• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan media komik untuk meningkatkan minat dan hasil belajar Fisika siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kutai Barat pada materi konsep zat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan media komik untuk meningkatkan minat dan hasil belajar Fisika siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kutai Barat pada materi konsep zat."

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP KATOLIK

W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK DI KUTAI BARAT PADA

MATERI KONSEP ZAT

Feronika Cici Novisilta Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada bulan Agustus 2014. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 siswa kelas VII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Komik, (3) Soal Pre- Test dan Post-Test, dan (4) Kuisioner minat siswa. RPP digunakan untuk membantu guru dalam mengarahkan jalannya proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Komik sains digunakan sebagai pengganti buku pelajaran, sedangkan Soal Pre- Test dan Post-Test digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif dan konsep awal dan akhir siswa. Kuisioner minat siswa digunakan sebagai instrumen bantu untuk mengetahui tingkat minat siswa belajar fisika dengan menggunakan media komik sains.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Media Komik terbukti meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.

(2)

vii

ABSTRACT

THE USE OF COMIC TO ENCOURAGE AND INCREASE STUDENT

LEARNING OUTCOMES IN CLASS VII CATHOLIC JUNIOR HIGH

SCHOOL W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK WEST KUTAI

AT MATERIAL PHYSICSCONCEPT OF SUBSTANCE

Feronika Cici Novisilta

Sanata Dharma Univercity 2016

This study aims to determine whether : (1) The extent of the comic medium can increase students interest in the material concept of substance and (2) The extent of the comic medium can increase students learning outcomes in the material concept of substance.

This study had been conducted in Catholic Junior High School W.R. Soepratman Barong Tongkok in August 2014. This study took a sample of 30 students of class VII. The instruments used in this study were (1) Lesson Plan (RPP), (2) Comic, (3) Pre- Test and Post-Test worksheets, and (4) Interest Questionnaire. Lesson plan was used to help teacher directing the teaching and learning process in the classroom. Comic were used as a substitute for textbooks while pre- test and post- test worksheets were used to determine cognitive ability and the initial and final students concept. Interest Questionnaire were used as an assisting instrument to determine the student interest level studying physics by using the medium of comic.

(3)

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP KATOLIK 2

W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK DI KUTAI BARAT PADA

MATERI KONSEP ZAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

FERONIKA CICI NOVISILTA NIM : 091424040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk :

Keluarga tercinta,

(7)

v MOTTO

You can do it. You can do anything.

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA KOMIK UNTUK MENINGKATKAN MINAT

DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VII SMP KATOLIK

W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK DI KUTAI BARAT PADA

MATERI KONSEP ZAT

Feronika Cici Novisilta

Universitas Sanata Dharma

2016

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) Sejauh mana media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada bulan Agustus 2014. Penelitian ini mengambil sampel sebanyak 30 siswa kelas VII. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (2) Komik, (3) Soal Pre- Test dan Post-Test, dan (4) Kuisioner minat siswa. RPP digunakan untuk membantu guru dalam mengarahkan jalannya proses belajar mengajar dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Komik sains digunakan sebagai pengganti buku pelajaran, sedangkan Soal Pre- Test dan Post-Test digunakan untuk mengetahui kemampuan kognitif dan konsep awal dan akhir siswa. Kuisioner minat siswa digunakan sebagai instrumen bantu untuk mengetahui tingkat minat siswa belajar fisika dengan menggunakan media komik sains.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Media Komik terbukti meningkatkan minat siswa pada materi Konsep Zat dan (2) meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Konsep Zat.

(11)

ix

ABSTRACT

THE USE OF COMIC TO ENCOURAGE AND INCREASE STUDENT

LEARNING OUTCOMES IN CLASS VII CATHOLIC JUNIOR HIGH

SCHOOL W.R. SOEPRATMAN BARONG TONGKOK WEST KUTAI

AT MATERIAL PHYSICSCONCEPT OF SUBSTANCE

Feronika Cici Novisilta Sanata Dharma Univercity

2016

This study aims to determine whether : (1) The extent of the comic medium can increase students interest in the material concept of substance and (2) The extent of the comic medium can increase students learning outcomes in the material concept of substance.

This study had been conducted in Catholic Junior High School W.R. Soepratman Barong Tongkok in August 2014. This study took a sample of 30 students of class VII. The instruments used in this study were (1) Lesson Plan (RPP), (2) Comic, (3) Pre- Test and Post- Test worksheets, and (4) Interest Questionnaire. Lesson plan was used to help teacher directing the teaching and learning process in the classroom. Comic were used as a substitute for textbooks while pre- test and post- test worksheets were used to determine cognitive ability and the initial and final students concept. Interest Questionnaire were used as an assisting instrument to determine the student interest level studying physics by using the medium of comic.

The result shows that: (1) Comic increases students interest in the material concept of substance and (2) Improvies students learning outcomes in the material concept of substance.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat dan

rahmat-Nya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Judul skripsi ini adalah “

Penggunaan Media Komik Untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kutai Barat Pada Materi Konsep

Zat”.

Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Paulus Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan bersedia mencari penulis agar segera menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi.

2. Dwi Nugraheni Rositawati, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama studi, yang turut memperjuangkan penulis agar bisa meneruskan studi di Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma. 3. Dr. Ignatius Edi Santosa M.S., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA) ke-3

yang telah membimbing, memberi arahan, bermurah hati membantu penulis menyelesaikan studi walau telah lewat dari waktu yang telah ditentukan program studi.

4. Papa Yuventius Gembira S.E., Mama Tristonnesia, Kakak Fransiska Yanti Novisilta, dan Nenek Joraq yang selalu mendoakan, memberikan semangat, marah, dan mendorong diri ini baik secara moral dan material.

(13)

xi

6. Seluruh dosen Pendidikan Fisika yang tidak putus memberikan motivasi agar terus berjuang menyelesaikan studi yang berat ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hart menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 23 Agustus 2016

(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul... i

Halam Persetujuan Pembimbing... ... ii

Halam Pengesahan... ... iii

Halam Persembahan... iv

Motto... v

Pernyataan Keaslian Karya... ... vi

Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah Untuk Kepentingan Akademis... vii

