INTISARI
Minimnya pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait Diabetes Melitus kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dapat melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap Diabetes Melitus.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan 35 responden. Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan pendekatan time series, pre-post intervention group Instrumen penelitian adalah kuisioner. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Apabila nilai p<0,05 maka terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap.
Hasil penelitian menunjukkan pre-post 1 tidak ada peningkatan jumlah responden dengan katagori pengetahuan baik (51,5%); pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 51,5% menjadi 60%; pre-post 3 tidak ada peningkatan jumlah responden (51,5%) dengan nilai p>0,05. Aspek sikap baik menunjukan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 91,4% ; pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 54,3%; pre-post 3 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 71,2% dengan nilai p<0,05. Aspek tindakan baik menunjukkan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 25,7%, pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 28,6%. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa metode CBIA dapat meningkatkan jumlah responden dengan katagori baik pada pengetahuan, sikap dan tindakan.
ABSTRACT
The lack of public knowledge, attitude, and practice related to Diabetes Mellitus is likely can cause complication occurence. One of the ways to prevent from the complication is to increase the knowledge, attitude, and practice. This research is aim to increase the knowledge, attitude, and practice of the adolescents concerned with Diabetes Mellitus.
The study was held in Depok Subdistrict of Sleman Regency toward 35 respondents. The type of the research was quasi experimental with time series that was pre-post intervention group approach. The instrument used was questionnaire. Purposive sampling was applied for sampling technique. p <0.05 means that there's an increasement of knowledge and attitudes.
The results showed that at the first pre-post group there was no respondents amount increasing at the good knowledge category that was 51.5% while at the second pre-post group there was respondents amount increasing from 51.5% to 60% and at the third pre-post group there was no respondents amount increasing that was 51.5% with the p-value >0,05. Good attitude aspect indicated that at the first pre-post group there was respondents amount increasing which was from 25.7% to 91.4% and so as at the second pre-post group from 25.7% to 54.3% and at the third pre-post group from 25.7% to 71.2% with the p-value <0,05. Good practice aspect showed that at the first pre-post group there was respondents amount increasing from 20% to 25.7% and the same as with the second pre-post group from 20% to 28.6%. The conclusion is CBIA method improving a number of respondent with good catagory knowledge, attitude, and practice.
Keywords : CBIA, Diabetes Mellitus, Knowledge, Attitude, Practice
PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA SMK
DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG DIABETES
MELITUS DENGAN METODE CBIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Desak Made Intan Cahyani
NIM : 118114052
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN SISWA SMK
DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN TENTANG DIABETES
MELITUS DENGAN METODE CBIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh:
Desak Made Intan Cahyani
NIM : 118114052
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN KARYA
“OM AWIGHNAM ASTU NAMO SIDDHAM OM SIDHIRASTU TAD ASTU SWAHA”
“ Ya Tuhan, semoga atas perkenanMU, tiada suatu halangan bagi
hamba memulai pekerjaan ini dan semoga berhasil dengan baik”
“Manusia dapat bekerja dan berhasil jika ia mencintai pekerjaannya. Mencintai pekerjaan adalah sama dengan mencintai Tuhan. Mereka yang yakin bahwa bekerja dengan baik adalah perintah Tuhan maka ia akan sedih dan merasa malu bilamana hasil pekerjaannya tidak baik atau merugikan masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung”
Karya ini kupersembahkan untuk :
Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang selalu menolong dan memberikan kekuatan pada setiap cobaan yang kualami Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dan semangat setiap waktu
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan berkat Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Drs. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt., M.kes, Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan petunjuk, saran dan masukan dalam proses penyusunan
skripsi
2. Bapak/ Ibu para dosen penguji, terimakasi atas segala masukan yang telah
diberikan dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Seluruh Siswa SMKN 2 Depok Kabupaten Sleman di Kota Yogyakarta yang telah
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini sehingga memperlancar
penelitian.
4. Drs. Aragani Mizan Zakaria selaku kepala sekolah SMKN 2 Depok yang bersedia
mengijikan melakukan penelitian di SMKN 2 Depok
5. Dekan dan seleuruh staff Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Akhir kata, semoga skripsi bermanfaat bagi seluruh pembaca
Yogyakarta, 4 Juni 2015
viii
ix
G. Upaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan ... 18
H. Usia ... 19
I. Landasan Teori ... 20
J. Kerangka Konsep ... 21
K. Hipotesis ... 21
BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 22
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
B. Variabel Penelitian ... 23
C. Devinisi Operasional ... 23
D. Subjek Penelitian ... 24
E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24
F. Populasi Penelitian ... 25
G. Sampel dan Tehnik Sampling ... 25
x
7. Posstest 1 bulan intervensi ... 34
8. Posstest 2 bulan intervensi ... 35
9. Pengolahan data ... 35
K. Kelemahan Penelitian ... 39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 40
A. Karakteristik Demografi Responden ... 40
B. Pengaruh Tingkat Pengetahuan,Sikap, dan Tindakan Sebelum Dilakukan Edukasi DenganMetode CBIA ... 41
C. Pengaruh Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Setelah Dilakukan Edukasi Dengan Metode CBIA ... 42
D. Perbandingan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Sebelum dan Setelah Edukasi ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54
A. Kesimpulan ... 54
B. Saran ... 55
DAFTAR PUSTAKA ... 56
LAMPIRAN ... 62
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I Profil Pertanyaan Dalam Pre-Intervensi ... 27
Tabel II Profil Pertanyaan Dalam Post-Intervensi ... 27
Tabel III Pertanyaan Pada Aitem Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuisioner Pre
Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeope... 32
Tabel IV Pertanyaan Pada Aitem Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuisoner Post
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep ... 21
Gambar 2. Jumlah Responden Berdasarkan Kelompok Usia yang Mengikuti CBIA... 40
Gambar 3. Distribusi Jumlah Responden Dengan Katagori Baik, Sedang, Buruk Pada Pre -CBIA ... 41
Gambar 4. Perbandingan Jumlah Responden Dengan Katagori Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Baik Antara Pre, Post 1, Post 2 dan Post 3 CBIA ... 48
Gambar 5. Peningkatan Jumlah Responden Pada Aspek Pengetahuan ... 50
Gambar 6. Peningkatan Jumlah Responden Pada Aspek Sikap ... 51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Surat ijin BAPPEDA ... 63
Lampiran 2. Surat disposisi SMKN 2 Depok ... 64
Lampiran 3. Surat bukti telah melakukan penelitian SMKN 2 Depok ... 65
Lampiran 4. Booklet yang digunakan saat CBIA (apa yang perlu diketahui tentang hidup sehat) ... 66
Lampiran 5.petunjuk kegiatan CBIA ... 71
Lampiran 6. . Booklet yang digunakan saat CBIA (apa yang diketahui tentang diabetes melitus) ... 77
