vi Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT
To be able to always survive in an increasingly tight business competition, business entities strive to always develop ourselves, both in terms of quality, quantity and the improvement and enhancement in the determination of production cost. CV. Agro Duta is located on Jl. Paralon I No.12 Bandung, where the company is engaged in the production of compost. In the CV. Agro Duta this cost calculation is less accurate and good products, so the identification of production costs, the activities of the company, and then allocate the costs based on actual consumption of each product.
In the writing of this final task, for determining the cost of the product which is more accurate in the CV. Agro Duta, implemented Activity-Based Costing (ABC). Activity-Based Costing is a method of determining the cost of the search cost to the activity, then to product. ABC overcome the distortion problem is to analyze the cost elements are appropriately allocated to a particular product costs not directly relating to the product (particularly overhead costs). Basically every component of overhead costs caused by events, since each product must be burdened with overhead costs in proportion to the activity that caused those costs. So the distortion can be overcome by production costs that are not directly related to the used of an intermediate product that is activities to charge these costs to products. With the achievement of this theory, the expected CV. Agro Duta can determine more accurate product cost price for all products produced.
vii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
Untuk dapat selalu bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin ketat, badan usaha berupaya untuk selalu mengembangkan diri, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun perbaikan dan penyempurnaan dalam penentuan biaya produksinya.
CV. Agro Duta berlokasi di Jl. Paralon I no.12 Bandung, dimana perusahaan tersebut bergerak dalam bidang produksi kompos. Pada CV. Agro Duta ini perhitungan harga pokok produknya kurang akurat dan baik, maka dilakukan identifikasi biaya produksi, aktivitas yang ada pada perusahaan, kemudian mengalokasikan biaya-biaya sesuai konsumsi aktual pada tiap produk.
Dalam penulisan tugas akhir ini, untuk penentuan harga pokok produk yang lebih akurat pada CV. Agro Duta, diterapkan Activity-Based Costing (ABC). Activity-Based Costing adalah metode penentuan harga pokok yang menelusur biaya ke aktivitas, kemudian ke produk. ABC mengatasi masalah distorsi yaitu dengan menganalisa unsur biaya yang dialokasikan ke produk secara tepat khususnya biaya-biaya yang tidak langsung berhubugan ke produk (khususnya biaya-biaya overhead pabrik). Pada dasarnya setiap komponen biaya overhead disebabkan oleh aktivitas, karena setiap produk harus dibebani biaya overhead sesuai dengan proporsi aktivitas yang menyebabkan biaya tersebut. Jadi distorsi dapat diatasi dengan cara biaya-biaya produksi yang tidak berhubungan langsung dengan produk menggunakan suatu perantara yaitu aktivitas untuk membebankan biaya-biaya tersebut ke produk.
Dengan pencapaian teori ini, diharapkan CV. Agro Duta dapat menentukan harga pokok produknya lebih akurat untuk semua produk yang dihasilkan.
