• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IX

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IX"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IX

Jumiati

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : jumisalma26@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar peserta didik pada materi iman kepada qada dan qadar selama tiga tahun terakhir. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti mencoba menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik, bagaimana aktifitas guru dan peserta didik, serta bagaimana komponen pembelajaran yang diterapkan di kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair melalui model pembelajaran kooperatif tipe contextual teaching and learning. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kualitatif dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Lokasi penelitian adalah SMP Islam Terpadu Al Khair di kelas IX. Pengumpulan data menggunakan teknik tes, Observasi, diskusi dan , Dokumentasi . Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan analisis data, penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning menjadi alternatif penyelesaian masalah hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran PAIBP pada materi iman kepada qada dan qadar. Bahkan aktivitas guru dan peserta didik serta komponen pembelajaran yang diterapkan melalui model pembelajaran contextual teaching and learning pada materi iman kepada qada dan qadar ini menunjukkan hasil yang sangat baik..

Kata Kunci : CTL, Hasil Belajar, PAI.

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu penyangga tegaknya sebuah peradaban. Sebab tinggi rendahnya kualitas suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kualitas pendidikan yang diselenggarakan. Bahkan

(2)

ajaran Islam mempunyai perhatian yang lebih terhadap hasil dari pendidikan itu sendiri, hal ini sebagaimana tergambar dari firman Allah pada surat An Nisa ayat 9 yang berbunyi:

ََشْخَيْل َو

ََنْيِذَّلا

َْوَل ا ْوُك َرَت

َْن ِم

َْمِهِفْلَخ

َ ةَّي ِ رُذ ا فٰع ِض ا ْوُفاَخ

َ ْمِهْيَلَع اوُقَّتَيْلَف

ََٰاللّ

ا ْوُل ْوُقَيْل َو

َ ل ْوَق

َا دْيِدَس

Artinya: Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.

Ayat tersebut menegaskan bahwa Allah melarang umatnya untuk meninggalkan generasi yang lemah, baik fisik maupun psikis. Untuk melahirkan generasi yang kuat dan berkarakter maka diperlukan seorang guru sebagai ujung tombak pendidikan baik dari sekolah dasar bahkan sampai perguruan tinggi sekalipun.

Pendidikan merupakan proses interaksi yang mendorong terjadinya belajar, dalam proses belajar mengajar banyak sekali pilihan metode yang ditawarkan oleh berbagai pihak dalam kegiatan belajar mengajar dan menuntut para tenaga pendidik untuk dapat menentukan efektifitas dari metode-metode tersebut guna meningkatkan proses pembelajaran yang diharapkan. Usaha meningkatkan kualitas Pendidikan, seorang guru harus memiliki kemampuan mengenal dan mengadakan variasi mengajar serta wawasan yang cukup tinggi, sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dan kebosanan pada diri peserta didik sewaktu kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Pada Sekolah Menengah Pertama masalah pendidikan agama Islam perlu mendapatkan perhatian yang intensif dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran wajib di sekolah. Salah satu aspek penting yang perlu diamati dan dicermati adalah pemilihan model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya bersama peserta didik.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan abad 21 yaitu dengan menggunakan pembelajaran koperatif slah satunya dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL).

Menurut Sanjaya (2006) Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajarinya dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata, sehingga siswa didorong untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. (1) CTL menekankan

(3)

kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. (2) CTL mendorong siswa agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak mudah dilupakan. (3) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2003:6).

Contextual Teaching and Learning (CTL) memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakikat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin, dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai, guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran, serta keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. (H., E Mulyasa;)

Berdasarkan pengalaman mengajar penulis di SMP Islam Terpadu Al Khair, penulis menemukan data hasil belajar peserta didik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Iman Kepada Qada dan Qadar belum memenuhi nilai KKM yang di harapkan. Tidak tercapainya kompetensi dasar pada materi ini dapat dilihat dari masih banyaknya peserta didik yang tidak tuntas dalam mencapai hasil pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kurang bervariasinya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru serta rendahnya antusiasme peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

Di SMP Islam Terpadu Al Khair standar kelulusan minimal untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah 75, tetapi dari hasil evaluasi masih banyak nilai peserta didik yang di bawah standar ketuntasan minimal. Di dapat data bahwa pada materi iman kepada qada dan qadar hasil belajar peserta didik menunjukkan bahwa hanya 50% peserta didik yang tuntas pada tahun

(4)

pelajaran 2019202, 52 % pada tahun pelajaran 2020/2021 dan 52 % pada tahun pelajaran 2021/2022.

