• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pari Manta (Manta spp.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pari Manta (Manta spp.)"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

Di Perairan KKP Nusa Penida dan

Taman Nasional Komodo

Pari Manta (Manta spp.)

Penulis

Hendra Nurcahyo; Demas Derian Siahaan; Yudisthio Wahyudi; Baiq Ida Purnawati; Nurhamdani; Muhammad Erdi Lazuardi; Marthen Welly; Wira Sanjaya; Intan Edhitya Ridzky; Ina Cahyaningtyas; Constantein Petta

(2)

Di Perairan KKP Nusa Penida dan

Taman Nasional Komodo

Penulis

Hendra Nurcahyo; Demas Derian Siahaan; Yudisthio Wahyudi;

Baiq Ida Purnawati; Nurhamdani; Muhammad Erdi Lazuardi; Marthen Welly; Wira Sanjaya; Intan Edhitya Ridzky; Ina Cahyaningtyas; Constantein Petta

Editor

Ikram M Sangadji; Permana Yudiarso

Penyunting

Iman Wahyudin, Achmad Djaelani

Desain Sampul dan Tata Letak

AA.Gde Candra Wirabrata; Hendra Setiawan

Diterbitkan Oleh

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut

Kementerian Kelautan dan Perikanan

ISBN. 978-602-74431-1-2

Peta Klorofil A

(3)

Kata Pengantar

Kepala BPSPL Denpasar

Ir. Ikram M Sangadji, M.Si

Pari manta merupakan salah satu spesies jenis ikan yang keberadaannya dialam sudah sangat berkurang. Tingginya permintaan terhadap insang pari manta menyebabkan perburuan secara besar-besaran terhadap pari manta. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah melarang pemanfaatan ikan pari manta ini dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 4/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta.

Pari manta  sudah dikategorikan ke dalam Appendiks II CITES dan juga masuk dalam daftar red list IUCN dengan kategori rawan terancam punah (Vulnerable). Kategori ini diberikan kepada jenis yang dikhawatirkan memiliki resiko tinggi terhadap kepunahan di alam. Status ini merupakan “warning” untuk segera melakukan langkah-langkah antisipasi untuk menghindari ancaman kepunahan spesies tersebut.

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Ditjen Pengelolaan Ruang Laut bertugas melakukan pengelolaan jenis ikan terancam punah telah melakukan survei

monitoring jenis ikan terancam punah, dilindungi/tidak dilindungi (pari manta) di perairan KKP Nusa Penida Bali dan di perairan TN Komodo Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2016.

Apresiasi dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada seluruh staf BPSPL Denpasar serta

(4)

Kata Pengantar

iii

Bioekologi

6

Manta ID

24

Kualitas Perairan

129

Latar Belakang

2

Kondisi Habitat

119

Populasi Pari Manta

18

Daftar Isi

iv

………

………

………

………

………

………

………

…………

(5)
(6)
(7)
(8)

LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah perairan yang luasnya mencapai 5,4 juta km2, terkandung keanekaragaman hayati ikan yang tertinggi

Kekhawatiran akan ancaman bahaya kepunahan pari manta ini tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi secara global. Perhatian dunia terhadap kepunahan pari manta melalui IUCN telah

menempatkan pari manta dalam kategori Vulnerable (rawan terancam punah). Kondisi ini pada dasarnya merupakan peringatan bagi Indonesia untuk segera

(9)

adalah segala jenis kegiatan yang berhubungan dengan ekploitasi sumberdaya ikan dan perdagangan pari manta menjadi kegiatan yang dilarang kecuali untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Perkembangan wisata bahari juga mendorong upaya perlindungan pari manta karena spesies tersebut merupakan jenis ikan kharismatik yang menjadi impian para penyelam dunia. Perkembangan wisata bahari dapat menjadi salah satu aternatif yang lebih menguntungkan baik dari sisi ekonomi maupun dari aspek kelestarian sumberdaya pari manta di Indonesia.

Kabupaten Manggarai Barat tepatnya di kawasan TN Komodo. Kawasan tersebut merupakan habitat penting bagi beberapa biota laut yang terancam seperti ikan pari manta. Kekayaan hayati laut dan ekosistemnya memberikan banyak manfaat bagi masyarakat

terutama sektor pariwisata bahari dan perikanan. Upaya pengelolaan dua jenis pari manta ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian pari manta di Indonesia sehingga dapat memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar dan berkesinambungan melalui pengembangan wisata bahari berbasis pari manta.

(10)

1. Bagi Pemerintah Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur dpelaksanaan Survei Monitoring Jenis Ikan Terancam Punah, dilindungi/tidak dilindungi (Pari Manta) dapat menjadi masukan dalam pengelolaan perikanan lintas wilayah mengingat ikan pari manta merupakan salah satu ikan migrasi di wilayah Lesser Sunda, Laut Banda, hingga Raja Ampat, terutama dalam mengurangi ancaman penangkapan untuk tujuan konsumsi/perdagangan.

2. Bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan c.q Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, dapat memberikan masukan penyusunan pengelolaan konservasi jenis Ikan Pari Manta di wilayah Jatim, Bali, NTB, NTT khususnya lokasi dan waktu kemunculan, perilaku pari manta di setiap lokasi dan waktu kemunculan, masukan bagi pengaturan tata perilaku (code of conduct) penyelam dan lokasi penyelaman, perhitungan nilai ekonomis jasa lingkungan (wisata selam) dan manfaat ekonomi ke masyarakat sekitar

3. Bagi pengelola/pelaku wisata selam, pelaksanaan Survei Monitoring Jenis Ikan Terancam Punah,

MANFAAT

Penida Provinsi Bali dan Perairan TN Komodo Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur

2. Memberikan informasi yang diharapkan dapat digunakan untuk konservasi pari manta berupa data distribusi temporal sehingga dapat menjadi dasar untuk pengelolaan ekosistem pari manta

3. Memberikan informasi manfaat ekonomi wisata pari manta sehingga dapat menjadi dasar pengelolaan konservasi pari manta di wilayah tersebut.

(11)
(12)

BIOEKOLOGI

Ikan Pari Manta termasuk dalam famili Mobulidae dan Ordo Myliobatiformes.

Selain famili Mobulidae, dalam Ordo ini beranggotakan Pari Burung/ Eagle Rays (Myliobatidae), dan Pari Elang/ Cownose Rays (Rhinopteridae). Species dari famili Mobulidae kesemuanya merupakan filter feeder, menggunakan mulut dan tapis insangnya untuk menyaring plankton dan ikan-ikan kecil pada kolom air. Secara umum, pari mobula

berukuran lebih kecil dibandingkan pari manta, dan dapat dibedakan dari perbedaan morfologi pada mulut dan cuping kepala. Pari mobula mempunyai ukuran panjang rahang bagian bawah, setengahnya dibandingkan rahang bagian atas, sehingga ketika menutup mulut, ujung rahang bagian bawah posisinya berada lebih ke

belakang dari rahang bagian atas. Sedangkan pari manta, kedua rahangnya berada sejajar.

Filum : Chordata Kelas : Chondrichthyes Sub-Kelas : Elasmobranchii Ordo : Rajiformes Suku : Mobulidae

Marga : Manta (Bancroft, 1829)

Species : Manta birostris (Walbaum, 1792) Nama umum : Pari Manta Oseanik

Species : Manta alfredi (Krefft, 1868) Nama umum : Pari Manta Karang

Nama lokal kedua species: Plampangan, Pari Kerbau (Lombok), Pari Cawang Kalung (Jawa Barat), Sarangah Bulan.

