179 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
EKSISTENSI PERADILAN TATA USAHA NEGARA DALAM BERPERAN MENGONTROL ADMINISTRASI PEMERINTAH
Lia Ananda
Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Pontianak [email protected]
Abstrak
Terwujudnya pemerintahan yang baik sesuai dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan terbentuknya lembaga Peradilan Tata Usaha Negara merupakan bukti bahwa negara Indonesia adalah negara hukum yang demokratis yang mengutamakan hak-hak warga negara. Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk dengan tujuan untuk menyeimbangkan, menyelaraskan dan menyetarakan hubungan antara warga negara dengan badan atau pejabat TUN yang ada di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi Lembaga peradilan tata usaha negara terkait dengan peranannya dalam mengontrol administrasi pemerintahan dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian dengan melihat beberapa bentuk putusan dan kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara yang dirumuskan dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 yaitu memberi pengawasan, mengadili, dan memutus serta memiliki beberapa upaya diantaranya, yaitu: Mengawasi administrasi pemerintah, meningkatkan dan membudayakan administrasi pemerintahan secara baik, dan melakukan perlindugan hukum. Maka berdasar kewenangan, fungsi, tujuan, bentuk putusan dan upaya yang ada di dalam lembaga Peradilan Tata Usaha Negara memberikan titik terang terhadap eksistensi bentuk peradilan dari lembaga Peradilan Tata Usaha Negara dalam menjalani peranannya sebagai alat pengontrol administrasi pemerintah.
Kata Kunci: Peradilan Tata Usaha Negara, Peran, Administrasi Pemerintah
180 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
Abstract
Realizing good governance in accordance with the 1945 Constitution and the establishment of the State Administrative Court institution is proof that the Indonesian state is a democratic legal state that prioritizes the rights of its citizens. The State Administrative Court was formed with the aim of balancing, aligning and equalizing the relationship between citizens and state administration bodies or officials in Indonesia. This study aims to determine the existence of state administrative justice institutions related to their role in properly controlling government administration.
Based on the results of research by looking at several forms of decisions and powers of the State Administrative Court which were formulated in Law Number 5 of 1986, namely providing supervision, adjudicating, and deciding and having several efforts including: Supervising government administration, improving and cultivating government administration as a whole well, and do legal protection. So based on the authorities, functions, objectives, forms of decisions and efforts that exist within the State Administrative Court institution, it provides a bright spot for the existence of the form of justice from the State Administrative Court institution in carrying out its role as a means of controlling government administration.
Keywords: Administrative Court, Role, Government Administration.
1. PENDAHULUAN
Sebagai negara hukum yang memiliki khas dalam mementingkan nilai kemanusian agar terciptanya negara yang demokratis, Indonesia berupaya mewujudkan hal tersebut dengan melalui sistem ketenagaraanya yang terdapat tiga lembaga khusus, yaitu:
1. Eksekutif (sistem pemerintahan presiden),
2. Legislatif (lembaga yang membuat dan merumuskan peraturan prundangundangan), dan
3. Yudikatif (lembaga yang mengawasi dan menggerakkan kekuasaan kehakiman).
Berdasarkan ketiga lembaga tersebut tentunya memiliki peran dan kewenangan masing-masing, dimana kewenangan yang paling tinggi ialah lembaga Eksekutif dengan diawasai oleh lembaga kehakiman. Terkait lembaga Yudikatif
181 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
(lembaga yang mengawasi dan menggerakkan kekuasaan kehakiman) dirumuskan dalam pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 terdapat empat lingkungan peradilan yang ada di negara Indonesia, diantaranya lingkungan Peradilan Umum, kemudian lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, dan yang terakhir lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara.1
Menciptakan atau mewujudkan sistem pemerintahan yang baik dan aman diperlukan sebuah lembaga dengan memiliki bentuk peradilan yang dapat mengontrol adminstrasi pemerintah tersebut yaitu Peradilan Tata Usaha Negara.
Peradilan Tata Usaha Negara atau disingkat dengan PTUN sebagai lingkungan peradilan terakhir yang disahkan pada tanggal 29 Desember 1986 berdasar Undang- Undang No 5 Tahun 1986, pada bagian menimbang yang menyatakan “Bahwa dalam penyelesaian sengketa yang berhubungan dengan Tata Usaha Negara diperlukanlah sebuah lembaga yang dapat memberikan jaminan terhadap tegaknya keadilan, terciptanya rasa tertib, dan adanya kepastian hukum dalam mengayomi masyarakat terkait hubungan instasi/badan dan pejabat tata usaha negara atau disingkat dengan pejabat TUN dengan warga masyarakat”.2
Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk dengan bertujuan untuk menciptakan tata kehidupan bangsa dan negara yang aman, damai, baik, dan teratur atau sistematis dalam hukum yang menjamin terpenuhinya hubungan keserasian, keseimbangan, serta keselarasan antara Peradilan Tata Usaha Negara dan warga dalam bernegara.3
Adanya lembaga ini masyarakat menaruh harapan agar bisa menyelesaikan sengketa yang berkaitan dengan TUN, yaitu antara badan atau pejabat pemerintah TUN dengan masyarakat atau instansi hukum perdata. Adapun bentuk sengketa atau
