EFIKASI DIRI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Nesya Fransisca NIM : 081414012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
EFIKASI DIRI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT
TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh: Nesya Fransisca NIM : 081414012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Bukan hanya di sekolah Anda harus mendapatkan B+, tetapi dalam kehidupan
nyata Anda juga harus B+ (Be positive)” – Hitam Putih
“Just remember one thing, Dream big, Act bigger” – Hitam Putih
“About the money, Gain all you can, Save all you can, Give all you can” – John
Rockefeller
“Untuk mendapatkan seorang pengeran, Anda harus bersikap seperti seorang puteri dahulu” – Hitam Putih
“Saatnya berhenti menyemangati orang lain dan mulailah menyemangati diri sendiri”– Hitam Putih
“Ketika Anda kekurangan motivasi & semangat, maka sesempurna apapun yang
Anda miliki akan menjadi tidak berarti” – Hitam Putih
“Ada dua tipe manusia : manusia yang berhasil dalam mimpinya & manusia yang berhenti mewujudkan mimpinya untuk mimpi orang lain” – Hitam Putih
Skripsi ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Mama dan alm. Papaku tercinta Saudara-saudaraku terkasih Kak Yuli, Lintang, Kevin dan Marsel Wali orang tuaku Pak Gabriel dan Bu Melda Teman-temanku P.Mat 08…Pitri, Mamie Paul, Ajoex
ABSTRAK
Nesya Fransisca, 081414012. 2013. Efikasi Diri dan Hasil Belajar Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam Pembelajaran Sub Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan efikasi diri dan hasil belajar siswa serta untuk mengetahui kontribusi antara efikasi diri terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Pelaksanaan penelitian ini berlangsung mulai bulan Oktober-November 2012 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari: (1) skala psikologi efikasi diri, (2) Tes prestasi siswa yang berbentuk tes kemampuan awal , kuis dan tes hasil belajar, (3) Lembar pengamatan yang terdiri dari lembar keterlaksanaan RPP dan keaktifan siswa. Instrumen yang diuji cobakan adalah Tes Kemampuan Awal dan Skala Psikologi efikasi diri dengan hasil valid dan reliabel. Tes kemampuan awal diperoleh dengan intrepretasi tinggi sedangkan skala psikologi efikasi diri diperoleh dengan intrepretasi sangat tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri dan keaktifan siswa berkorelasi secara signifikan. Perhitungan diperoleh melalui korelasi jenjang dengan hasil r s hitung lebih besar dari r s tabel yaitu 0,77 > 0,415. Sedangkan untuk efikasi diri dan hasil belajar diperoleh hasil yang berkorelasi secara signifikan dan linier. Perhitungan diperoleh melalui analisis regresi sederhana dimana
yaitu sehingga H0 ditolak (signifikan)
serta yaitu sehingga H0 diterima (linier).
ABSTRACT
NesyaFransisca, 081414012. 2013. Self Efficacy and Study Result of SMP BOPKRI 3 Yogyakarta 8th grade students in the study of Sub Main Topic Linear System Two Variables with Cooperative Type Student Team Achievement Division (STAD) Method. Thesis. Mathematic Education Programme, Mathematic and Science Education Subject, Teaching and Education Faculty of Sanata Dharma University, Yogyakarta.
The purpose of this research is to find out how likely self efficacy and results of student learning as well as to know the contribution of efficacy and the study results up to grade VIII SMP 3 Yogyakarta BOPKRI learning subject in the sub topic of linear equations in two variables with cooperative learning model of Student Team Achievement Division (STAD) method.The implementation of this research was held from the Oktober-November 2012 with respondent is students of class VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. This research used descriptive quantitative research method.
The research instruments used consists of: (1) the psychology of self efficacy scale, (2) student intelegence tests that shaped the ability of beginning test, quiz and the learning result test, (3) observation sheets consisting of RPP aplication sheet and the students activity. The instruments which tested the ability of beginning test and the psychology of self efficacy scale were valid and reliable. Test early abilities acquired r11 = 0,69 with high interpretation of self efficacy scale while the psychology of self efficacy scale obtained r11 = 0,86 with very high interpretation.
The research results obtained that self-efficacy and the students activity are significantly correlated. The calculation was obtained through correlation levels with the result r s count greater than r s table i.e. 0,77 > 0,415.While the self-efficacy and learning results were obtained the linear and significantly correlate result. Computation obtained through simple regression analysis where F count sign
≥ F table sign is 1807,52 ≥ 4,28 so that H0 is rejected (significant) as well as F count line
≤ F table line is 0,024 ≤ 1,6075so that H 0 is accepted (linear).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala kasih dan
penyertaan-Nya selama ini sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan dan Ilmu Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
4. Bapak Drs. Sukardjono, M.P.d selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis dengan sabar dan penuh perhatian. Terima
5. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd dan Ibu E. Ayunika Permata Sari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.
6. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.
7. Bapak Paryadi, S.Pd selaku kepala sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP tersebut.
8. Ibu Adjeng, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang dengan tulus dan sabar ikut serta membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Siswa-siswi SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, khususnya kelas VIII atas ketersediaanya terlibat dalam penelitian ini.
10.Mama, Alm. Papa, kak Yuli, adik-adikku : Lintang, Kevin, Marsel, wali orang tuaku : Bpk Gabriel dan Ibu Melda yang selalu memberikan semangat, kasih dan doa yang luar biasa.
11.Pitri, Mamie Paul, Ajoex, Ayu, Tito yang telah berkenan menjadi observer dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih atas bantuan dan semangat
yang kalian berikan.