Ciri-ciri morfologi Manta birostris adalah sebagai berikut : a. Bentuk kepala sangat lebar dan memiliki

sepasang cuping yang memanjang di bagian sisi depan kepala.

b. Letak mulut di ujung/terminal.

c. Lebar tubuhnya lebih dari dua kali panjang tubuhnya. Bagian atas tubuh berwarna hitam dengan corak-corak putih yang melintang. d. Ekor tidak memiliki duri sengat, terdapat

tonjolan yang mengeras di belakang sirip punggung.

e. Bagian sekitar mulut berwarna gelap. f. Tidak memiliki bercak hitam di antara celah

insang.

g. Lebar tubuh mencapai 670 cm hingga 910 cm. h. Ukuran yang umum tertangkap sekitar 400 cm

atau lebih, dengan ukuran anakan sekitar 122 – 127 cm.

Ciri-ciri morfologis Manta alfredi adalah sebagai berikut a. Bentuk kepala sangat lebar dan memiliki sepasang

cuping yang memanjang di bagian sisi depan kepala.

b. Letak mulut di ujung/terminal.

c. Lebar tubuhnya lebih dari dua kali panjang tubuhnya. Bagian atas tubuh berwarna hitam dengan corak-corak putih yang melintang.

(13)

pada Manta birostris terdapat tanda warna yang jelas di bagian dorsal (punggung), sedangkan pada Manta

alfredi terdapat gradasi warna. Pada

bagian ventral (perut) Manta birostris tidak terdapat noktah di antara kedua baris insang dan memiliki warna hitam di dekat mulut sementara Manta

alfredi memiliki noktah, diantara kedua

baris insang namun bagian mulut tetap berwarna terang.

Perbedaan Manta alfredi dengan Manta birostris (Sumber Foto : Matinaud 2013)

Perbedaan lainnya adalah pada bagian pangkal ekor Manta birostris terdapat tonjolan tulang belakang sedangkan pada Manta alfredi tidak ada. Pada penampakan sekilas

Manta birostris memilki ukuran relatif

besar, setidaknya memiliki lebar 700 cm dan maksimum 910 cm, sedangkan Manta alfredi kira-kira hanya memiliki lebar 500 cm.

Perbedaan karakteristik antara Manta

birostris dan Manta alfredi Manta birostris

Posisi mulut di ujung

Terdapat Benjolan menonjol pada pangkal ekor Sirip kepala lebar dan besar, dapat direntangkan hingga bertemu di tengah-tengah mulut

Bercak hitam terletak di bawah wilayah perut bagian bawah

Tampak bawah sepanjang bagian tepi sirip dada biasanya berbayang hitam

Warna tapis insang seringkali berwarna hitam seperti

Manta alfredi

Posisi mulut di ujung

Pangkal ekor rata, tidak terdapat benjolan

Sirip kepala lebar dan besar, dapat direntangkan hingga bertemu di tengahtengah mulut

Seringkali ditemukan bercak hitam terletak diantara celah insang

Terdapat bercak hitam yang tersebar di sepanjang bagian ujung tepi sirip dada ke arah bagian perut Bagian dalam diantara mulut dan sirip kepala seringkali

(14)

merupakan jenis ikan peruaya, melakukan migrasi hingga ratusan kilometer (antar negara). Merupakan ikan pelagis yang terdistribusi secara luas, menghuni perairan tropis, subtropis, dan temperata. Sebarannya di Indonesia

mencakup perairan Samudera Hindia, Laut Cina Selatan dan sekitarnya. Manta alfredi hanya dijumpai di perairan tropis dan subtropis, diperkirakan memiliki home range yang lebih kecil, memiliki pola pergerakan yang filopatrik, dan jarak migrasi musiman yang lebih pendek

Umum ditemukan di perairan karang, gosong karang atau di dekat gunung-gunung karang. Di Indonesia sering ditemukan di perairan karang yang masih relatif baik dan belum banyak terganggu oleh aktivitas penangkapan, mulai dari perairan barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara, timur Kalimantan, Laut Cina Selatan, Laut Banda, perairan Sulawesi, Maluku dan Papua. Sedangkan pari manta yang dilihat sebagai objek wisata terdapat di KKP Nusa Penida, Taman Nasional Komodo, Selat Dampier - Kepulauan Raja Ampat, dan Kepulauan Derawan.

manta di perairan TN Komodo dengan lokasi lainnya di Indonesia. Germanov et al (2014), menyebutkan bahwa Manta melakukan

pergerakan dari Perairan Nusa Penida ke Perairan Pulau Gili di (Nusa Tenggara Barat) dan sampai di Perairan Taman Nasional komodo di Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur. Melalui Foto ID tercatat terdapat 5 individu yang sama ditemukan di ketiga lokasi tersebut. Sama seperti Marshall (2014), beberapa individu yang teridentifikasi ini juga terlihat di perairan TN Komodo. Sehingga penting untuk mengelola koridor antara Perairan Manggarai Barat (TN Komodo) hingga KKP Nusa Penida Bali dalam konteks pengelolaan kawasan Lesser Sunda

(15)

HABITAT UTAMA

Pari manta jantan mencapai kematangan pada lebar disk minimal 4 meter atau sekitar enam tahun,

sementara betina dewasa pada lebar disk 5 meter. Betina dengan lebar disc dari 4,3 m sampai 4,6 m yang terkandung embrio dalam rahim dan jantan dengan disk lebar 3,5 m adalah immature. Selama kopulasi manta jantan menggigit sirip dada dari betina sebelum menyelaraskan diri, perut ke perut, dan memasukkan satu clasper ke kloaka betina. Pari manta berkembang biak dengan ovovivipar dengan lahirnya satu janin selama musim kawin. Telah ditemukan bahwa dalam jangka waktu 6-7 tahun, terlahir 3 ekor. Embrio telah terbukti mencapai 130 cm lebar disk dan berat 9 kg atau lebih. Nifas terjadi dalam air relatif dangkal di mana manta muda tetap selama beberapa tahun sebelum menjelajahi perairan yang lebih luas (Widodo, 2005; Homma, 1997; Bigelow, 1953).

Secara keseluruhan, Manta alfredi memiliki karakteristik reproduksi yang sama dengan Manta birostris, yaitu tingkat fekunditas rendah (hanya 1 anakan, 2 anakan walaupun sangat jarang), periode reproduksi 2—5 tahun dengan masa kehamilan 12—13 bulan. Manta betina hanya dapat melahirkan 5—15 anakan selama hidupnya. Oleh karena itu, populasi Manta rentan terhadap kepunahan dan sangat sulit untuk pulih apabila mengalami penurunan jumlah. Kemungkinan sukses dari proses rekolonisasi kecil

dengan ukuran maksimum 670—910 cm (DW). Usia kedewasaan diperoleh ketika ikan ini berumur 6—15 tahun. Seekor Manta birostris betina mempunyai tingkat fekunditas yang rendah, yaitu satu anakan, terkadang 2 anakan meskipun sangat jarang, dengan periode kehamilan 12—13 bulan. Tingkat fekunditas ini merupakan yang paling rendah di antara sub kelas Elasmobranchii. Periode reproduksi

Manta birostris yaitu 2—5 tahun dengan generation

time berkisar 24—25 tahun.