Lampiran 7. Inform consen ... 79
Lampiran 8. Uji validasi konten pertama aspek pengetahuan ... 80
Lampiran 9. Uji validitas konten kedua aspek pengetahuan ... 81
Lampiran 10. Uji validitas konten pertama aspek sikap ... 82
Lampiran 11. Uji validitas konten kedua aspek sikap ... 83
Lampiran 12. Kuisioner pre pengetahuan untuk uji pemahaman bahasa ... 84
Lampiran 13. Kuisioner pre sikap untuk uji pemahaman bahasa ... 85
Lampiran 14. Kuisioner post pengetahuan untuk uji pemahaman bahasa ... 86
Lampiran 15. Kuisioner post sikap untuk uji pemahaman bahasa ... 87
Lampiran 16. Kuisioner tindakan untuk uji pemahaman bahasa ... 88
Lampran 17. Formulasi kuisioner ... 90
xiv
Lampiran 19. Perbaikan kalimat pertanyaan aitem ... 92
Lampiran 20. Kuisioner penelitian aspek pre pengetahuan uji reliabilitas ... 93
Lampiran 21. Besar skor Untuk masing-masing responden tiap aitem aspek pre pengetahuan
pada uji reliabilitas ... 94
Lampiran 22. Hasil uji kolerasi Point Biserial untuk aitem aspek pre pengetahuan pada uji
reliabilitas sebelum seleksi aitem ... 95
Lampiran 23. Hasil uji kolerasi kolerasi Point Biserial untuk aitem aspek pre pengetahuan
pada uji kualitas instrumen stelah seleksi aitem ... 96
Lampiran 24. Kuisioner penelitian aspek pre sikap uji reliabilitas ... 97
Lampiran 25.Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek pre sikap pada uji
reliabilitas ... 98
Lampiran 26.Hasil Uji Kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek pre sikap pada
uji reliabilitas sebelum seleksi aitem ... 99
Lampiran 27. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek pre sikap pada
uji reliabilitas setelah seleksi aitem ... 100
Lampiran 28. Perbandingan nilai α sebelum dan setelah seleksi aitem pertanyaan tiap aspek kuisioner pre intervensi pada uji reliabilitas ... 101
Lampiran 29. Kuisioner penelitian aspek post pengetahuan uji reliabilitas ... 102
Lampiran 30. Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek post pengetahuan
pada uji reliabilitas ... 103
Lampiran 31. Hasil uji kolerasi Pearson Point Biserial untuk aitem aspek post pengetahuan
pada uji reliabilitas sebelum seleksi Aitem ... 104
Lampiran 32. Hasil uji kolerasi Pearson Point Biserial untuk aitem aspek post pengetahuan
xv
Lampiran 33. Kuisioner Penelitian Aspek Post Sikap Uji Reliabilitas ... 106
Lampiran 34. Besar skor untuk masing-masing responden tiap aitem aspek post sikap pada uji kualitas instrumen ... 107
Lampiran 35. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek post Sikap pada uji kualitas instrumen sebelum seleksi aitem ... 108
Lampiran 36. Hasil uji kolerasi Pearson Product Moment untuk aitem aspek post sikap pada uji kualitas instrumen setelah seleksi aitem ... 109
Lampiran 37. perbandingan nilai α sebelum dan setelah Seleksi aitem pertanyaan tiap aspek kuisioner pre intervensi pada uji kualitas instrumen ... 110
Lampiran 38. Formulasi Kuisioner Setelah Uji Reliabilitas ... 111
Lampiran 39. Instrumen pre pengetahuan yang digunakan saat penelitian ... 112
Lampiran 40. Instrumen pre sikap yang digunakan saat penelitian ... 113
Lampiran 41. Instrumen post pengetahuan yang digunakan saat penelitian ... 114
Lampiran 42. Instrumen post sikap yang digunakan saat penelitian... 115
Lampiran 43. Instrumen tindakan yang digunakan saat penelitian ... 116
Lampiran 44. Nilai pretest pengetahuan sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 119
Lampiran 45. Nilai posttest pengetahuan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 120
Lampiran 46. Nilai posttest pengetahuan 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... ..121
Lampiran 47. Nilai posttest pengetahuan 2 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... ..122
Lampiran 48. Nilai pretest sikap sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 123
xvi
Lampiran 50. Nilai posttest sikap 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 125
Lampiran 51. Nilai posttest sikap 2 Bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 126
Lampiran 52. Hasil normalitas kuisioner prestest, posttest, posttest 1 bulan dan posttest 2 bulan pengetahuan ... 127
Lampiran 53. Hasil normalitas kuisioner prestest, posttest, posttest 1 bulan dan posttest 2 bulan sikap ... 128
Lampiran 54. Hasil uji variansi ... 129
Lampiran 55. Hasil uji Paired T-test ... 130
Lampiran 56. Hasil uji Wilcoxon ... 131
Lampiran 57. Nilai pretest tindakan sebelum intervensi dengan metode CBIA ... 132
Lampiran 58. Nilai posttest tindakan 1 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 133
Lampiran 59. Nilai posttest tindakan 2 bulan setelah intervensi dengan metode CBIA ... 134
xvii
INTISARI
Minimnya pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat terkait Diabetes Melitus kemungkinan dapat menyebabkan timbulnya komplikasi. Salah satu cara untuk mencegah komplikasi dapat melalui peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan Penelitian ini bertujuan meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap Diabetes Melitus.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman dengan 35 responden. Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan pendekatan time series, pre-post intervention group Instrumen penelitian adalah kuisioner. Teknik sampling menggunakan purposive sampling. Apabila nilai p<0,05 maka terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap.
Hasil penelitian menunjukkan pre-post 1 tidak ada peningkatan jumlah responden dengan katagori pengetahuan baik (51,5%); pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 51,5% menjadi 60%; pre-post 3 tidak ada peningkatan jumlah responden (51,5%) dengan nilai p>0,05. Aspek sikap baik menunjukan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 91,4% ; pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 54,3%; pre-post 3 mengalami peningkatan jumlah responden dari 25,7% menjadi 71,2% dengan nilai p<0,05. Aspek tindakan baik menunjukkan pre-post 1 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 25,7%, pre-post 2 mengalami peningkatan jumlah responden dari 20% menjadi 28,6%. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa metode CBIA dapat meningkatkan jumlah responden dengan katagori baik pada pengetahuan, sikap dan tindakan.
xviii
ABSTRACT
The lack of public knowledge, attitude, and practice related to Diabetes Mellitus is likely can cause complication occurence. One of the ways to prevent from the complication is to increase the knowledge, attitude, and practice. This research is aim to increase the knowledge, attitude, and practice of the adolescents concerned with Diabetes Mellitus.
The study was held in Depok Subdistrict of Sleman Regency toward 35 respondents. The type of the research was quasi experimental with time series that was pre-post intervention group approach. The instrument used was questionnaire. Purposive sampling was applied for sampling technique. p <0.05 means that there's an increasement of knowledge and attitudes.
The results showed that at the first pre-post group there was no respondents amount increasing at the good knowledge category that was 51.5% while at the second pre-post group there was respondents amount increasing from 51.5% to 60% and at the third pre-post group there was no respondents amount increasing that was 51.5% with the p-value >0,05. Good attitude aspect indicated that at the first pre-post group there was respondents amount increasing which was from 25.7% to 91.4% and so as at the second pre-post group from 25.7% to 54.3% and at the third pre-post group from 25.7% to 71.2% with the p-value <0,05. Good practice aspect showed that at the first pre-post group there was respondents amount increasing from 20% to 25.7% and the same as with the second pre-post group from 20% to 28.6%. The conclusion is CBIA method improving a number of respondent with good catagory knowledge, attitude, and practice.
