• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Wpop Di Kpp Pratama Malang Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris Wpop Di Kpp Pratama Malang Selatan)"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (STUDI EMPIRIS WPOP DI KPP PRATAMA MALANG SELATAN). Disusun oleh: M Faruq Fadlurrahman 135020300111058. SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi. JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017.

(2)

(3)

(4) RIWAYAT HIDUP. Nama. : M Faruq Fadlurrahman. Tempat/Tanggal Lahir. : Jakarta, 4 Januari 1996. Alamat Rumah. : Perum Mabad II, No.8 RT1/RW11, Jakarta Selatan.. Alamat E-mail. : mfaruqf04@gmail.com. Pendidikan Formal: Sekolah Dasar. (2001-2007). : SDIT Ummul Quro’. SLTP. (2007-2010). : MTsN 4 Jakarta. SLTA. (2011-2013). : SMAN 109 Jakarta. Perguruan Tinggi. (2013-2017). : S1 Akuntansi FEB, Universitas Brawijaya. Pendidikan Non-Formal:  . Kursus bahasa Inggris LIA (2008-2009) Kursus bahasa Inggris English First (2014-2015). Pengalaman Organisasi/Kepanitiaan:    . Staff Magang Departemen Advokesma BEM FEB Anggota AIESEC Kordinator Matching AIESEC Peserta Exchange program AIESEC ke Guangzhou, China. (2013) (2015) (2015) (2015).

(5) KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan ridha-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (STUDI EMPIRIS WPOP DI KPP PRATAMA MALANG SELATAN)”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang wajib ditempuh untuk memenuhi syarat kelulusan dalam meraih gelar sarjana Ekonomi strata-1 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, kritik, saran, dukungan serta doa-nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis ucapkan terimakasih kepada : 1. Allah SWT, yang selalu memberi nikmat sehat, nikmat iman, petunjuk dan juga perlindungan-Nya sehingga penulis mendapat kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini. 2. Kedua orang tua penulis serta keluarga penulis yang tak pernah lelah untuk memberikan dukungan motivasi dan doa sehingga penulis juga tidak pernah lelah dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Zaki Baridwan, M.Si., Dr., Ak.selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga untuk senantiasa memberikan arahan, kritik, saran dan ilmu kepada penulis sehingga pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan..

(6) 4. Bapak Nurkholis, PhD., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi yang selalu memberikan wejangan agar mahasiswa menjadi orang yang bermanfaat dan beretika mulia. 5. Ibu Devi Pusposari, SE., M.Si., Ak. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik, saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lebih baik. 6. Ibu Ayu Fury Puspita, MSA., Ak., CA. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan kritik, saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lebih baik. 7. Teman-teman penulis di Kontrakan, Hendrokus, Willy, Albanus, Emratika, Bondan, Afifah dan Hazmikim yang saling memberi motivasi dan doa dalam proses penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca atau menggunakan skripsi ini untuk penelitian selanjutnya.. Malang, 9 Agustus 2017 Penulis.

(7) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI (STUDI EMPIRIS WPOP DI KPP PRATAMA MALANG SELATAN) Oleh: M Faruq Fadlurrahman 135020300111058 mfaruqf04@gmail.com Dosen Pebimbing: Dr. Drs. Zaki Baridwan, M.Si., Ak. 19660525199103002. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, keadilan pajak dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Objek penelitian ini adalah KPP Pratama Malang Selatan di Kota Malang. Sebanyak 96 data berhasil dikumpulkan menggunakan metode survei dengan teknik non probability sampling. Metode nalisis data dilakukan dengan analisis partial least square dengan aplikasi SmartPLS. Hasil pengujian menunjukkan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak, keadilan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dan pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Kata kunci: Modernisasi sistem administrasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, keadilan pajak, pengetahuan pajak, kepatuhan wajib pajak.

(8) ANALYSIS ON FACTORS THAT INFLUENCE INDIVIDUAL TAXPAYER COMPLIANCE (A CASE STUDY ON INDIVIDUAL TAXPAYERS IN KPP PRATAMA MALANG SELATAN) By: M Faruq Fadlurrahman 135020300111058 mfaruqf04@gmail.com Supervisor: Dr. Drs. Zaki Baridwan, M.Si., Ak. 19660525199103002. Abstract This study examines the influence of modernization in tax administration system, tax authority’s service quality, tax fairness, and tax knowledge on taxpayer compliance. Using the case of KPP Pratama Malang Selatan (Southern Malang Small Taxpayers Office), the data of this study were collected from a survey on 96 taxpayers. The data were analyzed using partial least square technique by means of SmartPLS. The result shows that modernization in tax administration system positively influences taxpayer compliance, that tax authority’s service quality positively influences taxpayer compliance, that tax fairness positively influences taxpayer compliance, and that tax knowledge positively influences taxpayer compliance. Keywords: modernization in tax administration system, tax authority’s service quality, tax fairness, tax knowledge, taxpayer compliance.

(9) DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ......................................................................................................iii DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix ABSTRAK .......................................................................................................... x ABSTRACT ....................................................................................................... xi. BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 7 1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7 1.4 Kontribusi Penelitian..................................................................................... 8 1.4.1 Kontribusi Teoritis .............................................................................. 8 1.4.2 Kontribusi Praktis ............................................................................... 9 1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 9. BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 11 2.1 Pengertian Pajak .......................................................................................... 11 2.2 Sistem Pemungutan Pajak ........................................................................... 12 2.3 Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan ................................... 13 2.4 Kepatuhan Wajib Pajak ............................................................................... 15 2.4.1 Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan .................................. 17.

(10) 2.4.2 Kualitas Pelayanan Fiskus ................................................................ 21 2.4.3 Keadilan Pajak .................................................................................. 23 2.4.4 Pengetahuan Pajak ............................................................................ 27 2.4.5 Theory of Planned Behaviour ........................................................... 30 2.5 Model Penelitian ......................................................................................... 36 2.6 Pengembangan Hipotesis ............................................................................ 39 2.6.1 Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi terhadap kepatuhan wajib pajak ........................................................................................ 39 2.6.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak ................................................................................................. 41 2.6.3 Pengaruh Keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ............... 42 2.6.4 Pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak ......... 44. BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 46 3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................ 46 3.2 Populasi ....................................................................................................... 47 3.3 Sampel ......................................................................................................... 48 3.4 Sumber data................................................................................................. 50 3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 50 3.6 Variabel dan Indikator Penelitian................................................................ 52 3.6.1 Variabel bebas (Variabel Independen) .............................................. 52 3.6.2 Variabel terikat (Variabel Dependen) ............................................... 58 3.7 Metode Analisis Data .................................................................................. 64 3.7.1 Outer Model (Model Pengukuran) .................................................... 66 3.7.2 Inner Model (Model Struktural)........................................................ 68.

(11) 3.8 Persamaan Struktural .................................................................................. 69 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN ............................... 70 4.1 Hasil Pengumpulan Data ............................................................................. 70 4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................. 75 4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas (Pilot Test) ......................................... 75 4.2.2 Uji Validitas Real .............................................................................. 78 4.2.3 Uji Reliabilitas Real .......................................................................... 81 4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Real Setelah Penghapusan.................. 82 4.3.1 Uji Validitas ...................................................................................... 83 4.3.1.1 Uji Validitas Konvergen ....................................................... 83 4.3.1.2 Uji Validitas Diskriminan..................................................... 85 4.3.2 Uji Reliabilitas .................................................................................. 86 4.4 Pengujian Model Struktural ........................................................................ 88 4.5 Hasil Penelitian ........................................................................................... 91 4.5.1 Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pajak ...................................................................................... 92 4.5.2 Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. .......... 94 4.5.3 Keadilan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. ........................... 96 4.5.4 Pengetahuan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak....................... 98. BAB V SIMPULAN ....................................................................................... 101 5.1 Simpulan ................................................................................................... 101 5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 103 5.3 Saran dan Rekomendasi Penelitian ........................................................... 104.

(12) DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 106 LAMPIRAN .................................................................................................... 110.

