Syarat-Syarat Melakukan Perkawinan

Nyentana……… 82

4.3.1.4 Karakteristik dan Keunggulan Perkawinan Nyentana di Bandingkan dengan Perkawinan

Patriarkhi……… 85

4.3.1.5 Pandangan Kaum Feminis dan Tokoh Masyarakat

terhadap perkawinan nyentana…… 87

4.3.2 Praktek Kesetaraan Gender Sebagai Implikasi dalam

Perkawinan Nyentana……….... 91

4.3.2.1 Pengelolaan Keluarga Perkawinan Nyentana dalam

Membangun sistem Kekerabatan Patriarkhi……. 91

4.3.2.2 Perubahan Status, Kedudukan, Peran, Tugas, Hak, dan Kewajiban Laki-Laki dan Perempuan dalam

Perkawinan Nyentana di Desa Kukuh……….. 92

4.3.3 Dampak yang Ditimbulkan dari Perkawinan Nyentana

(7)

4.3.3.1 Dampak Perkawinan Nyentana terhadap Kehidupan Keluarga Patriarkhi di Desa Kukuh…. 96 4.3.3.2 Konflik-Konflik Psikologis dan Sosial Budaya

yang Muncul dalam Keluarga Nyentana di Desa Kukuh, serta Strategi Pemecahannya dalam

Mewujudkan Integrasi Masyarakat……….. 99

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan……… 101

5.1.1 Simpulan Umum……… 101

5.1.2 Simpulan Khusus………... 103

5.2 Rekomendasi………... 104

DAFTAR PUSTAKA………... 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN………... 111

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan Konsep Jenis Kelamin (Sex)/ Kodrati dan Gender/Bukan Kodrat Beserta Contoh-Contohnya ...…… 17

Tabel 4.1 Data penduduk Desa Kukuh Tahun 2014……… 56

Tabel 4.2 Nama Petugas Medis di Desa Kukuh………... 57

Tabel 4.3 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Munggal... 64

Tabel 4.4 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Tatag……….. 65

Tabel 4.5 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Lodalag …… 65

Tabel 4.6 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Dalem Kerti… 65 Tabel 4.7 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Tegal……….. 66

Tabel 4.8 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Denuma……. 66

Tabel 4.9 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Batanwani…... 66

Tabel 4.10 Pasangan Perkawinan Nyentana Banjar Dinas Tengah……… 67

(8)

Gambar 4.1 Peta Desa Kukuh………... 54

DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Tahap Pengumpulan dan Analisis Data ……….. 50

Bagan 4.1 Bagan/Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Kukuh... 59

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 01 Surat Keterangan Pembimbing………. 111

Lampiran 02 Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian………….. 113

Lampiran 03 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian……….... 114

Lampiran 04 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian……….. 115

Lampiran 05 Daftar Pedoman Wawancara terhadap Kaum Feminis…. 117 Lampiran 06 Daftar Pedoman Wawancara terhadap Pasangan Nyentana 119 Lampiran 07 Daftar Pedoman Wawancara terhadap Orang tua dari Pasangan Nyentana………... 121 Lampiran 08 Daftar Pedoman Wawancara terhadap Bendesa Adat….. 123

Lampiran 09 Daftar Pedoman Wawancara terhadap Masyarakat Etnis Hindu……… 125 Lampiran 10 Pedoman Observasi………. 127

Lampiran 11 Daftar Informan……… 128

Lampiran 12 Foto Dokumentasi……… 129

Lampiran 13 Awig-Awig Desa Kukuh………. 135

Lampiran 14 Buku Keterangan Perkawinan Nyentana……… 146

(9)

\BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sistem kekeluargaan yang berlaku di suatu daerah, dipengaruhi oleh adat istiadat atau keberadaan desa (tempat), kala (waktu), dan patra (kondisi) setempat. Masyarakat Bali menganut sistem kebapaan atau patrilineal (Vaderrechtelijk). Menurut Artadi (2003) sistem kebapaan atau patrilineal yaitu memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis keturunan dari pihak laki-laki atau purusa. Sistem patrilineal di Bali nyata tampak di mana istri memasuki keluarga suaminya. Demikian pula selanjutnya anak-anak akan terkait kepada keluarga ayah (suaminya) dan tidak ada hubungan lurus kepada keluarga ibunya. Kewajiban-kewajiban anak atau cucu juga tertumpah kepada keluarga bapaknya, serta hak-hak dan kewajiban yang ia peroleh juga berasal dari sana. Sementara itu, dengan keluarga ibunya hubungan demikian tidak dijumpai.

Sistem budaya patriarkhi masyarakat desa pekraman di Bali yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis purusa, tidak dapat dilepaskan dari struktur berpikir dan keyakinan masyarakat Bali yang monodualistik seperti tergambar dalam pelaksanaan hukum rwabhinneda. Menurut prinsip hukum rwabhinneda, perbedaan gender laki-laki dan perempuan menggambarkan ide yang

(10)

2

budaya, politik, dan kepemimpinan. Kaum perempuan sebagai manifestasi para Dewi, memiliki tugas memelihara manusia dan berkuasa menjadi Dewi kuburan (Dewi Durga), Dewi Pertanian (Dewi Sri), Dewi kesejahteraan (Dewi Laksmi), Dewi Ilmu

Pengetahuan (Dewi Saraswati).