1 UUD Republik Indonesia 1945, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pembukaan, 1–9.
2 Undang-undang Dasar Republlik Indonesia Nomor 5 tahun 1986, Peradilan Tata Usaha Negara
3 Undang-undang Dasar Republlik Indonesia Nomor. 41, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, 2003.1 (1999), 1–5
182 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
kasus yang berkaitan dengan TUN ialah persoalan yang berkenaan dengan pegawaian, pertanahan, lingungan hidup, kepala daerah, perangkat desa dan badan
hukum politik. Maka apabila ada masyarakat atau badan hukum perdata yang merasa dirugikan oleh suatu instansi atau pejabat TUN bisa membawa permasalahan ini ke PTUN untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Hal ini juga menjadi salah satu komponen mendasar terciptanya lembaga PTUN dalam memberikan sebuah perlindungan yang besar untuk warga negara.
Kewenangan dari lembaga Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) ialah menerima, memeriksa, memutuskan, dan memberi penyelesaian terkait permasalahan yang diajukan.4 Sebab memiliki kompetensi untuk mengadili dengan menyelesaikan perkara TUN di tingkat pertama sebelum adanya tingkat banding oleh lembaga Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT. TUN). Dari kewanangannya tersebut lembaga PTUN menjadi sebuah wadah yang menjunjung tinggi hak warga masyarakat yang merasa dirinya dirugikan. Bukan hanya menjunjung tinggi hak warga saja yang menjadi sorotan utama dari lembaga PTUN melainkan ia juga memiliki peran dalam menciptakan sistem kepemerintahan yang aman dan bagus dengan mengontrol administrasi pemerintah.
Sebagai lembaga yang memiliki peran dalam mengontrol administrasi pemerintah agar tidak adanya bentuk kekuasaan yang semena-mena yang dapat menimbulkan kerugian terhadap masyrakat, PTUN memiliki fugsi tersendiri yaitu menyelaraskan kepentingan pemerintah dan kepentingan warga masyarakat. Akan tetapi, dewasa ini masih saja ada putusan yang ditetapkan oleh pemerintah pejabat TUN yang dapat mengurangi jaminan hak-hak warga masyaraka.
Sepertihalnya putusan TUN berupa keputusan Bupati Bogor Nomor:
862/29/Ktps-Bup/2020 tentang penjatuhan hukuman disiplin tingkat sedang
4 H. Yodi Martono Wahyudi, Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia, Hukum, 5, 2007, 1–11.
183 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
terkait penundaan kenaikan pangkat, dimana pada putusan ini memberikan kerugian terhadap masyarakat yang berkaitan hal tersebut dan membawanya ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Sehingga menghasilkan amar putusan bahwa hakim Pengadilan Tata Usaha Negara mengabulkan gugatan yang diajukan penggugat,
menyatakan batal keputusan Bupati Bogor terkait TUN Nomor:
862/29/KtpsBup/2020, dan memerintahkan Bupati Bogor untuk mencabut keputusannya tersebut, sehingga menghukuminya untuk membayar perkara kerugian saat pelaksanaan sengketa. Hal ini berdasar putusan PTUN Bandung nomor 113/G/2021/PTUN.BDG. Selain itu terdapat juga putusan TUN berupa keputusan Kepala Desa terkait pemberhentian perangkat desa dalam putusan nomor: 141.3/Kep.17-Sekret./2021. Dimana dalam putusan ini memberikan dampak kerugian terhadap perangkat desa yang mendapatkan keputusan tersebut sehingga membawanya ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Dan hakim TUN memberikan putusan dalam catatan amar bahwa mengabulkan seluruh permohonan penggugat, menyatakan batal keputusan Kepala Desa 141.3/Kep.17- Sekret./2021 dan mewajibkan untuk mencabut keputusan tersebut serta mewajibkan tergugat untuk merehabilitas kedudukan penggugat, dan dalam hal ini menghukumi tergugat dengan membayar biaya perkara.
Sehingga dari berbagai kasus diatas diperlukanlah sebuah lembaga yang memiliki peran penting ataupun kekuasaan dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dengan mengontrol administrasi pemerintahan dengan baik dan serius pula.
Maka lembaga Peradilan Tata Usaha Negara hadir dalam menciptakan hal tersebut.
Dengan begitu hal ini menjadi suatu topik yang hangat dalam perbincangan kalangan ilmu hukum bagaimana sih eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara dalam menjalani peranannya sebagai alat pengontrol administrasi pemerintah berdasar peradilannya tersebut yang kemudian dibawa ke pengadilan, sehingga memberikan sebuah putusan yang dapat menjalankan perannya dalam mengontrol administrasi pemerintahan yang baik dan selaras dengan Undang-Undang Dasar. Agar tidak ada
184 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
lagi kasus-kasus yang berkenaan dengan kepegawaian, badan politik dan lain-lain seputar permasalahan TUN seperti yang penulis singgung diatas.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian adalah suatu sarana dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun metedo dari penelitian ini ialah penelitian yang menggunakan pendekatan yurdis normatif, dengan melihat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Peradilan Tata Usaha Negara.