(13) DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Jumlah WPOP terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan tahun 2014-2016 ........................................................................................... 7 Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ....................................................... 34 Tabel 3.1 Gambaran Umum KPP Pratama Malang Selatan ............................. 47 Tabel 3.2 Operasional Variabel Penelitian........................................................ 61 Tabel 3.3 Parameter Uji Validitas dalam model pengukuran PLS ................... 67 Tabel 4.1 Pembagian Pengembalian Kuesioner ................................................ 70 Tabel 4.2 Ringkasan Data Responden .............................................................. 75 Tabel 4.3 Tabel Algoritma (Pilot Test) ............................................................. 76 Tabel 4.4 Tabel Outer Loading (Pilot Test) ...................................................... 77 Tabel 4.5 Tabel Algoritma Real ........................................................................ 78 Tabel 4.6 Outer Loading Real ........................................................................... 81 Tabel 4.7 Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability ......................... 82 Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Konvergen .......................................................... 83 Tabel 4.9 Outer Loading ................................................................................... 85 Tabel 4.10 Cross Loading Setelah Penghapusan .............................................. 86 Tabel 4.11 Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability ....................... 87 Tabel 4.12 Koefisien Jalur Pengujian Model Sruktural .................................... 89 Tabel 4.13 Kesimpulan Uji Hipotesis ............................................................... 91.

(14) DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1 Bagan Pembagian Pajak ................................................................ 12 Gambar 2.2 Model Penelitian ........................................................................... 39 Gambar 3.1 Model Struktural ........................................................................... 65 Gambar 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 71 Gambar 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Usia .................................... 72 Gambar 4.3 Komposisi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ................................ 73 Gambar 4.4 Komposisi Berdasarkan Pekerjaan ................................................ 74 Gambar 4.5 Model Struktural ........................................................................... 88.

(15) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 16 tahun 2009 tentang perubahan keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bagi Indonesia, pajak masih menjadi tulang punggung untuk sumber utama penerimaan negara. Data resmi Kementerian Keuangan Republik Indonesia menunjukkan bahwa realisasi penerimaan negara pada tahun 2016 sebesar Rp 1.555.1 triliun yang mana sebesar Rp 1.285 triliun berasal dari pendapatan pajak. (http://www.djpbn.kemenkeu.go.id) Menyadari pentingnya pajak sebagai sumber utama penerimaan negara, Indonesia melakukan reformasi pajak yang bertujuan untuk mengoptimalkan penerimaan pajak. Hingga saat ini Indonesia telah 5 (lima) kali melakukan reformasi pajak (tax reform). Indonesia melakukan reformasi pajak untuk pertama kalinya yaitu pada tahun 1983-1985, kedua dan ketiga terjadi pada tahun 1997, keempat di. 1.

(16) 2. tahun 2000 dan yang kelima terjadi pada tahun 2002-2009. Dengan adanya reformasi pajak tersebut, kini Indonesia menganut sistem pemungutan self assessment, dimana sebelumnya Indonesia masih menganut sistem official assessment. Selain itu dengan adanya reformasi pajak juga berdampak pada adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan yang selalu mengikuti perkembangan zaman dan teknologi. Dengan begitu sistem perpajakan yang baru ini diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Karena kepatuhan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pajak. Kepatuhan pajak adalah keadaan dimana wajib pajak harus mematuhi peraturan di bidang perpajakan dalam melaporkan hasil pendapatan yang dia dapatkan secara jujur dan benar (Harinurdin, 2009). Kepatuhan wajib pajak ini mencakup kepatuhan mencatat, melaporkan serta membayarkan pajak penghasilan sesuai undang-undang yang berlaku. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencatat jumlah wajib pajak yang melaporkan SPT tahun pajak penghasilan (PPh) hingga 30 April 2016 sebanyak 11,67 juta dari target yang ditetapkan sebesar 14,6 juta. Angka itu meningkat 13 persen dibandingkan dengan realisasi SPT periode yang sama tahun lalu 10,32 juta wajib pajak. Dari 11,67 juta SPT yang terkumpul, wajib pajak orang pribadi (WPOP) menjadi pelapor SPT terbanyak yakni 11,12 juta atau 95,28 persen. Tingkat kepatuhan WPOP meningkat 13,77 persen jika dibandingkan dengan realisasi pelaporan SPT tahun lalu 9,77 juta SPT. (www.cnnindonesia.com).

(17) 3. Di Indonesia ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Menyadari hal itu pemerintah telah melakukan banyak upaya demi meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Beberapa upaya yang telah dilakukan pemerintah adalah seperti melakukan modernisasi di dalam sistem administrasi perpajakan, peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh petugas pajak (fiskus), penerapan sistem pajak yang adil serta meningkatkan pengetahuan dan wawasan wajib pajak tentang perpajakan. Diharapkan upaya tersebut mampu meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Dalam penelitian Aprilina (2013) menyatakan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan memiliki pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Modernisasi sistem administrasi perpajakan ini dapat memudahkan wajib pajak untuk melakukan prosedur melaporkan dan membayar pajaknya. Modernisasi sistem administrasi perpajakan juga telah mengikuti perkembangan teknologi dengan pelayanan yang berbasis e-system seperti e-filling, e-billing, dan e-registration. Data resmi DJP menunjukkan bahwa dari jumlah 10.936.111 wajib pajak yang telah menyampaikan SPT, sekitar 79,66% atau sekitar 8.711.645 wajib pajak melaporkannya melalui e-filling. Dengan demikian data tersebut menunjukkan kini sebagian besar wajib pajak lebih mengandalkan e-filling sebagai alat penyampaian SPT-nya dan tidak melakukannya dengan cara yang manual lagi. Dengan adanya modernisasi sistem administrasi perpajakan, wajib pajak bisa mendapatkan banyak kemudahan dalam menggunakan pelayanan yang telah berbasis online ini. Dengan.

(18) 4. demikian, modernisasi sistem administrasi perpajakan dapat memberi manfaat kepada wajib pajak berupa penghitungan yang tepat dan penggunaan waktu yang lebih singkat. Keberhasilan dalam hal modernisasi sistem administrasi perpajakan tidak lepas dari peran pelayanan yang diberikan pegawai pajak atau fiskus terhadap wajib pajak. Fiskus sebagai garda terdepan yang langsung menghadapi wajib pajak saat melaksanakan kewajiban perpajakannya harus menunjukan sikap yang baik, ramah dan berintegritas. Syahril (2013) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan fiskus memiliki pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Menurut Devano dan Rahayu (2006:112), kualitas pelayanan fiskus adalah segala kegiatan pelayanan yang diberikan oleh fiskus kepada wajib pajak dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai undang-undang, yang mana bertujuan untuk menjaga kepuasan wajib pajak yang diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Pelayanan yang prima harus diberikan kepada wajib pajak agar memberikan rasa nyaman dan memberikan pandangan yang baik dari wajib pajak. Selain itu pelayanan yang baik juga bisa menjadi bentuk apresiasi negara dalam berterimakasih kepada wajib pajak yang telah taat dalam membayar pajak. Pegawai pajak yang ramah, jujur, kooperatif dan berintegritas bisa menjadi persepsi yang baik bagi wajib pajak bahwa pemerintah memungut pajak dengan cara yang sopan dan santun. Sehingga dari peningkatan pelayanan fiskus ini, diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak..

(19) 5. Faktor lain yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah penerapan sistem perpajakan yang adil bagi seluruh wajib pajak. Pratama (2016) menyatakan bahwa keadilan pajak memiliki pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan wajib pajak. Disebutkan dalam penelitiannya hal tersebut dikarenakan wajib pajak akan enggan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya apabila wajib pajak merasa adanya ketidakadilan dalam perpajakan, begitu juga sebaliknya. Penelitian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Vogel, Spicer dan Becker dalam Richardson (2006) pembayar pajak cenderung untuk menghindari pajak jika sistem pajak yang berjalan dirasa tidak adil. Dengan demikian semakin tinggi keadilan pajak menurut persepsi wajib pajak maka tingkat kepatuhannya juga akan semakin tinggi. Dengan demikian penerapan sistem perpajakan yang adil menjadi salah satu upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Selain tiga faktor yang telah disebutkan, satu faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak adalah pengetahuan yang dimiliki wajib pajak tentang perpajakan. Harlina (2016) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan pajak memiliki pengaruh dalam peningkatan kepatuhan wajib pajak. (Prihartanto, 2014) berpendapat orang yang memiliki pengetahuan pajak tinggi umumnya akan sadar dan patuh terhadap peraturan perpajakan karena bila ia tidak mentaati peraturan pajak yang berlaku, ia tahu akan dikenakan denda atau sanksi. Di zaman yang serba teknologi sekarang ini, wajib pajak dengan sangat mudah mencari informasi mengenai pajak seperti melalui tv, radio, internet, dan lain-lain. Pemerintah.