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Manfaat Penelitian... 4

1. Manfaat Bagi Siswa... 4

2. Mafaat Bagi Guru... 4

3. Manfaat Bagi Sekolah... . 4

(15)

xiii

BAB II DASAR TEORI... 6

A.Belajar ... ... 6

B.Minat... 8

C.Hasil Belajar... 12

D.Media Pembelajaran... 15

E. Komik... 17

F. Hasil Penelitian tentang Media Komik... 22

G.Materi Konsep Zat... 23

BAB III METODE PENELITIAN... 28

A.Jenis Penelitian... 28

C.Desain Penelitian... 29

D.Instrumen Penelitian... 30

E. Teknik Analisa Data... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 37

A.Deskripsi Pelaksanaan Penelitian... 37

B.Data Hasil... 41

1. Data Pre- Test dan Post- Test Pengetahuan... 41

2. Data Minat... 43

C.Analisa Data... 44

1. Peningkatan Hasil Belajar... 44

2. Peningkatan Situasi Minat... 47

(16)

xiv

4. Faktor Penghambat Keberhasilan Penerapan Media Pembelajaran dengan menggunakan Komik Sains dan cara

mengatasinya... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 51

A.Kesimpulan... 51

B.Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR... 55

(17)

xv

DAFTAR BAGAN

(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh Panel...17

Gambar 2.2 Contoh Balon Baca...18

Gambar 2.3 Contoh Narasi... ...19

Gambar 2.4 Contoh Efek Suara... ...25

Gambar 2.5 Skema Perubahan Wujud Zat...26

Gambar 2.6 Susunan Partikel Zat Padat...26

Gambar 2.7 Susunan Partikel Zat Cair...27

Gambar 2.8 Susunan Partikel Zat Gas...40

Gambar 4.1 Guru Mengajar...40

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi- Kisi Pre- Test dan Post- Test Komik Sains...32

Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Minat...36

Tabel 4.1 Pelaksanaan Tindakan...39

Tabel 4.2 Daftar Nilai Pre- Test dan Post- Test...41

Tabel 4.3 Hasil Pre- Test...42

Tabel 4.4 Hasil Post- Test...43

Tabel 4.5 Kuisioner Minat Siswa...43

(20)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pengetahuan merupakan salah satu hal penting di dalam kehidupan. Dengan adanya pengetahuan, peradaban manusia dapat berkembang seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Untuk mendapatkan pengetahuan, seseorang dapat memperolehnya melalui pendidikan formal dan non formal. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Kardiyat Wiharyanto, 2008: 4). Pendidikan formal bisa didapatkan melalui sekolah, sedangkan pendidikan non formal dapat diperoleh melalui buku bacaan maupun internet.

Sekolah merupakan sumber utama yang memiliki peran paling besar dalam menyediakan dan memberikan pengetahuan. Sekolah memberikan berbagai macam pengetahuan melalui materi pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan kurikulum pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang disediakan sekolah dalam upaya memberikan pengetahuan adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga Perguruan Tinggi.

(21)

membantu para siswa agar lebih mudah memahami dan mengenal alam dan gejala- gejala alam yang ada di sekitarnya.

Pelajaran IPA dapat dibagi menjadi tiga yaitu Fisika, Kimia dan Biologi. Fisika adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Kimia adalah ilmu yang mempelajari benda, ciri- ciri, struktur, komposisi, dan perubahannya yang disebabkan karena interaksi dengan benda lain atau reaksi kimia. Sedangkan Biologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan organisme hidup termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran, dan taksonominya (Wikipedia).

Dari wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru Fisika di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman, dinyatakan bahwa siswa lebih sulit dalam mengikuti pelajaran Fisika dibandingkan dengan pelajaran Kimia dan Biologi. Hal ini dikarenakan di dalam pembelajaran Fisika, siswa dihadapkan dengan lebih banyak soal dan mulai menggunakan rumus dalam menyelesaikannya yang jauh berbeda dibandingkan ketika masih di bangku SD. Pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung, sebagian besar siswa sibuk dengan kegiatan masing- masing. Ada yang sedang berbincang dengan teman yang ada di sebelahnya, mengganggu teman yang lain, menggambar, mendengarkan lagu melalui handphone secara sembunyi- sembunyi, makan dan sebagainya. Hal ini dilakukan siswa dalam upaya untuk mengusir rasa bosan dan mengantuk hingga pelajaran berakhir.

(22)

Oleh sebab itu, seorang guru diharapkan untuk pandai dalam memilih dan menentukan media pembelajaran yang lebih efektif dalam menyampaikan pelajaran sehingga dapat membangkitkan gairah siswa agar lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Salah satu dari media yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran adalah media komik. Komik merupakan sebuah bahan bacaan yang disukai oleh berbagai lapisan usia mulai dari anak- anak hingga orang dewasa. Penyajian sederhana dan penceritaan sebuah situasi yang ditumpahkan kedalam gambar dapat lebih mudah untuk membangkitkan gairah dan minat untuk membaca. Komik biasanya dilengkapi dengan adanya tokoh, latar belakang, balon baca, panel (kotak yang memisahkan antara adegan satu dengan lainnya), narasi hingga efek suara yang semakin membuat cerita menjadi lebih hidup.

Komik sains yang akan dibuat oleh peneliti sedikit berbeda dari komik kebanyakan. Komik ini cenderung ingin membantu dan memudahkan para siswa dalam memahami gejala- gejala alam yang ada di sekitar dan sering terjadi dalam kehidupannya sehari- hari. Dengan menggunakan bahasa, gambar dan cerita yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada membuat siswa lebih mudah dalam menyerap informasi yang ingin disampaikan oleh peneliti.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengujicobakan media komik sebagai media pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar pada siswa SMP kelas VII.

B.Rumusan Masalah

(23)

2. Apakah media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada materi konsep zat?

C.Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Untuk mengetahui sejauh mana media komik dapat meningkatkan minat membaca siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada materi konsep zat.

2. Untuk mengetahui sejauh mana media komik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok pada materi konsep zat.

D.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini bagi : 1. Siswa

a. Siswa dapat memahami materi konsep zat lebih mendalam dan berdampak terhadap meningkatnya minat dan hasil belajar.

b. Siswa menjadi lebih berminat dan berpikir bahwa Fisika menyenangkan sehingga meningkatkan hasil belajar.

2. Guru

Guru dapat memperoleh strategi baru dan media pengajaran yang efektif dalam mengajar materi konsep zat.

3. Sekolah

(24)

4. Orang Tua

(25)

6 BAB 2

DASAR TEORI

A.Belajar

Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi bahkan dalam kandungan hingga liang lahat (Siregar, 2010). Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Istilah belajar menyiratkan peningkatan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, tidak hanya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, melainkan juga untuk mengarahkan perubahan itu sehingga sesuai dengan tujuannya sendiri (Abdullhak, 2011). Menurut Suyono dan Hariyanto, belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian (Suyono, 2011).

Berdasarkan klasifikasi Apps (1979: 64) ada dua bentuk kemungkinan peristiwa belajar terjadi, yaitu apa yang disebut random learning dan planned learning. Random

learning adalah peristiwa dan hasil belajar yang tidak direncanakan, baik oleh si

pembelajar maupun oleh si sumber belajar atau oleh salah satunya. Sedangkan planned

learning adalah peristiwa dan secara sistematis, terancang, dan direkayasa atau memang

diciptakan untuk mengubah perilaku sasaran didik. Klasifikasi ini sejalan dengan taksonomi Axinn (1976: 22), dimana peristiwa belajar dapat dilihat berdasarkan perspektif kesengajaan peserta dan sumber belajar (Abdullhak, 2011).