Kedudukan para Dewa yang direpresentasikan oleh kaum laki-laki dan para Dewi yang direpresentasikan oleh kaum perempuan inilah dengan konsep hubungan hulu (atas) dan teben (bawah) yang membawa implikasi hubungan superordinat dan

subordinat antara laki-laki dan perempuan yang berimplikasi pada pembagian kerja yang bersifat dualistik, tetapi juga bersifat komplementer (saling melengkapi). Laki-laki yang berkuasa pada ranah publik (hulu) dan perempuan berkuasa di ranah domestik (teben).

Akibat dari dianutnya sistem patriarkhi ialah kedudukan perempuan berada di bawah sub-ordinat laki-laki. Melihat kedudukan yang demikian, terdapat perbedaan hak dan kewajiban antara kaum perempuan dan kaum laki-laki, baik dalam lingkungan kehidupan keluarga maupun dalam kehidupan masyarakat di Bali. Di keluarga, kaum perempuan biasanya memiliki hak-hak dan kewajiban dalam sektor domestik, sedangkan laki-laki memiliki hak-hak dan kewajiban di sektor publik. Lihat saja kenyataannya di masyarakat, anak-anak perempuan dan kaum ibu biasanya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, seperti: memasak, mencuci, mengasuh anak, membersihkan rumah, menyediakan bahan-bahan untuk lauk pauk bagi keluarga, memberikan makan ternak, berjualan di rumah/pasar, dan menyiapkan berbagai perlengkapan upacara agama di lingkungan rumah tangga. Anak laki-laki dan kaum bapak malah sebaliknya, yaitu berkegiatan di luar rumah, mengerjakan lahan pertanian, mendapatkan nafkah untuk keluarga, mengikuti rapat-rapat keluarga dan rapat-rapat desa pekraman, memimpin keluarga, terlibat dalam kegiatan sosial dan politik serta kepemimpinan masyarakat. Pihak laki-laki pun biasanya memimpin upacara agama di lingkungan tempat suci keluarga dan di pura desa pekraman.

(11)

3

dengan Hak camput. Ningrat (2010) menyebutkan bahwa Hak camput adalah hak Desa Adat mengambil alih hak kepemilikan tanah keluarga yang tidak memiliki keturunan lanjutan. Hak ini didasarkan atas anggapan bahwa apabila pasangan suami istri yang hanya memiliki anak perempuan saja, dan ketika anak perempuannya menikah keluar, maka harta kekayaan yang dimilikinya tidak ada yang mengurusi ketika pasangan suami istri itu meninggal kelak. Sehingga dari pandangan ini, semakin mendiskriminasikan perempuan, sebagai anak yang tidak terlalu diharapkan dalam sebuah keluarga.

Diskriminasi terhadap perempuan tidak berhenti di situ saja, sebagai masyarakat yang menerapkan hukum patriarkhi, perempuan Bali juga tidak memiliki hak waris dalam keluarga. Hak waris hanya dimiliki oleh kaum laki-laki, akibatnya anak perempuan di Bali tidak mendapatkan hak waris dalam lingkungan keluarga. Jika dalam satu keluarga terdapat satu anak laki-laki dan satu anak perempuan, keadaan orang tua yang sudah lanjut usia atau mungkin sudah meninggal, maka seluruh harta warisannya akan diwariskan kepada anak laki-lakinya dan bukan kepada anak perempuannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam Manusmriti IX.104, yang diterjemahkan sebagai berikut.

Setelah meninggalnya ayah dan ibu, para saudara laki-laki (putra-putra pewaris) setelah berkumpul, bolehlah mereka membagi harta warisan itu (harta orang tua mereka), karena sesungguhnya tidak ada kekuasaan atas harta itu semasih orang tua mereka ada.

(12)

4

Beberapa penelitian telah dilakukan berkenaan dengan ketidakadilan gender yang dialami oleh perempuan Bali. Penelitian ini sebagai bukti yang dapat menegaskan bahwa di Bali telah terjadi diskriminasi berbasis gender. Menurut Utari (2006) Hukum Adat Bali yang tumbuh dan hidup dalam tatanan masyarakat, sampai