(20) 6. juga telah melakukan sosialisasi perpajakan melalui beberapa kegiatan penyuluhan tentang pajak di lingkungan warga. Dengan begitu diharapkan tingkat pengetahuan yang tinggi akan menumbuhkan kesadaran wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, sehingga akan meningkatkan tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Meskipun penelitian mengenai kepatuhan wajib pajak ini sudah banyak dilakukan di Indonesia seperti beberapa penelitian yang telah dijelaskan secara singkat di atas, peneliti tertatik untuk melakukan penelitian kembali dengan mengkombinasikan beberapa variabel dari penelitian di atas. Selain itu perbedaan tahun penelitian yang tentu didukung dengan perbedaan kondisi dahulu dan sekarang menjadi salah satu faktor keinginan untuk melakukan melakukan penelitian ini. Sasaran dalam penelitian ini difokuskan kepada WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan. Penelitian yang dilakukan kepada WPOP ini didasari karena dinilai memiliki peran besar terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan alasan peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Malang Selatan adalah KPP Pratama Malang Selatan memiliki populasi WPOP terbesar di Kota Malang. Sehingga diharapkan dari populasi yang makin besar, maka data yang didapatkan akan semakin akurat. Selain itu KPP Pratama Malang Selatan juga mengalami peningkatan terhadap jumlah WPOP terdaftar dari tahun ketahun. Hal tersebut membuat peneliti tertarik dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan pajak di KPP Pratama Malang Selatan. Berikut data jumlah WPOP terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan yang akan ditampilkan pada tabel 1.1.

(21) 7. Tabel 1.1 Jumlah WPOP terdaftar di KPP Pratama Malang Selatan tahun 2014-2016 Tahun Jumlah WPOP Terdaftar 2014. 90.950. 2015. 96.626. 2016. 102.363. Sumber: KPP Pratama Malang Selatan, 2017. Dilandasi seluruh pemikiran di atas dan penelitian sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Studi Empiris WPOP di KPP Pratama Malang Selatan)” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 2. Apakah kualitas pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 3. Apakah keadilan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi? 4. Apakah pengetahuan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi?.

(22) 8. 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 2. Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 3. Untuk mengetahui pengaruh keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 4. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. 1.4 Kontribusi Penelitian Adapun beberapa kontribusi yang diharapkan dapat diberikan dalam penelitian ini adalah : 1.4.1 Kontribusi Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi teoritis dan referensi ke berbagai pihak terkait bidang perpajakan, terutama dalam hal penerapan modernisasi sistem administrasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, keadilan pajak dan pengetahuan tentang pajak beserta pengaruhnya terhadap kepatuhan WPOP di KPP Pratama Malang Selatan dalam menghitung, melapor, menyetor dan membayar SPT pajak di KPP Pratama Malang Selatan..

(23) 9. 1.4.2 Kontribusi Praktis 1. Bagi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi evaluasi dan masukan di bidang perpajakan terkait modernisasi sistem administrasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, keadilan pajak dan pengetahuan pajak beserta pengaruhya terhadap kepatuhan wajib pajak sehingga akan berdampak pada meningkatnya penerimaan negara yang diperoleh dari pajak. 2. Bagi Akademisi atau Penulis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang perpajakan terkait modernisasi sistem administrasi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, keadilan pajak dan pengetahuan pajak beserta pengaruhya terhadap kepatuhan wajib pajak. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk lebih mudah dalam memahami penulisan skripsi, maka penelitian ini disusun sesuai dengan sistematika sebagai berikut : Bab 1 Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah yang menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak khususnya di KPP Pratama Malang Selatan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan..

(24) 10. Bab 2 Landasan Teori Bab ini berisi penjelasan teori-teori yang menjadi landasan dalam penelitian ini terutama teori berkaitan dengan perpajakan. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai. variabel. penelitian. dan. pengukurannya,. model. penelitian. dan. pengembangan hipotesis serta gambar atau bagan model penelitian. Bab 3 Metodologi Penelitian Bab ini berisikan data dan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi populasi dan sampel penelitian, data penelitian dan sumbernya serta definisi operasional dan pengukuran variabel metode analisis data dan pengujian hipotesis. Bab 4 Hasil Penelitian dan pembahasan Bab ini berisikan latar belakang Institusional obyek penelitian yaitu KPP Pratama Malang Selatan, penyajian hasil pengujian data serta hasil analisis penelitian yang dilakukan. Bab 5 Penutup Bab ini membahas kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini serta memuat saran yang diharapkan menjadi pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya di masa mendatang..

(25) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Salah satu sumber penerimaan suatu negara adalah berasal dari pajak. Di Indonesia sendiri pajak merupakan sumber terbesar penerimaan negara. Pada konteksnya pajak merupakan iuran yang diberikan rakyat kepada negaranya. Seperti yang diungkapkan Soemitro dalam Resmi (2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Pajak yang dipungut di Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah. Pajak pusat menurut pemungutnya adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai Rumah Tangga Negara. Contohnya adalah pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak pertambahan nilai – barang mewah (PPn-BM) dan Bea Materai. Menurut objek pajak yang dipungutnya, pajak pusat juga dibagi menjadi dua direktorat untuk melakukan tugasnya yaitu Direktorat Jendral Pajak dan Direktorat Jendral Bea & Cukai. Sedangkan pajak daerah menurut pemungutnya adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya adalah Pajak Reklame, Pajak Restoran serta Pajak Hotel. Pajak daerah. 11.

(26) 12. membagi dua wilayah untuk memungut objek pajaknya yaitu Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/ Kota. Gambar 2.1 Bagan Pembagian Pajak Pembagian pajak. Pajak Daerah. Pajak Pusat. Direktorat Jendral Pajak ●PPh ●PPn ●PPN-BM ●PBB, ●Bea Perolehan Hak atas Tanah/ Bangunan ●Bea Materai. Direktorat Jenderal Bea & Cukai. Bea Masuk & Cukai. Pemerintah Provinsi. ●Pajak Kendaraan Bermotor ●Bea Balik Nama Kendaraan bermotor ●Pajak Bahan Bakar Kendaraan bermotor. Pemerintah Kabupaten / Kota. ●Pajak Hotel ●Pajak Restoran ●Pajak Hiburan ●Pajak Reklame. Sumber : Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet AB Terpadu yang diterbitkan Ikatan Akuntan Indonesia. 2016 2.2 Sistem Pemungutan Pajak Di Indonesia, pajak memiliki tiga sistem pemungutannya. Dengan adanya ketiga sistem ini, wajib pajak memiliki pilihan untuk menentukan sistem pemungutan yang diinginkannya. Tiga sistem pemungutan tersebut diantaranya sebagai berikut :.

(27) 13. a. Official Assessment System Sistem ini memberi kewenangan pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Ciri-ciri sistem ini yaitu memiliki wewenang untuk menetapkan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus. b. Self Assessment System Sistem ini memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Sistem ini merupakan sistem yang baru ditetapkan oleh pemerintah setelah reformasi pajak tahun 1983 dengan alasan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak di Indonesia. c. Withholding System Sistem pemungutan pajak ini memberi kewenangan kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Pihak ketiga disini adalah pihak selain pemerintah, contohnya adalah perusahaan dimana wajib pajak bekerja. 2.3 Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan Sebagaimana telah dijelaskan didalam UU No.16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 2 wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak di.

(28) 14. Indonesia dibedakan menjadi dua yaitu wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Wajib pajak orang pribadi adalah setiap orang pribadi yang memiliki penghasilan di atas pendapatan tidak kena pajak. Di Indonesia, setiap orang wajib mendaftarkan diri dan mempunyai nomor pokok wajib pajak (NPWP), kecuali ditentukan dalam undang-undang. Sedangkan wajib pajak badan adalah setiap perusahaan yang didirikan di Indonesia dan sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam ketentuan peraturan pajak yang berlaku di Indonesia. Dengan demikian semua Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai Wajib Pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Fikriningrum (2012:12) syarat subjektif dalam negri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia dan berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan. Sedangkan syarat objektif sebagaimana dijelaskan dalam undang-undang adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan atau pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya..

(29) 15. 2.4 Kepatuhan Wajib Pajak Arti kata kepatuhan dalam bahasa Indonesia adalah tunduk atau mengikuti aturan yang mengikat. Simon James et.al yang dikutip oleh Gunadi (2005:57) kepatuhan pajak adalah kesediaan wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi baik hukum maupun administrasi. Sedangkan menurut Nurmantu (2003:148) kepatuhan pajak adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya. Dengan demikian kepatuhan wajib pajak ini adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh wajib pajak itu sendiri dalam membayar dan melaporkan pajaknya tanpa harus adanya hal-hal yang mendorong agar wajib pajak mematuhi prosedur dan aturan perpajakan. Norman D. Nowak juga mengemukakan pendapatnya tentang arti kepatuhan yaitu “suatu iklim” kepatuhan dan kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan yang tercermin dalam situasi (Zain, 2004:31) sebagai berikut : a.. Wajib pajak paham dan berusaha untuk memenuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.. b.. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.. c.. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.. d.. Membayar pajak terutang pada waktunya..