3. PEMBAHASAN a. Peradilan Tata Usaha Negara
Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan peradilan yang hadir untuk menyelesaikan perkara ataupun sengketa yang berkenaan dengan TUN terkait putusan badan atau pejabat pemerintah yang diberikan kepada warga masyarakat atau badan hukum perdata, sehingga dengan adanya keputusan tersebut dapat mempengaruhi jaminan hak-hak asasi.
Disahkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 yang menjadi salah satu bukti utama bahwasannya peradilan ini diakui keberadaannya di Indonesia. Untuk negara-negara yang sudah maju sangat mengenal dan mementingkan permasalahan Peradilan Tata Usaha Negara, sebab dengan adanya peradilan ini sangat diharapkan agar tidak ada permasalahan terkait penyalahgunaan kewenanagan dengan bebasnya seorang pemimpin atau pemerintah dalam bertindak dan mengatur warga masyarat atau bahkan ia tidak peka terhadap keluhan dari masyarakat tersebut.
Peradilan Tata Usaha Negara dibentuk dengan tujuan untuk menciptakan tata kehidupan yang teratur berdasar rasa aman, terarah, dan memiliki kesejahteraan sehingga terjalinlah hubungan yang selaras antara warga negara dengan pejabat pemerintah. Hal ini menjadi bukti yang nyata bahwasannya Peradilan Tata Usaha Negara dapat mewujudkan negara hukum yang berdemokrasi sebab menjunjung tinggi nlai kemanusian agar terciptanya keadilan.
185 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
Jika kita berkaca pada tahun 1949 mengenai pemikiran pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara sebenarnya sudah dipikirkan atau disinggung oleh pembuat peraturan perundang-undangan yaitu Prof. Dr. Wirjono Prodjodikoro, SH pada rancangannya sebagai berikut:
a. Pengadilan Perdata akan menanggulangi segala permasalahan terkait kasus seputar TUN.
b. Pengadilan Perdata akan memberikan putusan terkait permasalahan yang berkaitan dengan TUN.
c. Memberikan penentuan bahwa akan ada Lembaga khusus yang menanggulangi permasalahan TUN.
d. Memeberi penentuan bagi Lembaga khusus tersebut bahwa meiliki wewenang dalam memberikan putusan terkait permasalahan TUN.5 Sehingga berdasar rancangan tersebut dengan seiring berjalannya waktu sekitar tanggal 10 Januari 1965 lembaga pembinaan hukum juga menyusun rancangan peraturan perundang-undangan terkait lembaga Peradilan Tata Usaha Negara, namun rancanga tersebut belum sempat untuk diserahkan ke lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (DPR GR) yang pada masa itu masih menggunakan kalimat Gotong Royong pada lembaga DPR. Dan pada akhirnya pembentukan lembaga Peradilan Tata Usaha Negara di pertegas dalam pidatonya presiden RI Soeharto di tanggal 16 Agustus 1978 saat pelaksanaan sidang Pleno DPR, beliau mengatakan: bahwa pemerintah harus memberikan keadilan terhadap hubungan pemerintah dan warga negara dengan menggunakan tiga mekanisme, yaitu:
a. Dalam penyelesaiaan suatu sengketa atau perkara harus dengan adil dan cepat.
5 Mahkahmah Agung Republik Indonesia, Perkembangan Peradilan Tata Usaha Negara Dan ProdukProduk Hukum Tata Usaha Negara Dilihat Dari Beberapa Sudut Pandang, 2011.
186 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
b. Terdapat bantuan hukum khusus untuk mereka yang kurang mampu, seperti yang kita kenal sekarang yaitu Lembaga bantuaan hukum (LBH).
c. Dalam waktu singkat akan dibentuk sebuah Lembaga yang mengatasi permasalahan TUN yakni Peradilan Tata Usaha Negara.
Setelah mengalami pasang surut pada rancangan pembentukan Undangundang yang dilakukan oleh DPR dengan tidak diterimanya rancangan pembuatan Peradilan Tata Usaha Negara hingga di tahun 1982 pada pelaksanaan sidang
Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), akhirnya membuahkan hasil yang
nyata atas rasa bakti di tahun 1982 hingga disetujuinya rancangan peraturan tersebut di tahun 1986 sebagai Undang-undang yang terkodifikasi. Hal ini dilihat bahwasannya negara Indonesia sangat membutuhkan sebuah peradilan yang dapat megontrol administrasi pemerintahan secara baik agar pejabat pemerintah tidak sewenanganya dalam memberi putusan (beschikking) sehingga menimbulkan dampak ketidakadilan terhadap warga masyarkat. Walaupun peraturan perundangundangan Peradilan Tata Usaha Negara sudah disahkan namun tidak menutup kemungkinan Undang-undang ini akan mengalami perubahan.
