464
TRANSFORMASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI DIGITAL GOVERNANCE
(STUDI PENDAYAGUNAAN WEBSITE RAMPAK PINTAR DI DESA KESAMBI RAMPAK SITUBONDO)
Venna Silvia Febrianti1, Imam Khuroydi2, Angga Setiawan3 Universitas Muhammadiyah Malang
[email protected], [email protected], [email protected]
ABSTRAK
Revolusi Industri 4.0 membawa banyak perubahan dalam segala bidang kehidupan. System Otomatisasi yang diimplimentasikan melalui revolusi ini salah satunya berdampak terhadap transformasi pelayanan public yang terjadi pada seluruh elemen pemerintahan. Penelitian ini menjelaskan salah satu transformasi pelayanan public yang diterapkan oleh sebuah desa, yakni Desa Kesambi Rampak asal Kabupaten Situbondo. Desa ini memnafaatkan inovasi website Rampak Pintar untuk mempermudah pelayanan pemerintah desa terhadap masayarakat. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mendeskripsikan dan menganalisis bentuk inovasi pelayanan administrasi yang terjadi di Desa Kesambi Rampak Situbondo. Metode Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembaharuan pelayanan publik melalui inovasi pelayanan berbasis digital Rampak Pintar, berjalan dengan baik dan sangat diapresiasi oleh masyarakat. Sumber informasi dan pelayanan administrasi yang diberikan pun disediakan dengan efektif dan transaparan.
Kata Kunci : Transformasi, Pelayanan Publik, Rampak Pintar.
ABSTRACT
The Industrial Revolution 4.0 brought many changes in all fields of life. One of the automation systems implemented through this revolution has an impact on the transformation of public services that occur in all elements of government. This study explains one transformation of public services implemented by a village, namely Kesambi Rampak Village from Situbondo.This village utilizes the innovative Rampak Pintar website to facilitate village government services for the society. The purpose of this study is to describe and analyze the forms of administrative service innovation that occur in the Village of Kesambi Rampak, Situbondo. This research uses descriptive qualitative methods. The results showed that the renewal of public services through the innovation of digital services based on Rampak Pintar, went well and was highly appreciated by the public. Sources of information and administrative services provided are also provided effectively and transparently.
Keywords : Transformation, Public Services, Rampak Pintar
PENDAHULUAN
Saat ini Indonesia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi indsutri keempat ini ditandai dengan peran teknologi yang mengambil alih hampir seluruh aktivitas perindustrian dan perekonomian. Setiap revolusi industri ditandai sejumlah momentum yang menunjukkan perkembangan kehidupan manusia dari waktu ke waktu, penggunaan teknologi yang mutakhir saat ini merupakan simbol
465 kemajuan peradaban. Teknologi ini difungsikan guna mempermudah kinerja manusia. Namun demikian, adanya revolusi ini tentu membawa banyak dampak bagi kehidupan meliputi dampak baik maupun buruk. Misalnya saja, di satu sisi adanya fenomena ini akan melenyapkan sejumlah jenis pekerjaan, namun di sisi lain juga akan menghadirkan berbagai jenis pekerjaan baru, karena dampak inilah tentu adanya fenomena revolusi industri 4.0 dikatakan membawa peluang sekaligus tantangan bagi seluruh sendi kehidupan.
Revolusi Industri 4.0 merupakan fenomena yang mengkolaborasikan teknologi cyber dan teknologi otomatisasi, dimana dalam proses pengaplikasiannya menerapkan konsep yang berpusat pada otomatisasi yang dilakukan oleh teknologi tanpa memerlukan tenaga kerja manusia. Hal tersebut merupakan bagian krusial yang dibutuhkan oleh para pelaku industri demi efisiensi waktu, tenaga kerja, dan biaya. Oleh karena itu sistem yang diterapkan dalam revolusi Industri 4.0 di pabrik-pabrik saat ini juga dikenal dengan istilah Smart Factory. Meninjau hal tersebut, dampak yang dibawa dari revolusi industri keempat ini juga merambah hingga sektor pemerintahan. Pemerintah harus dapat beradaptasi dengan konsep yang dibawa oleh industri digital ini dengan mewujudkan Smart Governance. Banyak hal yang harus dipersiapkan seperti peran para pengambil keputusan, tata kelola, manajemen risiko implementasi sistem, dan faktor keamanan sistem yang diimplementasikan. Selain itu pemerintah juga harus mempersiapkan sistem pendataan yang tidak hanya memanfaatkan teknologi tetapi juga berintegritas, mempersiapkan payung hukum dan mekanisme perlindungan terhadap data pribadi, menetapkan standar tingkat pelayanan, dan menyediakan akses publik pada teknologi (Satya, 2018b).
Melalui dampak revolusi industry 4.0 hingga ke sector pemerintahan ini, Pemerintahan Indonesia mulai menerapkan demokrasi digital melalui berbagai E- government yang berasaskan good governance. Demokrasi digital ini menurut Hacker dan Dijk diartikan sebagai sebuah kumpulan usaha untuk melaksanakan demokrasi tanpa dibatasi oleh ruang, waktu dan kondisi fisik yang lain menggunakan ICT (Information and Communication Technology) serta CMC (Computer-mediated Communication), tetapi meskipun demikian tidak berarti menggantikan praktik-praktik politik tradisional atau analogue political
466 practices(Politik & Mataram, 2018). Pemerintahan meliputi pusat dan daerah dituntut untuk mengembangkan inovasi-inovasi mereka demi menghadapi tantangan di era revolusi Indistri 4.0 ini. Salah satunya ialah yang diterapkan oleh pemerintah desa Kesambi Rampak, Kabupaten Situbondo. Desa ini memanfaatkan kecaggihan teknologi dengan membuat website yang bernama ‘Rampak Pintar’(Kesambi Rampak Layanan Siap Antar). Website ini menyediakan pelayanan yang memudahkan masyarakat desa Kesambi Rampak tanpa perlu datang ke Kantor Desa.
Di website kesambirampak.desa.id tersebut sudah ada segala macam kebutuhan administari di Desa Kesambi Rampak mulai dari Berita Desa, Palayanan Surat Keterangan, Profil Desa, Data Desa, dan sebagainya tentang desa telah ada dan dapat diakases dengan mudah di dalam website tersebut, masyarakat hanya perlu regisrtrasi online sesuai data kependudukan dan masuk ke dalam website tersebut.
Proses pelayanan sebelum menerapkan paradigma New Public Service, berikut merupakan sebuah transformasi dari paradigma New Public Managament ke New Public Service Perubahan Sistem Administrasi Pelayanan Publik
No. Indikator Tolak Ukur
1. Citizens, not customer 1. Rencana Kerja
Organisasi Perangkat Daerah
2. Laporan Akhir Kinerja Instansti Pemerintah 3. Indeks Kepuasan
Masyarakat 2. Seec the public interest
3. Value Citizenship over Entrepeneur 4. Think strategically, act democratically 5. Recognize that accountability is not simple 6. Serve rather than steer
7. Value people, not just productivity
467 Dengan inovasi yang dibawa oleh desa Kesambi Rampak dari kabupaten Situbondo dalam upaya mewujudkan good governance dan melawan tantangan di era revolusi industri 4.0 ini peneliti kemudian ingin menjelaskan mengenai inovasi Rampak Pintar ini secara detail, fungsi dan kegunaanya serta dampaknya terhadap masyarakat di desa Kesambi Rampak. Hal ini bertujuan untuk mengenalkan inovasi dari desa tersebut terhadap masyarakat luas, sekaligus memotivasi para pembaca khususnya pemerintahan desa agar memiliki inovasi yang serupa atau lebih baik sebagai tantangan di era revolusi industri 4.0.