(30) 16. Dengan mengikuti seluruh situasi yang tertera di atas, dapat dikatakan wajib pajak sudah menjadi wajib pajak yang patuh dalam melaksanakan prosedur pelaporan dan pembayaran perpajakan yang diatur dalam undang-undang perpajakan. Menurut Nasucha yang dikutip dalam Rahayu (2010:139), kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari: a.. kepatuhan Wajib Pajak dalam mendaftarkan diri. b.. kepatuhan untuk menyetorkan kembali SPT. c.. kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan. d.. kepatuhan dalam pembayaran tunggakan. Dengan demikian dari beberapa uraian di atas dapat diartikan seorang wajib pajak dikatakan patuh ketika wajib pajak telah menyelesaikan kewajiban perpajakannya dari mulai mendaftarkan diri, melaporkan pendapatan penghasilan hingga melakukan pembayaran pajak. Tidak hanya itu, wajib pajak dikatakan patuh apabila melaporkan dan membayarkan pajaknya dengan benar sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Beberapa prosedur yang harus diikuti oleh wajib pajak agar dapat dikatakan patuh yaitu meliputi membuat nomor pokok wajib pajak (NPWP), menghitung pajak yang terutang dengan benar, membuat surat setoran pajak (SSP) dan membayar pajak terutang di Bank Persepsi (bank yang ditunjuk) atau kantor pos dan kemudian melaporkan SPT. Di zaman reformasi pajak sekarang ini yang mana Indonesia telah menganut sistem pemungutan pajak self assessment, kepatuhan wajib pajak menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung kesuksesan dari sistem tersebut. Wajib pajak.

(31) 17. diharapkan dengan diberinya keleluasaan dalam melaporkan dan membayar pajaknya sendiri dapat diiringi dengan kepatuhan yang diterapkan oleh wajib pajak. Beberapa faktor dalam penelitian ini yang mungkin mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah sebagai berikut : 2.4.1 Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan Modernisasi merupakan transformasi atau perubahan dari suatu yang tradisional ke arah yang lebih modern dengan tujuan suatu efisiensi. Sistem administrasi perpajakan merupakan salah satu dari tiga unsur sistem pajak. Sistem perpajakan sendiri adalah suatu metode atau cara bagaimana mengelola utang pajak yang terutang oleh Wajib Pajak yang dapat mengalir ke kas negara (Nurmantu, 2003). Sisterm perpajakan disuatu negara terdiri dari 3 (tiga) unsur didalamnya yaitu tax policy, tax law, dan tax administration. Sistem administrasi perpajakan menurut Lumbantoruan (1997) dalam Rahayu (2010:93), administrasi perpajakan (tax administration) adalah prosedur pengenaan dan pemungutan pajak. prosedur ini meliputi tahap-tahap antara lain pendaftaran wajib pajak, penetapan wajib pajak, dan penagihan pajak. Sedangkan modernisasi sistem administrasi perpajakan menurut Nasucha dalam Rahayu (2010:97) adalah penyempurnaan atau perbaikan kinerja administrasi, baik secara individu, kelompok, maupun kelembagaan agar lebih efisien, ekonomis dan cepat. Di Indonesia, administrasi perpajakan telah banyak mengalami perubahan. Luasnya wilayah, banyaknya penduduk serta dinamisnya aktivitas ekonomi menjadi tantangan sendiri untuk menegakkan perpajakan di Indonesia. Ketidaksesuaian rasio.

(32) 18. antara puluhan ribu pegawai pajak dengan jutaan wajib pajak berakibat kurang optimalnya implementasi perpajakan di Indonesia. Maka dari itu untuk mengatasi masalah itu diperlukan solusi untuk menciptakan suatu sistem administrasi yang cepat, sederhana, dan mudah agar pajak dapat secara optimal dipungut oleh negara. Bagi wajib pajak sendiri, adanya modernisasi sistem perpajakan dapat memudahkan wajib pajak mengelola pajaknya. Bila sebelumnya pengelolaan pajak dilakukan secara manual yang membutuhkan banyak kertas dan waktu, kini dengan menggunakan sistem informasi dan teknologi informasi dapat mengurangi banyak waktu proses kerja serta keras yang dibutuhkan. Beberapa modernisasi sistem administrasi perpajakan yang telah dilakukan Direktorat Jendral Pajak dan yang terlihat di berbagai kegiatan pelaksanaan kewajiban perpajakan yaitu e-Registrastion, e-Billing, e-Banking, e-SPT, e-Filing, dsb. Dengan berbagai fasilitas yang disediakan tersebut sangat memudahkan Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Melalui e-Registration, Wajib Pajak tidak perlu lagi datang ke kantor pajak (KPP) untuk mendaftarkan NPWP dirinya karena Wajib Pajak dengan mudah dapat melakukannya di rumah atau ditempat kerjanya dengan sistem online. Kemudian melalui e-Banking, Wajib Pajak mendapatkan kemudahan dalam membayar pajak diantaranya melalui program e-Billing dan ATM. Kedua program tersebut menggantikan sistem pembayaran pajak manual yang sebelumnya harus menggunakan surat setoran pajak (SSP)..

(33) 19. SPT atau surat pemberitahuan dalam Pasal 1 ayat 11 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang “Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan” adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai ketentuan perundang-undangan perpajakan. Dengan mengikuti perkembangan zaman dan bertujuan meningkatkan efisiensi, Direktorat Jendral Pajak membuat e-SPT yaitu aplikasi (software) bagi wajib pajak untuk memudahkannya dalam menyampaikan surat pemberitahuan pajaknya. Kemudahan lain yang bisa diapat wajib pajak dari modernisasi sistem administrasi perpajakan ini adalah e-Filing. Melalui e-Filing wajib pajak dapat menyampaikan SPT-nya melalui penyedia jasa aplikasi atau Application Service Provider (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak. layanan ini bertujuan untuk menyediakan fasilitas pelaporan SPT secara online dan real time kepada wajib pajak. Bagi negara, upaya tersebut diharapkan dapat memberikan suatu penerimaan pajak yang optimal bagi negara. Sedangkan bagi wajib pajak, upaya modernisasi ini diharapkan dapat menciptakan kegiatan yang efisien dalam melakukan kewajiban perpajakan sehingga bisa membuat wajib pajak meningkatkan kepatuhannya. Berdasar pada teori Caiden (1982 : 97-104) modernisasi sistem administrasi perpajakan terdiri dari 4 (empat) dimensi, yaitu:.

(34) 20. a. Modernisasi struktur organisasi Struktur organisasi adalah unsur yang berkaitan dengan pola-pola kerja yang sudah ditentukan dan hubungan antar kerja tersebut, pembagian kegiatan kepada sub unit yang terpisah, penyaluran wewenang diantara posisi administratif, dan jaringan komunikasi formal untuk menciptakan kinerja yang efektif dalam kegiatan kinerja organisasi. b. Modernisasi prosedur organisasi Prosedur organisasi berkaitan dengan proses komunikasi, pengambilan keputusan, pemilihan prestasi, sosialisasi dan karier. Prosedur organisasi berisi aktivitas organisasi yang saling berkaitan secara teratur untuk mencapai tujuan tertentu. c. Modernisasi strategi organisasi Strategi organisasi merupakan proses memilih rancangan dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan segala faktor, peluang dan sumber daya yang ada dan diharapkan dapat mencapai tujuan organisasi. Strategi ini berkembang dari waktu ke waktu menyesuaikan keadaan dan situasi yang ada sebagai pola arus keputusan yang bermakna. Diperlukan metode yang baik untuk mejamin bahwa strategi organisasi telah diimplementasikan dengan baik. d. Modernisasi budaya organisasi Satu bagian penting yang mendasar modernisasi perpajakan adalah sikap dan perilaku sumber daya manusia. Budaya organisasi menjelaskan.