12.Teman-temanku psikologi angkatan 08 : Henri, Riena, Nopai yang telah membantu memberikan kritik dan saran dalam pembuatan skripsi ini.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB. I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 7
C. Pembatasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 8
E. Tujuan Penelitian ... 9
F. Batasan Istilah ... 10
G. Manfaat Hasil Penelitian ... 11
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 12
A. Landasan Teori ... 12
1. Pembelajaran ... 13
2. Model Pembelajaran... 13
3. Pembelajaran Kooperatif ... 13
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) ... 20
5. Efikasi Diri ... 24
6. Hasil Belajar Matematika ... 28
7. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) ... 32
B. Kerangka Berpikir ... 38
C. Hipotesis ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42
D. Variabel Penelitian ... 43
E. Instrumen Penelitian... 43
F. Teknik Pengumpulan Data ... 49
G. Validitas dan Relibialitas ... 51
H. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, PEMBAHASAN, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN ... 59
A. Pelaksanaan Penelitian ... 59
B. Penyajian Data ... 68
C. Analisis Data ... 76
D. Kelemahan Penelitian... 99
BAB V PENUTUP ... 100
A. Kesimpulan ... 100
B. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 103
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran ... 44
Tabel 3.2 Instrumen Pengamatan Keterlaksanaan RPP Pertemuan I ... 45
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri ... 46
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Keaktifan Siswa ... 47
Tabel 3.5 Kriteria Intrepretasi Tingkat Validitas ... 52
Tabel 3.6 Data Koefisien Validitas Tes Kemampuan Awal ... 52
Tabel 3.7 Data Koefisien Validitas Skala Efikasi Diri ... 53
Tabel 3.8 Kriteria Intrepretasi Tingkat Reliabilitas ... 55
Tabel 3.9 Kriteria Skor Peningkatan ... 58
Tabel 3.10 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 58
Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan RPP ... 68
Tabel 4.2 Tabel Pemberian Skor ... 69
Tabel 4.3 Tabel Data Skala Efikasi Diri ... 70
Tabel 4.4 Data Keaktifan Kelompok pada Pertemuan II ... 71
Tabel 4.5 Data Keaktifan Lelompok pada Pertemuan III ... 71
Tabel 4.6 Tabel Data Tes Kemampuan Awal (TKA) ... 72
Tabel 4.7 Tabel Data Kuis ... 73
Tabel 4.8 Tabel Data Tes Hasil Belajar (THB)... 74
Tabel 4.9 Tabel Hasil Peningkatan ... 75
Tabel 4.10 Rincian Kriteria Efikasi Diri Siswa ... 80
Tabel 4.11 Keaktifan Kelompok Kelas VIII C ... 82
Tabel 4.13 Rincian Keaktifan Individu Siswa Kelas VIII C ... 85
Tabel 4.14 Data Kegiatan Dilakukan Siswa ... 85
Tabel 4.15 Rincian Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 86
Tabel 4.16 Peningkatan Kelompok A ... 88
Tabel 4.17 Peningkatan Kelompok B ... 89
Tabel 4.18 Peningkatan Kelompok C ... 89
Tabel 4.19 Peningkatan Kelompok D ... 89
Tabel 4.20 Peningkatan Kelompok E... 89
Tabel 4.21 Peningkatan Kelompok F ... 90
Tabel 4.22 Penghargaan Kelompok ... 90
Tabel 4.23 Korelasi antara Efikasi Diri dan Keaktifan ... 91
Tabel 4.24 Penolong untuk Menghitung Regresi Tunggal ... 93
DAFTAR GAMBAR
Diagram 4.1 Histogram Efikasi Diri Siswa... 82
Diagram 4.2 Histogram Keaktifan Siswa... 84
Diagram 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa ... 87
Gambar 1 Siswa Mengerjakan Soal Uji Coba... 105
Gambar 2 Siswa Mengerjakan Tes Kemampuan Awal ... 105
Gambar 3 Peneliti Menerangkan Mengenai Penyelesaian SPLDV dengan Metode Substitusi ... 106
Gambar 4 Siswa Mengerjakan LKS 1 secara Berkelompok ... 106
Gambar 5 Siswa Mengerjakan Kuis I secara Individu ... 107
Gambar 6 Peneliti Menerangkan Mengenai Penyelesaian SPLDV dengan Metode Eliminasi ... 107
Gambar 7 Siswa Mengerjakan LKS 2 secara Berkelompok ... 108
Gambar 8 Salah Satu Siswa Mengerjakan Soal LKS 2... 108
Gambar 9 Siswa Mengerjakan Kuis 2 secara Individu ... 109
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A
Lampiran A.1 : Daftar Nama Siswa Uji Coba Tes Kemampuan Awal ... 110
Lampiran A.2 : Daftar Anggota Kelompok Kelas VIII C ... 111
Lampiran A.3 : Ketentuan Dalam Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 112
Lampiran A.4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 114
Lampiran A.5 : Kisi-kisi Soal TKA Uji Coba ... 122
Lampiran A.6 : Kisi-kisi Soal TKA Setelah Uji Coba ... 125
Lampiran A.7 : Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 128
Lampiran A.8 : Blue Print Skala Efikasi Diri Uji Coba ... 130
Lampiran A.9 : Blue Print Efikasi Diri Setelah Uji Coba ... 134
Lampiran A.10 : Soal TKA dan Kunci Jawaban Setelah Uji Coba ... 138
Lampiran A.11 : Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 143
Lampiran A.12 : Soal Kuis dan Kunci Jawaban ... 146
Lampiran A.13 : Soal Diskusi ... 148
LAMPIRAN B Lampiran B.1 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 153
Lampiran B.2 : Lembar Efikasi Diri Uji Coba ... 154
Lampiran B.3 : Lembar Efikasi Diri Setelah Uji Coba ... 157
LAMPIRAN C Lampiran C.1 : Analisis Data Uji Coba TKA & Efikasi Diri ... 159
Lampiran C.2 : Hasil Data Uji Coba TKA & Efikasi Diri ... 168
Lampiran C.4 : Contoh Hasil Tes Kemampuan Awal ... 188
Lampiran C.5 : Contoh Hasil Tes Hasil Belajar ... 193
Lampiran C.6 : Contoh Hasil Kuis ... 196
Lampiran C.7 : Contoh Hasil Diskusi ... 199
Lampiran C.8 : Contoh Hasil Efikasi Diri ... 214
Lampiran C.9 : Contoh Hasil Observasi Keaktifan Siswa ... 217
Lampiran C.10 : Contoh Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP ... 223
LAMPIRAN D Lampiran D.1 : Sertifikat Penghargaan ... 229
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan memegang peranan yang amat penting, khususnya dalam
mempersiapkan sumber daya manusia untuk dapat bersaing dengan bangsa lain. Kemajuan suatu bangsa dilihat dari seberapa tinggi pendidikan itu. Semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi pula martabat bangsa tersebut.
