PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MELALUI DARING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA
MATERI VIRUS DI SMA NEGERI 21 GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh:
AYU ARISKA MEGA UTAMI 105441108316
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI 2021
i
ii
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupanya
(QS. Al Baqarah: 286)
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain (QS. Al Insyirah: 7)
Kupersembahkan karya ini kepada:
Kedua orang tuaku ayah dan ibu, saudaraku, dosen-dosenku,sahabatku, seluruh mahasiswa biologi C 2016, atas keikhlasannya dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
iii
Ayu Ariska Mega Utami. 2021. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Pada Materi Virus di SMA Negeri 21 Gowa. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hilmi Hambali dan Pembimbing II Nurul Magfirah.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui model Problem Based Learning. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X Mipa 1 dan Mipa 2 SMA Negeri 21 Gowa pada Tahun ajaran 2020/2021 sebanyak 60 peserta didik.
Dimana penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu perancangan, pelaksanaan, observasi dan tes hasil belajar (evaluasi).
Untuk mengetahui hasil belajar peserta didik kelas X Mipa 1 sebagai kelas Kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional dan kelas Mipa 2 sebagai kelas Eksperimen menggunakan model Problem Based Learning. Pada proses pembelajaran peneliti mengungkapkan adanya peningkatan hasil belajar peserta didik yang menggunakan model Problem Based Learning. Dapat dilihat dari skor rata-rata yaitu 83,20 dengan standar deviasi yaitu 80 atau sekitar 40%
peserta didik telah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (75).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas X SMA Negeri 21 Gowa pada materi virus meningkat dari kategori rendah menjadi tinggi disamping itu peserta didik juga lebih disiplin aktif dan bertanggung jawab dalam mengikuti kegiatan.
Kata kunci: Hasil Belajar, Problem Based Learning
iv
Segala puji bagi Allah SWT, penguasa langit dan bumi beserta seluruh isinya, Tuhan yang melimpahkan rahmat dan karunia sehingga penyusun dapat menyelesaikan proposal penelitian ini tepat pada waktunya. Salam dan shalawat tetap tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini terkadang terdapat beberapa hambatan dan kesulitan, akan tetapi semua itu dapat terlewati dengan usaha dan bantuan berupa arahan atau bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada, Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibunda Irmawanty, S.Si., M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Ibunda Hilmi Hambali, S.Pd., M.Kes., dan Ibunda Nurul Maghfira, S.Pd., M.Pd selaku dosen Pembimbing yang tidak lelah membagi ilmu, memberi arahan, masukan, dan motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Biologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah sabar mengajar dan tidak kenal lelah untuk membagikan ilmunya dengan ikhlas.
Orang tua dan keluarga yang banyak memberikan motivasi dan dorongan, serta
v
bantuan, baik secara moral maupun spiritual. Mahasiswa (i) angkatan 2016 Pendidikan Biologi, sebagai teman seperjuangan yang selalu memberi semangat.
Meskipun telah berusaha menyelesaikan skripsi ini sebaik mungkin, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan skripsi ini agar penulis dapat membuat karya yang lebih baik lagi.