Table berikut merupakan bentuk implementasi pembaharuan dari paradigma New Public Service ke Digital Governance
Aspek Implementasi Pembaharuan
New Public Service Digital Governance Siapa yang dilayani
(Subjek)
Warga negara Warga negara (citizen) Peran Pemerintah Melayani: melakukan
negosiasi dan menjadi beragam kepentingan masyarakat, menyapaki common values.
Melayani: dengan memberikan pelayanan secara online dengan pengarahan melalui sosialisasi dan uji coba
Mekanisme untuk
mencapai tujuan
Membangun koalisi dan kerjasama lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat madani, untuk memenuhi kebutuhan yang telah disepakati
bersama.
Dari hasil kerja sama dengan swasta maka terbit kebijakan terkait dengan pembaharuan sistem pelayanan berbasis digital
Pendekatan akuntabilitas
Multi-aspek, pelayanan publik harus memenuhi ketentuan hukum, nilai masyarakat, norma politik, professional dan kepentingan warga.
Lebih menekankan keterbukaan informasi kepada publik.
Diskresi administrasi Diskresi dibutuhkan namun dibatasi oleh prinsip akuntabilitas
468 Struktur organisasi Kolaboratif, dengan
kepemimpinan bersama, baik secara internal maupun eksternal.
(Rosliy, Hussin, Rosliy,
& Hussin, 2018)Alur kerja antar organisasi dan pertukaran data, bertukar kebijakan dan solusi online, informasi
dan manajemen
pengetahuan, dll.
Dasar motivasi pelayanan publik
Pelayanan kepada masyarakat, keinginan memberikan kontribusi bagi masyarakat.
Mewujudkan pelayanan elektronik sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Sumber: Denhardt J. V. and R. B. Denhardt, 2003. The New Public Service:
Serving, not Steering, New York, M.E. Shape.
b. Era Revolusi Industri 4.0
No. Indikator Tolak Ukur
1. Social Machine Electronik Governance
2. Global Facility dan Virtual Productio, 3. Smart product
4. Smart Service
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian adalah suatu cara yang digunakan peneliti dalam menggunakan data penelitiannya dan dibandingkan dengan standart ukurang yang telah ditentukan.
1. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif dengan Analisa data kualtitatf. Sebagai mana menurut Nawawi (1990 : 64), yang menjelaskan bahwa metode penelitian deskriptif adalah metode
469 penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah atau fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan / masalah yang bersifat actual, kemudian menggambarkan realita/fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interpretasi yang rasional dan akurat. Dengan demikian penelitian deskriptif ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang kegiatan pelayanan administrasi di kantor Desa Kesambi Rampak Kabupaten Situbondo dalam menghadapi revolusi industry 4.0.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Peneliti melakukan penelitian khususnya di kantor Desa Kesambi Rampak Kabupaten Situbondo. Karena kantor Desa Kesambi Rampak Kabupaten Situbondo merupakan subjek utama dalam penelitian didalam penelitian. Peneliti ingin melihat system pelayanan administrasi melalui website Rampak Pintar (Kesambi Rampak Layanan Siap Antar) di kantor Desa yang bertepat di Kantor Desa Kesambirampak, Kecamatan Kapongan, Sarse, Kesambi Rampak, Kapongan, Situbondo, 68362
3. Sumber Data
Sebagai upaya mengumpulkan data untuk menjawab rumusan masalah, maka terdapat dua jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian kali ini.
Adapun data tersebut adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil secara langsung melalui terjun lapang. Dan juga data yang diperolah langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam penelitianini, data primer diperoleh langsung dari lapangan baik yang berupa hasil observasi maupun yang berupa hasil wawancara tentang bagaimana Pelayanan Administrasi di Desa Kesambi Rampak dalam menghadapi Era 4.0.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan data yang dikumpulkan diolah dan disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam jurnal tentang transformasi digital yang mengahapi era GoodGovernance dan jurnal tentang system pelayanan adminitrasi.
Dalam penelitian ini, data skunder diperoleh dengan menggunakan metode
470 documenter dan jurnal yaitu buku buku ilmiah, pendapat pendapat pakar dan literaturyang sesuai dengan tema dalam penelitian. Data skunder dalam penelitian ini meliputi surat-surat, Salinan perarturan perundang undangan profil instasni atau Lembaga terkait yangdiperoleh melalui dokumentasi. Dalam menerapkan metodedeskriptif diajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka kepada sumber data dan yang diperoleh dalam bentuk teks dan gambar.
4. Teknik Pengumpulan Data
Data skunder dalam penelitian ini meliputi surat-surat, Salinan perarturan perundang undangan profil instasni atau Lembaga terkait yangdiperoleh melalui dokumentasi. Dalam menerapkan metodedeskriptif diajukan pertanyaan- pertanyaan terbuka kepada sumber data dan yang diperoleh dalam bentuk teks dangambar. Maka cara mengumpulkan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengimplementasikan data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan.
Observasi merupaka mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha- usaha pengamatan – pengamatan secara langsung ke tempat yangakan diselidiki, penulis menggunakan Teknik ini merupakan Teknik bantu yangdigunakanuntuk membantu memperoleh data kenyetaan langsungmengenai objek yang di teliti (Arikunto, 2006:124). Melalui observasi diharapkan peneliti dapat memahami kondisi lapangan sehingga lebih mudah dalam melakukan kegiatan penelitian. Observasi dilaksanakan di kantor Desa Kesambi Rampak Sebagai instansi pemerintah ditingkat daerah bertugas dalam melakukan penelitian lapangan di Desa Kesambi Rampak.
b. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan tanya jawab antara peneliti dengan narasumber guna mendapatkan informasi. Adapun wawancara yang dilaksanakan bersifat tak terstruktur dimana pertanyaan yang diajukan bersifat bebas dan hanya berpedoman pada garis-garis kategori yang garis besar permasalahan. Dengan demikian pertanyaan dapat muncul sebagai timbal balik dari keterangan yang telah diberikan oleh informan, sehingga diharapkan dapat memunculkan temuan
471 ataupun gagasan dalam penelitian. Adapaun sumber dalam wawancara tersebut ialah subyek penelitian yang telah disebutkan pada sub-bab sebelumnya.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal – hal atau variable berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prastasi, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto 2002:2006).Penelitian ini dilaksanakan dilingkungan kerja Desa Kesambi Rampak untuk melengkapi dokumen dokumen penelitian.
5. Unit Analisa
Dalam kajiannya, Hamidi ( 2005: 75-76 ) menyatakan bahwa unit analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau suatu latar peristiwa sosisal seperti misalnya aktivitas individu kelompok sebagai subjek penelitian.
Melalui pengamatan terhadap unit analisis data dengan menetapkan kriteria responden tersebut, peneliti kemudian akan mengetahui siapa dan apa yang menjadi subjek penelitiannya. Dalam hal penelitian ini peneliti akan mencoba menemukan informan awal yakni oran yang pertama memberi informasi yang memadai ketika peneliti mengawali aktivitas pengumpulan data.
