• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II MATERI WUDHU DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 1 BATU NINDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II MATERI WUDHU DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 1 BATU NINDAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

533

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II MATERI WUDHU DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 1 BATU

NINDAN

SAMSIAH1

Email samsiahbasarang@gmail.com

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah siswa kurang melibatkan diri secara aktif pada saat pembelajaran, siswa kesulitan memahami materi pelajaran karena materi yang menurut mereka terlalu panjang serta berbelit-belit, dan pembelajaran kurang menyenangkan karena proses pembelajaran yang kurang bervariasi sehingga mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa kelas II SD Negeri 1 Batu Nindan Kecamatan Basarangan Kabupaten Kapuas pelajaran PAI.

Salah satu upaya meningkatkan hasil belajar yaitu melalui model Problem Based Learning pada penelitian tindakan kelas di SD Negeri 1 Batu Nindan Kecamatan Basarangan Kabupaten Kapuas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas siswa dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilaksanakan dengan dua kali pertemuan.

Subjek penelitian adalah siswa kelas II SD Negeri 1 Batu Nindan Kecamatan Basarangan Kabupaten Kapuas tahun pelajaran 2021/2022, dengan jumlah siswa sebanyak 17 siswa. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui teknik pengukuran dengan tes tertulis secara individu. Analisis data dihitung berdasarkan skala persentase dan indikator ketuntasan belajar yang ditetapkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada pertemuan I mencapai kriteria cukup aktif dan pertemuan II mencapai kriteria sangat aktif.

Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada pada pertemuan I mencapai 52,94%, pertemuan II mencapai 94,12%. Berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bahwa model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ayo wudhu pada siswa kelas II SD Negeri 1 Batu Nindan Kecamatan Basarangan Kabupaten Kapuas. Serta disarankan sebagai bahan pertimbangan dalam menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Model Problem Based Learning

(2)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

534 PENDAHULUAN

Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada peserta didik dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik. A.

Susanto (2009: 1). Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia, baik itu melalui keluarga, sekolah maupun pergaulan dengan masyarakat. Pendidikan sebagai dasar seseorang diutamakan dan dimuliakan. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surah Al- Mujadalah 11 sebagai berikut:

ْمُ كَ

ل ُ َّ

للَّا ِح َس ْفَي او ُح َسْفاَف ِس ِلاَج َمْلا ي ِ ف او ُح َّس َفَت ْمُكَل َلي ِق اَذِإ اوُنَمآ َني ِذَّ

لا ا َه ُّيَ

ۖ أاَي او ُ شُ ْ

ناَ ف او ُ شُ ْ

نا َلي ِق اَ ذِإَو

اوُ ن َمآ َني ِذَّ

لا ُ َّ

للَّا ِعَ ف ْر َي تاَجَر َد َمْل ِعْ

لا اوُ توُ

أ َني ِذَّ

لا َو ْمُ كْ

ۖ ن ِم ر ْ يِبَ

خ َ نوُ

ل َم ْعَ

ت ا َمِب للَّا َوُ َّ

Dari ayat diatas jelas bahwa Pendidikan Agama Islam sangat berperan penting dan Allah SWT akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan.

Pendidikan adalah pelengkap dalam kehidupan yang bersifat wajib untuk anak bangsa. Dikatakan demikian karena pendidikan adalah suatu pembelajaran yang berpengaruh sangat tinggi terhadap siswa baik di lingkungan keluarga, sekolah, ataupun masyarakat luas. Somantri (1976: 28) mengatakan Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai arah yakni mendidik masyarakat sebagai warga negara yang patuh aturan hukum, digambarkan dengan masyarakat atau warga negara yang rela berkorban demi bangsa dan negara, berakidah, dan demokratis. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 menjelaskan bahwa “dalam bentuk kehidupan kecerdasan bangsa diharuskan adanya komite nasional untuk dapat menaikkan mutu serta daya saing bangsa dengan penataan ulang Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses dan Standar Penilaian dan Penataan Ulang Kurikulum”.