Pada tahun 2004 dengan menimbang bahwa peraturan Undang-Undang No 5 Tahun 1986 terkait Peradilan Tata Usaha Negara mengalami ketidaksesuai terhadap perkembangan hukum yang dibutuhkan oleh warga masyaratkat dalam kehidupan bernegara menurut UUD 1945, sehingga disahkanlah sebuah UndangUndang RI Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Terdapat beberapa pasal yang diubah dalam Undang- undang ini salah satunya pada bagian pertama ketentuan umum dan bagian kedua A Jurusita. Dimana salah satu perubahan yang paling mendasar ialah terkait prinsip penyelenggaraan atas kekuasaan kehakiman dengan upaya agar terciptaanya sebuah kehakiman yang merdeka dan demokratis.
187 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
Ternyata perubahan Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara tidak cukup sampai disini saja, sebab terdapat perubahan kedua karena pemerintah masih merasa bahwa pada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 masih belum sempurna.
Dengan begitu dibentulah sebuah peraturan perundang-undangan Nomor 51 Tahun 2009 yang berisi perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dengan harapan mamapu memberikan peningkatan kualitas terhadap pelaksanaan putusan yang ada pada Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan diperketatnya persyaratan untuk menjadi seorang hakim pada Peradilan Tata Usaha Negara yang diatur dalam pasal 14 ayat (1) dengan pernyataan bahwa seseorang bisa menjadi hakim PTUN jika sudah memiliki ijazah sarjana hukum dan lulus dalam sekolah kehakiman.
Sehingga dari beberapa perubahan tersebut dapat memberikan danpak yang bagus dalam menjalankan tugas di dalam Peradilan Tata Usaha Negara, terlebih pada saat mencari kebenaran materil di dalam pemeriksaan sengketa. Selain persyatan untuk menjadi seorang hakim Undang-undang ini juga mengatur terkait pemberhentian seorang hakim yaitu:
a. Terdapat perubahan bagi hakim mengenai batas usia untuk menjadi seorang hakim (batas usia pensiun).
b. Terdapat perubahan mengenai alasan bagi seorang hakim yang diberhentikan secara terhormat.
c. Bagi ketua dan wakil ketua pengadilan dalam pemberhentian jabatan harus berdasar permintaan sendiri yang dilakukan secara tertulis.
d. Terdapat perubahan mengenai pemberhentian bagi ketua dan wakil ketua pengadilan yakni melalaui persetujuan dari Lembaga Mahkamah Agung.6 Kemudian di dalam pengawasan hakim yang berada di lingkup Peradilan Tata Usaha Negara juga mengalami perubahan. Pada pasal 13 A ayat (1) menyatakan bahwa segala pengawasan berada di bawah lembaga Mahkamah Agung. Hal ini
6 Mahkahmah Agung RI.
188 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
bertujuan agar seorag hakim bisa terjaga kehormatan dan martabatnya, yang mana untuk pengawasan mengenai perilaku hakim yang eksternal dilakukan oleh Komisi Yudisial. Adapun alasan pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial ialah dengan melihat ketentuan pasal 20 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial yakni pada pelaksanaan kewenangan sebagaimana yang dimaksud di pasal 13 B bahwa Komisi Yudisial memiliki tugas untuk melakukan pengawasan terhadap tingkah laku seorang hakim guna untuk menegakkan dan menjaga kehormatan dan martabat hakim. Dan masih banyak lagi perubahan yang ada di dalam Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009 Atas Perubahan Kedua Dari UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986. Sehingga atas dasar perubahan tersebut lembaga Peradilan Tata Usaha Negara memiliki fungsi yang besar diantaranya:
a. Sebagai pencari keadilan
Salah satu funsi yang ada pada Peradilan Tata Usaha Negara ialah sebagai wadah untuk mencari keadilan dengan ditanganinya sebuah gugatan yang dilakukan oleh pihak berperkara agar hal tersebut bisa diselesaikan dan memberikan putusan. Sehingga menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan yang mulia (officium nobile) dengan memperhatikan nilai-nilai kemanusian tanpa melihat latar belakangnya.
Atas kewenangan yang dimiliki oleh hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dalam memeriksa perkara bertujuan untuk mengakhiri dan menyelesaikan suatu sengketa yang terjadi antara pihak yang berperkara.
b. Sebagai pengawas pemerintah
Adapun fungsi selanjutnya Peradilan Tata Usaha Negara ialah sebagai pengawas dari pemerintah atas dasar bentuk peradilannya dengan tujuan untuk mewujudkan kesjahteraan umum dan keselarasan untuk warga negara. Pengawasan merupakan bentuk fungsi manajemen yang keempat
189 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
setelah adanya rangkaian rencana, pengorganisasian, dan arahan, yang sangat diperlukan dalam peradilan. Sebab jika tidak ada pengawasan yang baik akan mengakibatkan lambatnya pencapaian tujuan yang telah dirancangkan.7 Pengawasan yang dilakukan oleh Peradilan Tata Usaha Negara ialah dengan menguji legalitas yaitu terkait proses berperkara, wewenang, penerapan dan pelaksanaan putusan hukum tetap. Hal ini bertujuan agar tidak terjadinaya penyalahgunaan kekuasaan sehingga memberikan sebuah keputusan yang dapat merugikan warga negara. Dengan begitu antara pejabat negara atau pemerintah dengan warga negara bisa bersinambung, seimbang, dan bekinerjaa dengan baik.8
Dalam menciptakan sebuah pemerintahan yang baik dan aman merupakaan sebuah upaya ataupun fungsi dibuatnya peraturan Undangundang tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan menerima segala hal yang diajukan oleh warga negara terkait permasalahan tata usaha negara, kemudian memutuskan perkara tersebut secara adil berdasar bukti yang falid dan menyelesaikan permasalahannya secara tuntas. Berdasar hal tersebut dapat menjadi pembuktian bahwa negara Indonesia merupakan negara hukum yang demokrasi.