Karakteristik Life History Usia dewasa Ukuran anakan Ukuran dewasa Ukuran maksimum Maksimum lifespan Manta alfredi 6-15 tahun 182 – 192 cm DW 270-300 cm (jantan) 370-390 cm (betina) 500 cm sekitar 40 tahun Manta birostris 6-15 tahun 122-127 cm DW 360-360 cm DW (jantan) 380-410 cm DW (betina) 670-910 cm Sekitar 40 tahun No A

(16)

A. Berenang

Ikan pari manta sanggup berenang ratusan kilometer dan dikategorikan sebagai ikan pelagis. Melalui foto ID terbukti bahwa individu pari manta yang sama ditemukan di Nusa Penida dan Taman Nasional Komodo (Lazuardi, dkk. 2015). Ikan pari manta terkadang ditempeli ikan remora ataupun diikuti oleh ikan pelagis lainnya yang berenang di bawahnya seperti ikan kuwe (Caranx spp.). Ini menunjukkan hubungan simbiosis komensalisme di mana ikan remora dan ikan kuwe mendapat perlindungan atau bahkan transportasi gratis (ikan remora yang menempel), sedangkan ikan pari manta tidak dirugikan. Perilaku berenang pari manta dilakukan sendiri (solitaire) maupun dalam kelompok (schooling). Cara berenang adalah menggerakkan kedua sirip samping (pectoral fins) ke atas dan ke bawah seperti sayap burung. Sedangkan chepalic fins atau cuping kepala salah satunya berfungsi untuk bermanufer. B. Loncat di atas permukaan air

Banyak pendapat mengenai perilaku biota laut besar yang loncat ke atas permukaan air. Ada yang berpendapat bahwa ini adalah untuk menghilangkan parasit pada permukaan tubuhnya.

Manta birostris terlihat lebih soliter dibandingkan

dengan Manta alfredi, namun Manta birostris seringkali terlihat melakukan agregasi dalam jumlah besar untuk makan, kawin, atau untuk

“membersihkan diri”. Perilaku ikan pari manta meliputi berenang, loncat di atas permukaan air, berdiam diri di suatu tempat untuk membersihkan diri, dan membuka mulut serta insang ketika mencari makan.

F. Membersihkan diri (cleaning)

Ini adalah perilaku di mana pari manta berdiam diri di suatu tempat untuk membiarkan ikan-ikan kecil memakan parasit atau kulit mati di seluruh tubuhnya, dalam mulut dan insang mereka. Posisi badan agak

(17)

KONSERVASI MANTA

Peraturan - peraturan yang menjadi landasan perlindungan terhadap sumberdaya ikan adalah :

1. Undang - Undang No 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang - Undang No 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 7 ayat (1) huruf u, menteri menetapkan jenis ikan dilindungi dan pasal 7 ayat (6), Menteri menetapkan jenis ikan yang

dilindungi dan KKP untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, pariwisata, dan/atau kelestarian SDI dan/atau lingkungannya.

2. Undang - Undang No 31 tahun 2004 tentang perikanan pada pasal 13 ayat (1) dalam rangka pengelolaan sumberdaya ikan, dilakukan upaya konservasi ekosistem, konservasi jenis ikan, dan konservasi genetik.

3. Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2007 tentang Konservasi Sumberdaya Ikan pada pasal 21, 22, 30 dan pasal 35 mengamanatkan bahwa :

a. Pasal 21, konservasi jenis ikan dilakukan dengan tujuan : (i) melindungi jenis ikan yang terancam punah; (ii) mempertahankan keanekaragaman jenis ikan; (iii) Pemerintah telah menetapkan dua jenis pari

manta, yaitu pari manta karang (Manta alfredi) dan pari manta oseanik (Manta birostris), sebagai ikan yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor. 4/KEPMEN-KP/2014 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Pari Manta. Penetapan status perlindungan pari manta ini mengacu pada kriteria jenis ikan yang dilindungi seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, diantaranya adalah: populasinya rawan terancam punah, masuk dalam kategori biota langka, telah terjadi penurunan jumlah populasi ikan di alam secara drastis, dan/atau tingkat kemampuan reproduksi yang rendah.

(18)
(19)

METODE PELAKSANAAN

Secara umum, metode pengambilan data mengacu pada Pedoman Pendataan dan Survei Populasi Pari Manta (Manta alfredi dan Manta Birostris) yang dikeluarkan oleh Direktorat Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan (Dit.KKJI) Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2015. Metode yang digunakan dalam

Survei dengan menggunakan Foto Identification (Foto

ID) yaitu dengan mengambil foto (gambar) dari pari

manta, khususnya di bagian perut (dorsal). Tujuannya untuk mengidentifikasi jenisnya berdasarkan ciri-ciri berupa bercak dan motif sebagai identitas untuk masing-masing pari manta. Foto ID digunakan tidak

(20)

Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memang merupakan habitat dari pari manta, dimana pada lokasi yang dipilih sering ditemui kemunculan dari pari manta ini. Informasi dari dive

master juga sangat berperan untuk menentukan lokasi

survei.

Lokasi dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi

musim pancaroba. Musim pancaroba berkisar antara bulan Maret sampai bulan Juni atau bulan September sampai bulan November. Selain itu, kita juga harus memperhitungkan waktu kemunculan pari manta di lokasi-lokasi penyelaman.

(21)

No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Lokasi Manta Alley Karang Makasar Short Gun Pink Beach Tatawa Besar Mauwan Koordinat S 08.73757, E 119.41254 S 08.54331, E 119.59879 S 08.45945, E 119.56074 S 08.60139, E 119.51959 S 08.50959, E 119.64159 S 08.55627, E 119.63250

(22)

dikumpulkan kemudian di analisis untuk memperoleh parameter-parameter yang dibutuhkan untuk menghitung populasi dan sediaan pari manta dalam suatu zona wilayah perairan yang ditetapkan untuk dikaji. Terdapat 3 metode analisis yang digunakan dalam data pada kegiatan ini yaitu :

Secara umum gambar bawah air menunjukkan variasi yang sangat besar dalam proses pencahayaan.

Tergantung pada faktor seperti kedalaman, visibilitas perairan, penggunaan flash, dan posisi relatif matahari. Posisi Manta biasanya membelakangi sinar matahari yang menyebabkan silau dan "efek korona". Faktor ini menyebabkan kualitas gambar rendah, kontras rendah, pencahayaan seragam, kabur, warna kurang terlihat, dan noise. Sehingga diperlukan peningkatan kualitas gambar seperti yang disampaikan Marshall A, et all (2013) melalui penyesuaian warna. Penyesuaian warna yang dilakukan pada proses identifikasi dengan

Analisis

Individu Manta

Tiap individu dari Pari Manta memiliki pola unik bintik-bintik hitam pada permukaan ventral. Pola ini sama seperti sidik jari pada manusia, berbeda untuk tiap individu. Pola dari bintik hitam ini dijadikan sebagai penanda untuk mengidentifikasi individu. Selain itu, photo ID juga dapat menunjukan jenis kelamin hewan tersebut yang dapat

digunakan untuk menghitung proporsi jantan dan betina dalam satu populasi. Sebuah photo ID yang baik memperlihatkan seluruh permukaan

ventral Pari Manta (DitKKJI,2015).

Terdapat beberapa tools atau aplikasi yang dapat digunakan untuk

melakukan identifikasi individu pari manta diantaranya adalah Interactive

Individual Identification System (I3S)

(Speed CW et all, 200&);

Scale-Invariant Feature Transform (SIFT) algorithm; dan mantamatcher (Town

Analisis data kuantitatif adalah pengolahan data dengan kaidah-kaidah matematik terhadap data angka atau numerik. Angka dapat merupakan representasi dari suatu kuantitas maupun angka sebagai hasil konversi dari suatu kualitas, yakni data kualitatif yang dikuantifikasikan.