(35) 21. mengenai sistem penyebaran norma dan nilai-nilai yang berkembang untuk mengarahkan perilaku anggota organisasi menjadi lebih baik dan terarah. 2.4.2 Kualitas Pelayanan Fiskus Kualitas merupakan standar penilaian yang diakui individu terhadap suatu objek. Kualitas ini salah satu faktor penting yang menjadi standar atau pertimbangan sesorang dalam memilih atau menggunakan suatu objek. Semakin bagus kualitas akan membuat orang semakin tertarik memilih dan menggunakan objek tersebut dan begitupula sebaliknya. Sedangkan pelayanan merupakan cara perlakuan seseorang dalam hal membantu atau menyediakan sesuatu yang dibutuhkan orang lain. Dalam kasus yang akan diteliti ini adalah kualitas pelayanan yang diberikan oleh fiskus kepada wajib pajak. Fiskus adalah pejabat yang memiliki wewnang dalam melaksanakan perundang-undangan perpajakan atau biasa disebut dengan petugas pajak. jadi, kualitas pelayanan fiskus adalah standar penilaian yang diakui wajib pajak terhadap fiskus atas pelayanan yang diberikan dalam memenuhi atau membantu segala yang kebutuhkan wajib pajak terkait masalah perpajakannya. Syahril (2013) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kualitas pelayanan fiskus ini berpengaruh signifikan secara langsung terhadap kepatuhan wajib pajak. Ilyas dan Burton (2010:248) berpendapat bahwa suksesnya penerimaan pajak antara lain juga ditentukan melalui pelayanan yang diberikan oleh fiskus. Pelayanan fiskus yang baik adalah hak seluruh wajib pajak yang harus diberikan secara maksimal dan adil..

(36) 22. Dalam rangka meningkatkan dan menjaga agar kualitas pelayanan fiskus terhadap wajib pajak tetap prima, Direktorat Jenderal Pajak telah mengeluarkan ketentuan di dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER-02/PJ/2017 tentang standar pelayanan di tempat pelayanan terpadu kantor pelayanan pajak. Peraturan ini bertujuan untuk membuat standar dalam pelayanan pajak oleh petugas pajak kepada wajib pajak. Dengan adanya standar pelayanan diharapkan pelayanan yang diberikan petugas pajak akan memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi wajib pajak dalam melakukan prosedur perpajakannya. Selain standarisasi yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak, Fiskus juga harus memiliki kemampuan dalam melayani wajib pajak. Berinteraksi dengan baik, ramah, dan jelas adalah salah satu kemampuan yang wajib dimiliki oleh fiskus. Diharapkan kualitas pelayanan fiskus yang telah dirasa baik oleh wajib pajak dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan prosedur perpajakannya sesuai undang-undang. Terdapat 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan yang dapat diterapkan didalam perpajakan. Menurut Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) dalam Sabaruddin (2015:12) kualitas pelayanan memiliki 5 (lima) dimensi. Diantaranya yaitu: a. Bukti langsung (tangibles) Bukti langsung (tangibles) adalah fasilitas fisik, perlengkapan, sarana komunikasi dan lain-lain yang harus tersedia dan ada dalam proses jasa..

(37) 23. b. Kehandalan (reliability) Kehandalan (reliability) adalah suatu kemampuan dalam memberikan pelayanan yang dijanjikan dan kemampuan dapat dipercaya. Utamanya dalam memberikan pelayanan sesuai jadwal yang dijanjikan tanpa melakukan kesalahan. c. Daya tanggap (responsiveness) Daya tanggap (responsiveness) adalah kemampuan dan keinginan seorang karyawan dalam memberikan bantuan pelayanan yang dibutuhkan konsumen. d. Jaminan (assurance) Jaminan (assurance) adalah kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staff, bebas dari bahaya, resiko atau keraguraguan. e. Empati (empathy) Empati adalah suatu sikap kontrak personil (karyawan) maupun perusahaan untuk perhatian dan memahami kebutuhan maupun kesulitan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, serta kemudahan dalam melakukan komunikasi. 2.4.3 Keadilan Pajak Adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu yang (1) sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak; (2) berpihak kepada yang benar, berpegang pada kebenaran; (3) sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Dengan.

(38) 24. demikian keadilan pajak adalah sifat yang tidak sewenang-wenang atau memberatkan salah satu pihak atas sistem perpajakan yang berlaku (Dharmawan, 2013). Salah satu yang harus diperhatikan pemerintah dalam rangka pemungutan pajak dari masyarakat adalah keadilan. Hal ini karena secara psikologis masyarakat menganggap bahwa pajak merupakan suatu beban. Maka dari itu masyarakat memerlukan suatu kepastian bahwa mereka mendapatkan perlakuan adil dalam pengenaan dan pemungutan pajaknya oleh negara. Menurut Smith (1776) dalam Zain (2004:25) bahwa prinsip yang paling utama dalam rangka pemungutan pajak adalah keadilan dalam perpajakan yang dinyatakan dengan suatu pernyataan bahwa setiap warga negara hendaklah berpartisipasi dalam pembiayaan pemerintah, sedapat mungkin secara proporsional sesuai dengan kemampuan masing-masing, yaitu dengan cara membandingkan penghasilan yang diperolehnya dengan perlindungan yang dinikmatinya dari negara. Beberapa contoh keadilan yang diharapkan masyarakat adalah pengenaan pajak yang menyeluruh dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Dengan terciptanya keadilan pajak diharapkan tidak menghambat sistem perpajakan yang telah ada di Indonesia. Prinsip keadilan ini merupakan suatu kewajiban dalam penerapan sistem self assessment yang diterapkan di Indonesia agar tidak timbul berbagai perlawanan pajak seperti tax avoidance dan tax evasion..

(39) 25. Smith (1776) dalam Zain (2004:24) melakukan 4 (empat) pendekatan terkait keadilan pajak, diantaranya: a. Equity, menyangkut keadilan pendistribusian pajak dari berbagai kalangan. b. Certainty, tidak adanya kesewenangan dan ketidakpastian berkenaan dengan utang pajak. c. Convienience, menyangkut cara pembayaran pajak. d. Economy, biaya pemungutan yang kecil dibandingkan secara proporsional dengan peningkatan penerimaan dan menghindarkan efek distorsi perilaku wajib pajak. Keadilan pajak menurut Siahaan (2010:112) dibagi kedalam tiga pendekatan aliran pemikiran, yaitu: 1. Prinsip Manfaat (benefit principle) Prinsip ini menyatakan bahwa sistem perpajakan dapat dikatakan adil apabila kontribusi yang diberikan oleh setiap wajib pajak sesuai dengan manfaat yang diperolehnya dari jasa-jasa pemerintah. Jasa pemerintah ini meliputi berbagai sarana untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, keadilan pajak dengan prinsip manfaat ini tidak hanya dilihat dari kebijakan perpajakan yang dikenakan kepada wajib pajak, melainkan juga kebijakan pemerintah dalam pengeluaran anggaran untuk masyarakat..

(40) 26. 2. Prinsip Kemampuan Bayar Pendekatan kemampuan bayar ini lebih menitik-beratkan kepada kebijakan pajak itu sendiri. Prinsip ini menekan kan bahwa pajak yang dikenakan harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing wajib pajak. Pendekatan ini dipandang jauh lebih baik dalam mengatasi masalah redistribusi pendapatan dalam masyarakat. 3. Mengacu pada prinsip kemampuan bayar, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat dua kelompok besar keadilan pajak, yaitu: a.. Keadilan Horizontal. Keadilan horizontal berarti bahwa orang dengan kemampuan yang sama harus membayar jumlah pajak yang sama. Dengan demikian prinsip ini hanya menerapkan prinsip dasar keadilan berdasarkan undang-undang. Misalnya, wajib pajak yang memiliki penghasilan sama harus membayar pajak dengan jumlah yang sama. b.. Keadilan Vertikal. Keadilan vertikal berarti bahwa orang dengan kemampuan lebih besar harus membayar pajak lebih besar dan begitu juga sebaliknya. Dengan demikian keadilan vertikal ini menekankan bahwa wajib pajak yang memiliki pendapatan lebih besar harus membayar pajak lebih besar dibandingkan dengan wajib pajak yang memiliki pendapatan lebih sedikit. Sedangkan berdasarkan teori Gerbing (1988) dalam Azmi dan Perumal (2008) menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) dimensi keadilan wajib pajak, yaitu:.