Wudhu merupakan perbuatan yang disyaratkan dengan tegas dalam Islam, berdasarkan Firman Allah SWT:

ِق ِفاَر َمْ لا َ

لَ ِا ْمُ

ك َي ِدْيَا َو ْمُك َه ْو ُج ُو ا ْوُل ِس ْغاَ ف ِةوٰ

ل َّصلا َ لَ ِا ْمت ْمُ ُ

ق اَ ذ ِا اوْٰٓن َمُ ٰ

ا َنْي ِذَّ

لا ا َه ُّيَ ايٰٓ

ْمُ

ك ِسْوُءُرِب اْو ُح َس ْما َو ْمُ

كَ ل ُج ْرَ

ا َو

نْ ُ

ك ْ ن ِاَو ِۗ

ا ْو ُر َّهطاَّ َ

ف اًبن ُج ْمُ تُنْ ُ ك ْ

ن ِاَو ِِۗ ْ يَب ْعَ كْ

لا َ لَ ِا ُمت ْس َمُ ٰ

ل ْوَ ا ِط ِٕىۤ

اَ غْ

لا َن ِّم ْمُ كن ِّم ْ ر

د َحَ ا َءۤ

ا َج ْوَ ا ٍرَ

ف َس ٰ لٰع ْوَ َ

ا ض ْر َّم ْمٰٓ تُ ا َمِۗ هُ ْ

ن ِّم ْمُ

ك ْي ِدْيَا َو ْمُك ِه ْو ُج ُوِب ا ْو ُح َسْماَ ف اًب ِّيط اَ ً

دْي ِع َص ا ْو ُم َّمَيَتَف ًءۤا َم ا ْو ُد ِجَ ت ْمَ

لَ ف َءۤ

ا َسِّ

نلا ْيَ

لَ

ع َل َع ْج َي ِل للَّا ُ ه ُ دْي ِرُي ْمُ

ك َ

ن ْو ُرُ ك ْ

شَ ت ْمُ

كَّ

ل َعَ ل ْمُ

ك ْيَ لع َ هٗ َ

ت َم ْعِن َّمِتُي ِلَو ْمُكَر ِّه َطُيِل ُدْيِرُّي ْن ِكٰ

ل َّو ٍجَر َح ْن ِّم Artinya:

(3)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

535

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertanyamulah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

Allah tidak hendak menyulitkanmu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”. (Al-Ma’idah: 6).

Sedangkan dalil dari hadits, sabda Rasulullah SAW.:

َأ َض َّوَتَي ََّتّ َح َ ثَ

د ْحَ أ اَ

ذ ِإ ْمُك ِد َحَ أ َ

ة َ

لَ َص ُالله ُلَبْ قَي َ

لَ

Artinya:

“Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan menerima shalat seseorang yang berhadats hingga ia wudhu terlebih dahulu.” (HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari, 11/329, no. 135. Muslim, 1/204, no. 225)

Dalam pembelajaran pendidik harus mampu membimbing peserta didik supaya menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT., yang memiliki budaya tinggi dan berakhlak. Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting dalam melestarikan nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Nilai tersebut meliputi pengetahuan, kebudayaan maupun nilai keagamaan. Proses pendidikan tidak hanya memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada peserta didik, namun lebih menuju pada pembentukan sikap, prilaku dan kepribadian peserta didik. Untuk mewujutkan hal tersebut, pendidik melaksanakan pembelajaran secara inovatif.

Pendidikan merupakan tempat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia. Salah satu cara meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan cara memperbaiki proses belajar mengajar. Belajar mengajar pada dasarnya adalah hubungan timbal balik antara guru dan siswa. Guru dituntut untuk bisa sabar dan mempunyai sikap terbuka disamping kemampuan dalam situasi belajar mengajar yang lebih aktif. Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kopetensi profesinya ialah kemampuan mengembangkan model pembelajaran.

(4)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

536

Dalam mengembangkan Model pembelajaran seorang Guru harus dapat menyesuaikan antara model yang dipilih dengan kondisi siswa, Materi pembelajaran, dan sarana yang ada oleh karna itu guru harus menguasai beberapa jenis model agar proses pembelajaran mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin di capai dapat terwujud.