No. Narasumber Data
1. Sekretaris Desa Kesambi Rampak
Kondisi Pelayanan Publik New Publik Management & New Publik Service
2. Staf Ahli Rampak Pintar (Kesambi Rampak Layanan Siap Antar)
Transformasi Digital Government
6. Teknik Analisis Data
Analisis data pada hakekatnya adalah pemberitahuan peneliti kepada pembaca tentang apa yang hendak dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan, sebagai cara yang nantinya bisa memudahkan peneliti dalam
472 memberi penjelasan dan mencari interpretasi dari responden atau menarik kesimpulan.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif untuk menganalisis data dengan cara memaparkan, mengelola, menggambarkan, dan menafsirkan hasil penelitian dengan kata kata dan kalimat sebagai jawabn atas permasalah yang diteliti. Adapun analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara memamparkan hasil wawancara ke dalam lampiran, mengelola data ke dalam bentuk lampiran, menggambarkan proses peelitian dan hasil wawancara ke dalam pembahasan dalam penelitian ini dan terakhir adalah menfasirkan hasil penelitian ini dengan menguhubungkan teori birokrasi ideal milik weber dan data yang ada dengan hasil wawancaa pada informan – informan yang terlibat dalam biokrasi di desa Kesambi Rampak Kabupaten Situbondo tentang sistem pelayanan administrasi. Proses analisi data kualitatif menurut Mathew B. Mills dan A.
Michael Huberman (1992;20).
Dalam penelitian ini Teknik analisis dengan pendekatan kualitatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang ditemukan peneliti.
Pendekatan kualitatif merupakan metode yang didasarkan pada data yang diperoleh melalui kegiatan Teknik perolehan data, baik melalui studi lapangan maupun studi pustaka. Cara menganalisisnya tidak didasarkan pada perhitungan, namun lebih kepada penjelasan/ deskriptif, kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data dan informasi. Kemudian data yang diperoleh akan diseleksi sesuai tujuan yang ingin dicapai, melalui hal tersebut diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tijauan pustaka berisi pemikiran atau teori-teori yang melandasi dan memotivasi dilakukannya penelitian ini.
1. Literatur Review
No Nama, Tahun Judul Temuan 1. 1 Riki Satia
Muharam, Fitri
Inovasi Pelayanan Publik dalam Menghadapi Era
(Muharam, 2019) Menurut Saefullah pelayanan public didefinisikan sebagai kegitatan
473 Melawati,
2019
Revolusi Industri 4.0 di Kota Bandung
yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan dalam menjalankan tugasnya selaku pelayan public yang bersifat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Paradigma New Public Service oleh Denhardt dan Denhadt merumuskan prinsip sebagai berikut : Serve Citizens, Not Customers; Seeks the Public Interest; Value Citizenship over Entrepreneurship; Think Strategically, Act Democratically;
Recognize that accountability is not Simple; Serve Rather than Steer; Value People, Not Just Productivity
2. .2 Egi Yoanda, Dasman Lanin, M.Fachri Adnan, 2019
Kualitas Pelyanan Pengguna
Pelayanan
Administrasi di Kelurahan Solear
(Umum et al., 2019) Pelyanan Administrasi adalah untuk memberikan pelyanan prima untuk masyrakat. Untuk itu ada beberapa point penting demi tercapainya kualitas pelayanan yang memuaskan :
1. Kualitas pelayanan tampilan fisik, yakni berupa sarana fisik penyelenggara, peralatan dan penampilan birokrat pelayanan.
2. Kualitas pelayanan reabillity, yaitu kemampuan yang diberikan oleh tenaga pelayanan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secaraakurat dan terpercaya.
3. Kualitas pelayanan responsivenes, merupakan suatu kemampuan atau suatu tanggapan untuk membantu dan melayani masyarakat secara responsive dengan penyampaian informasi yang jelas. Kualitas pelayanan emphatic, yakni memberikan perhatian secara tulus ynag bersifat individual yang diberikan kepada masyarakat dengan berupaya memahami
474 keadaannya.
3 M. Amril Pratama Putra, Rabina Yunus, Andi M. Rusli, 2014
Inovasi Pelayanan Publik dalam Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0 di Kota Bandung
Menurut Saefullah pelayanan public didefinisikan sebagai kegitatan yang dilakukan oleh birokrasi pemerintahan dalam menjalankan tugasnya selaku pelayan public yang bersifat baik secara langsung maupun tidak langsung. Paradigma New Public Service oleh Denhardt dan Denhadt merumuskan prinsip sebagai berikut : Serve Citizens, Not Customers; Seeks the Public Interest; Value Citizenship over Entrepreneurship; Think Strategically, Act Democratically;
Recognize that accountability is not Simple; Serve Rather than Steer; Value People, Not Just Productivity
4 Zhiyuan Fang, Ph.D., 2002
E-Government in Digital Era:
Concept, Practice, and Development
(Fang & Ph, 2002)E-Government dapat didefinisikan secara sempit.
Di State of Texas's Electronic Rencana Strategis Pemerintah, (Departemen Sumber Daya Informasi, Negara Bagian Texas, Januari 2001), pemerintahan elektronik adalah didefinisikan sebagai: Proses interaksi antara pemerintah melalui bentuk komunikasi elektronik di kalangan pemerintah, masyarakat, hingga kalangan pebisnis, untuk mendapatkan dan memfasilitasi produk dan layanan; penempatan dan menerima pesanan;
menyediakan dan
mendapatkan informasi; dan menyelesaikan transaksi keuangan.
5 Venny Yusiana, 2017
Faktor-Faktor Sistem Informasi
(Veny, 2017) Dimensi untuk mengevaluasi factor pelayanan
475 pelayanan Publik
pada Kelurahan Kramat Selong Kota Jakarta .
public adalah: Penyampaian informasi berkualitas secara online Pemberian layanan Informasi orientasi dan layanan pengguna Sedangkan kualitas informasi diukur melalui persepsi warga dari nilai informasi yang tersedia. Informasi kualitas dikur pada keakuratan, ketepatan waktu, relevansi, akurasi.
6 Khurram Mahmood, Zainab
Nayyar, Hafiz Mushtaq Ahmad, 2018
Switching to Electronic
Government through
Transformational Leadership:
Implications of Multichannel and Digital Divide
a. (Mahmood, Nayyar, & Ahmad, 2018) Mistry dan Jalal meneliti hubungan antara E-government dan korupsi di negara maju dan terbelakang. Saat memeriksa hubungan ini, mereka menyelidiki dampak E-government pada tingkat korupsi dan dampak e- government lebih tinggi di negara maju atau berkembang. Mereka mengembangkan model empiris yang disebut sebagai model probit untuk menguji dan memeriksa hasil berdasarkan hubungan antara dua variabel dari periode waktu yang berbeda. Mereka mengambil data tujuh tahun dari (2003 hingga 2010) dan mengamati perubahan indeks pembangunan e- government dengan perubahan indeks persepsi korupsi dengan menerapkan metode kausal.
Berdasarkan beberapa referensi penelitian terdahulu yang membahas terkait dengan konsep pelayanan publik yang berkaitan dengan inovasi dilaksanakan di Desa Kesambi Rampak, Situbondo. Perbedaan yang dimiliki yang pertama jelas terkait kedua variable yang diangkat oleh penulis kali adalah perubahan system administrasi pelayanan public dan era revolusi industri 4.0.
Yang kedua adalah metode penelitian yang digunakan, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dilakukan di Kesambi Rampak. Fokus perbedaan berikutnya yakni terletak pada paradigma yang digunakan penulis untuk menyusun penelitian ini adalah
476 menggunakan paradigma New Public Service yang telah disinggung di beberapa penelitian sebelumnya. Apabila beberapa penelitian terdahulu menggunakan paradigma yang sama akan tetapi penelitian ini memiliki letak perbedaan pada perubahan system administrasinya, bagaimana bentuk perubahan secara taktis nya ketika pemerintahan menggunakan paradigma New Public Management yan telah berubah menjadi New Public Service sehingga penulis sangat tertarik untuk mengangkat judul tersebut.