masa tahun 60’an sangat dirasakan ketidakadilan gender, terutama pemaksaan

kehendak terhadap perempuan sangat tinggi, seperti: praktek kawin paksa, poligami, pemingitan gadis dalam usia belia dengan alasan menjaga kesuciannya, kawin dalam usia muda, dan adanya strata sosial kasta yang melarang perempuan kawin dengan orang lain, hanya dalam lapisan kastanya saja, bila keluar maka ia dibuang dari keluarga, banyak terjadinya kekerasan fisik dan mental terhadap perempuan. Hal senada juga diungkapkan oleh Sukerti dan Ariani (2014) bahwa anak perempuan Bali masih mendapat perlakuan yang diskriminasi terutama dalam bidang hukum adat waris, hal itu menunjukan adanya ketidakadilan gender. Perempuan Bali Hindu umumnya boleh dikatakan kurang dihargai atau dipandang tidak begitu penting dalam keluarga. Hal itu dapat diketahui dari ada istilah bahwa anak perempuan sebagai

takilan pisaga” (bekal tetangga). Dengan sebutan seperti itu seolah-olah anak perempuan diseting atau dirancang untuk pergi meninggalkan rumah orang tua dan keluarganya. Ketidakadilan gender yang dialami oleh kaum perempuan juga dapat dilihat dari penelitian yang diungkapkan oleh Wiasti (2008) bahwa ketimpangan gender dapat dilihat dalam beberapa bidang, seperti dalam bidang pendidikan, bidang ketenagakerjaan, bidang politik, dan bidang keluarga berencana (KB)

Sebenarnya jika dilihat dari sudut moral agama Hindu, perempuan memiliki peran sentral dalam masyarakat. Laki-laki dan perempuan adalah setara, dan harus bersatu dan bekerjasama dengan erat sebagai dwi tunggal. Seperti halnya para dewa memiliki pasangannya, Dewa Brahma dengan Dewi Saraswati, Dewa Wisnu dengan Dewi Sri, Dewa Siwa dengan Dewi Parwati, ini adalah keadaan ideal.

Kedudukan perempuan dapat digambarkan dalam Kitab Suci Manawa Dharmacastra Bab.III. sloka 58 dan 59.

58: “Bagi setiap keluarga yang tidak menghormati kaum perempuan, niscaya

(13)

5

perempuannya tidak dihormati sewajarnya, mengungkapkan kutukan, keluarga itu akan hancur seluruhnya, seolah-olah dihancurkan oleh

kekuatan gaib”

59: “Oleh karena itu orang yang ingin sejahtera, harus selalu menghormati

perempuan kitab suci mewajibkan semua orang menghormati perempuan”.

Manu Smerti menggambarkan status perempuan dan laki-laki adalah sama (Manawa Darmacastra IX, 96):

96: ”Tidak ada perbedaan putra laki-laki dengan putra perempuan yang diangkat statusnya, baik yang berhubungan dengan masalah duniawi ataupun masalah kewajiban suci. Karena bagi ayah dan ibu mereka

keduanya lahir dari badan yang sama”

Gambaran tentang peran perempuan sebagai tolak ukur kebahagiaan dalam keluarga, masyarakat dan bangsa dapat dilihat dalam Kitab Bhagawadgita Bab I sloka 41,42 yang pada intinya menyatakan sebagai berikut:

41: ” Bila tirai kebatilan merajalela oh Kresna , wanita menjadi jalang, maka moral serta warna ( dalam masyarakat) akan campur aduk”

42: “Keruntuhan moral perempuan akan membawa keruntuhan keluarga serta

arwah nenek moyang akan jatuh keneraka, dan segala sesajen air, makanan yang dipersembahkan tidak berguna baginya”.

Tanggungjawab perempuan menjadi sangat tinggi dalam memegang teguh moral dan ahklak masyarakat. Perempuan memegang peranan sentral dalam kehidupan dan kebahagiaan keluarga, masyarakat dan negara.

Semangat moral yang dipetik di atas pada prinsipnya menempatkan lelaki dan perempuan dalam mitra yang sejajar. Namun hal ini kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat Hindu Bali, akibatnya terjadilah diskriminasi berbasis gender. Sehingga diperlukannya sebuah upaya sebagai solusi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender antara laki-laki dan perempuan.

(14)

6

pada penerapan budaya patriarkhinya. Hal ini disebabkan oleh semakin meleknya masyarakat akan hukum dan nilai-nilai demokrasi yang ada. Seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, dimana dalam pasal 31 ayat 1, disebutkan bahwa hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Pada tanggal 24 Juli 1984 diundangkan pula Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) yang dikenal dengan

CEDAW.

Sosialisasi konsep demokrasi dan hak-hak azazi manusia lewat jalur pendidikan formal dan non formal telah mengakibatkan perbedaan jenis kelamin yang membawa implikasi bias gender mulai diperjuangkan oleh kaum feminis, termasuk di Bali, yang menuntut pengarusutamaan gender. Dalam perjuangan kelompok ini, mereka menuntut adanya kesetaraan gender antara kaum laki-laki dan kaum perempuan di Bali, tanpa meninggalkan nilai-nilai fundamental yang berlaku dalam keyakinan agama Hindu dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat.

