• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa smk di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang diabetes melitus dengan metode CBIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa smk di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang diabetes melitus dengan metode CBIA."

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Minimnya pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait Diabetes Melitus kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dapat melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap Diabetes Melitus.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan 35 responden. Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan pendekatan time series, pre-post intervention group Instrumen penelitian adalah kuisioner. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Apabila nilai p<0,05 maka terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap.

Hasil penelitian menunjukkan pre-post 1 tidak ada peningkatan jumlah responden dengan katagori pengetahuan baik (51,5%); pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 51,5% menjadi 60%; pre-post 3 tidak ada peningkatan jumlah responden (51,5%) dengan nilai p>0,05. Aspek sikap baik menunjukan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 91,4% ; pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 54,3%; pre-post 3 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 71,2% dengan nilai p<0,05. Aspek tindakan baik menunjukkan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 25,7%, pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 28,6%. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa metode CBIA dapat meningkatkan jumlah responden dengan katagori baik pada pengetahuan, sikap dan tindakan.

(2)

ABSTRACT

The lack of public knowledge, attitude, and practice related to Diabetes Mellitus is likely can cause complication occurence. One of the ways to prevent from the complication is to increase the knowledge, attitude, and practice. This research is aim to increase the knowledge, attitude, and practice of the adolescents concerned with Diabetes Mellitus.

The study was held in Depok Subdistrict of Sleman Regency toward 35 respondents. The type of the research was quasi experimental with time series that was pre-post intervention group approach. The instrument used was questionnaire. Purposive sampling was applied for sampling technique. p <0.05 means that there's an increasement of knowledge and attitudes.

The results showed that at the first pre-post group there was no respondents amount increasing at the good knowledge category that was 51.5% while at the second pre-post group there was respondents amount increasing from 51.5% to 60% and at the third pre-post group there was no respondents amount increasing that was 51.5% with the p-value >0,05. Good attitude aspect indicated that at the first pre-post group there was respondents amount increasing which was from 25.7% to 91.4% and so as at the second pre-post group from 25.7% to 54.3% and at the third pre-post group from 25.7% to 71.2% with the p-value <0,05. Good practice aspect showed that at the first pre-post group there was respondents amount increasing from 20% to 25.7% and the same as with the second pre-post group from 20% to 28.6%. The conclusion is CBIA method improving a number of respondent with good catagory knowledge, attitude, and practice.

 

Keywords : CBIA, Diabetes Mellitus, Knowledge, Attitude, Practice  

(3)

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA SMK

DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG DIABETES

MELITUS DENGAN METODE CBIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Desak Made Intan Cahyani

NIM : 118114052

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA SMK

DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG DIABETES

MELITUS DENGAN METODE CBIA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Desak Made Intan Cahyani

NIM : 118114052

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN KARYA

“OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDDHAM OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA”

“ Ya Tuhan, semoga atas perkenanMU, tiada suatu halangan bagi

hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil dengan baik”

“Manusia dapat bekerja dan berhasil jika ia mencintai pekerjaannya. Mencintai pekerjaan adalah sama dengan mencintai Tuhan. Mereka yang yakin bahwa bekerja dengan baik adalah perintah Tuhan maka ia akan sedih dan merasa malu bilamana hasil pekerjaannya tidak baik atau merugikan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung”

Karya ini kupersembahkan untuk :

Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang selalu menolong dan memberikan kekuatan pada setiap cobaan yang kualami  Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dan semangat setiap waktu

(8)
(9)
(10)

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkat Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Drs. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt., M.kes, Ph.D selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan

skripsi

2. Bapak/ Ibu para dosen penguji, terimakasi atas segala masukan yang telah

diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Seluruh Siswa SMKN 2 Depok Kabupaten Sleman di Kota Yogyakarta yang telah

bersedia menjadi responden dalam penelitian ini sehingga memperlancar

penelitian.

4. Drs. Aragani Mizan Zakaria selaku kepala sekolah SMKN 2 Depok yang bersedia

mengijikan melakukan penelitian di SMKN 2 Depok

5. Dekan dan seleuruh staff Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Akhir kata, semoga skripsi bermanfaat bagi seluruh pembaca

Yogyakarta, 4 Juni 2015

(11)

viii

(12)

ix

G. Upaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 18

H. Usia ... 19

I. Landasan Teori ... 20

J. Kerangka Konsep ... 21

K. Hipotesis ... 21

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian ... 23

C. Devinisi Operasional ... 23

D. Subjek Penelitian ... 24

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

F. Populasi Penelitian ... 25

G. Sampel dan Tehnik Sampling ... 25

(13)

x

7. Posstest 1 bulan intervensi ... 34

8. Posstest 2 bulan intervensi ... 35

9. Pengolahan data ... 35

K. Kelemahan Penelitian ... 39

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Karakteristik Demografi Responden ... 40

B. Pengaruh Tingkat Pengetahuan,Sikap, dan Tindakan Sebelum Dilakukan Edukasi DenganMetode CBIA ... 41

C. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah Dilakukan Edukasi Dengan Metode CBIA ... 42

D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah Edukasi ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 62

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I Profil Pertanyaan Dalam Pre-Intervensi ... 27

Tabel II Profil Pertanyaan Dalam Post-Intervensi ... 27

Tabel III Pertanyaan Pada Aitem Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuisioner Pre

Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeope... 32

Tabel IV Pertanyaan Pada Aitem Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuisoner Post

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Konsep ... 21

Gambar 2. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Usia yang Mengikuti CBIA... 40

Gambar 3. Distribusi Jumlah Responden Dengan Katagori Baik, Sedang, Buruk Pada Pre -CBIA ... 41

Gambar 4. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Katagori Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Baik Antara Pre, Post 1, Post 2 dan Post 3 CBIA ... 48

Gambar 5. Peningkatan Jumlah Responden Pada Aspek Pengetahuan ... 50

Gambar 6. Peningkatan Jumlah Responden Pada Aspek Sikap ... 51

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Surat ijin BAPPEDA ... 63

Lampiran 2. Surat disposisi SMKN 2 Depok ... 64

Lampiran 3. Surat bukti telah melakukan penelitian SMKN 2 Depok ... 65

Lampiran 4. Booklet yang digunakan saat CBIA (apa yang perlu diketahui tentang hidup sehat) ... 66

Lampiran 5.petunjuk kegiatan CBIA ... 71

Lampiran 6. . Booklet yang digunakan saat CBIA (apa yang diketahui tentang diabetes melitus) ... 77