BAB I
PENGANTAR
A.Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) atau kencing manis adalah suatu kumpulan gejala
yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar gula dalam darah
akibat kekurangan insulin, baik absolut maupun relatif. Absolut artinya pankreas
sama sekali tidak bisa menghasilkan insulin sehingga harus mendapatkan insulin dari
luar (melalui suntikan) dan relatif artinya pankreas masih bisa menghasilkan insulin
yang kadarnya berbeda pada setiap orang (Dinkes 2013). Di dunia pada tahun 2013
jumlah Diabetes Melitus sebanyak 382 juta pada tahun 2035 akan meningkat sebesar
55% menjadi 592 juta, khususnya di Indonesia jumlah penderita Diabetes Melitus
sebanyak 8,5 juta (IDF, 2013).
Di daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2014 Diabetes Melitus menjadi
penyakit nomor 4 dalam sepuluh besar penyakit pada puskesmas Kabupaten/Kota di
Provinsi Yogyakarta dengan jumlah yang terdiagnosis sebanyak 72.207 dan yang
merasakan gejala sebanyak 11,109 serta menjadi penyebab kematian dirumah sakit
nomor 6 di Yogyakarta dengan jumlah kematian sebanyak 214 (Kementrian
Kesehatan RI, 2014).
Peningkatan prevalensi penderita Diabetes Melitus ini diikuti dengan
peningkatan angka kejadian komplikasi yang menyertai penyakit ini. Angka kejadian
2
ini terus meningkat akibat perubahan gaya hidup, terutama akibat konsumsi makanan
yang tidak sehat serta kurangnya latihan fisik (Meydani, 2011).
Komplikasi menahun Diabetes Melitus di Indonesia terdiri atas neuropati
60%, penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetik 15%, retinopati 10%, dan
nefropati 7,1%. Penderita Diabetes Melitus dibandingkan dengan bukan penderita
Diabetes Melitus mempunyai risiko 2 kali lebih besar untuk terjadinya penyakit
jantung koroner dan penyakit pembuluh darah, 5 kali lebih mudah menderita ulkus
atau ganggren, 7 kali lebih mudah mengidap gagal ginjal terminal, dan 25 kali lebih
mudah mengalami kebutaan akibat kerusakan retina (Sinaga, Hiswani, Jemadi,
2015).
Angka kesakitan dan kematian pada Diabetes Melitus meningkat diberbagai
negara, penyakit ini juga disebabkan faktor ketidaktahuan baik penderita maupun
dokter sendiri, atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan
komplikasi berat (Permana, 2015).
Melihat banyaknya fakta dan tingginya prevalensi penderita Diabetes Melitus,
serta tingginya prevalensi komplikasi penderita Diabetes Melitus. Oleh sebab itu
perlu adanya upaya untuk pencegahan dan penagulangan penyakit tersebut. Upaya
dini yang dapat diberikan yaitu pemberian edukasi kesehatan dengan metode CBIA.
Pemberian edukasi dengan metode CBIA ini diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan tindakan mengenai Diabetes Melitus agar dapat terhindar
Dalam penelitian ini CBIA akan diberikan kepada siswa SMK di Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman. SMK yang di pilih dalam penelitian ini yaitu SMKN 2,
karena pada SMKN 2 terdapat responden sesuai dengan kriteria inklusi dalam
penelitian. Pada penelitian ini target penelitian difokuskan pada remaja pria karena
DM sering diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan. Para ahli kesehatan juga
menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin dan
biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan kaum
perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya
(Mirza, 2008).
Pemberian edukasi kepada siswa SMK diharapkan mampu mencegah
penyakit Diabetes Melitus sejak dini dan nantinya mampu sebagai komunikator
kepada masyarakat dalam membantu pencegahan dan pengelolaan penyakit Diabetes
Melitus.
1. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah di jelaskan di atas, adapun beberapa
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
a. Seperti apakah karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia?
b. Seperti apakah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang Diabetes Melitus sebelum
4
c. Seperti apakah peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi dengan
metode CBIA?
d. Apakah terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap secara signifikan
mengenai Diabetes Melitus sebelum dan setelah edukasi dengan metode
CBIA?
2. Keaslian Penelitian
Sebatas pengetahuan peneliti dan sejauh penelusuran pustakan penelitian
tentang Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Siswa SMK Di Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman Tentang Diabetes Melitus Dengan Metode CBIA belum
pernah dilakuakan. Penelitian yang terkait dengan edukasi mengenai Diabetes
mellitus telah dilakukan penelitian dengan judul berikut :
a. Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Diet Pasien Tentang Diabetes
Melitus Tipe 2 Pada Kelompok Swabantudi Dusun Swaluwan dan
Kalimalang, Desa Tawangargo, Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang
(Kumboyono, 2012). Pada penelitian Kumboyono 2012 diberikan sebanyak 2
kali pertemuan yaitu pertemuan pertama berdiskusi mengenai materi itu
sendiri serta pertemuan ke dua dilakukan pelatian dimana setiap pertemuan
diberikan pre dan post, sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti edukasi
diberikan dengan menggunakan metode CBIA sebelum edukasi diberi
kuesioner pre tanpa perlakuan, selanjutnya setelah edukasi diberi post sesaat
setelah edukasi.
b. Perbedaan Edukasi Secara Ceramah dan CBIA Mengenai Kanker Serviks dan
Papsmear Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Perubahan Sikap dan Tindakan
Ibu-Ibu Kecamatan Gamping Dan Kecamatan Melati Di Tinjau Dari Tingkat
Pendidikan (Kristina, 2010). Perbedaan pada penelitian ini terletak pada
subjek. Pada penelitian Kristina 2010 berfokus pada perbedaan edukasi dan
penyakit Kanker Serviks sedangkan pada penelitian ini peneliti memfokuskan
pada peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan tentang Diabetes Melitus
dengan Metode CBIA.
c. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Penderita Diabetes Melitus
Dengan Kepatuhan diet Diabetes Melitus Di RSUD AM. PARIKESIT
Kalimantan Timur (Phitri, 2013). Pada penelitian Phitri 2013 dengan
menggunakan kuesioner dan jenis penelitian yaitu deskriftif kolerasi dengan
variabel terikat yaitu kepatuhan penderita dalam menjalankan diet Diabetes
Melitus sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti jenis penelitian
eksperimental semu (quasi experimental) dengan pendekatan time series,
pre-post intervention grup dengan menggunakan metode CBIA
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh edukasi secara CBIA
terhadap peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa SMK di
6
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat praktis
1) Bagi masyarakat
Bagi masyarakat penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan ilmu
pengetahuan dan kesadaran terhadap kesehatan terkait Diabetes Melitus
yang akan berdampak pada kualitas hidup masyarakat.
2) Bagi dinas kesehatan
Bagi Dinas Kesehatan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
edukasi atau informasi untuk meningkatkan pengetahuan serta kesadaran
perilaku masyarakat Yogyakarta mengenai Diabetes Melitus.
3) Bagi akademis
Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai pedoman dan materi bahan
edukasi, untuk meningkatan pengetahuan mengenai Diabetes Melitus, serta
para akademis mampu sebagai komonikator kesehatan untuk masyarakat
luas.
b. Manfaat teoritis. Sebagai gambaran Departemen Kesehatan setempat mengenai
pentingnya pemberian edukasi kesehatan tentang Diabetes Melitus sehingga dapat
melakukan kebijakan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan tindakan
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan
tindakan masyarakat Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terhadap Diabetes
Melitus pada siswa SMK dengan metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA).