(26)

1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya menimbulkan respon. Maka dalam hal ini signal learning dapat terjadi.

2. Belajar stimulus respon dapat memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk prilaku tertentu (shaping).

3. Belajar merantaikan (chaining) merupakan cara belajar dengan membuat gerakan- gerakan motorik, sehingga pada akhirnya dapat membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu.

4. Belajar asosiasi verbal (verbal association). Tipe belajar diskriminasi memberikan reaksi yang berbeda- beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan.

5. Belajar konsep (concept learning) adalah belajar yang mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan objek- objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep.

6. Belajar dalil (rule learning) merupakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terciri dari penggabungan beberapa konsep yang biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat.

7. Belajar memecahkan masalah (problem solving) merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaidah yang lebih tinggi (higher order rule).

(27)

1. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.

2. Konstruksi arti adalah proses yang terus- menerus. Setiap kali berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi, baik secara kuat maupun lemah.

3. Belajar bukan hanya kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian baru.

4. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi ketidakseimbangan ( disequilibrium ) adalah situasi yang baik untuk memacu belajar.

5. Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman pelajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.

6. Hasil belajar seseorang tergantung dari paa yang telah diketahui si pelajar : konsep- konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi interaksi dengan bahan yang dipelajari.

B.Minat

(28)

kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identifikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan (Susanto, 2013).

Dari beberapa gambaran definisi minat di atas, dapat ditegaskan bahwa minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipillihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama kelamaan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Gagne membedakan sebab timbulnya minat pada diri seseorang menjadi dua macam, yaitu minat spontan yang merupakan minat yang timbul secara spontan dalam diri seseorang tanpa dipengaruhi oleh pihak luar dan minat terpola yang merupakan minat yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh dari kegiatan- kegiatan yang terencana dan terpola, misalnya dalam kegiatan belajar- mengajar baik di lembaga sekolah maupun diluar sekolah (Susanto, 2013).

(29)

yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita kaitannya dengan materi pelajaran yang dipelajari. Elizabeth juga mengatakan bahwa ciri-ciri minat yaitu:

a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental

Minat di semua bidang berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang lambat matang, karena sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, menghadapi masalah sosial karena minat mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.

b. Minat bergantung pada kesiapan belajar

Anak-anak tidak dapat mempunyai minat sebelum mereka secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut.

c. Minat bergantung pada kesempatan belajar

Kesempatan untuk belajar bergantung pada lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari lingkungan anak-anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah. Minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkup social mereka menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.

d. Perkembangan minat mungkin terbatas

(30)

minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang perkembangan fisiknya normal.

e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya

Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua, guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.

f. Minat berbobot emosional

Bobot emosional – aspek afektif – dari minat menemukan kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot emosional yang menyenangkan memperkuatnya.

g. Minat itu egosentris

Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan, kepandaian di bidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan di dunia usaha.

(31)

faktor keluarga yang dapat mempengaruhi minat siswa. Pengaruh lingkungan sekolah misalnya kurikulum, metode mengajar yang digunakan guru, serta aturan dan disiplin sekolah. Adapun faktor masyarakat meliputi teman bergaul serta kegiatan siswa di masyarakat.

Menurut Crow and Crow yang dikutip (Dimyati Mahmud, 2001:56) menyebutkan bahwa ada tiga faktor yang mendasari timbulnya minat seseorang yaitu :

1. Faktor dorongan yang berasal dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

2. Faktor motif sosial. Timbulnya minat dari seseorang dapat didorong dari motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan dan lingkungan dimana mereka berada.

3. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap sesuatu kegiatan atau obyek.

C.Hasil Belajar

(32)

1. Aspek Kognitif

a. Pengetahuan

Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Tipe hasil belajar ini termasuk dalam aspek kognitif yang berada pada tingkat yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya.

b. Pemahaman

Tipe hasil belajar ini menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori. Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan misalkan menerjemahkan bahasa Indonesia ke dalam bahasa Korea. Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian- bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya. Tingkat ketiga yang merupakan tingkat tertinggi adalah pemahaman ekstrapolasi yang mengharapkan seseorang mampu melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus maupun masalahnya.

c. Aplikasi

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis.

d. Analisis

(33)

e. Sintesis

Penyatuan unsur- unsur atau bagian- bagian kedalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif. Dengan kemampuan sintesis, orang mungkin menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksinya atau operasionalnya.

f.Evaluasi

Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin di lihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, materil, dll.

2. Aspek Afektif

Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Penilaian hasil belajar afektif kurang mendapat perhatian dari guru. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial.

Ada beberapa jenis kategori dalam aspek afektif sebagai hasil belajar menurut Nana Sudjana (2012), yaitu:

a. Receiving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan

stimulasi dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll.

b. Responding/ jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi

yang datang dari luar.

c. Valuing/ penilaian, yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala

atau stimulus tadi.

(34)

e. Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua system nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.

3. Aspek Psikomotorik

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

a. Gerakan refleks ( keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). b. Keterampilan pada gerakan- gerakan dasar.

c. Kemampuan perceptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris, dan lain- lain.

d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. e. Gerakan- gerakan skill, mulai dari keterampilan ssederhana sampai pada

keterampilan yang kompleks.

f.Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non- decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

D.Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar. Rossie dan Breidle (1966), mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah, dan sebagainya (Sanjaya, 2010).

(35)

menimbulkan motivasi belajar dan interaksi secara langsung; (3) mengatasi keterbatasan indra, ruang, dan waktu; dan (4) memberikan kesamaan pengalaman belajar pada siswa (Sumanto, 2012).

Menurut Wina Sanjaya, secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan berperan seperti yang dijelaskan berikut ini :

1. Menangkap Suatu Objek atau Peristiwa- Peristiwa Tertentu 2. Memanipulasi Keadaan, Peristiwa, atau Objek Tertentu 3. Menambah Gairah dan Motivasi Belajar

4. Media Pembelajaran Memiliki Nilai Praktis sebagai berikut:

a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. b. Media dapat mengatasi batas ruang kelas.

c. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan.

d. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan.

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat.

f. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik.

g. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru. h. Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.

i. Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal- hal yang konkret sampai yang abstrak.