(15)

7

kewajiban terhadap klen atau wangsa, dan terhadap desa pekraman. Upaya yang ditempuh oleh kaum feminis tersebut, merupakan upaya dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (civic education dan citizenship education) yaitu untuk membentuk warga negara yang baik dan cerdas (to be smart and good citizenship) (azis wahab dan Sapriya, 2011: 314; Rusnaini, 2010: 62). Winataputra (2001) menjelaskan bahwa warga negara yang baik dan cerdas (smart and good citizenship), yakni warga negara yang memiliki kompetensi kewarganegaraan yang utuh dan terintegrasi ke dalam civic knowledge, civic disposition, civic skills, civic confidence, civic commitment, civic competence yang secara utuh dapat digunakan untuk

membangun dan mewujudkan budaya kewarganegaraan (civic culture) yang bermoral dan bermartabat (salah satunya adalah tanpa membedakan status, kedudukan, dan gender seseorang).

PKn memiliki peran yang strategis dalam mewujudkan sosok warga negara yang menjadi harapan bangsa. Pernyataan tersebut sesuai dengan ontologi PKn. Menurut Winataputra (2001) salah satu unsur ontologi PKn yaitu objek pengembangan atau sasaran pembentukan yang meliputi keseluruhan ranah sosio-psikologis peserta didik, yakni ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik yang menyangkut status, hak, dan kewajibannya sebagai warga negara, yang perlu dimuliakan dan dikembangkan guna mencapai kualitas warga negara yang cerdas dan baik, dalam arti demokratis, religius, dan berkeadaban dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Setiap warga negara baik itu perempuan maupun laki-laki di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus memiliki kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional (the willingness and ability to participate in politics at local, national, and international levels) (Cogan dalam

Budimansyah dan Suryadi, 2008: 32).

(16)

8

penuh di dalam mencegah terjadinya pergolakan-pergolakan yang mengatasnamakan gender.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Bertolak dari latar belakang masalah penelitian diatas, perlu diidentifikasi permasalahan yang muncul dalam penelitian ini, yaitu.

1) Permasalahan dalam mewujudkan kesetaraan Gender

Untuk menjalin hubungan yang harmonis dalam sebuah keluarga, perlu kiranya antara suami dan istri untuk tidak mengedepankan perbedaan gender, karena jika gender yang ditekankan maka akan menimbulkan sebuah dilema yang berdampak pada ketidak harmonisan dalam keluarga tersebut. Kesetaraan dan keadilan gender telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1984 tentang pengesahan konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women) yang dikenal dengan CEDAW.

Namun dari beberapa pengamatan dilapangan, ternyata permasalahan gender ini kerap kali terjadi, dan perempuanlah yang dominan menjadi korbannya, seperti yang diungkapkan dalam penelitian Utari (2006), Wiasti (2008), dan Sukerti dan Ariani (2014) di atas.

2) Adanya Hak camput

(17)

9

keluar, maka harta kekayaan yang dimilikinya tidak ada yang mengurusi ketika pasangan suami istri ini meninggal kelak.

3) Permasalahan dalam Pembagian Waris

Sistem patriarkat yang lebih mengutamakan kaum laki-laki ini ternyata membawa pengaruh dalam hal pembagian waris, dimana sebagai masyarakat yang menerapkan hukum patriarkat, perempuan Bali tidak memiliki hak waris dalam keluarga. Hak waris hanya dimiliki oleh kaum laki-laki, akibatnya anak perempuan di Bali tidak mendapatkan hak waris dalam lingkungan keluarga. Jika dalam satu keluarga terdapat satu anak laki-laki dan satu anak perempuan, keadaan orang tua yang sudah lanjut usia atau mungkin sudah meninggal, maka seluruh harta warisannya akan diwariskan kepada anak laki-lakinya dan bukan kepada anak perempuannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam Manusmriti IX.104. Dari ketiga hal ini telah menimbulkan suatu pergolakan di masyarakat, termasuk di Bali, terutama dilakukan oleh kaum Feminis yang menuntut hak-haknya agar setara dengan laki-laki, salah satu hasil perjuangannya adalah dengan munculnya perkawinan nyentana.

Dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas, yang berkenaan dengan pentingnya perkawinan nyentana dalam mengatasi permasalahan yang timbul dari sistem patriarkhi diatas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah berkenaan dengan perkawinan nyentana. Permasalahan itu dapat diperinci sebagai berikut:

1. Bagaimana pandangan kaum feminis dan tokoh masyarakat terhadap perkawinan nyentana?

2. Bagaimana praktek kesetaraan gender sebagai implikasi dalam perkawinan nyentana?

(18)

10

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan melakukan kajian tentang perlindungan hak-hak perempuan dalam perkawinan umat Hindu di Bali, khususnya di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk.

1. Mengetahui pandangan kaum feminis dan tokoh masyarakat terhadap perkawinan nyentana.

2. Mengetahui praktek kesetaraan gender sebagai implikasi dalam perkawinan nyentana.

3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perkawinan nyentana terhadap integrasi masyarakat.

1.4 Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik secara keilmuan (teoritik) maupun secara empirik (praktis).