Pembelajaran yang peneliti laksanakan masih monoton, hal ini terlihat dari pemmilihan metode yang penulis pakai dalam mengajar hanya berkisar pada ceramah dan mencatat, dari alat peraga, media dan hasil yang di capai oleh peserta didik masih rendah.peneliti tidak pernah menggunakan model- model pembelajran. Materi wudhu kebanyakan hanya ceramah, demontrasi seadaanyadan mencatat materi saja, membuat siswa kurang paham terhadap materi yang diajarkan, untuk itu peneliti memilih salah satu model “Problem Based Learning”. Diharapkan dengan model Problem Based Learning peserta didik dapat memahami sekaligus mempraktekannya secara langsung dikehidupan sehari-hari.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Materi Wudhu dengan Model Problem Based Learning di SD Negeri 1 Batu Nindan”.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat (Uno, dkk, 2014: 41).

“Penelitian tindakan kelas atau PTK memiliki peranan penting dan strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar” (Kunandar, 2013:41).

Penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya, 2012:26)

(5)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

537

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga suit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam PTK diperoleh dari persepsi renungan seorang peneliti (Arikunto, dkk. 2015: 194)

Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru atau praktisi yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil pembelajaran di kelas.

Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Kunandar (2013 : 58-63) PTK memiliki beberapa karakteristik, sebagai berikut: (1) on-the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah rill atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti), (2) problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah), (3) improvement-oriented (berorientasi pada peningkataan mutu), (4) Ciclic (siklus), (5) Action oriented, dalam PTK selalu didasari pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas, (6) pengkajian terhadap dampak tindakan (7) Specifics contextual, (8) Partisipatory (collaborative), (9) peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, (10) dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Karakteristik PTK menurut Muslich (2014, 12-14) dapat dijabarkan sebagai berikut 1) Masalah PTK berawal dari guru 2) tujuan PTK adalah memperbaiki pembelajaran 3) PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif 4) PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar dikelas 5) PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah didasarkan pada masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran yang bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan pembelajaran yang dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus.

Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Banyak manfaat yang dapat dipetik dari pelaksanaan PTK. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran yang menjadi tugas utamanya.

(6)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

538

b. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi peningkatan sikap professional guru.

c. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi guru.

d. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran dikelas.

e. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber belajar lainnya.

f. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar.

g. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau pengembangan pribadi siswa di sekolah

h. Dengan pelaksanaan PTK akan terjadi perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum (Muslich, 2014: 11).

Tujuan PTK menurut Kunandar (2013:63-64)

a. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.

b. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

c. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.

d. Sebagai alat traning in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

e. Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.

f. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.

g. Meningkatnya sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan h. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan sekolah.

i. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan.

(7)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

539 Prinsip Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Kunandar (2013: 67) Prinsip dalam pelaksanaan PTK adalah sebagai berikut:

a. Tidak boleh mengganggu PBM dan tugas mengajar.

b. Tidak boleh terlalu menyita waktu.

c. Metodologi yang digunakan harus tepat dan terpercaya.

d. Masalah yang dikaji benar-benar ada dan dihadapi guru.

e. Memegang etika kerja (minta izin, membuat laporan, dan lain-lain) f. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu proses

belajar mengajar.

g. PTK menjadi media guru untuk berpikir kritis dan sistematis.

h. PTK menjadikan guru terbiasa melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah

i. PTK hendaknya dimulai dari permasalahan pembelajaran yang sederhana, konkret, jelas, dan tajam.

j. Pengumpulan data atau informasi dalam PTK tidak boleh terlalu banyak menyita waktu dan terlalu rumit karena dikhawatirkan dapat mengganggu tugas utama guru sebagai pengajar dan pendidik.

Tahap-Tahap Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Menurut Arikunto, dkk (2015: 143-144) mengemukakan bahwa PTK ditandai dengan adanya tindakan. Tindakan tersebut dilakukan tidak hanya sekali. Akan tetapi berulang-ulang sampai dengan tujuan PTK tercapai. Setiap tindakan terdiri dari rangkaian empat kegiatan sebagai berikut.

a. Perencanaan merupakan kegiatan merancang secara rinci tentang apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan. PTK untuk pengembangan profesi guru, kegiatan ini berupa menyiapkan bahan ajar, menyiapkan rencana mengajar, merencanakan bahan untuk pembelajaran, serta menyiapkan hal lain yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

b. Tindakan kegiatan ini dalam PTK. Bagi guru, tindakan ini berupa penerapan model/cara mengajar yang baru. Pada PTK untuk pengembangan profesi guru, tindakan dilakukan sekurang-kurang dalam dua siklus, dan masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan.

c. Pengamatan merupakan tindakan pengumpulan informasi yang akan dipakai untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana yang diharapkan. Pengamatan dapat berupa pengumpulan data melalui observasi, tes, kuisioner dan lain.

d. Evaluasi dan refleksi selanjutnya berdasarkan pada hasil evaluasi dilakukan refleksi, untuk mengetahui apa yang kurang pada pelaksanaan

(8)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

540

tindakan yang telah dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk melakukan perbaikan pada perencanaan ditahapan (siklus) berikutnya.