Analisis

Kuantitatif

Analisis

Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis statistik yang menjelaskan atau memaparkan data hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Analisis ini (A) Gambar awal; (B) Gambar telah dilakukan proses penyesuaian;

(C) Panel pada aplikasi preview macbookpro

(23)
(24)

POPULASI

PERAIRAN KKP NUSA PENIDA

Dari 3939 foto underwater yang dikumpulkan selama survei monitoring berlangsung, berhasil didapatkan 567 foto manta. Selanjutnya didentifikasi kembali sehingga didapatkan 69 foto yang telah terkonfirmasi. Dari 69 foto yang telah dikonfirmasi dilakukan identifikasi dengan pengecekan silang pada lokasi survei didapatkan 61 individu manta dengan perincian proses sebagai

Site Manta Point Baru Manta Point Lama Manta BPSPL Point Teridentifikasi 92 357 118 Terkonfirmasi 12 46 7 Individu 61

Germanov et al (2014) menyebutkan bahwa sebanyak 820 individu Manta alfredi berhasil teridentifikasi di perairan Indonesia selama periode 2006 - 2014. Ukuran populasi global keduanya masih belum diketahui secara pasti, namun populasi regional telah dapat diestimasi jumlahnya. Manta birostris diyakini terdistribusi dalam jumlah yang kecil. Jumlah maksimum dari populasi regional Manta birostris yang pernah ditemukan yaitu 180—650 individu. Jumlah populasi regional dari Manta alfredi juga tidak banyak, yaitu berkisar 100—700 individu (Dit KKJI, 2015).

Survei BPSPL Denpasar pada bulan Oktober 2015 berhasil mengidentifikasi sebanyak 61 individu. Dengan didukung waktu dan sumberdaya manusia yang tepat pada saat survei, jumlah ini dapat menggambarkan populasi secara temporal di Nusa Penida.

(25)

Foto ID Lokasi Spesies Kelamin Tanggal MBP MBP MBP MBP MBP MPL MPL MPL MPL MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta birostris Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta birostris Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi B J B U B U B B J B J J J J B J B J B 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 3 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 IDP0043A IDP0044A IDP0045A IDP0046A IDP0047A IDP0048B IDP0049A IDP0050A IDP0051A IDP0052B IDP0053A IDP0054A IDP0055A IDP0056A IDP0057A IDP0058A IDP0059A IDP0060A IDP0061A

Ket : J (Jantan); B (Betina); U (Tidak teridentifikasi) Foto ID IDP0001B IDP0002B IDP0003A IDP0004A IDP0005A IDP0006A IDP0007A IDP0008A IDP0009A IDP0010A IDP0011A IDP0012A IDP0013A IDP0014A IDP0015A IDP0016A IDP0017A IDP0018A IDP0019A IDP0020A IDP0021A IDP0022A IDP0023A IDP0024A IDP0025A IDP0026A IDP0027A IDP0028A IDP0029A IDP0030A IDP0031A IDP0032A Lokasi MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL MPL Spesies Manta birostris Manta birostris Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Kelamin J J B J B B J U B J J J U B U J B J B B J U J U U B B B B B B B Tanggal 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 1 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015

(26)

survei berlangsung, berhasil didapatkan 286 foto manta. Selanjutnya didentifikasi kembali sehingga didapatkan 35 foto yang telah terkonfirmasi. Dari 35 foto yang telah dikonfirmasi dilakukan identifikasi dengan pengecekan silang pada lokasi survei didapatkan 31 individu manta dengan perincian proses sebagai berikut :

Site Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar Teridentifikasi 92 357 0 118 0 0 Terkonfirmasi 12 46 0 7 0 0 Individu 31

Perbandingan Manta alfredi dan Manta birostris

IDK0063A IDK0064A IDK0065A IDK0066A IDK0067A IDK0068A IDK0069B IDK0070A IDK0071A IDK0072A IDK0073A IDK0074A IDK0075A IDK0076A IDK0077A IDK0078A IDK0079A IDK0080A IDK0081A IDK0082A IDK0083A IDK0084A IDK0085A IDK0086A IDK0087A IDK0088A IDK0089A IDK0090A IDK0091A IDK0092A 17 Nov 2015 17 Nov 2015 17 Nov 2015 17 Nov 2015 17 Nov 2015 17 Nov 2015 19 Nov 2015 19 Nov 2015 19 Nov 2015 19 Nov 2015 19 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 17 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 18 Nov 2015 20 Nov 2015 20 Nov 2015 20 Nov 2015 20 Nov 2015 MA MA MA MA MA MA MA MA MA MA MA MW MW MW MW MW MW MW MW MW MW KM KM KM KM KM KM KM KM KM Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta birostris Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi Manta alfredi B J J B B J B J J B B B B B B J J J B U B B B J B U B J U U

Monitoring BPSPL Denpasar pada bulan November 2015 berhasil mengidentifikasi sebanyak 31 individu. Dengan

(27)

DISTRIBUSI TEMPORAL

PERAIRAN KKP NUSA PENIDA

Migrasi Manta birostris di Nusa Penida

Foto ID IDP0002B IDP0048B MPB 4 Okt 2015 4 Okt 2015 MPL 1 Okt 2015 3 Okt 2015 MBP -Jarak 11,94 km 11,94 km IDP0002B di MPL IDP0002B di MPB

Migrasi Manta alfredi di Nusa Penida Foto ID IDP0003A IDP0019A IDP0022A IDP0036A IDP0038A MPB -4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015 4 Okt 2015

MPB (Manta Point Baru); MPL (Manta Point Lama; MBP (Manta BPSPL Point) MPL 1 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 2 Okt 2015 MBP 3 Okt 2015 -Jarak 2,48 km 11,94 km 11,94 km 11,94 km 11,94 km MPB (Manta Point Baru); MPL (Manta Point Lama;

MBP (Manta BPSPL Point)

(28)

Terdapat 5 individu manta yang sama ditemukan di lokasi yang berbeda yaitu manta IDP0003A ditemukan di Manta Point Lama (MPL) pada 1 Oktober 2015 dan ditemukan kembali di Manta BPSPL Point (MBP) pada 3 Oktober 2015. Jarak kedua lokasi tersebut 2.48 km. Manta IDP0019A, IDP0022A, IDP0036A, IDP0038A di temukan di Manta Point Lama (MPL) pada 2 Oktober 2015 dan ditemukan kembali di Manta Point Baru (MPB) pada 4 Oktober 2015. Hal ini membuktikan bahwa Manta Point Lama (MPL), Manta Point Baru (MPB) dan Manta BPSPL Point (MPL) merupakan ekosistem manta yang saling terhubung

IDP0038A di MPL IDP0038A di MPB IDP0036A di MPL IDP0036A di MPB

berpindah ke wilayah satu ke wilayah lainnya. Berikut pergerakan temporal manta di perairan TN Komodo

Migrasi Manta alfredi di Perairan TN Komodo Dalam rentang waktu monitoring, tidak ditemukan manta yang sama/identik di lokasi yang berbeda. Hal ini menandakan bahwa dalam rentang waktu monitoring, manta berada di lokasi yang sama. Manta masih menetap di satu lokasi.

(29)

CLEANING & FEEDING

STATION

Manta alfredi diprediksi berkumpul atau teragregat dalam

suatu lokasi ada keterkaitan dengan keberadaan makanan, sirkulasi pola arus, suhu perairan, perilaku kawin dan kunjungan ke cleaning station (Anderson, Adam & Goes, 2011). Data sebelumnya menyebutkan bahwa distribusi pari manta di KKP Nusa Penida terkonsentrasi di pesisir selatan Pulau Nusa Penida dimulai dari Small Manta Bay hingga Manta Point. Di pesisir utara dari Pulau Nusa Lembongan hingga Pulau Nusa Penida terkadang pari manta dijumpai, namun hanya melintas. Lokasi

Karang Makasar dan Manta Alley merupakan

cleaning station. Namun secara umum lokasi cleaning station juga merupakan lokasi Feeding Station. Tingkah laku ikan pari manta di daerah

ini adalah berenang pelan, membuka mulut untuk menyaring makanan dan atau diam sambil membiarkan ikan-ikan kecil membersihkan permukaan tubuh mereka. Karang Makassar adalah salah satu dari

(30)
(31)

IDP0001B

M

ANT

Spesies : Manta birostris Kelamin : Jantan

(32)

Kelamin : Jantan

(33)

IDP0003A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(34)

Kelamin : Jantan

(35)

IDP0005A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(36)

Kelamin : Betina

(37)