Kondisi pembelajaran tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan berlangsung terus menerus. Mengingat di SMP Islam terpadu Al Khair pembelajaran akan dikatakan berhasil apabila peserta didik mencapai nilai ketuntasan minimal 75% dari jumlah peserta didik. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah langkah perubahan dalam rangka mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah pembelajaran yang dihadapi oleh Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sebagaimana dipaparkan sebelumnya. Pada aspek pembelajaran, penulis memandang model pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas agar berlangsung lebih menarik dan tidak membosankan serta mendorong meningkatnya kemampuan hasil belajar peserta didik serta untuk mendapatkan pembelajaran yang bermakna adalah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Learning and Teacher

Berdasarkan deskripsi di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta didik kelas IX”.

METODOLOGI PENELITIAN

Rancangan penelitian yang di gunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas.

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang di lakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Metode penelitian ini mengacu pada tahap-tahap Penelitian tindakan kelas (PTK). PTK di lakukan oleh guru yang mempunyai masalah di dalam kelasnya. (Arikunto, 2007).

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif yaitu dengan observasi atau pengamatan proses pembelajaran yang berlangsung dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Sedangkan analisis data secata kuantitatif yaitu dengan melakukan perbandingan nilai post-tes pada siklus I dan II untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian ini di laksanakan di SMP Islam Terpadu Al Khair Kecamatan Barabai pada semester Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023. PTK ini di laksanakan melalui 2 siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar peserta didik mata pelajaran Pendidikan Agama Islam melalui penerapan model Contextual Teaching and

(5)

Learning. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair Barabai dengan jumlah peserta didik sebanyak 19 orang.

Dalam memperoleh data yang memadai dan akurat, maka di tentukan beberapa Teknik. Teknik pengumpulan data yang di lakukan penulis yaitu tes, dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar peserta didik yang berupa butir soal. Observasi, di gunakan untuk mengumpulkan data implementasi model pembelajaran contextual teaching and learning dan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran. Dokumentasi, di gunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kondisi awal peserta didik yaitu berupa daftar nilai/laporan penilaian, pengolahan dan anlisis hasil belajar peserta didik

Analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase, yaitu dengan cara menghitung persentase peserta didik yang memperoleh nilai ≥75. Aktivitas guru dan siswa juga dianalisis dengan menggunakan teknik observasi. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap-tiap siklus dilaksanakan 1 kali pertemuan, materi yang disajikan pada setiap siklus yang meliputi kompetensi dasar yaitu iman kepada qada dan qadar. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam rangka melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model contextual teaching and learning adalah Tahap Perencanaan (planning), Tahap Pelaksanaan (action) , Tahap Observasi (observation) dan Refleksi (reflection).

Model PTK yang di gunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin.

Siklus model tersebut di awali dengan perencanaan (plan), tindakan (act) dan pengamatan (observe), kemudian refleksi (reflect).

1. Perencanaan

Dalam tahapan ini, peneliti membuat perencanaan yaitu kegiatan yang di lakukan pada tahap awal proses pembelajaran, berupa menyiapkan tema yang akan di ajarkan, merencanakan jumlah siklus yang akan di lakukan, menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media pembelajaran dan menggunkan model contextual teaching and learning pada saat pembelajaran berlangsung memberikan lembar kerja peserta didik , lembar tes dan lembar observasi . Membuat lembar pengamatan aktivitas guru, peserta didik dan komponen materi ajar

2. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi

(6)

Pelaksanaan tindakan kelas yang di lakukan adalah guru mengajar tema yang telah di rencanakan dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning sesuai denagn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dengan dua siklus, setiap siklus terdiri dari satu kali pertemuan. Setelah selesai memberikan tindakan pada siklus pertama peneliti mengadakan tes untuk mengetahui sejauh mana hasil dari tindakan pada siklus pertama, demikian seterusnya sampai siklus terakhir.

Selain itu peneliti juga berdiskusi dengan observer terhadap hasil observasi yang telah dilakukan selama pemebelajaran berlangsung untuk mengetahui sejauh mana penerapan model contextual teaching and learning mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.

3. Refleksi

Tahap ini di lakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan tujuan peneliti yaitu dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning . Para pengamat memberi masukan dan perubahan- perubahan yang di perlukan untuk siklus berikutnya. Peneliti mencatat semua masukan dari pengamat untuk melakukan tindakan yang sesuai pada siklus berikutnya.

