ABSTRAK
EFEKTIVIT AS BUAH ASAM JAW A (TaltUlrindus indica Linn.) SEBAGAI LAKSANSIA PADA MENCIT
Jessica Gunawan, 2004, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr. Mkes Pembimbing II : Rosnaeni, Dra. Apt
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat akhir-akhir ini banyak mempengaruhi pola hidup masyarakat. Penggunaan obat-obatan kimia semakin menjadi kebiasaan masyarakat untuk mengobati penyakit yang cenderung dianggap ringan seperti konstipasi, Asam Jawa merupakan tanaman obat tradisional yang dapat dijadikan altematif untuk laksansia alami yang mudah didapat dan lenih ekonomis.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas Asam Jawa sebagai laksansia.
Metode yang digunakan adalah pengamatan pola defekasi mencit, yang dikelompokkan menjadi 5 perlakuan, yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok bahan uji dosis 1 DM, 10 DM, dan 20 DM yang diberikan per oral. Pengamatan karakteristik feses mencit (berat feses, frekuensi defekasi, konsistensi) selama 6 jam tiap 30 menit. Analisis data frekuensi defekasi dan berat feses menggunakan ANA VA dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD (a=O.05), sedangkan konsistensi feses menggunakan Chi-kuadrat (Friedman
Test)
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan berat feses dan frekuensi defekasi dengan konsistensi normal.
Kesimpulan penelitian ini buah Asam Jawa efektif sebagai laksansia dengan meningkatkan berat feses dan frekuensi defekasi tanpa merubah konsistensi feses.
Saran penulis agar penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya sehingga penggunaan Asam Jawa sebagai fitofarmaka semakin berkembang di masyarakat.
ABSTRACT
EFFICACY of FRUIT of Tamarindus indica Linn. as LAXATIVE in MICE
Jessica Gunawan, 2004, Tutor I : Lusiana Darsono,dr. MKes. Tutor II : Rosnaeni, dra. Apt.
The development of science and technology lately are very progressive and influencing the society life style. The use of chemical drugs has already became a society habit to treat the disease that believed to be mild, such as constipation.
Tamarindus indica Linn. is a traditional medicinal plant that can be used for alternative natural laxative which easy to get and less expensive.
This research objective is to know about the efficacy of Tamarindus indica Linn. as laxative.
The method that is used in this research is mice defecation survey, classified to 5 groups; there are the group of negative control, positive control, and the test group for doses 1 DM, 10 DM, 20 DM All provided orally. The faeces characteristic was observed for 6 hours every 30 minutes. Data analysis for defecation frequency and faeces weight is using ANOVA and Tukey HSD (a=0.05), and for faeces consistency is using Friedman Test.
The results of research are increasing faeces weight and defecation frequency with normal consistency.
The conclusion of research is that the fruit of Tamarindus indica Linn. is effective as laxative that increases faeces weight and defecation frequency without change of the faeces consistency.
The recommendation that can be given is that the research can be used as basic to the next research so the use of Tamarindus indica Linn. as fitofarmaka can be more develop in society.