IDP0007A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(38)

Kelamin : Tidak Teridentifikasi Lokasi ; Manta Point Lama

(39)

IDP0009A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(40)

Kelamin : Jantan

(41)

IDP0011A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(42)

Kelamin : Jantan

(43)

IDP0013A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Tidak Teridentifikasi

(44)

Kelamin : Betina

(45)

IDP0015A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Tidak Teridentifikasi

(46)

Kelamin : Jantan

(47)

IDP0017A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(48)

Kelamin : Jantan

(49)

IDP0019A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(50)

Kelamin : Betina

(51)

IDP0021A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(52)

Kelamin : Tidak Teridentifikasi Lokasi ; Manta Point Lama

(53)

IDP0023A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(54)

Kelamin : Betina

(55)

IDP0025A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(56)

Kelamin : Betina

(57)

IDP0027A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(58)

Kelamin : Betina

(59)

IDP0029A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(60)

Kelamin : Betina

(61)

IDP0031A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(62)

Kelamin : Betina

(63)

IDP0033A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(64)

Kelamin : Betina

(65)

IDP0035A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Tidak Teridentifikasi

(66)

Kelamin : Betina

(67)

IDP0037A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : betina

(68)

Kelamin : Tidak Teridentifikasi Lokasi ; Manta Point Lama

(69)

IDP0039A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(70)

Kelamin : Betina

(71)

IDP0041A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(72)

Kelamin : Betina

(73)

IDP0043A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(74)

Kelamin : Janta

(75)

IDP0045A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(76)

Kelamin : Tidak Teridentifikasi Lokasi ; Manta BPSPL Point

(77)

IDP0047A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(78)

Kelamin : Tidak Teridentifikasi Lokasi ; Manta Point Lama

(79)

IDP0049A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(80)

Kelamin : Betina

(81)

IDP0051A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(82)

Kelamin : Betina

(83)

IDP0053A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(84)

Kelamin : Jantan

(85)

IDP0055A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(86)

Kelamin : Jantan

(87)

IDP0057A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(88)

Kelamin : Jantan

(89)

IDP0059A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(90)

Kelamin : Jantan

(91)

IDP0061A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(92)
(93)

IDK0062B

M

ANT

Spesies : Manta birostris Kelamin : Jantan

(94)

Kelamin : Betina Lokasi ; Manta Alley

(95)

IDK0064A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(96)

Kelamin : Jantan Lokasi ; Manta Alley

(97)

IDK0066A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(98)

Kelamin : Betina Lokasi ; Manta Alley

(99)

IDK0068A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(100)

Kelamin : Betina Lokasi ; Manta Alley

(101)

IDK0070A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(102)

Kelamin : Jantan Lokasi ; Manta Alley

(103)

IDK0072A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(104)

Kelamin : Betina Lokasi ; Manta Alley

(105)

IDK0074A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(106)
(107)

IDK0076A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(108)
(109)

IDK0078A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(110)
(111)

IDK0080A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(112)
(113)

IDK0082A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Tidak Teridentifikasi

(114)
(115)

IDK0084A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Betina

(116)
(117)

IDK0086A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(118)
(119)

IDK0088A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Tidak Teridentifikasi

(120)
(121)

IDK0090A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Jantan

(122)
(123)

IDK0092A

M

ANT

Spesies : Manta alfredi Kelamin : Tidak Teridentifikasi

(124)
(125)

KONDISI HABITAT

PERAIRAN KKP NUSA PENIDA

Manta Point terletak di pesisir selatan Pulau Nusa Penida. Karakter pantai merupakan tebing karang curam dengan sedikit vegetasi pada lereng yang relatif lebih landai. Ketinggian tebing berfariasi dari 20 hingga 120 m. Lokasi ini merupakan cleaning sekaligus

feeding station (Lazuardi, Welly, Sanjaya,

Bassett dkk., 2015).

Manta Point Lama (MPL)

Cleaning station berupa bukit karang

dengan ketinggian 5 m, dihitung dari dasar substrat kedalaman 10 m hingga puncak karang pada kedalaman 5 m, terhitung pada saat antara pasang tertinggi dan terendah. Tutupan karang relatif didominasi oleh karang lunak dengan tutupan sebesar 40,3% dan karang keras sebesar 16,3% (Lazuardi, Sanjaya & Welly, 2014). Komposisi substrat lainnya berupa 19.7% rock dan coralline algae, 21.0% berupa pasir dan patahan karang. Lokasi ini termasuk dalam daerah up-welling dimana massa air dari laut dalam terangkat ke atas dengan membawa nutrient dan suhu perairan yang lebih dingin. Terdapat juga arus di sepanjang pesisir tersebut dari arah timur atau sebaliknya dari barat. Kombinasi pola arus tersebut termasuk disukai oleh ikan pari manta.

(126)

Terdapat dua teluk yang bisa disebut Small Manta Bay dan Big Manta Bay. Karakter pantai merupakan tebing karang curam dengan sedikit vegetasi pada lereng yang relatif lebih landai. Ketinggian tebing berfariasi dari 7 hingga 20 m. Lokasi ini merupakan feeding station (Lazuardi, Welly, Sanjaya, Bassett dkk., 2015). Dasar perairan relatif flat atau rata dengan kedalaman 8 – 10 m. Posisi ikan pari manta berada sepanjang tebing dengan berenang

mendekati permukaan air.

Tutupan karang relatif didominasi oleh karang keras dengan tutupan sebesar 60,3% dan karang lunak sebesar 21.0% (Lazuardi, Sanjaya & Welly, 2015). Komposisi substrat lainnya berupa 18.0% rock. Lokasi ini juga termasuk dalam daerah up-welling dan arus di sepanjang pesisir dari arah timur atau sebaliknya dari barat. Namun demikian dalam kedua teluk tersebut relatif tidak berarus.

(127)

Karena sepanjang pesisir selatan Pulau Nusa Penida merupakan koridor perlintasan ikan pari manta, maka dalam survey ini juga dilakukan observasi dari atas speedboat dimana ikan pari manta terlihat berkelompok. Observasi mencatat di sebuah lokasi timur Manta Point yang diberi nama Manta BPSPL Point. Karakter pantai merupakan tebing karang curam dengan sedikit vegetasi pada lereng yang relatif lebih landai. Ketinggian tebing berfariasi dari 40 hingga 100 m. Sama halnya dengan Manta Point dan Manta Point Baru, lokasi ini juga termasuk dalam daerah

up-welling dan arus di

sepanjang pesisir dari arah timur atau sebaliknya dari barat.

Sketsa karakter Manta BPSPL Point, KKP Nusa Penida

Lokasi ini diduga merupakan merupakan feeding station dan kemungkinan cleaning station. Ikan pari manta terkonsentarasi mendekati tebing dan pecahan gelombang sehingga jarak pandang di dalam perairan berkisar 2 – 5 m. Substrat dasar berupa rock dan pasir berselang seling. Terdapat beberapa gundukan atau bukit rock di bawah perairan dengan kontur dasar perairan flat hingga landai.