Hingga tindakan di rasakan telah mencapai hasil yang optimal.HASIL PENELITIAN

Pada tahap perencanaan diawali dengan kegiatan pengenalan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning teman sejawat yang bertugas sebagai pengamat. Kegiatan pelaksanaan pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang termuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Pelaksanaan siklus I dilaksanakan dengan satu kali pertemuan. Pada tahap pengamatan, kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dari setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang diamati. Pada tahap pengamatan, yang diamati adalah guru dan peserta didik.

Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning terkategori baik, namun masih ada beberapa hal yang perlu di perbaiki lagi. Aktivitas peserta didik selama mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dengan taraf keberhasilan proses pembelajaran yang dicapai adalah aktif tapi masih perlu pengoptimalan.

Komponen materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru juga terkategori baik namun masih ada beberapa hal yang harus dibenahi.

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang diperoleh peneliti dari rekan sejawat selama siklus pertama, maka sudah terlihat adanya pengaruh dari penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran

(7)

Contextual Teaching and Learning. Pengaruh dari tindakan yang diberikan oleh guru dapat dilihat dari keberhasilan dan kelemahan baik dari guru, peserta didik maupun komponen pembelajaran yang dilaksankan, yaitu: 1.

Adapun keberhasilan guru dalam pembelajaran siklus I diantaranya : Memudahkan guru dalam membimbing penyelidikan individu. Pembelajaran yang dilaksanakan guru berjalan dengan tertib. Proses pembelajaran yang diterapkan guru sudah berjalan secara efektif cuma ada beberapa hal yang belum memungkinkan guru untuk mengatasinya dikarenakan kemampuan peserta didik yang kurang Adapun kelemahan guru dalam pembelajaran siklus I antara lain: Guru kurang dalam menjelaskan cakupan materi yang akan dipelajari di awal pembelajaran, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah masih biasa saja. Penjelasan guru masih terlalu singkat.

Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi perencanaannya, pelaksanaan, pengamatan dan evaluasai dari setiap tindakan. Berkolaborasi dengan guru penyaji membahas temuan hasil pengamatan pada akhir KBM untuk memperbaiki pertemuan berikutnya.

Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II. Hal ini dapat di lihat dari nilai rata-rata pada siklus I yaitu aktivitas guru berada pada persentasi 73,6% ini dalam kategori baik, sedangkan pada siklus II aktivitas guru mengalami peningkatan menjadi 76,3% dalam kategori sangat baik. Guru melakukan perbaikan terhadap proses pembelajaran sehingga aktivitasnya semakin meningkat. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar khususnya, maka penulis mengadakn tes. Tes di lakukan setiap akhir pertemuan. Adapun tujuan pemberian tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana materi yang dapat di kuasai siswa setelah pembelajaran selesai.

Evaluasi dari aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam penelitian ini di lakukan pada tiap pertemuan saat proses pembelajaran berlangsung. Hasil observasi aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus II.

Hal ini dapat di lihat dari persentasi keaktifan pada silus I sebesar 66,6%

sedangkan pada siklus II di peroleh hasil 75%. Dengan menerapkan model contextual teaching and learning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, membuat siswa lebih aktif dalam belajar. Sedangkan guru hanya memberikan arahan dan mengawasi mereka dalam bekerjasama menyelesaikan tugas yang di berikan

Peningkatan serupa juga terjadi pada observasi komponen materi pembelajaran. Pada siklus I di dapat hasil persentase 70.8 % kategori baik meningkat pada siklus II menjadi 79.1% dengan kategori sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa guru sudah terampil dalam menyampaikan komponen pembelajaran dan terus berupaya untuk melakukan perbaikan pada siklus II agar hasil belajar peserta didik bisa dicapai sesuai dengan terget yang diharapkan.

(8)

Hasil belajar peserta didik pada siklus I adalah dengan persentasi yang tuntas 58 % yaitu 11 peserta didik yang tuntas ( nilainya ≥75) dan 42% yang tidak tuntas (nilai <75) berjumlah ada 8 orang peserta didik . Melihat data dari siklus I maka penulis melakukan refleksi dan perbaikan sehingga di siklus II sudah mengalami peningkatan dengan data 84% nilai hasil belajar peserta didik tuntas dan 16% belum tuntas. Yang artinya pada siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar yang signifikan , yaitu hanya 3 orang peserta didik yang belum tuntas. Hal ini selaras dengan pendapat Susanto (2016) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan perubahan perilaku berupa kemampuan tertentu yang diperoleh oleh peserta didik setelah mengalami proses belajar.