1) Secara teoritik, penelitian ini memiliki konstribusi pada bidang ilmu kewarganegaraan, ilmu hukum, sosiologi, dan antropologi.

Ilmu kewarganegaraan (civics) dalam hal sebagai pembelajaran

kewarganegaraan agar memahami dan menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Hal ini bertujuan agar semua warga negara menjadi demokratik, dan berperan serta dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa, demi terwujudnya good government dengan memperhatikan kesetaraan warga negara.

 Dari segi hukum terjadi perubahan status yaitu kokohnya/kuatnya status perempuan karena berstatus sebagai purusa, dan laki-laki berstatus sebagai pradana. Kondisi sosial seperti ini, mempertegas mengenai persamaan

(19)

11

 Dari sudut sosiologis, sampai saat ini masyarakat dapat menerima dan mempertahankan perkawinan nyentana sebagai salah satu bentuk perkawinan yang sah.

Dilihat dari sudut antropologis, perkawinan nyentana dipandang sebagai warisan budaya yang sampai saat ini masih diminati dan dipertahankan oleh masyarakat, baik oleh anggota masyarakat yang berbeda kasta maupun yang sama kasta.

2) Secara praktis, dari temuan penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak sebagaimana diuraikan berikut:

 Para akademisi atau komunitas akademik, khususnya dalam bidang hak asasi manusia sebagai bahan kontribusi ke arah peningkatan perlindungan hak perempuan.

 Para pengambil kebijakan baik di daerah maupun pemerintahan agar lebih memperhatikan berkenaan dengan perlindungan hak perempuan.

 Bagi perempuan Bali, sebagai bahan penyadaran akan pentingnya mempunyai hak-hak yang harus tetap dilindungi dan perlu terlibat dalam pembangunan bangsa dan negara.

1.5 Struktur Organisasi Tesis

Secara keseluruhan disertasi ini terdiri dari 5 (lima) bab. Masing-masing bab memuat hal-hal, sebagai berikut.

Bab I “Pendahuluan”, bagian ini menyajikan uraian tentang latar belakang

penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat/signifikasi penelitian, serta mencantumkan struktur organisasi tesis.

Bab II “Kajian Pustaka”, bagian ini memuat tentang kerangka konseptual dan

hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan tema kajian dalam penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kerangka berpikir penelitian serta sebagai landasan dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Bab III “Metode Penelitian”. Bagian ini memuat desain penelitian yang

(20)

12

tentang jenis data yang diperlukan, instrument yang digunakan, dan tahapan teknis pengumpulan data), analisis data (menjelaskan secara rinci dan jelas langkah-langkah yang ditempuh setelah data berhasil dikumpulkan), dan isu etik (menjelaskan dengan baik bahwa penelitian yang dilakukan tidak menimbulkan dampak negatif baik secara fisik maupun non fisik dan menjelaskan prosedur penanganan isu tersebut).

Bab IV “Temuan dan Pembahasan”. Dalam bagian ini secara keseluruhan

memuat hasil-hasil penelitian dan pembahasan dari ketiga fokus permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, meliputi: (1) pandangan kaum feminis dan tokoh masyarakat terhadap perkawinan nyentana. (2) praktek kesetaraan gender sebagai implikasi dalam perkawinan nyentana. (3) dampak yang ditimbulkan dari perkawinan nyentana terhadap integrasi masyarakat.

Bab V “Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi”, merupakan organisisasi terakhir

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini dikelompokkan dalam penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah-masalah actual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakukan khusus terhadap peristiwa tersebut (Departemen Pendidikan Nasional, 2008). Oleh karena itu penelitian ini akan mengungkapkan secara rinci dan sistematis mengenai perkawinan nyentana sebagai instrumen untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian

Sebuah penelitian haruslah ada partisipan/subjek yang akan dijadikan sebagai pendukung bagi peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian. Subjek penelitian adalah setiap pendukung atau orang yang dapat memberikan informasi mengenai permasalahan yang dikaji dalam penelitian. Penentuan subjek dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive.

Menurut Sugiyono (2010:218) Purposive adalah Penelitian berdasarkan pertimbangan tujuan penelitian, bahwa informan tersebut dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit tersebut belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data.

(22)

48

Lokasi penelitian menunjuk pada pengertian lokasi situasi sosial, yang dicirikan oleh adanya tiga unsur yaitu tempat, pelaku dan kegiatan. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan, Bali. Pemilihan lokasi ini disebabkan sebagai berikut.

1) Perkawinan nyentana banyak dilakukan di Desa Kukuh.

2) Desa Kukuh merupakan daerah yang memiliki keunikan dalam sistem perkawinannya.

3) Perkawinan di Desa Kukuh memiliki solusi terhadap permasalahan yang dihadapi jika terdapat keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki.

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah “sekelompok metode yang khusus digunakan sebagai alat untuk mencari data” (Netra,1974:40). Jadi yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data dan angka-angka atau nilai-nilai yang digunakan dalam suatu penelitian.