2. Kajian Pustaka
Paradigma Pelayanan Publik ( New Public Management dan New Publik Service) Era birokrasi pertama yang dikemukakan oleh Max Weber menciptakan paradigma pemerintahan yang kaku, hirarkis, serta kritik yang sangat tajam adalah bahwa model birokrasi pertama yang dikemukakan oleh Weber adalah sebagai alat untuk melaksanakan kebijakan politisi. Olsen menyebutkan bahwa sektor publik berbeda dengan sektor swasta, dimana para wirausaha tentunya menjadi pelaku pasar dalam mengejar kepentingan mereka, sementara birokrasi dalam hal ini publik lebih mengedepankan persaingan serta manfaat yang sebanding dengan kinerja yang diharapkan menghasilkan akuntabilitas yang sangat baik. Tujuan dari penilaian terhadap kinerja pegawai dalam New Public Management adalah semata mata dalam rangka meningkatkan kinerja pemberi pelayanan publik agar efektif serta efisien. Dalam rangka mengejar tujuan tujuan New Public Management, pemerintah menggunakan beberapa cara seperti pernyataan (Laxmikanth (2006) dalam Ani 2006) yaitu :1. Penciptaan organisasi publik otonom 2. Mengurangi ukuran pemerintah 3. Korporatisasi organisasi pemerintah 4. Mengurangi anggaran dan pengeluaran kesejahteraan 5.
Mereformasi struktur PNS 6. Pengukuran kinerja dan evaluasi 7. Privatisasi usaha publik 8. Desentralisasi kewenangan kepada tingkat yang lebih rendah 9.
Mengontrakkan pelayanan kepada lembaga-lembaga swasta 10.Mempromosikan keterbukaan dan transparansi dalam administrasi 11. Partisipasi masyarakat dalam administrasi 12. Deklarasi piagam warga negara, dan sebagainya keempat (Philip dan Daganda. 2013). Lalu, New Public Management memiliki kareakteristik khusus yang menjadikannya ciri, yaitu 1. Pengembangan Rencana Strategis yang terkait dengan proses Perencanaan organisasi tahunan; 2. Mendefinisikan dan
477 menetapkan tujuantujuan organisasi dan individu dan tujuan secara tahunan; 3.
Pengembangan indikator kinerja pribadi dan organisasi; 4. Pengembangan dan implementasi kerangka Perencanaan Organisasi yang komprehensif; 5.
Pengembangan dan pelaksanaan proses penilaian pribadi; 6. Menghubungkan strategi dan tujuan organisasi dengan penyelarasan jabatan, dan; 7. Pengembangan dan pelaksanaan ulasan manajemen dan kerangka evaluasi kinerja (diadaptasi dari Boston, 1991;. Butterfield et al, 2004 dalam Hayer, 2010). Namun meskipun banyak dukungan dari beberapa ahli. New Public Management tidak luput dari kritikan para ahli dimana beberapa ahli berkata bahwa meskipun faktor faktor dari sektor publik dan sektor swasta bisa dibilang sama, namun terdapat perbedaan dari segi fungsi serta bentuknya dimana orientasi dari swasta dan publik tentunya berbeda serta dalam mengelola sektor swasta dengan publik tentunya lebih baik pengelolaan sektor swasta.
Era Revolusi Industri 4.0 diwarnai dengan adanya kecerdasan buatan (artificial intelligence), super computer, rekayasa genetika, teknologi nano, mobil otomatis dan inovasi. Perubahan tersebut terjadi dalam kecepatan eksponensial yang berdampak terhadap perkembangan ekonomi, industry politik bahkan system pemerintahan (Satya, 2018a). Beberapa negara lain juga turut serta dalam mewujudkan konsep Industri 4.0 namun menggunakan istilah yang berbeda seperti Smart Factories, Industrial Internet of Things, Smart Industry, atau Advanced Manufacturing (B., Demangeon, & Low, 2018). Dampak dari revolusi industry keempat salah satunya adalah semakin berkurangnya tenaga kerja manusia dalam proses produksi termasuk proses pelayanan public karena sudah banyak tergantikan oleh teknologi berbasis IT yang memudahkan setiap pelayanan. (Mataram et al., 2018) sudah sepatutnyalah organisasi pemerintah peka dan melek terhadap perkembangan teknologi yan semakin global dan senantiasa introspeksi diri sehingga mampu menjalankan tugas pokok dan fungsinya dengan lebih efisien dan efektif sebagai respon tehadap meningkatnya tuntutaan dan transparansi public. Adapun pendapat yang mengacu pada Federasi Industri German /BDI 2016 terdapat empat sifat atau komponen dari revolusi industry 4.0 antara lain : Social Machine, mesin-mesin canggih yang saling berinteraksi seoerti layaknya manusia dengan media social online, Global Facility dan Virtual
478 Productio, mesin-mesin yang terintegrasi ke system penyedia layanan dan pengguna layanan, Smart product, tiap produk yang dihasilkan menyimpan data dalam bentuk Chips Set, Smart Service, produsen akan melakukan perbaikan dan pengembangan produk sehingga mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan.
(Alamsyah, 2016) berpendat bahwa New Public Management merupakan sebuah pelayanan dengan tujuan meningkatkan kinerja administrasi pelayanan public melalui penggunaan konsep-konsep yang diambil dari sector swasta atau perusahaan, sehingga orientasi yang jalankan adalah demi memuaskan cutomer untuk mendapatkan provit atau keuntungan. Osbone dan Gaebler pencetus paradigma New Public Management menawarkan 10 prinsip pemerintahan berbasis wirausaha antara lain sebagai berikut : pemerintahan yang katalis (mengarahkan), pemerintahan milik masyarakat (memberi wewenang), menyuntikan persaingan ke dalam pemberian pelayanan, pemerintahan yang digerakkan oleh misi, membiayai hasil, pemerintahan dengan orientasi memenuhi kebutuhan pelanggan, pemerintahan yang harus mengahsilkan, pemerintahan yang mencegah masalah, pemerintahan yang bersifat desentralisasi dengan membuka partisipasi dan membentuk team work, serta pemerintahan yang beroientasi pasar.
Paradigma New Public Service (Muharam, 2019) berakar pada konsep teori demokrasi, yang meliputi teori tentang demokrasi kewarganegaraan, perlibatan warga negara dan pentingnya deliberasi, model masyarakat sipil dan komunitas dan lainya. Adapun indikator atau prinsip New Public Services yang digagas oleh Denhardt dan Denhardt antara lain adalah sebagai berikut: pertama, citizens, not customer. Maksudnya adalah tujuan utama pelayanan yang ditujukan kepada masyarakat orientasinya bukan melayani sebagai konsumen melainkan sebagai pemeran utama pilar demokrasi. Kedua, seec the public interest.
Mengutamakan kepentingan public menjadi salah satu hal yang penting dalam New Public Service. Ketiga, Value Citizenship over Entrepeneur atau dalam pandangan ini nilai-nilai kewarganegaraannya harus diposisikan diatas prinsip- prinsip bisnis. Keempat, think strategically, act democratically. Kebijakan dan program yan dibuat harus berdasarkan asas demokrasi dan penyelenggaraannya harus strategis. Kelima, recognize that accountability is not simple. Pandangan ini
479 menjelaskan tentang pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pejabat public bukan hanya secara formalitas di atas kertas dan dalam melalui acara ceremonial dalam siding secara khususnya saja. Keenam, serve rather than steer. Maksud dari pandangan ini adalah pemerintah hendaknya memberikan pengarahan yakni sebagai regulator, fasilitator, pengendali, namun bukan pelaksana operasional.
Ketujuh, value people, not just productivity. Pandangan ini mengungkapkan bahwa sebaiknya pemerintah tetap mendahulukan kepentingan masyarakat demi kesejahteraan bersama akan tetapi tidak mengorbankan nilai-nilai social di dalam demi mencapai citra yang baik di mata public.