(36)

E.Komik

1. Definisi Komik

Kata komik berasal dari bahasa Inggris “comic” yang memiliki arti segala sesuatu

yang lucu serta bersifat menghibur (Kamus Lengkap Inggris- Indonesia, 1991). Pada tahun 1985, Will Eisner yang dikenal sebagai Master Komik Dunia dalam buku

Comics & Sequential Art mendefinisikan komik sebagai seni sekuensial “susunan

gambar dan kata- kata untuk menceritakan sesuatu atau mendramatisasi suatu ide”. Menurut Scott McCloud dalam bukunya yang berjudul Understanding Comics (1993), “Comics” is the word worth defining is it refers to the medium itself, not a

specific object as “Comic book” or “Comic Strip” do and we can all visualize a comic.

Selain itu, Scott juga mengemukakan bahwa seni sequential dan komik sebagai

“juxtaposed pictorial and other images in deliberate sequence, intended to convey

information and/or to produce an aesthetic response in the viewer”.

2. Komponen Komik

a) Panel

Panel adalah kotak yang membatasi gambar yang berada di tiap adegan. Panel terbagi menjadi 2 macam, yaitu panel tertutup yang memiliki garis pembatas panel dan panel terbuka yang tidak memiliki garis pembatas (lihat gambar 2.1).

Gambar 2.1 Contoh panel

(37)

b) Balon baca (Speech Bubbles)

Bentuk visual yang didalamnya terdapat dialog dari karakter. Balon baca bermacam- macam jenisnya disesuaikan dengan fungsinya, seperti pada saat berbicara biasa, berpikir, atau bicara dalam hati, berbisik, dan berteriak (lihat gambar 2.2).

Gambar 2.2 Contoh Balon Baca (Sumber : http://de.fotolia.com/id/23504838,)

c) Narasi

Kotak dialog yang menerangkan waktu, tempat, dan situasi (lihat gambar 2.3).

Gambar 2.3 Contoh Narasi

(38)

d) Ikon

Gambar yang mempresentasikan seseorang, tempat, benda, ekspresi, atau ide. e) Efek suara

Efek suara yang menerangkan suatu situasi, misalnya “RING” pada telepon

atau “DHUARR!!” pada suara ledakan (lihat gambar 2.4).

Gambar 2.4 Contoh Efek Suara

(Sumber : http://id.gofreedownload.com/free-vector/vector-misc/comics-word-vector-206953/#.U1yMr2f6vIU,)

3. Model Komik

Secara garis besar menurut Soejono Trimo (1997:37) media komik dapat dibedakan menjadi 2 yaitu komik strip dan buku komik. Komik strip adalah suatu bentuk komik yang terdiri dari beberapa lembar bingkai kolom yang dimuat dalam suatu harian atau majalah, biasanya disambung ceritanya. Sedangkan buku komik adalah komik yang berbentuk buku (Lestari, 2009).

4. Jenis- Jenis Komik

Dalam hal ini, Marcel Bonneff yang merupakan penulis yang berasal dari Prancis membahas mengenai komik Indonesia dalam buku berjudul Les Bandes

Desinees Indonesiennes pada tahun 1976 membagi komik kedalam beberapa jenis,

(39)

a) Komik wayang

Komik wayang bagi orang asing merupakan jenis asli komik Indonesia, apalagi komik ini dimaksudkan untuk menyaingi komik impor di pasar dan membatasi pengaruh negatifnya. Karakter utama komik wayang adalah hasil tradisi lama yang lahir dari sumber Hindu, yang kemudian diolah dan di perkaya dengan unsur lokal, beberapa diantaranya berasal dari kesusastraan Jawa Kuno seperti Mahabarata dan Ramayana.

b) Komik Silat

Komik silat atau pencak berarti teknik beladiri, sebagaimana halnya karate dari Jepang, atau kun Tao dari China. Komik silat ini banyak mengambil ilham dari seni beladiri dan juga legenda rakyat. Pada umumnya kisah dalam komik silat berceritakan pengalaman petualangan para pendekar dalam membela kebenaran dan menerangi kejahatan, dan kebaikanlah yang akan memenangkannya.

c) Komik Humor

Dalam penampilannya selalu menceritakan hal yang lucu dan membuat pembacanya tertawa. Baik karakter tokoh yang biasanya digambarkan dengan fisik yang lucu atau jenaka maupun tema yang diangkat, dan dengan memanfaatkan banyak segi anekdotis, komik humor langsung menyentuh kehidupan sehari- hari sehingga memudahkan orang untuk memahaminya. d) Komik Roman Remaja

(40)

sumber ilhamnya bermacam- macam. Tema yang diambil pun berkisar tentang kehidupan kaum muda dan liku- liku kehidupannya.

e) Komik Didaktis

Komik didaktis merujuk kepada komik yang bermaterikan ideology, ajaran- ajaran agama, kisah- kisah perjuangan tokoh, materi sains, dan materi lainnya yang memiliki nilai- nilai pendidikan bagi para pembacanya. Komik memilliki dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi hiburan dan juga dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk tujuan edukatif.

Sebutan komik berbeda- beda untuk tiap negara yang terkenal dengan produksi komiknya. Untuk Negara Jepang sebagai penghasil komik paling laris di pasaran menyebut komik sebagai Manga yang berarti komik Jepang. Sedangkan untuk Korea yaitu Manhwa dan China dengan sebutan Manhua.

Untuk Manga sendiri dapat di bagi berdasarkan genre/ tema ceritanya, yaitu: a) Serial cantik (romansu) yang menceritakan tentang kisah percintaan. Contoh:

Candy, Mangaka’s Love.

b) Aksi (akushon) yang menceritakan tentang pertempuran, perkelahian, atau kekerasan. Contoh: Inuyasha, Naruto.

c) Fantasi (fantajii) yang menceritakan tentang benda- benda aneh atau memiliki kekuatan di luar logika, dunia yang tidak terlihat atau lain. Contoh: Sugar Rune.

d) Historis (hisutorikaru) yang menceritakan tentang sejarah seseorang, benda, ataupun suatu tempat. Contoh: Buddha, Samurai X.

(41)

f) Misteri (nazo) yang menceritakan tentang sebuah misteri. Contoh: Kindaichi, Detektif Conan.

g) Olahraga (supootsu) yang menceritakan tentang berbagai olahraga. Contoh: +One, Slam Dunk.

h) Supernatural (choo shizen) yang menceritakan tentang orang- orang dalam manga tersebut memiliki kekuatan di luar logika. Contoh: Happy Ice Cream, Tokyo Mew Mew (Wikipedia, 2013).

F. Hasil Penelitian tentang Media Komik

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Siti

Aisah yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Media Komik dalam Pembelajaran Terhadap

Penguasaan Konsep Materi Perusahaan dan Badan Usaha di MTs Daarul Hikmah

Pamulang”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

(42)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media komik dapat meningkatkan minat belajar dan hasil belajar siswa. Namun demikian, perlu di buktikan pada penelitian dengan materi IPA ini.