Pendidikan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sebagaimana yang
diungkapkan oleh Moslow, 1962; Rogers, 1982 dalam Anita Lie (2010:5)
bahwa “Tujuan pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa sampai
setinggi yang dia bisa”. Sehingga melalui pendidikan, transformasi ilmu
pengetahuan dan teknologi dapat berlangsung secara berkesinambungan dari generasi ke generasi menuju peningkatkan kualitas sumber daya manusia pada
suatu bangsa.
Menurut Herman Hudojo (1988:3) dikatakan bahwa matematika merupakan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirearkis
dan penalarannya deduktif. Perkembangan pesat yang terjadi dalam teknologi modern ini tidak lepas dari perkembangan matematika di bidang teori
kemampuan bekerjasama. Hal ini jelas bahwa belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi dan tidak jarang dianggap oleh siswa
sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan sehingga menjadikan banyak siswa kurang termotivasi dalam mempelajarinya. Menurut Zulkardi, 2001 ;
IMSTEP-JICA, 1999 menyebutkan bahwa alasan lain penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa terhadap matematika adalah pembelajaran matematika hanya berpusat pada guru atau sumber materi guru yang aktif
dalam pembelajaran (text book oriented), sedangkan siswa hanya duduk diam mendengarkan materi dari guru, yang terkadang menimbulkan kebosanan
(tidak berminat) pada siswa sehingga berpengaruh pada konsentrasi siswa itu sendiri.
Kemampuan berpikir kritis seseorang dalam suatu bidang studi tidak
dapat lepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut. Menurut Meyers (1986) seseorang tak mungkin dapat berpikir kritis dalam
suatu bidang studi tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan teori bidang studi tersebut. Dengan demikian agar siswa bernalar dengan baik mengenai masalah dalam matematika, maka dia harus memahami matematika dengan
baik.
Mengenai matematika, John W. Santrock (2009:110) mengatakan
bahwa pada kelas VI sampai dengan kelas VIII, murid mendapatkan manfaat dari program matematika yang meliputi aljabar dan geometri. Murid diharapkan mampu menangani solusi kuantitatif dalam kehidupan nyata
kuat ketika mereka belajar aljabar. Meskipun demikian, banyak dari mereka yang mendapatkan nilai baik tetapi tidak dibarengi dengan pemahaman
mereka akan materi dalam matematika atau dengan kata lain mereka hanya sekedar menghafal. Pendekatan ni dapat berhasil baik dalam kelas, tetapi akan
membatasi kemampuan mereka dalam menggunakan aljabar di kehidupan nyata (Heid, 2002).
Siswa kelas VIII termasuk pada golongan remaja awal yang lebih suka
berkelompok dengan teman sebayanya seperti apa yang diungkapkan oleh
Berndt,1979 ; Berndt&Perry, 1990 ; Leventhal, 1994 dalam John W.Santrock
(2002:46) , “Pada kelas delapan dan sembilan, konformitas dengan teman -teman sebaya – khususnya dengan standar-standar antisosial mereka –
memuncak.” John W. Santrock (2009:121) juga berpendapat bahwa pada masa
sekolah menengah pertama para siswa menjadi semakin mandiri dari orang tua mereka dan ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman
sebaya. Dengan demikian, guru diharapkan dapat membantu mereka dalam memahami bagaimana aljabar dan geometri berhubungan dengan pendekatan pembelajaran dalam matematika yang erat kaitannya dengan interaksi teman
sebaya di kalangan siswa kelas VIII.
John W. Santrock (2009), mengatakan bahwa motivasi di sekolah telah
terdorong oleh prespektif kognitif dan penekanan pada pengungkapan proses-proses paling penting yang terlibat dalam prestasi siswa. Motivasi dalam perspektif kognitif memiliki artian bahwa pemikiran siswa mengarahkan
merekomendasikan bahwa siswa harus diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengendalikan hasil prestasi mereka sendiri. Sehingga
guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang meningkatkan keterlibatan kognitif dan tanggung jawab terhadap diri pribadi
siswa dalam proses belajar (Blumenfeld, Krajcik, & Kempler, 2006).Terdapat beberapa proses kognitif dalam memotivasi siswa untuk belajar, salah satunya adalah efikasi diri. Menurut Bandura (1997,2001,2004), efikasi diri adalah
sebuah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Efikasi diri adalah keyakinan bahwa “Saya dapat” ; keputusasaan adalah keyakinan bahwa “Saya tidak dapat” (Maddux, 2002;
Lodewyk & Winne, 2005; Stipek, 2002). Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan siswa
yang memiliki efikasi diri rendah. Sehingga menurut penulis, banyak siswa yang tidak berminat akan matematika bisa disebabkan karena efikasi diri
siswa yang rendah. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas dengan menggunakan ketepatan pendekatan. Pendekatan ini lah yang perlu dibenahi pada setiap proses
pembelajaran matematika.