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang dapat disimpulkan dalam penelitian peningkatan
pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK dengan metode CBIA tentang
Diabetes Melitus yaitu :
a. Mengidentifikasi karakteristik demografi responden berdasarkan faktor usia
terhadap peningkatan pengetahuan serta perubahan sikap dan tindakan Siswa
SMK mengenai Diabetes Melitus.
b. Mengukur tingkat pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa SMK di
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman sebelum dilakukan edukasi dengan
metode CBIA.
c. Mengukur peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan tindakan siswa
SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi
dengan metode CBIA.
d. Membandingkan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan sebelum dan setelah
8
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A.Diabetes Melitus (DM)
Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan metabolisme yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah sebagai akibat dari gangguan produksi
insulin atau gangguan kinerja insulin atau karena kedua-duanya yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh
darah. Penyakit ini bersifat kronik bahkan seumur hidup (WHO, 2014).
B.Diabetes Melitus Tipe 2
1. Pengertian
DM tipe 2 dikenal dengan non-insulin-dependent atau adult-onset diabetes
(WHO, 2014). Diabetes Melitus Tipe 2 adalah intoleransi karbohidrat yang di tandai
dengan resistensi insulin, kekurangan insulin, dan kelebihan produksi glukosa hepar
dan hiperglikemia (Brashers & Valentina, 2008).
2. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2
Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya
kekurangan insulin secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi
melalui 3 jalan, yaitu :
a) Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu, dll).
b) Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa kelenjar pankreas.
c) Desensitas/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer
(Hastusti, 2008).
3. Gejala klinis Diabetes Melitus Tipe 2
Pada penderita Diabtes Melitus ditemukan adanya gejala-gejala khas antara
lain : poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum karena haus terus),
polifagia (makan karena lapar terus), lemas, dan berat badan turun tanpa sebab yang
jelas. Gejala-gejala khas seperti diatas dengan satu kali pemeriksaan yang mana
menghasilkan GDP (Gula Darah Puasa) ≥ 126 mg/dl atau GDS (Gula Darah
Sewaktu) ≥ 200 mg/dl dinyatakan positif DM tipe-2. Gejala lain yang meyertainya
seperti : kesemutan, gatal-gatal, penglihatan kabur, disfungsi ereksi pada pria,
pruritus vulvae (keputihan) pada wanita (Goldstein & Muller, 2008).
4. Faktor resiko Diabetes Melitus Tipe 2
Ada beberapa faktor risiko untuk Diabetes Melitus, terutama untuk DM
Tipe 2, yaitu riwayat diabetes dalam keluarga, diabetes gestasional, melahirkan bayi
dengan berat badan > 4 kg , obesitas (>120% berat badan ideal), umur (20-59 tahun :
8,7% > 65 tahun : 18%), hipertensi (>140/90mmHg), kadar HDL rendah <35mg/dl
kadar lipid darah tinggi >250mg/dl (Goldstein & Muller, 2008).
5. Mengubah gaya hidup
Didalam tubuh penderita Diabetes Melitus tidak dapat cukup insulin untuk
mengubah gula menjadi tenaga, maka penderita Diabetes Melitus menjadi kurus tiap
10
diperlukan upaya untuk menjaganya dengan cara mengubah pola gaya hidup yaitu :
a) Perencanaan makan. Kalori yang terukur dihitung dari berat badan ideal
(tinggi badan – 100)-10%. Komposisi makanan harus seimbang yakni
karbohidrat (60-75%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%) (Kristanti,
2013).
b) Kegitan Fisik. Olahraga ringan misalnya jalan kaki, jogging, senam
maupun lain-lain. Olahraga perlu dilakukan bertahap teratur dengan
intensitas yang cukup ( Kristanti, 2013).
6. Pencegahan dan pengobatan
Pencegahan dan pengobatan Diabetes Melitus sangat dibutuhkan bagi
penderita Diabetes Melitus maupun pra Diabetes Melitus untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita. Ada beberapa cara dalam pencegahan Diabetes Melitus
maupun pengobatan Diabetes Melitus yaitu :
a. Pencegahan
Pencegahan Diabetes Melitus dapat dilakukan sejak dini ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk dapat mencegah penyakit Diabetes Melitus yaitu
dengan pemeriksaan, pola hidup yang baik, dan latihan fisik atau jasmani.
Pemeriksaan, pola hidup dan latihan fisik atau jasmani yang dapat dilakukan
yaitu:
1) Pengukuran tekanan darah pada usia anak hingga remaja wajib dilakukan
minimal sekali dalam setahun dalam kondisi normal (IDAI, 2014).
dilakukan sekali dalam setahun hingga sekali dalam 2 tahun pada kondisi
normal (American Optimeric Assosiation 2014).
3) Pemeriksaan urin dapat dilakukan sekali dalam 1 tahun pada kondisi normal
(Cassidy & Allason, 2010).
4)Pemeriksaan kadar gula darah pada anak-anak hingga remaja sebaiknya
pemeriksaan dilakukan setiap 1 kali dalam 1 tahun apabila anak atau remaja
dalam keadaan normal, sebaiknya diperiksa dimulai pada usia 10 tahun
(Nicholas Josep, 2007).
5)Pada gaya hidup kategori olahraga yang baik dan teratur dapat dilakukan 3-5
kali dalam seminggu, selama 30-60 menit dengan intensitas ringan hingga
sedang dapat disesuaikan dengan umur dan jasmani (Kristanti 2013).
6) Kebutuhan kalori pada usia remaja semakin meningkat karena aktivitas anak
semakin banyak dan adanya masa pubertas. Tingkat kebutuhan energi bagi
remaja laki-laki adalah 3000 kalori (Hidayat, 2008)
7) Pencegahan Diabetes Melitus dapat dilakukan dengan mengontrol makanan
yang dikonsumsi seperti menghindari makanan manis yang berlebih dan
menyantap makanan rendah lemak dan kaya serat (Kristanti 2013).
8) Diet yang dapat dilakukan untuk mecegah Diabetes Melitus dapat dilakukan
dengan cara memakan 4 samapai 5 sajian buah setiap hari dan memperbanyak
sayuran, serta mengubah kebiasaan makan dan mengurangi pengonsumsian
12
b. Pengobatan
Pengobatan pada penderita Diabetes Melitus dapat menggunakan insulin
dan tablet OHO (Obat Hipoglikemik Oral) untuk menangulangi penderita
Diabetes Melitus serta dapat mengurangi angkat kematian akibat serangan
Diabetes Melitus (Kristanti, 2013).
7. Penyuluhan (edukasi diabetes )
Menurut Soewondo (2002) dalam tingkat kepatuhan Diabetes Melitus dalam
mengatur perencanaan makan, pengobatan dan latihan jasmani intinya adalah
bagaimana penderita Diabetes Melitus memahami, menyadari dan dapat
mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat hidup lebih berkualias untuk
mengatasi hal tersebut, sangatlah penting seorang edukator dalam pengelolaan
Diabetes Melitus. Pada intinya seorang edukator mampu untuk memberikan
penyuluhan dengan tujuan dapat meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap,
mengubah perilaku, meningkatkan kepatuhan dan meningkatkan kualitas hidup (cit.
Qurratuaeni, 2009).
