• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI SYAJA’AH MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING KELAS XI SMA NEGERI I TAMIANG LAYANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI SYAJA’AH MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING KELAS XI SMA NEGERI I TAMIANG LAYANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATERI SYAJA’AH MELALUI PENERAPAN MODEL DISCOVERY

LEARNING KELAS XI SMA NEGERI I TAMIANG LAYANG

ERWAN EFENDI

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : efendierwan0184@gmail.com

ABSTRAK

Faktor utama belum tercapainya keberhasilan belajar mengajar dengan metode ceramah, maka dengan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman meteri syaja’ah pada siswa kelas XI, penelitian ini menggunakan model Discovery Learning, Penelitian ini melibatkan 7 siswa diposisikan sebagai subjek penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan rubrick pengetahuan tes pilhan ganda Data yang terkumpul dianalisis mengunakan diskriptif dan kualitatif

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1 Tamiang Layang. Cara meningkatkan pemahaman materi syaja’ah belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning sebagai salah satu alternative dalam pemecahan maslah.Metode Penelitian ini menggunakan metode saintifik(PTK). Penelitian Tindakan Kelas ini terdiriatas 2 siklus, dengan tahapan sebagai berikut

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I kategori pemahaman belajar siswa mencapai 14.28% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebasar 85%. dan pada siklus II mencapai 88,88% dengan kategori “memuaskan”. Kesimpulan bahwa diperolehdari penelitian ini adalah, penggunaan model pembelajaran discovery learning

Dengan begitu, penerapan model pembelajaran discovery learning dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang akan diterapkan padamata pelaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti.

TahapanKata Kunci : discovery learning, model pembelajaran, pemahaman

(2)

PENDAHULUAN

Metode pembelajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik yang kurang relevan menyebabkan proses pembelajaran meteri Syaja’ah kurang menarik. Adanya kelemahan-kelamahan metode yang digunakan karena metode yang digunakan masih cendrung menggukan metode ceramah.

metode yang biasa dipakai untuk pendidikan agama menyebabkan pelaksanaan pembelajaran cendrung mononton. Sedangkan dalam proses pembelajaran peran guru sangat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Adapun tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Pada pembelejaran meteri syaja’ah pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Tamiang Layang masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya pasif mendengarkan ceramah guru saja. Karena hanya mendengarkan ceramah guru, ada sebagian siswa yang kurang konsentrasi.

Akibatnya siswa tidak memahami materi yang disampaikan.

Menurut seorang ahli bernama Adi S, (2003: 67) peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas.

Sedangkan peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh pendidik (guru) untuk membantu pelajar (siswa) dalam meningkatakan proses pembelajaran sehingga dapat lebih mudah mempelajarinya. Pembelajaran dikatakan meningkat apabila terdapat perubahan dalam proses pembelajaran.

Pengertian Pemahaman adalah Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar, sedangkan pemahaman merupakan

(3)

proses pembuatan cara memahami (Em Zul, Fajri & Ratu Aprilia Senja, 2008:

607-608).

Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel

Pengertian materi,Syaiful Bahri Djamarah, dkk (2006: 43) menerangkan materi pembelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Tanpa materi pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Materi pembelajaran disusun secara sistematis dengan mengikuti prinsip psikologi.

Syaja’ah menurut Bahasa artinaya berani.sedangkan menurut istilah syaja’ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji. Jadi syaja’ah dapat diartikan kebenaran yang berlandaska kebenaran, dilakukan dengan penuh pertimbangan dan perhitungan untuk mengharapkan keridaan Allah Swt.

Pengertian discovery learning Adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk belajar mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis, sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud.

Menurut Sund (2014). Discovery Learning adalah proses mental dimana peserta didik mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental antara lain adalah mengamati, mencerna, mengerti, menggolongkan-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya

a. Kelebihan Discovery Learning

Model pembelajaran yang beragam tentunya memiliki kelebihan dan kekurang yang berdeda pula, kelebihan discovery learning yakni:

1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif.

2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.