G.Materi Konsep Zat

1. Konsep : Zat adalah sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa.

Apakah benda-benda memerlukan tempat? Misal tersedia air yang berada di dalam gelas. Tuanglah air tersebut ke dalam kaleng. Apakah air menempati kaleng? Ternyata air memerlukan tempat atau wadah. Selanjutnya jika air dalam wadah itu ditimbang ternyata memiliki massa. Demikian halnya dengan udara ternyata juga menempati ruang dan memiliki massa.

Di sekitar kita terdapat benda-benda yang dapat dikelompokkan kedalam tiga wujud zat. Beberapa benda seperti besi, kayu, aluminium termasuk zat padat. Air, minyak termasuk zat cair, sedangkan gas elpiji, udara termasuk zat gas. Pada prinsipnya terdapat tiga wujud zat yaitu : zat padat, zat cair dan zat gas.

2. Perubahan Wujud Zat

(43)

Perubahan wujud zat digolongkan menjadi enam peristiwa sebagai berikut:

a. Membeku

Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi padat. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh : air menjadi es, lilin cair yang didinginkan. b. Mencair

Peristiwa perubahan wujud zat dari padat menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh : gula menjadi caramel, lilin yang dipanaskan. c. Menguap

Peristiwa perubahan wujud dari cair menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh: air didalam panci apabila di panaskan terus menerus lama kelamaan airnya akan habis dan menjadi uap air.

d. Mengembun

Peristiwa perubahan wujud dari gas menjadi cair. Dalam peristiwa ini zat melepaskan energi panas. Contoh : Embun pada pagi hari dan embun pada gelas yang berisi air es.

e. Menyublim

Peristiwa perubahan wujud dari padat menjadi gas. Dalam peristiwa ini zat memerlukan energi panas. Contoh : kapur barus semakin lama semakin mengecil. f.Mengkristal

(44)

Gambar 2.5 Skema Perubahan Wujud Zat

3. Teori Partikel Zat

Zat tersusun atas partikel-partikel yang sangat kecil. Partikel-partikel itu yang dinamakan molekul. Mengapa zat mempunyai bentuk tetap? Mengapa zat cair mempunyai bentuk yang berubah-ubah sesuai dengan wadahnya? Bagaimana bentuk zat gas? Untuk lebih jelasnya ikuti penjelasan berikut ini.

a. Partikel Zat dapat Bergerak

(45)

b. Susunan dan Gerak Partikel Pada Berbagai Wujud Zat 1) Zat Padat

Gambar 2.6 Susunan Partikel Zat Padat

Zat padat mempunyai sifat bentuk dan volumenya tetap. Bentuknya tetap dikarenakan partikel-partikel pada zat padat saling berdekatan, tersusun teratur dan mempunyai gaya tarik antar partikel sangat kuat. Volumenya tetap dikarenakan partikel pada zat padat dapat bergerak dan berputar pada kedudukannya saja.

2) Zat Cair

Gambar 2.7 Susunan Partikel Zat Cair

(46)

3) Zat Gas

Gambar 2.8 Susunan Partikel Zat Gas

(47)

28 BAB 3

METODOLOGI

A.Jenis Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan kualitiatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka-angka maupun kata-kata. Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai perkembangan minat yang dialami siswa kelas VII selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran dengan mengunakan media komik sains (Setyosari, 2010).

B.Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat pada bulan Juli hingga Agustus 2014.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat yang berjumlah 30 siswa yang terdiri dari 17 anak laki- laki dan 13 anak perempuan.

3. Objek Penelitian

Objek penelitiannya adalah minat dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat.

4. Sumber Data

(48)

Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari hasil pengamatan yang dikumpulkan peneliti selama tindakan berlangsung dan kuisioner.

5. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dala penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari hasil test formatif dan penilaian aktifitas siswa pada saat proses pembelajaran.

C.Desain Penelitian

Tabel 3.1 Bagan Desain Penelitian

Pengenalan karakter siswa, pengamatan terhadap minat dan hasil belajar siswa sebelum diberi media komik sains. Observasi I

Akhir Penelitian Pengambilan data post test, kuisioner

(49)

D.Instrumen Penelitian

1. Instrumen Pembelajaran

Pada penelitian ini digunakan tiga macam instrumen pembelajaran yaitu, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Komik Sains.

a. Silabus

Silabus bertujuan untuk membantu guru dalam membuat rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pembelajaran tertentu yang mencakup standard kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 49. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bertujuan untuk membantu guru dalam mengarahkan jalannya proses belajar mengajar didalam kelas. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terdiri atas:

1) Indentitas (Satuan Pendidikan, Kelas/ Semester, Mata Pelajaran, dan Alokasi Waktu)

(50)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 51.

c. Komik sains

Dalam penelitian ini, Komik Sains digunakan sebagai pengganti buku pelajaran untuk memudahkan siswa dalam memahami materi Konsep Zat yang akan diajarkan. Komik sains yang digunakan dalam penelitian ini secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 83.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yakni teknik test dan teknik non test.

a. Teknik test meliputi: Pre- test dan Post test.

Pre- Test digunakan sebelum pembelajaran dimulai. Pre- Test digunakan

untuk mengetahui kemampuan kognitif dan konsep awal siswa terhadap materi pembelajaran yang akan diberikan. Sedangkan post- test, digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa dan konsep akhir siswa setelah dilakukan treatmen dengan menggunakan komik sains. Pertanyaan dalam pre- test dan post-

test disusun dalam bentuk pilihan ganda dan uraian dimana pertanyaan yang

diberikan mengacu pada aspek kognitif yang meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis. Prosedur penyusunan pre- test dan

post- test meliputi : (1) aspek yang diukur dalam penelitian, (2) indikator hasil

(51)
(52)

Dalam memberikan skor juga dipergunakan pedoman dasar yang diuraikan seperti berikut :

A.Pilihan Ganda

Setiap soal masing-masing diberi skor 5 apabila benar.

B. Essai

Setiap soal masing-masing diberi skor berbeda dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Soal no 1, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 2.5, jika dapat menjawab soal tetapi kurang benar

skor 5,apabila dapat menjawab satu anakan soal skor 7.5, jika dapat menjawab dua anakan soal skor 10, jika jawaban benar seluruhnya

b. Soal no 2, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 2.5, jika dapat menjawab soal tetapi kurang benar

skor 5,apabila dapat menjawab satu anakan soal skor 7.5, jika dapat menjawab dua anakan soal skor 10, jika jawaban benar seluruhnya

c. Soal no 3, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 5, jika sebagian jawaban benar skor 10, jika jawaban benar seluruhnya d. Soal no 4, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

(53)

e. Soal no 5, skor maksimal 10: skor 0, jika tidak menjawab

skor 10, jika sebagian jawaban benar skor 10, jika jawaban benar

b. Teknik non test hanya terdiri dari kuisioner untuk mengetahui nilai kuantitatif minat belajar dari siswa.