Makassar, September 2020 Penulis,
Ayu Ariska Mega Utami
vi
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
SURAT PERJANJIAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v
ABSTRAK ... vi
KATAPENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penelitian ...4
D. Manfaat Penelitian ...5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...6
A. Kajian Pustaka ...6
B. Model Pembelajar Problem Based Learning (PBL) ... 13 vii
E. Kerangka Fikir ...30
F. Hipotesis ...30
BAB III METODE PENELITIAN ...31
A. Rancangan Penelitian ...31
B. Populasi dan Sampel ...33
C. Definisi Operasional Variabel ...34
D. Instrumen Penelitian...32
E. Teknik Pengumpulan data ...35
F. Teknik Analisis Data ...35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...39
A. Hasil Penelitian ...39
B. Pembahasan ...45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...48
A. Kesimpulan ...48
B. Saran ...48
DAFTAR PUSTAKA ...50
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...52
viii
Tabel Halaman
2.1 Langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL) ... 16
3.1 Desain Penelitian (Nonequivalent Control Group Design) ... 30
3.2 Populasi Siswa Kelas X SMAN 21 Gowa ... 31
3.3 Pengkategorian Hasil Belajar Pada Peserta Didik ... 34
3.4 Kategori Nilai Uji N-gain ...38
4.1 Pengolahan Data Statistik Deskriptif Skor Hasil Tes Belajar (Pretest dan Posttest) materi Virus secara umum pada peserta didik kelas X Mipa 1 dan X Mipa 2 di SMA Negeri 21 Gowa ... 38
4.2 Kategori Tes Hasil Belajar (Post-Test) Peserta Didik Materi Virus ... 39
4.3 Kategori Hasil Rata-rata Nilai Uji N-gain ... 40
4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen ... 40
4.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 41
4.6 Hasil Hipotesis Uji N-gain Independen sampel T-tes ... 41
ix
Gambar Halaman
2.1 Bentuk Virus Kompleks ...19
2.2 Bentuk Virus ...20
2.3 Virus Berbentuk Helix ...21
2.4 Virus Berbentuk Polihedral ...21
2.5 Virus Komplek ...22
2.6 Virus Berpelindung ...22
2.7 Daur hidup virus ...23
x
Diagram Halaman 2.1 Kerangka Pikir Penelitian ...31
xi
Grafik Halaman 4.1 Kategori Hasil Tes Belajar Peserta Didik Materi Virus Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ...40
xii
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia mewajibkan setiap warga negara menempuh jenjang pendidikan minimal Sembilan tahun. Hal ini dilakukan pemerintah bukan tanpa alasan. Seperti yang terlihat zaman semakin modern dan semakin berkembang, oleh karena itu setiap orang harus menempuh pendidikan. Di mana pendidikan memegang peranan penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Berhasilnya pembangunan di bidang pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap pembangunan di bidang yang lainnya.
Pendidikan di Indonesia memiliki permasalahan yang sangat kompleks, salah satunya adalah rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran. Upaya meningkatkan kualitas tidak bisa dilakukan sendiri oleh Kementrian Pendidikan. Tapi semua pihak yang di dunia pendidikan terlibat. Guru yang melakukan perbaikan kualitas harus mulai dari lapangan. Para guru sudah melakukan perbaikan ruang kelas tempat mereka mengajar.
Prestasi belajar Siswa di sekolah, sering diindikasikan dengan permasalahan belajar dari Siswa tersebut dalam memahami materi. Indikasi ini dimungkinkan karena faktor belajar Siswa yang kurang efektif, bahkan Siswa sendiri tidak merasa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
Akibatnya Siswa tidak memahami materi yang bersifat sukar, yang diberikan oleh guru tersebut.
1
Kecenderungan belajar yang kurang menarik merupakan hal yang wajar dialami oleh guru baik dalam karakteristik maupun dalam pengembangan ilmu.
Dalam hal ini, peran seorang guru sebagai pengembang ilmu sangat besar untuk memilih dan melaksanakan pembelajaran yang tepat dan efisien bagi siswa. Jadi bukan hanya menerapkan pembelajaran berbasis konvensional.
Pembelajaran yang baik dapat ditunjang dari suasana yang kondusif. Selain itu, hubungan komunikasi antara guru dan Siswa dapat berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di SMA Negeri 21 Gowa kelas X, dimana proses pembelajaran biologi dalam kelas masih terdapat beberapa permasalahan yang menyebabkan pembelajaran kurang optimal dan siswa cenderung pasif. Berdasarkan observasi, beberapa penyebab ketidakaktifan siswa seperti menurunya motivasi belajar, dilihat dari reaksi siswa terhadap proses pembelajaran masih rendah dan pembelajaran masih berpusat pada guru bukan berpusat pada siswa. Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi, siswa tidak bisa menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata, model pembelajaran yang kurang menarik dan memotivasi siswa, serta kegiatan pembelajaran biologi cenderung memakai metode ceramah. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa yang cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Nilai rata-rata hasil belajar siswa kelas X masih rendah yakni masih ada beberapa siswa yang nilainya dibawah nilai KKM (Nilai KKM : 75). Nilai yang dicapai siswa masih dibawah kriteria ketuntasan minimal sekitar 59% sedangkan yang sudah
mencapai KKM sekitar 41%. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran cenderung berlangsung satu arah.