(4)

5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya 7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif

mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi

8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

b. Kelemahan Discovery Learning

Disamping kelebihan dalam menggunakan model pembelajaran, tentunya akan memiliki kekurangan pula dalam aspek yang lain, berikut kekurangan model pembelajaran discovery learning.

1. Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar bagi siswa yang kurang pandai akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir, mengungkapkan hubungan antara konsep- konsep yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

2. Model ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

3. Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini akan kacau jika berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara- cara belajar yang lama

4. Lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

METODOLOGI PENELITIAN

(5)

Penilitian ini merupakan Penilitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu bersifat praktis berdasarkan permasalahan riil dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi syaja’ah pada kelas XI SMA Negeri Tamiang Layang.

Menurut (Kusuma, 2011: 60) dalam Muhammad Abduh (2021) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasikan dengan masalah, kemudian peneliti (guru) menentukan suatu tindakan untuk mengatasinya. Sedangkan menurut Muchlisin Riadi (2019) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian yang terjadi di dalam kelas berupa tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan untuk memperbaiki proses belajar mengajar guna meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan PTK adalah untuk mengidentifikasi masalah, mengubah perilaku cara guru mengajar di kelas, memperbaiki praktik pembelajaran sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya.

Untuk mengetahui pencapaian keberhasilan diperlukan evaluasi secara menyeluruh. Kriterian yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dan kegagalan pembelajaran dapat dicermati melalui keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dan evaluasi kegiatan. Dalam kriteria keberhasilan berdasarkan hasil presentasi. Kriteria presentase kesesuaian menurut Suharsimi Arikunto yaitu sebagai berikut ( Arikunto et al, 2021, p.46)

a. Kesesuaian (%) : 0-20 = sangat kurang b. Kesesuaian (%) : 21-40 = kurang c. Kesesuaian (%) : 41-60 = cukup d. Kesesuaian (%) : 61-80 = baik

e. Kesesuaian (%) : 81-100 = sangat baik

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah apabila terjadi peningkatan sebanyak 80% berhasil mencapai kategori memiliki kriteria baik dalam pemahaman Materi Syaja’ah, dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu

(6)

1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

=

 

N X X

Dengan : = Nilai rata-rata

Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

% . 100

.

. x

Siswa

belajar tuntas

yang Siswa

P =  

HASIL PENELITIAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan metode pemberian tugas belajar dan resitasi dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa yang diinginkan, Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan penglolaan metode pemberian tugas belajar dan resitasi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode metode pemberian tugas belajar dan resitasi dalam meningkatkan prestasi

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan metode pemberian tugas belajar dan resitasi.

Pada awal belajar mengajar siswa diberi Pre Test I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 1 Hasil Pre Test Siswa Pada Siklus I

No Nilai Keterangan

(7)

T TT

1 60

2 60

3 0

4 90

5 20

6 60

7 50

Jumlah 340 1 orang 6 orang

Jumlah Skor = 340

Rata-rata Skor Tercapai = 48,57

Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa dengan pemberian tes awal sebelum memulai aktivitas proses belajar dan mengajar dengan tujuan untuk mengatahui sampai sejauh mana pengatahuan dan pemahaman siswa tentang materi syaja’ah, diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa adalah 46.57 dan ketuntasan belajar mencapai 14,28% pada 1 siswa dari 7 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pres test awal pada siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai hanya sebasar 14.28% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebasar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan pemberian masalah yang berkaitan materi syaja’ah.

Setelah siswa diberikan asupan meteri syaja’ah dengan diberikan tayangan vedio dan melihat youtube untuk menambah wawasan mereka serta diberikan materi untuk bahan badingan didalam memahami materi syaja’ah pada pendekatan saintifik serta model pembelajaran Discovery Learning.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi Post Test dengan tujuan untuk mengetahui seberapa paham dan pengetahun yang didapat pada proses belajar mengajar. Adapun data hasil Post Tes

No Nilai Keterangan

1 100 √

2 90 √

3 90 √

4 100 √

5 100 √

6 90 √

7 50 √

(8)

Jumlah 620 6 orang 1 orang Jumlah Skor = 620

Rata-rata Skor Tercapai = 88,75

Dari tabel di atas dapat di jelaskan bahwa dengan pemberian post test setelah aktivitas proses belajar dan mengajar dengan tujuan untuk mengatahui sampai sejauh mana pengatahuan dan pemahaman siswa tentang materi syaja’ah, diperoleh nilai rata-rata prestasi siswa adalah 88.57 dan ketuntasan belajar mencapai 85,71% pada 6 siswa dari 7 siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa post test pada siklus I secara klasikal siswa tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai hanya 85,71% lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebasar 85%. Hal ini disebabkan peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan model dan metode pembelajaran Discovery Learning sehingga siswa menjadi lebih memahami pembelajaran seperti ini Pada siklus I ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai.

