FREtrUEI{$I.IST}IT
TRiflSTTT€N, HEI.ilIHTHS-
PADA
.
TINURID
SD
TEGERI:TflO.
28
3A}IGU?I
REJO
,rEEAII/ilTAIII KIHALI
I(ABIFAIEII PAS/IIWUT
:- . - -i.
-*-J
Sfrb
tr
SctE
F-ffi*
g*e.E
.et"&
Sdryir-mtrrSrymtffifranfu(ffi
$&fairl#&ry
:ffi:
BUDIAWATI.
'il!P.95
lm
0L
3-FAXULTAS HED(ffiIERAITT
ur{ry€RsrTfs *f*DArAs
'
..PAgAtG'
''FREI(UEHSX
*SOIL
TRAHSI'IITED HELMIIIITHS"
PTADA
MURIB
SD NEGERI
NO.
28
BANGUN
REJO
IGCAilATAH
KI]{AU
KABUPATEN PNSNMAN
SKRIPSI
Ainjufign
frgrafgtturs
{,gdafi7eran Universitasfrndo{as
S c 6 ag oi Senenufran
Syarot
Untu{*I
endapatfom$efar
Sujaw
KpdoLuran
Otefr:
BUDIAWATI
HBP.96
120
014
FAKULTAS
KEDOKTERAfT
U
ITIIVE
RSITAS
A1'IDATJAS
rr-
rRrr{stlllTTED
HELMINTHS" PADA
nilURlD
sI}t{EGERll{o.esBANGI$IRE.IoKEGAHIATANKINALI
l(ABtFATHltp*s*imf
'
'
,
'$hrlpot
SI*hf
, 'gUSIAWATI
:NBP
:96
[!e$14
FREKUENSI..g€IL
TNA}FIIITIET}
}IELilJIINT}IS"
PADA
MUHB
SD IIIEGERI
NO.28
BAI{d,]{
RE,O
I(ECAMATAN KINAU
](ABUPATEH
PAS|AMAN
Skripri
sh*:
:SUO*ASATT
HS?
rS
tIS$t{
Tclrh dipcrtehrnken
di deprn
Tir
Feaguii$trlpi
Fakull*r
l-{odoldtran
Univerriter
Adalar
tengrl
I Junl2ll0l
Tim
Penguji
Seripi
Name
Jebitrn
Trndltrngrn
Iln
Syrhril $yefo'I' MS
Kctur
Dr,IL
L,ilhh$pPK
:
Anggotr
€=€
/4
{J
.fesorryr
ula
Egw oeeudda
Aauli:tan
it
u
ada'
Aem udai
an'
J&?/ee
loda,/wttuo
te'[ald
ee{e.Eaidati
euata' nnu*att
'f#gra/*an{a/t'dergrcn'*a4ggrtt/t'-6z3tEggx*/e'*nrcangratTg{ain'
6r*,Aqada.gTtiannut{rzfa/tedaA4ya,Aruna,6en{at<tp
(9J'
*'Cl
.%Vth's/"
C'
BJ
$u$ran wa&ta
-ukfr
tnsnfiawaQgflufnpati
suatute!"
ryu
SEdt co6a
fo$itung
kgi
6e*frdot;funt16
*kfrEngf,gu
6eri{aLfusadari 6*apa
6esat{aa
ttu-sgtnryrult-frtu
I{uras afom
resfit-*tu
di setiapk"S
fufr
EJ,rlerhna
fusifi.
y
fi[kfr
atas scnttt4rafimat'gdtt wra&l@
{e{ttfugs
tida
taryt
ilstntdsitg fugiftJt sekhq6y,a{t
ry
6efet fssifi'$vttLftarepa*fig, sensgd
afo
ta\tsriryfir
Sg*t*taftryt'tttrt
''
{"
t"fw;*$
*wahfi
tauiet frm'6a-*luhi
Xg$
afu
fapat nsnaury F,Ckketl$taMeg
|gagurtgen-frlanngkgi *b fs
Alatgattfruin@in
ftcn6a-ft1:uyaq
tn6 efc^,tggu
o
ft
fr [o saEftSt4ape;tfu
qfi
an6a-frt*1ctt4ta*nnfw*Vetafon4cttfutat@tuaadganlqcfurd*fi
8gxfu
infzutan'awaf-ftt'uWn
itta
yat
u Taagfpti
tltiu s e kin Vinwtafnut'*tu
{cwn(}7afr8nn4 Qt
}zni
tuLri)
t^
I6untr4 ("0.4ftbafrnnin)tcreinta-,ft"d"
*g;
t"rrg,,,"rr{"
funaugfutedafruffi{hAfst
6u*,ti sqangfu Tidanu^ffanun denjan Qgty
inifurg* fu.nuathafrmta
[nn l6ua.ta 6er6esatfr^ti
Kaf
gfl ta
(1);i
qit
iU
W;t,tl*ni'Ilni
Rina,'U da{anu,
U te An, U {4 A d}
{ang sekfammf,o,aQgnfut. dengan tu&s
[annrzlcttzttg
dngan Lssirsyng
S-enn g a
fi
ttaft
Tang 9{E{u renyayang rnen$twr7xfun$tz
& $ artwfi$$aSn"doristp"ri,rirqi(S*4
lin,
g{d,qt'twi
tnl
O6r'i Ami
Intn, Sa*l
)
ABSRTACT
FREQUENCY
OF'SOIL
TRANSMITTED
IIELMINTHS'
AT
STUDENTS
OT
SUNEGERI NO.28
BANGUN REJO
KECAMATAN
KINALI
KABUPATEN PASAMAN
By:
BUDIAWATI
"Soil
Transmitted Helminths"
were
still
public
helath problem
in
Indonesia,
mainly
in
the village.
ThePrimary
SchoolNo.
28
BangunRejo
is
aschool that placi in the village with low
social
economic andbad
sanitation.Because
of
that, the
aim
of
study
is
about freguency
of
"Soil
Transmitted Helminths" was performed at the students wholive
in this area.The design
of
study is cross sectional. Data was takenwith
examinated thestool by using Kato-Katz method and analyzed
with
Chi-SquaIe.The
Jool of all
students(
86 children)
were examinated and determinedof
infection
based on spesies,type,level of
infection, the relationof
frequencyof
"Soil
Transmitted Helminths"with
age, sex, statusofparent's
education, placesof
deficate,
habit
to
eat
uncooked vegetables,habit
to
cut their nalis, habit
of
washing their hands before
eating
and habit of playing without wearing sandals'The result
of
the
study showedthat the
frequencyof "Soil
TransmittedHelminths"
at
the
studentsin
this
areais
high
enough,that
is
63'95%'
Theinfection
of
lscaru
lumbricoides
is
59,30%,
Trichuris trichiura
11,63% andHookworn 6,g8Yo. The most
level
oflscaris
lumbricoidesinfection is
verymild
intensity
37,25oA,mild
intensity
25,49o/o, moderate intensity 21,57o/o, and severeintensity
15:69%. The levelof
Trichuristrichiura
infoction is onlymild
intensity,and Hoolcworm infection is only very
mild
intensity.Based on statistic test at
level significant
p<
0,05, there is no significantdifference between infection of
"Soil
Transmitted Helminths"with
age, sex, statusof
parent's education, habitto
cut their nails, habitof
washing their hands beforevegetables-ABSTRAK
FREKIIENSI "SOIL TRANSMITTED
IIELMINTIIS''
PADA
MURII)
SD
NEGERI NO.28
BANGTINRE.IO
KECAMATAN
KINALI
KABUPATEN PASAMAN
Oleh:
BUDIAWATI
Cacing yang ditularkan melalui tanah masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat
di
Indonesia, terutamadi
daerah pedesaan. Sekolah Dasar Negeri No.28 Bangun Rejo merupakan SD yang
terletk
di
daerah pedesaan dengan keadaansosio-ekonomi
yang masih
rendah
dan
sanitasi yang
jeleK
Oleh
karena itu
dilakukan penelitian yang bertujuan
mengetahuifrekuensi
"Soil
TransmittedHelminths'
pada murid SDdi
daerahini.
Desain penelitian
ini
adalah cross sectional.