DAFT AR ISf
DAFTAR ISI HALAMAN
ABSTRAK iv
ABSTRACT.. ... ... ... v
KATA PENGANT AR ... vi
DAFT AR IS!... ... ... viii
DAFT AR TABEL. ..x
DAFT AR DIAGRAM .. xi
DAFT AR LAMP IRAN xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Identifikasi masalah 2
1.3 Maksud dan tujuan 2
1.4 Kegunaan penelitian 2
1.5 Kerangka pemikiran 2
1.6 Metodologi... 3
1.7 Lokasi dan waktu 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan fisiologi usus besar 4
2. 1.1 Anatomi usus besar 4
2.1.2 Fisiologi usus besar 5
2.1.2.1 Absorpsi air dan elektrolit pada usus besar 5
2.1.2.2 Sekresi mukus pada usus besar 6
2.1.2.3 Mekanisme defekasi 7
2.2 Konstipasi 8
2.3 Obat-obat pencahar atau laksansia 9
2.3.1 Penggolongan laksansia 10
2.3.1. 1 Laksansia rangsang 10
2.3.1.2 Laksansia garam dan laksansia osmotik 10
2.3.1.3 Laksansia pembentuk massa 11
2.3.1.4 Laksansia emolien 11
2.3.2 Laksansia pembentuk massa .12
2.3.2.1 Metilselulosa 12
2.3.2.2 Carmellose (karboksimetilselulosa).. 12
2.3.2.3 Kalsium polikarbofil ..12
2.3.3 Kontraindikasi laksansia 13
2.4 Altematif laksansia dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung selulosa dan pektin .. . .. .. . . .. .. .. .. . .. .. . . . .. . .. . . .. . . .. .. .. .. . . .. . .. .. .. .. .. .. . .. . . .. .. . . .. . 13 2.4. 1 Agar-agar . .. .. . . .. .. .. .. . . .. .. . . .. .. . .. . . . .. . .. . .. . .. . .. . .. . . .. .. .. . . ... 13
2.4.2 Plantago (Psyllium) 13
2.4.3 Gom Sterculia 14
2.4.4 Katul 14
2.4.5 Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.) 14
2.4.5.1 Taksonomi ... 15
2.4.5.2 Deskripsi . ... 15
2.4.5.3 Penggunaan Asam Jawa 16
2.4.5.4 Kandungan dan efek fannakologis 17
2.4.5.5 Asam Jawa sebagai laksansia 18
BAB ill BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan alat
3.1.1 Bahan penelitian... 19
3.1.2 Alat-alat yang digunakan 19
3.2 Persiapan penelitian
3.2.1 Persiapan hewan percobaan 20
3.2.2 Persiapan bahan uji . 20
3.3 Metode penelitian
3.3.1 Desain penelitian 20
3.3.2 Variabel penelitian ... 21
3.3.3 Metode penentuanjumlah sampel 21
3.3.4 Prosedur kerja .. ... ... 22
3.3.5 Metode analisis 23
BAB IV BASIL DAN PEMBABASAN 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 35
5.2 Saran 35
DAFT AR PUST AKA 36
LAMPIRAN 38
RIW AYAT HIDUP PENULIS 47
DAFT AR TABEL
Tabel 4.1 Hasil pengamatan untuk:frekuensi defekasi 25 Tabel4.2 Hasil uji statistikANOVA untuk: frekuensi defekasi daTimasing-masing
kelompok .27
Tabel4.3 Hasil uji beda rata-rata frekuensi defekasi Tukey HSD (a=O.05) 28 Tabel4.4 Basil pengamatan untuk berat feses (mg) 29 Tabe14.5 Hasil uji statistik ANOVA untuk berat feses (mg) daTi
masing-masing kelompok ...31
Tabel4.6 Basil uji beda rata-rata berat feses Tukey HSD (a=O.05) 32 Tabel4.7 Hasil pengamatan untuk:konsistensi feses 33
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 Frekuensi defekasi rata-rata masing-masing kelompok perlakuan..27 Diagram 4.2 Berat feses rata-rata masing-masing kelompok perlakuan 29
Diagram 4.3 Persentase konsistensi feses .33
DAFTAR LAMPmAN
Lampiran 3.1 Perhitungan dosis Bahan Uji 38
Lampiran 3.2 Perhitungan dosis Laksansia L. 39
Lampiran 3.3 Foto tanaman Asam Jawa 40
Lampiran 4. 1 Hasil pengamatan frekuensi defekasi, berat feses dan konsistensi feses dengan bahan uji jus asam jawa 1 DM, 10 DM, 20 DM selama
6 jam ..41
Lampiran 4.2 Descriptives frekuensi defekasi rata-rata dan berat feses rata-rata 42 Lampiran 4.3 Hasil ANOVA dari frekuensi defekasi rata dan berat feses
rata-rata 43
Lampiran 4.4 Multiple Comparisons frekuensi defekasi rata-rata Tukey HSD
(a=O.05) 44
Lampiran 4.5 Multiple Comparisons berat feses rata-rata Tukey HSD (a=0.05).45 Lampiran 4.6 Chi-kuadrat (Friedman Test) untuk konsistensi feses 46
BABI PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat akhir-akhir ini, banyak mempengaruhi pola hidup masyarakat, termasuk perkembangan dalam bidang kesehatan. Masyarakat cenderung menggunakan obat-obatan modem yang banyak diketahui dari media massa seperti iklan-iklan untuk mengobati penyakitnya, padahal masih banyak bahan-bahan alam di sekitar kita yang dapat digunakan sebagai obat tradisional.