(128)

Manta Alley merupakan sebuah pulau kecil di ujung selatan Pulau Komodo. Manta Alley tidak berpenghuni dan merupakan pulau karst berbukit rendah dengan vegetasi ilalang. Pulau ini memanjang dari selatan ke utara dengan panjang kurang lebih 450 m dan lebar 200 m. Posisi di sebelah timur relatif mencekung seperti teluk, sedangkan di sebelah barat menonjol di bagian tengah sehingga membentuk teluk di sisi barat daya dan barat lautnya. Kontur dasar perairan curam dan di beberapa titik terdapat kontur tegak lurus (drop-off/ wall). Tutupan karang hidup dalam kondisi bagus (>50%) dengan kelimpahan ikan karang relatif padat, terutama untuk ikan kecil (< 30 cm). Perairan relatif jernih dengan Sketsa Karakter Manta Alley

(129)

Karang Makassar merupakan patch reef atau terumbu karang takad/gosong di timur Pulau Komodo. Takad ini juga relatif seperti barrier reef atau terumbu karang penghalang karena posisinya yang memanjang dari selatan ke utara dengan panjang hingga 4.3 km dan lebar 1 km. Lokasi ini merupakan dua takad yang dipisahkan oleh selat sempit dengan lebar 300 m. Kedua takad ini mempunyai lagoon di tengahnya, sedangkan takad bagian utara mempunyai dua pulau pasir di ujung selatannya. Kontur Karang Makassar relatif rata atau flat di atasnya dan melandai hingga curam pada sisi-sisinya. Rataan atas Karang Makassar mempunyai kedalaman kurang lebih 10 m. Sebagian besar rataan ini berupa

(130)

sempit antara ujung Pulau Gili Lawa laut (utara) dan ujung Pulau Gili Lawa Darat (selatan) dengan lebar selat 130 m. Lokasi ini berada di ujung utara Pulau Komodo. Dinamakan shotgun karena arus kuat di tengah selat tersebut yang memuntahkan para diver yang melakukan

drift dive keluar selat. Drift dive

bisa dilakukan dari sisi timur ataupun barat selat, tergantung dari arah arus yang ada. Karena berada di dua ujung pulau, selat tersebut hanya memili panjang sekitar 300. Dari 300 m panjang selat tersebut, sensasi arus kuat saat drift dive hanya sekitar 100 m yang berada tepat di tengah selat. Namun penyelam harus hati-hati agar tidak terlempar ke luar selat namun menjauhi kontur dasar pulau yang berakibat terkena arus ke dalam atau muncul di tengah perairan yang tidak terpantau boat penyelam.

Kontur dasar kedua ujung pulau yang membentuk selat tersebut adalah curam hingga drop-off, sedangkan di tengah selat berupa seperti pelana kuda dengan kedalaman sekitar 20 m. Substrat dasar sebagian besar berpasir dengan karang patchy atau terpisah-pisah. Kelimpahan ikan relatif padat dan banyak dijumpai

schooling (kelompok) ikan besar yang

bermain di arus seperti giant trevally,

snapper, naso dan kyphosus. Perairan

relatif jernih dengan kecerahan horizontal 15 m. Pada waktu pengamatan tidak dijumpai ikan pari manta, namun dari pemandu selam mengatakan kadang-kadang ikan pari manta melintasi selat tersebut sehingga perlu juga untuk dilakukan pengamatan.

(131)

Pulau Mawan merupakan pulau pasir putih dan karst yang landai dengan vegetasi rendah meliputi savanna ilalang di tengahnya dan sentigi di sebagian pantainya (sebelah timur). Pulau yang berada di timur Karang Makassar ini juga tidak berpenghuni. Pulau ini memanjang dari tenggara ke arah barat laut dengan panjang sekitar 750 m dan lebar 250 m. Kontur dasar landai di dangkalan 3 m, dan lebih dalam mulai curam dengan substrat Sketsa Karakter Mawan

(132)

yang berwarna putih kemerahan karena serpihan dari karang pipa (Tubipora). Lokasi ini berada di sisi timur Pulau Komodo, tepatnya di selatan tanjung Loh Liang dan hanya memiliki panjang pantai sekitar 200 m. Ujung selatan dan utara pantai ditandai dengan bukit batuan karst yang menjorok ke pantai. Pink beach merupakan salah satu destinasi wisata pantai dan snorkeling. Kontur dasar landai hingga curam dengan substrat karang hidup dan rubble hingga kedalaman 20 m. Di sisi utara merupakan substrat berpasir. Pada perairan yang lebih dangkal antara substrat karang dan substrat berpasir dijumpai banyak bambu laut pada kedalaman sekitar 10 hingga 5 m.

Pengamatan dilakukan dari ujung selatan pantai hingga utara pada kedalaman 5 hingga 20 m dengan kecerahan perairan relatif rendah di bawah 10 m. Sayangnya tidak dijumpai ikan pari manta pada waktu pengamatan

(133)

Pulau Tatawa Besar merupakan pulau tebing karst yang rendah di sisi barat laut hingga utara, dengan vegetasi savanna ilalang di tengahnya, teluk berhutan mangrove di sisi timur hingga selatan, dan pantai pasir putih di sisi timur laut dan barat daya. Terdapat lagoon di depan hutan mangrove tersebut. Pulau yang tidak berpenghuni ini berada di utara Pulau Mawan dan timur laut Karang Makassar. Pulau ini berbentuk oval yang melonjong dari selatan ke utara dengan panjang sekitar 1.4 km dan lebar 1 km.

Kontur dasar landai di dangkalan 5 m dan lebih dalam mulai curam dengan substrat sebagian rock di dangkalan dan tutupan karang hidup relatif sedang di lerengnya. Perairan relatif jernih dengan kecerahan horizontal 15 m. Pulau Tatawa Besar pada bagian utara cenderung berarus kencang. Pengamatan dilakukan di sisi barat laut dengan mengikuti arus pada kedalaman 20 hingga 5 m. Sayangnya tidak dijumpai ikan pari manta pada waktu pengamatan dalam air. Namun menurut pemandu selam, daerah tersebut memang merupakan perlintasan ikan pari manta. Hal ini dibuktikan bahwa tim survey melihat dari atas speedboat ikan pari manta yang melintas. Sehingga bisa diduga kuat bahwa Pulau Tatawa Besar merupakan feeding ground dan perlu dilakukan pengamatan.

(134)
(135)

KUALITAS PERAIRAN

Klorofil A

Klorofil merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas primer di laut. Sebaran dan tinggi rendahnya konsentrasi klorofil-a sangat terkait dengan kondisi oseanografi suatu perairan. Beberapa parameter fisika kimia yang mempengaruhi sebaran klorofil-a adalah intensitas cahaya dan nutrien. Perbedaan parameter tersebut menjadi penyebab bervariasinya

produktivitas primer di beberapa tempat di laut (Samawi, 2007).

Konsentrasi Klorofil-a Perairan KKP Nusa Penida dari citra MODIS Klorofil a erat hubungannya dengan

keberadaan fitoplankton. Fitoplankton dikenal sebagai tumbuhan yang mengandung pigmen klorofil sehingga mampu melakukan reaksi fotosintesis. Keberadaan fitoplankton pada suatu daerah berkaitan erat dengan besar kecilnya kandungan klorofil yang berada di daerah tersebut. Secara horizontal kandungan klorofil-a lebih banyak ditemukan pada lapisan permukaan yang berada dekat dengan daratan dimana semakin menuju laut maka kandungan klorofil-a semakin rendah karena daratan banyak memberi masukan nutien kedalam perairan. Hal ini

menyebabkan suburnya perairan yang akhirnya akan bermanfaat bagi fitoplankton untuk melakukan aktivitas fotosintesis. Konsentrasi klorofil-a pada saat survei dilakukan menunjukkan konsentrasi yang tinggi. Lokasi tersebut kaya akan nutrien

(136)

Indonesia adalah adanya angin monsun. Pada bulan musim peralihan II (September-Oktober- November), pH perairan Indonesia cenderung lebih rendah karena adanya pengaruh angin monsun yang mulai berhembus dari Asia ke Australia. Angin monsun ini menyebabkan transport massa air laut dari Laut Cina Selatan yang memiliki pH yang rendah, kurang dari 8, ke perairan Indonesia (Doney, 2006). Angin monsun digerakkan oleh perubahan tekanan secara bergantian di Benua Asia dan Benua Australia akibat perbedaan posisi matahari sepanjang tahun. Angin monsun ini merupakan salah satu pembangkit arus dominan yang mampu menggerakkan massa air yang terjadi di permukaan perairan Indonesia. Monsun yang dialami perairan Indonesia yaitu monsun barat, yang terjadi di bulan Desember, Januari, dan Februari serta monsun timur yang terjadi di bulan Juni, Juli, dan Agustus. Adanya angin monsun tersebut walaupun tidak berpengaruh secara langsung terhadap nilai pH, namun dapat menyebabkan variabilitas nilai pH di permukaan air karena mampu menghasilkan transpor massa air laut dari suatu perairan ke perairan lain (BPOL, 2011).