Salah satu pendekatan yang mungkin dapat digunakan dalam
fasilitas belajar bagi peserta didiknya. Jadi, didalam cooperative learning, terdapat dialog interaktif dan merupakan proses organik dan konstruktif bukan
mekanis sehingga suasana pembelajaran berlangsung secara terbuka dan demokratis antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sehingga lebih
memungkinkan pengembangan nilai, sikap, moral dan keterampilan peserta didik . Anita Lie (2010:28) menerangkan bahwa model pembelajaran ini tidak banyak diterapkan di masyarakat Indonesia yang disebabkan beberapa hal
salah satunya kekhawatiran akan terjadinya kegaduhan di kelas jika siswa ditempatkan dalam grup. Padahal sesungguhnya model pembelajaran
cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok , karena dalam cooperative learning terdapat unsur-unsur pokok yang mendasarinya. Unsur-unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka,komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Menurut Slavin (2005:10), semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka
belajar sama baiknya. Terdapat tiga konsep yang berperan penting dalam
cooperative learning, antara lain penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama. Salah satu metode cooperative learning
yang ada adalah metode Student Team-Achievement Division (STAD). Menurut Slavin (2005:143), STAD merupakan salah satu metode
paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan
cooperative learning di kelas. STAD bertujuan untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
Berdasarkan observasi di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, terlihat guru lebih menekankan latihan-latihan soal pada buku materi saja yang diharapkan mampu memberikan pemahaman yang mendalam bagi siswa, namun yang
terjadi siswa terlihat enggan untuk mengerjakannya dan lebih tertarik untuk berbincang-bincang dengan teman sebayanya. Hanya sesaat saja siswa
tersebut memperhatikan pengajaran guru, terutama pada saat guru tegas memberikan sangsi pada beberapa siswa yang terlihat tidak memperhatikan. Tetapi hanya sedikit siswa yang terlihat serius dalam pengerjaan soal. Menurut
guru matematika yang bersangkutan, kurangnya antusias pada pembelajaran di sekolah (tidak hanya untuk matematika) disebabkan karena raw input nya yang kurang berkualitas. Datang dari keluarga yang kurang mampu ataupun
broken home sehingga para guru harus lebih bersabar dalam menghadapi mereka. Menurut pengakuan beliau, beliau sesekali memberikan materi
dengan menggunakan power point, juga pembelajaran di luar kelas hanya sekedar siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran pada biasanya tetapi
Berdasarkan observasi tersebut peneliti beranggapan bahwa keadaan siswa yang cenderung lebih akrab dengan teman sebayanya dapat
dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami materi pembelajaran matematika. Karena dengan belajar bersama teman
sebaya dapat mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar dan diharapkan mampu menumbuhkan keberanian siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat, bertanggung jawab dan berpikir kritis atas materi
matematika yang telah diberikan lebih-lebih dalam kehidupan mereka kedepannya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem
persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi masalah yaitu kemungkinan :
1. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran matematika.
2. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran
3. Kurangnya interaksi antar siswa berdiskusi dalam tugas kelompok.
C. Pembatasan Masalah
Dari sekian banyak masalah yang telah diidentifikasi karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu:
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD)?
2. Bagaimanakah efikasi diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta mengenai pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD)?
3. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
4. Bagaimana kontribusi antara efikasi diri terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub
pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
(STAD)?
5. Bagaimanakah kontribusi antara efikasi diri terhadap keaktifan (keterlaksaan model STAD) pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan
1. Keterlaksanaan model pembelajaran tipe Student Team Achievement
Division (STAD).
2. Efikasi diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
4. Kontribusi antara efikasi diri terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
5. Kontribusi antara efikasi diri terhadap keaktifan (keterlaksanaan model STAD) pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel
F. Batasan Istilah
Istilah operasional yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran kooperatif : suatu model kegiatan pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam
pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi agar siswa saling berbagi kemampuan, dapat berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat dan saling membantu dalam belajar.
2. Tipe Student Team Achievement Division (STAD): salah satu metode kooperatif yang paling sederhana dengan membagi siswa dalam beberapa
tim belajar yang terdiri dari empat/lima orang. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim untuk memastikan semua anggota tim menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis
3. Efikasi diri : keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif.
4. Hasil belajar : kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik
pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.
G. Manfaat Hasil Penelitian
1. Bagi peneliti:
a. Sebagai pelatihan karya ilmiah.
b. Memberikan bekal atau sumber referensi kepada peneliti saat bekerja kelak menjadi guru.
2. Bagi sekolah:
a. Memberikan gambaran yang lebih jelas kepada pembaca sejauh mana
metode kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)
dapat meningkatkan efikasi diri dan hasil belajar siswa.
b. Memberikan informasi kepada guru maupun calon guru akan
pentingnya potensi yang dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar yang selanjutnya dapat dikembangkan dikemudian hari.
3. Bagi fakultas:
a. Mampu menjadi salah satu referensi dalam mengembangkan model pembelajaran kooperatif berikutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran
Menurut KBBI, pembelajaran merupakan proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
John W.Santrock (2009:301) juga mengatakan bahwa pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen terhadap perilaku dan pengetahuan, serta
keterampilan-keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.
Menurut Bandura (Alwisol, 2005:366), pembelajaran adalah
observasi modeling yang melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan
sekaligus yang melibatkan proses kognitif.
Menurut Edward L.Thorndike (B.R. Hergenhahn, 1997), mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah trial-and-error (selecting and
connecting), incremental (sedikit demi sedikit) bukan insightful (sekaligus dalam satu waktu).
Berdasarkan beberapa pendapat tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau cara seseorang dalam belajar. Pembelajaran yang terjadi merupakan proses yang dapat
2. Model Pembelajaran
Menurut Agus Suprijono (2009:45) mengemukakan bahwa model
pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas.
Arends (Agus Suprijono, 2009:45) juga mengungkapkan bahwa
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan, tahap-tahap kegiatan, lingkungan
pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dengan kata lain model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Definisi pembelajaran kooperatif
menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi, terutama ketika dua kondisi dipenuhi (Slavin, 1995) yaitu:
1) Penghargaan kelompok dihasilkan.
Bertujuan untuk menumbuhkan minat terbaik anggota-anggota
kelompok dalam membantu satu sama lain dalam belajar. 2) Individu-individu diharuskan bertanggung jawab.
Beberapa metode untuk mengevaluasi kontribusi individual
seorang siswa, seperti kuis atau laporan individual harus digunakan Johnson & Johnson (2002,2005) berpendapat bahwa ketika kedua
aspek tersebut terpenuhi maka pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi diseluruh tingkat yang berbeda dan dalam tugas yang berbeda dan dalam tugas yang berkisar dari keterampilan dasar
sampai penyelesaian masalah.