viii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
ix Universitas Kristen Maranatha
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Activity-Based Costing Sebagai Dasar Alokasi Biaya Overhead Pabrik Yang Lebih Akurat ... 6
2.2 Pengertian Activity-Based Costing ... 7
2.3 Konsep-Konsep Dasar Activity Based Costing ... 8
2.4 Perbandingan Biaya Produk Tradisional dan ABC ... 9
2.5 Struktur sistem ABC ... 12
2.6 Tahap – Tahap ABC... 13
2.7 Syarat Penerapan Sistem Activity-Based Costing ... 14
2.8 Harga Pokok Produksi... 15
2.8.1 Elemen Biaya Dalam Harga Pokok Produk ... 15
2.9 Pembebanan Biaya Overhead pada Activity-Based Costing ... 17
2.9.1 Prosedur Pembebanan Biaya Overhead dengan Sistem ABC .. 18
2.10 Manfaat Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Aktivitas.... 20
2.11 Cost Driver ... 21
2.12 Manfaat Activity Based Costing ... 23
x Universitas Kristen Maranatha 2.14 Pengertian dan Penentuan Tarif Dengan Menggunakan Metode Cost
Plus Pricing ... 28
BAB III METODE PENELITIAN... 31
3.1 RANCANGAN PENELITIAN ... 31
3.2 JENIS DAN SUMBER DATA ... 31
3.3 PENGUKURAN DATA ... 32
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 32
3.5 RESPONDEN ... 33
3.6 ANALISIS DATA ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34
4.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 34
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ... 34
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan ... 35
4.1.3 Produksi Perusahaan ... 36
4.1.3.1 Karakteristik Produk ... 36
xi Universitas Kristen Maranatha
4.1.3.3 Proses Produksi ... 37
4.1.4 Elemen Biaya ... 39
4.2 PEMBAHASAN ... 40
4.2.1 Biaya Bahan Baku Langsung ... 40
4.2.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung ... 41
4.2.3 Biaya Overhead Pabrik ... 42
4.2.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi yang Diterapkan oleh Perusahaan ... 45
4.2.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode ABC ... 46
4.2.5.1 Tahap-tahap ABC... 47
4.2.5.2 Penerapan ABC ... 47
4.2.6 Perbandingan Antara Harga Pokok Produk Per Unit Menurut Metode Konvensional Dan Metode ABC ... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
5.1 KESIMPULAN ... 54
5.2 SARAN ... 54
DAFTAR PUSTAKA
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Konsep Dasar Activity-Based Costing... 9
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 35
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data volume penjualan... 40
Tabel 4.2 Data Pemakaian Jam Tenaga Kerja Langsung ... 41
Tabel 4.3 Biaya Overhead Pabrik ... 44
Tabel 4.4 Biaya Bahan Baku Langsung ... 45
Tabel 4.5 Harga Pokok Produksi ... 46
Tabel 4.6 Daftar aktivitas-aktivitas yang menyerap overhead... 47
Tabel 4.7 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik ke Aktivitas ... 48
Tabel 4.8 Daftar Activity Driver ... 49
Tabel 4.9 Tarif overhead per aktivitas ... 49
Tabel 4.10 Rincian biaya overhead pabrik Per unit ... 50
Tabel 4.11 Total BOP Tiap Jenis Produk Berdasarkan Metode ABC ... 51
Tabel 4.12 Harga Pokok Produk Per Unit ... 51
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin pesat, merangsang
munculnya perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di bidang usaha yang sama
misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk
selalu meningkatkan kinerja mereka supaya dapat terus bertahan dalam arus
persaingan saat ini. Untuk dapat selalu bertahan dalam persaingan antar perusahaan,
selain meningkatkan kinerjanya perusahaan juga harus mempunyai kemampuan
untuk menganalisis lingkungannya baik lingkungan eksternal maupun internal
perusahaan sehingga informasi yang dihasilkan benar-benar lengkap dan akurat.
Pada umumnya perusahaan manufaktur masih menggunakan akuntansi biaya
tradisional dalam menghitung harga pokok produknya. Akuntansi biaya tradisional
mengalokasikan semua biaya berdasarkan ukuran-ukuran volume (jumlah). Padahal
sebenarnya banyak biaya-biaya yang tidak berhubungan volume (jumlah) unit yang
diproduksi sehingga pembebanan biaya tersebut terhadap produk dengan
menggunakan cost driver (pemicu biaya) berdasarkan jumlah unit dapat
menimbulkan distorsi dalam perhitungan biaya atau subsidi silang. Subsidi silang ini
terjadi karena tiap-tiap produk tersebut sebenarnya tidak mengkonsumsi biaya secara
proposional berdasarkan volume produksi. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengalokasian biaya secara tepat. Biaya produk yang dihasilkan oleh sistem
Bab I Pendahuluan 2
Universitas Kristen Maranatha timbul karena adanya ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga
mengakibatkan kesalahan penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan
pengendalian (Supriyono, 1999: 259). Distorsi tersebut juga mengakibatkan
undercost/overcost terhadap produk (Hansen & Mowen, 2005).
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an
dan awal 1900-an lahirlah suatu sistem penentuan harga pokok produk berbasis
aktivitas yang dirancang untuk mengatasi distorsi pada akuntansi biaya tradisional.