Selain angin monsun, menurut Nybakken (2000), faktor utama yang mempengaruhi tingkat keasaman air laut di daerah pesisir adalah aktivitas fitoplankton dan

tumbuhan air, aliran yang berasal dari darat, pasang-surut dan cuaca yang mempengaruhi fluktuasi kimiawi perairan. Aktivitas fitoplankton dan tumbuhan air yang melibatkan CO2 dapat mempengaruhi keasaman perairan. Di wilayah Nusa Penida, tidak ada aliran sungai besar yang masuk ke perairannya dan run off dari perbukitan di sekitarnya juga tidak besar karena sebagian besar daratannya berupa tanah bebatuan keras, sehingga relatif tidak mempengaruhi sebaran nilai pHnya. Dinamika pasang-surut air laut sangat mempengaruhi

Site Manta Point Lama

Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar BML 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 7 - 8,5 pH 8.22 8.20 8.23 8.33 8.33 8.37 8.31 8.35 8.34

Secara umum, pH hasil pengukuran di site monitoting manta menunjukan hasil yang sesuai dengan rentang baku mutu lingkungan. pH berpengaruh secara langsung terdapat proses penyediaan makanan pada suatu ekosistem di perairan. Tingginya pH secara nyata disebabkan oleh masuknya CO2 ke perairan yang mempengaruhi respon fisik pada ikan, proses fotosintesis organisme laut, serta menghambat proses calsifikasi atau pengkapuran pada terumbu karang serta organisme lainnya. Tinggi pH dalam jangka pendek akan mempengaruhi fungsi pernafasan, peredaran darah, pertumbuhan dan reproduksi pada ikan (Guinotte JM, 2008). Derajat keasaman (pH) memiliki peranan yang penting untuk kondisi lingkungan perairan. Perubahan pH berpengaruh terhadap proses kimia maupun biologis organisme yang ada diperairan. pH mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia di perairan. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan misalnya nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah (Tarsim dan Wardiyanto, 2004).

(137)

DO

Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok sebagai regulator pada proses metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi dan dibutuhkan sebagai petunjuk kualitas air (Odum, 1993). Kandungan oksigen terlarut di perairan berasal dari fotosintesis dan difusi langsung dari udara (Goldman dan Horne, 1983 dalam Noor Kholidah, 2005).

Site Manta Point Lama

Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar DO 3.81 3.33 3.52 3.70 3.73 3.54 3.63 3.39 3.59 BML : Baku Mutu Lingkungan

Mengacu pada baku mutu air laut, bahwa DO terukur cenderung rendah atau dibawah standar baku mutu air laut yaitu >5. Namun hal ini tidak dapat menjadi justifikasi bahwa kualitas perairan tersebut buruk. Banyaknya zooplankton juga dapat menjadi penyebab, namun melihat dari proses rantai makanan yang akan dan parameter lainnya diketahui bahwa cukup banyak nutrien/makanan yang tersedia untuk jenis ikan khususnya pari manta.

Konduktifitas

Konduktivitas menggambarkan kadar garam-garam yang terionisasi atau terlarut dalam air. Air menjadi

Pengaruh konduktivitas terhadap hewan akuatik dihubungkan dengan kesadahan perairan, yaitu tergantung pada tinggi rendahnya konsentrasi ion-ion kalsium (Ca2+) dan magnesium (Mg2+) (Faturrahman, 1992 dalam Alma Sina, 2005). Pengukuran konduktifitas pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker didapatkan hasil sebagai berikut :

Konduktivitas air laut bergantung pada jumlah ion-ion terlarut per volumenya dan mobilitas ion-ion tersebut. Konduktivitas bertambah dengan jumlah yang sama dengan bertambahnya salinitas sebesar 0,01, temperatur sebesar 0,01 dan kedalaman sebesar 20 meter. Secara umum, faktor yang paling dominan dalam perubahan konduktivitas di laut adalah temperatur.

Site Manta Point Lama

Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar Konduktifitas 4.87 4.16 4.15 4.72 4.82 4.79 4.84 4.86 4.84 >5

(138)

sinar yang dihasilkan karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid, dan sebagainya. Kekeruhan/turbiditas adalah banyaknya jumlah partikel tersuspensi molekul besar sekalipun seperti tannin dan lignin di dalam air. (Saidar,et.al, 2002). Menurut Nybakken (1992) dalam Siagian (2009),  menyatakan bahwa adanya zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut dan kekeruhan ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan cahaya yang mencolok. Turbiditas pada ekositem perairan juga sangat berhubungan dengan kedalaman, kecepatan arus, tipe substrat dasar, dan suhu perairan. Pengaruh ekologis kekeruhan adalah menurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton dan tumbuhan bentik. Peningkatan kekeruhan pada ekosistem perairan juga akan berakibat terhadap mekanisme pernafasan organisme perairan. Pengukuran Turbidity pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker didapatkan hasil sebagai berikut :

Site Manta Point Lama

Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar Turbiditas 3.4 3.5 28.2 0.1 0.9 1.2 0.1 0.2 0.1

di MPL 3.4 dan di MPB 3.5, namun di MBP hasil yang didapatkan lebih tinggi yaitu 28.2. Tingginya turbiditas pada lokasi tersebut dimungkinkan karena tingginya partikel suspensi seperti plankton dan mikroorganisme lainnya. Tidak terkecuali di MBP, selain disebabkan karena partikel suspensi palnkton dan mikroorganisme juga disebabkan oleh kondisi gelombang dan arus laut yang kuat sehingga pasir dan material dasar laut terangakat. Di MPL dan MBP diketahui bahwa manta menunjukan perilaku sedang makan (feeding habit) dan berenang dipermukaan. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa di lokasi tersebut kaya akan plankton yang menjadi sumber makanan utama manta.

Sedangkan di perairan TN Komodo, diketahui bahwa turbiditas yang paling tinggi berada di site Shotgun yaitu 1.2, sedangkan yang lain berikisar antara 0.1 - 0.9. Arus yang kuat menjadi penyebab turbiditas di Shotgun lebih besar daripada site yang lainnya. Tidak ditemukan manta di shotgun.

(139)

Suhu

Suhu mengalami perubahan secara perlahan-lahan dari daerah pesisir menuju laut lepas. Umumnya kondisi suhu di pesisir lebih tinggi dari daerah laut yang suhunya relatif lebih rendah dan stabil. Rendahnya kisaran suhu di perairan laut karena faktor kedalaman sehingga sinar matahari tidak dapat menembus perairan,

dibandingkan dengan di perairan muara dan pesisir yang kedalamannya rendah sehingga sinar matahari dapat menembus perairan dan membuat perairan menjadi hangat. Pengukuran suhu pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker dipadatkan hasil sebagai berikut :

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa suhu di perairan Nusa Penida yaitu 20.9oC - 23.7 oC. Bulan Oktober merupakan musim peralihan II (September-Oktober-November) dimana suhu perairan di Nusa Penida sangat dingin dibandingkan dengan suhu perairan lainnya di Indonesia. Hal ini di pengaruhi oleh posisi Nusa Penida yang merupakan perairan terbuka yang banyak dipengaruhi oleh selat Lombok yang berarus keras. Adanya arus ini menimbulkan pergerakan massa air menuju Samudera Hindia yang dapat menyebabkan upwelling dingin sehingga suhu perairan menjadi rendah. Upwelling adalah penaikan massa air laut dari

Site Manta Point Lama

Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar Suhu 21.9 20.9 23.7 26.4 26.6 26.7 27.7 29.2 27.4

Di perairan TN Komodo, pada bulan November merupakan musim peralihan II (September-Oktober-November). Dengan melihat komposisi suhu terukur pada monitoring tersebut cenderung hangat. Suhu mempengaruhi proses upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal permukaan. Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya. Zat hara menjadi pemicu fitoplankton dan zooplankton sebagai bagian dari rantai makanan di perairan tersebut.