Gambar 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas.

Teknik Analisa Data

Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data.

Untuk mengalinasis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

Ketuntasan Belajar Murid

Ketuntasan individu dengan rumus sebagai berikut:

Ketuntasan individu: Skor yang diperoleh x 100%

Skor maksimal

Dengan kriteria apabila seorang murid atau individu telah mencapai skor 65% dari jumlah soal yang diberikan atau dengan nilai minimal 65 maka individu akan tuntas. Ketuntasan belajar dapat dilihat dari hasil ulangan.

Ketuntasan belajar secara individu adalah 65 sesuai dengan kreteria ketuntasan minimum (KKM) yang telah ditentukan sekolah.

Aktivitas belajar murid dan guru

(9)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

541

Untuk mengukur persentase aktivitas dari masing murid dengan guru pada tiap- tiap pertemuan digunakan rumus sebagai berikut:

P = F x 100%

N

Keterangan:

P = Angka persentase

F = Frekuensi aktivasi siswa

N = Jumlah siswa dalam satu kelas 100 = Persentase.

HASIL PENELITIAN

Hasil observasi pada aktivitas siswa/i pada siklus I dan II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Aktivitas siswa/i pada siklus I dan II No. Aspek Yang Diamati

1 (%) 2 (%) f%

1. Mengajukan pertanyaan 11.76% 23.53% 17.64%

2. Menanggapi respon siswa lain 17.65% 29.41% 23.52%

3. Menjawab pertanyaan guru 35.29% 70.59% 52.93%

4. Memperhatikan penjelasan guru 88.23% 76.47% 82.35%

5. Siswa mempraktek cara berwudhu 11.76% 76.47% 44.11%

6.

Siswa mempraktekkan cara

berwudhu secara berurutan 11.76% 76.47% 44.11%

Pada Siklus ini terdapat perubahan. Dari tabel diatas ditunjkan bahwa jumlah siswa yang bertanya naik yaitu pada pertemuan 1 sebesar 11.76% dan pada pertemuan 2 sebesar 23.52%. Hal ini disebabkan karena guru telah berhasil mendorong dan memotivasi siswa agar mau mengajukan pertanyaan. Pada item menanggapi respon siswa lain mengalami peningkatan yaitu pada pertemuan 1 sebesar 17.64% sedengkan pada pertemuan 2 sebesar 29.41%. Hal ini disebabkan karena siswa sudah berani menanggapi respon temannya dengan dorongan.

(10)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

542

Item menjawab pertanyaan guru mengalami penurunan yaitu pada pertemuan 1 sebesar 88.23% sedangkan pada pertemuan 2 sebesar 76.47%. karena disebabkan oleh pernyataan yang diajukan terlalu sulit, sehingga banyak dari mereka yang tidak bisa menjawab. Jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan guru mengalami peningkatan yaitu pertemuan 1 sebesar 11.76% dan pertemuan 2 sebesar 76.47% kareana guru sudah bisa menegur siswa yang tidak memperhatikan sehingga sehingga siswa tidak ramai lagi. Jumlah siswa yang mengikuti dapat mempraktekan cara berwudhu yaitu pada perteuan 1 sebesar 11.76% dan pertemuan 2 sebesar 76.47%. Item dapat mempraktekan cara ber wudhu secara berurutan yaitu 1 sebesar 11.76% dan 2 sebesar 76. 47%. Pada setiap akhir siklus diadakan tes untuk mengetahui sejauh mana peranan metode praktik terhadap hasil tes siswa pada siklus II. Nilai Rata-rata siklus I = 6.58 Nilai rata-rata siklus II = 7.76.

