• Tidak ada hasil yang ditemukan

LECTURER NOTES PERTEMUAN 12 HARMONISASI HK

N/A
N/A
Earens SIM

Academic year: 2023

Membagikan "LECTURER NOTES PERTEMUAN 12 HARMONISASI HK"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

HARMONISASI HUKUM

(2)

PENGANTAR

1. Harmonisasi hukum sebenarnya merupakan terminologi dalam Ilmu Musik, untuk menunjukkan adanya keselarasan dan keindahan nada-nada.

2. Istilah harmonisasi menjadi relevan untuk digunakan dalam bidang hukum, mengingat hukumpun membutuhkan keselarasan agar dapat dirasakan manfaatnya oleh lapisan masyarakat.

3. BPHN pada tahun 1995 menegaskan pentingnya harmonisasi hukum.

(3)

4. Butir keempat kesimpulan pertemuan BPHN :

“Sistem hukum nasional Indonesia juga merupakan hasil proses disharmonisasi antara sejumlah unsur dan faktor yang diolah berdasarkan dan memegang teguh paradigma, asas-asas, norma dan metode hukum yang pasti sebagaimana disepakati sebelumnya”.

5. LM Gandhi berpendapat bahwa kemajemukan sistem hukum di Indonesia memang sangat potensial menimbulkan disharmoni. Potensi ini terjadi karena ada demikian banyak jenis peraturan perundang-undangan.

(4)

Peraturan itu dikeluarkan oleh berbagai instansi, yang satu sama lain sering kali tidak berkoordinasi dengan baik. Tata urutan peraturan perundang-undangan memang sudah dibuat. Namun demikian tata urutan ini tidak selamanya dapat dijadikan pegangan karena dalam kenyataannya tidak selamanya dapat dijadikan pegangan karena dalam kenyataannya ada berbagai peraturan yang berlaku efektif kendati tidak ada dalam tata urutan yang diakui oleh hukum positif tersebut.

(5)

6. Menurut Shidarta, harmonisasi peraturan perundang- undangan dapat dilakukan menurut dua jurusan :

a. dengan hanya mengharmonisasikan secara yuridis, yaitu antara satu peraturan dengan peraturan lainnya.

b. melakukan harmonisasi peraturan dengan kegiatan dilapangan (secara empiris)

Kedua pendekatan ini menghasilkan aliran penemuan hukum.

(6)

RUANG LINGKUP HARMONISASI

1. Penerapan berbagai macam peraturan perundang- undangan secara bersama-sama tanpa upaya harmonisasi atau penyelarasan dan penyesuaian, sudah barang tentu akan menimbulkan masalah, seperti benturan kepentingan antar lembaga.

2. Masing-masing peraturan perundang-undangan memiliki tujuan, strategi untuk mencapai tujuan, pedoman- pedoman untuk melaksanakan strategi, dimana ketiganya sering dirumuskan dalam bentuk kebijakan-kebijakan.

(7)

3. Kebijakan terdiri atas dua macam :

a. Kebijakan yang bersifat tetap atau regulatory policies yang ditetapkan dalam berbagai bentuk peraturan

pelaksanaan dari peraturan yang lebih tinggi tingkatnya;

b. Kebijakan yang bersifat tidak tetap, yaitu yang mudah diubah dalam rangka mengikuti perkembangan jaman.

(8)

4. Harmonisasi dapat diawali dengan melakukan penyelarasan dan penyerasian tujuan, strategi dan pedoman dari masing-masing peraturan perundang- undangan melalui upaya :

a. penafsiran hukum;

b. konstruksi hukum;

c. penalaran hukum; dan

d. pemberian argumentasi yang rasional dengan tetap memperhatikan sistem hukum dan asas-asas hukum yang berlaku,

(9)

5. Untuk mempermudah harmonisasi peraturan perundang- undangan, penyelarasan dan penyerasian tujuan, strategi dan pedoman, dapat dilakukan dengan mengacu kepada hukum dasar, yaitu UUD Tahun 1945 dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan peraturan utama tersebut.

(10)

FUNGSI HARMONISASI

1. Harmonisasi memiliki fungsi : a. Pencegahan ,dan

b. Penanggulangan

Terjadinya disharmoni hukum.

2. Harmonisasi hukum untuk mencegah terjadinya disharmoni hukum dilakukan melalui :

a. Penemuan hukum (penafsiran dan konstruksi hukum) b. Penalaran hukum dan

c. Pemberian argumentasi yang rasional.