c. Sebagai pelindung atas kelestarian lingkungan
Kemudian fungsi selanjutnya ialah sebagai wadah dengan peradilan yang memiliki potensi dalam perlindungan kelestarian lingkungan. Dengan memberikan pengawasan dan memeriksa terhadap putusan-putusan yang diberikan oleh pejabat TUN. Contohnya: misal Gubernur Kalimantan Barat memberikan putusan bahwa disetujuinya pembangunan perusahaan, dan
7 Arif Wibowo, Pengawasan Pendidikan Formal Untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Perbatasan Di Kabupaten SanggauI, Legal Standing, 2019, 29-30.
8 Hanggoro Prabowo, Fungsi Lembaga Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Pencari Keadilan, Hukum Dan Dinamika Masyarakat, 2006, 97–111.
190 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
ternyata didirikannya perusahaan tersebut dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan warga negara. Atas kerugian yang dirasakan, warga negara bisa melakukan upaya adminiftratif terlebih dahulu kepada pejabat TUN yang membuat putusan, dan jika upaya tersebut tidak bisa diselesaikan, maka dibawa ke lembaga Pengadilan Tata Usaha Negara. Sehingga Pengadilan Tata Usaha Negara hadir untuk menanggulangi permasalahan ini agar terciptanya rasa ketentraman dan keadilan.9
d. Sebagai pelaksana jalanya penyelenggaraan peradilan
Selanjutnya Peradilan Tata Usaha Negara juga sebagai wadah yang berfungsi sebagai pelaksanaan jalan penyelenggaraan peradilan di bidang TUN. Dengan kewenangannya yaitu meriksa, memberi putusan, serta menyelesaikan permasalan TUN sehingga jika hal tersebut belum bisa diselesaikan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara maka diteruskan ke
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Berdasar kode etik yang dimililiki oleh seorang hakim akan memberikan sebuah putusan yang sesuai dengan prinsip keadilan dan bisa mempertanggungjawabkan segala hal yang telah menjadi kewenangan serta fungsinya sebagai Lembaga penegak hukum.
Dengan begitu akan memberikan cerminan positif dari warga masyarakat yang mengakibatkan masyarakat semakin percaya terhadap lembaga Pengadilan Tata Usaha Negara.
b. Eksistensi Peradilan Tata Usaha Negara Berperan Dalam Mengontrol Administrasi Pemerintah Secara Baik
Atas kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara yang dirumuskan dalam pasal 47 Undang-undang Nomor 5 tahun 1986 dengan mengalami dua kali perubah yaitu pada Undang-undang Nomor 9 tahun 2004 dan kemudian diubah lagi menjadi
9 Hero Satriawan, Arti Penting Dibentuknya Pengadilan Tata Usaha Negara, 2021
191 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
Undang-undang Nomor 51 tahun 2009 bahwasannya Peradilan Tata Usaha Negara memilki wewenang yakni memeriksa perkara, memutuskan, dan memberi penyelesaian terhadap sengketa yang terkait dengan TUN pada tingkat pertama, sehingga membuka peranan Peradilan Tata Usaha Negara.10 Dengan kewenangan yang dimiliki Peradilan Tata Usaha Negara merupakan sebuah peran bagi lembaga tersebut dalam mewujudkan protection hukum11 terhadap warga negara atas pengontrolan administarsi pemerintahan secara baik.
Sebelum masuk ke inti pembahasan perlu diketahui apa yang dimaksud dengan administrasi. Administrasi merupakan suatu cara ketika hendak melaksanakan tujuan yang sudah di rancangakan dan/atau sebuah proses dalam menyelenggarakan usaha kerja sama kelomok dalam pencapaian tujuan tertentu, dan ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Inu Kencana di dalam bukunya ilmu administrasi publik.
Sedangkan menurut pandangan Soewarno Handayaningrat pada buku yang ditulisnya “Studi Ilmu Administarsi Negara Dan Manajemen” mengatakan bahwa administrasi merupakan proses dalam pencapaian tujuan dengan memberikan perlindungan terhadap hak-hak manusia, hal ini guna agar tidak adanya penyalahgunaan wewenang.