C. Edukasi Kesehatan
Edukasi kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan
perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Edukasi kesehatan berupaya
agar masyarakat menyadari atau mengetahui cara menjaga kesehatan, bagaimana cara
menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan. Kesadaran
kesehatan bukan hanya mencapai “healthliteracy.” namun yang lebih penting
mencapai perilaku kesehatan (healty behavior). Kesehatan bukan hanya diketahui
atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude) melainkan harus dilaksanakan pada
kehidupan sehari-hari (practice) (Notoatmojo, 2007).
Metode edukasi kesehatan yang dapat digunakan untuk sasaran kelompok
antara lain :
1. Cara belajar insan aktif (CBIA)
Menurut Suryawati CBIA nama yang diberikan pada suatu metode
pemberdayaan masyarakat yang dikembangkan dan diuji coba pada tahun 1993.
CBIA juga dapat digunakan untuk semua kalangan, berbagai tingkat pendidikan, usia,
gender, maupun latar belakang sosial ekonomi. Jadi tidak sebatas di kalangan ibu-ibu
saja, karena fleksibilitas tersebut, maka Yayasan Kanker Indonesia Cabang
Yogyakarta kemudian menyarankan agar kepanjangan CBIA diganti menjadi Cara
Belajar Insan Aktif. Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) merupakan suatu
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang bisa digunakan untuk swamedikasi. Tujuan
metode ini adalah untuk mengatasi penyakit serta meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam memilih obat, sehingga swamedikasi lebih efisien (Suryawati,
2010).
Metode CBIA ini telah teruji lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan
pengobatan sendiri. Berdasarkan penelitian Suryawati (2003), peningkatan
pengetahuan pengobatan sendiri dengan metode CBIA lebih besar dan signifikan
14
dilakukan dengan cara melakukan diskusi interaktif dan dibagi dalam kelompok kecil
kurang lebih 6 – 8 orang (Suryawati, 2012). Peserta dalam Cara Belajar Insan Aktif
(CBIA) peserta dapat terdiri dari ibu-ibu saja, bapak-bapak saja, atau pemuda (karang
taruna). Keberadaan tutor dalam Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) berfungsi sebagai
fasilitator diskusi, dan bila perlu menunjukkan cara atau jalan untuk mendapatkan
jawaban atas suatu masalah. Tutor dianjurkan tidak mendominasi diskusi (Suryawati
2012).
D.Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh
melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata), dengan sendirinya
pada waktu pengindraan akan menghasilkan pengetahuan yang dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan presepsi terhadap objek. (Notoatmojo, 2010).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah faktor internal
yaitu faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri yaitu berupa : minat, kondisi
fisik, inteligens, presepsi, motivasi dan emosi, faktor eksternal yaitu faktor yang
berada diluar individu yang bersangkutan meliputi : keluarga, masyarakat, sarana.
Menurut Notoatmojo 2007 untuk meningkatkan pengetahuan dapat berupa edukasi,
dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi ( Achmadi, 2013).
3. Pengukuran pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau
responden. Peningkatan pengetahuan berpengaruh terhadap sikap dan tindakan
seseorang (Notoatmojo, 2007).
Pada dasarnya bahwa yang berpengaruh pada tingkat pengetahuan adalah
tingkat pendidikan akademis, perguruan tinggi dan SMA sederajat. Dimana makin
tinggi pendidikan makin banyak pengetahuan yang didapat (Kaidah & Fakhrurrazi
2008).
Menurut Arikunto 2006 kategori tingkat pengetahuan seseorang terbagi
menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut:
a) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%.
b)Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56–74%.
c) Tingkat pengetahuan kategori kurangjika nilainya < 55% (Budiman & Riyanto,
2013).
E. Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
16
a) Kecendrungan untuk bertindak (tend to behaved).
b) Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang (objek) mau dan
memperhatikan stimulus yang di berikan (objek).
c) Merespon (responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap
(Achmadi, 2013).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap meliputi jenis kelamin, umur,
pendidikan dan pengalaman. Theory of Reasond Action mengungkapkan bahwa sikap
mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan (Kesmas, 2012).
3. Pengukuran sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan secara tidak
langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau peryataan
responden terhadap suatu objek, sedangkan secara tidak langsung tidak menanyakan
perilaku secara langsung tetapi yang ditanyai hal-hal lain namun dari data yang
diperoleh peneliti dapat menyimpulkan sikap, presepsi, dll (Notoatmojo, 2007).
Peningkatan sikap dapat dilakukan melalui pendidikan karakter dimana merupakan
suatu tindakan yang disadari (Achmadi, 2013).
Menurut Arikunto 2006 kategori pengukuran tingkat sikap seseorang
menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut.
a) Tingkat sikap kategori baik jika nilainya ≥ 75%.
c) Tingkat sikap kategori kurang jika nilainya < 55% (Budiman & Riyanto,
2013).
F. Tindakan
1. Pengertian tindakan
Tindakan merupakan sikap yang dapat diamati secara langsung dalam
bentuk perilaku, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuwatan nyata (tindakan)
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain
fasilitas. Disamping faktor fasilitas diperlukan juga faktor pendukung lainnya yaitu
motivasi (Notoatmojo, 2010).
2. Pengukuran tindakan
Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan, pengukuran juga dapat dilakukan
secara langsung, yakni dengan dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan
responden (Notoatmojo 2007).
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi tindakan
Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan
bahwa tindakan manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) yaitu dari diri sendiri dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes) yaitu faktor lingkungan. Selanjutnya tindakan itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 2 faktor yaitu:
a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,
18
b) Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana dan
sebagainya. (Notoatmodjo, 2012).
G. Upaya Dalam Meningkatkan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2007) pemberian penyuluhan kesehatan adalah
upaya untuk meningkatkan pengetahuan. Dalam upaya meningkatkan pengetahuan
dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu promosi kesehatan berupa alat bantu
lihat (visual aids), alat bantu dengar (audio aids) dan alat bantulihat dengar (Audio
Visual Aids) (Utari, Arneliwati, Novayelinda, 2014).
Upaya dalam meningkatkan pengetahuan pada setiap individu dapat
dikembangkan dengan cara edukasi kesehan. Edukasi kesehan bertujuan menciptakan
perilaku yang kondusif untuk kesehatan. Dimana edukasi kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang yang akan berdampak pada perilaku dan sikap
seseorang. Edukasi kesehatan dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok
(Achmadi, 2013).
Sikap seseorang terbentuk karena adanya interaksi sosial yang meliputi
lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Interaksi sosial ini terjadi dalam
hubungan yang saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan individu yang
lain yang ikut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu (Anzwar 2011).
Upaya dalam meningkatkan tindakan dapat dilakukan dengan cara pemberian
cara-caramencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari
penyakit dan sebagainya yang akan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang hal tersebut dan akan berdampak pada perilaku atau tindakan
seseorang. Selain itu diskusi dapat diberikan sebagai peningkatan cara
pemberian informasi kesehatan yang bersifat dua arah. Artinyamasyarakat
tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harusaktif berpartisifasi
melalui diskusi-diskusi tentang informasi yangditerimanya (Achmadi, 2013).
Upaya yang terbukti sangat efektif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap
dan tindakan dapat dilakukan dengan menggunakan metode CBIA dimana metode ini
didasarkan pada proses belajar mandiri, dengan metode ini pengetahuan, sikap serta
tindakan masyarakat berubah sesuai dengan yang diharapkan dibanding ceramah atau
penyuluhan (cit., Kristina 2010).
