• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS V SDN 7 GANDENG ENREKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "EFEKTIVITAS PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS V SDN 7 GANDENG ENREKANG"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN QUANTUM LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

SISWA KELAS V SDN 7 GANDENG ENREKANG

SKRIPSI

OLEH

DIRGAHAYU

NIM. 4513103083

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA 2019

1

(2)
(3)
(4)

MOTTO

Jangan Pernah Menyepelehkan Sesuatu Hal

Sebab, Menyepelehkan Sesuatu Merupakan

Bumerang yang Akan Muncul Pada Diri Kita

Keyakinan Merupakan Kekuatan yang Ada Pada Diri Kita

Sebab Tanpa Keyakinan Keragu-raguan Akan Selalu

Hadir pada Diri Sendiri

Kupersembahkan Karya Tulisan Ini

Buat Ayahanda dan Ibunda yang Penulis Sayangi Serta Saudaraku Yang Selama Ini Memberikan Dorongan dan Do’a

(5)

ABSTRAK

Dirgahayu 2019, Efektifitas Pendekatan Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Siswa Kelas V SDN 7 Gandengdi Bawah Bimbingan H. AbdPilang, M.PddanSundari Hamid, S.Pd.,M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa metod einquiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN 7 Gandeng Enrekang.Penelitian dilaksanakan mulai bulan April 2018. Yang bertempat di SDN 7 Gandeng Enrekang.

Jenispenelitianadalahpenelitiantindakankelas yang terdiridariduasiklus.

Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Datahasil observasi dianalisis secara kualitatifsedang data mengenai hasil belajar IPS dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yang berupa rentangnilai, StandarDiviasi, skor rata-rata tes hasil belajar siswa,

persentasekriteriahasilbelajarsiswa dan persentase ketuntasan belajar siswasertapeningkatanhasilbelajarsiswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran, yang diterapkan pada kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir, dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dari nilai rata-rata kelas 68,33 pada pra siklus menjadi 70,83 pada siklus I dan jika dilihat dari pencapaiaan ketuntasan hasil belajar siswa, nilai ini belum tuntas. Kemudian pada siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat lagi menjadi 77,02. Nilai tersebut telah mencapai target dimana lebih dari 75% siswa memperoleh nilai lebih dari 75,00. Kata Kunci :Model

Pendekatan Quantum Learning

(6)

ABSTRACT

Dirgahayu 2018, effectiveness of the approach Quantum LearningTowards Learning OutcomesIPS In the students of class V SDN 7 GandengEnrekang.

Guided by H. AbdPilang, M.PdandSundari Hamid, S.Pd.,M.Si.

This study aims to explain that methodinquirican improve student learning outcomes class V SDN 7 GandengEnrekang. The study began in April 2018.

Which is housed inSDN 7 GandengEnrekang.

This type of research is classroom action research consisting of two cycles.

The collected data were analyzed qualitatively and quantitatively. Observational data were analyzed qualitatively while data regarding learning outcomes IPS analyzed quantitatively using descriptive statistical analysis in the form of a range of values, Standard Deviation, the average test score of student learning outcomes, percentage of student learning outcomes criteria and percentage of student learning completeness as well as student learning outcomes improvement.

The results showed that in the learning process, which was applied to the initial activity, core activities and final activities, can improve student learning outcomes from the grade average grade68,33in the pre cycle to be70,83in cycles one and when viewed from the achievement of completeness student learning outcomes, this value is incomplete. Then in the cycletwo, the average value of students increases again to77,02. This value has reached the target where more than 75% students get more grades than 75,00. Keywords :The Quantum Learning Approach Model

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang maha kuasa karena atas berkat dan karuniah-Nyalah sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Pendekatan Quantum Learning terhadap hasil belajar ilmu pengetahuan sosial padaSiswaKelas V SDN 7 Gandeng”. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan kita NabiMuhammad Saw, keluarga dan para sahabat yang telah menerangi dunia dengan akhlak mulianya.

Alhamdulillah, banyak hambatan dan tantangan yang penulis hadapi selama menempuh perkuliahan sampai penulisan skripsi ini, namun bantuan semua pihak materi maupun nonmateri kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Ucapan terima kasih yang terdalam, penulis haturkan kepadaBapakDr.

Rahman Pilang, M.PdselakuPembimbing I danDr. Sundari Hamid, S.Pd.,M.Si.selakuPembimbing II yang telah meluangkan waktu membimbing danmengarahkanpenulis mulai dari awal pembuatan proposal penelitiansampai penulisanskripsiini.

Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas juga dari bantuan berbagai pihak, untuk segalanya itu, penulis menghaturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. BapakDr.Asdar, M.Pd selaku

DekanFakultasKeguruandanIlmuPendidikanUniversitasBosowa Makassar yangtelahmenberikanpengajaran,

motivasidansaranadanprasaranaselamapenulismenempuhperkuliahan.

(8)

2. IbuNursamsilisLutfin, S.Pd., M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru SekolahDasaryang telah memberikan bimbingan, dukungan dan pengajaran mulaipenulisduduk di bangkukuliahsampai penyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. BapakdanibudosenkhususnyadosenPendidikan Guru SekolahDasar yang telahmendidkdanmengajarpenulis, daritidaktahumenjaditahudankelakilmu yang diamanatkanakanpenulisamalkankepada Nusa danBangsa.

4. Pimpinan dan karyawan perpustakaan UniversitasBosowa Makassar yang dengan kerelahan hati memberikan pinjaman buku-buku dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kepadadua kekasih hatiku Ayahanda dan Ibunda yang tercipta sebagai orang tua yang tiada duanya di dunia ini, yang telah merawat, memberikan kasih sayang, doa dan dorongan serta perhatian kepada penulismulaipenulisduduk di bangkusekolahsampaipenyusunan skripsiini, yang tak pernah bisa ananda balas dengan apa pun, suatu kebanggan dapat terlahir dari seorang ibu yang sangat sabar dalam mendidik anak-anaknya.

Penulis menyadari bahwa “tak ada gading yang tak retak” begitupula dengan skripsi ini yang sangatlah jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata, semoga skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi kita semua. Jika terdapat kebaikan didalamnya maka segala puji bagi Allah, dan apabila terdapat keburukan ataupun kekurangan dalam skripsi ini, maka semuanya adalah keterbatasan penulis sebagai manusia biasa,

(9)

olehnyaitukritikdan saran yang sifatnyamembangunsangatpenulisharapkan demi penyempurnaanskripsiini.

Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Makassar, Mei 2018

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusanmasalah ... 5

C. Tujuanpenelitian ... 6

D. Manfaatpenelitian ... 6

(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Pembahasanteori ... 8

1. PendekatanQuantum learning ... 8

2. Hakikatbelajar ... 18 1 3. Pembelajaranips di SD ... 22

4. Kenampakanalam di Indonesia ... 26

B. KerangkaPikir ... 29

C. HipotesisPenelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitiaan ... 31

B. DesainPenelitian ... 31

C. Populasi dan sampel ... 32

D. DefenisiOperasionalVariabel... 33

E. ProsedurPenelitian ... 34

F. InstrumenPenelitian ... 36

G. TeknikPengumpulan Data ... 37

H. TeknikAnalisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HasilPenelitian ... 51

B. Pembahasan ... 77

(12)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 77

B. Saran... 79

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

3.1 One Grop Pretest-Posstest Design ... 37

3.2 Jumlah Siswa SDN 7 Gandeng Enrekang ... 38

3.3 Kategori Standar Hasil Belajar ... 43

3.4 Kategori Standar Ketuntasan Hasil Belajar ... 44

3.5 Standar Kemampuan Guru Mengelolah Pembelajaran ... 46

4.1 Statistik Skor Hasil Belajar Pretest ... 51

4.2 Distribusi Frekuensi dan Peresentase Statistik Skor Hasil Belajar Pretest ... 51

4.3 Deskripsi Ketuntasan Belajar Pretest ... 52

4.4 Statistik Skor Hasil Belajar Posstest ... 53

4.5 Distribusi Frekuensi dan Peresentase Statistik Skor Hasil Belajar Posstest ... 53

4.6 Deskripsi Ketuntasan Belajar Posstest ... 54

4.7 Distribusi Hasil Belajar Pretest dan Posstest ... 55

4.8 Hasil Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa ... 56

4.9 Hasil Analisis Data observasi Aktivitas Guru ... 59

4.10 Hasil Analisis Data Respon Siswa ... 64

4.11 Hasil Analisis Skor Pretest dan Posstest ... 68

(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan Judul Halaman

2.1 Skema Kerangka Pikir ... 35

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 2. Daftar Hadir Siswa

Lampiran B

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran C

1. Soal Tes Hasil Belajar Pretest 2. Soal Tes Hasil Belajar Posttet 3. Kunci Jawaban Tes Hasil Belajar Lampiran D

1. Lembar Tes Hasil Belajar Siswa 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa 3. Lembar Observasi Aktivitas Guru 4. Lembar Respon Siswa

Lampiran E

1. Analisis Data Tes Hasil Belajar Siswa 2. Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa 3. Analisis Data Observasi Aktivitas Guru 4. Analisis Data Angket Respon Siswa Lampiran F

1. Persuratan

2. Photo Dokumentasi

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat penting dan memerlukan perhatian khusus dari semua lapisan masyarakat karena perubahan fundamental dapat dilakukan melalui pendidikan, bukan hanya pemerintah yang bertanggung jawab atas keberhasilan dan kemajuan pendidikan di Indonesia, akan tetapi semua pihak baik guru, orang tua, maupun siswa sendiri ikut bertanggung jawab.Hal ini sejalan dengan Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa:Sistem pendidikan nasional harus menjamin kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu serta relevansi, efesiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan perubahan pendidikan yang dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.(Undang-undang No.

20 tahun 2003).

Sekolah merupakan suatu instansi atau lembaga pendidikan yang mampu berperan dalam proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat khususnya bagi anak didik), dan proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik).

Proses pembelajaran melalui interaksi guru-siswa, siswa-siswa, dan siswa- guru, secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh. Pendidikan dapat mengalami perubahan

(17)

ke arah yang lebih baik bahkan sempurna sehingga sangat diharapkan adanya pembaharuan-pembaharuan.Salah satu upaya pembaharuan dalam bidang pendidikan adalah pembaharuan metode atau meningkatkan relevansi metode mengajar.Metode mengajar dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pendidikan pada umumnya.

Upaya meningkatkan pendidikan menjadi tugas dan tanggung jawab guru, karena gurulah yang langsung membina para siswa di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar.Namun upaya meningkatkan kualitas pendidikan bukanlah hal yang mudah, karena itu diperlukan guru yang professional guna meningkatkan mutu pendidikan dan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud.

Seorang guru yang baik harus mampu menyusun suatu strategi pembelajaran yang mampu membawa peran serta siswa secara aktif belajar dikarenakan kesadaran dan ketertarikan siswa yang cukup tinggi, bukan semata- mata untuk memenuhi kewajiban. Guru dituntut dapat menyajikan kegiatan belajar mengajar yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar merupakan motor penggerak yang menjadikan siswa secara aktif melibatkan diri untuk belajar.

Usaha guru untuk membangkitkan motivasi belajar pada siswa diarahkan pada unsur internal (siswa) dan unsur eksternal (diluar siswa).Contoh dari unsur eksternal tersebut adalah suasana kelas yang efektif untuk belajar. Untuk mewujudkan tujuan ini sangat diperlukan peran guru secara aktif sebab guru sebagai pengelola proses pembelajaran bertindak selaku fasilitator hendaknya berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif, mengembangkan

(18)

bahan pengajaran dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak dan menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai, oleh karena itu guru dituntut mampu mengelola proses pembelajaran yang dapat memberikan rangsangan kepada siswa sebagai subjek utama belajar.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka Ilmu Pengetahuan Sosial perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan penelititerhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Gandeng di peroleh informasi bahwa keterlibatan siswa secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar khususnya pemebelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum tercapai secara klasikal baik ditinjau dari segi fisik, mental maupun emosi. Sehingga peneliti tergerak melakukan penelitian ini, sebab pembelajaran merupakan suatu hal yang kompleks dimana tidak hanya sekedar transfer of knowledge atau menyampaikan pesan kepada siswa akan tetapi merupakan aktivitas profesional untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif, inspiratif, menantang dan menyenangkan.

Salah satu faktor dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru lebih banyak berceramah, sehingga siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajarnya rendah.

Strategi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus dirancang sedemikian rupa dengan mempertimbangkan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan

(19)

Teknologi di samping harus bertumpu pada pengalaman indera menuju terbentuknya pengalaman kesimpulan yang logis (Sadirman,1998). Oleh karena itu dalam pengajaran diperlukan suatu pendekatan pengajaran yang efektif, tepat, praktis, dan dapat menghasilkan kemampuan diri yang bersifat ganda, yang membantu para siswa agar responsif dan termotivasi dalam menghadapi tantangan dan perubahan realistis.Pendekatan yang dimaksud adalah Quantum Learning.

Quantum Learning merupakan metodologi atau falsafah belajar yang telah terbukti efektif di Super Camp California (De Porter dan Hernacki, 2002: 14).

Pendekatan Quantum Learning dapat memberikan kiat-kiat, petunjuk, strategi dan seluruh proses yang dapat menghemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat, dan membuat belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Pendekatan Quantum Learning sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga diharapkan dapat tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa. “Dalam kegiatan belajar siswa, guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing”. (De Porter dan Hernacki, 2000: 14).