Salah satu obat tradisional adalah Asam Jawa yang biasanya digunakan oleh masyarakat pedesaan baik sebagai bumbu dapur maupun untuk mengobati berbagai macam penyakit, seperti sariawan, bisul, jerawat, nyeri haid dan konstipasi. Tetapi mereka tidak tahu apa khasiat yang terkandung di dalamnya. Selain Asam Jawa yang dapat dijadikan altematif dalam mengatasi konstipasi, masih banyak tanaman obat lain seperti Aloe vera (lidah buaya), Rhei radix (kelembak),plantago yang juga dapat dijadikan altematiflaksansia alami.
Dengan banyaknya tanaman obat yang berkhasiat maka pengembangan tanaman obat tradisional perlu dilakukan khususnya untuk mengetahui khasiatnya secara pasti.
Konstipasi dapat disebabkan karena pola makan yang kurang mengandung serat dan air seperti makanan siap saji atau junk food yang paling digemari oleh masyarakat. Oleh karena itu, akhir-akhir ini WHO juga mencanangkan agar masyarakat kembali ke pola hidup sehat yang ditunjang oleh pola makan sehari-harinya seperti makanan yang kaya akan serat, buah-buahan dan konsumsi air yang cukup per harinya. Dengan pola makan demikian maka masyarakat tidak mudah mengalami konstipasi.
Konstipasi dapat menyebabkan komplikasi seperti hemoroid. Akibatnya akan timbul rasa nyeri dan kesulitan dalam defekasi (Cummings,I99 1). Masyarakat sekarang masih banyak yang menggunakan obat pencahar secara berlebihan.
2
Padahal penggunaannya yang tidak tepat dapat merugikan keadaan tubuh karena akan mengganggu absorpsi normal dari bahan gizi di usus kecil dan mengganggu sintesis vitamin tertentu oleh flora usus besar. (Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja, 2002)
Oleh karena itu pengembangan bahan tradisional perlu ditingkatkan untuk kepentingan masyarakat, sehingga obat tradisional dapat dijadikan altematif pengobatan.
1.2 Identifikasi Masalah
Apakah Asam Jawa mempunyai efek sebagai laksansia ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui khasiat Asam Jawa sebagai laksansia dalam mengatasi konstipasi dan memperlancar defekasi.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Akademis: untuk menambah wawasan farmakologis Asam Jawa sebagai laksansia.
2. Praktis: Asam Jawa dapat digunakan sebagai laksansia altematif untuk menanggulangi konstipasi.
1.5 Kerangka Pemikiran
3
Pektin dan selulosa merupakan serat alamiah berupa senyawa polisakarida yang sukar dipecah dalam usus dan tidak diserap (dicemakan). Zat-zat ini berdaya menahan air sambil mengembang sehingga menyebabkan volume feses membesar. Oi samping itu, terbentuk asam-asam organik dan gas (C02, O2, H2, CH4), semua ini turut memperbesar volume kimus. Akibat volume feses dan volume kimus yang membesar maka menyebabkan rangsang mekanis terhadap dinding usus sehingga timbul peristaltik dan pada akhimya mendorong defekasi. (Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja, 2002)
Jadi Asam Jawa dapat berkhasiat sebagai laksansia.