Dalam proses pembelajaran, guru peranan penting dalam menghadirkan kondisi pembelajaran yang mendorong aktivitas siswa. Upaya menciptakan kondisi pembelajaran yang mungkin melibatkan peran aktif siswa menuntut guru untuk memiliki kemampuan memakai model pembelajaran yang sesuai dan beragam agar siswa tidak bosan. Adanya peserta didik yang mengikuti pembelajaran membutuhkan motivasi yang tinggi yang pada akhirnya mempengaruhi hasil belajar.
Agar dapat berhasil, model pembelajaran harus dipilih sesuai dengan situasi siswa serta lingkungan belajar. Memungkinkan siswa untuk tetap aktif, interaktif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat juga memperjelas konsep yang diberikan sehingga siswa selalu jeli berfikir dan berperan aktif. Tujuan pembelajaran dapat memperjelas proses pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi yang harus diselesaikan dalam proses pembelajaran.
Model pembelajaran yang dipakai guru harus membantu siswa dalam menganalisis. Salah satunya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Diharapkan model PBL lebih baik untuk meningkatkan keaktifan siswa
jika dibandingkan dengan model konvensional. Keefektifan model ini adalah siswa lebih aktif dalam berfikir dan memahami materi secara berkelompok dengan melakukan investigasi dan inkuiri terhadap permasalahan yang nyata di sekitarnya sehingga mereka mendapatkan kesan yang mendalam dan lebih
bermakna tentang apa yang mereka pelajari. Penerapan model PBL pada pembelajaran biologi diharapkan siswa mampu menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menyelesaikan.
Berdasarkan berbagai uraian di atas, perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) melalui daring terhadap hasil belajar siswa kelas X pada materi Virus di SMA Negeri 21 Gowa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui daring pada materi Virus kelas X di SMA
Negeri 21 Gowa ?
2. Apakah ada pengaruh model Problem Based Learning (PBL) melalui daring terhadap hasil belajar siswa materi Virus kelas X SMA Negeri 21 Gowa ? C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL) melalui daring pada materi Virus kelas X di SMA Negeri 21 Gowa.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh model Problem Based Learning (PBL) melalui daring terhadap hasil belajar siswa materi Virus kelas X di SMA Negeri 21 Gowa.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu : 1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model Problem Based Learning (PBL) yang mampu memberikan pengaruh terhadap materi virus pada siswa kelas X di SMA Negeri 21 Gowa.
2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan peneliti terhadap berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan untuk melakukan proses pembelajaran khususnya pada model Problem Based Learning (PBL).
b. Bagi Guru
Dapat dimanfaatkan sebagai tambahan wawasan mengenai penggunaan model Problem Based Learning (PBL) yang dapat diterapkan pada saat melaksanakan proses belajar mengajar.
c. Bagi Siswa
Dapat menambah pengetahuan dan potensi pikir siswa dalam melakukan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran biologi khususnya pada materi virus
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Hasil Belajar
Istilah belajar merupakan hasil dari penguasaan ilmu pengetahuan yang diungkapkan dalam bentuk perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa selama belajar disekolah, yaitu aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif. Kognitif dalam arti penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan guru di kelas. Aspek psikomotorik memiliki arti kemampuan siswa untuk mengungkapkan kembali kemampuan yang telah dimilikinya, sehingga benar-benar mampu mempraktekkan secara nyata. Sedangkan afektif yaitu kemampuan siswa mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ilmu pengetahuan yang telah dipelajarinya untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari (Aminah, 2018 : 23).ha
Hasil belajar merupakan prestasi yang dicapai setelah siswa menyelesaikan sejumlah materi pembelajaran dan merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai sebab akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Adapun prestasi merupakan hasil yang diperoleh siswa karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan Pendidikan banyak bergantung
6
didik (Sinar, 2018: 20-21).