Table berikut merupakan bentuk pergeseran prinsip dari paradigma New Public Management ke paradigma New Public Service
Aspek Pergeseran Prinsip
New Public
Management
New Publik Service
Siapa yg dilayani Pelanggan Warga negara (citizen) Peran Pemerintah Mengarahkan: menjadi
katalis untuk mengem- bangkan kekuatan pasar
Melayani: melakukan negosiasi dan menjadi beragam kepentingan masyarakat, menyapaki common values.
Mekanisme untuk mencapai tujuan
Menciptakan
mekanisme dan struktur insentif untuk mencapai tujuan kebijakan melalui lembaga swasta dan masyarakat madani.
Membangun koalisi dan kerjasama lembaga pemerintah, swasta dan masyarakat madani, untuk memenuhi kebutuhan yang telah disepakati
bersama.
Pendekatan akuntabilitas
Diarahkan oleh pasar, keputusan pribadi menghasilkan produksi yang diinginkan pelanggan/ masyarakat
Multi-aspek, pelayanan publik harus memenuhi ketentuan hokum, nilai masyarakat, norma politik, professional dan kepentingan warga.
Diskresi administrasi Lebih luas, untuk memenuhi tujuan kewirausahaan
Diskresi dibuthkan namun dibatasi oleh prinsip akuntabilitas
480 Struktur organisasi Terdesentralisasi
dengan kendali utama tetap di tangan lembaga public
Kolaboratif, dengan kepemimpinan bersama, baik secara internal
maupun eksternal.
Dasar motivasi pelayanan public
Semangat wirausaha, keinginan ideologis untuk mengurangi ukuran pemerintahan
Pelayanan kepada masyarakat, keinginan memberikan kontribusi bagi masyarakat.
Sumber: Denhardt J. V. and R. B. Denhardt, 2003. The New Public Service:
Serving, not Steering, New York, M.E. Shape.
a. Perubahan Sistem Administrasi Pelayanan Publik
No. Indikator Tolak Ukur
8. Citizens, not customer 4. Rencana Kerja Organisasi Perangkat Daerah
5. Laporan Akhir Kinerja Instansti Pemerintah 6. Indeks Kepuasan
Masyarakat 9. Seec the public interest
10. Value Citizenship over Entrepeneur 11. Think strategically, act democratically 12. Recognize that accountability is not simple 13. Serve rather than steer
14. Value people, not just productivity b. Era Revolusi Industri 4.0
No. Indikator Tolak Ukur
5. Social Machine Digital Governance
6. Global Facility dan Virtual Productio, 7. Smart product
8. Smart Service
Paradigma Inovasi Pelayanan Publik
Inovasi pelayanan publik pada beberapa tahun ini menjadi banyak perbincangan karena dari inovasi dalam pelayanan publik diharapkan akan terciptanya efisiensi serta transparannya kegiatan pelayanan publik di seluruh
481 dunia bahkan di Indonesia. Umumnya, banyak yang mengartikan inovasi sebagai hasil dari sebuah progres dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta hal-hal lain seperti keterampilan yang kiranya memperbaiki produk baik itu barang maupun jasa. Inovasi dalam bidang pelayanan publik lebih menekan pada bagaimana cara atau ide baru serta teknologi apa yang dapat digunakan dalam pelayanan untuk memperbarui sistem, budaya, serta teknologi pelayanan yang telah ada sebelumnya, selain pembaharuan tentunya ada juga hal berupa penyederhanaan agar terjadi efisiensi dalam melakukan pelayanan. Hal ini berarti jika ada pembaharuan seperti sistem, maka aka nada pembaharuan dalam sistem pelayanan publik seperti prosedur, metode, serta pendekatan dalam pelayanan publik. Lalu, dalam pembaharuan pada budaya pelayanan maka akan ada hal baru terkait dengan budaya pelayanan publik di terkait dengan bagaimana sikap pemberi pelayanan publik terhadap penerima pelayanan publik serta budaya masing masing pemberi pelayanan dalam mempertanggungjawabkan pekerjaannya sebagai pemberi pelayanan publik dengan adanya reformasi birokrasi. Serta adanya pembaharuan dalam bidang teknologi pelayanan publik yang diharapkan akan terciptanya efisiensi, transparansi, serta terciptanya good governance yang dinilai baik dalam sistem negara.
Robbins (1994) lebih memfokuskan inovasi pada :1) Gagasan baru yang merupakan olah pikir mengamati fenomena yang terjadi dapat berupa penemuan gagasan pemikiran, sistem, ide sampai pada gagasan mengkristal; 2) Produk maupun jasa sebagai hasil lanjutan gagasan baru yang merupakan tindak lanjut berbagai kajian, penelitian dan aktivitas percobaan melahirkan konsep konkret bentuk jasa dan produk yang siap diimplementasikan dan dilakukan pengembangan; 3) Upaya Perbaikan yang merupakan usaha sistematis penyempurnaan dan perbaikan terus menerus buah dari inovasi tersebut manfaatnya dapat dirasakan. Inovasi berhubungan dengan Ide-Ide baru yang bermanfaat dan sifat keterbaruannya mempunyai nilai namun tidak berarti apa-apa bila tidak diikuti kehadiran dan nilai kemanfaatannya (David Albury, 2003). Telah banyak inovasi-inovasi pelayanan publik yang ada di negara kita baik itu dari inovasi pada sistem pelayananan publik, lalu inovasi pada budaya pelayanan publik, maupun pada teknologi pelayanan publik. Seperti di Malang sendiri
482 terdapat inovasi berupa Lapor, yaitu inovasi berupa layanan pengaduan online jika ada hal-hal buruk yang terjadi dalam lingkungan masyarakat. Lalu ada juga inovasi pelayanan publik berupa Among Warga di Kota Batu yang dimana inovasi pelayanan publik ini hampir sama seperti Lapor yang ada di Kota Malang. Dalam beberapa kasus, kedua inovasi ini memang telah digunakan oleh rakyat di masing- masing daerah untuk melaporkan jika terjadi hal-hal yang perlu dibenahi dalam lingkungan masyarakat, namun yang digaris bawahi dalam hal ini adalah bagaimana rakyat bisa tau hal itu telah diperbaiki atau diproses atau tidak oleh pihak pemerintah. Seperti halnya ada sebuah kasus dimana jalan berlobang yang telah dilaporkan oleh warga Malang namun dalam waktu yang sangat lama jalan itu tidak kunjung diperbaiki hingga warga sendiri mengadakan galan dana untuk memperbaiki jalan itu tanpa bantuan pemerintah.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, inovasi tidak selalu dapat berjalan mulus atau bisa dibilang tidak akan dapat lancar lancar saja dalam implementasinya. Kasus kasus seperti diatas tentunya terjadi karena adanya beberapa faktor, biasanya budaya menjadi hambatan hambatan dalam inovasi penerapan pelayanan publik. Budaya yang dapat menghambat pelayanan publik itu salah satunya adalah budaya risk aversion, dimana budaya ini berkaitan dengan budaya budaya yang tidak menginginkan ada resiko dalam prosesnya. Berjalan seiring dengan inovasi yang tidak luput akan adanya resiko, budaya ini tentunya sangat ditakutkan akan terjadi dalam melakukan atau mengimplementasikan sebuah inovasi yang telah terwujud. Hal ini sangat sebanding jika dikaitkan dengan kinerja pegawai pegawai maupun karyawan karyawan dalam sisi pihak pemberi pelayanan publik yang umumnya sangat hirarkis, administratif, serta prosedural
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan penyelenggaraan publik sesuai dengan paradigma good governance, dalam pelaksaannya tidak hanya ditujukan kepada satu lembaga berdasarkan pendekatan rule government (legalitas). Dalam mencapai paradigma good governance maka harus menerapkan sebuah proses dan prosedur, perumusan dan penyusunan suatu kebijakan
483 semestinya mengutamakan kepentingan publik dan melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Proses penyelenggaraan pemerintahan untuk mencapai good governance maka membutuhkan sebuah perubahan yang inovatif, hingga transformatif sesuai dengan perkembangan zaman dimulai dengan adanya paradigma Old Public Service dengan konsepnya yang legalistik, memiliki bermacam aturan yang mengikat, struktural kelembagaan yang hierarkis, serta sistem pemerintahan yang cenderung sentralistik, dan pemerintah yang cendenrung memiliki otoritas penuh.