Lampiran 7. Inform consen ... 79

Lampiran 8. Uji validasi konten pertama aspek pengetahuan ... 80

Lampiran 9. Uji validitas konten kedua aspek pengetahuan ... 81

Lampiran 10. Uji validitas konten pertama aspek sikap ... 82

Lampiran 11. Uji validitas konten kedua aspek sikap ... 83

Lampiran 12. Kuisioner pre pengetahuan untuk uji pemahaman bahasa ... 84

Lampiran 13. Kuisioner pre sikap untuk uji pemahaman bahasa ... 85

Lampiran 14. Kuisioner post pengetahuan untuk uji pemahaman bahasa ... 86

Lampiran 15. Kuisioner post sikap untuk uji pemahaman bahasa ... 87

Lampiran 16. Kuisioner tindakan untuk uji pemahaman bahasa ... 88

Lampran 17. Formulasi kuisioner ... 90

(17)

xiv

Lampiran 19. Perbaikan kalimat pertanyaan aitem ... 92

Lampiran 20. Kuisioner penelitian aspek pre pengetahuan uji reliabilitas ... 93

Lampiran 21. Besar skor Untuk masing-masing responden tiap aitem aspek pre pengetahuan

pada uji reliabilitas ... 94

Lampiran 22. Hasil uji kolerasi Point Biserial untuk aitem aspek pre pengetahuan pada uji

reliabilitas sebelum seleksi aitem ... 95

Lampiran 23. Hasil uji kolerasi kolerasi Point Biserial untuk aitem aspek pre pengetahuan

pada uji kualitas instrumen stelah seleksi aitem ... 96

Lampiran 24. Kuisioner penelitian aspek pre sikap uji reliabilitas ... 97

Lampiran 25.Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek pre sikap pada uji

reliabilitas ... 98

Lampiran 26.Hasil Uji Kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek pre sikap pada

uji reliabilitas sebelum seleksi aitem ... 99

Lampiran 27. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek pre sikap pada

uji reliabilitas setelah seleksi aitem ... 100

Lampiran 28. Perbandingan nilai α sebelum dan setelah seleksi aitem pertanyaan tiap aspek kuisioner pre intervensi pada uji reliabilitas ... 101

Lampiran 29. Kuisioner penelitian aspek post pengetahuan uji reliabilitas ... 102

Lampiran 30. Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek post pengetahuan

pada uji reliabilitas ... 103

Lampiran 31. Hasil uji kolerasi Pearson Point Biserial untuk aitem aspek post pengetahuan

pada uji reliabilitas sebelum seleksi Aitem ... 104

Lampiran 32. Hasil uji kolerasi Pearson Point Biserial untuk aitem aspek post pengetahuan

(18)

xv

Lampiran 33. Kuisioner Penelitian Aspek Post Sikap Uji Reliabilitas ... 106

Lampiran 34. Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek post sikap pada uji kualitas instrumen ... 107

Lampiran 35. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek post Sikap pada uji kualitas instrumen sebelum seleksi aitem ... 108

Lampiran 36. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek post sikap pada uji kualitas instrumen setelah seleksi aitem ... 109

Lampiran 37. perbandingan nilai α sebelum dan setelah Seleksi aitem pertanyaan tiap aspek kuisioner pre intervensi pada uji kualitas instrumen ... 110

Lampiran 38. Formulasi Kuisioner Setelah Uji Reliabilitas ... 111

Lampiran 39. Instrumen pre pengetahuan yang digunakan saat penelitian ... 112

Lampiran 40. Instrumen pre sikap yang digunakan saat penelitian ... 113

Lampiran 41. Instrumen post pengetahuan yang digunakan saat penelitian ... 114

Lampiran 42. Instrumen post sikap yang digunakan saat penelitian... 115

Lampiran 43. Instrumen tindakan yang digunakan saat penelitian ... 116

Lampiran 44. Nilai pretest pengetahuan sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 119

Lampiran 45. Nilai posttest pengetahuan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 120

Lampiran 46. Nilai posttest pengetahuan 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... ..121

Lampiran 47. Nilai posttest pengetahuan 2 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... ..122

Lampiran 48. Nilai pretest sikap sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 123

(19)

xvi

Lampiran 50. Nilai posttest sikap 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 125

Lampiran 51. Nilai posttest sikap 2 Bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 126

Lampiran 52. Hasil normalitas kuisioner prestest, posttest, posttest 1 bulan dan posttest 2 bulan pengetahuan ... 127

Lampiran 53. Hasil normalitas kuisioner prestest, posttest, posttest 1 bulan dan posttest 2 bulan sikap ... 128

Lampiran 54. Hasil uji variansi ... 129

Lampiran 55. Hasil uji Paired T-test ... 130

Lampiran 56. Hasil uji Wilcoxon ... 131

Lampiran 57. Nilai pretest tindakan sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 132

Lampiran 58. Nilai posttest tindakan 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 133

Lampiran 59. Nilai posttest tindakan 2 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 134

(20)

xvii

INTISARI

Minimnya pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait Diabetes Melitus kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dapat melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap Diabetes Melitus.

Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan 35 responden. Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan pendekatan time series, pre-post intervention group Instrumen penelitian adalah kuisioner. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Apabila nilai p<0,05 maka terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap.

Hasil penelitian menunjukkan pre-post 1 tidak ada peningkatan jumlah responden dengan katagori pengetahuan baik (51,5%); pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 51,5% menjadi 60%; pre-post 3 tidak ada peningkatan jumlah responden (51,5%) dengan nilai p>0,05. Aspek sikap baik menunjukan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 91,4% ; pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 54,3%; pre-post 3 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 71,2% dengan nilai p<0,05. Aspek tindakan baik menunjukkan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 25,7%, pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 28,6%. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa metode CBIA dapat meningkatkan jumlah responden dengan katagori baik pada pengetahuan, sikap dan tindakan.

(21)

xviii

ABSTRACT

The lack of public knowledge, attitude, and practice related to Diabetes Mellitus is likely can cause complication occurence. One of the ways to prevent from the complication is to increase the knowledge, attitude, and practice. This research is aim to increase the knowledge, attitude, and practice of the adolescents concerned with Diabetes Mellitus.

The study was held in Depok Subdistrict of Sleman Regency toward 35 respondents. The type of the research was quasi experimental with time series that was pre-post intervention group approach. The instrument used was questionnaire. Purposive sampling was applied for sampling technique. p <0.05 means that there's an increasement of knowledge and attitudes.

The results showed that at the first pre-post group there was no respondents amount increasing at the good knowledge category that was 51.5% while at the second pre-post group there was respondents amount increasing from 51.5% to 60% and at the third pre-post group there was no respondents amount increasing that was 51.5% with the p-value >0,05. Good attitude aspect indicated that at the first pre-post group there was respondents amount increasing which was from 25.7% to 91.4% and so as at the second pre-post group from 25.7% to 54.3% and at the third pre-post group from 25.7% to 71.2% with the p-value <0,05. Good practice aspect showed that at the first pre-post group there was respondents amount increasing from 20% to 25.7% and the same as with the second pre-post group from 20% to 28.6%. The conclusion is CBIA method improving a number of respondent with good catagory knowledge, attitude, and practice.

(22)

BAB I

PENGANTAR

A.Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala

yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah

akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas

sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari

luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin

yang kadarnya berbeda pada setiap orang (Dinkes 2013). Di dunia pada tahun 2013

jumlah Diabetes Melitus sebanyak 382 juta pada tahun 2035 akan meningkat sebesar

55% menjadi 592 juta, khususnya di Indonesia jumlah penderita Diabetes Melitus

sebanyak 8,5 juta (IDF, 2013).