Sesuai dengan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka pengumpulan data dalam penelitian menganut prinsip Human Instrument, yaitu peneliti merupakan instrument penelitian yang utama (Carspecken dalam Pursika, 2008:28). Namun, dalam pelaksanaannya peneliti juga menggunakan beberapa instrument berdasarkan teknik pengumpulan datanya, seperti:

1) Wawancara

(23)

49

tentang pemaknaannya terhadap ucapan maupun perilaku responden. Dengan demikian, tergali aspek “explicit knowledge” yang melekat pada responden. Untuk menghindarkan adanya distorsi data, maka pencatatan hasil wawancara dilakukan secara manual disertai dengan perekaman dengan menggunakan alat perekam.

2) Observasi

Observasi dilakukan dalam penelitian ini mencakup observasi partisipasi dan non-partisipasi yang bersifat insidental. Penggunaan metode pengumpulan data ini dimaksudkan untuk dapat mengobervasi pada Konteks Lingkungan Sekitar Desa Kukuh, seperti: aktivitas keseharian masyarakat desa kukuh, pranata-pranata sosial, budaya, politik, pemerintahan, ekonomi yang ada di desa kukuh, aktivitas yang terjadi pada masing-masing pranata sosial tersebut, interaksi masyarakat khususnya keluarga yang melakukan perkawinan nyentana

.

Disamping itu observasi juga akan dilakukan di dalam keluarga perkawinan nyentana, seperti mengobservasi aktivitas keseharian keluarga, interaksi dan komunikasi yang terjadi antar keluarga, dan peristista-peristiwa penting yang terjadi di dalam keluarga.

.Sebagian data, fakta, dan peristiwa yang diobservasi direkam secara verbal dan manual serta dipotret dengan menggunakan handycamp. Gambar yang dihasilkan dipakai sebagai ilustrasi dalam penyajian hasil penelitian sehingga ketepatan penggambaran, daya tarik, dan daya imajinatif hasil penelitian bisa ditingkatkan secara optimal, sehingga temuan penelitian benar-benar berkualitas dan valid.

3) Dokumentasi

(24)

dokumen-50

dokumen terkait lainnya, serta berbagai artikel tertulis di internet dan media cetak. Penggunaan studi dokumen ini dimaksudkan untuk mencari data pendukung bagi kepentingan deskripsi dalam penelitian. Di samping digunakan untuk pengolahan data secara langsung, data-data dokumen ini juga diperlukan untuk kepentingan triangulasi.

3.4 Analisis Data

Menurut Daymon dan Holloway (2008: 30) “teknik analisis data adalah proses menguraikan data menjadi komponen-komponen yang membentuknya, untuk mengungkapkan struktur dan unsur khasnya”. Aktivitas akhir dari penelitian kualitatif adalah analisis, interpretasi, dan penyajian sejumlah temuan.

Dalam upaya untuk memenuhi hal tersebut, maka teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif yang terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992: 16-18). Adapun gambar dari tahap pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada bagan berikut.

Bagan 3.1 Tahap Pengumpulan dan Analisis Data

PENGUMPULAN DATA

REDUKSI DATA

(25)

51

Berdasarkan gambar tersebut, dapat dijelaskan bahwa data yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi atau dipilah-pilah antara data yang benar dan data yang salah. Selanjutnya data tersebut ditampilkan atau dikelompokkan secara utuh untuk memudahkan dalam hal pemaparan dan penegasan kesimpulan sebagai akhir dari penelitian yang dilaksanakan. Proses tersebut dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan petunujuk dalam gambar tersebut sehingga apa yang menjadi tujuan dalam penelitian ini dapat tercapai.

3.5 Isu Etik

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini, peneliti akan meminimalisir tejadinya dampak negatif, baik secara fisik maupun secara nonfisik. Untuk menangani permasalahan yang muncul selama penelitian, peneliti akan melakukan:

1) Uji Kredibilitas, yaitu dengan melakukan:

a) Perpanjangan pengamatan, dalam hal ini peneliti kembali kelapangan untuk melakukan pengamatan dan melakukan wawancara lagi kepada sumber data yang pernah ditemui ataupun yang baru.

b) Peningkatan ketekunan, artinya melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan.

c) Triangulasi, maksudnya disini adalah sebagai pengecekan data dari berbagai sumber denga berbagai cara, dan berbagai waktu.

d) Analisis kasus negatif, dalam hal ini peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan, berarti data yang sudah ditemukan sebelumnya dapat dipercaya.

(26)

52

f) Menggunakan membercheck, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

2) Pengujian Transferability

Nilai transfer ini berkenaan denga pertanyaan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam penelitian lain. Untuk itu peneliti dalam membuat laporan akan memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian pembaca menjadi jelas akan hasil penelitian nantinya, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian ini di tempat lain.

3) Pengujian Depenability

Uji depenability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/ fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan peneliti.