Sistem akuntansi ini disebut Activit-Based Costing System. Activity Based Costing
System merupakan suatu sistem pembebanan biaya berdasarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk. Ada dua asumsi yang
mendasari Activity Based Costing System (Cooper and Kaplan, 1999), yaitu :
1. adanya aktivitas akan menyebabkan timbulnya biaya.
2. produk atau jasa akan menyebabkan timbulnya permintaan akan aktivitas.
Activity Based Costing System tidak hanya merupakan proses pengumpulan data mengenai biaya dari aktivitas yang dilakukan dan kinerja perusahaan, tetapi juga
merupakan proses pemberian umpan balik kepada manajemen mengenai hasil yang
dicapai dibandingkan dengan rencana semula untuk mengambil langkah korektif
yang dibutuhkan (Brimson, 1991).
Akuntansi biaya kontemporer meyakini bahwa penentuan metode ABC
(activity- based costing) perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain, digunakan metode
ABC (activity- based costing) dalam membebankan biaya-biaya yang tidak dapat
diidentifikasi secara langsung ke produk agar tidak menimbulkan distorsi dalam
perhitungan biaya. Disamping itu, biaya produk yang dihasilkan memberikan
Bab I Pendahuluan 3
Universitas Kristen Maranatha bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk terlalu rendah dari
biaya yang sebenarnya dikonsumsi untuk menghasilkan produk, sedangkan
overcosting terjadi bila biaya produksi tidak langsung dibebankan kepada produk
terlalu tinggi dari biaya yang sebenarnya dikonsumsi untuk menghasilkan produk.
Dengan munculnya biaya produksi yang under costing dan over costing tersebut
akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan khususnya harga
produk dan kelangsungan organisasi. Untuk itu perlu diterapkannya sistem
penentuan harga pokok produk berdasarkan aktivitasnya.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang sudah ada, yaitu penelitian tentang
“Penentuan harga pokok penjualan dengan menggunakan metode activity based
costing di PT. X”, oleh Adhitya Chandra tahun 2004, yang menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan metode activity-based costing dalam perhitungan harga pokok
produksi, untuk kemudian diterapkan dalam proses perhitungan harga pokok
penjualan perusahaan menjadi lebih akurat. Sedangkan menurut skirpsi oleh Samuel
Sugihartono tahun 2005 tentang “Penerapan activity-based costing dalam
menentukan harga pokok produksi pada perusahaan "X" di Surabaya”, yang
menyimpulkan bahwa penggunaan sistem tradisional yang selama ini digunakan oleh
perusahaan ternyata terlalu sederhana dibandingkan dengan sistem ABC yang
memperhitungkan segala kegiatan / aktivitas yang dapat menyebabkan munculnya
biaya dan membebankannya kepada produk secara proporsional sesuai dengan
konsumsi produk atas aktivitas tersebut sehingga dapat menghitung secara lebih
akurat biaya yang muncul atas produksi suatu produk. Namun, menurut penelitian
oleh Fieda Femala tahun 2007 tentang “Penerapan metode activity-based costing
Bab I Pendahuluan 4
Universitas Kristen Maranatha perhitungan tarif jasa rawat inap dengan menggunakan metode ABC, dilakukan
melalui 2 tahap. Yaitu tahap pertama biaya ditelusur ke aktivitas yang menimbulkan
biaya dan tahap ke dua membebankan biaya aktivitas ke produk. Dari hasil
perhitungan tarif rawat inap dengan menggunakan metode ABC, apabila
dibandingkan dengan metode tradisional maka metode ABC memberikan hasil yang
lebih besar kecuali pada kelas VIP dan Utama I yang memberikan hasil lebih kecil.