Proses interaksi ini akan berjalan baik apabila siswa banyak aktif dibandingkan guru.

Gambaran di atas berbeda dengan yang terjadi di lapangan, hal ini disebabkan karena masih kurangnya kemampuan guru dalam proses belajar mengajar.

(20)

Berdasaran penelitian latar belakang tersebut, maka diadakan penelitian dengan judul “Efektivitas Pendekatan Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPSSiswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Gandeng Enrekang

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan: “apakah pendekatan Quantum Learningefektif dalam meningkatkan hasil belajr Ilmu Pengetahuan Sosialpada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Gandeng Enrekang?”.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang hendak dikaji tersebut maka adapun tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah untukmengetahui

keefektifanpenggunaan pendekatan Quantum Learning terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Gandeng

Enrekang.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi bagi pembangunan dan pengembangan kelembagaan. Kontribusi hasil penelitian ini adalah dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai bahan referensi untukmemperoleh gambaran tentang peranan guru sebagai pendidik pada siswa Sekolah Dasar Negeri 7 Gandeng Enrekang.

(21)

b. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan untuk pihak-pihak yang terkait dalam pengambilan kebijakan dan menentukan langkah selanjutnya.

c. Menambah pengalaman dan pengetahuan penulis, khususnya dalam membuat karya ilmiah sekaligus sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program S1Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Bosowa Makassar.

2. Manfaat Praktis

1. Bagisiswa,dapat memberikan motivasi bagi siswa dalam meningkatkan aktivitas belajar di sekolah.

2. Bagi guru, sebagai masukan bagi guru untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dan efektif.

3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang berharga terhadap upaya perbaikan pembelajaran sehingga dapat menunjang tercapainya target kurikulum dan daya serap siswa yang diharapkan.

4. Bagi peneliti lanjut, sebagai bahan pembanding dan acuan dalam menulis karya tulis yang relavan.

(22)

BAB II

KAJIN PUSTAKA

A. Pembahasan Teori

1. Pendekatan Quantum Learning

“Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis untuk semua tipe orang dan segala usia”.

(Sugiyanto dalam Nandang Kosasih, 2013:76). Quantum Learning pertama kali digunakan di Supercampini menggabungkan rasa percaya diri, keterampilan belajar, dan berkomunikasi dalam lingkungan yang menyenangkan.

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik yang berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebut sebagai „Suggestology‟atau „Suggestopedia‟. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil dan situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.

Teknik yang dapat digunakan untuk memberikan sugesti positif yaitu mendudukan siswa secara nyaman,meningkatkan partisipasi individu, menggunakan media pembelajaran untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif (De Porter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013).

Menurut De Porter dan Hernacki (2000: 16) Quantum Learning adalah:Menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP (Program neurolinguistik) dengan teori, keyakinan dan metode kami sendiri.

Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar

22

(23)

yang lain seperti: 1) Teori otak kanan atau kiri, 2) Teori otak, 3) Pilihan modalitas (visual, auditorial dan kinetik), 4) Teori kecerdasan ganda, 5) Pendidikan holistik (menyeluruh), 6) Belajar berdasarkan pengalaman, 7) Belajar dengan simbol (Metaphoric Learning), dan 8) Simulasi atau permainan.

Suatu proses pembelajaran akan menjadi efektif dan bermakna apabila ada interaksi antara siswa dan sumber belajar dengan materi, kondisi ruangan, fasilitas, penciptaan suasana dan kegiatan belajar yang tidak monoton.Interaksi ini berupa keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar. Menurut De Porter dan Hernacki (2000:12). Dengan belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat antara lain: Bersikap positif, meningkatkan motivasi, keterampilan belajar seumur hidup, kepercayaan diri, dan sukses atau hasil belajar yang meningkat.

a. Efektifitas Quantum Learning

Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah “massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi, yang ditulis dengan persamaan E = mc² ”(DePorter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 75).

(DePorter dan Hernacki, 2000: 16) Mengemukakan bahwa: Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar tujuan kita adalah menarik sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan cahaya, dengan Quantum Learning hal tersebut dapat kita capai karena Quantum Learning menggabungkan sugestiologi, teknik percepatan belajar dan keyakinan.

(24)

Dari berbagai teori dan strategi belajar lain pendekatan Quantum Learning memberikan solusi terbaik dalam masalah klasik yang dihasilkan oleh metode belajar yang telah dilakukan serta yang telah diterapkan.Dengan pendekatan Quantum Learning pernyataan-pernyataan seperti belajar adalah pekerjaan yang membosankan dapat dihilangkan.Metodologi penyajian kurang variatif dan terkesan monoton, dapat kita tepis dan hilang dengan sendirinya.

Chaerunnisa (Sahtiani, 2005: 30) mengemukakan bahwa: Efektifitas Quantum Learning tidak diragukan lagi keberhasilannya, hal ini disebabkan karena penerapan Quantum Learning tidak hanya kepada fisik tapi semua aspek, seperti : aspek psikis yang terdiri dari rasa nyaman, enak, dan aspek yang lain yaitu pembentukan lingkungan belajar yang nyaman. Sehingga dapat memenuhi unsur-unsur itu semua maka belajar dapat berlangsung dengan baik.

Chaerunnisa (Sahtiani, 2005: 30) menyatakan bahwa Quantum Learning dapat mencapai hal yang memuaskan antara lain:

1. Meningkatkan motivasi 2. Meningkatkan nilai belajar 3. Menumbuhkan kepercayaan diri 4. Meningkatkan rasa ingin tahu 5. Meningkatkan kinerja otak

b. Penerapan pendekatan Quantum Learning

DePorter dan Hernacki, (2002:84) mengemukakan bahwa: Quantum Learning merupakan metodologi yang sangat luar biasa, dimana penerapan metode belajar dalam Quantum Learning mampu memberikan rangsangan kepada siswa dalam

(25)

penerimaan pelajaran, sehingga dalam proses belajar mengajar dalam kelas tidak lagi terkesan membosankan, menjenuhkan, dan menyebalkan.

Hal ini disebabkan penerapan pendekatan Quantum Learning tidak hanya sekedar memicu para siswa untuk memahami materi pelajaran tetapi juga memberikan kesan yang lain, yaitu bagaimana proses belajar itu dapat menyenangkan, memberikan rangsangan psikologi, sugestiologi dan melibatkan unsur-unsur lainyang semula dianggap tabu di dalam proses belajar di kelas yaitu, tantangan fisik.

Sebagaimana dijelaskan Septiawan (2008), dalam pendekatan Quantum Learningpada siswa dikenali tentang “kekuatan pikiran” yang tak terbatas.