Di daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2014 Diabetes Melitus menjadi

penyakit nomor 4 dalam sepuluh besar penyakit pada puskesmas Kabupaten/Kota di

Provinsi Yogyakarta dengan jumlah yang terdiagnosis sebanyak 72.207 dan yang

merasakan gejala sebanyak 11,109 serta menjadi penyebab kematian dirumah sakit

nomor 6 di Yogyakarta dengan jumlah kematian sebanyak 214 (Kementrian

Kesehatan RI, 2014).

Peningkatan prevalensi penderita Diabetes Melitus ini diikuti dengan

peningkatan angka kejadian komplikasi yang menyertai penyakit ini. Angka kejadian

(23)

2

ini terus meningkat akibat perubahan gaya hidup, terutama akibat konsumsi makanan

yang tidak sehat serta kurangnya latihan fisik (Meydani, 2011).

Komplikasi menahun Diabetes Melitus di Indonesia terdiri atas neuropati

60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetik 15%, retinopati 10%, dan

nefropati 7,1%. Penderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan bukan penderita

Diabetes Melitus mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit

jantung koroner dan penyakit pembuluh darah, 5 kali lebih mudah menderita ulkus

atau ganggren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih

mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina (Sinaga, Hiswani, Jemadi,

2015).

Angka kesakitan dan kematian pada Diabetes Melitus meningkat diberbagai

negara, penyakit ini juga disebabkan faktor ketidaktahuan baik penderita maupun

dokter sendiri, atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan

komplikasi berat (Permana, 2015).

Melihat banyaknya fakta dan tingginya prevalensi penderita Diabetes Melitus,

serta tingginya prevalensi komplikasi penderita Diabetes Melitus. Oleh sebab itu

perlu adanya upaya untuk pencegahan dan penagulangan penyakit tersebut. Upaya

dini yang dapat diberikan yaitu pemberian edukasi kesehatan dengan metode CBIA.

Pemberian edukasi dengan metode CBIA ini diharapkan mampu meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai Diabetes Melitus agar dapat terhindar

(24)

Dalam penelitian ini CBIA akan diberikan kepada siswa SMK di Kecamatan

Depok Kabupaten Sleman. SMK yang di pilih dalam penelitian ini yaitu SMKN 2,

karena pada SMKN 2 terdapat responden sesuai dengan kriteria inklusi dalam

penelitian. Pada penelitian ini target penelitian difokuskan pada remaja pria karena

DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Para ahli kesehatan juga

menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin dan

biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum

perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya

(Mirza, 2008).

Pemberian edukasi kepada siswa SMK diharapkan mampu mencegah

penyakit Diabetes Melitus sejak dini dan nantinya mampu sebagai komunikator

kepada masyarakat dalam membantu pencegahan dan pengelolaan penyakit Diabetes

Melitus.

1. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang sudah di jelaskan di atas, adapun beberapa

rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

a. Seperti apakah karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia?

b. Seperti apakah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang Diabetes Melitus sebelum

(25)

4

c. Seperti apakah peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi dengan

metode CBIA?

d. Apakah terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap secara signifikan

mengenai Diabetes Melitus sebelum dan setelah edukasi dengan metode

CBIA?

2. Keaslian Penelitian

Sebatas pengetahuan peneliti dan sejauh penelusuran pustakan penelitian

tentang Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa SMK Di Kecamatan

Depok Kabupaten Sleman Tentang Diabetes Melitus Dengan Metode CBIA belum

pernah dilakuakan. Penelitian yang terkait dengan edukasi mengenai Diabetes

mellitus telah dilakukan penelitian dengan judul berikut :

a. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Pasien Tentang Diabetes

Melitus Tipe 2 Pada Kelompok Swabantudi Dusun Swaluwan dan

Kalimalang, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang

(Kumboyono, 2012). Pada penelitian Kumboyono 2012 diberikan sebanyak 2

kali pertemuan yaitu pertemuan pertama berdiskusi mengenai materi itu

sendiri serta pertemuan ke dua dilakukan pelatian dimana setiap pertemuan

diberikan pre dan post, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti edukasi

diberikan dengan menggunakan metode CBIA sebelum edukasi diberi

kuesioner pre tanpa perlakuan, selanjutnya setelah edukasi diberi post sesaat

(26)

setelah edukasi.

b. Perbedaan Edukasi Secara Ceramah dan CBIA Mengenai Kanker Serviks dan

Papsmear Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perubahan Sikap dan Tindakan

Ibu-Ibu Kecamatan Gamping Dan Kecamatan Melati Di Tinjau Dari Tingkat

Pendidikan (Kristina, 2010). Perbedaan pada penelitian ini terletak pada

subjek. Pada penelitian Kristina 2010 berfokus pada perbedaan edukasi dan

penyakit Kanker Serviks sedangkan pada penelitian ini peneliti memfokuskan

pada peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang Diabetes Melitus

dengan Metode CBIA.

c. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Penderita Diabetes Melitus

Dengan Kepatuhan diet Diabetes Melitus Di RSUD AM. PARIKESIT

Kalimantan Timur (Phitri, 2013). Pada penelitian Phitri 2013 dengan

menggunakan kuesioner dan jenis penelitian yaitu deskriftif kolerasi dengan

variabel terikat yaitu kepatuhan penderita dalam menjalankan diet Diabetes

Melitus sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti jenis penelitian

eksperimental semu (quasi experimental) dengan pendekatan time series,

pre-post intervention grup dengan menggunakan metode CBIA

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi secara CBIA

terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa SMK di

(27)

6

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat praktis

1) Bagi masyarakat

Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu

pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan terkait Diabetes Melitus

yang akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat.

2) Bagi dinas kesehatan

Bagi Dinas Kesehatan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

edukasi atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran

perilaku masyarakat Yogyakarta mengenai Diabetes Melitus.

3) Bagi akademis

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai pedoman dan materi bahan

edukasi, untuk meningkatan pengetahuan mengenai Diabetes Melitus, serta

para akademis mampu sebagai komonikator kesehatan untuk masyarakat

luas.

b. Manfaat teoritis. Sebagai gambaran Departemen Kesehatan setempat mengenai

pentingnya pemberian edukasi kesehatan tentang Diabetes Melitus sehingga dapat

melakukan kebijakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan

(28)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

tindakan masyarakat Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terhadap Diabetes

Melitus pada siswa SMK dengan metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA).

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus yang dapat disimpulkan dalam penelitian peningkatan

pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK dengan metode CBIA tentang

Diabetes Melitus yaitu :

a. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia

terhadap peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap dan tindakan Siswa

SMK mengenai Diabetes Melitus.

b. Mengukur tingkat pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa SMK di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman sebelum dilakukan edukasi dengan

metode CBIA.

c. Mengukur peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa

SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi

dengan metode CBIA.

d. Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan setelah

(29)

8

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Diabetes Melitus (DM)

Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai

dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi

insulin atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya yang dapat

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh

darah. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup (WHO, 2014).

B.Diabetes Melitus Tipe 2

1. Pengertian

DM tipe 2 dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes

(WHO, 2014). Diabetes Melitus Tipe 2 adalah intoleransi karbohidrat yang di tandai

dengan resistensi insulin, kekurangan insulin, dan kelebihan produksi glukosa hepar

dan hiperglikemia (Brashers & Valentina, 2008).

2. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya

kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi

melalui 3 jalan, yaitu :

a) Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia

tertentu, dll).

(30)

b) Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa kelenjar pankreas.

c) Desensitas/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer

(Hastusti, 2008).

3. Gejala klinis Diabetes Melitus Tipe 2

Pada penderita Diabtes Melitus ditemukan adanya gejala-gejala khas antara

lain : poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum karena haus terus),

polifagia (makan karena lapar terus), lemas, dan berat badan turun tanpa sebab yang

jelas. Gejala-gejala khas seperti diatas dengan satu kali pemeriksaan yang mana

menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa) ≥ 126 mg/dl atau GDS (Gula Darah

Sewaktu) ≥ 200 mg/dl dinyatakan positif DM tipe-2. Gejala lain yang meyertainya

seperti : kesemutan, gatal-gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria,

pruritus vulvae (keputihan) pada wanita (Goldstein & Muller, 2008).

4. Faktor resiko Diabetes Melitus Tipe 2

Ada beberapa faktor risiko untuk Diabetes Melitus, terutama untuk DM

Tipe 2, yaitu riwayat diabetes dalam keluarga, diabetes gestasional, melahirkan bayi

dengan berat badan > 4 kg , obesitas (>120% berat badan ideal), umur (20-59 tahun :

8,7% > 65 tahun : 18%), hipertensi (>140/90mmHg), kadar HDL rendah <35mg/dl

kadar lipid darah tinggi >250mg/dl (Goldstein & Muller, 2008).

5. Mengubah gaya hidup

Didalam tubuh penderita Diabetes Melitus tidak dapat cukup insulin untuk

mengubah gula menjadi tenaga, maka penderita Diabetes Melitus menjadi kurus tiap

(31)

10

diperlukan upaya untuk menjaganya dengan cara mengubah pola gaya hidup yaitu :

a) Perencanaan makan. Kalori yang terukur dihitung dari berat badan ideal

(tinggi badan – 100)-10%. Komposisi makanan harus seimbang yakni

karbohidrat (60-75%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%) (Kristanti,

2013).

b) Kegitan Fisik. Olahraga ringan misalnya jalan kaki, jogging, senam

maupun lain-lain. Olahraga perlu dilakukan bertahap teratur dengan

intensitas yang cukup ( Kristanti, 2013).

6. Pencegahan dan pengobatan

Pencegahan dan pengobatan Diabetes Melitus sangat dibutuhkan bagi

penderita Diabetes Melitus maupun pra Diabetes Melitus untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita. Ada beberapa cara dalam pencegahan Diabetes Melitus

maupun pengobatan Diabetes Melitus yaitu :

a. Pencegahan

Pencegahan Diabetes Melitus dapat dilakukan sejak dini ada beberapa

cara yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah penyakit Diabetes Melitus yaitu

dengan pemeriksaan, pola hidup yang baik, dan latihan fisik atau jasmani.

Pemeriksaan, pola hidup dan latihan fisik atau jasmani yang dapat dilakukan

yaitu:

1) Pengukuran tekanan darah pada usia anak hingga remaja wajib dilakukan

minimal sekali dalam setahun dalam kondisi normal (IDAI, 2014).

(32)

dilakukan sekali dalam setahun hingga sekali dalam 2 tahun pada kondisi

normal (American Optimeric Assosiation 2014).

3) Pemeriksaan urin dapat dilakukan sekali dalam 1 tahun pada kondisi normal

(Cassidy & Allason, 2010).

4)Pemeriksaan kadar gula darah pada anak-anak hingga remaja sebaiknya

pemeriksaan dilakukan setiap 1 kali dalam 1 tahun apabila anak atau remaja

dalam keadaan normal, sebaiknya diperiksa dimulai pada usia 10 tahun

(Nicholas Josep, 2007).

5)Pada gaya hidup kategori olahraga yang baik dan teratur dapat dilakukan 3-5

kali dalam seminggu, selama 30-60 menit dengan intensitas ringan hingga

sedang dapat disesuaikan dengan umur dan jasmani (Kristanti 2013).

6) Kebutuhan kalori pada usia remaja semakin meningkat karena aktivitas anak

semakin banyak dan adanya masa pubertas. Tingkat kebutuhan energi bagi

remaja laki-laki adalah 3000 kalori (Hidayat, 2008)

7) Pencegahan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan mengontrol makanan

yang dikonsumsi seperti menghindari makanan manis yang berlebih dan

menyantap makanan rendah lemak dan kaya serat (Kristanti 2013).

8) Diet yang dapat dilakukan untuk mecegah Diabetes Melitus dapat dilakukan

dengan cara memakan 4 samapai 5 sajian buah setiap hari dan memperbanyak

sayuran, serta mengubah kebiasaan makan dan mengurangi pengonsumsian

(33)

12

b. Pengobatan

Pengobatan pada penderita Diabetes Melitus dapat menggunakan insulin

dan tablet OHO (Obat Hipoglikemik Oral) untuk menangulangi penderita

Diabetes Melitus serta dapat mengurangi angkat kematian akibat serangan

Diabetes Melitus (Kristanti, 2013).

7. Penyuluhan (edukasi diabetes )

Menurut Soewondo (2002) dalam tingkat kepatuhan Diabetes Melitus dalam

mengatur perencanaan makan, pengobatan dan latihan jasmani intinya adalah

bagaimana penderita Diabetes Melitus memahami, menyadari dan dapat

mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualias untuk

mengatasi hal tersebut, sangatlah penting seorang edukator dalam pengelolaan

Diabetes Melitus. Pada intinya seorang edukator mampu untuk memberikan

penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap,

mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup (cit.

Qurratuaeni, 2009).

C. Edukasi Kesehatan

Edukasi kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan

perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Edukasi kesehatan berupaya

agar masyarakat menyadari atau mengetahui cara menjaga kesehatan, bagaimana cara

menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan. Kesadaran

(34)

kesehatan bukan hanya mencapai “healthliteracy.” namun yang lebih penting

mencapai perilaku kesehatan (healty behavior). Kesehatan bukan hanya diketahui

atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude) melainkan harus dilaksanakan pada

kehidupan sehari-hari (practice) (Notoatmojo, 2007).

Metode edukasi kesehatan yang dapat digunakan untuk sasaran kelompok

antara lain :

1. Cara belajar insan aktif (CBIA)

Menurut Suryawati CBIA nama yang diberikan pada suatu metode

pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dan diuji coba pada tahun 1993.

CBIA juga dapat digunakan untuk semua kalangan, berbagai tingkat pendidikan, usia,

gender, maupun latar belakang sosial ekonomi. Jadi tidak sebatas di kalangan ibu-ibu

saja, karena fleksibilitas tersebut, maka Yayasan Kanker Indonesia Cabang

Yogyakarta kemudian menyarankan agar kepanjangan CBIA diganti menjadi Cara

Belajar Insan Aktif. Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) merupakan suatu

kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bisa digunakan untuk swamedikasi. Tujuan

metode ini adalah untuk mengatasi penyakit serta meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan dalam memilih obat, sehingga swamedikasi lebih efisien (Suryawati,

2010).