(41) 27. a. Keadilan Umum Dimensi ini berhubungan mengenai bagaimana persepsi wajib pajak atas pajak yang berlaku secara umum dan juga persepsi keadilan dalam pendistribusian pajak apakah sudah merata atau belum. b. Timbal balik Pemerintah. Dimensi ini berhubungan mengenai bagaimana manfaat yang diterima dari pemerintah sebagai imbalan atas pajak yang dibayarkan. c. Struktur Tarif Pajak. Dimensi ini berhubungan struktur tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak. Persepsi mengenai struktur tarif pajak yang adil dilihat dari kesesuaian dalam kemampuan bayar wajib pajak. d. Ketentuan Khusus. Dimensi ini berhubungan dengan ketentuan-ketentuan khusus seperti pengurangan pajak dan ketentuan khusus pajak untuk orang kaya. e. Kepentingan Pribadi. Dimensi ini berhubungan dengan kepentingan pribadi berkaitan dengan pajak yang dibayarkan lebih tinggi dibandingkan orang lain. 2.4.4 Pengetahuan Pajak Menurut Notoadmodjo (2003:3) pengetahuan adalah hasil “Tahu” dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan mengenai suatu objek yang mana penginderaan ini melalui panca indera yang dimiliki manusia yakni indera.

(42) 28. penglihatan, penciuman, perasa, peraba, dan pendengaran. Yang mana sebagian besar pengetahuan manusia didapatkan dari indera penglihatan dan pendengaran. Dalam hidup bermasyarakat, pengetahuan adalah sesuatu yang sangat penting. Agar terhindar dari kecurangan, tipuan, dan perlakuan ketidakadilan yang tidak diketahui, maka pengetahuan merupakan sesuatu yang wajib dimiliki setiap individu. Kini untuk mendapatkan pengetahuan dan menambah wawasan sangatlah mudah, individu tidak hanya dapat mengandalkan buku tetapi juga dapat mengandalkan tv, radio, koran, internet, dan lain-lain. Sebagai alat menambah pengetahuan. Didalam bidang perpajakan, minimnya pengetahuan pajak bisa menyebabkan kecurangan seperti manipulasi pajak atau bahkan kerugian bagi wajib pajak tersebut berupa tambahan setoran pajak. Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Hardiningsih dan Yulianawati, 2011). Menurut Krause (2000) dalam Santoso (2008) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan. Dengan demikian tingkat pengetahuan seorang wajib pajak ini dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya..

(43) 29. Menurut Rahayu (2010:168) wajib pajak harus memiliki pengetahuan pajak terkait hal-hal berikut: 1. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Undang-undang nomor 16 Tahun 2009 mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berisi tentang hak dan kewajiban wajib pajak, NPWP, SPT, prosedur pembayaran, pemungutan pajak dan pelaporan pajak. 2. Sistem Perpajakan Sistem self assessment, sebagai sistem pemungutan pajak yang dianut negara Indonesia saat ini yaitu sistem yang memberikan kewenangan bagi wajib pajak untuk menghitung dan menentukan kewajiban perpajakannya sesuai undang-undang yang berlaku. 3. Fungsi perpajakan Resmi (2011:3), mengemukakan 2 (dua) fungsi pajak yaitu fungsi sumber keuangan negara (budgetair) dan fungsi pengatur (regularend). a. Fungsi sebagai sumber keuangan negara (budgetair) Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. b. Fungsi sebagai pengatur (regularend) Pajak sebagai alat mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial, ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan. Beberpa contoh penerapan pajak sebagai.

(44) 30. pengatur yaitu pengenaan tarif pajak progresif atas penghasilan dan juga pengenaan pajak yang tinggi terhadap barang-barang mewah (PPnBM). Sedangkan menurut Istanto (2010) terdapat 5 (lima) dimensi pengetahuan pajak, yaitu: a.. Unsur Pajak. Meliputi pengetahuan wajib pajak tentang definisi, subjek dan objek pajak sebagai dasar pengetahuan nya tentang pajak.. b. Fungsi Pajak. Meliputi pengetahuan tentang fungsi pajak disuatu negara. c. Peran Pajak. Meliputi pengetahuan tentang peran pajak disuatu negara.. d. Sistem Pajak yang Berlaku. Meliputi sistem pajak yang diterapkan disuatu negara. e. pengetahuan tentang pajak. Meliputi pengetahuan terkait hak dan kewajiban wajib pajak. 2.4.5 Theory of Planned Behaviour Ajzen (1991:179-211) mengembangkan teori yang bernama theory of planned behaviour (TPB). Sebelumnya teori tersebut merupakan pengembangan dari theory of reasoned action (TRA) yang dirancang untuk untuk berhubungan dengan perilaku-perilaku individu. Ditambahka sebuah variabel kedalam TPB yang sebelumnya tidak diterapkan didalam TRA yaitu kontrol keperilakuan yang.

(45) 31. dipersepsikan (perceived behavioral control). TPB memperlihatkan bahwa individu maupun kelompok tidak mengendalikan secara penuh semua perilaku, sehingga konsep kontrol perilaku yang dipersepsikan ditambahkan untuk mengatasi perilakuperilaku ini. TPB tidak akan memiliki perbedaan dengan TRA apabila semua perilaku dilakukan secara penuh dibawah kendali individu maupun kelompok. Karena kontrol perilaku yang dipersepsikan akan mendekati maksimum. Ajzen. (2002:665-683). menyatakan. bahwa. kontrol. perilaku. yang. dipersepsikan merupakan kemudahan atau kesulitan yang dipersepsikan untuk melakukan perilaku. Aturan umum dalam kontrol perilaku yang dipersepsikan adalah semakin menarik sikap dan norma subyektif terhadap suatu perilaku, dan semakin besar kontrol perilaku yang dipersepsikan, maka semakin kuat niat seseorang untuk melakukan perilaku yang dipertimbangkan. TPB tidak berhubungan secara langsung dengan jumlah atas kontrol perilaku yang dimiliki seseorang. Teori ini lebih menekankan pada pengaruh-pengaruh yang mungkin dari kontrol perilaku yang dipersepsikan dalam pencapaian tujuan atas sebuah perilaku. Apabila niat menunjukkan keinginan seseorang untuk mencoba melakukan perilaku tertentu, maka kontrol perilaku yang dipersepsikan lebih kepada mempertimbangkan hal yang yang realistis..

(46) 32. TPB menunjukkan bahwa tindakan individu maupun kelompok dikendalikan oleh tiga jenis kepercayaan, diantaranya adalah: 1. Kepercayaan perilaku (behavioral beliefs) Adalah kepercayaan mengenai kemungkinan akan terjadinya sebuah perilaku. TRA meyebut kepercayaan ini sebagai sikap (attitude) terhadap perilaku. 2. Kepercayaan normatif (normative beliefs) Adalah kepercayaan dimana harapan normatif muncul karena pengaruh orang lain dan motivasi untuk menyetujui harapan tersebut. TRA menyebut kepercayaan ini sebagai norma subyektif (Subjective norms) terhadap perilaku. 3. Kepercayaan kontrol (control beliefs) Adalah kepercayaan yang berkaitan tentang keberadaan faktor-faktor yang akan memfasilitasi atau merintangi kinerja dari perilaku atas persepsi dari faktor-faktor tersebut. Kepercayaan ini sebelumnya tidak ada didalam TRA sehingga ditambahkan kedalam TPB yang disebut sebagai perceived behavioral control. Dengan. demikian,. kepercayaan. perilaku. (behavioral. beliefs). dapat. menciptakan suatu sikap menyukai atau tidak menyukai terhadap suatu perilaku, kepercayaan normatif, tekanan sosial atau norma subyektif, dan kepercayaan kontrol (control beliefs) akan menciptakan suatu kontrol perilaku yang dipersepsikan. Secara keseluruhan, sikap (attitude) terhadap perilaku, norma subyektif (subjective norms), dan kontrol perilaku yang dipersepsikan (perceived behavioral control) akan.

(47) 33. menciptakan niat perilaku (behavioral intention) yang kemudian akan berdampak kepada perilaku (behavior). Hubungan TPB dengan penelitian ini adalah TPB mempelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi niat seseorang untuk berperilaku. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa TPB memiliki 3 (tiga) kepercayaan yang dapat mengendalikan niat individu maupun kelompok untuk berperilaku. Didalam penelitian ini, peneliti menggolongkan modernisasi sistem administrasi perpajakan dan kualitas pelayanan fiskus sebagai kepercayaan kontrol (control beliefs) yaitu kepercayaan yang berkaitan dengan faktor luar individu maupun kelompok yang dapat menghambat atau meyakinkan seseorang untuk berperilaku. Kemudian, peneliti menggolongkan keadilan pajak sebagai kepercayaan normatif (normative beliefs) yaitu kepercayaan yang berkaitan dengan faktor luar yang berkaitan dengan norma-norma kehidupan. Terakhir, peneliti menggolongkan pengetahuan pajak sebagai kepercayaan perilaku (behavioral beliefs) yaitu kepercayaan yang berkaitan tentang faktor dari dalam diri individu maupun kelompok itu sendiri atau dalam kata lain adalah faktor dari sikap individu maupun kelompok tersebut. Dari ketiga kepercayaan ini kemudian TPB akan mempelajari mengenai masing-masing kepercayaan beserta pengaruh nya terhadap niat seseorang untuk berperilaku patuh terhadap perpajakan..