Ditegaskan bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan bahasa yang kacau dengan “cara yang menyenangkan dan bebas stres”. Bagaimana faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam belajar, bukan merupakan rintangan.

Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap keberhasilan perlu diakhiri dengan

“kegembiraan dan tepukan.”

(26)

Berdasarkan penjelasan mengenai apa dan bagaimana unsur-unsur dan struktur otak manusia bekerja, dibuat model pembelajaran yang dapat mendorong peningkatan kecerdasan linguistik, IPS, visual/spasial, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intarpersonal, dan intuisi. Bagaimana mengembangkan fungsi motor sensorik (melalui kontak langsung dengan lingkungan), sistem emosional- kognitif (melalui bermain, meniru, dan pembacaan cerita), dan kecerdasan yang lebih tinggi (melalui perawatan yang benar dan pengondisian emosional yang sehat).

Bagaimana memanfaatkan cara berpikir dua belahan otak “kiri dan kanan”. Proses berpikir otak kiri (yang bersifat logis, sekuensial, linear dan rasional), misalnya, dikenakan dengan proses pembelajaran melalui tugas-tugas teratur yang bersifat ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detil dan fakta, fonetik, serta simbolisme. Proses berpikir otak kanan (yang bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistik), dikenakan dengan proses pembelajaran yang terkait dengan pengetahuan nonverbal (seperti perasaan dan emosi), kesadaran akan perasaan tertentu (merasakan kehadiran orang atau suatu benda), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, musik, seni, kepekaan warna, kreatifitas dan visualisasi. Semua itu, pada akhirnya, tertuju pada proses belajar yang menargetkan tumbuhnya “emosi positif, kekuatan otak, keberhasilan, dan kehormatan diri”.Keempat unsur ini bila digambarkan saling terkait.Dari kehormatan diri, misalnya, terdorong emosi positif yang mengembangkan kekuatan otak, dan menghasilkan keberhasilan. Dari proses

(27)

inilah, pendekatan Quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah- langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif.

Dalam kaitan itu pula, antara lain bahwa pendekatan Quantum Learning mengonsep tentang “menata pentas: lingkungan belajar yang tepat”. (De Porter dan Hernacki, 2000: 65). Penataan lingkungan ditujukan kepada upaya membangun dan mempertahankan sikap positif.Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar.Siswa Quantum Learning dikondisikan ke dalam lingkungan belajar yang optimal baik secara fisik maupun mental.Dengan mengatur lingkungan belajar demikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar.

Penataan lingkungan belajar ini dibagi dua yaitu: lingkungan mikro dan lingkungan makro. “Lingkungan mikro ialah tempat peserta didik melakukan proses belajar (bekerja dan berkreasi)”. (De Porter dan Hernacki, 2000: 68).

Pendekatan Quantum learning menekankan penataan cahaya, musik, dan desain ruang, karena semua itu dinilai mempengaruhi peserta didik dalam menerima, menyerap, dan mengolah informasi.Ini tampaknya yang menjadi kekuatan orisinalitas pendekatan Quantum learning. Akan tetapi, dalam kaitan pengajaran umumnya di ruang-ruang pendidikan di Indonesia, lebih baik memfokuskan perhatian kepada penataan lingkungan formal dan terstruktur seperti: meja, kursi, tempat khusus, dan tempat belajar yang teratur. Target penataannya ialah menciptakan suasana yang menimbulkan kenyamanan dan rasa santai.Keadaan santai mendorong siswa untuk dapat berkonsentrasi dengan sangat baik dan

(28)

mampu belajar dengan sangat mudah. Keadaan tegang menghambat aliran darah dan proses otak bekerja serta akhirnya mengganggu konsentrasi siswa.

Lingkungan makro ialah “dunia yang luas” siswa diminta untuk menciptakan ruang belajar di masyarakat.Mereka diminta untuk memperluas lingkup pengaruh dan kekuatan pribadi, berinteraksi sosial ke lingkungan masyarakat yang diminatinya.“Semakin siswa berinteraksi dengan lingkungan, semakin mahir mengatasi sistuasi-situasi yang menantang dan semakin mudah mempelajari informasi baru”, (De Porter dan Hernacki, 2000: 79).

Setiap siswa diminta berhubungan secara aktif dan mendapat rangsangan baru dalam lingkungan masyarakat, agar mereka mendapat pengalaman membangun gudang penyimpanan pengertahuan pribadi. Selain itu, berinteraksi dengan masyarakat juga berarti mengambil peluang-peluang yang akan datang, dan menciptakan peluang jika tidak ada, dengan catatan terlibat aktif di dalam tiap proses interaksi tersebut (untuk belajar lebih banyak mengenai sesuatu). Pada akhirnya, interaksi ini diperlukan untuk mengenalkan siswa kepada kesiapan diri dalam melakukan perubahan.

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Lerning dengan cara:

1) Kekuatan ambak

Ambak adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi

(29)

penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi. (De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 91).

2) Penataan lingkungan belajar

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa.

(De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 92).

3) Memupuk sikap juara

Memupuk sikap juara perlu dilakukan untuk lebih memacu dalam belajar siswa, seorang guru hendaknya jangan segan-segan untuk memberikan pujian pada siswa yang telah berhasil dalam belajarnya, tetapi jangan pula mencemooh siswa yang belum mampu menguasai materi. Dengan memupuk sikap juara ini siswa akan lebih dihargai. (De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 92).

4) Bebaskan gaya belajarnya

Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning guru hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah terpaku pada satu gaya belajar saja. (De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 92).

5) Membiasakan mencatat

Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika sang siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa

(30)

yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan simbolsimbol atau gambar yang mudah dimengerti oleh siswa itu sendiri, simbol- simbol tersebut dapat berupa tulisan. (De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 92).

6) Membiasakan membaca

Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan membaca akan menambah perbendaharaan kata, pemahaman, menambah wawasan dan daya ingat akan bertambah. Seorang guru hendaknya membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang lain. (De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 92).

7) Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya. (De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 93).

8) Melatih kekuatan memori anak

Kekuatan memori sangat diperlukan dalam belajar anak, sehingga anak perlu dilatih untuk mendapatkan kekuatan memori yang baik. (De Potter dan Hernacki dalam Nandang Kosasih, 2013: 93).

Pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning lebih mengutamakan keaktifan peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan

(31)

pengecapan, sehingga hasil penelitian dengan pendekatan Quantum Learning terletak pada modus berbuat yaitu Katakan dan Lakukan, dimana proses pembelajaran dengan pendekatan Quantum Learning mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media melalui kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum dan dapat mencapai daya ingat 90%. Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka materi pelajaran akan semakin bermakna.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Quantum Learning adalah suatu bentuk inovasi pendekatan, strategi, dan model pembelajaran yang menyangkut tentang keterampilan guru dalam merangsang, mengembangkan, mengolah, menciptakan suasana belajar yang efektif, menggairahkan, serta memiliki keterampilan hidup.