Berdasarkan pembahasan di atas menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam materi PAI khususnya iman kepada qada dan qadar di kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair Tahun pelajaran 2022/2023

KESIMPULAN

Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Aktivitas guru dalam menerapkan model contextual teaching and learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair berhasil dengan kriteria sangat baik

2. Aktivitas belajar peserta didik dengan model contextual teaching and learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair berhasil dengan kriteria sangat baik

3. Komponen materi yang disampaikan dengan model contextual teaching and learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair berhasil dengan kriteria sangat baik

4. Dari tes hasil belajar peserta didik dapat diperoleh nilai ketuntasan pada materi Iman Kepada Qadha dan Qadhar kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair sebanyak 84,2 %. Oleh karena itu pembelajaran dengan model contextual teaching and learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas IX SMP Islam Terpadu Al Khair terkategori berhasil

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

(9)

Depdiknas, 2022 .KBK,Kurikulum Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mapel Sains SD dan MI, Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas

Djemari Mardapi, 2014. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandar Lampung, HEPI

Dradjad, Zakiah.2004. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi Aksara).

Enoch, Jusuf. (1995). Dasar-Dasar Perencanaan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Kesuma, dkk. 2010. Contextual Teaching and Learning. Yogyakarta:

RAHAYASA Research and Training

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung Refika Aditama

Majid, Abdul .2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Mulyana,2005. Pendidikan Islam Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda Karya, Bandung

Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Nur, F. M. (2014). Penerapan pendekatan contextual teaching and learning (ctl) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi struktur dan fungsi bagian tumbuhan di kelas iv sd negeri 2 muara. Jurnal Pendidikan Dasar (JUPENDAS), 1(2).

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers

(10)

Sastrawati, Eka .2011. Contekstual teacher and learning Strategi Metakognesi dan

Shoimin, Aris.2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Sosiloningsih,W. (2016). Model pembelajaran CTL ( contextual teaching and learning) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa PGSD Pada Matakuliah Konsep IPS Dasar, Pedagogia: Jurnal Pendidikan, 5(1), 57-66

Sudarman. 2019 ”Contekstual teacher and learning suatu model pembelajaran untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan memecahkan

masalah” jurnal Pendidikan inovatif

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja

Suryabrata.S .2006. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gravindo Persada.

Susanti, E., Susanti, D. H. E., & Hartanto, D. (2015). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Penerapan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Dalam Pendidikan Islam. POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, 1(1), 151-174.

Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah dasar,Jakarta Prenada Media

Usman, R. (2015). Penerapan Metode Contextual Teaching And Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membaca Kritis Hamalik, Oemar. (1991).

Perencanaan Dan Manajemen Pendidikan. Bandung: Mandar Maju. Materi Transportasi Siswa Kelas V SD Negeri 035 Pekanbaru. Sorot, 10(1), 65-80.

(11)

Wardani, IGAK, Wihardit, Kuswaya 2010 , Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta;

Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PRODUKSI PADA KOMPETENSI DASAR MENERAPKAN PRINSIP PENGOLAHAN KACANG-KACANGAN DI KELAS XI – THP 1 SMK NEGERI 1 KUNINGAN. Universitas

bahwa dafam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 2ZI?MR.ASEOOT tentang Pemberian uang Makan bagi Pegawai Negeri sipit telah diatur jumlah hari kerja dan besaran uang makan

1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah yang akan dianalisis adalah wilayah Kota Bogor. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode

Buku Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013. 2.6 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah

Data yang tersaji dalam penelitian ini unsur yang tersirat dalam video klip “Harimau. Harimau!” oleh Grup Band Navicula yang

school, regarding “the silent Chinese learners”. This did not catch my attention until I was asked to reflect on what I had not noticed before by Fiona English, a lecturer of

Perhitungan Biaya Aktivitas Produksi Ribbed Smoked Sheet untuk Mencapai Efisiensi dengan Pendekatan Metode Aktivity Based Manajement (ABM) pada PT, Perkebunan Nusantara VII

dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian yang berjudul **SINTES1S KOMPOSIT FezOj-SERBUK BIJI KAPUK SEBAGAI ABSORBEN PADA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI KELAPA SAWIT&#34;