Metode CBIA ini telah teruji lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan

pengobatan sendiri. Berdasarkan penelitian Suryawati (2003), peningkatan

pengetahuan pengobatan sendiri dengan metode CBIA lebih besar dan signifikan

(35)

14

dilakukan dengan cara melakukan diskusi interaktif dan dibagi dalam kelompok kecil

kurang lebih 6 – 8 orang (Suryawati, 2012). Peserta dalam Cara Belajar Insan Aktif

(CBIA) peserta dapat terdiri dari ibu-ibu saja, bapak-bapak saja, atau pemuda (karang

taruna). Keberadaan tutor dalam Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) berfungsi sebagai

fasilitator diskusi, dan bila perlu menunjukkan cara atau jalan untuk mendapatkan

jawaban atas suatu masalah. Tutor dianjurkan tidak mendominasi diskusi (Suryawati

2012).

D.Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh

melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata), dengan sendirinya

pada waktu pengindraan akan menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan presepsi terhadap objek. (Notoatmojo, 2010).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah faktor internal

yaitu faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa : minat, kondisi

fisik, inteligens, presepsi, motivasi dan emosi, faktor eksternal yaitu faktor yang

berada diluar individu yang bersangkutan meliputi : keluarga, masyarakat, sarana.

Menurut Notoatmojo 2007 untuk meningkatkan pengetahuan dapat berupa edukasi,

(36)

dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi ( Achmadi, 2013).

3. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

responden. Peningkatan pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan

seseorang (Notoatmojo, 2007).

Pada dasarnya bahwa yang berpengaruh pada tingkat pengetahuan adalah

tingkat pendidikan akademis, perguruan tinggi dan SMA sederajat. Dimana makin

tinggi pendidikan makin banyak pengetahuan yang didapat (Kaidah & Fakhrurrazi

2008).

Menurut Arikunto 2006 kategori tingkat pengetahuan seseorang terbagi

menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:

a) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%.

b)Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56–74%.

c) Tingkat pengetahuan kategori kurangjika nilainya < 55% (Budiman & Riyanto,

2013).

E. Sikap

1. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

(37)

16

a) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behaved).

b) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan

memperhatikan stimulus yang di berikan (objek).

c) Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap

(Achmadi, 2013).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap meliputi jenis kelamin, umur,

pendidikan dan pengalaman. Theory of Reasond Action mengungkapkan bahwa sikap

mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan (Kesmas, 2012).

3. Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak

langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau peryataan

responden terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung tidak menanyakan

perilaku secara langsung tetapi yang ditanyai hal-hal lain namun dari data yang

diperoleh peneliti dapat menyimpulkan sikap, presepsi, dll (Notoatmojo, 2007).

Peningkatan sikap dapat dilakukan melalui pendidikan karakter dimana merupakan

suatu tindakan yang disadari (Achmadi, 2013).

Menurut Arikunto 2006 kategori pengukuran tingkat sikap seseorang

menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut.

a) Tingkat sikap kategori baik jika nilainya ≥ 75%.

(38)

c) Tingkat sikap kategori kurang jika nilainya < 55% (Budiman & Riyanto,

2013).

F. Tindakan

1. Pengertian tindakan

Tindakan merupakan sikap yang dapat diamati secara langsung dalam

bentuk perilaku, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuwatan nyata (tindakan)

diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain

fasilitas. Disamping faktor fasilitas diperlukan juga faktor pendukung lainnya yaitu

motivasi (Notoatmojo, 2010).

2. Pengukuran tindakan

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan

wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan, pengukuran juga dapat dilakukan

secara langsung, yakni dengan dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan

responden (Notoatmojo 2007).

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan

bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku

(behavior causes) yaitu dari diri sendiri dan faktor diluar perilaku (non behaviour

causes) yaitu faktor lingkungan. Selanjutnya tindakan itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari 2 faktor yaitu:

a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,

(39)

18

b) Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,

tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana dan

sebagainya. (Notoatmodjo, 2012).

G. Upaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007) pemberian penyuluhan kesehatan adalah

upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan

dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat bantu

lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids) dan alat bantulihat dengar (Audio

Visual Aids) (Utari, Arneliwati, Novayelinda, 2014).

Upaya dalam meningkatkan pengetahuan pada setiap individu dapat

dikembangkan dengan cara edukasi kesehan. Edukasi kesehan bertujuan menciptakan

perilaku yang kondusif untuk kesehatan. Dimana edukasi kesehatan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang yang akan berdampak pada perilaku dan sikap

seseorang. Edukasi kesehatan dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok

(Achmadi, 2013).

Sikap seseorang terbentuk karena adanya interaksi sosial yang meliputi

lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Interaksi sosial ini terjadi dalam

hubungan yang saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang

lain yang ikut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu (Anzwar 2011).

Upaya dalam meningkatkan tindakan dapat dilakukan dengan cara pemberian

(40)

cara-caramencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari

penyakit dan sebagainya yang akan meningkatkan pengetahuan masyarakat

tentang hal tersebut dan akan berdampak pada perilaku atau tindakan

seseorang. Selain itu diskusi dapat diberikan sebagai peningkatan cara

pemberian informasi kesehatan yang bersifat dua arah. Artinyamasyarakat

tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harusaktif berpartisifasi

melalui diskusi-diskusi tentang informasi yangditerimanya (Achmadi, 2013).

Upaya yang terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap

dan tindakan dapat dilakukan dengan menggunakan metode CBIA dimana metode ini

didasarkan pada proses belajar mandiri, dengan metode ini pengetahuan, sikap serta

tindakan masyarakat berubah sesuai dengan yang diharapkan dibanding ceramah atau

penyuluhan (cit., Kristina 2010).

H. Usia

Usia adalah lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu

dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat

perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Dhamayanti 2009). Remaja menurut

definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah kelompok usia antara 10 sampai 19

tahun. Remaja terbagi dalam 3 kelompok usia yaitu remaja dini (early adolescence)

10–13 tahun, remaja pertengahan (mid ado- lescence) 14–16 tahun, dan remaja lanjut

(41)

20

Kesehatan RI tahun 2009 adalah masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir

17-25 tahun (cit.,Dhamayanti, 2009).

Semakin tua usia seseorang akan meningkatkan pengetahuan yang

dimilikinya karena banyaknya pengalaman yang diperoleh (Notoatmojo, 2012).

Namun faktor fisiologi dapat menurunkan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan,

sedangkan pada usia anak-anak hingga dewasa peningkatan pengetahuan dapat

ditingkatkan melalui objek yang dilihat seperti media (internet, televisi, radio,

majalah, buku) (Kesmas, 2012).

G.Landasan Teori

Di Indonesia Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan yang cukup

banyak dialami oleh masyarakat. Diperkirakan penderita Diabetes Melitus akan terus

meningkat seiring dengan berubahnya gaya hidup, terutama pola makan yang tidak

seimbang dimasyarakat perkotaan. Salah satu faktor yang sangat penting bagi

penderita Diabetes Melitus adalah perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan,

pengetahuan dan perubahan sikap sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku

hidup sehat.

Agar dapat mecegah penyakit Diabetes Melitus pada kaum remaja perlu

memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang cukup memadai tentang penyakit ini.

Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, serta merubah sikap dan tindakan siswa

SMK dapat dilakukan dengan edukasi kesehatan yaitu metode CBIA, dimana

peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan dapat diukur dengan berbagai cara yaitu

(42)

wawancara. Sedangkan pengukuran pada sikap dan tindakan dapat dilakukan dengan

cara observasi langsung, wawancara, dan kuesioner.

Melalui metode edukasi CBIA diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa SMK tentang Diabetes Melitus sehingga

dapat mengurangi angka kematian dan prevalensi penyakit Diabetes Melitus.

H.Kerangka Konsep

Kerangka konsep dari penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi

kesehatan berupa Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) tentang Diabetes Melitus dapat

menyebabkan peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang Diabetes Melitus.

I. Hipotesis

Terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi dengan metode

(43)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental) dengan

pendekatan time series. Penelitian eksperiemental semu adalah penelitian yang

memberikan manipulasi tetapi tidak mengubah secara fisik terhadap variabel, serta

tanpa randomisasi dalam pemilihan kelompok perlakuan (Swarjana 2013). Jenis

penelitian eksperiemental semu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

memberikan perlakukan kepada responden berupa CBIA untuk melihat pengaruh

edukasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa SMK tentang

Diabetes Melitus.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Time series. Time

series adalah nilai-nilai suatu variabel yang terbentuk dalam suatu pengamatan yang

diperoleh secara berurutan menurut waktu (misal: hari, minggu, bulan, tahun)

(Suparyanto, 2007). Pendekatan time series dalam penelitian ini untuk melakukan

pengamatan berulang dalam mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan

pada siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terhadap Diabetes Melitus

setelah diberi edukasi secara CBIA.

(44)

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : Edukasi dengan metode CBIA.

2. Variabel tergantung : Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK

mengenai Diabetes Melitus.

3. Variabel pengacau terkendali : informasi mengenai Diabetes Melitus yang di dapat

secara formal atau non formal sebelumnya seperti seminar, sekolah, penyuluhan.

4. Variabel pengacau tak terkendali : informasi mengenai Diabetes Melitus yang

telah di peroleh oleh siswa SMK sebelumnya melalui media (radio, internet, surat

kabar, majalah).

C. Definisi Operasional

1. Diabetes Melitus dalam penelitian ini adalah Diabetes Melitus Tipe 2

2. Pre-CBIA adalah sebelum edukasi CBIA, post 1 yaitu sesaat setelah setelah

CBIA, post 2 yaitu 1 bulan setelah edukasi CBIA, dan post 3 yaitu 2 bulan setelah

edukasi CBIA.

3. Pengetahuan dalam penelitian ini merupakan tingkat pemahaman responden

mengenai Diabetes Melitus Tipe 2 yang dapat diukur dengan kuesioner. Pada level

pretest dan level posttest pengetahuan dengan jumlah masing-masing 14

pernyataan setiap skor dikategorikan baik (>11), sedang (8-10) dan buruk (<8)

(Budiman & Riyanto, 2013).

4. Sikap dalam penelitian ini merupakan pandangan hidup responden untuk

melakukan atau tidak melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Diabetes

(45)

24

sikap dengan jumlah masing-masing 14 pernyataan setiap skor dikategorikan baik

(>42), sedang (32-41) dan buruk (<32) (Budiman & Riyanto, 2013).

5. Tindakan dalam penelitian ini adalah tindakan responden terhadap pengelolaan

Diabetes Melitus. Pada tingkat tindakan responden dinilai secara deskriptif serta di

bagi dalam 3 tingkatan kategori yaitu baik, sedang, dan buruk. Pada tingkat

tindakan yang dapat dikatakan baik jika responden melakukan tindakan sesuai

dengan literatur, sedang jika responden melakukan tindakan tidak sesuai dengan

literartur, dan buruk jika responden tidak melakukan tindakan dengan literatur.

Masing-masing kategori dijumlahkan sehingga kategori dengan jumlah terbanyak

mewakili tindakan responden tersebut.

D. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK di Kecamatan Depok

Kabupaten Sleman. Dengan kriteria inklusi berusia 15-18 tahun berjenis kelamin pria

yang menderita atau tidak menderita Diabetes Melitus serta bersedia mengikuti

edukasi, mengisi dan mengembalikan kuesioner saat edukasi. Kriteria eksklusi

responden yang tidak mengisi kuesioner tidak lengkap.

E. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. dengan

mengumpulkan para siswa SMK untuk diberi edukasi melalui metode CBIA yang

diadakan di lingkungan sekolah. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 November

(46)

F. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa SMK dengan usia 15-18 tahun di

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, dengan jumlah respoden sebanyak 35 orang.

G. Sampel dan Tehnik Sampling

Pemilihan sampel dipilih langsung oleh pihak SMK Depok Kabupaten

Sleman, karena pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling

pengambilan sampel dilakukan secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang

diperlukan (Swarjana, 2012). Dimana Sampel yang digunakan untuk penelitian sesuai

dengan kelompok perlakuan adalah siswa SMK dengan jenis kelamin pria yang

berusia 15-18 tahun yang bersedia mengikuti edukasi seta mengisi kuesioner secara

lengkap.

H. Besar Sampel

Sampel yang termasuk dalam kategori sampel besar yang memiliki distribusi

yang normal ialah sampel yang berjumlah lebih dari 30 kasus agar dapat dianalisa

dengan statistik. Sehingga dalam penelitian ini diambil lebih dari 30 kasus dari

Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yaitu 35 kasus. Oleh karena itu analisis yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dimana digunakan untuk

mengetahui hubungan atau korelasi dari sebuah variabel dengan variabel yang lain

dan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata dari suatu kelompok (Nisfianoor,

(47)

26

I. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah

tervalidasi dan telah diuji reliabilitas. Sebelum dilakukan uji reliabilitas terlebih

dahulu dilakukan uji pemahaman bahasa. Kuesioner merupakan instrumen berupa

pertanyaan dan pernyataan yang ditujukan kepada responden untuk dijawab dan

ditanggapi. Kuesioner pre pengetahuan berisi 14 pertanyaan, kuesioner post

pengetahuan berisi 14 pertanyaan, kuesioner pre sikap berisi 14 pertanyaan,

kuesioner post sikap berisi 14 pertanyaan, dan kuesioner tindakan berisi 14

pertanyaan. Pada kuesioner pre dengan post dibedakan struktur kalimat dan urutan no

item pernyataan. Pertanyaan terdapat pada 2 bal kuesioner yaitu :

1. Pertanyaan fakta

Bagian ini berisi mengenai fakta-fakta data demografi responden yang ada

pada saat pengisian kuesioner. Bagian ini diantaranya terdiri dari nama responden,

umur responden, jenis kelamin responden.