Data
diperoleh
denganmelakukan pemeriksaan
tinja
dengan menggunakan metoda Kato-Katz kemudiandianalisa dengan
uji
statistik Chi- Square.Tinja
semua murid(
86 orang ) diperiksa, dan ditentukan jenis infeksi, tipeinfeksi,
intensitas
infeksi,
hubunganfrekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths" denganumur,
jenis
kelamin,
penddikan orang
tua,
tempat buang
air
besar,kebiasaan
makan
sayuran mentah,
kebiasaanmenggunting
kuku,
kebiasaanmencuci tangan sebelum makan dan kebiasaan bermain tanpa alas kaki.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
infeksi
"Soil
TransmittedHelminths"
p
da
murid
SD
ini
cukup
tinggl
yaitu
63,95%.
Infeksi
Ascarislumbricoides
59,300,
Trichuris trichiura ll,63yo
dan cacing
tambang 6,980 .Derajat infeksi Ascaris lumbricoides terbanyak adalah ringan sekali yaitu37,25Vo,
intensitas ringan 25,49o/o, intensitas sedang 2l,57oh dan intensitas 15,690/o. Derajat
infeksi
Trichuris
trichiura
hanya intensitasringan dan
infeksi
cacing tambang hanya intensitas sangat ringan.Berdasarkan
uji
statistik
padap <
0,05
tidak
terdapat perbedaan yangbermakna terhadap
infeksi "Soil
TransmittedHelminths" menurut
umur,jenis
kelamin,
pendidikan orang tua, tempat buangair
besar, kebiasaan mengguntingkuku,
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, dan kebiasaan bermain tanpaalas
kaki, tetapi
memperlihatkan perbedaanyang
bermakna dengan kebiasaan makan sayuran mentah.KATA PENGANTAR
Bismillahhrrahm ani rrahim,
Segala
puji
dan syukurke
hadiratAllah
Subhanahuwata'ala atas rahmatdan
karuniaNya
penulis
dapat menyelesaikanpenelitian
skripsi
denganjudul
Frekuensi
"Soil
Transmitted Helminths" Pada
Murid
SD Negeri No.
28Bangun
Rejo
Kecamatan
Kinali
Kabupaten
Pasaman yang diajukan sebagaisalah
satu
syaratuntuk
mendapatkangelar
Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokleran Universitas Andalas, Padang.lengan
segala kerendahanhati
penulis menyadari bahwa skripsiini
masihjauh dari
kesempurnaan, karenaitu
kritik
dan
saranyang
membangun sangatpenulis harapkan.
Pada kesempatan
ini
penulisjuga
ingan
mengucapkanterima kasih
danpenghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1.
Bapak Dekan,
Staf
Pengajar,
dan Karyawan
Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas.2.
Ibu Dr.
II.
Rosdianasafar,
DAP. E,
MPd,
SpPK
selaku Pembimbing Idan
Ibu
Dra. Dian Pertiwi, MS
selaku PembimbingII
dalam penulisanskripsi
ini
atas waktu yang diberikan serta sararL bantuan, dorongan, danbimbingan yang penulis terima.
3.
Bapak
Dr.
Syahril Syafe'i,
MS'
Bapak
Dr.
H-
Lillah,
SpPK
danlbu
Dra.
Ifasmiwati, Mkes
sebagaiTim
Penguji sejak
pengajuan usulanpenelitian yangtelahmemberikan masukan untuk perbaikan
skipsi
ini.4.
BapakDr.
H.
Firman Arbi,
SpAK
sebagai Pembimbing Akademik.5.
Kepala
Sekolah dan
Para
guru
SD
Negeri
No. 28
BnagunRejo
atassegala bantuannya selama penulis melakukan penelitian ini.
6.
Kepala,
Staf
dan
Karyawan
Laboratorium Parasitologi
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.7.
Orang
tua
dankakak-kakakku
sertaAmak
yang tercinta atas segala doa dan kasih sayangnya, dorongan baikmoril
maupunmateril
serta motivasiselama
ini.
Semoga usaha dan pengorbanan selamaini
mendapat berkahdan redha dari
Allah
SWT.&
Seudara-saudaraku
di
Tapakis
13
yangtelah
memberikancinta
serta semangat dan dukungannya.9.
Sahabat-sahabatku
Suni,Intan, Iin,
Nova,Novi, Yeni,
Santy,Tia,
Ise,
Dewi
terima
kasih atas [:asih sayang dukungan dan hari-hariyang menyenangkan selama
ini.
Semoga kebersamaanini
akan tetap abadi.(
I
love u,all !!!!!!
)10.
Rekan-rekan
Angkatan
'96.
Semoga kesuksesan selalu menyertaikita
semua.
Hanya pada
Allah
Subhanahuwata'ala penulis memohon agar rahmat dankaruniaNya
selalu dilimpahkan
kepada semuapihak
yangtelah
membantupenulis dalam menyelesaikan
skripsi
ini
dan harapan penulis semoga skripsiini
bermanfaat
bagr
kita
semua
dan
bernilai
ibadah
disisi
Allah
Subhanahuwata'ala.Padang, Juni 2001
Penulis
m
R f'
I
DAF'TAR
ISI
rtsrnAcr
v
ABSTRAK
vi
XATA
PENGAI{TAR...
vii
IDAF-IAR
ISI...
ix
TDAFTAR
TABEL....
xii
IIAF'TAR
GAMBAR
...:...
xiv
BAB
I
^PENDAIIULUAN
A.
LalarBelakang
B.
PerumusanMasalatr-C.
Tujuan Penelitian..D.
Manfaat Penelitian..BAB
N
TINJAUAN PUSTAKA
A
Ascaris lumbricoidesl.
Hospes, Nama Penyakit dan Habitat...2.
Epidemiolo9i ...3.
Morfologi
dan Siklus Hidup...4.
Patologi dan GejalaKlinik...
5.
Diagnosis.6.
Pengobatan7.
Prognosis
...B.
Trichuris
trichiura
l.
Hospes, Nama Penyakit dan Habitat2.
Epidemiologi ... ....,...I
4
4
6
7
l0
ll
ll
12
t2
t3
3.
Morfologi
dan Siklus Hidup...4.
Patologi dan GejalaKlinik
5.
Diagnosis.
...d...6.
Pengobatan7.
PrognosisC.
Cacing tambangl.
Hospes, Nama Penyakit dan Habitat.2.
Epidemiologi ...-.,...3.
Morfologi
dan SiklusHidup...
...!...4.
Patologi dan GejalaKlinik
5.
Diagnosis.6.
Pengobatan7.
PrognosisD. Pencegahan dan Pemberantasan
"Soil
Transmitted Helminths"IAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Waktu dan Tempat Penelitian.B.
Desain Penelitian.C.
Populasi dan Sampel ...,,...D.
Teknik Pengumpulan Data....E.
BahandanAlat.,.
F.
Cara Pemeriksaan...G.
MenghitungJumlah Telur Cacing dalam Setiap GramTinja..
H.
Pengolahan dan Analisa Data...HASIL
PENELITIAN...
..
30 T}XSKUSIA
Diskusi HasilPenelitian
38B.
Kesimpulan..,...
44C.
Saran..KEPUSTAI(AAN
xl
t.
T#l
3.1DAFTAR TABEL
Halaman
intensitas (berat
ringan)
"Soil
TransmittedPembagian
Helminths"
Distribusi frekuensi
infeksi
"Soil
TransmittedHelminths"
padamurid
SD NegeriNo.
28 Bangun RejoKecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanDistribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths" menurut spesies parasit padamurid SD
NegeriNo.
28Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten Pasaman ...Distribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths"menurut
tipe
infeksi
pada
murid SD
Negeri
No.
28Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten Pasaman ...Distribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths"menurut
intensitas
pada
murid
SD
Nigeri
No.
2SBangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten Pasaman ...Distribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted menurutumur
padamurid
SD Negeri
No.Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanHelminths"
28
BangunDistribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths" menurutjenis
kelamin
padamurid
SD Negeri
No.
28Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten Pasaman ...Distribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths" menurut pendidikan orangtua
padamurid
SD
Negeri27
T*d
4.1Tatul
4.2Tabel
4.3Tabr-l 4.4
Tabel
4.5Tabel
4.629 30 30
3l
3l
32Tahr,l
4.7 [image:13.437.8.409.75.649.2]No.