E.Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh dari proses dan hasil pembelajaran dianalisis secara deskriptif kuantitatif yang merupakan angka hasil belajar siswa yang meliputi penentuan rata-rata kelas, ketuntasan belajar individual dan ketuntasan belajar secara klasikal dari hasil test dan data kualitatif berupa prosentase hasil observasi, kuisioner, dan wawancara yangdideskripsikan.

Menurut Slameto (2001) data tentang nilai hasil belajar (kognitif) siswadihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Hasil penelitian dianalisis 3 kali yaitu analisis untuk menghitung rata-rata kelas, menentukan ketuntasan belajar secara individual dan menentukan ketuntasan belajar secara klasikal.

a. Menentukan rata-rata kelas

(54)

Keterangan :

= Nilai rata-rata (mean)

ΣX = Jumlah nilai seluruh siswa

N = Banyaknya siswa yang mengikuti test b. Menentukan ketuntasan belajar secara klasikal

Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal menurut Ali (1993) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

P = nilai ketuntasan belajar

Σn1 = jumlah siswa tuntas belajar secara klasikal

n = jumlah total siswa c. Test – T untuk kelompok Dependen

Menurut Suparno (2006), rumus yang digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang ditest dua kali, yaitu pada pre test dan post test. Kelompok dependent adalah kelompok yangsaling tergaantung, berkaitan, atau

(55)

Dimana :

D = perbedaan antara skor tiap subyek = Xi1– Xi2

N = jumlah pasang skor ( jumlah pasangan ) Df = N – 1

d. Penilaian pada lembar kuisioner yang diberikan

Kuisioner berjumlah 10 pernyataan terkait minat belajar siswa. Lima butir kuisioner berupa kuisioner negatif dan 5 butir lainnya merupakan kuisioner postif. Tiap soal dinilai dari angka 1 hingga 4, dengan ketentuan semakin tinggi semakin baik hasil yang diperoleh pada kuisioner positif dan semakin rendah yang dinilai pada kuisioner negatif maka semakin baik hasil yang diperoleh. Penilaian dilakukan dengan perhitungan:

Berdasarkan perbandingan hasil persentase yang diperoleh peneliti dapat mengemukakan dampak penggunaan media komik terhadap minat belajar siswa. Penilaian kuisioner untuk mengetahui tingkatan minat menggunakan skala berikut:

Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Minat

(56)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan dilakukannya observasi awal untuk mengetahui pokok permasalahan yang ada di kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok. Observasi awal dilakukan pada tanggal 14 Juli 2014, dalam observasi ini peneliti melakukan wawancara dengan guru Fisika kelas VII. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa prestasi belajar siswa kelas VII pada tahun lalu terhadap mata pelajaran Fisika masih rendah. Hal ini ditandai dengan rendahnya nilai hasil ulangan semester 1, yaitu lebih dari 50 % siswa mengikuti remidi. Selain itu nilai rata-rata ulangan harian materi sistem pencernaan juga masih di bawah KKM; yaitu berkisar antara 50 hingga 65.

Permasalahan ini kiranya telah memenuhi syarat untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Untuk mengetahui pokok permasalahan yang menyebabkan masih rendahnya nilai hasil belajar siswa kelas VII tersebut maka dilakukan observasi kelas.

(57)

membuat kegiatan pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa juga cenderung bosan dengan buku pelajaran yang sebagian besar hanya berisi tulisan dengan banyak rumus dan sedikit gambar. Sedangkan, pada usia siswa kelas VII masih senang dan suka dengan sesuatu yang bergambar dan penuh warna.

Berdasarkan hasil identifikasi masalah tersebut maka peneliti bekerja sama dengan guru Fisika kelas VII memutuskan untuk menggunakan media Komik Sains dalam kegiatan pembelajaran pada Konsep Zat. Media ini merupakan media pembelajaran yang tergolong masih sangat baru dimana materi pelajaran yang biasanya diambil langsung dari buku paket diubah dan dibuat menjadi sebuah cerita bergambar dengan cerita tambahan yang berdasarkan contoh dari kehidupan sehari- hari sehingga lebih mudah dipahami oleh siswa. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media Komik Sains ini berpedoman pada rencana pembelajaran yang sebelumnya telah disusun peneliti.

Sebelum dilangsungkannya proses belajar dan pembelajaran peneliti menyusun silabus untuk kompetensi dasar menjelaskan mekanisme dari konsep zat, menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran, menyusun lembar observasi aspek afektif dan psikomotor siswa selama kegiatan pembelajaran, membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi pemahaman siswa mengenai materi konsep zat dengan menggunakan media komik, mendesain alat evaluasi pembelajaran untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang akan dan telah diajarkan, dan membuat kuisioner untuk mengetahui tingkat presentase minat siswa terhadap media pembelajaran yang digunakan.

(58)

siswa mengenai materi yang akan diajarkan. Hasil pre-test siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok menunjukkan bahwa pengetahuan siswa mengenai materi konsep zat tergolong masih sangat rendah sehingga dibutuhkan upaya untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata-rata siswa yang hanya 24,8; dan persentase KKM adalah 0%.

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini dilakukan oleh guru mata pelajaran yang berperan sebagai pengajar. Penjabaran mengenai pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Pelaksanaan Tindakan

Pertemuan Tanggal Waktu Jumlah Siswa yang Hadir I 8 Agustus 2014 2 x 45 menit 30 orang

II 9 Agustus 2014 1 x 45 menit 30 orang

Pada tahap pra pembelajaran pengajar masuk ke dalam kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok, memberi salam dan mempresensi kehadiran siswa. Kemudian memberikan apersepsi berupa visualisasi benda- benda yang ada di sekitar untuk memberi gambaran mengenai materi yang akan dibahas. Selain itu pengajar memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(59)

Siswa diminta untuk membaca secara individual mengenai permasalahan-permasalahan yang disajikan oleh pengajar dalam lembar komik yang dibagikan. Kegiatan membaca tersebut dilaksanakan selama 5 - 10 menit. Ada beberapa orang siswa yang memilih untuk membaca komik bersama temannya. Setelah kegiatan membaca selesai, siswa diminta untuk berdiskusi dengan siswa lain dengan mencari contoh konkret lain dari zat yang telah disebutkan, juga contoh lain dari perubahan wujud zat yang telah disebutkan pada komik. Terlihat beberapa orang siswa dan siswi mondar- mandir dan sibuk sendiri.

Gambar 4.2 Siswa membaca Komik Sains

Sebagai formalisasi pengajar menunjuk secara acak beberapa orang siswa sebagai perwakilan untuk menjawab beberapa pertanyaan berdasarkan apa yang telah dia baca

(60)

dan hasil diskusi dengan temannya. Kegiatan presentasi ini hanya diberi waktu 10 menit. Pada saat proses belajar dan pembelajaran para siswa dan siswi tidak terlalu ribut karena mereka masih beradaptasi dengan teman- teman dan sekolah yang baru. Hal ini memudahkan pengajar dalam menyampaikan materi pengajaran.