2. Pertanyaan informatif

Pertanyaan informatif pada lembar kuesioner pengetahuan berisi 14

pertanyaan untuk pre dan 14 pertanyaan untuk post, yang mewakili beberapa jenis

tertanyaan dan pernyataan yaitu mengenai pengertian Diabetes Melitus, pengobatan

Diabetes Melitus, gajala Diabetes Melitus, komplikasi Diabetes Melitus, faktor

reisiko Diabetes Melitus, dan gaya hidup penderita Diabetes Melitus. Pertanyaan

inorfatif pada lembar kuesioner sikap berisi 14 pertanyaan untuk pre dan 14

(48)

Diabetes Melitus, pengobatan, perawatan kaki, dan pemeriksaan kesehatan,

sedangkan pertanyaan inorfatif pada lembar kuesioner tindakan berisi 14 pertanyaan

mengenai pemeriksaan, gaya hidup, pengobatan, dan perawatan kaki. Penjabaran

mengenai aspek koisioner pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat dicermati pada

tabel I dan II.

Tabel I. Profil Pernyataan Dalam Kuesioner Kuesioner Pre- Intervensi

Tabel II. Profil Pernyataan Dalam Kuesioner Kuesioner Post- Intervensi

Aspek Pokok Bahasan Favorable Unfavorable

Pengetahuan a. Definisi 10, 13 3

Aspek Pokok Bahasan Favorable Unfavorable

Pengetahuan a. Definisi 1, 8 11

Tindakan a. Pemeriksaan 1,2,3,13

b. Gaya Hidup 4,5,6,7 c. pengobatan 8,9,10,11,12 d. pemeriksaan Kaki 14

(49)

28

Semua pertanyaan kuesioner kemudian dikonfersikan nilainya kedalam angka.

Pada pengetahuan dengan pilihan YA atau TIDAK, pertanyaan pengetahuan diberi

skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Kisaran skro pada

pertanyaan pengetahuan 0-14. Kuesioner sikap berisi 14 pertanyaan untuk pre dan 14

pertanyaan untuk post, yang mewakili beberapa jenis pertanyaan. Penilaian kuesioner

untuk pengukuran sikap menggunakan skala likert responden diminta melakukan

agreement atau disagreement untuk masing-masing item dalam kuesioner. Kuesioner

mengukur sikap menggunakan skala likert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak

Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Semua pertanyaan positif (favourable) diberi

skor 4 untuk SS, 3 untuk S, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS, sedangkan untuk

pertanyaan negatif (infavourable) diberi skor 4 untuk STS, 3 untuk TS, 2 untuk S,

dan 1 untuk SS. Kisaran skor untuk pertanyaan pengetahuan adalah 14-56.

Pada Tindakan dinilai dengan cara deskriptif yaitu sesuai dengan literatur.

Dimana dikategorikan menjadi 3 yaitu baik, sedang, buruk. Dikatakan baik jika

responden melakukan tindakan sesuai dengan literatur, sedang jika responden

melakukan tindakan tidak sesuai dengan literartur, dan buruk jika responden tidak

melakukan tindakan dengan literatur.

J. Tata Cara Penelitian

1. Penentuan subjek penelitian

Subjek penelitian dipilih dengan cara pembagian wilayah kecamatan

(50)

agar hasil dari edukasi dengan metode CBIA tidak saling mempengaruhi wilayah

yang satu dengan wilayah yang lain, yang saling berdekatan.

2. Perijinan

Tahap perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal

penelitian ke bagian perijinan BAPPEDA Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta,

setelah surat tebusan dari BAPPEDA keluar dilakukan penelitian ke SMK Kecamatan

Depok Kabupaten Sleman. Sampel yang digunakan adalah siswa SMK dari

kecamatan Depok Kabupaten Sleman, maka proses perijinan dilanjutkan ke kantor

Kecamatan Depok.

3. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi dilakukan dikantor pemerintahan kota Sleman.

Dari data yang ditelusuri adalah jumlah SMK di Kecamatan Depok Kabupaten

Sleman. SMK yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu SMKN 2 Depok Kabupaten

Sleman, karena hanya pihak SMKN 2 yang bersedia mengikuti penelitian ini serta

memenuhi kriteria inklusi penelitian, selanjutnya peneliti menghubungi bagian

kesiswaan sekolah untuk meminta data populasi siswa yang sudah dipilih oleh pihak

SMK. Data siswa yang sudah dipilih oleh sekolah dipilah lagi oleh peneliti agar

sesuai dengan kriteria inklusi serta bersedia mengikuti intervensi yang diadakan oleh

peneliti. Peneliti memilih 50 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pemilihan

(51)

30

4. Pembuatan kuesioner

Pada umumnya pembuatan kuesioner melewati 4 tahap yaitu pembuatan

kuesioner, validasi, pemahaman bahasa terhadap Lay people dan reliabilitas.

a. Pembuatan kuesioner

Dalam pembuatan kuesioner dalam penelitian ini sudah dilakukan oleh

penelitian sebelumnya, dimana kuesioner yang dibuat terdiri dari empat bagian.

Bagian pertama meliputi karakteristik responden yaitu nama, umur, jenis kelamin,

alamat. Bagian ke dua menilai pengetahuan responden tentang Diabetes Melitus.

Bagian ketiga mengukur sikap responden terhadap Diabetes Melitus. Bagian keempat

mengukur tindakan responden.

b. Validasi

Dalam penelitian ini kuesioner sebelumnya sudah tervalidasi yang dilakukan

oleh penelitian sebelumnya yaitu Hartayu (2012) dalam penelitian Improving of Type

2 Diabetic Patients’ Knowledge, Attitude and Practice Towards Diabetes Self-care

by Implementing Community-Based Interactive Approach-Diabetes Mellitus Strategy,

dimana validitas kuesioner menghasilkan 15 pertanyaan untuk pre sikap, 15

pernyataan untuk post, 15 pernyataan untuk pre pengetahuan, 15 pernyataan untuk

post pengetahuan dan 14 pernyataan untuk tindakan. Dalam penelitian ini hanya

melakukan uji validitas konten. Uji Validitas konten diukur rasionalitasnya melalui

professional judgement, dilakukan untuk memastikan apakah isi kuesioner sudah

(52)

mencerminkan rangkaian lengkap atribut yang diteliti dan biasanya dilakukan oleh

dua atau lebih ahli (Devon et.al, 2007). Professional judgement dalam penelitian

dilakukan oleh satu orang ahli dibidangnya, setelah melakukan penilaian, ahli

merekomendasikan perbaikan kata, penegasan pernyataan, penyederhanaan kalimat.

c. Uji pemahaman bahasa terhadap lay people

Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui pemahaman seseorang

terhadap suatu pernyataan, dimana uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30

masyarakat awam yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian. Pada uji

pemahaman bahasa dalam penilitian ini digunakan untuk mengetahui apakah

pertanyaan atau tata bahasa yang digunakan oleh peneliti sudah benar dan tepat serta

mudah dipahami oleh orang awam. Uji pemahaman bahasa dilakukan sebanyak 2 kali

karena pada item pernyataan yang sulit dipahami kemudian segera diperbaiki dalam

segi struktur kalimatnya walaupun pernyataan telah dianggap valid. Penyederhanaan

item diharapkan dapat memudahkan responden dalam memahami maksud pernyataan

kuesioner yang dapat berpengaruh pada tanggapan responden untuk tiap item

pernyataan.