Menurut Susanto (2013: 5), hasil belajar merupakan perubahan- perubahan yang terjadi pada siswa baik pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai materi pelajaran tertentu. Prestasi belajar siswa tidak hanya diukur dari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan, tetapi juga sikap dan keterampilan.
Hasil belajar sebagai sesuatu yang diperoleh, didapatkan, atau dikuasai setelah proses belajar siswa yang biasanya ditunjukkan dengan nilai atau skor. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dalam kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa yang dinilai adalah hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. (Husamah, 2018: 19).
Hasil belajar siswa diukur dengan cara menilai. Menurut Sihwidi (2018: 1), pekerjaan menilai ini tak selamanya membuat nyaman, karena sangat membuang tenaga, waktu, pikiran dan berbagai macam pengorbanan. Namun, dengan era digital yang semakin modern ini semua pekerjaan termasuk menilai hasil ulangan siswa yang berbentuk pilihan ganda maupun berbentuk uraian singkat, menjodohkan ataupun bentuk yang lain bisa terbantu dengan adanya teknologi android ataupun laptop
dan memudahkan guru-guru atau tenaga pengajar dalam proses penilaian siswa.
2. Jenis Hasil Belajar
Hasil belajar secara garis besar terbagi dalam tiga ranah, yaitu:
1) Hasil belajar kognitif
Meliputi hasil belajar mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, dan mengevaluasi.
2) Hasil belajar afektif
Berkenaan dengan nilai. Menurut Krathwohl yakni penerimaan, responding, penilaian, organisasi dan karakteristik nilai atau internalisasi.
3) Hasil belajar psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik adalah gerakan refleks (keterampilan pada gerakan tidak sadar), keterampilan pada gerakan-gerakan dasar, kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motoris dan lain-lain, kemampuan bidang fisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan ketepatan, gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai keterampilan yang kompleks, kemampuan yang berkaitan dengan non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretative (Aminah, 2018: 32-33).
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Darmadi (2017: 303-305), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa mencakup faktor internal dan eksternal sebagai berikut:
1) Faktor Internal
yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang terdiri dari faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan dan kesiapan).
a). Aspek psikologis (jasmaniah) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, Kesehatan jasmani sangatlah besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.
b). Aspek psikologis baik yang bersifat bawaan ataupun diperoleh seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan berfikir, dan kemampuan dasar bahan pengetahuan yang dimilikinya.
2) Faktor Eksternal
yaitu faktor yang berasal dari luar individu. Faktornya terdiri dari faktor keluarga (cara mendidik, relasi antara anggota keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan); faktor sekolah (metode mengajar guru, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar belajar diatas ukuran, metode belajar dan tugas rumah); dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).
a). Faktor sosial
kehidupan manusia dengan lainnya saling membutuhkan dan diantara mereka tidak hidup tanpa ada manusia lain yang membantu. Keluarga mempunyai pengaruh sangat besar terhadap Pendidikan anak. Pengaruh itu dapat berupa cara orang tua mendidik, hubungan antara anggota keluarga, dan suasana rumah tangga. Faktor social lain yang mempengaruhi prestasi belajar adalah seperti guru, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
b). Faktor Nonsosial
Yang termasuk dalam faktor nonsosial adalah sarana dan prasarana belajar, seperti keadaan suhu udara, waktu belajar, alat- alat yang digunakan untu belajar dapat pula mempengaruhi prestasi belajar.