2. Hakikat Belajar

Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk membantu siswa agar dapat belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya.Dalam proses pembelajaran terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Interaksi guru dan siswa sebagai makna utama proses pembelajaran memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kedudukan siswa dalam proses belajar dan mengajar adalah sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran atau kegiatan belajar dan mengajar adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hasil belajar dalam kontesktual menekankan pada proses yaitu segala kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(32)

Nilai siswa diperoleh dari penampilan siswa sehari-hari ketika belajar.Hasil belajar merupakan proses dari suatu kegiatan untuk menentukan hasil belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan hal ini, kita dapat menyimpulkan tujuan utama penilaian adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS yang diajarkan, dilakukan dengan menggunakan format penilaian observasi yang mengontrol selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Darinya akan diperoleh catatan rekaman aktivitas siswa. Format ini dapat dikatakan sebagai alat tes atau alat evaluasi pelaksanaan kegiatan tindak lanjut. Sehubungan dengan uraian di atas, maka (Haling, 2006:107) mengemukakan secara jelas mengenai penilaian atau evaluasi ini sebagai berikut :

”Penilaian merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan belajar dalam penguasaan kompetensi, disamping itu, penilaian juga berfungsi untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran. Alat penilaian dalam pembelajaran yang biasa digunakan adalah; (a) Tes, yaitu suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh pebelajar, sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi pebelajar tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh pebelajar lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. (b) Non Tes, yaitu untuk menilai aspek-aspek tingkah laku yang meliputi

(33)

kegiatan observasi, wawancara, studi kasus, skala penilaian, check list dan inventori”.

Senada dengan uraian di atas, menurut Mappa Nur (Khasanah, 2002:8),

“hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam bidang tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai pengukuran keberhasilan belajar seseorang”. Sedangkan menurut Sudjana (1987:22) “hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar”.Hasil belajar tidak mudah didapat tanpa melalui proses kegiatan pembelajaran.

Pengertian mengenai minuman dalam pembelajaran ini adalah segala sesuatu yang masuk ke mulut berupa air, baik yang beralkohol maupun non alkohol. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan haruslah ditempuh dengan penuh perjuangan dengan berbagai tantangan yang harus ditempuh.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas enam aspek, yakni: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri atas lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan

(34)

refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketetapan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative.

Menurut Purwanto (1987) bahwa hasil belajar biasanya dapat diketahui melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Sudjana (1987: 40) menerangkan bahwa:

“Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan.Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya.Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai.Seperti dikemukakan oleh Clark bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.Di samping faktor kemampuan yang dimiliki oleh siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.Adanya pengaruh dari dalam diri siswa, merupakan hal yang logis dan wajar, sebab hakikat perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku individu yang diniati dan disadari. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar

(35)

siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran”.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah akhir dari sebuah proses pembelajaran yang didapatkan melalui tes manupun nontes dengan memperhatikan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.

3. Pembelajaran IPS di SD

Istilah ilmu penegetahuan sosial (IPS) merupakan nama mata pelajaran ditingkat sekolah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah “Social Student” dalam kurikulum persekolahan di sekolah di negara lain, khususnya negara- negara barat seperti Australia dan Amerika Serikat.

a. Pengertian IPS Menurut Para Ahli

Berikut pengertian IPS menurut para ahli di Indonesia:

1.Moeljono Cokrodikardjo (Arfina, 2011: 13) mengemukakan bahwa IPS adalah suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. Ia merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni: sosiologi, antropologi budaya, psikologi, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang diformulasikan untuk tujuan intruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

2.Nu’man Soematri (Arfina, 2011: 13) menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran ilmu- ilmu sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti: a) menurunkan tingkat kesukaran ilmu- ilmu sosial yang biasanya dipelajari di universitas

(36)

menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa sekolah dasar dan lanjutan, b) mempertautkan dan memadukan bahan aneka cabang ilmu- ilmu sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.

3.Nasution (Arfina, 2011: 14) mendefenisikan IPS sebagai pelajaran yang merupakan fusi atau paduan sejumlah mata pelajaran sosial. Dinyatakan bahwa IPS merupakan bagian kurikulum sekolah yang berhubungan dengan peran manusia dalam masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, goegrafi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.

4.Menurut Farris dan Cooper (Syamsu Asri, 2007:3), “ IPS adalah salah satu upaya yang akan membawa kesadaran terhadap ruang, waktu dan lingkungan sekitar bagi anak”.

b. Ruang Lingkup IPS

Terdapat perbedaan yang esensial antara IPS sebagai ilmu- ilmu sosial (Social Sciences) dengan pendidikan IPS sebagai Social Studies. Jika IPS lebih dipusatkan pada pengkajian ilmu murni dari berbagai bidang yang termasuk dalam ilmu- ilmu sosial (Social Sciences) atau dalam kata lain IPS adalah sebagai wujudnya. Setiap disiplin ilmu yang tergabung dalam ilmu- ilmu sosial berusaha untuk mengembangkan kajiannya sesuai dengan alur keilmuannya dan menumbuhkan “Body of Knowledge”.

IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTS/SMLB.IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.Pada jenjang

(37)

SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi.Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta menjadi warga dunia yang cinta damai.

c. Hakikat Pembelajaran IPS

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan segabai proses, cara menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Kata ini berasal dari kata belajar yang berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Dari pengertian tersebut, menunjukkan pembelajaran berpusat pada kegiatan belajar siswa, bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Oleh sebab itu, pada hakikatnya pembelajaran IPS adalah suatu proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan siswa melaksanakan kegiatan belajar IPS, dan proses tersebut tidak berpusat pada guru mengajar IPS. Pembelajaran IPS harus memberikan peluang kepada siswa untuk berusaha mencari pengalaman tentang IPS.

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran IPS 1. Tujuan Pembelajaran IPS

a) Peserta didik diharapkan mampu menghadapi tantangan berat dalam kehidupan masyarakat global yang selalu mengalami perubahan setiap saat.

(38)

b) Pserta didik diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

2. Manfaat pembelajaran IPS a) Bagi guru

Dapat meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan sosial pada masa mendatang, dapat membantu guru untuk menentukan suatu teknik yang kreatif dan efektif yang dapat menungjang keberhasilan pembelajaran, serta mampu menarik perhatian dan minat bakat siswa.

b) Bagi siswa

Siswa diharapkan memiliki kemampuan memahami pelajaran IPS dengan baik dan terampil dalam pembelajaran tersebut, mampu menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam masyarakat, dan memperoleh pemahamn yang lebih luas lagi tentang IPS.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS adalah salah satu bidang studi yang mengajarkan tentang kehidupan sosial, mengingatkan tentang berbagai aspek kehidupan manusia di dunia.