Sehingga dalam menerapkan Old Public Service dirasa tidak efektif maka pada tahun 1980 muncul paradigam New Public Managament yang dikemukakan oleh Crishtopher Hood, paradigma tersebut berbeda dengan Old Public Administrartion kali ini terdapat sistem kontrol untuk output dari kebijakan pemerintah, hingga pada layanan yang berbasis konsumen atau kostumer. Dalam penerapan paradigma New Public Managament menuai kritikan dengan muncul paradigma New Public Service yang digagas oleh Denhardt dan Denhardt dengan prinsip antara lain adalah sebagai berikut: pertama, citizens, not customer.
Maksudnya adalah tujuan utama pelayanan yang ditujukan kepada masyarakat orientasinya bukan melayani sebagai konsumen melainkan sebagai pemeran utama pilar demokrasi. Kedua, seec the public interest. Mengutamakan kepentingan public menjadi salah satu hal yang penting dalam New Public Service. Ketiga, Value Citizenship over Entrepeneur atau dalam pandangan ini nilai-nilai kewarganegaraannya harus diposisikan diatas prinsip-prinsip bisnis.
Keempat, think strategically, act democratically. Kebijakan dan program yan dibuat harus berdasarkan asas demokrasi dan penyelenggaraannya harus strategis.
Kelima, recognize that accountability is not simple. Pandangan ini menjelaskan tentang pertanggungjawaban yang dilakukan oleh pejabat public bukan hanya secara formalitas di atas kertas dan dalam melalui acara ceremonial dalam siding secara khususnya saja. Keenam, serve rather than steer. Maksud dari pandangan ini adalah pemerintah hendaknya memberikan pengarahan yakni sebagai regulator, fasilitator, pengendali, namun bukan pelaksana operasional. Ketujuh, value people, not just productivity. Pandangan ini mengungkapkan bahwa sebaiknya pemerintah tetap mendahulukan kepentingan masyarakat demi
484 kesejahteraan bersama akan tetapi tidak mengorbankan nilai-nilai social di dalam demi mencapai citra yang baik di mata publik.
Penerapan paradigma New Public Service dapat dikolerasikan dengan Era Revolusi Industri 4.0 karena, sistem pemerintahan membutuhkan ruang gerak yang fleksibel serta membutuhkan pembaharuan untuk mencapai asas good governance. Sesuai dengan Permendagri Nomor 7 tahun 2016 tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan secara Daring. Proses pembaharuan tersebut dengan sistem pelayanan berbasis Digital Government sehingga dapat mempermudah pemerintah untuk melakukan rekap data administrasi dan masyarakat dapat melakukan pelayanan secara instan. Salah satunya desa Kesambi Rampak di Situbondo yang kini telah menerapakan pelayanan elektronik melaluli website http://kesambirampak.desa.id/first dengan berbagai macam pelayanan administrasi hingga bentuk transparansi desa dengan pengelolaan yang mudah diakses oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut merupakan inovasi pemerintah untuk terus mengembangkan wilayahnya sesuai dengan tujuan untuk mencapai good governance hingga kesiapan menghadapi tantangan memasuki Era Revolusi Industri 4.0.
1. Bentuk Inovasi Rampak Pintar yang Diciptakan oleh Desa Kesambi Rampak
Berdasarkan hasil wawancara dengan Narasumber munculnya inovasi Rampak Pintar ini dikarenakan keresahan aparatur desa dan masyarakat terhadap kerumitan segala proses pelayanan, selain itu adanya pengaruh revolusi industry 4.0 menuntut seluruh pemerintahan desa untuk membuat inovasi yang dapat mempermudah kinerja mereka dalam melayani masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan teknologi. Rampak pintar (Kesambi Rampak Layanan Siap Antar) ini merupakan salah satu wujud inovasi yang kemudian diciptakan oleh desa Kesambi Rampak, Situbondo. Layanan ini berbasis layanan online yang dapat diakses di www.kesambirampak.desa.id oleh seluruh warga desa kesambi rampak. Melalu inovasi website tersebut masyarakat dapat melakukan layanan permohonan berbagai surat, seperti surat keterangan pindah penduduk, keterangan tidak mampu, laporan kehilangan, dan masih banyak lagi. Tidak hanya itu website ini juga memuat berbagai informasi tentang APBDes, jumlah penduduk per
485 dusun, jenis kelamin, pekerjaan, agama, dll. Serta jumlah KK di desa tersebut, hampir seluruh info tentang desa Kesambi Rampak dapat di akses melalui website tersebut, namun tidak sembarang orang yang dapat mengaksesnya, melainkan hanya penduuduk asli desa yang akan memperoleh id serta password melalui admin pada website tersebut.
Gambar 1. Tampilan depan Website Rampak Pintar
Demi meminta layanan dari website tersebut warga atau penduduk harus menunjukkan KTP asli dan mengirim pesan kepada admin untuk memperoleh ID mereka, setelah itu mereka dapat login dan mengakses segala informasi di dalamnya termasuk mengajukan surat-surat khusus seperti surat kehilangan, dsb, dengan mengisi data mereka secara mandiri. Setelah semua data terisi mereka dapat menekan tombol ekspor dokumen, sehingga data yang telah di ekspor tersebut otomatis akan masuk ke perangkat pusat dan pihak pusat akan melakukan pengecekan sekaligus pencetakan berkas tersebut. Terakhir pemohon atau penduduk yang meminta surat tadi akan mengambil berkas tersebut dengan datang ke kantor desa atau bisa juga meminta layanan Rampak Pintar untuk mengantarnya ke alamat yang dituju. Dengan kata lain, system ini sangat praktis sehingga memudahkan masyarakat khususnya penduduk desa Kesambi Rampak dalam memimta layanan terhadap pemerintah desa.
486 Gambar 2. Tampilan Layanan Publik yang Tersedia
Terdapat berbagai macam layanan yang ada di dalam Rampak Pintar, pengguna/warga dapat mendapatkan pelayanan dan informasi dengan mudah secara online. Dalam berandanyapun sudah tercantum dengan jelas jumlah dusun, penduduk, KK, surat yang telah dicetak, kelompok warga, rumah tangga, hingga jumlah kepemilikan KIS. Melalui inovasi Rampak Pintar wrga desa Kesambi Rampak dapat mengakses informasi dan mendapat transparansi dengan mudah dan jelas.
Gambar 3. Layanan Surat yang Disediakan.