Menurut Supraktiknya (2014) hasil yang diperoleh saat uji pemahaman

bahasa atau masukan yang diperoleh saat uji pemahaman bahasa selanjutnya ditindak

lanjuti seperlunya dalam rangka menyempurnakan bentuk semi final tes sebelum

melakukan uji coba tes yang sesungguhnya. Pada penelitian Kinanti (2014)

mengansumsikan apabila terdapat lebih dari 5 responden yang tidak memahami

(53)

32

penyederhanaan. Pada penelitian ini mengansumsikan apabila terdapat lebih dari 4

responden tidak memahami kalimat maupun kata pada item pertanyaan maka

diperbaiki dan dilakukan penyederhanaan. Tujuan mempersempit batasan adalah

untuk memaksimalkan jumlah responden yang memahami item pertanyaan. Berikut

hasil pengujian pemahaman bahasa pada Lay people pre dan post dipaparkan pada

Tabel III dan Tabel IV.

Tabel III. Pernyataan Pada Item Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuesioner Pre Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeople

Tabel IV. Pernyataan Pada Item Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuesioner

Post Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeople

d. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner terhadap 30

responden yang bukan termasuk responden penelitian (siswa SMKN 2 Depok

Kabupaten Sleman). Nilai koefisien chrombah alpha >0,6 maka instrument memiliki

reliabilitas yang baik. Jika chrombah alpha <0,6 maka dikatakan tidak reliabel

(Juliadi et al., 2014). Hasil uji reliabilitas yang didapat pada pre pengetahuan α

0,560 setelah dilakukan seleksi item no 15 didapatkan hasil α 0,62, post pengetahuan

(54)

dilakukan untuk mendapatkan nilai α yang lebih baik serta memenuhi kualitas

intrumen. Pada pre sikap hasil uji reliabilitas yang didapat α 0,5761dilakukan seleksi

item no 14, setelah seleksi item dilakukan hasil α yang diperoleh 0,613 dan uji

reabilitas yang didapat pada post sikap α 0,577 setelah dilakukan seleksi item no 14

didapat hasil α 0,622. Pada aspek tindakan tidak dapat dilakukan uji reliabilitas

karena kuesioner yang digunakan adalah dalam bentuk deskriptif.

5. Ethical clearance

Ethical Clearance (EC) adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi

Etik Penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup serta menyatakan bahwa

suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.

Ethical Clearance pada dasarnya yaitu seluruh penelitian yang menggunakan

makhluk hidup sebagai subyek penelitian, baik penelitian yang melakukan

pengambilan spesimen ataupun yang tidak melakukan pengambilan specimen

(Quraniati, 2015). Ethical Clearance dalam penelitian dilakukan melalui perijinan

BAPPEDA serta pengisian informed consent yang dilakukan oleh responden

penelitian.

6. Pelaksanaan intervensi

a. Penyebaran undangan pada siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman

yang akan digunakan sebagai subjek penelitian.

b. Pelaksanaan edukasi melalui metode CBIA

Pelaksanaan edukasi mengundang 50 responden yang telah dipilih langsung

(55)

34

pelaksanaan CBIA hanya 35 responden. Sebelum pelaksanaan edukasi dengan

metode CBIA terlebih dahulu dilakukan pretest, untuk mengetahui tingkat

pengetahuan responden tentang Diabetes Melitus sebelum diberi edukasi, setelah itu

fasilitator menerangkan lebih rinci mengenai pelaksaan edukasi kesehatan dengan

metode CBIA. Kemudian dari 35 responden dibagi dalam kelompok kecil. Tiap

kelompok kecil terdiri dari 5 sampai 6 orang responden. Tiap responden diberikan

booklet yang berhubungan dengan kesehatan mengenai Diabetes Melitus.

Masing-masing kelompok diberi waktu untuk berdinamika. Setiap kelompok kecil dipilih 1

orang perwakilan responden yang nantinya masing-masing perwakilan kelompok

kecil tersebut akan mempresentasikan hasil yang diperoleh. Setelah

mempresentasikan hasil, setiap responden diberi sesi tanya jawab kepada narasumber.

Narasumber dalam penelitian ini adalah apoteker. Keberadaan apoteker dalam

metode CBIA adalah untuk menjawab dan menjelaskan lebih rinci mengenai

Diabetes Melitus dan apoteker harus memberi kesimpulan mengenai edukasi tentang

Diabetes Melitus. Setelah intervensi dengan metode CBIA para responden akan

diminta mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan,

sikap dan tindakan responden setelah diberikan CBIA.

7. Posttest 1 setelah bulan intervensi

Posttest dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan,

sikap dan tindakan 1 bulan setelah diberi eduksi dengan metode CBIA mengenai

(56)

8. Posttest 2 setelah bulan intervensi

Posttest 2 bulan setelah diberi edukasi dengan metode CBIA dilakukan

untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan. Serta untuk

melihat apakah Siswa SMK masih mengingat materi edukasi yang telah diberikan

sebelumnya tentang Diabetes Melitus.

9. Pengolahan data

1. Manajemen data

Agar dapat menjamin keakuratan data dilakukan beberapa kegiatan proses

manajemen data yaitu:

a. Editing

Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil

penelitian, juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi

sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.

b. Processing

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan

angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden.

Kemudian melakukan pemindahan isi data dari kuesioner ke program komputer Excel

dan Microsoft Word.

c. Cleaning

Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan Microsoft

Gambar

Tabel I Profil Pertanyaan Dalam Tabel II Pre-Intervensi ......................................................
Gambar 4. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Katagori Pengetahuan, Sikap, dan
Gambar 1. Kerangka konsep penelitian
Tabel I. Profil Pernyataan Dalam Kuesioner Kuesioner Pre- Intervensi Aspek Pokok Bahasan Favorable Unfavorable
+7

Referensi

Dokumen terkait

perbukitan berkisar dari 401 m di kragian barat laut dan semakin tinggi ke arah tenggara hingga ketinggian mencapai 552 m di atas permukaan lairt, tepatnya di Dusun

sarjana Islam untuk menghuraikan makna Tamadun yang telah digunakan dalam penulisan tentang4. tamadun

Keputusan Walikota Salatiga Nomor 463/315/2009 Tentang Forum Komunikasi. Anak Kota Salatiga, Keputusan walikota ini merupakan revisi dari

Berdasar pengujian hipotesis, diperoleh bahwa nilai T hitung (7,942) lebih besar dari nilai T table (1,721), yang berarti bahwa ada pengaruh frekuensi latihan terhadap

pavadinimo paantraštė buvo suformuluota kaip „1965-ieji su Simone de Beauvoir ir Jeanu Pauliu Sartre’u“. Kitaip tariant, lite - ratūrologė jau paantrašte norėjo pabrėžti,

Berbagai program pemberdayaan masyarakat pesisir yang berlangsung di Kota Batam, baik yang dilakukan langsung oleh pemerintah daerah maupun oleh perusahaan melalui CSR, hanya

Tugas Akhir dengan judul : “MEKANISME PENGAJUAN SPP KLIM SECARA TIDAK LANGSUNG OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA PT TASPEN (PERSERO) KANTOR CABANG SURAKARTA”, telah

Proses Ekstraksi Sinyal Musik Sinyal Vokal Proses Ekstraksi • Nilai distance • Hasil Rank • Nilai MRR Representasi Melodi (waktu onset, pitch-Interval, WOIrasio) Uji