Secara bahasa kata administrasi berasal dari bahasa Belanda yakni kegiatan yang bersifat mencatat, penyuratan, pengetikan, dan pengagendaan.12 Maksudnya ialah sebagai upaya dalam memberikan jaminan dan pertanggungjawaban terhadap kinerja pemerintah. Dengan begitu pemerintah memiliki pandangan bagaimana
10 Undang-Undang negara Republik INdonesia Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara .
11 Ditegaskan bahwa keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara menjadi wadah dalam memberikan perlindungan hukum di Indonesia.
12 Farida Hanum Nasution, Peran Administrasi Perkantoran, Jurnal WartaDharmawangsa, 2016, 1829–
7463
192 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
caranya agar memberikan sebuah keputusan yang sifatnya tidak merugikan masyarakat. Kemudian secara istilah seperti yang di definisikan oleh Dwight Waldo administrasi memiliki makna, yang pertama secara luas dan yang kedua secara sempit, berikut penjelasannya:
a. Definisi administrasi secara luas
Secara luas administrasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara kerja sama di dalam kelompok sesuai dengan porsi masingmasing yang telah ditentukan secara terstruktur, dengan memanfaaatkan pemikiran-pemikiran yang bersifat logis guna mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Atau bisa juga diartikan sebagai proses dalam pencapaian tujuan yang dilakukan secara kerja sama. Kerja sama merupakan hubungan kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang secara sama-sama, teratur, teraarah, dan terstriktur sesuai dengan porsi tugas masing-masing para pihak atas kesepakatan yang telah ditentukan.
b. Definisi administrasi secara sempit
Secara sempit administarsi diartikan sebagai rancangan atau penyusunan segala data dan informasi yang telah diperoleh oleh sekelompok
orang, dimana segalanya tersebut disusun secara terstuktur agar tercipta keseimbangan atau keselarasan antara warga negara dengan aparat pemerintah.13
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya administarsi merupakan bentuk usaha, upaya dalam kegiatan yang sudah memiliki data dan informasi secara terstruktur yang berkaitan dengan penyelenggaraan suatu kebijakan dalam mencapai tujuan tertentu, sesuai dengan kesepakatan dan kerja sama di dalam kelompok. Maka yang
13 Nasution.
193 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
dimaksud dengan administrasi pemerintah ialah sistem kinerja pemerintah dalam memutuskan aturan yang dibuat untuk menjaga hak-hak warga negara sesuai dengan prinsip kedaulatan dan hukum.
Pemerintah sebagai kekuasaan yang memiliki wewenang tidak bisa sembarangan dalam menggunakan kewenangannya tersebut sehingga mengganggu hak-hak warga. Maka segala bentuk keputusannya harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan, agar warga negara semakin percaya dan yakin akan aparat pemerintah. Sehingga dengan mewujukan hal tersebut Peradilan Tata Usaha Negara sebagai tingkat pertama peradilan dalam memutuskan dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara warga negara dan aparat pemerintah atau pejabat TUN, baik di bidang kepegawaian, pertanahan, badan hukum, badan politik dan lain sebagainya terkait TUN. Dengan itu Peradilan Tata Usaha Negara sebagai tempat berwenang dalam melakukan pengawasan terhadap kinerja keperintahan, melihat apakah pelaksanaannya sesuai dengan Undang-undang atau tidak.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintah bahwa pemerintah memiliki tugas untuk mewujudkan rancangan tujuan sesuai dengan rumusan pembukaan UUD RI 1945 dengan memiliki tugas yang luas, maka membutuhkan sebuah lembaga yang memiliki bentuk peradilan untuk mengontrol hal tersebut, guna memberikan arahan terhadap pemerintah dalam menyelenggarakan putusan sesuai dengan hak-hak warga negara dan memberikan landasan serta panduan untuk pejabat, badan dan/atau instansi pemerintah dalam melaksanakan tugasnya. Adanya aturan Undang-undang administrasi memberi warna terhadap warga masyarakat agar aparat pemerintah bisa menjalankan kewajibannya dengan benar atas kontrol yang dilakukan oleh Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga hak-hak warga negara terjamin.14
14 Patel, Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan, 2019, 9–25.
194 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
Demi mewujudkan jaminan hak-hak warga, Peradilan Tata Usaha Negara membuka selebar-lebarnya bentuk aspirasi masyarakat untuk mengajukan banding sebab keberatan terhadap putusan yang dilakukan oleh Pejabat TUN, sedangkan sudah melakukan upaya administratif sebulmnya ke pejabat TUN, namun tidak ada perubahan dari keputusan tersebut. Selain itu juga bisa memberikan ajuan terkait kerugian yang dialami oleh warga masyarakat mengenai aspek TUN.
Contoh kasus: misal ada putusan yang diterbitkan oleh pejabat TUN, baik itu Gubernur, Wali Kota, ataupun Bupati (dalam lingkup lembaga Eksekutif). Sedang putusan tersebut dapat merugikan warga negara, maka Peradilan Tata Usaha Negara memiliki kewenangan untuk mengawasi, mengadili, dan memutuskan sesuai dengan hak-hak warga jika perkara tersebut sudah di bawa ke Pengadilan Tata Usaha Negara, maka hakim akan memberi putusan yang sesuai dengan hakikat kemanusian serta segala pertimbangan yang berdasarkan peraturan perundangundangan.