4.Kenampakan Alam di Indonesia

a. Pengertian Kenampakan Alam

Kenampakan alam (bentang alam) adalah segala sesuatu yang ada di alam dan terbentuk oleh peristiwa alam.Kenampakan alam yang dapat kita lihat adalah yang ada dipermukaan bumi.Permukaan bumi terdiri atas daratan dan perairan.Bentuk permukaan bumi ada dua yaitu wilayah daratan dan perairan.

(39)

1) Wilayah daratan

Adalah bagian dari permukaan bumi yang tidak digenangi air dan berbentuk padat Kenampakan alam yang termasuk wilayah daratan adalah sebagai berikut.

a. Dataran rendah

Dataran rendah adalah wilayah datar yang memiliki ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut. Dataran rendah dimanfaatkan untuk pemukiman, industri dan pertanian.

b. Dataran tinggi

Adalah wilayah dataran luas yang terletak pada ketinggian di atas 200 meter. Dataran tinggi disebut juga plateau atau plato. Contohnya dataran tinggi Dieng, Dataran tinggi Bone, dan lain-lain.Dataran tinggi cocok untuk pariwisata dan perkebunan.

c. Pantai

Adalah wilayah perbatasan antara dataran dan laut.Pantai dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata. Contoh: Pantai Carita,Pantai Kasih, dll. Pantai juga dimanfaatkan untuk tempat pelelangan ikan dan pembuatan garam. d. Gunung

Adalah bagian bumi yang menonjol dengan ketinggian puncaknya di atas 600 meter. Gunung dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu

(1) Gunung berapi merupakan gunung yang masih aktif dan sewaktu-waktu dapat meletus. Gunung berapi menghasilkan barang-barang tambang seperti batu, pasir, belerang, dan sumber air panas. Contoh: Gunung Merapi.

(40)

(2) Gunung tidak berapi merupakan gunung yang sudah tidak aktif lagi.

Gunung yang tidak berapi bisa dimanfaatkan untuk kegiatan perkebunan, kehutanan, suaka margasatwa atau tempat rekreasi. Contoh: Gunung Muria.

e. Pegunungan

Pegunungan adalah rangkaian gunung yang sambung menyambung satu sama lain.Adalah bagian dari dataran yang bergunung-gunung.Tingginya lebih dari 700meter di atas permukaan laut, berhawa sejuk dan sering dimanfaatkan untuk tempat rekreasi, peristirahatan, dan pertanian holtikultura.Pertanian hortikulturaadalah pertanian yang mengembangkan jenis tanaman sayur-sayur dan buah-buahan.Contoh: Pegunungan Sewu, Pegunungan Jaya Wijaya.

f. Tanjung

Tanjung merupakan daratan yang menjorok ke laut.Tanjung yang luas disebut semenanjung.Tanjung banyak dimanfaatkan untuk membangun pelabuhan.

g. Delta

Delta adalah daratan yang berada di tengah sungai.Biasanya di muara sungai. Contoh: Delta Sungai Bengawan Solo.

2. Wilayah

perairan a. Sungai

Sungai adalah tanah basah yang selalu digenangi air dan ditumbuhi tanaman.Sungai-sungai diIndonesia sangat banyak. Sungai banyak dimanfaatkan

(41)

untuk irigasi dan transportasi. Contoh: Sungai Kapuas di Kalimantan, Sungai Kampar di Riau.

b. Danau

Danau merupakan suatu cekungan di darat yang amat luas dan berisi air yangdikelilingi oleh daratan.Danau ada 2, yaitu: danau alami karena proses alam dandanau buatan manusia. Danau banyak dimanfaatkan untuk pariwisata dan PLTA.Contoh: Waduk Jati Luhur di Jawa Barat.

c. Selat, ialah laut sempit yang berada diantara dua pulau, misalnya selat Sunda antara pulau Jawa dan Sumatera.

d. Teluk ialah laut yang menjorok ke darat, misalnya Teluk Cenderawasih, TelukBanten.

e. Rawa, merupakan dataran rendah yang digenangi air, rawa baik untuk perikanan dan hutan bakau. Misalnya di sepanjang pantai timur Sumatera B. Kerangka Pikir

Berhasilnya suatu proses belajar mengajar, dipengaruhi oleh metode ajar yang digunakan oleh guru. Dengan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa, maka siswa akan lebih mudah menerima dan mengelolah informasi yang disajikan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menerima dan mengolah informasi yang didapatkan, hal ini dipengaruhi oleh cara kerja otak mereka. Oleh karena itu, Pendekatan Quantum Learning diharapkan dapat mengembangkan kemampuan/keterampilan siswa dalam proses pembelajaran, mempermudah siswa menerima dan

(42)

mengelolah materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan menjadi lebih bermakna. Dengan demikian, aktivitas dan kualitas belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dapat terlaksana dengan efektif.

Adapun skema kerangka pikir dalam penelitian ini adalah:

Pembelajaran IPS

Pendekatan Quantum

Hasil Belajar Siswa

Aktivitas Siswa Keterlaksanaan Pembelajaran

Respon Siswa

Analisis

Bagan 2.1 Skema kerangka pikir

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Pendekatan Quantum Learningefektif digunakan dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri 7 Gandeng Enrekang”.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitianeksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisiyang terkendalikan. Jenis penelitian ini adalahPre-Eksperimental Designsyaitu suatu jenis penelitian yang hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksprimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembandingdengan tujuan untuk mengetahui gambaran efektivitas pendekatan Quantum Learning terhadap hasil belajar siswa pada kelas V SDN 7 Gandeng Enrekang.

B. Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah One-Group Pretest-posttest Design.Desain ini digunakan karena penelitian ini hanya melibatkan satu kelas yaitu kelas eksprimen yang diawali dengan pretest sebelum diberi perlakuan.Dengan demikian hasil perlakuan yang didapat lebih akurat karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.Adapun model desainnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Model One-Group Pretest-Posttest Design

O1 X O2

Sumber: (Sugiyono, 2013: 110)

i

(44)

Keterangan:

O1 = Nilai pretest (sebelum diberi perlakuan) X = Perlakuan (Pendekatan Quantum Learning) O2 = Nilai posttest (setelah diberi perlakuan) C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah sekumpulan elemen yang menjadi objek penelitian.Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN 7 Gandeng Enrekangdengan populasi penelitian adalah seluruh siswa yang berada di tempat penelitian tahun ajaran 2016/2017, jumlah siswa dapat disimak pada tabel. 3.2 berikut ini:

Tabel. 3.2Jumlah siswa SDN 7 Gandeng Enrekang

No Kelas Jumlah Siswa

1 Kelas I 54

2 Kelas II 39

3 Kelas III 45

4 Kelas IV 45

5 Kelas V 42

6 Kelas VI 48

Total 273

Sumber: SDN 7 Gandeng Enrekang

ii

(45)

b. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti.Adapun sampel yang dimaksud peneliti adalah siswa kelas V SDN 7 Gandeng Enrekang.Dalam hal ini teknik sampling yang dipilih oleh peneliti adalahtekniksampling purposive.