(48) 34. No. Peneliti. 1. Aprilina (2013). -. -. -. -. 2. Wirani (2016). 3. Muturi & Kiarie (2015). Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Variabel yang Data Digunakan Variabel bebas : Data kuantitatif Modernisasi yang diperoleh Struktur dari kuesioner Organisasi yang disebarkan Modernisasi kepada Prosedur responden Organisasi terpilih. Modernisasi Strategi Organisasi Modernisasi budaya organisasi. Variabel terikat : Kepatuhan wajib pajak Variabel bebas : - Modernisasi Struktur Organisasi - Modernisasi Prosedur Organisasi - Modernisasi Strategi Organisasi - Modernisasi Budaya Organisasi Variabel terikat : Kepatuhan wajib pajak Variabel bebas : - Online Tax Registration - Online Tax. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden terpilih.. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan. Hasil Penelitian Modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi strategi organisasi dan modernisasi budaya organisasi samasama memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.. Modernisasi Strutktur Organisasi, Modernisasi Prosedur Organisasi, Modernisasi Budaya Organisasi memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan modernisasi strategi organisasi tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Online Tax Registration, Online Tax Filling, dan Online Tax.

(49) 35. Filling - Online Tax Remittance Variabel terikat : Kepatuhan wajib pajak (Tax compliance). 4. Syahril (2013). Variabel bebas : - Pemahaman wajib pajak - Kualitas pelayanan fiskus Variabel bebas : Kepatuhan wajib pajak Variabel bebas : - Taxpayer Awareness - Knowledge - Tax Penalties - Tax Authorithies Services Variabel terikat : Tax Compliance. 5. Kamil (2015). 6. Mustapha (2010). Variabel bebas : - Tax fairness - Demographic factors Variabel terikat : Tax compliance. 7. Pratama (2016). Variabel bebas : - Pengetahuan pajak - Sanksi pajak - Keadilan pajak Variabel terikat : Kepatuhan wajib. kepada responden terpilih. Dan data yang diperoleh dari laporan pendapatan Kenya Revenue Authorithie (KRA) Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden terpilih.. Remittance memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak.. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden terpilih.. Taxpayer Awareness, Knowledge, Tax Penalties dan Tax Authorithies Services memberikan pengaruh signifikan terhadap tax compliance Tax fairness dan demographic factors memberikan pengaruh signifikan terhadap tax compliance. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden terpilih. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden terpilih.. Pemahaman wajib pajak dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak.. Pengetahuan pajak, sanksi pajak dan keadilan pajak memberikan pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak..

(50) 36. 8. Harlina (2016). 9. Alviansyah (2011). 10. Oladipupo & Obazee (2016). pajak Variabel bebas : - Keadilan pajak - Pengetahuan pajak Variabel terikat : Kepatuhan wajib pajak.. Variabel bebas : - Sanksi Pajak - Pelayanan Pajak - Tingkat Pengetahuan Pajak Variabel terikat : Kepatuhan wajib pajak Variablel bebas : - Tax Knowledge - Tax Penalty Variabel terikat : Tax Compliance. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden terpilih.. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden terpilih.. Data yang diperoleh dari kuesioner yang disebar .. Keadilan pajak tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan pengetahuan wajib pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sanksi pajak, pelayanan pajak dan tingkat pengetahuan pajak memiliki pengaruh secara simultan dan parsial terhadap kepatuhan wajib pajak. Tax knowledge dan tax penalty samasama memiliki pengaruh terhadap tax compliance.. 2.5 Model Penelitian Model penelitian pada penelitian ini akan dilandasi dari -konsep yang dibuat oleh penelitian terdahulu untuk masing-masing variabel penelitiannya dan kemudian akan dikombinasikan di dalam model penelitian ini. Pertama, modernisasi sistem administrasi perpajakan yang merujuk pada penelitian Aprilina (2013). Pada variabel ini, peneliti menggunakan 4 (empat) dimensi pengukuran berdasarkan teori Caiden (1982 : 97-104) yaitu :.

(51) 37. 1. Modernisasi struktur organisasi 2. Modernisasi prosedur organisasi 3. Modernisasi strategi organisasi 4. Modernisasi budaya organisasi Dari dimensi pengukuran tersebut akan diteliti apakah keempat dimensi pengukur tersebut dapat menjadikan modernisasi sistem administrasi perpajakan sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Kedua, kualitas pelayanan fiskus yang merujuk pada penelitian Syahril (2013). Pada variabel ini, peneliti menggunakan 5 (lima) dimensi pengukuran berdasarkan teori Zeithaml, Berry dan Parasuraman (1985) dalam Sabaruddin (2015:12) yaitu : 1. Bukti langsung (tangibles) 2. Kehandalan (reliability) 3. Daya tanggap (responsiveness) 4. Jaminan (assurance) 5. Empati (empathy) Dari dimensi pengukuran tersebut akan diteliti apakah kelima dimensi pengukur tersebut dapat menjadikan kualitas pelayanan fiskus sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Ketiga, keadilan pajak yang merujuk pada penelitian Pratama (2016). Pada variabel ini, peneliti menggunakan 5 (lima) dimensi pengukuran berdasarkan teori Gerbing (1988) dalam Azmi dan Perumal (2008) yaitu : 1. Keadilan Umum.

(52) 38. 2. Timbal balik Pemerintah. 3. Struktur Tarif Pajak. 4. Ketentuan Khusus. 5. Kepentingan Pribadi. Dari dimensi pengukuran tersebut akan diteliti apakah kelima dimensi pengukur tersebut dapat menjadikan keadilan pajak sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Keempat, pengetahuan pajak yang merujuk pada penelitian Harlina (2016). Pada variabel ini, peneliti menggunakan 5 (lima) dimensi pengukuran berdasarkan yang dikemukakan Istanto (2010) yaitu : Sedangkan menurut Istanto (2010) terdapat 5 (lima) dimensi pengetahuan pajak, yaitu: 1. Unsur Pajak. 2. Fungsi Pajak. 3. Peran Pajak. 4. Sistem Pajak yang Berlaku. 5. pengetahuan tentang pajak. Dari dimensi pengukuran tersebut akan diteliti apakah kelima dimensi pengukur tersebut dapat menjadikan pengetahuan pajak sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak..

(53) 39. Gambar 2.2 : Model Penelitian Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan (X1). H1. Kualitas Pelayanan Fiskus. H2. (X2) Keadilan Pajak. (X3). Kepatuhan Wajib Pajak. H3. (Y). H4. Pengetahuan Pajak (X4). 2.6 Pengembangan Hipotesis 2.6.1 Pengaruh Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sistem administrasi perpajakan yang rumit dan masih tradisional sebelumnya menjadi hambatan bagi negara dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan prosedur perpajakannya. Hal ini dikarenakan secara psikologis pembayaran pajak merupakan beban bagi wajib pajak tetapi disisi lain tidak ada kemudahan dalam membayar pajak itu sendiri. Dengan sistem administrasi pajak yang modern, cepat dan sederhana bagi wajib pajak akan mempengaruhi wajib pajak untuk lebih taat dalam membayar pajak. Kemudahan dalam membayar pajak dan singkatnya waktu yang dibutuhkan dalam membayar pajak akan membuat wajib pajak merasa terbantu dalam menyelesaikan masalah perpajakannya..

(54) 40. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak juga pernah dilakukan oleh Aprilina (2013) di Kota Malang dengan sampel mahasiswa dan alumni disebuah Universitas dengan jumlah sampel sebanyak 70 responden. Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh modernisasi sistem administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Didalam penelitian ini dimasukan beberapa variabel indikator yaitu modernisasi stuktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi, modernisasi strategi organisasi dan modernisasi budaya organisasi. Keseluruhan variabel memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian Wirani (2016) yang juga menunjukan pengaruh dari modernisasi sistem. administrasi. perpajakan. terhadap. kepatuhan. wajib. pajak. dengan. menggunakan variabel yang sama seperti didalam penelitian Apriliani (2013) menyatakan bahwa hanya variabel modernisasi strategi organisasi yang tidak memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan modernisasi struktur organisasi, modernisasi prosedur organisasi dan modernisasi budaya organisasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Selanjutnya penelitian Muturi & Kiarie (2015) yang dilakukan di Kota Meru County, Kenya dengan jumlah sampel 60 wajib pajak mengungkapkan modernisasi administrasi pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan memang tidak semua didalam variabel modernisasi sistem administrasi perpajakan memiliki.