H. Usia
Usia adalah lamanya keberadaan seseorang diukur dalam satuan waktu
dipandang dari segi kronologik, individu normal yang memperlihatkan derajat
perkembangan anatomis dan fisiologik sama (Dhamayanti 2009). Remaja menurut
definisi Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah kelompok usia antara 10 sampai 19
tahun. Remaja terbagi dalam 3 kelompok usia yaitu remaja dini (early adolescence)
10–13 tahun, remaja pertengahan (mid ado- lescence) 14–16 tahun, dan remaja lanjut
20
Kesehatan RI tahun 2009 adalah masa remaja awal 12-16 tahun, masa remaja akhir
17-25 tahun (cit.,Dhamayanti, 2009).
Semakin tua usia seseorang akan meningkatkan pengetahuan yang
dimilikinya karena banyaknya pengalaman yang diperoleh (Notoatmojo, 2012).
Namun faktor fisiologi dapat menurunkan tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan,
sedangkan pada usia anak-anak hingga dewasa peningkatan pengetahuan dapat
ditingkatkan melalui objek yang dilihat seperti media (internet, televisi, radio,
majalah, buku) (Kesmas, 2012).
G.Landasan Teori
Di Indonesia Diabetes Melitus merupakan masalah kesehatan yang cukup
banyak dialami oleh masyarakat. Diperkirakan penderita Diabetes Melitus akan terus
meningkat seiring dengan berubahnya gaya hidup, terutama pola makan yang tidak
seimbang dimasyarakat perkotaan. Salah satu faktor yang sangat penting bagi
penderita Diabetes Melitus adalah perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan,
pengetahuan dan perubahan sikap sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku
hidup sehat.
Agar dapat mecegah penyakit Diabetes Melitus pada kaum remaja perlu
memiliki pengetahuan, sikap, dan tindakan yang cukup memadai tentang penyakit ini.
Upaya untuk meningkatkan pengetahuan, serta merubah sikap dan tindakan siswa
SMK dapat dilakukan dengan edukasi kesehatan yaitu metode CBIA, dimana
peningkatan pengetahuan sikap dan tindakan dapat diukur dengan berbagai cara yaitu
wawancara. Sedangkan pengukuran pada sikap dan tindakan dapat dilakukan dengan
cara observasi langsung, wawancara, dan kuesioner.
Melalui metode edukasi CBIA diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa SMK tentang Diabetes Melitus sehingga
dapat mengurangi angka kematian dan prevalensi penyakit Diabetes Melitus.
H.Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi
kesehatan berupa Cara Belajar Insan Aktif (CBIA) tentang Diabetes Melitus dapat
menyebabkan peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman tentang Diabetes Melitus.
I. Hipotesis
Terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK di
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman setelah dilakukan edukasi dengan metode
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu (quasi experimental) dengan
pendekatan time series. Penelitian eksperiemental semu adalah penelitian yang
memberikan manipulasi tetapi tidak mengubah secara fisik terhadap variabel, serta
tanpa randomisasi dalam pemilihan kelompok perlakuan (Swarjana 2013). Jenis
penelitian eksperiemental semu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
memberikan perlakukan kepada responden berupa CBIA untuk melihat pengaruh
edukasi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa SMK tentang
Diabetes Melitus.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Time series. Time
series adalah nilai-nilai suatu variabel yang terbentuk dalam suatu pengamatan yang
diperoleh secara berurutan menurut waktu (misal: hari, minggu, bulan, tahun)
(Suparyanto, 2007). Pendekatan time series dalam penelitian ini untuk melakukan
pengamatan berulang dalam mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan
pada siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman terhadap Diabetes Melitus
setelah diberi edukasi secara CBIA.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : Edukasi dengan metode CBIA.
2. Variabel tergantung : Tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMK
mengenai Diabetes Melitus.
3. Variabel pengacau terkendali : informasi mengenai Diabetes Melitus yang di dapat
secara formal atau non formal sebelumnya seperti seminar, sekolah, penyuluhan.
4. Variabel pengacau tak terkendali : informasi mengenai Diabetes Melitus yang
telah di peroleh oleh siswa SMK sebelumnya melalui media (radio, internet, surat
kabar, majalah).
C. Definisi Operasional
1. Diabetes Melitus dalam penelitian ini adalah Diabetes Melitus Tipe 2
2. Pre-CBIA adalah sebelum edukasi CBIA, post 1 yaitu sesaat setelah setelah
CBIA, post 2 yaitu 1 bulan setelah edukasi CBIA, dan post 3 yaitu 2 bulan setelah
edukasi CBIA.
3. Pengetahuan dalam penelitian ini merupakan tingkat pemahaman responden
mengenai Diabetes Melitus Tipe 2 yang dapat diukur dengan kuesioner. Pada level
pretest dan level posttest pengetahuan dengan jumlah masing-masing 14
pernyataan setiap skor dikategorikan baik (>11), sedang (8-10) dan buruk (<8)
(Budiman & Riyanto, 2013).
4. Sikap dalam penelitian ini merupakan pandangan hidup responden untuk
melakukan atau tidak melakukan tindakan pencegahan dini terhadap Diabetes
24
sikap dengan jumlah masing-masing 14 pernyataan setiap skor dikategorikan baik
(>42), sedang (32-41) dan buruk (<32) (Budiman & Riyanto, 2013).
5. Tindakan dalam penelitian ini adalah tindakan responden terhadap pengelolaan
Diabetes Melitus. Pada tingkat tindakan responden dinilai secara deskriptif serta di
bagi dalam 3 tingkatan kategori yaitu baik, sedang, dan buruk. Pada tingkat
tindakan yang dapat dikatakan baik jika responden melakukan tindakan sesuai
dengan literatur, sedang jika responden melakukan tindakan tidak sesuai dengan
literartur, dan buruk jika responden tidak melakukan tindakan dengan literatur.
Masing-masing kategori dijumlahkan sehingga kategori dengan jumlah terbanyak
mewakili tindakan responden tersebut.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK di Kecamatan Depok
Kabupaten Sleman. Dengan kriteria inklusi berusia 15-18 tahun berjenis kelamin pria
yang menderita atau tidak menderita Diabetes Melitus serta bersedia mengikuti
edukasi, mengisi dan mengembalikan kuesioner saat edukasi. Kriteria eksklusi
responden yang tidak mengisi kuesioner tidak lengkap.
E. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. dengan
mengumpulkan para siswa SMK untuk diberi edukasi melalui metode CBIA yang
diadakan di lingkungan sekolah. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 27 November
F. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah siswa SMK dengan usia 15-18 tahun di
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman, dengan jumlah respoden sebanyak 35 orang.
G. Sampel dan Tehnik Sampling
Pemilihan sampel dipilih langsung oleh pihak SMK Depok Kabupaten
Sleman, karena pemilihan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling
pengambilan sampel dilakukan secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang
diperlukan (Swarjana, 2012). Dimana Sampel yang digunakan untuk penelitian sesuai
dengan kelompok perlakuan adalah siswa SMK dengan jenis kelamin pria yang
berusia 15-18 tahun yang bersedia mengikuti edukasi seta mengisi kuesioner secara
lengkap.