1.6 Metodologi
Metode yang digunakan pada percobaan ini adalah prospektif eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan mengamati pola defekasi mencit. Oengan menggunakan mencit jantan galur Swiss Webster. Analisis data untuk berat feses dan frekuensi defekasi menggunakan ANA VA satu arab dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Tukey HSD (a=O.05).
Sedangkan analisis untuk konsistensi feses dengan menggunakan Chi-kuadrat (Friedman Test) .
1.7 Lokasi dan Waktu
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Kesimpulan
Buah Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.) efektif sebagai laksansia terhadap hewan coba, dengan meningkatkan berat feses dan frekuensi defekasi, tanpa merubah konsistensi feses.
5.2 Saran
Perlu dilakukan uji klinis mengenai khasiat Asam Jawa pada manusia dan uji toksisitas sehingga penggunaan Asam Jawa sebagai sediaan fitofarmaka yang rasional dan aman dapat semakin dikembangkan.
Dapat digunakan metode pengamatan transit intestinal selain dengan pengamatan pola defekasi mencit.
36
DAFTAR PUSTAKA
Azalia Arif, Udin Sjamsudin. Ganiswara. Farmakologi 509-514.
Bruneton J. 1999. Monosaccharides. In: Pharmacognosy, Phytochemistry Medical Plants. 2nded. Londres: IVY. Halaman 24 - 25.
1995. Obat Lokal. Dalam: Sulistia G. dan Terapi. Jakarta: Gaya Baru. Halaman
Cummings M. 1991. Overuse Hazardous : laxatives rarely needed. FDA Consumer. Available from: http://vAvw.gastro.com
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Materia Medika Indonesia. Halaman 289 - 291.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1989. Vademekum Bahan Gbat Alam. Halaman 8 - 9.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1986. Senarai Tumbuhan Gbat Indonesia. Halaman. 16 - 17.
Guyton AC., Hall J.E. 1997. Transpor dan Pencampuran Makanan dalam Saluran Pencemaan. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Halaman 1008- 1011.
1997. Fungsi Sekresi dari Saluran Pencemaan. Dalam : Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. Halaman 1033 - 1034.
1997. Pencemaan dan Absorpsi dalam Traktus Gastrointestinal. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta EGC. Halaman 1049 -1050.
1997. Fisiologi Gangguan Gastrointestinal. Dalam :
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. Halaman 1055- 1056. Jan Tambajong. 1995. Sinopsis Histologi. Jakarta: EGC. Halaman
137-138.
Jazanul Anwar. 2000. Farmakologi dan Terapi Gbat-abat Saluran Cerna. Jakarta: Hipokrates. Halaman 59 - 61.
Leeson c.R., T.S. Leeson., AA Paparo. 1989. Buku Ajar Histologi. Jakarta: EGC. Halaman 369.
Marshall JB. 1990. Chronic Constipation in Adults : how far should evaluation and treatment go? Postgrad Med. Available from: http://www.gastro.com Midian Sirait. 1993. Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia & Pengujian
37
Morton, Julia F. 1987. Fruits of Warm Climates. Creative Resources Systems, Inc. Available from: http://www.crfg.orglpubs/ff/tamarind.html
Paget G.E., lM. Barnes. 1964. Toxicity Test. In Laurence D.R., AL. Bacharach. Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics. New York: Academic Press. Halaman 161 - 162.
Pearce E.C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia. Halaman 193 - 196.
R.N Bajpai M.S. 1989. Histologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara. Halaman 155 - 157.
Schefler W.e. 1979. Statistika untuk Biologi, Farmasi, Kedokteran & Ilmu yang
Bertautan. Bandung: ITB. Halaman 126 - 131,220
Snell R.S. 1997. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta :
EGC. Halaman 245- 254.
Syaifuddin. 2001. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta: Widya Medika. Halaman 135- 150.