(55) 41. pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Tetapi dapat diketahui bahwa seluruh modernisasi dalam prosedur organisasi dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Modernisasi prosedur organisasi ini meliputi perubahan sistem perpajakan yang sekarang menggunakan sistem online. Semakin wajib pajak merasa mudah dalam melakukan prosedur perpajakan, wajib pajak akan lebih mudah dalam melakukan prosedur perpajakannya sesuai undang-undang. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Modernisasi sistem administrasi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. 2.6.2 Pengaruh Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak. Dalam melakukan prosedur perpajakannya, wajib pajak membutuhkan pelayanan yang prima dari para petugas pajak. Sikap dan cara petugas pajak (fiskus) berinteraksi. akan mempengaruhi wajib pajak dalam melakukan prosedur. perpajakannya. Interaksi yang tidak baik akan berakibat wajib pajak tidak mengerti apa yang harus dilakukan ketika melaksanakan prosedur perpajakan. Hal ini dapat berakibat tidak dapat terpenuhinya kepatuhan dalam melaksanakan prosedur perpajakan sesuai undang-undang. Sikap yang tidak ramah yang ditunjukan fiskus juga dapat menyebabkan wajib pajak merasa enggan untuk mematuhi perpajakan sesuai undang. Dengan demikian kualitas pelayanan fiskus dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak..

(56) 42. Seperti penelitian yang dilakukan Syahril (2013) menyatakan bahwa pelayanan fiskus memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini dilakukan di Kota Solok dengan wajib pajak yang terdaftar disebuah KPP Pratama. Penelitian ini menganalisis pemberian bantuan dan rasa empati dari fiskus kepada wajib pajak yang memiliki pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Penelitian Alviansyah (2011) yang dilakukan di Kota Malang dengan menggunakan 100 wajib pajak disebuah KPP Pratama sebagai sampel juga mengungkapkan bahwa kualitas pelayanan fiskus memiliki pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini juga menganalisis tentang pelayanan dan fasilitas-fasilitas yang diberikan KPP pratama tersebut. Pernyataan serupa juga ditunjukkan oleh Kamil (2016) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan fiskus mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini menunujukan semakin baik kualitas pelayanan yang diberikan oleh fiskus kepada wajib pajak, maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak itu sendiri. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menguraikan hipotesis sebagai berikut : H2 : Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. 2.6.3 Pengaruh Keadilan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Keadilan pajak merupakan salah satu hal penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu penerimaan pajak. Pajak yang secara psikologis bagi wajib pajak.

(57) 43. merupakan sebuah beban akan bertambah berat jika merasa adanya ketidak adilan pajak yang dikenakannya. Karena itu, ketika keadilan pajak tidak dapat dirasakan oleh wajib pajak, tentu wajib pajak akan semakin enggan dalam mematuhi undangundang pajak yang berlaku. Pemerintah juga perlu memberi rasa keadilan dalam perpajakan yang diterapkan di Indonesia. Seperti tarif pengenaan pajak yang sesuai kemampuan dan juga pembangunan yang merata di seluruh Indonesia. Mustapha (2010) dalam penelitiannya yang dilakukan di Kota Abuja, Nigeria menyatakan bahwa keadilan pajak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. indikator yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian keadilan pajak yaitu Keadilan umum, Tarif pajak, manfaat yang diberikan pemerintah, pengenaan pajak untuk orang kaya dan kepentingan pribadi. Sebelumnya pernyataan yang sama juga dikemukakan Mukasa (2008) dalam penelitiannya yang dilakukan di Kota Kampala, Uganda dengan jumlah sampel sebanyak 330 responden. Mukasa (2008) menyatakan bahwa persepsi keadilan pajak memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Wajib pajak lebih mematuhi pajak ketika regulasi dan sistem perpajakan di negara tersebut di terapkan dengan adil. Kemudian penelitian terbaru yang dilakukan oleh Pratama (2016) juga menyatakan bahwa keadilan pajak memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Hal ini dikarenakan wajib pajak enggan untuk untuk memenuhi kewajiban perpajakannya apabila wajib pajak merasa ada ketidakadilan dalam.

(58) 44. perpajakan begitu sebaliknya. Dengan demikian semakin tinggi keadilan dalam persepsi wajib pajak maka tingkat kepatuhan wajib pajak juga akan semakin tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menguraikan hipotesis sebagai berikut : H3 : Keadilan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. 2.6.4 Pengaruh Pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Pengetahuan terkait perpajakan adalah hal penting yang wajib pajak perlu ketahui agar wajib pajak tahu apa saja hak dan kewajiban mereka selaku wajib pajak. Krause (2000) dalam Santoso (2008) menyatakan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan. Penelitian Harlina (2016), menyatakan bahwa pengetahuan pajak memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Artinya semakin tinggi tingkat pengetahuan pajak, maka tingkat kepatuhan wajib pajak akan semakin tinggi juga. Penelitian ini menganalisis pengaruh indikator pengetahuan tentang unsur pajak, fungsi pajak, peran pajak, sistem pajak dan pengetahuan tentang pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini dilakukan di Kota Mojokerto dengan mengambil sampel wajib pajak terdaftar di sebuah KPP Pratama dengan jumlah 95 sampel. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Alviansyah (2011) yang melakukan penelitian di Kota Malang dengan mengambil jumlah sampel 100 responden di sebuah KPP Pratama. Alviansyah (2011) menyatakan bahwa tingkat.

(59) 45. pengetahuan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini menganalisis pengaruh dari pengetahuan pajak sebagai pembangunan nasional, fungsi pajak, manfaat pajak dan pengetahuan tentang sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian mengenai tingkat pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak juga pernah dilakukan di luar negeri, seperti yang dilakukan Oladipupo dan Obazee (2016) di Nigeria. Peneltian ini dilakukan di Kota benin dengan mengambil 400 pengusaha sebagai sampel penelitian. Dalam penelitian ini, Oladipupo dan Obazee (2016) menyatakan bahwa pengetahuan pajak memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Pengetahuan pajak memiliki potensi untuk mendorong wajib pajak mematuhi kewajiban perpajakannya. Untuk pengusaha, pengetahuan pajak ini memiliki banyak manfaat, salah satunya penghitungan pajak yang bisa dilakukan oleh perusahaannya sendiri tanpa menyewa jasa konsultan pajak yang tentu dapat menghemat biaya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menguraikan hipotesis sebagai berikut : H4 : Pengetahuan pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak..

(60) BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif,. digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dan analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:11). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006:4-5) Penelitian deskriptif digunakan untuk mengukur fenomena sosial tertentu dengan cermat. Penelitian ini menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data penelitian dengan langsung turun ke lapangan (field search). Metode survei merupakan. metode. untuk. mengumpulkan. informasi. tentang. karakteristik,. kecenderungan dalam melakukan tindakan, dan pendapat dari responden terpilih yang representatif dalam sebuah populasi. Metode survei dilakukan dengan cara mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok, biasanya dengan menguji hipotesis.. 46.

Referensi

Dokumen terkait

Seiring dengan berkembangnnya Cimahi sebagai kota militer, maka kebutuhan akan PERUMAHAN DINAS TNI-AD di beberapa tempat di Kota Cimahi (di daerah Sriwijaya,

Pasar ikan ini menggunakan bukaan pada atap sebagai penghawaan alami, sehingga akan digunakan jenis bukaan yang dapat digunakan pada atap dan sesuai dengan arah angin.. Berikut

Halaman yang ditunjukkan pada Gambar 15 merupakan tampilan yang digunakan admin setiap tempat meeting untuk melihat daftar pesanan yang masuk.

Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan hasil belajar siswa serta motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode pembelajaran bermain peran pada pokok bahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil uji koefisien determinasi (R 2 ) diperoleh Adjusted R Square sebesar 40,6% variabel kualitas produk, harga dan citra merek

Unified Modeling Language (UML) adalah bahasa spesifikasi standar untuk mendokumentasikan, menspesifikasikan, dan membangun sistem perangkat lunak UML menyediakan 10

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah dengan judul : ASUHAN KEBIDANAN

[r]