Pada gambar 3. Dijelaskan tampilan layanan surat yang tersedia dalam website Rampak Pintar, layanan surat yang tersedia meliputi layanan surat Keterangan Penduduk, Biodata Penduduk, Keterangan Jual Beli, Keterangan KTP dalam Proses, Keterangan Berpergian/Jalan, Pengantar Izin Keramaian, Keterangan JAMKESOS, Keterangan Domisili Usaha, Keterangan Kelahiran, Permohonan Akta Lahir, Pernyataan Belum Memiliki Akta Lahir, Permohonan Duplikat Kelahiran,, Keterangan Lahir Mati, Keterangan untuk Menikah (N-1 s/d N-7), Keterangan Pergi Kawin, Keterangan Wali Hakim, Permohonan Duplikat Surat Nikah, Permohonan Cerai, Keterangan Pengantar Rujuk/Cerai, Permohonan KK, Domisili Usaha Non Warga, Keterangan Izin Orrang Tua/Suami/Istri, Pernyataan Penguasaan Fisik Bidang Tanah (SPORADIK), Domisili Lembaga, Perjalanan Dinas, Keterangan Usaha, Keterangan Kematian, Keterangan Penghasilan Ayah, Keterangan Penghasilan Ibu, Perintah Perjalanan Dinas, Keterangan Kepemilikan Kendaraan, dan Keterangan Kepemilikan Tanah.
Semuanya dapat diakses setelah penduduk meminta ID dari admin.
487 Gambar 4. Surat Online yang Siap Dicetak
Setelah mengisi beberapa rangkaian informasi sesuai dengan kebutuhan, maka surat secara mandiri akan diisi oleh warga yang mengajukannya, setelah mengisi seluruh data secara lengkap, warga hanya perlu menekan tombol submit sehingga surat pun dapat diproses oleh pemerintah desa dengan cepat., tidak hanya sampai disitu selain menghemat waktu, Rampak Pintar juga dapat menghemat biaya, hal ini karena warga juga dapat meminta petugas desa untuk langsung mengantarkan surat tersebut ke alamat yang mereka tuju.
2. Dampak yang Diperoleh Dari Adanya Transformasi Pelayanan Publik Kita ketahui bersama bahwa pelayanan publik di Indonesia bermula dari zaman kerajaan yang dimana pada saat itu sifat pelayanan sangat manual yaitu administrasi pada saat itu hanyalah melalui surat yang ditulis langsung oleh pihak Kerajaan dengan sebuah pena dan kertas. Serta tidak adanya transparansi serta ruang publik untuk masyarakat yang ditunjukkan oleh sangat berkuasanya Raja pada masa itu. Revolusi Industri pertama membawa kita pada transformasi pelayanan publik yang pertama, dimana revolusi industri menghasilkan mesin- mesin canggih dikala itu dan tidak luput juga adalah mesin ketik yang menandai adanya transformasi dalam bidang pelayanan publik. Dimana mesin ketik pada saat itu sangat mempercepat proses pelayanan publik khususnya dalam bidang administrasi. Dilanjutkan dengan revolusi insdustri berikutnya yang kemudian menghasilkan sebuah komputer yang belum begitu canggih pada saat itu.
Namun kembali lagi, terciptanya alat-alat pada babak-babak baru Revolusi Industri diharapkan dapat menguntungkan semua pihak, tidak terlepas bagi urusan
488 pelayanan publik yang sangat membutuhkan administrasi didalamnya. Komputer pada saat itu diharapkan dapat menggantikan mesin ketik yang masih dinilai lambat dalam melakukan proses administrasi yang dilakukan oleh penyedia pelayanan public atau pemerintah. Terbukti dengan kecanggihannya, komputer hingga saat ini mengalami perkembangan-perkembangannya sendiri mengikuti kebutuhan yang dibutuhkan masyarakat dari waktu ke waktu. Memasuki era Revolusi Industri keempat kemudian munculah hal yang bernama era big data, yakni yang berarti bahwa setiap orang dari sudut dunia mana saja berhak atau bisa mengakses setiap data dari seluruh dunia. Setiap orang bahkan bisa mengakses data dari rumah mereka sendiri tanpa harus keluar rumah untuk mengakses data tersebut, dengan contoh adalah bahwa kita bisa mengakses tiket pesawat tanpa harus mengeceknya ke Bandara.
Perubahan-perubahan tersebut kemudian dimanfaatkan oleh pemerintah dari masing-masing negara di seluruh dunia untuk memanfaatkan perubahan- perubahan yang terjadi khususnya pada sektor teknologi. Berbicara tentang pemerintah tentunya tidak dapat terlepas dari urusan pelayanan publik yang disediakan oleh mereka. Perubahan-perubahan yang telah diperlihatkan oleh mesin-mesin canggih hingga saat ini mengharuskan supaya pemerintah juga berbenah untuk mengubah proses pelayanan publik mereka dari yang dulunya meggunakan kertas dan pena, hingga saat ini mereka hanya butuh sebuah alat bernama komputer untuk melakukan semua hal itu. Tidak terlepas dari semua itu, pemerintah Indonesia pun saat ini juga berbenah untuk menggunakan proses pelayanan digital untuk pelayanan publik mulai dari pemerintah negara hingga ke pemerintah desa. Penyelenggaraan oleh pemerintah negara untuk menggunakan layanan berbasis elektronik berupa komputer telah diatur sebagaimana mestinya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Pada Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa
“Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.”
Hal itu membuktikan bahwa pada saat itu pemerintah negara kita benar-benar serius dalam membenahi pelayanan publiknya khususnya dalam proses pelayanan
489 melalui digital. Hal ini juga terbukti bahwa saat ini terdapat program digital yang harus dijalankan oleh desa, yaitu Siskeudes.
Memulai program Rampak Pintar pada tahun 2018. Latar belakang dari program Rampak Pintar ini bermula selain karena adanya himbauan yang dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah desa agar pemerintah desa memulai untuk melaksanakan program pelayanan digital, namun juga karena adanya kesadaran dari karyawan desa untuk memulai program ini dimana karyawan tersebut terinspirasi oleh pemikiran yakni bagaimana jika perangkat atau karyawan desa bisa lebih mendengar lebih baik kebutuhan rakyatnya.
Kolaborasi dengan akademisi, BPD, serta organisasi-organisasi pemuda desa seperti Karang Taruna.
Rampak Pintar tidak hanya digunakan sebagai alternatif transformasi pelayanan digital oleh Pemerintah Desa Kesambi Rampak namun juga sebuah alternatif bagi desa untuk membuka data-data bagi masyarakatnya seperti APBDes yang dapat dinampakkan dalam Rampak Pintar sebagai sebuah solusi transparansi bagi pemerintah desa untuk rakyatnya yang dimana data yang ditampakkan dalam Rampak Pintar semisal APBDes itu terintegrasi dengan Siskeudes. OpenSID yang telah ada sebelumnya karena adanya himbauan pemerintah pusat kemudian dicoba untuk digabungkan oleh pemerintah desa Kesambi Rampak untuk membuat sebuah program yang dimana perangkat desa akan lebih mendengar kebutuhan rakyatnya lewat OpenSID yang tidak memerlukan biaya lagi karena OpenSID telah difasilitasi oleh pemerintah pusat.
Layanan Mandiri Rampak Pintar: Rampak Pintar sendiri memiliki sebuah layanan yang sangat inovatif berupa layanan mandiri bagi masyarakat desa Kesambi Rampak. Dimana rakyat terlebih dahulu harus mendaftarkan dirinya dalam aplikasi Rampak Pintar agar bisa masuk ke dalam Layanan Mandiri.
Layanan Mandiri memiliki kelebihan seperti rakyat dapat mencetak surat-surat yang dibutuhkan dirinya semisal Surat Keterangan Tidak Mampu, Surat Keterangan Usaha, dan lain-lain.