Pengajar mengevaluasi hasil diskusi siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Selain itu pengajar juga memberikan penghargaan kepada siswa yang berdiskusi dengan serius dan yang dapat menemukan contoh lain dan yang tidak biasa.

B. Data Hasil

1. Data Pre- Test dan Post- test Pengetahuan

Data yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran Fisika pada materi Konsep Zat dengan menggunakan media Komik Sains siklus I dan II mencakup data hasil belajar aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Penjabaran secara lebih rinci mengenai data hasil belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2 Daftar Nilai Pre Test dan Post Test Siswa Kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok

No. Nama

PRE – TEST POST – TEST Nilai Siswa Ketuntasan Nilai Siswa Ketuntasan

(61)

14. NXE 20 v - 80 v

Tabel 4.3 Hasil Pre-Test siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok

(62)

Tabel 4.4 Hasil Post-Test siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok

Indikator Keterangan Pencapaian  Menjelaskan pengertian zat

Tabel 4.5 Kuisioner Minat Siswa

No. Nama Presentase Kategori Minat Keterangan

(63)

21. PFA 35 4 Sangat Minat

(64)

30. RSN 20 67 -47 2209

Total Nilai

745 2101,5 -1356,5 90287,5

= 745/30 = 24.83 ; = 2101.5/30 = 70.05 ; N = 30

=

=

= -7.839

Df = N – 1 = 30 – 1 = 29 

T

crit= 2.045 ( two tailed test )

dengan level signifikan = 0.05. Dari hasil analisa uji T, didapatkan hasil

Karena , maka signifikan. Berarti kedua

kelompok berbeda.

(65)

penerimaan, dan aspek lain yang ada pada individu (Sudjana, 1990). Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Setelah dilaksanakannya kegiatan pembelajaran materi konsep zat selama dua kali pertemuan dengan menggunakan media Komik Sains, yaitu pada hari jumat 8 Agustus 2014 dan Sabtu 9 Agustus 2014 siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok Siswa mampu menjelaskan pengertian zat, mampu mengelompokkan zat berdasarkan jenis dan sifat yang dimilikinya, mampu melakukan penyelidikan terhadap terjadinya perubahan wujud zat, dapat memberikan contoh perubahan wujud zat berdasarkan pengalaman sehari- hari.

Dari tabel 4.2 di atas, peneliti dapat menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok dengan menggunakan media Komik Sains pada materi Konsep Zat mengalami peningkatan. Rata-rata nilai tes siswa sebesar 70,05 dan persentase ketuntasan KKM sebesar 50%. Namun hasil belajar tersebut masih belum memenuhi target yang diharapkan peneliti, yaitu 70% siswa tuntas KKM dengan skor rata-rata kelas sebesar 75. Tetapi apabila diperhatikan, nilai post test siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pre test. Hal tersebut di perkuat dengan hasil perhitungan dengan menggunakan uji T

yang menyatakan bahwa , maka signifikan. Berarti kedua kelompok

berbeda.

(66)

Belum tercapainya target yang diharapkan peneliti tersebut diduga disebabkan penerapan media pembelajaran dengan menggunakan Komik Sains yang belum optimal. Siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran didominasi hanya oleh siswa yang tergolong pintar. Hal ini terlihat dari hasil catatan peneliti dan rekan observer, dimana masih ada siswa yang mondar-mandir di dalam kelas, tidak terlibat dalam kegiatan diskusi,dan sibuk sendiri.

2. Peningkatan Situasi Minat

Data kuisioner diperoleh setelah kegiatan pembelajaran Fisika pada materi Konsep Zat dengan menggunakan media Komik Sains telah selesai. Presentase situasi minat siswa apabila dilihat dari tabel, dapat dideskripsikan bahwa pada poin pertama dari kuisioner minat siswa terhadap pembelajaran Fisika dengan menggunakan media komik sains yang berisi pernyataan negatif mendapatkan nilai terendah dengan nilai 89 yang menandakan bahwa siswa memperhatikan penjelasan guru dengan baik pada saat pelajaran Fisika. Sedangkan nilai tertinggi dimiliki oleh poin kuisioner kelima yang berisi pernyataan positif dengan total nilai 110 yang menandakan siswa senang mengikuti pelajaran Fisika dengan menggunakan media komik sains.

(67)

Dari penjabaran di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu faktor dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa berupa minat, kecerdasan, bakat, dan motivasi. Sedangkan faktor dari luar diri siswa meliputi orang tua dan lingkungan sekolah (Sudjana, 1990). Peningkatan hasil belajar siswa yang menjadi lebih baik dari awal dilaksanakannya pembelajaran hingga akhir menunjukkan bahwa dengan menggunakan media komik pada materi Konsep Zat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok.

3. Faktor Pendukung Keberhasilan Penerapan Media Pembelajaran menggunakan Komik Sains

Dalam penelitian ini terdapat berbagai faktor yang turut mendukung keberhasilan penerapan media Komik Sains pada materi konsep zat yang dilaksanakan di kelas VII D SMP Katolik 2 W. R. Soepratman Barong Tongkok. Beberapa faktor pendukung tersebut secara lebih rinci akan dibahas dalam pembahasan berikut:

a. Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar memberikan dampak yang cukup penting untuk keberhasilan penerapan media pembelajaran Komik Sains. Kondisi ruang kelas yang cukup besar dengan ventilasi yang cukup membuat siswa merasa betah belajar di dalam kelas, sehingga siswa menjadi fokus untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan.

b. Siswa

(68)

Soepratman Barong Tongkok berasal dari berbagai wilayah, berbagai Sekolah Dasar yang berbeda, dengan latar belakang pengetahuan yang tentunya berbeda pula. Kondisi siswa yang seperti ini sangat membantu keberhasilan penerapan pembelajaran dengan menggunakan media Komik Sains, dimana siswa yang baru saja menginjak jenjang Sekolah Menengah Pertama yang merupakan peralihan dari Sekolah Dasar membuat mereka masih lebih senang dengan media pembelajaran yang bergambar juga lebih mudah dipahami karena pemilihan jalan cerita dari komik yang dibuat oleh peneliti mengambil tema kehidupan sehari- hari sehingga siswa lebih bisa membayangkan kondisi yang terjadi.

c. Komik

Komik memberikan pengaruh yang cukup besar dalam keberhasilan penelitian ini. Karena memiliki isi cerita yang tidak membosankan juga diangkat dari fenomena yang sedang terjadi. Penggunaan media Komik Sains juga membantu siswa agar tidak terlalu kaget dan bosan dengan membaca buku yang hanya berisi tulisan dengan sedikit gambar.