Berikut putusan dari Pengadilan Tata Usaha Negara, apakah permohonan penggugat yang diajukan masyarakat atau badan hukum perdata diterima atau tidak dan/atau dicabut terkait sengketa TUN:
1. Putusan nomor: 40/G/2014/PTUN-PTK
Pada putusan ini mengadili perkara yang diajukan oleh pemohon terhadap Kepala Kantor Pertanahan Singkawang sebagai tergugat, diantaranya duduk perkara dari gugatan ini ialah: penolakan permohonan yang dilakukan penggugat oleh tergugat mengenai pendaftaran tanah yang
dilakukan oleh tergugat I dan penerbitan surat keputusan yang merupakan kewenangan dari Tergugat II dengan berbagai alasan atas penjelasan tertulis yang ada di kantor pertanahan kota Singkawang. Sehingga berdasar gugatan tersebut dengan berbagai pertimbangan sesuai dalam peraturan perundangundangan, maka PTUN mengadili: 1). Memberi pernyataan bahwa
195 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
eksepsi tergugat I, II, dan tergugat II Intervensi tidak diterima, 2).
Mengabulkan gugatan penggugat sebagian, 3). Memberi pernyataan batal terkait beberapa putusan dari kepala kantor pertanahan kota singakawang, 4).
Memberi perintah tergugat I dan II agar mencabut keputusan terkait tata usaha negara, 5) memberi perintah terhadap tergugat I untuk menindaklanjuti proses permohonan yang diajukan oleh penggugat, dan 6). memberi hukum tergugat I maupun II dan tergugat Intervensi untuk membayar biaya perkara yang disengketakan.
2. Putusan nomor 11/G/2022/PTUN.PTK
Pada putusan ini mengadili perkara yang diajukan oleh pemohon terhadap tergugat yaitu Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Ketapang, dengan duduk perkara bahwa tergugat melakukan penerbitan sertifikat hak milik, yang mana pada penerbitan tersebut tidak ada dukungan alat bukti yang kuat, seperti surat atas kepemilikan hak dan lain sebagainya. Sehingga berdasar penerbitan surat tersebut tergugat merasa diruggikan. Maka dalam hal ini Pengadilan Tata Usaha Negara dengan berbagai pertimbangan dan membaca eksipsi dari pihak penggugat maupun tergugat, mengadili:
menerima eksepsi dari pihak tergugat dan tergugat II Intervensi terhadap tenggang waktu, menyatakan gugatan yang dilakukan penggugat tidak diterima dan memberi hukum terhadap penggugat agar membayar biaya perkara yang timbul dalam perkara yang disengketakan.15
Diatas merupakan bentuk putusan yang dilakukan oleh hakim Pengadilan Tata Usaha Negara dengan mempertimbangkan segala hal sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada. Kemudian adapun bentuk upaya dari Peradilan Tata Usaha Negara dalam mengontrol administrasi pemerintah ialah sebagai berikut:
15 Bentuk putusan Peradialn Tata Usaha Negara, diakses pada tanggal kamis, 17 November 2022
196 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
a. Mengawasi administrasi pemerintah
Sebagai negara hukum, Indonesia menjadikan segala perbuatan yang dilakukan oleh badan atau pejabat pemerintah harus sesuai dengan ketentuan peratuaran yang telah berlaku, dengan melihat apakah perbuatan tersebut dapat menjamin hak-hak warga negara atau tidak. Maka Peradilan Tata Usaha Negara akan memeriksa badan dan/atau pejabat TUN jika hal tersebut sudah sampai ke pengadilan.
b. Meningkatkan dan membudidayakan administrasi pemerintahan secara baik
Sebagai badan peradilan yang dibuat untuk memberi jaminan terhadap kesesuaian antara warga masyarakat dan badan atau pejabat TUN, sesuai dengan tujuannya Peradilan Tata Usaha Negara akan memberikan pengamanan dan kepastian hukum baik itu untuk warga negara maupun administrasi pemerintah dengan menyeimbangkan antara kepentingan warga masyarakat luas dan kepentingan individual, sebagai Lembaga kekuasaan yang memiliki potensi dalam menciptakan keadilan terhadap warga negara yang membutuuhkan perlindungan. Agar terciptannya sistem kepemerintahan yang baik sesuai dengan Undang-Undang Dasar.
c. Melakukan perlindugan hukum
Atas kewenanagan yang dimiliki lembaga Peradilan Tata Usaha Negara dalam menciptakan tatanan pemerintah yang baik, lembaga ini memberikan perlindungan hukum terhadap masyarakat luas maupun pejabat atau badan pemerintah dalam menjalankan tatanan negara sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang
Administrasi Pemerintah. Adanya peraturan ini sebagai bentuk ekspresi dari aturan yang secara khusus mengatur norma konstitusi antara pemerintahan negara dan warga masyarakat.