Slavin (2005:8) mengemukakan bahwa dalam cooperative learning
para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Terdapat tiga konsep penting yang mengikutinya antara lain :
1) Penghargaan bagi tim.
Tim akan mendapatkan pernghargaan jika mereka berhasil
melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan. 2) Tanggung jawab individual.
Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari
anggota tim dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan
kuis/tes individu tanpa bantuan siswa lainnya. 3) Kesempatan sukses yang sama.
Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya.
Anita Lie (2010:28) mengatakan bahwa cooperative learning
didasari oleh falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan
yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Menurut beliau, model pembelajaran ini berbeda dengan sekedar belajar kelompok dikarenakan dalam cooperative learning terdapat lima unsur pokok yang mendasarinya (Roger & David Johnson) yaitu:
1) Saling ketergantungan positif.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus memiliki tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka. 2) Tanggung jawab perseorangan.
3) Tatap muka.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti sinergi tersebut adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan
kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. 4) Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling
mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5) Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka
agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran
yang menitik beratkan pada interaksi teman sebaya untuk belajar meraih sukses secara bersama-sama dalam sebuah tim dan kemudian
b. Tipe-tipe pembelajaran kooperatif
Menurut Slavin (2005:11) terdapat lima prinsip dalam metode PTS
(Pembelajaran Tim Siswa), yaitu :
1) Student Team-Achievement Division (STAD)
Para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat - lima orang yang berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa
bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, mereka mengerjakan kuis
secara individu dimana skor kuis tersebut menjadi pembanding dengan rata-rata pencapaian sebelumnya sehingga diperoleh skor kemajuan tim. Tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan
mendapatkan penghargaan atau sertifikat. 2) Teams Games-Tournament (TGT)
Pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards dan merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. TGT memiliki kesamaan dengan dinamika STAD, tetapi
menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu
3) Jigsaw II
Merupakan adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978).
Pembagian kelompok mirip dengan STAD atau TGT. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek
tertentu. Setelah membaca materi, para ahli bertemu dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali ke tim masing-masing untuk
mengajarkan topiknya pada teman-teman satu tim. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan kuis secara individu dimana
perhitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti pada STAD.
4) Team Accelerated Instruction (TAI)
Slavin, Leavey, & Madden (1986) mengungkapkan bahwa TAI sama dengan STAD atau TGT tetapi dalam TAI menggabungkan
pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda kemudian teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing
menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes terakhir dilakukan tanpa
bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa. Tiap minggu guru menjumlahkan angka dari tiap unit yang telah diselesaikan semua anggota tim dan memberikan sertifikat
yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah dilakukan, dengan poin ekstra untuk lembar jawaban yang sempurna dan
pekerjaan rumah yang telah diselesaikan.
Dalam TAI para siswa belajar pada tingkat kemampuan mereka
sendiri jadi apabila mereka tidak memenuhi syarat kemampuan tertentu, mereka dapat memantu dasar yang kuat sebelum melangkah ke tahap berikutnya.
5) Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)
Merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca
dan menulis pada sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Madden, Slavin, & Steven). Para siswa ditugaskan untuk berpasangan untuk belajar dalam
serangkaian kegiatan kognitif. Mereka mengikuti serangkaian pengajaran guru, ptaktik tim, pra-penilaian tim, dan kuis. Mereka
tidak mengerjakan kuis sampai teman satu timnya menyatakan sudah siap. Kemudian penghargaan diberikan pada tim didasarkan pada kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua
kegiatan membaca dan menulis.
c. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif
Menurut John W. Santrock (2009:63), pembelajaran kooperatif memberikan hal positif antara lain adalah interpendensi dan interaksi dengan siswa-siswa lain yang semakin baik, motivasi untuk belajar
materi kepada orang lain. Kekurangan yang mungkin terjadi adalah ada beberapa siswa yang lebih suka bekerja sendiri dikarenakan siswa
dengan prestasi rendah akan memperlambat kemajuan siswa-siswa yang berprestasi tinggi. Sehingga guru yang akan
mengimplementasikan pembelajaran kooperatif dalam kelas harus memperhatikan kekurangan ini dan berusaha untuk mengatasinya (King & Behnke, 2005).
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division
(STAD)
Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Menurut Slavin (2005:143), STAD terdiri atas
lima komponen utama yaitu: a. Presentasi kelas
Materi pelajaran pertama-tama diperkenalkan oleh guru melalui presentasi di kelas menggunakan pengajaran langsung. Presentasi ini haruslah berfokus pada unit STAD, hal ini bertujuan untuk
memberikan kesadaran para siswa untuk benar-benar memperhatikan selama presentasi kelas karena dengan demikian akan sangat
b. Tim
Terdiri dari empat atau lima orang siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Tim merupakan figur penting dalam STAD, poin yang ditekankan
adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
c. Kuis
Guru memberikan kuis setelah praktik tim berlaku untuk satu atau dua
periode. Kuis ini bersifat individual sehingga tiap siswa memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri.
d. Skor kemajuan individual
Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari kinerja
rata-rata para siswa sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasar tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor
awal mereka. e. Rekognisi tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat
Langkah-langkah penerapan STAD: a. Persiapan
1) Membuat lembar kegiatan, sebuah lembar jawaban, dan sebuah kuis untuk setiap unit yang direncanakan untuk diajarkan. Tiap unit
harus terdiri dari tiga sampai lima instruksi. 2) Membagi para siswa ke dalam tim
Tim-tim STAD mewakili seluruh bagian di dalam kelas. Terdiri
perempuan, laki-laki, kaum minoritas, siswa berprestasi tinggi, rendah dan sedang. Tidak dianjurkan siswa untuk memilih timnya
sendiri. Atau dapat juga melakukan hal-hal berikut, antara lain memfotokopi lembar rangkuman tim, menyusun peringkat siswa, menentukan jumlah tim, membagikan siswa ke dalam tim, dan
kemudian mengisi lembar rangkuman tim. 3) Menentukan skor awal pertama
Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Atau bisa juga menggunakan hasil nilai akhir siswa pada tahun lalu.