(11)

3. Upaya ini dilakukan dengan arahan untuk menegaskan : a. kehendak umum;

b. kehendak masyarakat, dan c. kehendak moral.

4. Upaya harmonisasi yang bersifat pencegahan, dilakukan dalam rangka mengantisipasi kenyataan tentang adanya faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan terjadinya disharmoni hukum.

(12)

SUBSTANSI HARMONI

1. Harmonisasi yang dilakukan untuk menanggulangi dan mencegah terjadinya disharmoni hukum, memerlukan teknik-teknik penemuan hukum dalam rangka mempertegas :

a. kehendak hukum;

b. kehendak masyarakat; dan c. kehendak moral.

(13)

2. Dengan demikian harmonisasi hukum merupakan kegiatan penemuan kehendak hukum, kehendak masyarakat dan kehendak moral melalui kegiatan penafsiran hukum dan penalaran hukum serta pemberian argumentasi yang rasional kepada hasil penafsiran hukum dan penalaran hukum.

(14)

LANGKAH HARMONISASI HUKUM

1. Identifikasi letak atau posisi disharmoni hukum di dalam penerapan peraturan perundang-undangan.

2. Identifikasi penyebab terjadinya disharmoni hukum.

3. Upaya penemuan hukum dengan menggunakan metode penafsiran dan metode konstruksi hukum untuk mengubah keadaan hukum yang disharmoni menjadi harmoni.

4. Upaya penalaran hukum agar supaya hasil penafsiran dan konstruksi hukum tersebut masuk akal atau memenuhi unsur logika.

(15)

5. Penyusunan argumentasi yang rasional dengan memperguunakan pemahaman untuk mendukung dan menjelaskan penafsiran hukum, konstruksi hukum dan penalaran hukum.

(16)

ARAH DAN LANGKAH HARMONISASI HUKUM

Penafsiran hukum, konstruksi hukum, penalaran hukum dan argumentasi yang rasional, dilakukan untuk menemukan :

a. Kehendak hukum atau cita hukum (recht idee), yaitu kepastian hukum.

b. Kehendak masyarakat, yaitu keadilan.

c. Kehendak moral, yaitu kebenaran.

(17)

PENDEKATAN DALAM MELAKUKAN HARMONISASI HUKUM

1. Harmonisasi hukum dengan mengacu kepada peraturan perundang-undangan.

2. Harmonisasi hukum dengan mengacu kepada pengertian dan ruang lingkup.

3. Harmonisasi hukum dengan mengacu kepada keterpaduan kelembagaan.

4. Harmonisasi hukum dengan mengacu kepada UUD 1945 dan UU terkait.

5. Harmonisasi hukum peraturan tersebut dengan mengacu kepada upaya kodifikasi dan unifikasi.

(18)

PENYEBAB TIMBULNYA DISHARMONI HUKUM

LM Lapian Gandhi berpendapat bahwa ada faktor penyebab timbulnya disharmoni hukum :

1. Perbedaan antara berbagai UU atau peraturan perundang-undangan. Selain itu peraturan yang makin besar menyebabkan kesulitan untuk mengetahui atau mengenal semua peraturan tersebut. Dengan demikian ketentuan yang mengatakan semua orang dianggap mengetahui semua UU yang berlaku niscaya tidak efektif.

(19)

2. Pertentangan antara UU dengan peraturan pelaksanaannya.

3. Perbedaan antara peraturan perundang-undangan dengan kebijakan instansi pemerintah.

4. Perbedaan antara peraturan perundang-undangan dengan yurisprudensi dan Surat Edaran Mahkamah Agung.

5. Kebijakan instansi pemerintah pusat yang saling bertentangan.

6. Perbedaan antara kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.

(20)

7. Perbedaan antara ketentuan hukum dengan perumusan pengertian tertentu.

8. Benturan antara wewenang instansi pemerintah karena pembagian wewenang yang tidak sistematis dan jelas.

(21)

Menurut Shidarta, penyebab Disharmoni Peraturan, antara lain :

1. Terjadinya inkonsistensi secara vertikal dari segi format peraturan, yakni peraturan perundang-undangan yang lebih rendah bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi.

2. Terjadinya inkonsistensi secara vertikal dari segi waktu, yakni beberapa peraturan yang secara hirarkhis sejajar, tetapi yang satu lebih dulu berlaku daripada yang lain.

(22)

3. Terjadi inkonsistensi secara horizontal dari segi substansi peraturan, yakni beberapa peraturan yang secara hirarkhis sejajar, tetapi substansi peraturan yang satu lebih umum dibandingkan substansi peraturan yang lain.