H. Besar Sampel
Sampel yang termasuk dalam kategori sampel besar yang memiliki distribusi
yang normal ialah sampel yang berjumlah lebih dari 30 kasus agar dapat dianalisa
dengan statistik. Sehingga dalam penelitian ini diambil lebih dari 30 kasus dari
Kecamatan Depok Kabupaten Sleman yaitu 35 kasus. Oleh karena itu analisis yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dimana digunakan untuk
mengetahui hubungan atau korelasi dari sebuah variabel dengan variabel yang lain
dan untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata dari suatu kelompok (Nisfianoor,
26
I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang telah
tervalidasi dan telah diuji reliabilitas. Sebelum dilakukan uji reliabilitas terlebih
dahulu dilakukan uji pemahaman bahasa. Kuesioner merupakan instrumen berupa
pertanyaan dan pernyataan yang ditujukan kepada responden untuk dijawab dan
ditanggapi. Kuesioner pre pengetahuan berisi 14 pertanyaan, kuesioner post
pengetahuan berisi 14 pertanyaan, kuesioner pre sikap berisi 14 pertanyaan,
kuesioner post sikap berisi 14 pertanyaan, dan kuesioner tindakan berisi 14
pertanyaan. Pada kuesioner pre dengan post dibedakan struktur kalimat dan urutan no
item pernyataan. Pertanyaan terdapat pada 2 bal kuesioner yaitu :
1. Pertanyaan fakta
Bagian ini berisi mengenai fakta-fakta data demografi responden yang ada
pada saat pengisian kuesioner. Bagian ini diantaranya terdiri dari nama responden,
umur responden, jenis kelamin responden.
2. Pertanyaan informatif
Pertanyaan informatif pada lembar kuesioner pengetahuan berisi 14
pertanyaan untuk pre dan 14 pertanyaan untuk post, yang mewakili beberapa jenis
tertanyaan dan pernyataan yaitu mengenai pengertian Diabetes Melitus, pengobatan
Diabetes Melitus, gajala Diabetes Melitus, komplikasi Diabetes Melitus, faktor
reisiko Diabetes Melitus, dan gaya hidup penderita Diabetes Melitus. Pertanyaan
inorfatif pada lembar kuesioner sikap berisi 14 pertanyaan untuk pre dan 14
Diabetes Melitus, pengobatan, perawatan kaki, dan pemeriksaan kesehatan,
sedangkan pertanyaan inorfatif pada lembar kuesioner tindakan berisi 14 pertanyaan
mengenai pemeriksaan, gaya hidup, pengobatan, dan perawatan kaki. Penjabaran
mengenai aspek koisioner pengetahuan, sikap, dan tindakan dapat dicermati pada
tabel I dan II.
Tabel I. Profil Pernyataan Dalam Kuesioner Kuesioner Pre- Intervensi
Tabel II. Profil Pernyataan Dalam Kuesioner Kuesioner Post- Intervensi
Aspek Pokok Bahasan Favorable Unfavorable
Pengetahuan a. Definisi 10, 13 3
Aspek Pokok Bahasan Favorable Unfavorable
Pengetahuan a. Definisi 1, 8 11
Tindakan a. Pemeriksaan 1,2,3,13
b. Gaya Hidup 4,5,6,7 c. pengobatan 8,9,10,11,12 d. pemeriksaan Kaki 14
28
Semua pertanyaan kuesioner kemudian dikonfersikan nilainya kedalam angka.
Pada pengetahuan dengan pilihan YA atau TIDAK, pertanyaan pengetahuan diberi
skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Kisaran skro pada
pertanyaan pengetahuan 0-14. Kuesioner sikap berisi 14 pertanyaan untuk pre dan 14
pertanyaan untuk post, yang mewakili beberapa jenis pertanyaan. Penilaian kuesioner
untuk pengukuran sikap menggunakan skala likert responden diminta melakukan
agreement atau disagreement untuk masing-masing item dalam kuesioner. Kuesioner
mengukur sikap menggunakan skala likert yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak
Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Semua pertanyaan positif (favourable) diberi
skor 4 untuk SS, 3 untuk S, 2 untuk TS, dan 1 untuk STS, sedangkan untuk
pertanyaan negatif (infavourable) diberi skor 4 untuk STS, 3 untuk TS, 2 untuk S,
dan 1 untuk SS. Kisaran skor untuk pertanyaan pengetahuan adalah 14-56.
Pada Tindakan dinilai dengan cara deskriptif yaitu sesuai dengan literatur.
Dimana dikategorikan menjadi 3 yaitu baik, sedang, buruk. Dikatakan baik jika
responden melakukan tindakan sesuai dengan literatur, sedang jika responden
melakukan tindakan tidak sesuai dengan literartur, dan buruk jika responden tidak
melakukan tindakan dengan literatur.
J. Tata Cara Penelitian
1. Penentuan subjek penelitian
Subjek penelitian dipilih dengan cara pembagian wilayah kecamatan
agar hasil dari edukasi dengan metode CBIA tidak saling mempengaruhi wilayah
yang satu dengan wilayah yang lain, yang saling berdekatan.
2. Perijinan
Tahap perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal
penelitian ke bagian perijinan BAPPEDA Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta,
setelah surat tebusan dari BAPPEDA keluar dilakukan penelitian ke SMK Kecamatan
Depok Kabupaten Sleman. Sampel yang digunakan adalah siswa SMK dari
kecamatan Depok Kabupaten Sleman, maka proses perijinan dilanjutkan ke kantor
Kecamatan Depok.
3. Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi dilakukan dikantor pemerintahan kota Sleman.
Dari data yang ditelusuri adalah jumlah SMK di Kecamatan Depok Kabupaten
Sleman. SMK yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu SMKN 2 Depok Kabupaten
Sleman, karena hanya pihak SMKN 2 yang bersedia mengikuti penelitian ini serta
memenuhi kriteria inklusi penelitian, selanjutnya peneliti menghubungi bagian
kesiswaan sekolah untuk meminta data populasi siswa yang sudah dipilih oleh pihak
SMK. Data siswa yang sudah dipilih oleh sekolah dipilah lagi oleh peneliti agar
sesuai dengan kriteria inklusi serta bersedia mengikuti intervensi yang diadakan oleh
peneliti. Peneliti memilih 50 responden yang sesuai dengan kriteria inklusi. Pemilihan
30
4. Pembuatan kuesioner
Pada umumnya pembuatan kuesioner melewati 4 tahap yaitu pembuatan
kuesioner, validasi, pemahaman bahasa terhadap Lay people dan reliabilitas.
a. Pembuatan kuesioner
Dalam pembuatan kuesioner dalam penelitian ini sudah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya, dimana kuesioner yang dibuat terdiri dari empat bagian.
Bagian pertama meliputi karakteristik responden yaitu nama, umur, jenis kelamin,
alamat. Bagian ke dua menilai pengetahuan responden tentang Diabetes Melitus.