4. Karakteristik Hasil Belajar
Menurut Rasyid (2019:14-16), karakteristik dari hasil belajar juga menjadi bagian dari karakteristik interaksi belajar yang bernilai edukatif dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Prestasi belajar memiliki tujuan
Tujuan interaksi Pendidikan yakni membantu siswa dalam perkembangan dengan membimbing siswa pada sasaran yang bisa digerakkan agar mereka menjadi fokus perhatian dan merealisasikan sasaran tersebut.
2) Mempunyai prosedur
Agar mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur atau langkah-langkah sistematis yang relevan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran antara yang satu dan yang lainnya.
3) Adanya materi yang ditentukan
Untuk mencapai tujuan pembelajaran perlu dipersiapkan materi.
Struktur bahan ajar yang dirancang untuk mencapai tujuan kurikulum, dan hasil pembelajaran membuktikan hal tersebut. Materi pembelajaran perlu ditentukan sebelum dimulainya pembelajaran sehingga setelah proses pembelajaran selesai, proses evaluasi bisa dengan bik menentukan kinerja akademik.
4) Ditandai dengan aktivitas anak didik
Akibatnya, aktivitas siswa yang berpusat pada siswa menjadi persyaratan mutlak untuk interaksi pendidikan. Dalam hal ini, aktivitas siswa yakni aktif secara fisik dan psikis. Hal akan menunjang proses pembelajaran kedepannya sehingga proses tersebut bisa berdampak pada siswa konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) kepada peserta didik.
5) Pengoptimalan peran guru
Sebagai pembimbing, guru harus memberikan motivasi untuk siswa agar bisa melaksanakan proses interaksi pembelajaran yang bermanfaat bagi siswa tersebut. Dalam semua kasus proses interaksi
pendidikan, guru dituntut harus siap berperan sebagai mediator agar guru menjadi peran yang perilakunya akan dilihat dan ditiru oleh siswa.
6) Kedisiplinan
Untuk mencapai pembelajaran secara optimal, efektif dan efisien harus sesuai dengan langkah-langkah yang telah dibuat sebelumnya atau sesuai dengan Langkah-langkah atau prosedur-prosedur yang telah disetujui dan disepakati bersama. Dengan menjalankan proses belajar sesuai kaidah tersebut, secara otomatis siswa akan mempunyai kedisiplinan yang melekat pada diri mereka.
7) Evaluasi.
Dari seluruh kegiatan tersebut, evaluasi merupakan bagian paling penting yang tidak bisa diabaikan. Evaluasi harus dilakukan terus menerus untuk mengetahui tercapainya tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Evaluasi disini lebih kepada kegiatan-kegiatan penilaian disekolah yang dilakukan oleh semua guru terhadap semua murid setelah proses pembelajaran berlangsung, evolusi yang juga merupakan ujian untuk mengetahui pemahaman materi oleh siswa dan sejauh mana siswa memahami tentang materi tersebut sehingga akhirnya guru akan mengetahui batas kemampuan pengetahuan siswa tersebut, karena kemampuan atau kecerdasan dari masing-masing siswa itu sangat berbeda dan untuk diperkenankan atau tidak dalam mengikuti Pendidikan tingkat tertentu.
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian Problem Based Learning
Menurut Sani (2014:127) menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan
dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan- pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.
Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari yang harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata pelajaran.
Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kemampuan mereka secara mandiri dengan memproses informasi-informasi yang telah ada dalam diri siswa. Jadi Problem Based Learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang secara mandiri dalam proses pembelajarannya (Trianto, 2010:92).
Sejalan dengan pendapat di atas, seperti yang dikutip oleh Rusman (2013:229) menjelaskan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam pembelajaran berbasis masalah kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga dapat
mengasah, menguji dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Untuk dapat memecahkan masalah, siswa harus mencari informasi, memperkaya wawasan dan keterampilannya melalui berbagai upaya aktif dan mandiri. Dengan kata lain, penggunaan Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkan dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari (Ngalimun, 2016:118).