4) Pengujian Konfirmability

(27)

106

DAFTAR PUSTAKA A.Buku

Artadi, I Ketut. (2003). Hukum Adat Bali dengan Aneka Masalahnya. Denpasar: Pustaka Bali Post

Arthayasa, I Nyoman, dkk. (1998). Petunjuk Teknis Perkawinan Hindu. Surabaya: Paramita

Atmaja, Jiwa. (2008). Bias Gender Perkawinan Terlarang pada Masyarakat Bali Denpasar: Udayana University Press

Beni, I Wayan. (1985). Hukum Adat di Dalam Yurisprudensi Indonesia. Surya Jaya

Budimansyah, Dasim dan Karim Suryadi. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi pendidikan Kewarganegaraan.

Cogan,J.J. (1999). Developing the Civic Society: The Role of Civic Education. Bandung. CICED

Cogan,J.J. (1998). Citizenship for the 21 Century: An International Perspective on Education. London: Kogan Page Lemited

Danial, Endang. (2007). Economy Civic: Membina Warga Negara Bersikap dan Berpartisipasi dalam Sistem Ekonomi Nasional untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Bandung: Laboraturium UPI.

Daymon dan Holloway, I. (2008). Metode-metode Riset Kualitatif dalam Publications & Marketing Communications. Terjemahan oleh Cahya

Wiratama dari Qualitative Research Methods in public Relations and

Marketing Communications. Bandung: Bentang

Fakih, Mansour. (2013). Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Jaggar,A. (1977). Political Philosophies of Women’s Liberation dalam Veterling Braggin. West Hartforth: Kumarian Press

Kaler, I Gusti Ketut. (1983). Butir-Butir Tercecer Tentang Adat Bali. Denpasar: Bali Agung

(28)

107

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. (2008). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Megawangi, Ratna. (1999). Membiarkan Berbeda. Bandung: Mizan

Miles, M.B. & Huberman, A.M. (1992). Analisis data kualitatif: buku sumber tentangmetode-metode baru. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi dari judul Qualitative Data Analysis. Jakarta: Univesrsitas Indonesia Press.

Moleong, Lexy J. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Narbuko, Cholid dan H. Abu Achmadi. (2005). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara

Netra. (1974). Metodelogi Penelitian. Usaha Nasional Surabaya.

Nickel, James.W. (1996). Hak Asasi Manusia: Refleksi Filosofis Atas Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Notonegoro. (1975). Pancasila Secara Utuh Populer. Jakarta: Pancoran Tujuh

Partini. (2013). Bias Gender dalam Birokrasi. Yogyakarta: Tiara Wacana

Pudja, Gde, dan Tjokorda Rai Sudharta. (1995). Manawa Dharmasastra (Manu Dharma Sastra). Jakarta: Hanuman Sakti.

Pudja, Gde. (1977). Hukum Kewarisan Hindu yang Diresepir Kedalam Hukum Adat di Bali dan Lombok. Jakarta: CV. Junasco

Pursika, I Nyoman dan Sukadi. (2008). Perempuan Berstatus Purusa (Analisis Proses, Peran, Status, Pewarisan, Konflik dan Pemecahannya dalam Keluarga Nyentana di Desa Gubug Kabupaten Tabanan dan Desa Keramas,

Kabupaten Gianyar,Bali). Penelitian (tidak diterbitkan) Fakultas Ilmu

Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha

Puspitawati, H. (2012). Gender dan Keluarga: Konsep dan Realita di Indonesia. Bogor: PT IPB Press.

Remiswal. (2013). Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu

(29)

108

Sugiyono.(2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sukadi (2010). Rekonstruksi Pemikiran Belajar dan Pembelajaran PKn SD sebagai Yadnya dalam Rangka Perwujudan Dharma Agama Dharma Negara Berbasis Konstruktivisme. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahap II. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Somantri, M.N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya

Wahab, A.A & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan

Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

B. Jurnal

Arta, K.S. (2012). Kolaborasi masyarakat sipil, politik, dan ekonomi dalam pemanfaatan modal sosial (studi kasus daerah perlindungan laut di Desa Bondalem, Kabupaten Buleleng). Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 1 (2), hlm 117-128.

Darmana, K. (2008). Mejejahitan dan wanita bali bagaikan mata uang dari perspektif pendekatan etnosains. Jurnal Studi Jender Srikandi, 7 (1), hml. 1- 13.

Erika. (2014). Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum negara berdasarkan undang-undang nomor 12 tahun 2011. Media Komunikasi FIS, 13 (1), hlm. 37-51.

Hohfeld,W.N. (1917). Fundamental legal conceptions as applied in judicial reasoning. Faculty Scholarship Series. Paper 4378.

Mudana, I.W. & Sudariya, N. (2012). Pemasaran modal tubuh dan modal simbolik melalui iklan jodoh pada media massa cetak di Bali (sebuah studi berbasis gender pada masyarakat multicultural). Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 1 (2), hlm 102-116.