28Pasaman
Bangun
Rejo
Kecamatan
Kinali
Kabupaten32
Ti$el
4.8T$el
4.9Tabel5.l
Distribusi
frekuensi
"Soil
-Transmitted
Helminths" menurut tempat buangair
besar padamurid
SD NegeriNo.
28
Bangun
Rejo
Kecamatan
Kinali
KabupatenPasaman
Distribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths" menurut kebiasaan makan sayuran mentah pada muridSD Negeri
No.
28
Bangun
Rejo
KecamatanKinali
Kabupaten Pasaman 34
Tabel
4.10
Distribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths" menurut kebiasaan mengguntingkuku
padamurid
SDNegeri
No.
28
Bangun
Rejo
Kecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanTtbel
4.11
Distribusi
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths"menurut kebiasaan mencuci tangan sebelum makan pada
murid SD
Negeri
No. 28
Bangun
Rejo
KecamatanKinali
Kabupaten PasamanTrbel
4.12
Distribusi
frekuensi cacing tambang menurut kebiasaanbermain tanpa alas
kaki
padamurid
SD NegeriNo.
28Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten Pasaman ...35
35
Perbandingan
frekuensi
"Soil
Transmittedsaat
ini
dengan hasil penelitian sebelumnyaHelminths"
,i
1..-r
lfitt
IDAF'TAR
GAMBAR
-
1 Siklus hidup Ascaris lumbricoid4s-
2 Siklus hidup Trichuristrichiuro
-
3 Siklus hidupAncylostoma duodenaleHalaman
9
l5
20
BAB
I
PENDAHULUAN
rL
htar
Belakanglndonesia merupakan salah satu negara yang sedang membangun disegala
lfrg
termasukbidang
kesehatan, tampaknyamasih
harus memprioritaskan.
nrtttiatt
kepada penyakit-penyakit
parasit,
terutamayang
ditularkan
melaluiEh
yang disebut
"Soil
Transmitted
Helminths-.
Hal
ini
disebabkan masihLgginya
prevalensi parasit
ini di
Indonesiadan masih
merupakan masalahrr+hatan
masyarakat umumnya,baik
di
kota-kota maupundi
daerah pedesaan.$rvei
yang pernahdilakukan
di
berbagai daerahdi
Indonesiadari tahun
1970-1990 menunjukkan angka prevalensi yang tetap
tinggi,
yaitu>7\o/o (l'2.3'4'5'6)."Soil
TransmittedHelminths"
ini
terdiri
dari
cacing gelang atau AscarisWricoides,
cacingcambuk
atauTrichuris
trichiura
dan cacing tambang yangtdiri
dari
dua
spesies yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americaruts.rpmpraf
cacingini
prevalensinya cukuptinggi di
daerah pedesaan, semiurban
mryrn
urban (l'2'7'8'e). Dikatakan"Soil
Transmitted Helminths" karena cacingini
mggunakan
tanah pada kondisi tertentu untuk berubah menjadi stadiuminfektif
tg
kemudian dapat menginfeksi manusia.Infeksi
penyakit cacing
yang ditularkan melalui
tanah
tersebut dapatEj'di
dengan mudah karena beberapa faktor yangikut
membantu seperti,:iklim
htir'
kelembaban, higiene sanitasi yang buruk terutama di pedesaan, pendidikanrul'anfat
yang masih rendah, kepadatan penduduk yang berlebihan seperti dircogpn
baik
tingkat ekonomi dan tingkat
pendidikan
akan
berpengaruhEtadap
kesadaranakan
hidup
sehat
dan
kepedulian terhadap
lingkunganEuhma
kesehatan I ingkungan(2'4'5'8' I 0' I I' I 2' I 3).
Hal
yang
mempermudah penularandari
penderitake
oranglain
adalahldiasaan
anak bermain tanah dantidak
membiasakan mencuci tangan sebelum*q
serta seringnya makanan tercemar oleh telur cacing melalui lalat (l'7'12).Infeksi
cacing dapat menyebabkan kekurangangizi,
akibatnya daya tahan$uh
akan menurun,
mempermudahinfeksi
lain
menyerangtubuh dan
akancngurangi
produktivitas
kerja.
Cacing
Ascaris
lumbricoides
didalam
tubuhmusia
merampas sari makanan didalam usus halus, cacing tambang mengisap&reh di
kapiler-kapiler
darahdi
dinding
usus halus sedangTrichuris trichiura
mncapkan
diri di
dinding reklum sambil
mengisap yang dapat menyebabkanbaak-berak
berdarahdan
prolapsusrekti.
Pada askariasis dapat menyebabkank
kuranggizi,lesu,
kurus dan tidakaktif,
begitu pula penderita penyakit cacingmbang
akan menjadi pucat, lesu karena anemia./kurang darah dan terakhir akanbakibat
menurunnya prestasi keda pada orang dewasa dan prestasi belajar padark-anak
(l'2'5'7'e'10'12'la).Karena masalah
gizi
anak
sekolah adalah
masalahrehaun
masyarakat yang menyangkut masa depan kecerdasan bangsa, maka halt
perlu mendapat perhatian yang serius.Program
pencegahandan
pemberantasanpenyakit cacing
usus
sudahfilrksanakan
sejak tahun 1975,meliputi
program pemberantasan keempat spesiesa36!rn
diaras.Mulai
tahun
1985 pemberantasanini
dilakukan
secara terpadu&Ern
peran serta
masyarakatdan sektor
swasta
(15).Akan
tetapi
dalam6j
penceghan
dan pemberantasaninfeksi
cacing ususini
penting dilakukangerrtsaan
tinja
terhadaptelur, larva dan
cacing
dewasayang
merupakan*+ncis
galing tepat untuk infeksi cacinginl
(a're).Pada
anak
sekolah dasar
di
Indonesia (198&-1994) frekuensi
infeksirdng
berkisar antara
9-90o/odan seringkali
merupakaninfeksi ca*pu.an
(lt).roFmat
penelitian para peneliti terdahulu seperti temuan dari Rosdiana (1988)r'depatkan
hasil dari 248 anak dari 3 SDdi
Kodya Padang ditemukan 123 anakf;*9,tr/o)
terinfeksi Ascaris
lumbricoides,
96
anak (30,7%)
dengan
Trichuristiliriura
dan 28 anak (1 l,zgYo) dengan cacing tambang G). Penelitian Magdalena,&-
(1990)
terhadapmurid SD Negeri
XI
kelurahan
Kebayoran Kecamatanfcbun
Jeruk,
JakartaBarat
didapatkanfrekuensi
Trichuris trichiura
79,55yo,Fdapatkan
hasildari
50 sampeltinja murid
SD Pasir Jambak, ternyata 48 anak(SD6) terinfeksi
"soil
Transmitted Helminths". Dari anak yang terinfeksi ternyata;ff/c
dengan
Ascarislumbricoides,
93,75Vodengan
Trichuris
trichiura
danlE,'I 5o/o dengan cacing tambang (l e).
Sekolah Dasar Negeri
No.
28 Bangun Rejo KecamatanKinali
Kabupatenfuian
merupakan SD yang terletak dikawasan pedesaan yang sebagian besarpduduknya
merupakan para transmigran dari Pulau Jawa. Pada umumnya mataplarian
penduduknya adalah bertani dan buruh perkebunan dengan keadaanrmitasi
yangbelum
memadaidan
kebiasaan penduduk mencemari lingkungandc.rgrn
tinja
Selainitu
lokasi
sekolah
terletak didekat
pasardan
anak-anakg36!rn
mempmyai
kebiasaanjajan
dan bermain disana. Semua faktorini
dapatl-
Pemmusan Masalah*Soil
Transmitted Helminths"
di
Indonesia pada umumnya
masihngpatan
suatu masalah yangperlu
mendapat perhatian, terutamadi
daerah-{ilrah
pedesaandan
daerahkumuh
dikarenakanmasih tingginya
prevalensipit
ini,
terutamaAscaris lumbricoides yang
memiliki
prevalensi tertinggi,W*:Inris trichiura
dan cacing
tambang.
Dampak
infeksi
parasitini
terhadaphrchatan
masyarakat
sudah banyak dilaporkan
oleh
peneliti-peneliti
daritcberapa
daerahdi
Indonesia bahkandari
SumateraBarat
terutamadi
daerahpcrtanian, perkotaan dan daerah
pinggir
pantai. Walaupun berbagai usaha telahtq6k
dilakukan,
namun dari hasil terakhir oleh beberapa peneliti terlihat bahwaletncnsi
Ascarislumbricoides
danTrichuris
trichiura
masih tetaptinggi.
Makahl
inilah
yang menjadipokok
permasalahan yang menarikbagi peneliti
untukdakukan
penelitian tentang berapakah frekuensi"Soil
Transmitted Helminths"mda murid
SD NegeriNo.
28 Bangun Rejodan
faktor-faktor
apa sajakah yangrejadi
penyebab dari timbulnya permasalahanini
?(C.
Tujuan
Penelitian
Tu.iun
umum :Mengetahui
frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths"
padamurid SD
Negeri
No.
28
Bangun
Rejo
KecamatanKinali
Kabupaten Pasaman.
Mengetahui frekuensi
"Soil
Transmitted
Helminths"
padamurid SD
Negeri
No.
28
Bangun
Rejo
KecamatanKinali
Kabupaten
Pasaman berdasarkan
umur,
jenis
kelamin,pendidikan
oarangtua,
tempat buang
air
besar, kebiasaan,D
F'
I
r
r I
t
makan
sayuran mentah, kebiasaan menggunting
kuku, kebiasaanmencuci tangan
sebelummakan,
dan
kebiasaanbermain tanpa alas kaki.
Enfaat
Penelitian
[hil
dari penelitian,ini
diperoleh suatu gambaran mengenai frekuensi"Soil
Transmitted
Helminths"
sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalamupaya pencegahan dan pemberantasan
infeksi
"Soil
Transmitted Helminths"g1ta
sebagai bahan pertimbangan dalam usaha peningkatan kesehatan muridsekolah dasar khususnya murid SD Negeri No. 28 Bangun Rejo.
Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian sejenis dimasa yang akan datang
Juga diharapkan agar tulisan
ini
dapat menambah wawasanilmu
pengetahuanbagi pembacanya dan menambah pengalaman belajar bagi peneliti sendiri.
h
3* !l F
)
j
i
F.
F
il'
[t
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
Manusia
merupakan hospes beberapa nematodausus.
Sebagian besarfriFda
nematodaini
menyebabkan masalah kesehatan masyarakatdi
Indonesia.Mlmara
nematoda usus terdapat sejumlah spesies yang ditularkanmelalui
tanahfu
disebut"Soil
TransmittedHelminths"
; yang terpenting bagi manusia adalahn,-'
,
lumbricoides, Ancylostoma duodenale,
Necator
ctmericaruts,Wutgioides
stercoralis,
Trichuris
trichiura
dan
beberapa
spesiesWnstrongilr.
@o).,4saris
lumbricoidesficpeq
NamaPenyakit
danHabitat
Manusia merupakan satu-satunya hospes
Ascaris
lumbricoides. PenyakittnB
disebabkannya disebut askariasis. Cacing dewasa hidup didalam lumen usu$l&
(yeyunum) manusia. Sedangkan larvanya masuk kedalam pembuluh daruhfu
bermigrasi melalui paru-paru Q'5'7.'12'20).tr- [hidcmiologi
Parasit
ini
ditemukan diseluruh
dunia
(kosmopolit),
lebih
banyak'&mnlren
didaerahberiklim tropik
dengan kelembabantinggi
terutama didaerahbEm
sanitasi yangburuk.
Tanahliat,
kelembaban yangtinggi
dan suhu yanghlrtisrr
25-300C merupakanhal
yang sangatbaik
untuk
berkembangnya telur'dMektan
dan
dapat
bertahan
hidup dalam tanah
selama
bertahun-tahun#noE,
pencegahan dan pemberantasan didaerah endemiksulit.
Pada suhu yangWih
rendah
akan
menghambatpertumbuhan
telur
tetapi
menguntungkan0mtrya
kehidupan.Telur
akan rusak oleh sinar matahari langsung dalam 15jam
fu
mati pada suhu >400C (t'2'5'20'24).sanitasi
lingkungan
yang buruk
seperti
kurangnya pemakaian jambanhcuarga, tempat pemukiman
yang padat
dan kotor
a.kan
menimbulkan@aran
tanah dengantinja
seperti memudahkan terjadinya infeksi parasit ini.[rmgara-negan
tertentu
kebiasaanmemakai
tinja
sebagaipupuk
merupakanm,nher infekSi Q'2'4'7't2) .
Semua golongan umur dapat terinfeksi oleh parasit
ini,
tetapi lebih seringdhrernukan pada anak golongan umur 5-9 tahun, karena anak-anak
ini
lebih seringMrubungan
dengan tanah yang terkontaminasi oleh tinja (25).I
tlorfologi
dan SiklusHidup
Cacing dewasa berbentuk
silindris
yang mengecil pada kedua ujungnya,nmm flap mempunyai ekor yang membengkok. Cacing betina berukuran 22-35
x3-fi
nnn dan mempunyaiekor
lurus. Cacingini
pada mulutnya mempunyai 3bibir
ffirqgen
gigi-gigi kecil (dentikel)
padapinggirnya.
Bibirnya
dapatditutup
danrmqdangkan
untuk
memasukkan makanan. Pada hipodermis terdapatsel
ototmatik
yang besar dan panjang yang bergunauntuk
mempertahankan posisinya'ffirblam usus halus manusia.
Alat
reproduksi dan saluran pencernaan mengapungdikeluarkan
dari
kloaka, sedangkan cacing betinamemiliki
vulva
terbuka padasepertiga
anterior
badan.
Bagian
ini
lebih
kecil
dan dikenal
sebagai cincinkopulasi(Copulatrix ring) G t'z+1.
Seekor
cacing betina
dapat
bertelur
sebanyak
100.000-200.000butir
sehari'
terdiri dari telur
yang dibuahi dan
tidak
dibuahi.
Telur
yang
dibuahiberbentuk
ovoid
dan berukuran 60x
45mikron, bila
baru dikeluarkan berisisatu
sel tunggal dan
tidak infektif.
Sel
ini
dikelilingi
membranvitelina
yang tipis,disekitar membran
ini
adakulit
bening dan rebal yangdikelilingi
hfi
oleh lapisanelbuminoid yang tidak teratur (corticated). Lapisan albuminoid
ini
kadang-kadanghilang
atau dilepaskanoleh
zatkimia
sehingga menghasilkantelur
tanpakulit
(fuorticated).
Telur yang tidak dibuahiberukuran 90 x 40 mikron dengan lapisan
albuminoid yang kurang sempuma dan isinya tidak
teratu ret.24).
Dalam
ringkungan yang sesuai (tanahliat,
kerembabantinggi
dan suhuberkisar antara 25-300c) maka telur yang dibuahi yang keluar bersama
tinja
akanberkembang menjadi bentuk
infektif
danini
memerlukanwaktu kurang lebih 2-3
ninggu
(t'zll.Jika tertelan oleh manusia m'aka
telur
infektif
akan menetasdi
usus halus.!'uvanya
menembusdinding
usus halusmenuju
pembuluh darahatau
saluranfrirnfe,
lalu
dialirkan
kejantung
kemudianmengikuti aliran
darahke
paru_paru.flirhlam
paru-paru karena diameter larva berukuran 0,02mm sedangkan diameter
@iler
paru hanya 0,01 mm sehingga kapiler tersebut akan pecah dan larva akanmuk
ke alveolus kemudian bergantikulit
lagi
menjadi larva stadium
IV.
Dari
elveolus larva bermigrasi ke bronkus terus ke
faring
terjadi rangsangan batuk dan
hrra
tertelan
Didalam usus, larva bergantikulit
lagiSejak
telur infektif
tertelan
sampaicacing
dewasabertelur diperlukan
waktu kuranglebih
dua bulan.Umur
cacing dewasakira-kira
satu tahun dan kemudiankeluar secara spontan. Didaerah hiperendemik, anak-anak terkena
infeksi
secaraterus-menerus sehingga beberapa cacing keluar, yang
lain
menjadi dewasa danrnen ggantikannya (e'2 t'22'23) .
ltc^lS lalvA I o^Yr'oto
I -'r1 ;<5 oi-B"g <3E <J=
zoi
?9t ti 93i;
tro!
I9
9!
ry3;i
J9tltvAa trEA(trrc
oul of tutao.l^lY
c^flttArtt Hto
luilG Atvtou
tMlrYo.r^lfo
rcc
iw^ttowto tAtv^a !Ac( l}t
lx€ lrilcsrtN€ lo otv{rot
t'NtO rOUtt Wotut
Z I o () 7 () 2 :t t) u o
I-tFl! ctct_E
nl
,lrcllit Iuuiltriutiitt
\---___
Gambar-1 : Siklus hidup Ascaris lumbricoides
Sumber : Chatterjee 1980 j
9
{$
ttc^'l
'I IVAI
,/
-./'
k/.'
DEVETOTM:NT OT [,G6
4.
Patologi danGejala
Klinik
Infeksi dari
cacing Ascaris lumbricoides yang mengandungl0
sampai 20ekor
cacing sering
berlalu
tanpa diketahui
hospesdan
baru
ditemukan
padapemeriksaan
tinja rutin
atau
bila
cacing
dewasakeluar
sendiri
dengan tinja.q
Patogenesis yang disebabkan
infeksi Ascaris
lumbricoides dihubungkan. denganrespon
imun
hospes,efek migrasi
larva,efek
mekanik cacing dewasa, defisiensiglzi akibatkeberadaan cacing dewasanya (22).
Gejala yang
timbul
pada penderita OapaiAiseUabkan oleh cacing dewasadan
larva.
Migrasi larva
ke
paru-paru
menimbulkan gejala yang
disebut"Sindroma
Loeffler"
berupa demam,eosinofilia, urtikaria
dan perubahan padahati.
Iritasi bronkial
menyebabkanbatuk
spasmodik. Padafoto
toraks
tampakinfiltrat
yang menghilang dalam waktu 3 minggu Q0'21.222.23).Gangguan
yang
disebabkanoleh
cacing
dewasadidalam
usus biasanyaringan, seperti : mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada infeksi
berat, terutama pada anak bisa
terjadi
malabsorpsi sehingga akan memperberatgejala
malnutrisi.
Cacing dewasa memperoleh makanan dengan merampassari-sari makanan hospes.
Diketahui
bahwa20
ekor cacing dewasa makan 2,g gramhi&at
arang dan 0,79 gramprotein
sehari. Dengan demikian,infeksi
berat yangdisebabkan beratus-rafus cacing akan merampas sebagian besar makanan hospes
sehingga akan menimbulkan gangguan
gizi
pada anak.Bila
cacing mengembarake
saluran empedu, apendiks atauke
bronkus dan menimbulkan keadaah gawatdarurat, maka diperlukan tindakan operatif (20'23).
5.
DiagnosisCara menegakkan diagnosis penyakit
ini
adalah dengan pemeriksaantinja
secara langsung. Adanya telur dalam
tinja
rnemastikan diagnosis askariasis. Selainitu
diagnosisdibuat
bila
cacing-tlewasakeluar sendiri
baik
melalui
mulut
atauhidung karena muntatq maupun
melalui
tinjaQo'22'zt).6.
PengobatanPengobatan
dapat
dilakukan
secara peroranganatau
secara massal padamasyarakat Go).
Obat-obat yang digunakan adalah :
1.
PiperazinMerupakan obat
pilihan
utama, diberikan dengan dosis sebagai berikut :- berat badan 0-15
kg
:
I
gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut- berat badan
15-25kg
2 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut- berat badan 25-50 kg : 3 gr sekali sehari selamb 2 hari berturut-turut
- berat badan > 50
kg
:3
% gt sekali sehari selama2hanberturut-turut
2.
HeksilresorsinolObat
ini
baik untuk infestasi cacing Ascaris lumbricoides dalam usus3.
Pirantel pamoatObat
ini
cukupefektif bila
diberikan dengan dosisl0
mgkgberat
badan,maksimal
I
gr.4.
Tetramisolobat
ini
cukupefektif bila
diberikan dengan dosistunggal2lts
mg per kgbcrat badan €3).
Untuk pengobatan massal perlu beberapa syarat yaitu :
1.
obat mudah diterima masyarakat2.
aturan pemakaian sederhana3.
mempunyai efek samping yangminim
4.
bersifat polivalen5.
harganya murah (20).7.
PrognosisPada umumnya askariasis mempunyai prognosis
baik bila
selama tidakterjadi
obstruksi
oleh
cacing
dewasa.Infeksi
cacing
ini
dapat sembuh sendiridalam
waktu
1,5 tahun. Dengan pengobatan, kesembuhan diperoleh antarag0-g9o7oQo22).
B. Trichuris
trichiura
l.
Hospes, NamaPenyakit
danHabitat
Manusia merupakan hospes utama Trichuris
trichiura,akan
tetapicacing
tersebut
juga
pernah dilaporkan' didalam
kera
dan babi.
penyakit
yang
disebabkannya disebut
trikuriasis. Trichuris
trichiura
terutama hidupdi
caecum,
akan tetapi dapat juga ditemukan di apendiks dan ileum bagran distal. pada infeksi
berat, cacing
ini
tersebar diseluruh kolon dan rektum, dan kadang-kadang terlihatpada mukosa
rektum yang
mengalami prolapsusakibat
mengejan pada waktu&fekasi
Qt'23,24,28).2.
Epidemiologi
Penyebaran
cacing
ini
secarakosmopolit.
Lebih
banyak ditemukan
didaerah panas dan lembab seperti
Asia
Tenggara. Frekuensidi
Indonesia tinggi,pada beberapa daerah pedesaan
berkisar antara
30-90%.Di
Amerika
Selatanangka prevalensinya berkisar antara 20-25% Q0 2t 22)
.
Yang penting
untuk
penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah olehtinja,
sehingga pemakaiantinja
sebagaipupuk
di
beberapa.negara merupakansumber infeksi. Telur berkembang menjadi bentuk
infektif
pada tanahliat,
tempatlembab dan teduh dengan suhu
optimum 300c
(2o).Tanah yang tercemar dengantelur-telur cacing dari penderita akan menjadi sumber penularan kepada orang lain
melalui
tangarq makanan dan minuman yang telah terkontaminasi dengantelur
yang sudah dalam stadium
infektif
(28).3.
Morfologi
dan SiklusHidup
Cacing
ini
dikenal
sebagai cacing cambuk karena bagian anterior seperticambuk,
tiga perlima
dari tubuhnyadilalui
oleh
esophagus yang sempit. Bagianposteriornya
lebih
tebal, duaperlima dari
tubuhnyaberisi
usus dan seperangkapalat
reproduksi. Panjang cacingjantan
3045
mm
dan cacing betina3540
mm.Bagian posterior cacing betina
membulattumpul
dan
bagianposterior
cacingjantan
melingkar
dengan satuspikulum dan
sarungyang retratil.
Jumlahtelur
yang dihasilkan setiap
hari
oleh
cacing betina diperkirakan antara 3000-10.000butir.
Telurnya berukuran 50-54mikron
x
3 mikron
berbentuk seperti tempayandengan
tutup
yangjernih
dan menonjol
pada keduakutub.
Kulit
bagian
luarberwarna kekuning-kuningan dan bagian dalamnya
jemih.
Sel telur yang dibuahiwaktu dikeluarkan cacing betina belum membelah. Perkembangan embrio terjadi
diluar
hospes. I-awa stadium pertama yanginfektif
dan belum menetas dibentukdalam
waklu 3-4
minggu dalam lingkungan yang
sesuaiyakni
tanah hangat,basah,
dan
tempat teduh.
Telur-telur
kurang
resistendibanding telur
Ascarislunbricoides
terhadap pengeringan, panas dan dingin Q0.2t22,24).Infeksi terjadi
bila
telur
matang tertelan oleh manusia, larva yang keluardari dinding telur yang sudah dicerna masuk kedalam usus halus bagian proksimal
dan menembus
villi
usus, menetap disitu selanta 3-10 hari dekat kripta lieberkuhn.Setelah menjadi dewasa, cacing
turun makin
kebawah kedaerah caecum. Suatustruktur yang menyerupai tombak pada bagian anteriornya yang seperti cambuk
tertanan kedalam mukosa usus
hospesnya,tempat cacing
itu
mengambilmakanannya. Sekresi mungkin dapat mencairkan sel-sel mukosa yang berdekatan.
Masa pertumbuhan
mulai
dari telur
yangteftelan
sampai menJadi dewasa yarlgfmeletakkan
telur
iahh
30-90
hari,
hidupnya mungkin
selatna beberapa tahurlQ0,22,24)
"rt,,,.,
ili;,*
' aoull worMl
l^r c^tcuM
LIFE CYCLE o(' Triehurk tridtiura
q*
DIVTLO'MEN'
ot tGG l.r
tort
.nlo.wlfx,s,
Flg. l{6
Gambar-2 : Siklus hidup Trichuris trichiura
Sumber : Chatterjee 1980
IGOS (tC^nrr6 lr{
trtc i5
4. Patologi dan
Gejala
Klinik
Kerusakan mekanis pada mukosa
dan
responalergi
hospes merupakanfaktor utama untuk setiap kelainan patologi yang berkaitan dengan infeksi
ini
danberhubungan erat dengan
jumlah
cacing, lamanyainfeksi,
dan umur serta statuskesehatan
umum
dari
hospes (22).Cacing
ini
memasukkan kepalanya kedalammukosa usus dan menghisap darah, disamping
itu
dari
tempat perlengketannyadapat
terjadi
perdarahan sehingga bisa menyebabkan anemia..Anemia yang jelasdapat menyertai
infeksi
Trichuris
trichiura
dengan kadarHb
serendah3 gr
per100
ml
darah. Setiap hari seekor cacing menghisap darah sebanyak 0,005ml
€a).Infeksi
ringan biasanyatidak
menunjukkan gejala dan ditemukan secarakebetulan pada pemeriksaan
tinja.
Pada infeksi yang berattimbul
keluhan karenairitasi
pada mukosa, sepertinyeri
perut, sukaruntuk
buangair
besar, mencret,kembung, sering flatus, rasa mual, muntah dan furunnya berat badan. Bahkan pada
keadaan berat sering ditemukan malnutrisi, terutama pada anak-anak, dan
kadang-kadang j uga terj adi perforasi dan prolaps relKti Qo'2t'22 23) .
5. Diagnosis
Diagnosis
Trichuris
trichiura
berdasarkan penemuantelur yang
khasseperti tempayan didalam
tinjv
Q0'21'22'zt7.
6. Pengobatan
Dahulu
infeksi
Trichuris
trichiura
sulit
sekali diobati. Obat
sepertitiabendazol dan
ditiazanin
tidak
memberikanhasil
yang memuaskan. Sekarangdengan adanya mebendazol
dan
oksantel pamoat,
infeksi cacing
Trichuristrichiurasudah
dapat diobati dengan hasil yang cukup baik (20).7. Prognosis
Dengan pengobatan yang adekuat, prognosis baik (2D
C.
CacingTambang
1. Hospes, Nama
Penyakit
danllabitat
Cacing tambang yang menginfeksi manusia ada 2
jenis
yaitu Ancylotomaduodenale
danNecator
americanas.Kedua
cacingini
disebut cacing tambangkarena pada zaman dahulu cacing
ini
ditemukandi
Eropa pada pekerja tambangyang belum mempunyai sanitasi yang memadai. Telur dari kedua cacing
ini
lebihsering disebut sebagai cacing tambang. Cacing tambang dewasa dapat dibedakan
dari bentuk, ukuran, dan
morfologi
serta mulut. Hospesdefenitif
kedua spesiesini
adalah manusia.
Cacing
ini
menyebabkannekatoriasis
dan
ankilostomiasis.Cacing dewasa meletakkan dirinya pada mukosa usus halus terutama
di
yeyunum,beberapa
di
duodenum
dan.jarang
di
ileum
dengandua
pasanggigi
padaAnrylostoma duodenale
dan
sepasangbenda
kitin
pada Necator
americanus(2021,23)
2.
Epidemiologi
Penyebaran
cacing tambang
di
seluruh daerah khatulistiwa,
yangHembaban
dan
temperaturnya menguntungkanuntuk
perkembanganlarva
dimh-
Tanah
gembur(pasir,
humus) merupakantempat
pembiakan yang baikuntuk larva cacing tambang. Suhu optimum bagi Necator americonns adalah
280-320C.
Ini
adalah salah satu sebab mengapaNecator
americanu,slebih
banyakditemukan di Indonesi a daripada Ancylostoma duodenal e Q0,2e) .
3.
Morfologi
dan SiklusHidup
cacing
dewasahidup
dirongga usus halus,
denganmulut
yang
besarmelekat pada mukosa usus. Cacing betina Necator
americanus
tiap
harimengeluarkan
telur kira-kira
9000butir
sedangkan Ancylostoma duodenalekira-kira
10.000butir.
Cacingbetina
berukuran panjang kuranglebih
I
cm,
cacingjanyan kurang
lebih
0,8 cm.
Bila
cacing
dewasaAncylostoma
duodenaledimatikan
dalamalkohol
makaia
akanmati
dalam keadaan melengkung sepertihuruf C sedangkan Necator americanus membentuk huruf S. Rongga mulut kedua
cacing
ini
besar, Necator americsnus
mempunyai
benda
kitin
sedangkanAncylostoma
duodenale
adadua
pasanggigi. Ekor
cacingjantan
mempunyaibursa kopulatrik (20'22) .
Telur
mempunyai ujung-ujung yang membulattumpul
dan selapiskurit
hialin
yang
transparan.Telur
berbagai spesieshampir
tidak
dapat dibedakan,perbedaannya hanya
sedikit
dalam ukurannya, Necator americanus (64-76x
36-40) dan Ancylostoma duodenctle (56-60
x
36-40).Telur
dikeluarkan dengantinja
dnn setelah menetas dalam
waktu
1-1,5 hari keluarlah larva rhabditiform. Dalamyaktu
3
hari,
larva rhabditiform
tumbuh
jadi
larva
filariform
yang
'dapatmembus
kulit
dan dapat hidup selama 7-8 minggudi
tanah.Telur-telur
keluarksema
tinja
biasanya padastadium
pembelahan. Bentuknyalonjong
dengankulit tipis,
dan nampak sebagai garis hitam.ciri
khasnyayaitu
ada ruangjernih
diantara embrio dengan
kulit
telur yangtipis
€0,22).Daur hidup ialah :
Telur
->
larvarhabditiform)
hrva
filariform-)
menembuskuliP
kapiler
darah
-|
jantungkanan-|
paru-L
bronkus-)
trakea-|
larink
_)
usushalus.
Infeksi
te{adi bila
larva filariform
rnenembuskulit.
Infeksi
Ancylostoma
duodenale juga mungkin dengan meneldn larva
filariform
€0)lt.-rff^1 tu<cra
(.4ura M, r.OMt
J
'
l o
2
:
c
6 I
,.A( Flllltrra
Fig. 150 .(ItIorlhologl qfta laor E Rfintlt)
Gambar-3 : Siklus hidup Ancylostoma duodenale
Sumber : Chatterjeel 980
[image:37.477.46.390.92.554.2]4.
Patologi danGejala
Klinik
Gejala
klinik
dan patologis penyakit cacingini
bergantung padajumlah
cacing
yang
menginfestasiusus;
paling sedikit 500
cacing diperlukan
untukmenyebabkan
te{adinya
anemia dan gejalaklinik
pada pasien dewasa.l.
Stadium larvaBila
banyak
larva
filariform
sekaligus menembuskulit,
maka
terjadiperubahan
kulit
yang disebut "groundich".
perubahan.pada paru biasanyaringan.
2.
Stadium dewasaGejala tergantung pada : (a). spesies dan
jumlah
cacing, dan (b). keadaangizi penderita ( Fe dan protein ).
Tiap cacing Necator americanus menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,005-0,1
cc
sehari,
sedangkanAnqilostoma duodenale 0,0g-0,34
cc.Biasanya tedadi anemia hipokrom mikrositer. Disamping itu juga terdapat
eosinofilia.
Rasa
tak
enak diperut,
kembung, sering
flatus,
mencret_mencret merupakan gejala
iritasi
cacing terhadap usus halus yang terjadilebih
kurang 2 minggu setelah larva mengadakan penetrasi kedalam kutit.Anemia akan
terjadi
10-20 minggu setelah infestasi cacing Q0,2t,22,23).5.
DiagnosisDiagnosis cacing tambang ditegakkan dengan menemukan
telur
didalamtinja
segar.
Dalam
tinja
lama
mungkin ditemukan larva.
Telur
Necatoramericanus tidak bisa dibedakan dengan telur Ancylostoma duodenale, danuntuk
membedakannya dapat dilakukan biakan
tinja
dengan caraHarada-1yo6 @0.21'22).Pengobatan
A.
Perawatan umumPerawatan
umum dilakukan
dengan memberikan
nutrisi
yang
baik;suplemen preparat besi diperlukan oleh pasien dengan gejala
klinis
berat,terutama bila ditemukan bersama-sama dengan anemia.
B.
Pengobatan spesifikl.
Tetra kloroetilenMerupakan
obat
pilihan
utama
terutama
untuk
pasienankilostomiasis.
Dosis yang
diberikan
0,12 ml/kg
berat
badan,dosis tunggal tidak boleh lebih dari 5 mr. pengobatan dapatdiulang
2
minggu
kemudian
bila
pemeriksaantelur
dalam
tinja
tetappositif
Pemberian obatini
sebaiknya daram keadaan perut kosong disertai pemberian 30 gr MgSOa.2.
Befanium hidroksinaftatobat
pilihan
utama
untuk
ankilostomiasis
dan
baik
untukpengobatan massal pada anak. Dosis yang
diberikan
5
gr
2
kali
sehari, dan dapat diulang biramana diperlukan.
Untuk
pengobatanNecator americanus dosis diberikan 3 hari.
3.
Pirantel pamoatobat
ini
cukup
efektif
dengan toksisitasyang
rendahdan
dosisyang
diberikan}s
mg/kgberat badan selama 3 hari berturut-turut.4.
HeksilresorsinolDiberikan
sebagaiobat alternatif
yang
cukup efektif
dan
dosispemberian obat
ini
sama seperti padapengobatan askariasis @3).7.
PrognosisDengan
pengobatanyang
adekuat meskipun
telah terjadi
komplikasi,prognosis tetap baik (23).
D.
Pencegahan dan Pemberantasan"Soil Transmittedllelminthstt
Pencegahan
dan
pemberantasanimfeksi
"Soil
Transmitted Helminths"
dapat
dilakukan dengan perbaikan sanitasi lingkungan
dan
perorangan,penyuluhan kesehatan
dan
pengobatan penderita.
Sambil
melaksanakan pengobatan, usaha penyuluhan kesehatan harus terus dilaksanakan disertai denganperbaikan
sanitasi lingkungan
dan
perorangan.
Hal
ini
disebabkan karenapengobatan tanpa
diikuti
perbaikan sanitasi tidak akan memberikan manfaat yangbanyak karena reinfeksi akan segera terjadi dari lingkungan yang tercemar.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara
lain
:1.
Menghindari kontaminasi dengantinja
Masyarakat harus disadarkan untuk mengguirakan jamban sebagai tempat
buang
air
besar. Anak-anak harusdilatih
sejakkecil
agartidak
membuangair besar disembarang tempat.
2.
Membersihkan halaman rumahSebaiknya halaman rumah tidak dibiarkan terlalu teduh, karena tanah yang
lembab yang terlindung cahaya matahari merupakan tempat perkembanpn
"Soil
TransmittedHelminths".
'3.
Menghindari makanan terutama
sayur-sayuran
yang
terkontaminasidengan
tinja
manusia.Hindari
penggunaanpupuk dan
air
yang
terkontaminasitinja
rnanusiauntuk
tanaman.
sayur-sayuran
yang
dipetik/yang
diberi
di
pasarhendaknya dimasak terlebih dahulu sebelum dimakan.
4.
Kebersihan perorangan ditingkatkan.seperti
mencuci tangan sebelum makan,
menggunting
kuku
sekaliseminggu.
5.
Menghindari kontak langsung dengan tanah lembab.Gunakan alas
kaki
jika
akankeluar
rumah dan sarung tanganjika
akan berkebun.6.
Mengobati penderita.7.
Penl'uluhan kesehatan.BAB
III
METODOLOGI PBNBLITIAN
A.
Waktu
danTempat penelitian
Penelitian
ini
dilaksanakanmulai
september
2000
sampai
Mei
200r.Lokasi
Penelitian adarahdi
sD
NegeriNo.
2g
BangunRejo
KecamatanKinari
Kabupaten Pasaman' Pemeriksaan dilakukan
di
laboratorium parasitologiFakultas
Kedokteran Unand.
B.
DesainPenelitian
Penelitian
ini
menggunakan metodecross
jumlah
kasus dan hubungannya denganvariabel lain
sectional
untuk
mendapatkandalam masyarakat.
C.
Poputasi dan Sampelpopulasi
adarah seruruh murid
sD
Negeri No. 2g Bangun Rejo KecamatanKinali
Kabupaten pasamanyang berjumrah
232 orang. samper
diambir
secara: stratified random sampring yaitu
keras
I,
III
danv
yang berjumrah l 14 orang.D.
Teknik pengumpulan
DataMasing-masing sampel
diberi pot plastik
yang telah
diberi label
untuk meletakkantinja
yang akan diperiksa serta selembar kuisioner yang akan
diisi
oleh anak tersebut yang akan dibanfu
oreh orang fuanya
di
rumah.Kuisioner
ini
berisi antara rain : nama, umur,
jenis
keramin, pendidikan orang tua, tempat buang
air
besar'
kebiasaanmakan
sayuran mentah,
kebiasaan
mencuci
tangan sebelummakan
dan
kebiasaan bermain tanpa alaskaki-
Selanjutnya
pot
plastik yang
berisis
tinja
dibawa
ke
laboratoriumparasitologi FK. Unand untuk diperiksa dengan teknik Kato-Katz.
E.
Bahan danAlat
Bahan dan alat yang dipakai untuk pemeriksaan
tinja
menurut cara Kato-Katzadalah:
l.
Pot plastik ( Stool container )2.
Lidi
( wood aplication )3.
Kertas minyak yang sudah dipotong-potongl0 x l0
cm4.
Kawat saring ( wire screen )5.
Gelas objek6.
celophane tape yang sudahdipotong-potong2x
3 cm dan sudah direndamdalam cairan Kato
7.
Mikroskop
8.
Counter9.
Cairan Kato yang dibuat dari campuran 100 bagian gliserin dan 100 bagianaquades serta satu bagian malachite green 3
%blv
yang berfungsi untukmerendam celophane tape sebagai bahan pewarna
10. Karton yang telah dilobangi
11. Gunting
12. Waskom
13. Tissue
14. Gelas ukur
F.
Cara
PemeriksaanPemeriksaan
tinja
dilakukan menurut caraKato-Katz
dengan pelaksanaansebagai berikut :
1.
Disediakan gelas objek yang diberi nomor sesuai dengan nomor plastik.2.
Dengan
lidi
diambil
tinja
sebesarsatu ruas
jari
tangan,
kemudiandiletakkan diatas kertas minyak.
Lalu
diletakkan kawat saring diatastinja
dan ditekan
dengandua
batanglidi
sehinggatinja naik
keatas melaluikawat
saring Hal ini
dimaksudkanuntuk
menyaringtinja
dari serat-serafyan g terdapat didalamnya.
3.
setelahitu
diletakkan kartonyangtelahdilobangi
diatas gelas objek.4.
Tinja
yang telah disaring
diletakkan
di
lobang
karton
sesuai denganvolume tinja yang akan diperiksa.
5.
Celophane tape yang sudah direndam dalam malachite green diletakkandiatas
tinja
dengan bagian yang mengandung perekat menghadap ke gelasobjek.
6.
Lapisantinja
diratakanke
seluruh penjuru sehingga lapisantinja
cukuptipis.
Tinja
dibiarkan
serama
%-r
ja*,
sesudahitu
baru dirihat
dibawahmikoskop.
Preparatdiperiksa
dibarvahmikroskop
pembesaranl0
x
l0
dengan melihat seluruh lapangan secara teratur dari
kiri
atas ke kanan dan
kemudian
dari
kananke
kiri
untukmelihat
lapangan pandang berii<utnya,dan
seterusnyasampai
seresai.Telur
cacing yang dijumpai
dihitungdengan menggunakan counter, kemudian dicatat daram sebuah buku yang
juga
rnencatathasil
kuesioner. Hasilsesuai dengan tujuan penelitian.
pemeriksaan
tinja
ditabulasikanG.