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel.Peneliti menentukan Kelas V sebagai sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan, diantaranya: sampel yang telah dipilih dianggap paling memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian dalam hal ini meneliti keefektifan pendekatan Quantum Learning terhadap hasil belajar IPS siswa SDN 7 Gandeng Anrekang. Adapun sampel penelitian yang dimaksud sebanyak 42 orang yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 21 orang perempuan.

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel yaitu PendekatanQuantum Learning sebagai variabel bebas (variabel X) dan Efektivitas pembelajaran IPS yang meliputi aspek: Ketuntasan pembelajaran (Hasil belajar IPS siswa), aktifitas siswa dalam pembelajaran, aktifitas guru dalam mengelolah pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran sebagai variabel terikat (variabel Y).

1. Pengertian pendekatan Quantum Learning yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran, menyajikan petunjuk praktis dan spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan memudahkan siswa belajar. Pendekatan mengajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan guru untuk

iii

(46)

mengajarkan bidang studi ilmu penegtahuan sosial yakni pendekatanQuantum Learning.

2. Efektivitas pembelajaran ilmu pengetahuan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu ukuran keberhasilan yang menyatakan seberapa besar kriteria keefektifan (ketuntasan hasil belajar ilmu pengetahuan sosial siswa, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran) telah tercapai dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial.

E. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan yakni:

1. Tahap Persiapan.

a. Mengurus surat izin untuk mengadakan penelitian kepada pihak-pihak yang bersangkutan

b. Konsultasi dengan pembimbing, guru dan kepala sekolah agar penelitian diberi izin

c. Menelaah materi yang akan diajarkan

d. Membuat perangkat pembelajaran IPS yang berkaitan dengan materi pembelajaran dan mencerminkan PendekatanQuantum Learning.

e. Membuat instrumen penelitian f. Menyiapkan observer

2. Tahap pelaksanaan

iv

(47)

Adapun cara yang dilakukan dalam tahap ini yaitu dengan melakukan penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang kongkrit dengan menggunakan instrumen penelitian serta dengan membaca referensi yang berkaitan dengan pembahasan, baik menggunakan kutipan langsung atapun kutipan tidak langsung.

Langkah awal dalam tahap pelaksanaan ini adalah peneliti menyampaikan maksud dan tujuan peneliti mengadakan penelitian ini. Kemudian membagikan tes awal (pretest) yang berisikan soal ilmu pengetahuan sosial sebelum diterapkan PendekatanQuantum Learning untuk mengukur pemahaman konseppeserta siswa kelas V SDN 7 Gandeng Enrekang sebagai tolak ukur awal tingkat pemahaman konsep peserta didik. Selanjutnya penelitimempraktikkan skenario pemebelajaran yang telah direncanakan yang berisi tentang perlakuan yang ditetapkan yaitupendekatan Quantum Learningpada materi.Selama proses pembelajaran berlangsung, maka peneliti dibantu oleh observasi melakukan kegiatan observasidi dalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung.Selanjutnya peneliti memberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa terkait materi yang telah diajarkan serta memberikan angket dengan tujuan untuk mengetahui tanggapan peserta didik terhadap pendekatan Quantum Learningyang telah diterapkan.

3. Tahap Akhir

Padatahapini,hal yang dilakukan adalah melakukan pengolahan data terhadap data yang diperoleh dari hasil penelitian di sekolah dengan menggunakan perhitungan statistik deskripsi dan statistik inferensial.

F. Instrumen Penelitian

v

(48)

Instrumen penelitian adalah alat atau media untuk mengukur berbagai pengaruh antara veriabel yang satu dengan veriabel yang lain. Untuk memperoleh informasi tentang ketuntasan belajar siswa, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, keterampilan guru dalam mengelolah pembelajaran, dan respon siswa terhadap pembelajaran, maka perlu mengembangkan instrumen. Instrumen- instrumen yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tes hasil belajar, dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar IPS siswa sebelum dan setelah diterapkan pendekatan Quantum Learning.

2. Lembar observasi aktivitas siswa, dimaksudkan untuk mengetahui data tentang kehadiran dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan Quantum Learning.

3. Lembar observasi aktivas guru, dimaksudkan untuk mengetahui data tentang bagaimana guru dalam mengelolah pembelajaran dengan menerapkan pendekatan Quantum Learning

4. Angket respon siswa dimaksudkan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diberikan dengan menggunakanpendekatan Quantum Learning.

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun rincian teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

1. Datatentang evaluasi belajar IPS siswa diperoleh dengan menggunakan test hasil belajar (pretest dan posttest) sebelum dan setelah diterapkanpendekatan Quantum Learning

vi

(49)

2. Data tentang aktivitas siswa selama proses pembelajaran diperoleh pada saat dilakukannya tindakan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siwa.

3. Data tentang aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran diperoleh dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru.

4. Data mengenai respon siswa terhadap penerapan pendekatan Quantum Learningdiperoleh dengan menggunakan angket respon siswa.

H. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul menggunakan instrumen-instrumen yang ada kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan teknik statistik inferensial.

1. Teknik Analisis Statistik Deskriptif

Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengungkapkan ketuntasan belajar IPS siswa, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, aktivitas guru dalam pembelajaran dan respon siswa terhadap pembelajaran yang diberikan melalui pendekatan Quantum Learning.

a. Tes Hasil Belajar

Hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan tujuan mendeskripsikan pemahaman materi IPS siswa setelah diterapkan pendekatan Quantum Learning.Untuk keperluan analisis digunakan rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasi.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan nilai siswa adalah skala lima berdasarkan teknik kategorisasi standar hasil belajar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional yang dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:

vii

(50)

Tabel 3.3Kategorisasi Standar Hasil Belajar yang Ditetapkan

oleh Departemen Pendidikan Nasional

No. Nilai Kategori

1 89<×≤100 Sangat Tinggi

2 79<×≤89 Tinggi

3 69<×≤79 Sedang

4 59<×≤69 Rendah

5 0≤×≤59 Sangat Rendah

Sumber: Departemen Pendidikan Nasional (Ayu Lestari: 2014)

Hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian hasil belajar secara individual.Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas belajar apabila memiliki nilai minimal 70 sesuai dengan KKM yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Kategorisasi ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.4 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar IPS Siswa

KelasVSDN 7 Gandeng Enrekang

Nilai Kategorisasi Ketuntasan belajar

70 ≤×≤100 Tuntas

0 ≤×<70 Tidak Tuntas

Sumber: SDN7 GANDENG KABUPATEN ENREKANG

Sedangkan suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal75% dari jumlah siswa telah mencapai standar ketuntasan minimum (KKM). Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus berikut:

Ketuntasan belajar klasikal =

viii

(51)

b. Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran

Analisis data aktivitas siswa dilakukan dengan menentukan frekuensi dan persentase frekuensi setiap indikator aktivitas siswa.Langkah-langkah analisis aktivitas siswa, yaitu:

1. Menentukan frekuensi hasil pengamatan aktivitas siswa untuk setiap indikator dalam satu kali pertemuan.

2. Mencari persentase frekuensi setiap indikator dengan membagi besarnya frekuensi dengan jumlah siswa, kemudian dikalikan 100%.