Layanan Chat Rampak Pintar:
Tantangan Rampak Pintar Dalam melaksanakan transformasi pelayanan digital oleh pihak penyedia pelayanan publik yaitu pemerintah terntunya sangat
490 tidak gampang mengingat budaya masyarakat kita yang terlalu pesimis dengan adanya pemerintah. Perlu adanya reformasi kultural didalam melaksanakan transformasi pelayanan digital di seluruh Indonesia untuk memulai ataupun memberhasilkan transformasi pelayanan digital ini. Tidak terlepas dari tantangan yang dialami seluruh pemerintah desa di Indonesia dalam melaksanakan perubahan cara atau bentuk atau proses pelayanan administratif di semua provinsi di Indonesia, Pemerintah Desa Kesambi Rampak juga tentunya memiliki tantangan yang sama dengan semua pemerintah desa yang ada di negara kita. Hal pertama yang menjadi hambatan ketika kita berbicara digitalisasi adalah Sumber Daya Manusia penduduk maupun pemerintah kita.
Pihak pemerintah dari desa Kesambi Rampak telah memilah karyawan yang dimilikinya untuk membagi tugas dalam melakukan pelayanan publik, seperti adanya pemisahan antara yang Sumber Daya Manusianya memadai untuk berinteraksi dengan hal yang digital maupun kurang memadai. Faktor utama yang menjadi penghambat dalam penyelenggaraan pemerintah untuk proses digitiliasi pelayanan publik ini adalah faktor usia, dimana pada setiap desa pasti masih ada karyawan-karyawan yang usianya sudah cukup tua tetapi masih bekerja sebagai karyawan di desa tersebut. Begitu pula dalam pemerintah desa Kesambi Rampak yang masih memiliki beberapa karyawan yang usianya lanjut yang ditugaskan dalam pelayanan manual dalam pelayanan administratif kesambi rampak. Lalu, bagi karyawan yang melek teknologi mereka diberikan tugas untuk menjadi Customer Service dalam layanan Rampak Pintar.
Berbicara terkait Sumber Daya Manusia, tentunya tidak bisa terlepas dari kurangnya Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh masyarakat kita khususnya masyarakat di desa-desa. Masyarakat desa Kesambi Rampak yang mayoritas adalah penduduk usia lanjut, tentunya tidak bisa dipungkiri lagi bahwa tantangan pemerintah desa Kesambi Rampak yang kedua setelah dari Sumber Daya Manusia karyawan adalah Sumber Daya Manusia dari masyarakat Desa Kesambi Rampak itu sendiri. Masyarakat yang pesimis akan adanya pelayanan yang sangat mudah dengan mengkolaborasikan antara teknologi dengan pelayanan publik hanyalah dianggap akan membuang-buang dana serta akan dikorupsi oleh pemerintah terkait dengan anggaran untuk menyelenggarakan program tersebut. Terbukti
491 bahwa pembiasaan yang dilakukan oleh pemerintah desa Kesambi Rampak banyak memiliki hambatan khususnya dalam sosialisasi kepada masyarakat sekitar.
Pemerintah desa Kesambi Rampak memulai sosialisasi terkait adanya program Rampak Pintar dari tahun 2018, namun tidak sedikit yang mengira bahwa program tersebut tidak akan berhasil namun hanya untuk menyediakan pengeluaran anggaran bagi pemerintah. Selain itu, tantangan yang dihadapi oleh pemerintah desa Kesambi Rampak adalah kurangnya Sumber Daya Manusia terkait dengan kurang mampunya masyarakat untuk mengakses Rampak Pintar.
Khususnya pada bagian masyarakat yang sudah lanjut usia yang tentunya tidak tau menau tentang bagaimana cara mereka mengakses internet.
KESIMPULAN
Tantangan demi tantangan yang dihadapi oleh pemerintah saat ini khususnya dalam menghadapi era Revolusi Industri 4.0 yang membawa daya otomatisasi, mengharuskan proses digitalisasi terhadap pelayanan publik segera terselesaikan.
Polemik yang tertuang dalam tatanan penyelenggara negara maupun yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di negara kita harus diselesaikan. Masalah keterbatasan Sumber Daya Manusia tetaplah selalu menjadi penghambat yang nyata bagi perkembangan yang dikehendaki oleh para pemimpin negeri. Begitu pula dengan keterbatasan Sumber Daya Manusia yang ada dalam tatanan bermasyarakat maupun tatanan penyelenggara pelayanan publik di desa Kesambi Rampak, yang harus dibiasakan mulai dari awal proses digitalisasi pelayanan publik yang ada dalam program di desa ini. Satu tahun sudah berlalu dalam memulai program Rampak Pintar, perubahan demi perubahan mulai bermunculan.
Masyarakat yang sudah mengerti mulai senang melihat adanya efisiensi dan transparansi semenjak adanya Rampak Pintar ini. Tetapi pembiasaan harus tetaplah berjalan, serta dukungan dari hierarki-hierarki diatas pemerintahan desa harus mendukung adanya program transformasi pelayanan digital yang diinisiasi oleh pemerintah desa Kesambi Rampak, agar bisa menularkan Kesambi Rampak- Kesambi Rampak lainnya di Indonesia.
492 DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, A. (2016). Perkembangan Paradigma Administrasi Publik (New Public Administration, New Public Management dan New Public Service).
04(2).
B., E. A., Demangeon, A., & Low, E. F. (2018). Industri 4.0: Telaah industri 4.0.
The Geographical Journal, 12(4), 372. https://doi.org/10.2307/1782970 Efektivitas Sistem Informasi Desa (SID) Dalam Pelayanan Publik Di Desa
Dlingo, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul
Fang, Z., & Ph, D. (2002). E-Government in Digital Era : Concept , Practice , and Development. 10(2), 1–22.
Hadi, Krishno, Listiano Asworo, Iradhad Taqwa Sihidi. 2020. “Inovasi Dialogis:
Menuju Transformasi Pelayanan Publik Yang Partisipatif (Kajian Sistem Pelayanan Malang Online).”Journal of Government and Civil Society 4(1):115–29 DOI: http://dx.doi.org/10.31000/jgcs.v4i1.2438
Mahmood, K., Nayyar, Z., & Ahmad, H. M. (2018). Switching to Electronic Government through Transformational Leadership : Implications of Multichannel and Digital Divide. 6(1), 534–540.
Mataram, S., Pelayanan, P., Di, P., Revolusi, E. R. A., Pathology, T. H. E., Public, O. F., Industrial, T. H. E. (2018). The Pathology of Public Service in the Industrial. 4(2).
Muharam, R. S. (2019). Inovasi Pelayanan Publik Dalam Menghadapi Era. 1(1), 39–47.
Politik, P., & Mataram, U. I. N. (2018). Politea : Jurnal Politik Islam Politik Digital Di Era Revolusi Industri 4 . 0
Rosliy, J. B., Hussin, N., Rosliy, J. B., & Hussin, N. (2018). Management of Government Information in the Era of Electronic Government : Where we are ? Management of Government Information in the Era of Electronic
Government : Where we are ? 8(9), 630–638.
https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v8-i9/4644
Satya, V. E. (2018a). Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. Kajian Singkat Terhadap Isu Aktual Dan Strategis Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0, X.
Satya, V. E. (2018). Strategi Indonesia Menghadapi Industri 4.0. INFO Singkat.
Veny. (2017). Faktor-Faktor Sistem Informasi Pelayanan Publik Pada Bpjs Kesehatan Kota Palembang Venny Yusiana 1. 17(1), 197–203.
Wahyudi, V. (2018). Politik Digital Di Era Revolusi Industri 4.0 “Marketing &
Komunikasi Politik”. Politea: Jurnal Kajian Politik Islam, 1(2), 149-168.
https://binus.ac.id/knowledge/2019/05/mengenal-lebih-jauh-revolusi-industri-4-0/
https://nasional.sindonews.com/read/1439542/16/revolusi-industri-40-ancaman- dan-peluang-1568407320
https://indramayukab.go.id/pemerintah-desa-harus-terapkan-aplikasi-siskeudes/