Pusrsika, I.N. & Arini, N.W. (2012). Pada Gelahang suatu perkawinan alternatif dalam mendobrak kekuatan budaya patriarkhi di Bali. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 1 (2), hlm 68-77.

(30)

109

Sujana, I.P.W.M. (2013). Hak waris laki-laki setelah perceraian dalam perkawinan nyentana ditinjau dari awig-awig desa kukuh, marga, tabanan. Jurnal IKA. Universitas Pendidikan Ganesha, 11 (1), hlm. 55-68.

Sukerti dan Ariani. (2014). Perkembangan kedudukan perempuan dalam hukum adat waris Bali (studi di kota Denpasar). Jurnal Magister Hukum Udayana, 6 (2), hlm. 243-258.

Wiasti, N.M. (2008). Gender dan kesetaraan dan keadilan gender: studi tentang pengetahuan dan sikap masyarakat bali. Jurnal Studi Jender Srikandi, 7 (1), hlm.1-12.

Windari, R.A. & Arta, K.S. (2012). Konflik dan integrasi: manajemen konflik pada subak multicultural (studi kasus subak Tegallinggah, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng). Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 1 (2), hlm 78-90.

C. Skripsi, Tesis, dan Disertasi

Astiti, T.I.P. (1994). Pengaruh Hukum Adat dan Program Keluarga Berencana terhadap Nilai Anak Laki-Laki dan Perempuan pada Masyarakat Bali yang Sedang Berubah (Studi Kasus di Desa Baturiti, Tabanan, Bali). Disertasi, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kertih, I.W. (2014) Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Melalui Integrasi pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Kearifan Lokal Bali (Studi Etnografi Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singaraja, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali). Desertasi, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Ningrat. (2010). Perkawinan Nyentana Menurut Hukum Adat Bali (Studi Kasus Perkawinan Nyentana yang Sudah Mempunyai Anak Laki-Laki di Desa Pakraman Tua, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan). Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha.

Restini, N.K. (2014). Pendidikan Politik Berbasis Desa Adat Bagi Kaum Perempuan di Desa Tigawasa Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng. Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha

Ruchliyadi, D.A. (2009). Perlindungan Hak Perempuan dalam Kehidupan Keluarga

untuk Mewujudkan Kesetaraan Warga Negara. (Studi Kasus

(31)

110

Saraswati, P. A. (2014). Peranan Istri Nelayan dalam Menunjang Kehidupan Keluarga (Studi Pada Istri Nelayan di Daerah Pesisir Pantai, Desa Pemaron,Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng Dilihat dari Persfektif Sosial Ekonomi dan Budaya). Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha.

Suyatna, I.N. (1997). Kajian Yuidis terhadap Sahnya Perkawinan Nyeburin Berbeda Wangsa di Kabupaten Daerah Tingkat II Tabanan. Tesis, Sekolah Pascasarjana, Universitas Airlangga.

Winataputra, U.S. (2001). Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks Pendidikan IPS). Disertasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

D. Publikasi Departemen

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan segala Bentuk Diskiriminasi terhadap Wanita

E. Makalah

Utari, N.K.S. (2006). Mengikis Ketidakadilan Gender Dalam Adat Bali. Temu Ilmiah II Asosiasi Pengajar dan Peminat Hukum Berspektif Gender Se Indonesia (APPHGI). Surabaya.

F. Sumber Internet

Admin, W. (2013). Desa Kukuh. [Online]. Diakses dari

Gambar

Gambar 4.1 Peta Desa Kukuh…………………………………………...

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan adanya kesesuaian derajat sirosis hepatis yang memiliki korelasi yang kuat dan bermakna antara CT scan dengan klasifikasi Child-Pugh dalam menilai

Abdul Wahid Hasyim di percayai menjabat sebagai ketua MIAI (Majelis Islam A‟la Indonesia), sebuah badan federasi NU, Muhammadiyah, PSII, PII, Al- irsyad, persis, beliau

Lahan gambut di bawah tegakan tanaman karet yang ditumbuhi mucuna hidup memiliki total individu, jumlah famili makrofauna tanah, kepadatan populasi dan kepadatan

Daerah turning basin(Gambar 7) dari kolam pelabuhan sendiri berkisar antara angka 15-17 meter dengan dominansi kedalaman sekitar 15 meter yang hampir menyentuh batas ambang

Berdasarkan kepada hasil estimasi maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa terdapat kaitan antara produktifitas (kelahiran pertama), prestasi peternak penerima

Efek lainnya dari kelebihan protein adalah naiknya kadar kolesterol yang lebih dipicu oleh konsumsi protein hewani. Kolesterol tinggi bisa menjadi pemicu banyak

Konsep harmoni ini bertujuan untuk mengomunikasikan kepada target audience, yaitu anak-anak dengan menciptakan buku pop-up cerita Panji Semirang Kediri yang memiliki

1.4 Kontribusi Penelitian Adapun beberapa kontribusi yang diharapkan dapat diberikan dalam penelitian ini adalah : 1.4.1 Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat