RINGKASAN
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING
PERANAN KUNYIT (
Curcuma domestica Val
) DALAM
MENGATASI CEKAMAN PANAS PADA AYAM
BROILER
Oleh :
Ir.Arif Rahmat, MS
Dr.Ir. Engkus Kusnadi, MS
Yetmaneli, SPt, MSi
RINGKASAN
Cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi dapat merupakan masalah serius pada pengembangan ayam broiler di daerah tropis. Suhu rata-rata di daerah tropis adalah 29,8 – 36,9 0C pada siang hari dan 12,4 – 24,2 0C pada malam hari (BPS, 2001),
lebih tinggi dibandingkan suhu nyaman bagi ayam broiler yakni 21 – 240C. Ayam broiler
termasuk hewan homeothermis yakni suhu tubuhnya relatif konstan sekalipun suhu lingkungan berubah-ubah, sehingga tingginya suhu lingkungan dapat menyebabkan terjadinya penimbunan panas tubuh, yang memang mutlak harus dikeluarkan. Pada unggas termasuk ayam broiler, pengeluaran panas tubuh akan dibatasi karena adanya bulu serta tidak aktifnya kelenjar keringat. Akibat utama dari pendadahan ayam broiler pada suhu tinggi, dapat menurunkan konsumsi ransum yang tentunya akan diikuti dengan rendahnya produksi, berarti secara ekonomis akan mengalami kerugian yang tidak sedikit.
Turunnya produksi pada suhu lingkungan panas bisa jadi antara lain karena rendahnya kadar hormon tiroid, yang akan menurunkan metabolisme secara umum dan sintesis protein sementara hormon kortikosteron justru meningkat. Penyebab lainnya bisa terjadi karena rendahnya daya cerna protein serta asam amino, meningkatnya pengeluaran beberapa jenis mineral dalam urin serta dapat menurunkan bakteri berguna yang ada dalam saluran pencernaan, tetapi bakteri pengganggu justru meningkat.
Selain itu, tingginya suhu lingkungan dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya stres oksidatif yakni munculnya radikal bebas yang jumlahnya tidak seimbang dengan antioksidan, sehingga sangat mengganggu terhadap kesehatan dan produksi.
Tujuan Khusus
Penelitian ini mempunyai tujuan khusus sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian kunyit sebagai penangkal cekaman panas terhadap repon secara umum baik pada suhu lingkungan panas maupun suhu dingin.
2. Untuk mengetahui manfaat pemberian kunyit dalam meningkatkan kandungan hormon triiodotironin (T3) (tahun 1) plasma darah, baik yang dipelihara pada suhu panas maupun pada suhu dingi.
3.. Untuk mempelajari manfaat pemberian kunyit terhadap komponen darah berupa pengukuran sel darah merah, hematokrit dan hemoglobin serta terhadap terhadap biokimia darah melalui pengukuran glukosa, protein dan kolesterol plasma.
4.. Untuk mempelajari manfaat kunyit dalam menungkatkan daya tahan tubuh berupa pengukuran rasio heterofil limfosit (rasio H/L), bobot relatif bursa Fabricius serta bobot limfa.
5.. Untuk mempelajari manfaat pemberian kunyit terhadap pertumbuhan berupa pengukuran pertamabahn bobot badan baik pada suhu panas, maupun pada suhu dingin.
Penelitian ini dilaksanakan di kandang percobaan Fakultas Peternakan Universitas Andalas, sedangkan analisis laboratoriumnya dilakukan di laboratorium Fisiologi Ternak, laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan serta di lab. Biokimia Fak.Kedokteran Unand, dan laborotorium Fisiologi FKH IPB Bogor.
Sebanyak 150 ekor ayam jantan umur 3 minggu, ditimbang dan diberi nomor pada sayapnya (diambil dari 200 ekor ayam yang dibesarkan sebelumnya yang memiliki bobot badan relatif homogen). Pada penelitian ini diberikan 2 perlakuan suhu dan 5 level pemberian kunyit dengan 3 ulangan dan tiap-tiap unit ulangan dihuni 5 ekor. Perlakuan suhu terdiri atas:
1.Suhu 25,29 ± 0,98 0C, dengan menggunakan AC, makanan ad libitum (T1A)
2. Suhu 31,63 ±1,14 0C, menggunakjan heatter dan lampu pemanas dengan makanan ad
libitum (T2A)
Peubah yang diukur meliputi:
1. Konsumsi ransum yakni mengurangkan jumlah pemberian ransum dengan sisa ransum serta pertambahan bobot badan dengan jalan mengurangkan bobot akhir dengan bobot awal.
2. Bobot relatif bursa Fabrisius, bobot relatif limfa, bobot relatif hati, bobot relatif lemak abdomen (terhadap bobot badan).
3. Kadar protein, glukosa, dan kolesterol total plasma menggunakan spektrofotometer.
4. Jumlah sel darah merah menggunakan metode hemositometer Neubauer, hematokrit darah menggunakan metode mikrohematokrit Van Allen dan hemoglobin darah menggunakan metode hemoglobinometer Sahli serta H/L rasio dihitung menggunakan hemositometer. 5. Kandungan hormon triiodotironin (T3) plasma, diukur menggunakan metode ELISA.
Data yang dihasilkan dianalisis menggunakan Rancangan Acak Lengkap dalam Split Plot 2 x 3 (2 perlakuan suhu dan 5 level pemberian kunyit). Perlakuan panas sebagai main efek dan pemberian kunyit sebagai subplot yang dilanjutkan dengan analisis keragaman. Jika dari analisis keragaman menunjukkan pengaruh yang nyata (Fhit > F.05), maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993).
Dari hasil dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pemberian kunyit pada suhu dingin terbukti selain menurunkan konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan (PBB), juga meningkatkan konversi ransum. Konsumsi ransum, PBB dan konversi ransum pada suhu panas, menunjukkan perbaikan pada pemberian kunyit sebanayak 0,1 dan 0,2%.
3. Turunnya kolesterol plasma pada suhu panas terjadi pada pemberian kunyit sebesar 0,1 dan 0,2%, tetapi peningkatan hormon triiodotironin (T3) pada suhu dingin terjadi pada pemberian kunyit 0,1%, sementara pada suhu panas terjadi pada pemberian kunyit 0,4%.
4. Secara keseluruhan dapat disimpulkan, bahwa pemberian kunyit sebesar 0,2% yang diikuti 0,1%, dapat digunakan untuk mengatasi cekaman panas pada ayam broiler. Berdasarkan kesimpulan di atas disarankan, untuk melakukan penelitian lanjutan dengan pemberian kunyit 2 level (0,1 dan 0,2%) yang dilakukan pada suhu 26 – 330C
(menggunakan pemanas pada siang hari dan malan dimatikan) dan pada suhu 31-33 0C