4. Terjadi inkonsistensi secara horizontal dari segi substansi dalam satu peraturan yang sama, dalam arti hanya berbeda nomor ketentuan.

(23)

5. Terjadi inkonsistensi antara sumber formal hukum yang berbeda, yaitu antara UU dan putusan hakim.

6. Terjadi inkonsistensi antara sumber formal hukum yang berbeda, yaitu antara UU yang bersifat memaksa dan kebiasaan.

7. Terjadi inkonsistensi antara sumber hukum formal hukum yang berbeda, yaitu antara UU yang bersifat mengatur dan kebiasaan.

(24)

KEUNTUNGAN DILAKUKAN HARMONISASI

1. Upaya harmonisasi peraturan perundang-undangan juga membuka kemungkinan anggota masyarakat atau pihak- pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan pengujian dengan cara mengajukan permohonan atau gugatan.

(25)

HASIL HARMONISASI HUKUM

1. Hasil harmonisasi peraturan perundang-undangan dapat menimbulkan :

a. Dampak positif (Benefit), atau b. Dampak negatif (cost).

2. Ada empat kemungkian dampak yang dapat timbul, a. Diffused cost/diffussed benefit

b. Diffused cost/concentrated benefit c. Concentrated cost/diffused benefit

d. Concentrated cost/concentrated benefit.

(26)

Diffused Cost/Diffused Benefit

1. Hasil harmonisasi dapat menimbulkan beban yang harus dipikul oleh rakyat banyak (diffused cost) dan memberi manfaat yang dapat dinikmati oleh rakyat banyak (diffused benefit).

2. Hal ini adil apabila rakyat banyak yang menerima manfaat dari hasil harmonisasi adalah sama dengan rakyat banyak yang harus memikul beban yang timbul oleh harmonisasi.

(27)

ASAS YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM HARMONISASI HUKUM

1. Lex superior de rogat legi inferiori

hukum yang lebih tinggi dapat mengesampingkan hukum yang lebih rendah tingkatannya.

2. Lex posterior de rogat legi priori

hukum yang baru dapat mengesampingkan hukum yang lama sepanjang mengatur hal yang sama.

3. Lex specialis de rogat legi generali

hukum yang bersifat khusus dapat mengesampingkan hukum yang bersifat umum.

(28)

4. Pacta sunt servanda

perjanjian dibuat para pihak sebagai Undang-undang bagi para pihak.

(29)

KEMUNGKINAN YANG TERJADI DALAM MELAKUKAN HARMONISASI

1. Terjadi inkonsistensi secara vertikal dari segi format peraturan, yakni peraturan perundang-undangan yang lebih rendah bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, misalnya antara PP dengan UU.

2. Terjadi inkonsistensi secara vertikal dari segi waktu, yakni beberapa peraturan yang secara hirarkhis sejajar (misal UU), tetapi yang satu lebih dulu berlaku daripada yang lain.

(30)

3. Terjadi inkonsistensi secara horizontal dari segi substansi peraturan, yakni beberapa peraturan yang secara hirarkhis sejajar (misal sesama UU), tetapi substansi peraturan yang satu lebih umum dibandingkan substansi peraturan lainnya.

4. Terjadi inkonsistensi secara horizontal dari segi substansi dalam satu peraturan yang sama, dalam arti hanya berbeda nomor ketentuan (misal Pasal 1 bertentangan dengan Pasal 15 dari suatu UU yang sama).

(31)

5. Terjadi inkonsistensi antara sumber formal hukum yang berbeda (misal antara UU dan putusan hakim, atau antara UU dan kebiasaan).

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Terjemah hadis 5: Maksiyat kepada Allah itu dapat menghalangi ilmu b.Tafsir Hadis 5 Ceramah dan Tanyajawab Hafalan dan menyalin hadis terkait berikut terjemahdan

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif korelasi dengan metode survei yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti hubungan

Penjelasan yang mungkin jika dikaitkan dengan variabel lain adalah bahwa pelanggan tidak bersedia membeli toko dengan layanan yang lebih baik.. Selama merek

Pada saat Peraturan Walikota Probolinggo ini berlaku, maka Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 20 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Pemberian Bantuan Operasional

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian pengembangan (Research and Development).Tempat penelitian di Jurusan Teknik Mesin, SMKN 3 Yogyakarta.Obyek penelitian ini

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga

Dekomposisi serasah memainkan peran yang sangat penting dalam kesuburan tanah, seperti regenerasi dan keseimbangan nutrisi dari senyawa organik yang ada di