Untuk menghitung rata-rata persentase setiap aspek aktivitas siswa digunakan rumus sebagai berikut:

Pta  Ta

100%

T

Keterangan: Pta =Persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan

Ta =Banyaknya siswa yang memberikan respon untuk jenis aktivitas tertentu yang dilakukan setiap pertemuan

T = Jumlah siswa

Siswa dikatakan aktif apabila persentase frekuensi indikator aktivitas siswa yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran mengalami peningkatan dari setiap pertemuan pembelajaran, dan aktivitas siswa yang tidak berkaitan dengan kegiatan pembelajaran menurun dari setiap pertemuan pembelajaran.

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa aktivitas siswa terlihat aktif melalui pendekatan Quantum Learningadalah apabila sekurang-kurangnya 75% siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran ditinjau dari aspek yang

ix

(52)

berkaitan dengan kegiatan pembelajaran, baik aktivitas yang bersifat fisik ataupun mental.

c. Aktivitas Guru dalam Mengelolah Pembelajaran

Analisis dilakukan terhadap hasil penilaian dari satu observer yang mengamati kemampuan guru mengelolah pembelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui penerapan pendekatan Quantum Learningdi dalam kelas. Pengamatan dilakukan terhadap kemampuan guru melaksanakan tiap-tiap aspek dari sintaks pembelajaran ilmu pengetahuan sosial melalui pendekatan Quantum Learning.Dari hasil observasi selama beberapa pertemuan itu ditentukan nilai rata-rata kegiatan guru dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir. Nilai kegiatan guru ini selanjutnya dikonfirmasikan dengan interval penentuan kategori kemampuan guru mengelola pembelajaran yang dinyatakan dalam tabel 3.4 berikut:

Tabel 3.5 Kategorisasi Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Nilai Kategori

3,50 ≤ nilai ≤ 4,00 Sangat Baik 2,50 ≤ nilai < 3,50 Baik 1,50 ≤ nilai < 2,50 Cukup Baik 0,00 ≤ nilai < 1,50 Kurang Baik Sumber: Ayu Lestari (2014)

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa kemampuan gurumengelolah pembelajaran melalui pendekatan Quantum Learningefektif adalah apabila nilai kegiatan guru minimal berada dalam kategori “Baik”.

x

(53)

d. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran

Data respon siswa diperoleh dari angket respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran, dan selanjutnya dianalisis dengan analisis persentase. Kegiatan yang dilakukan untuk menganalisis data respon siswa adalah:

1. Menghitung jumlah siswa yang memberikan respon minimal kategori positif.

2. Menghitung persentase banyaknya siswa yang memberikan respon minimal kategori positif. Persentase tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut:

Keterangan:

P = Persentase siswa yang memberi respon minimal kategori positif.

f = Banyaknya siswa yang memberi respon minimal kategori positif.

N = Banyaknya siswa yang mengisi angket.

Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa para siswa memiliki respon positif terhadap pembelajaran IPS melalui pendekatan Quantum Learningadalah persentase respon positif lebih tinggi dibanding respon negatif dari semua aspek yang ditanyakan.Dengan kata lainrespon siswa dikatakan efektif jika minimal 80% dari mereka memberi respon positif terhadap semua aspek yang ditanyakan.

2. Teknik Analisis Statistik Inferensial

Analisis inferensial merupakan statistik yang menyediakan aturan atau cara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum, dari sekumpulan data yang telah disusun dan diolah. Sugiyono (2013:209) menyatakan bahwa “statistik inferensial adalah

xi

(54)

teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.Teknik ini dimaksudkan untuk pengujian hipotesis penelitian.

Uji Hipotesis

Teknik analisis inferensial digunakan untuk menarik kesimpulan tentang populasi dari sampel yang ditarik dari populasinya. Pengujian yang digunakan adalah uji signifikan (uji-t) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat tabel penolong untuk mencari nilai t

2) Menghitung nilai mean dari perbedaan pretest dengan posttest, dengan persamaan:

Di mana:

Md= mean dari perbedaan pretest dengan posttest

= jumlah dari gain (posttest – pretest) N= subjek pada sampel

3) Menghitung defiasi masing-masing subjek dengan persamaan:

Di mana:

Xd = defiasi masing-masing subjek d = gain (posttest – pretest)

4) Menghitung jumlah kuadrat defiasi dengan persamaan:

xii

(55)

N= subjek pada sampel

5) Menghitung nilai db, dengan persamaan:

Di mana: N = subjek pada sampel 6) Menghitung nilai t dengan persamaan:

Di mana:

Md = mean dari perbedaan pretest dengan posttest

= jumlah kuadrat defiasi N= subjek pada sampel

7) Membuat kesimpulan hasil penelitian H1 diterima apabila thitung > ttabel H0diterima apabila thitung < ttabel

xiii

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Pemerintah Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur dpelaksanaan Survei Monitoring Jenis Ikan Terancam Punah, dilindungi/tidak dilindungi (Pari Manta) dapat menjadi masukan

Beberapa responden pada kelompok kontrol yang memiliki pencahayaan tidak memenuhi syarat tetapi tidak menderita penyakit TB paru BTA positif, berdasarkan informasi yang

Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu merancang aplikasi pembuat avatar berbasis Android yang dapat memperkenalkan pakaian adat Nusantara..

Pembangunan konservasi sumber daya air oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Pekanbaru pada anak sungai Siak belum berjalan dengan baik dimana pembangunan konservasi

Dari perhitungan maju dan mundur terdapat 5 kegiatan kritis yaitu suatu kegiatan dengan Tabel Float nya = 0 dan ini berarti kegiatan tersebut harus dilakukan dan

Pada linier yang telah dibicarakan, dimana pengertian toleransi pada ukuran panjang. Sebelum membicarakan masalah toleransi geometri lebih jauh, perlu sekali harus tahu

Pada status gizi TB/U tidak terdapat korelasi dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar ρ value&gt;0,05.Tidak adanya hubungan pada TB/U dengan prestasi belajar

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa penerapan model scramble melalui media gambar dua dimensi untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak pada sentra agama