(140)

Site Manta Point Lama

Manta Point Baru Manta BSPL Point Manta Alley Karang Makassar Shotgun Mauwan Pink Beach Tatawa Besar Salinitas 31.8 31.7 32.1 31.1 31.7 31.9 32.1 32.3 31.8 Salinitas adalah jumlah garam dalam gram yang

terkandung dalam satu kilogram air laut dimana iodin dan bromin digantikan nilainya oleh klorin, semua karbonat diubah menjadi oksida dan semua bahan organik teroksidasi dengan sempurna (Pickard, 1983). Salinitas akan mempengaruhi densitas, kelarutan gas, tekanan osmotik dan ionik air. Semakin tinggi salinitas, maka tekanan osmotik air akan semakin tinggi pula. Salinitas merupakan parameter kimia yang penting di laut dan menjadi faktor pembatas karena hampir semua organisme di laut hanya dapat hidup pada daerah yang perubahan salinitasnya sangat kecil, walaupun ada organisme laut yang mampu bertolerasi terhadap perubahan salinitas yang tinggi. Di perairan Indonesia yang termasuk iklim tropis, salinitas meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 o/ oo. Sebaran salinitas dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air, penguapan (evaporasi), curah hujan (presipitasi) dan aliran sungai (run off) yang ada di sekitarnya (Nontji, 1987). Pengukuran sualinitas pada saat survei dengan menggunakan TOA WQC-24 Water Quality Checker dipadatkan hasil sebagai berikut :

Salinitas di lokasi cenderung normal, fluktuasi salinitas dapat terjadi namun pari manta memiliki rentang adaptasi yang baik terhadap salinitas.

(141)
(142)

Allen, G.R dan M.V. Erdman. 2008. Reef fish of Nusa Penida, Indonesia. Final Report to Conservation International. 22 hal. 234 Anderson RC, Adam MS, Goes JI (2011) From monsoons to mantas: Seasonal distribution of Manta alfredi in the Maldives. Fish Oceanogr 20: 104–113.

Bigelow H.B., and Schroeder W.C., 1953. Sawfish, guitarfish, skates and rays. In: Tee-Van (ed.) Fishes of the Western North Atlantic, Part 2. Sears Foundation for Marine Research, Yale University, New Haven, pp 508 – 5145 on rocky intertidal communities. Journal of Aquatic Ecosystem Stress and Recovery 7: 273-297.

BPOL. 2011. Laporan Penelitian Studi Operasional Oseanografi Untuk Konservasi Ekosistem Terumbu Karang. Darma dkk, 2010 Darma, I.M., R. Basuki, dan M. Welly. 2010. Profil

Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. xii + 78 hal. Deakos, M.H., J.D. Baker and L. Bejder, 2011. Characteristics of a manta ray Manta alfredi population off Maui, Hawaii, and implications for management. Mar. Ecol. Prog. Ser. 429:245-260.

Doney, Scott C. 2006. The Danger of Ocean Acidification. Scientific American , March 2006. Guinotte JM, 2008

Germanov ES, Marshall AD (2014) Running the Gauntlet: Regional Movement Patterns of Manta alfredi through a Complex of Parks and Fisheries. PLoS ONE 9(10): e110071. doi: 10.1371/journal.pone.0110071

Homma K, Maruyama T, Itoh T, Ishihara H, Uchida S (1997) Biology of the manta ray, Manta birostris, Walbaum, in the Indo-PaciWc. In:

Lazuardi. ME, M Welly, W Sanjaya, P Bassett, H Mitchell, N Karyawan, 2015. Peran KKPD Nusa Penida dalam Konservasi dan Wisata Pari Manta di Kawasan Lesser Sunda. Prosiding Simposium Hiu Dan Pari Di Indonesia Hal.189-198

Matinaud, C. 2013. Manta Matcher, its comptent les Mantas. http://www.plongeur.com/ magazine/ 2013/03/24/mantamatcher-identification-manta/

Marshall AD, Dudgeon CL, Bennett MB (2011) Size and structure of a photographically identified population of manta rays Manta alfredi in southern Mozambique. Mar Biol 158: 111–1124. Nybakken, J.W. 2000. Biologi Laut Suatu Pendekatan

Ekologi. PT. Gramedia. Jakarta.

Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. Odum, 1993

Pickard, G.L., and W.J. Emery, 1993: Descriptive Physical Oceanography, 5th enlarged edition, 320pp, Pergamon Press.

Speed, C., M. Meekan, and C. Bradshaw. 2007. Spot the match: wildlife photo-identification using information theory. Front. Zool. 4:1–11. doi: 10.1186/1742- 9994-4-2

Samawi, MF. 2007. Hubungan Antara Konsentrasi Klorofil-a dengan Kondisi Oseanografi di Perairan Pantai Kota Makasar . Unhas. Makasar

Tito CK dkk, 2013 Kondisi Ph Dan Suhu Pada Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Nusa Penida Dan Pemuteran, Bali. Journal BPOL

Turak, E., DeVantier, L. 2009. Biodiversity and conservation priorities of reef- building corals in the Papuan Bird’s Head Seascape. In: L.S. Katz, A, Firman M.V. Erdmann (eds.) A Rapid Marine Biodiversity Assessment of Teluk Cendrawasih and the FakFak-Kaimana Coastline of the Papuan Bird's Head

(143)
(144)

Gambar

Foto ID Lokasi Spesies Kelamin Tanggal MBP MBP MBP MBP MBP MPL MPL MPL MPL MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB MPB Manta alfrediManta alfrediManta alfrediManta alfrediManta alfredi Manta birostrisManta alfrediManta alfrediManta alfrediManta birostrisManta
Foto ID IDP0002B IDP0048B MPB 4 Okt 20154 Okt 2015 MPL 1 Okt 20153 Okt 2015 MBP -Jarak 11,94 km11,94 km IDP0002B di MPL                   IDP0002B di MPB

Referensi

Dokumen terkait

Consequently, we can conclude that protecting girls and young women’s rights to maternal health and to non-discrimination in health care requires a holistic approach that aims

Berdasarkan hasil pengamatan telur pada hari ke-7 menunjukkan adanya perubahan struktur embrio apabila dibandingkan dengan embrio hari ke-6 yaitu dengan jantung, bakal mata,

PT. Peserta wajib menyerahkan Jaminan Penawaran ASLI.. Perwakilan Manalemen dan Personil Tenaga Ahli lnti wajib hadir.. Mohon agar hadir 30 menit sebelum jadwal

Faktor-faktor apa yang perlu dikembangkan dalam upaya meningkatkan keberhasilan pengembangan energi alternatif berbahan baku

Sementara bagi pengurus Lembaga Muslimah WI yang belum menikah kesemuanya berada pada umur yang merupakan usia dimana seorang wanita harusnya telah menikah yaitu sekitar

[r]

Untuk nilai rata-rata IRR pada usaha perikanan Gill net permukaan adalah sebesar 36 %, artinya usaha perikanan tersebut mampu memberikan tingkat keuntungan 36 % per tahun

Jika dilihat besarnya perubahan di tahun 2016, kenaikan NTN tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 1,85 persen karena indeks harga yang diterima nelayan pada bulan yang sama