Menghitung Jumlah
Telur
Cacing dalam SetiapGram
Tinja
(RTPG
)Jumlah
telur
dalam satu gram
tinja
dapatdihitung
dengan persarnaanberikut:
,,
-
7 g,ramr__-fx
P grant
P:
Berat rata-rata tinja dalam lubang kartonX:
Jumlah telur dalam setiap preparatHasil
yang didapat ditabulasikan sesuai dengan intensitas(
berat ringan )infeksi
"Soil
Transrnitted Helminths" (30).Tabel
3.1
Pembagian intensitas
(
berat ringan
)
infeksi
"Soil
TransmittedHelminths'2
H. Pengolahan dan
Analisa
DataData yang diperoleh dari pemeriksaan tinja murid
sD
Negeri No.2g Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten Pasarnan, dikelompokkan dengan sistemtally
menurut runur,jenis kelamin, pendidikan orang tua, tempat
buangair
besar,
Intensitas A.lumbricoitle.s T. tricltiurct Cacing tambang
Ringan sekali
Ringan
Sedang
Berat
<
49.99950.000
-99.999
>
t00.000.,ggg
1000
-
4.999>
5.000< 2.100
2.t0a:5.000
5.001
-
I 1.000>
I1.000 [image:46.468.31.434.335.522.2]kebiasaan
makan
sayuran mentah,
kebiasaanmenggunting
kuku,
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan kebiasaan bermain tanpa alas kaki.Data yang ada kemudian diolah dan dianalisa dengan tabel frekuensi dan
tabel silang. Kemudian dilakukan
uji
statistik yang digunakan adalah Chi-square denganderajat
kepercayaan 95Yo (p--0,05). Penggunaanstatistik
ini
dilakukanuntuk mencari hubungan anatara masing-masing variabel,
apakah bermakna atau
tidak.
Setelah
itu
dibandingkan
antara frekuensi
infeksi ..Soil
transmitted
helminths" dari hasil penelitian sekarang dengan hasil para peneliti
sebelumnya.
BAB
IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian mengenai Frekuensi
"Soil
TransmittedHelminths"
pada muridsD
Negeri
No. 28
Bangun
Rejo
Kecamatan
Kinali
Kabupaten
pasamandilaksanakan dengan membagikan
pot
plastik untuk
mendapatkan sampeltinja
pada
murid
sD
kelas
I,
III,
dan
v
sebanyak I14 orang.
Dari
I14
pot
yangdiberikan terkumpul 86 pot, karena 6 orang murid
tidak hadir
dan22 orang muridtidak
bersedia memberikan sampeltinjanya.
Seluruhpot
yang telahberisi tinja
tersebut
dibawa
ke
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UniversitasAndalas
untuk
diperiksa
denganmetode Kato-Katz.
Sebelumdiperiksa tinja
tersebut
diberi formalin
10%
untuk
mencegahterjadinya
perkembangan telurmenjadi larva.
Hasil
penelitian sampel yang terinfeksi
"Soil
Transmitted Helminths" dapatdilihat
pada tabel-tabel berikut.Tabel
4.1
Distribusi frekuensi"soil
rransmitted
Hehirinths', pada muridsD
Negeri
No. 28 Bangun RejoKecamatanKinali
Kabupaten pasamanJumlah sampel yang diperiksa Jumlah %
Terinfeksi Tidak terinfeksi
55
3l
63,95
36,05
Jumlah 86 100
Tabel
4.1
memperlihatkan
bahwa
63,g5yomurid
sD
Negeri.No.
2gBangun
Rejo
Kecamatan
Kinali
Kabupaten
Pasamanterinfeksi
oleh
..Soil [image:49.465.30.421.434.614.2]Tabel
4.2 Distribusi frekuensi"Soil
Transmifted Helminths" menurut spesiesparasit pada murid SD Negeri No. 28 Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanSpesies Terinfeksi %
A. Iumbricoides
T.
trichiura
Cacing tambang
5l
10 6 59,30 11,63 6,98Dari
hasil
diaks
terlihat
bahrvainfeksi Ascaris
lumbricoides mempunyaifrekuensi tertinggi
yaitu
sebanyak 59,30Vo, sedangkan Trichuristrichiura
ll,63oh
dan
infeksi
cacingtambang 6,98Vo. Dalam halini
terdapat infeksi campuran antaraketiga spesies.
Tabel
4.3
Distribusi
frekuensi"Soil
Transmitted Helminths" menurut tipe infeksi(tunggal atau campuran beberapa spesies) pada murid SD Negeri No.
28 Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanTipe infeksi Terinfeksi % A. lumhricoides
T.
trichiura
Cacing tambang
A. lumbricoides.+ 7'.
tricltiura
A. lumbricoides + Cacing tambang
Ketiga spesies
40
I
3 8 2 1 43,96 1,1 3,3 8,79))
l,l
Dari
tabel
diatas
terlihat
bahwa
tipe
infeksi
terbanyakadalah
infeksitunggal Ascaris lumbricoides
yaitu
43,96%, kemudianinfeksi
campuran AscarisIumbricoides
denganTrichuris
trichiura
yaitu
8,79%,
infeksi
tunggal
cacingtambang 3,3oh,
infeksi
campuranAscaris
lumbricoides dengan cacing tambang2,2oh,
infeksi tunggal Trichuris
trichiura l,lo/o
dan
infeksi
campuran ketigaspesies 7,1o .
[image:50.465.67.425.50.203.2] [image:50.465.36.433.356.588.2]Tabel
4.4
Distribusi frekuensi intensitas"soil
Transmitted Helminths" padamurid SD Negeri No. 28 Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanIntensitas
A. Iumbricoides T'.
trichiura
Cacing tambangJumlah % Jumlah % Jumlah %
Ringan sekali
Ringan Sedang Berat
t9
13 11 8 37,25 25,49 21,57 15,69l0
0 0 100 0,00 0,00 6 0 0 0 100 0,00 0,00 0,00Jumlah 51
t0
6Hasil
yangdiperoleh
diatas menunjukkan bahwa derajatinfeksi
AscarisIumbricoides terbanyak adalah
infeksi
ringansekali
yaitu 37,25%,infeksi
ringan25,49oh,
infeksi
sedang 21,57Vodan
infeksi berat
15,690.
Tricluris
triclziuraderajat
infeksi
yang ditemukan hanyainfeksi
ringan
dan derajatinfeksi
cacing [image:51.473.41.444.47.242.2]tambang hanya infeksi ringan sekali.
Tabel4.4
Distribusi frekuensi"Soil
Transmitted Helminths" menurut umur padamurid SD Negeri No. 28 Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanUmur
(tahun) Jumlah
Soil Transmitted Helminths Terinfeksi oA 6 7 8 9 10
ll
t2
13t4
4l9
7 10 8t2
l9
5 2 -Jl0
6 7 a J 8t4
3 I 75,00 52,63 85,71 70,00 37,50 66,67 73,68 60,00 50,00Jumlah 86 55
p < 0,05
bahwa
infeksi
"Soil
Transmitted Helminths"
berumur
8
tahun
yaitu
8s,7}yo,kemudianDari
tabel
diatas terlihat
terbanyak
yaitu
pada anak yang [image:51.473.44.435.389.645.2]berturut-turut umur
6
tahun
75Yo,umur
12tahun
73,68Yo,umur
9
tahun 70%io,umur
ll
tahun 66,670A,umur
13 50yo, umur7
tahun 52,630 ,umur
14 50o/o danumur
l0
tahun 37,50.
Berdasarkanuji
statistiktidak
terdapat perbedaan antarainfeksi
"soil
TransmittedHelminths"
dengan semua golongan umur.Tabel
4.6
Distribusi
frekuensi"soil
Transmitted Helminths" menurutjenis
kelamin pada murid SD Negeri No. 28 Bangun Rejo Kecamatan
Kinali
Kabupaten PasamanJenis kelamin Jumlah Soil Transmitted Helminths
Terinfeksi %
Laki-laki
Perempuan 43 43 25 30 58,14 69,77Jumlah 86 55
p < 0,05
Dari
tabel
diatasterlihat
presentase anaklakiJ