Pada siklus dua peniliti kembali melakukan pengujian diberikan tes akhir pada akhir pembelajaran sebagai penguatan sampai jauhmana peserta didik memahami kembali mata pelajaran yang telah disampaikan pada pembelajaran yang telah lewat, namun pada pada siklus dua ini ada perubahan jumlah siswa didalam mengikuti sebagai subjek penilitain sebagaiman dalam tebel siklus II berikut :

No Nilai Keterangan

1 80 √

2 100 √

3 95 √

4 100 √

5 100 √

6 60 √

7 100 √

8 90 √

9 100 √

Jumlah = 825 Jumlah Skor = 825

Rata-Rata Tercapai = 91,66

Bedasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata post Test sebasar 91,66 dan dari 8 siswa yang telah tuntas. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebasar 88,88% termasuk kategori tuntas. Hal pada siklus II ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus II ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam dalam menerapkan model Discovery Learning sehingga siswa

(9)

menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Pada siklus II ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai, sehingga penilitian ini hanya sampai pada siklus II.

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Discovey Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemhaman siswa terhadap meteri syaja’ah yang disampaikan guru ketuntasan belajar meningkat dari siklus I sampai Siklus II yaitu masing masing 85,71%, 88,88% pada siklus II ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai.

Kemampuan Guru dalam Mengelola PembelajaranBerdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar model Pembelajaran Discovery Learning dalam setiap siklus mengalami peningkatan.

Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran agama islam pada pokok bahasan meteri syaja’ah yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, melihat tayangan vedio, mendengarkan/

memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langah-langkah model pembelajaran Discovery Learning dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep, menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

KESIMPULAN

(10)

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Discovery Learning memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (85,71%), Siklus II (88,88%)

2. Penerapan Model Pembelajaran Discovey Learning mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan pemahaman meteri syaja’ah ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan model-model pembelajaran Discovery Learning sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar agama islam lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

Untuk melaksanakan Peningkatan Pemahaman materi syaja’ah model pembelajaran Discory Learninng memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode dan model pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya

DAFTAR PUSTAKA

(11)

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi agama islam dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.

Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai awal persiapan pelaksanaan dari kegiatan didahului dari menginventarisasi/pendataan terhadap faktor-faktor penunjang dan penghambat kesuksesan penyelenggaraan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis peramalan gelombang dengan Metode Sverdrup Munk Bretschneider (SMB) dan Darbyshire menggunakan Data ECMWF dan Ogimet dan

Jika dilihat dari hasil foto mikro dengan penambahan Mn sebesar( 0,5%Wt), (1%Wt) dan (1,2%Wt) sepeti pada Gambar 4.1, Gambar 4.2, Gambar 4.3 dan Gambar 4.4 terdapat

Bahan ferromagnetik juga memiliki suseptibilitas yang tinggi, sangat berguna karena menghasilkan medan magnet B yang kuat dengan arus yang relatif kecil dalam koil.. Bahan

Adapun perubahan nilai kadar protein daging giling ikan gabus dengan penambahan larutan kitosan selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 1.. Kadar protein daging

Secara umum Abdimas ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : wawancara dan pengamatan Pengguna PAUD, kunjungan ke lahan baru PAUD, studi literatur

Infeksi jamur sistemik adalah infeksi jamur yang menyerang organ dalam salah satunya paru dan menyebar lewat aliran darah atau getah bening. Penyakit jamur

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jatmiko (2013) dengan judul “Pengaruh Kredibilitas Celebrity Endorser Terhadap Minat Beli Konsumen” dengan hasil