Bagian ketiga mengukur sikap responden terhadap Diabetes Melitus. Bagian keempat
mengukur tindakan responden.
b. Validasi
Dalam penelitian ini kuesioner sebelumnya sudah tervalidasi yang dilakukan
oleh penelitian sebelumnya yaitu Hartayu (2012) dalam penelitian Improving of Type
2 Diabetic Patients’ Knowledge, Attitude and Practice Towards Diabetes Self-care
by Implementing Community-Based Interactive Approach-Diabetes Mellitus Strategy,
dimana validitas kuesioner menghasilkan 15 pertanyaan untuk pre sikap, 15
pernyataan untuk post, 15 pernyataan untuk pre pengetahuan, 15 pernyataan untuk
post pengetahuan dan 14 pernyataan untuk tindakan. Dalam penelitian ini hanya
melakukan uji validitas konten. Uji Validitas konten diukur rasionalitasnya melalui
professional judgement, dilakukan untuk memastikan apakah isi kuesioner sudah
mencerminkan rangkaian lengkap atribut yang diteliti dan biasanya dilakukan oleh
dua atau lebih ahli (Devon et.al, 2007). Professional judgement dalam penelitian
dilakukan oleh satu orang ahli dibidangnya, setelah melakukan penilaian, ahli
merekomendasikan perbaikan kata, penegasan pernyataan, penyederhanaan kalimat.
c. Uji pemahaman bahasa terhadap lay people
Uji pemahaman bahasa dilakukan untuk mengetahui pemahaman seseorang
terhadap suatu pernyataan, dimana uji pemahaman bahasa dilakukan kepada 30
masyarakat awam yang memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian. Pada uji
pemahaman bahasa dalam penilitian ini digunakan untuk mengetahui apakah
pertanyaan atau tata bahasa yang digunakan oleh peneliti sudah benar dan tepat serta
mudah dipahami oleh orang awam. Uji pemahaman bahasa dilakukan sebanyak 2 kali
karena pada item pernyataan yang sulit dipahami kemudian segera diperbaiki dalam
segi struktur kalimatnya walaupun pernyataan telah dianggap valid. Penyederhanaan
item diharapkan dapat memudahkan responden dalam memahami maksud pernyataan
kuesioner yang dapat berpengaruh pada tanggapan responden untuk tiap item
pernyataan.
Menurut Supraktiknya (2014) hasil yang diperoleh saat uji pemahaman
bahasa atau masukan yang diperoleh saat uji pemahaman bahasa selanjutnya ditindak
lanjuti seperlunya dalam rangka menyempurnakan bentuk semi final tes sebelum
melakukan uji coba tes yang sesungguhnya. Pada penelitian Kinanti (2014)
mengansumsikan apabila terdapat lebih dari 5 responden yang tidak memahami
32
penyederhanaan. Pada penelitian ini mengansumsikan apabila terdapat lebih dari 4
responden tidak memahami kalimat maupun kata pada item pertanyaan maka
diperbaiki dan dilakukan penyederhanaan. Tujuan mempersempit batasan adalah
untuk memaksimalkan jumlah responden yang memahami item pertanyaan. Berikut
hasil pengujian pemahaman bahasa pada Lay people pre dan post dipaparkan pada
Tabel III dan Tabel IV.
Tabel III. Pernyataan Pada Item Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuesioner Pre Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeople
Tabel IV. Pernyataan Pada Item Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Kuesioner
Post Intervensi yang Sulit Dipahami Oleh Laypeople
d. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner terhadap 30
responden yang bukan termasuk responden penelitian (siswa SMKN 2 Depok
Kabupaten Sleman). Nilai koefisien chrombah alpha >0,6 maka instrument memiliki
reliabilitas yang baik. Jika chrombah alpha <0,6 maka dikatakan tidak reliabel
(Juliadi et al., 2014). Hasil uji reliabilitas yang didapat pada pre pengetahuan α
0,560 setelah dilakukan seleksi item no 15 didapatkan hasil α 0,62, post pengetahuan
dilakukan untuk mendapatkan nilai α yang lebih baik serta memenuhi kualitas
intrumen. Pada pre sikap hasil uji reliabilitas yang didapat α 0,5761dilakukan seleksi
item no 14, setelah seleksi item dilakukan hasil α yang diperoleh 0,613 dan uji
reabilitas yang didapat pada post sikap α 0,577 setelah dilakukan seleksi item no 14
didapat hasil α 0,622. Pada aspek tindakan tidak dapat dilakukan uji reliabilitas
karena kuesioner yang digunakan adalah dalam bentuk deskriptif.
5. Ethical clearance
Ethical Clearance (EC) adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh Komisi
Etik Penelitian untuk riset yang melibatkan makhluk hidup serta menyatakan bahwa
suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu.
Ethical Clearance pada dasarnya yaitu seluruh penelitian yang menggunakan
makhluk hidup sebagai subyek penelitian, baik penelitian yang melakukan
pengambilan spesimen ataupun yang tidak melakukan pengambilan specimen
(Quraniati, 2015). Ethical Clearance dalam penelitian dilakukan melalui perijinan
BAPPEDA serta pengisian informed consent yang dilakukan oleh responden
penelitian.
6. Pelaksanaan intervensi
a. Penyebaran undangan pada siswa SMK di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman
yang akan digunakan sebagai subjek penelitian.
b. Pelaksanaan edukasi melalui metode CBIA
Pelaksanaan edukasi mengundang 50 responden yang telah dipilih langsung
34
pelaksanaan CBIA hanya 35 responden. Sebelum pelaksanaan edukasi dengan
metode CBIA terlebih dahulu dilakukan pretest, untuk mengetahui tingkat
pengetahuan responden tentang Diabetes Melitus sebelum diberi edukasi, setelah itu
fasilitator menerangkan lebih rinci mengenai pelaksaan edukasi kesehatan dengan
metode CBIA. Kemudian dari 35 responden dibagi dalam kelompok kecil. Tiap
kelompok kecil terdiri dari 5 sampai 6 orang responden. Tiap responden diberikan
booklet yang berhubungan dengan kesehatan mengenai Diabetes Melitus.
Masing-masing kelompok diberi waktu untuk berdinamika. Setiap kelompok kecil dipilih 1
orang perwakilan responden yang nantinya masing-masing perwakilan kelompok
kecil tersebut akan mempresentasikan hasil yang diperoleh. Setelah
mempresentasikan hasil, setiap responden diberi sesi tanya jawab kepada narasumber.
Narasumber dalam penelitian ini adalah apoteker. Keberadaan apoteker dalam
metode CBIA adalah untuk menjawab dan menjelaskan lebih rinci mengenai
Diabetes Melitus dan apoteker harus memberi kesimpulan mengenai edukasi tentang
Diabetes Melitus. Setelah intervensi dengan metode CBIA para responden akan
diminta mengisi kuesioner yang bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan,
sikap dan tindakan responden setelah diberikan CBIA.
7. Posttest 1 setelah bulan intervensi
Posttest dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan 1 bulan setelah diberi eduksi dengan metode CBIA mengenai
8. Posttest 2 setelah bulan intervensi
Posttest 2 bulan setelah diberi edukasi dengan metode CBIA dilakukan
untuk melihat ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan tindakan. Serta untuk
melihat apakah Siswa SMK masih mengingat materi edukasi yang telah diberikan
sebelumnya tentang Diabetes Melitus.
9. Pengolahan data
1. Manajemen data
Agar dapat menjamin keakuratan data dilakukan beberapa kegiatan proses
manajemen data yaitu:
a. Editing
Melakukan pemeriksaan kelengkapan jawaban dari kuesioner hasil
penelitian, juga dilakukan pemilihan kuesioner yang memenuhi kriteria inklusi
sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.
b. Processing
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menjumlahkan
angka dari setiap item pertanyaan yang dijawab dengan benar oleh responden.
Kemudian melakukan pemindahan isi data dari kuesioner ke program komputer Excel
dan Microsoft Word.
c. Cleaning
Data yang sudah dimasukkan ke program komputer excel dan Microsoft