d. Pengajar atau Peneliti

(69)

4. Faktor Penghambat Keberhasilan Penggunaan Media Komik Sains dan Cara Mengatasinya

Dalam pelaksanaannya tentu saja penelitian ini juga mengalami berbagai hambatan. Hambatan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Alokasi Waktu

Materi konsep zat merupakan materi yang memang tergolong mudah sehingga siswa tidak membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk berdiskusi juga bertanya mengenai materi ini. Namun pembelajaran IPA Terpadu pada Sekolah Menengah Pertama yang terdiri dari IPA Fisika, IPA Kimia, dan IPA Biologi menyebabkan peneliti sedikit kesulitan dalam menentukan hari yang tepat untuk melakukan penelitian. Apabila didasarkan dari buku paket IPA Terpadu, pada tanggal 8 Agustus 2014 seharusnya merupakan jadwal untuk pelajaran IPA Kimia dan jadwal untuk pembelajaran IPA Fisika akan dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2014. Sedangkan peneliti harus pulang pada tanggal 12 Agustus 2014, mengurus perpanjangan studi, dan mengikuti perkuliahan di Yogyakarta.

Untuk mengatasi hal ini maka peneliti, pengajar dan pihak sekolah mengganti jadwal pembelajaran IPA Kimia pada tanggal 8 dan 9 Agustus 2014 dengan IPA Fisika agar peneliti dapat melakukan penelitian dan mengambil data. b. Pengelolaan Kelas

(70)

51 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil dan analisa peneliti yang dilaksanakan pada kelas VII D SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok dengan menggunakan media Komik Sains untuk proses pembelajaran IPA Fisika pada materi Konsep Zat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan Komik Sains sebagai alternatif penunjang buku paket dalam proses pembelajaran sangat berpengaruh pada minat membaca siswa.

2. Penerapan model pembelajaran dengan menggunakan media Komik Sains untuk proses pembelajaran IPA Fisika pada materi Konsep Zat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII D SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Barong Tongkok.

B. Saran

1. Media Komik dapat digunakan pada topik dan materi lainnya.

2. Media pembelajaran dengan menggunakan Komik Sains dapat diterapkan dalam proses pembelajaran untuk IPA Kimia dan IPA Biologi.

3. Dalam proses pelaksanaannya media ini membutuhkan waktu yang tidak terlalu banyak tergantung dari seberapa rumit materi yang akan diberikan kepada siswa, sehingga hanya cocok digunakan pada materi yang tidak membutuhkan banyak rumus dan persamaan.

(71)

52

DAFTAR PUSTAKA

Abdullhak, Ishak. 2011. Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Akbar, Sa’adun. 2013. Instrumen Perangkat Pembelajaran . Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ali. Muhamad. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa.

Anonim. Diunduh dari http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=188464 pada tanggal 26 April 2014 pukul 14:41.

Anonim. Diunduh dari http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-10767-Chapter1.pdfpada tanggal 26 April 2014 pukul 14:41.

Bonneff, Marcel. 1998. Komik Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Dahar, Ratna W. 2011. Teori- Teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta: Erlangga.

Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah Beserta

Contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava Media.

Eisner, Will. 1985. Comics & Sequential Art. USA: Poorhouse Press.

Haditomo, Siti R. 1998. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM Press.

Hurlock, Elizabeth B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan edisi kelima. (alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti & Drs. Soedjarwo).

Jakarta: Erlangga.

Laksono, Galih Y. 2010. Studi Analisis Semiotika dalam kartun Panji Koming pada Surat

(72)

53

http://eprints.uns.ac.id/7854/1/139471108201009021.pdf pada tanggal 26 April 2014

pukul 14:56.

Lestari, Suci. dkk. 2009. Media Grafis : Media Komik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Mahmud, Dimyati. 2001. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE.

McCloud, Scott. 1993. Understanding Comics. USA.

Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenada Media Group.

Siregar, Eveline dkk. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Slameto. 2001. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyarto, Teguh. 2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan.

Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Suparno, Paul. 2006. Diktat Statistik untuk Mahasiswa Pendidikan Fisika. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

(73)

54

Suyono, dkk. 2011. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

(74)

55

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar 2.1 : Ridho, Luthfi F. 2013. Life Is A Sequential Art.

http://japratheredranger.blogspot.com/2013/05/life-is-sequential-art.html diunduh pada tanggal 27 April 2014 pukul 11:30.

Gambar 2.2 : Thew, James. Comic Speech Bubbles. http://de.fotolia.com/id/23504838

diunduh pada tanggal 27 April 2014 pukul 11:38.

Gambar 2.3 : Eikavio. 2011. Komik Sebagai Komunikasi Visual.

http://eikavio.wordpress.com/2011/09/01/komik-sebagai-komunikasi-visual/ diunduh pada tanggal 27 April 2014 pukul 11:46.

(75)
(76)
(77)

58

JADWAL KEGIATAN PROGRAM

Jadwal kegiatan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas di SMP Katolik 2 W. R. Soepratman adalah sebagai berikut:

a. Februari 2014 – Mei 2014 :Penyusunan proposal penelitian b. Juli 2014 – Agustus 2014 :Pelaksanaan penelitian

c. Februari 2016 – Juni 2016 :Penyusunan laporan akhir

(78)

59

SILABUS

Sekolah : SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Mata Pelajara : IPA-Fisika

Kelas/Semester : VII/1

Standar Kompetensi : 3. Memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi

(79)

60

Barong Tongkok,……. Juli 2014

Mengetahui,

Kepala Sekolah SMP Katolik 2 W.R. Soepratman Guru Mata Pelajaran

……… ..………..

Gambar

Tabel 3.2 Skala Pengkategorian Minat..................................................................36
Gambar 2.1 Contoh panel
Gambar 2.2 Contoh Balon Baca
Gambar 2.4 Contoh Efek Suara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan menjadi hal yang sangat fundamental bagi kehidupan seseorang, dengan pendidikan yang baik maka akan baik pola pikiran dan sikap seseorang. Pendidikan yang baik

Untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan antar variabel akan dilakukan dengan cara memetakan semua variabel operasional dari penilaian prestasi kerja dan analisa jabatan serta

Pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, debt covenant, dan growth opportunities terhadap konservatisme akuntansi (Studi pada sektor Industri Farmasi yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan level berpikir geometri siswa setelah diterapkan Pembelajaran dengan

[r]

Hasil penelitian aktivitas antipiretik menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan (p>0,05) terhadap rata-rata perubahan suhu rektal tikus antara kontrol

[r]

dan sistem kontrol pada system PLTS di- perankan oleh inverter, yang memiliki fungsi merubah arus bilak balik ( direct current ) yang dihasilkan oleh modul surya menjadi