Berdasarkan dari penelitian-penelitian sebelumnya diatas, maka penulis
tertarik untuk meneliti lebih lanjut sebagai studi akhir dalam penyusunan skripsi
dengan judul “PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING DALAM
MENENTUKAN HARGA POKOK PRODUK YANG LEBIH AKURAT PADA
CV. AGRO DUTA”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana penerapan ABC (activity-
based costing) pada CV. Agro Duta dalam memperoleh perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah :
Ingin mengetahui penerapan metode ABC (activity-based costing) dalam
menghitung harga pokok produk. Penerapan metode ABC (activity-based costing)
dimaksudkan untuk memperoleh harga pokok produk yang lebih akurat yang
Bab I Pendahuluan 5
Universitas Kristen Maranatha
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian atas penentuan harga pokok produk
yang lebih akurat dengan menggunakan metode ABC (activity- based costing)
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemilik
perusahaan mengenai penerapan metode ABC (activity- based costing) dalam
menghitung harga pokok suatu produk.
2. Bagi Akademis
Penelitian ini digunakan untuk menambah referensi bagi penelitian selanjutnya,
dimana berisi tentang perbandingan teori metode ABC (activity- based costing)
dengan penerapannya secara nyata.
3. Bagi Penulis
Penulisan ini merupakan sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai penerapan metode ABC (activity- based costing) dalam
54 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa kesimpulan yang dapat
diambil dan juga beberapa saran yang diharapkan dapat menjadi masukan yang
bermanfaat dalam perusahaan.
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Bahwa penerapan ABC untuk CV. Agro Duta akan menghilangkan
terjadinya over costing serta kemungkinan terjadinya subsidi silang antara
produk yang satu dengan produk yang lain, karena dasar pembebanan
biaya overhead pabrik disesuaikan dengan jenus dan karakteristik aktivitas
yang menyerap sumber daya. Dan kemudian hal tersebut menyebabkan
perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat.
5.2. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka saran-saran
yang dapat diberikan adalah:
1. Oleh karena perusahaan mempunyai persentase biaya overhead yang
Bab V Kesimpulan dan Saran 55
Universitas Kristen Maranatha overhead pabrik ke produk secara lebih tepat sangat berguna bagi manager untuk mengambil keputusan. Selain itu, karena proporsi biaya overhead
yang tidak berhubungan dengan unit adalah cukup besar terhadap total
biaya overhead pabrik, maka untuk menghindari terjadinya over costing,
under costing maupun distorsi harga pokok produk dalam membebankan overhead pabrik, sebaiknya perusahaan menggunakan cost driver (pemicu
biaya) berdasarkan unit dan non unit sesuai dengan jenis dan karakteristik
aktivitas yang menyerap sumber daya dalam pembebanan biaya
overhead-nya (metode ABC).
2. Dengan membebankan biaya overhead sesuai aktivitas, dapat menetapkan
harga jual yang lebih tepat untuk tiap produk, sehingga tidak kehilangan
kesempatan untuk memperoleh laba yang maksimal. Selain itu, penerapan
ABC akan memberikan informasi tentang biaya aktivitas, yang
memungkinkan manager untuk menekan aktivitas yang menimbulkan
biaya tetapi tidak bernilai tambah sehingga harga jual yang ditetapkan
untuk tiap produk dapat lebih bersaing lagi.
Namun demikian perlu diperhatikan juga bahwa penerapan ABC menuntut
konsentrasi dan kerja sama antar pihak akuntansi biaya dan pihak
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Cooper Robin dan Kaplan Robert, S. (2005) The design of Cost Management System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.
Hansen, Don R, dan Maryanne M. Mowen. (2004). Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta.
Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Keempat, BP STIE YKPN, YK.
Mulyadi. (2003). Activity-Based Cost System, Edisi keenam, Cetakan Pertama, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Mulyadi. (2005). Akuntansi Biaya, Edisi Keenam, Yogyakarta: Aditya Media.
Rudianto. (2006). Akuntansi Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Supriyono. (2002). Akuntansi Manajemen, Proses Pengendalian Manajeman, STIE YKPN, Yogyakarta.
Tunggal, Amin Widjaja. (2003) Activity Based Costing Suatu Pengantar, Rineka Cipta, Jakarta.
Witjaksono Armanto. (2006). Akuntansi Biaya, Edisi Pertama, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.