4) Membangun tim
Memberi kesempatan kepada anggota tim untuk melakukan
b. Jadwal kegiatan 1) Pengajaran
Dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut didalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan
dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran, kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya yang mencakup latihan dan penilaian yang independen secara berturut-turut.
2) Belajar tim
Waktu : 1-2 periode kelas.
Gagasan utama : para siswa belajar dalam tim mereka.
Materi yang dibutuhkan : dua lembar kegiatan untuk tiap tim, dua lembar jawaban untuk tiap tim.
3) Tes (ujian)
Waktu : ½ - 1 periode kelas.
Gagasan utama : kuis individual.
Materi yang dibutuhkan : satu kuis tiap anak. 4) Rekognisi tim
Gagasan utama : menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim
lainnya.
i. Menghitung skor individual dan tim ii. Merekognisi prestasi tim
iv. Menghitung skor awal v. Mengubah tim
vi. Memberi penilaian 5. Efikasi Diri
Albert Bandura membagi istilah self ke dalam beberapa bagian, antara lain self esteem, self appraisal, self concept, self confidence, self efficacy. Beliau (John W. Santrock ,2009) juga mengungkapkan bahwa efikasi diri
merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif. “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus
diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu” (Alwisol, 2005:360). Perubahan tingkah laku seseorang terdapat pada perubahan efikasi dirinya. Hal tersebut dapat dimodifikasi melalui salah satu atau kombinasi dari
empat sumber yaitu :
a. Pengalaman perfomansi (mastery experience)
Pengalaman menguasai sesuatu prestasi. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak
efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya. Misalnya semakin sulit tugasnya maka keberhasilan akan membuat efikasi
b. Pengalaman vikarius
Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain,
sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal.
c. Persuasi sosial
Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu
adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.
d. Keadaan emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress,
dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.
Perubahan tingkah laku akan terjadi jika sumber ekspektasi efikasinya berubah. Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami
Sumber Cara Induksi
Pengalaman
performansi
Participant modeling Meniru model yang berprestasi
Performance desensitization Menghilangkan pengaruh buruk prestasi masa
lalu
Performance exposure Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih
Self-instructed performance Melatih diri untuk melakukan yang terbaik
Pengalaman
vikarius
Live modeling Mengamati model yang nyata
Symbolic modeling Mengamati model simbolik, film, komik, cerita
Persuasi
verbal
Suggestion Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar
kepercayaan
Exhortation Nasihat, peringatan yang mendesak/memaksa
Self-instruction Memerintah diri sendiri
Interpretive treatment Intrepretasi baru memperbaiki intrepetasi lama
yang salah
Pembangkitan
emosi
Attribution Mengubah atribusi, penanggung jawab suatu
kejadian emosional
Relaxation biofeedback Relaksasi
Symbolic desensitization Menghilangkan sikap emosional dengan
modeling simbolik
Symbolic exposure Memunculkan emiosi secara simbolik
Beliau percaya bahwa efikasi diri adalah sebuah faktor yang sangat
penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang
a. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu b. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu
c. Keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan, apatis, murung.
Menurut Carol Wade dan Carol Tavris (2007:180), efikasi diri adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu meraih hasil yang diinginkan, seperti penguasaan suatu keterampilan baru atau mencapai suatu tujuan.
Saat kita memiliki keyakinan maka keyakinan tersebut dapat menciptakan
self-fulfilling prophecy. Self-fulfilling prophecy adalah suatu harapan yang menjadi kenyataan karena orang yang memiliki harapan tersebut cenderung tetap bertahan pada harapan tersebut, dan melakukan tindakan-tindakan yang dapat merealisasikan harapan tersebut. Self-efficacy
didapatkan melalui pengalaman menguasai kemampuan baru, mengatasi rintangan, dan mempelajari hikmah dari kegagalan yang ada.
Individu-individu yang memiliki self-efficacy yang kuat adalah individu-individu yang dapat beradaptasi secara cepat pada permasalahan yang mereka hadapi, dan tidak menjadi cemas atau panik menghadapi
permasalahan-permasalahan tersebut.
Dale Schunk (1991, 1999, 2001, 2004) berpendapat bahwa efikasi diri
keyakinan bahwa “Saya dapat”; keputusasaan adalah keyakinan bahwa
“Saya tidak dapat” (Maddux,2002 ; Lodewyk & Winne, 2005; Stipek,
2002 ).
Bandura dkk (2001), Ewart (1995), Maddux (1995), Stajkovic dan
Luthans (1998) dalam Carol Wade dan Carol Tavris (2007:180) self-efficacy memiliki dampak yang positif pada berbagai aspek kehidupan seseorang ; seberapa baik ia dalam mengerjakan suatu tugas, tingkat
pendidikan yang ia capai, seberapa keras ia akan berusaha dalam mencapai tujuannya, jenis karir yang ia pilih, kemampuannya dalam memecahkan
masalah yang rumit, motivasinya dalam mencapai tujuan politis dan sosial, kebiasaan hidup sehat, dan bahkan peluang kesembuhan dari serangan jantung.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa efikasi diri merupakan suatu keyakinan dalam diri
seseorang yang disertai perubahan tingkah laku yang dapat menentukan seberapa besar keberhasilan yang dapat dicapai orang tersebut.
6. Hasil Belajar Matematika
a. Pengertian Belajar
Menurut KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian
atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.
Menurut Suyono dan Hariyanto (2011:9) dikatakan bahwa belajar
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian.
Didalam buku yang ditulis oleh Agus Suprijono (2009:2), diungkapkan beberapa definisi belajar dari beberapa pakar pendidikan
antara lain : 1) Gagne
Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai
seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.
2) Travers
Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 3) Cronbach
Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. 4) Harold Spears
Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.
5) Geoch
Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan. 6) Morgan
Berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses seseorang
untuk memperoleh pengetahuan, memperbaiki kekurangan, dan meningkatkan potensi positif dalam dirinya.
b. Pengertian Hasil Belajar
Agus Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.
Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:
1) Informasi verbal : kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan ataupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual : kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif : kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik : kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap : kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Merupakan kemampuan
Bloom mengungkapkan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (knowledge, comprehension, application, analysis, syinthesis, evaluation), afektif (receiving, responding, valuing, organization, characterization), dan psikomotorik (initiatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual).
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan segala sesuatu yang positif dan timbul akibat proses belajar.
c. Pengertian Matematika
Menurut Herman Hudojo (1988:2), matematika adalah teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari
isi materialnya hal-hal yang ditelaah.
W. W. Sawyer mengatakan bahwa matematika adalah klasifikasi
studi dari semua kemungkinan pola yang mencakup hampir semua jenis keteraturan yang dapat dimengerti pikiran kita.
Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis
mengambil kesimpulan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik
sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak (gagasan dan hubungan antara gagasan-gagasan tidak perlu dikaitkan dengan obyek empirik/fisik) yang tersusun secara hierarkis dan
d. Hasil Belajar Matematika
Berdasarkan beberapa pengertian dari hasil belajar dan matematika
di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah segala sesuatu yang positif dan timbul sebagai akibat proses
belajar pada mata pelajaran matematika dan dalam hal ini dibatasi pada aspek kognitif saja. Segala sesuatu yang positif mencakup pada kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia belajar matematika, antara
lain kemampuan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap materi matematika.
7. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Persamaan adalah kalimat matematika yang memuat tanda “ = ”
Penyelesaian adalah suatu konstanta yang apabila disubstitusikan
mengubah kalimat terbuka menjadi kalimat yang bernilai benar.
Sifat persamaan : kedua ruas boleh ditambah atau dikurang bilangan yang
sama, kedua ruas boleh dikali atau dibagi bilangan yang sama asalkan bukan 0.
a. Persamaan linear satu variabel (PLSV)
Bentuk umum persamaan satu variabel adalah , dengan
dinamakan variabel, dinamakan koefisien dari dan dinamakan konstanta.
1) Jika kedua ruas dikalikan maka sehingga { }
2) Jika maka
Contoh :
1) Persamaan dan merupakan PSLV karena hanya memiliki satu variabel, yaitu x dan memenuhi bentuk .
2) Misalnya, Andika membeli 2 kaleng minuman ringan seharga
Rp7000,00. Dapatkah kamu menentukan harga satu kaleng minuman ringan tersebut jika kedua kaleng minuman harganya sama?
Jawab : Jika harga satu kaleng dimisalkan maka harga 2 kaleng
minuman ringan dapat ditulis dalam bentuk PLSV, yaitu . Pada bentuk tersebut, dinamakan variabel, bilangan 2
dinamakan koefisien dari , dan -7000 dinamakn konstanta.
Persamaan mempunyai penyelesaian .
Nilai dinamakan penyelesaian dari .
b. Persamaan linear dua variabel (PLDV)
Bentuk umum PLDV adalah dengan bilangan real
dan dan dinamakan variabel, dinamakan koefisien
dari dinamakan koefisien dari dan dinamakan konstanta.
Oleh karena merupakan persamaan linear maka grafik
persamaan pada diagram cartesius akan berbentuk garis
penyelesaian PLDV akan berbentuk himpunan penyelesaian, yaitu | .
c. Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV)
1) Pengertian SPLDV
Misalkan terdapat dua bentuk PLDV, yaitu dan . Karena variabel dan dari dua bentuk PLDV
sama, maka terdapat hubungan pada kedua PLDV tersebut. Hubungan itu dinamakan sistem. Oleh karena itu sistem tersebut
dinamakan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Bentuk umum SPLDV:
Dengan merupakan bilangan real.
Contoh : Pada pagi hari ibu membeli beberapa buah-buahan di toko buah langganannya untuk persediaan makanan di rumah. Ibu
membeli 2 kg pir dan 1 kg apel kemudian ia membayarnya dengan uang Rp50.000,00 dan mendapatkan kembalian Rp15.000,00.
Sepulang dari kantor, ayah juga membawa beberapa buah-buahan yang terdiri dari 1 kg pir dan 2 kg apel seharga Rp40.000,00 yang
ia beli di toko yang sama. Kemudian ibu bertanya pada ayah harga 1 kg apel dan 1 kg pir di toko tersebut, tetapi ternyata ayah tidak bisa menjawab dan akhirnya mereka kebingungan. Anak mereka
masalah tersebut. Anna berkata bahwa kasus tersebut merupakan sistem persamaan linear dua variabel dan dapat diselesaikan
dengan beberapa cara yaitu grafik, substitusi dan eliminasi.
1) Jika maka terdapat satu penyelesaian (dua garis
berpotongan)
2) Jika maka (dua garis sejajar)
3) Jika maka (dua garis berhimpit)
2) Penyelesaian SPLDV
Terdapat tiga metode untuk mencari himpunan penyelesaian suatu SPLDV antara lain:
a) Metode Grafik
Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV menggunakan metode grafik:
i. Gambarlah seluruh grafik PLDV yang terdapat pada SPLDV tersebut pada koordinat Cartesius yang sama.
ii. Tentukan titik potong grafik-grafik PLDV tersebut. iii. Titik potong tersebut merupakan penyelesaian SPLDV
yang kamu cari.
b) Metode Substitusi
Metode substitusi hanya menggunakan prinsip-prinsip aljabar
Maknanya, salah satu variabel diganti dengan variabel yang lain untuk mendapatkan PLSV.
Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV menggunakan metode substitusi:
i. Perhatikan persamaan . Jika , maka
nyatakanlah dalam sehingga diperoleh .
ii. Substitusikan pada persamaan kedua sehingga
diperoleh PLSV yang berbentuk .
iii. Selesaikan PLSV tersebut untuk mendapatkan nilai .
iv. Substitusikan nilai yang diperoleh pada persamaan untuk mendapatkan nilai .
c) Metode Eliminasi
Eliminasi berarti penghapusan. Dengan demikian cara
penyelesaian SPLDV adalah dengan menghapus salah satu variabel dari PLDV tersebut.
Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV menggunakan metode eliminasi:
i. Melakukan eliminasi variabel
x
x
ii. Melakukan eliminasi variabel
x
x
Untuk mempersingkatkan perhitungan dapat digunakan penggabungan metode eliminasi dan metode substitusi.
Mula-mula carilah nilai salah satu variabel dengan menggunakan metode eliminasi, kemudian gunakan nilai variabel tersebut
untuk mendapatkan nilai variabel lain dengan menggunakan metode substitusi.
3) Menyelesaikan soal cerita
Langkah-langkah untuk menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan SPLDV:
SOAL KALIMAT
MATEMATIKA (SPLDV)
HASIL
METODE
GRAFIK
METODE
SUBSTITUSI Diubah dalam bentuk
diperoleh
Uji kembali kebenaran
B. KERANGKA BERPIKIR
Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari
kepada apa yang telah diketahui orang itu. Matematika merupakan ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif.
Sehingga untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. Pernyataan tersebut memberikan tantangan tersendiri
bagi para pengajar untuk memberikan fasilitas belajar terbaik supaya tercipta proses belajar matematika yang kondusif untuk memberikan hasil belajar
terbaik bagi siswa-siswanya.
Motivasi para pengajar dan peserta didik mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. Salah satu faktor terpenting dalam proses kognitif yang
melibatkan motivasi adalah efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang yang menentukan seberapa besar keberhasilan yang akan ia capai
kelak. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan dengan siswa dengan efikasi rendah. Pengajar perlu mendorong siswa untuk menjadi termotivasi secara intrinsik (melakukan
sesuatu demi hal itu sendiri). Secara serupa, pengajar harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang meningkatkan keterlibatan kognitif dan
tanggung jawab terhadap diri sendiri pada siswa di dalam proses belajar. Kemampuan untuk mentransfer materi pelajaran adalah salah satu aspek dari efikasi diri pengajaran, tetapi efikasi diri pengajaran juga meliputi keyakinan
yang menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian suatu pendekatan pembelajaran yang berkualitas sangatlah dibutuhkan demi tercapainya hasil
belajar yang berkualitas.
Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan oleh pengajar adalah
model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada interaksi teman sebaya untuk belajar meraih sukses secara bersama-sama dalam sebuah tim. Salah satu model
pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah tipe Student Team Achievement Division (STAD). Di sini, siswa diajarkan untuk tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada kelompoknya. Model ini sangatlah menarik untuk diterapkan karena merupakan gabungan antara dua hal yaitu belajar dengan kemampuan diri sendiri dan belajar pada
masing-masing anggota kelompok sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk dapat saling bertukar pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan
masalah. Jadi dengan memilih model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) diharapkan guru dapat mengetahui seberapa besar efikasi diri dan hasil belajar siswa.
C. HIPOTESIS
Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika efikasi diri tinggi maka hasil belajar siswa meningkat pada saat dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
siswa, jika efikasi diri meningkat maka keaktifan siswa (terkait pada model
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penilitian deskriptif
kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskriptifkan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel
yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata (Punaji Setyosari, 2010:33). Dalam penelitian deskriptif, peneliti menggunakan strategi kuantitatif untuk mengumpulkan data (misal berupa skor) atau informasi
yang berkaitan dengan pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus sehingga tidak dapat digeneralisasikan karena sistem
pengambilan datanya tidak sampling.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat untuk penelitian ini adalah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.
Berdasarkan observasi dan wawancara, sekolah tersebut memiliki profil sebagai berikut :
a) Kondisi akademik adalah rata-rata menengah kebawah. b) Berkemampuan ekonomi menengah ke bawah.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2012/2013
dimulai pada Oktober 2012 sampai dengan November 2012.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP BOPKRI
3 Yogyakarta.
Berdasarkan observasi dan wawancara dari guru, profil kelas tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Kemampuan akademik mereka tentang matematika tergolong menengah dan masih lebih banyak siswa yang berminat akan
matematika daripada kelas lain.
b) Keadaan ekonominya tergolong menengah kebawah.
c) Interaksi teman sebaya diantara mereka cukup akrab dan bisa serius dalam menerima pelajaran daripada kelas lain.
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah efikasi diri dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok
bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division
D. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (variabel penyebab, independent variabel “X”) adalah
variabel yang mempengaruhi (Arikunto, 2002:97). Variabel independen dalam penelitian ini adalah efikasi diri dan keaktifan (terkait dengan model STAD) dalam pembelajaran matematika pada
sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel. 2. Variabel Terikat
Variabel terikat (variabel tidak bebas, tergantung “Y”) merupakan variabel akibat (Arikunto, 2002:97). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar.
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu: 1. Instrumen Pembelajaran
Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian berupa
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan empat kali pertemuan dengan masing-masing alokasi waktu 2x40
Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran
Pertemuan ke- Materi yang akan diajarkan
I
-Pelaksanaan Tes Kemampuan Awal (TKA) dengan sumber materi persamaan linear satu variabel (PLSV). -Penjelasan singkat mengenai metode kooperatif tipe STAD.
II
-Memahami pengertian dan perbedaan PLDV dan SPLDV
-Mengenal metode penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode substitusi
III -Mengenal metode penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode eliminasi
IV
-Pelaksanaan Tes Hasil Belajar (THB) dengan sumber materi penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode subtitusi dan eliminasi.
2. Instrumen Pengumpulan Data
a. Non Tes
1) Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar keterlaksanaan RPP digunakan untuk mengamati keterlaksanaan jalannya penerapan model kooperatif tipe STAD. Lembar tersebut berisi tentang
langkah-langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan RPP yang telah disusun peneliti dan diisi oleh tiga observer. Observer bertugas untuk mengamati jalannya pembelajaran kemudian memberikan tanda cek (√) di kolom “ya” jika terlaksana, dan
“tidak” jika tidak terlaksana. Berikut salah satu contoh