Guru telah berusaha menciptakan suasana pelajaran yang lebih baik, Hal ini terlihat adanya peningkatan peran guru pada setiap pertemuan, bahkan pada pertemuan 2 peran guru dalam kelas dapat dikatakan sempurna. Hanya saja pada pertemuan 1 ada aktivitas guru yang belum muncul (belum dilakukan) yaitu mengajukan pertanyaan siswa. Hal ini terjadi karena guru baru pertama kali sehingga masih ada yang lupa. Selain itu aktivitas guru memberi kesimpulan tidak mencukupi.

Dapat diketahui bahwa setiap kegiatan guru pada siklus akhir mengalami peningkatan, walaupun pada siklus I pertemuan 1 guru tidak melakukannya, yaitu mengajukan pertanyaan siswa. Selain itu pada pertemuan 2 siklus II guru tidak melakukan kesimpulan karena waktu habis oleh evaluasi kerja dengan tanya jawab.

Siswa mempelajari sendiri materi pelajaran dengan metode praktik dalam mempraktekkan cara berwudhu masing-masing. Tujuannya agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar sendiri tanpa diberikan terlebih dahulu oleh guru, disini guru hanya mengarahkan dan membimbing saja. Sedangkan pada siklus II model yang digunakan adalah mdel Problem Based Learning, metode yang digunakan adalah Praktik dan dipadukan dengan ceramah dan tanya jawab, sehingga hasilnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus sebelumnya.

Dengan demikian hasil penelitian dan pembahasan “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Kelas II Materi Wudhu Dengan Model Problem Based Learning Pada SD Negeri 1 Batu Nindan” telah berhasil. Hal ini dapat dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pada setiap siklus, dimana siklus I sebesar 6.58, dan ada PENINGKATAN nilai rata-rata pada siklus II sebesar 7.76.

(11)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

543 KESIMPULAN

C

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid dan Andayani, Dian. (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya

(12)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

544

Arifin, Zainal. (2000). Evaluasi intrisional. Bandung: Rosda Karya.

Arief, S. Sadiman. (2003). Media Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. dkk. (2015). Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: Bumi Aksara.

Arends, Richard I. (2013). Learning to Teach. Selemba: Humaika.

Aqib, Zainal. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Basuki dan Ulum, Miftahul. (2007). Pengantar Ilmu Pendidikan Islam.

Ponorogo:

STAIN Po Press.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. (2000). Guru dan anak didik dalam Interaksi Edukasi.

Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Depok:

Raja Grafindo

Emzir. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif & Kualitatif. Depok:

Raja Grafindo.

Hopkins. (1993). Desain Penelitian Tindakan Kelas (Model Ebbut). Yogyakarta:

Pustaka Belajar.

Kunandar. (2013). Langkah Mudah. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nata, Abuddin. (2011). Perspektif Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Poerwadarminta. (2006). Kamus umum bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional Edisi III Cet. 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusman. (2016). Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sayyid, Sabiq. (2006). Fiqih Sunnah jilid 4. Jakarta: Pena Pundi Aksara.

(13)

Vol. 2 Juli 2022| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Tema: Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Merealisasikan guru Profesional di Era Sosiety 5.0

545

Slameto. (1991). Belajar faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Somantri, Nu’man. (1976). Konsep Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung:

Remadja Rosdakarya.

Suprijono, Agus. (2011). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Jaya.

Suprijono, Agus. (2016). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suriansyah, dkk, (2014). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Susanto, Ahmad. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Susanto, Ahmad. (2018). Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Azmah.

Uno, Hamzah B, dkk. (2015). Belajar dengan Pendekatan P.A.I.K.E.M. Jakarta:

Bumi Aksara.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Zubaedi. (2011). Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana.

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH SOCIAL SKILL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN EMPATI ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. 72

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara rasa syukur dengan kecenderungan prososial pada

[r]

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Sains tentang perubahan kenampakan pada bumi melalui model pembelajaran kooperatip

Berdasarkan deskripsi data proses pengembangan perangkat pembelajaran pada tahap perancangan, diperoleh informasi yang dibutuhkan terkait perancangan perangkat pembelajaran

Argumen yang mendukung adanya ketentuan peraturan rotasi mandatory karena adanya sikap independensi auditor dapat dirusak oleh masa perikatan yang panjang dengan manajer

Pemilik atau pengelola UMKM pada sentral usaha pengolahan ikan di Kampung Patin Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau harus meningkatkan kinerja pemasaran, perolehan