197 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
Peraturan perundang-undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintah juga berpotensi dalam memberikan jaminan terhadap keputusan pemerintah atau tindakan badan hukum tidak dilakukan secara semena-mena. Dan jika terdapat masyarakat yang sengaja menggugat dengan menyalah-nyalahkan tindakan badan hukum, maka Peradilan Tata Usaha Negara melakukan pengawasan dengan memeriksa badan hukum tersebut, jika tidak terdapat bentuk kesalahan peradilan akan memberikan upaya perlindungan hukum.
Maka berdasar bentuk putusan dan upaya-upaya diatas merupakan sebagai bukti keberadaan Peradilan Tata Usaha Negara dalam menjalani peranannya sebagai lembaga yang dibuat untuk mengontrol administrasi pemerintahan secara baik. Walaupun masih banyak putusan-putusan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang dianggap masyarakat dampak ketidakadilan, namun hakim pengadilan tat usaha negara kan memberikan keputusan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sehingga terdapat gugatan masyarakat atau badan hukum perdata dicabut, dibatalkan dan tidak diterima.
Terkait hal ini Pradilan Tata Usaha Negara tetap berupaya menjalankan peranannya dalam mengontrol administrasi pemerintahan dengan baik, sehingga eksistensi dari Peradilan Tata Usaha Negara dirasakan oleh seluruh warga negara dan membuat warga negara semakin yakin, percaya terhadap lembaga pengadilan yang ada di Indonesia. Dengan begitu masyarakat akan semanagat pula dalam menjalankan kewajibannya sebagai warga negara serta mampu menjaga segala hal yang menjadi hak-haknya. Terkadang kebanyakan masyarakat tidak memiliki keberanian untuk menggugat sebuah badan yang memang melakukan penyelewengan, namun jika sudah adanya kepercayaan, maka membuat mereka berani untuk memperjuangkan haknya dihadapan hukum dan berani untuk melakukan gugatan atau upaya banding ke pengadilan.
198 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
4. KESIMPULAN
Disahkannya sebuah Undang-Undang No 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara (PTUN) dengan mengalami banyak perjuangan dalam penyesahan serta terjadi perubahan berberapakali, hal ini dikarenakan Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai peradian yang dibutuhkan dalam mengatasi perkara yang berkenaan dengan hubungan badan atau pejabat TUN agar memiliki hubungan yang setara dalam menjalani keadilan.
Terdapat penjelasan terkait kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara di dalam Undang-undang tersebut bahwasannya Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki wewenangan untuk memberi pengawasan, mengadili, dan memutuskan sebuah perkara yang berkaitan dengan Tata Usaha Negara. Dimana hal itu terjadi atas dasar putusan dari badan atau pejabat TUN dalam memberikan putusan, sedang putusan tersebut menyebabkan terganggunya jaminan hak warga masyarakat, maka permasalahannya bisa diselesaikan di Pengadilan Tata Usaha Negara. Dengan begitu pengadilan tata usaha negara akan menjalani kewenangannya berdasar UUD, serta memiliki upaya-upaya tertentu dalam peradilannya seperti mengawasi administrasi pemerintah, meningkatkan dan membudidayakan administrasi pemerintahan secara baik, dan melakukan perlindugan hukum. Sehingga disitulah warga masyarakat melihat bentuk eksistensi Pengadilan Tata Usaha Negara sebagai wadah pencari peradilan guna menjalani perananya dalam mengontrol administrasi pemerintah secara baik.
5. DAFTAR PUSTAKA
UUD Republik Indonesia 1945, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pembukaan.
Mahkahmah Agung RI, 2011, Perkembangan Peradilan Tata Usaha Negara Dan Produk-Produk Hukum Tata Usaha Negara Dilihat Dari Beberapa Sudut Pandang.
Undang-undang Dasar Republlik Indonesia Nomor 5 tahun 1986, Peradilan Tata
199 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
Usaha Negara
Patel, 2019, Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.
Undang-undang Dasar Republlik Indonesia Nomor. 41, Perubahan Atas UndangUndang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan, 2003.
H. Yodi Martono Wahyudi, 2007, Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Sistem Peradilan Di Indonesia, Hukum.
Mahkahmah Agung Republik Indonesia, 2011, Perkembangan Peradilan Tata Usaha Negara Dan Produk-Produk Hukum Tata Usaha Negara Dilihat Dari
Beberapa Sudut Pandang.
Arif Wibowo, 2019, Pengawasan Pendidikan Formal Untuk Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Perbatasan Di Kabupaten SanggauI, Legal Standing.
Hanggoro Prabowo, 2006, Fungsi Lembaga Pengadilan Tata Usaha Negara Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Pencari Keadilan, Hukum Dan Dinamika Masyarakat.
Hero Satriawan, 2021 , Arti Penting Dibentuknya Pengadilan Tata Usaha Negara.
Farida Hanum Nasution, 2016, Peran Administrasi Perkantoran, Jurnal WartaDharmawangsa.
Patel, 2019, Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan.
200 | Jurnal Ilmu Hukum REUSAM: Volume 10 Nomor 2 Hal: 179-199
CONTACT: 085754436589