2. Karakteristik Model PBL
Salah satu model pembelajaran yang banyak diadopsi untuk menunjang pembelajaran yang berorientasi pada siswa adalah model Problem Based Learning (PBL). Menurut Tan yang dikutip oleh Taufik
Amir menjelaskan bahwa model Problem Based Learning (PBL).
memiliki karakteristik seperti masalah digunakan sebagai awal pembelajaran pada siswa. Biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata atau signifikan yang disajikan secara mengambang, masalah biasanya menuntut perspektif majemuk, masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru dan membuat siswa berpikir kritis, sangat mengutamakan belajar mandiri, memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi seperti mencari sumber di buku maupun di internet, pencarian evaluasi serta penggunaan pengetahuan menjadi kunci penting, pembelajaran kolaboratif, komunikatif dan kooperatif, serta siswa bekerja dalam
kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan melakukan presentasi (Amir, 2010 :22).
Menurut Wena (2011: 6) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning (PBL) memiliki karakteristik yang digambarkan sebagai berikut:
1) Pelajaran berfokus pada memecahkan masalah, yaitu siswa diberikan pelajaran yang bermula dari satu masalah dan pada akhirnya siswa juga yang memecahkan masalah tersebut.
2) Siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi, langkah-langkah dalam memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah biasanya dilakukan secara berkelompok dimana semua siswa terlibat dalam proses pembelajaran itu.
3) Guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah.
Permasalahan yang sesuai untuk dibahas dalam Problem Based Learning umumnya memiliki karakteristik yaitu terkait dengan dunia
nyata (signifikan) memotivasi siswa, membutuhkan pengambilan keputusan, multi tahap, dirancang untuk kelompok maupun individu, guru menyajikan pertanyaan terbuka agar siswa tertarik berdiskusi pada saat pembelajaran berlangsung serta mencakup tujuan pembelajaran, membantu siswa untuk lebih berfikir kritis atau tingkat tinggi dan keterampilan lainnya (Sani, 2014:131).
3. Tujuan Pembelajaran Problem Based Learning
Tujuan belajar dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) terkait dengan penguasaan materi pengetahuan, keterampilan, menyelesaikan masalah, belajar multi disiplin, dan keterampilan hidup dalam memecahkan masalah (Sani, 2014:129).
Menurut Trianto (2010: 94-95) tujuan pembelajaran Problem Based Learning yaitu membantu siswa mengembangkan keterampilan
berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, belajar peranan orang dewasa yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri. Sejalan dengan pendapat tersebut, pemecahan masalah merupakan salah satu strategi pengajaran berbasis masalah dimana guru membantu siswa untuk belajar memecahkan melalui pengalaman-pengalaman pembelajaran.
4. Langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL)
Pada dasarnya Problem Based Learning (PBL) diawali dengan aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang diberikan oleh guru dan ditentukan atau disepakati oleh semua guru. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dalam berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru pada peserta didik pada proses tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau sintaks ataupun langkah-langkah pembelajaran yang disajikan pada tabel 2.1 yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Langkah-langkah model Problem Based Learning (PBL)
No Tahap Aktivitas Guru dan Peserta didik
1 Tahap 1: Mengorientasi peserta didik terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan demonstrasi atau fenomena atau cerita untuk memunculkan masalah dan memotivasi peserta didik agar dapat terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah yang dipilih atau ditentukan.
2 Tahap 2:
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
Guru membantu peserta didik mendefinisikan/ mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang terkait dengan permasalahan yang dihadapi sebelumnya.
3 Tahap 3: Membimbing penyelidikan individu atau kelompok
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan yang diperlukan untuk menyelesaikan
masalah.
4 Tahap 4:
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
5 Tahap 5: Menganalisis mengevaluasi proses- proses dalam pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.
(Muhammad, 2017).
5. Kelebihan dan Kelemahan model Problem Based Learning (PBL)
a. Kelebihan
Menurut Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Pembelajaran Problem Based Learning memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna, peserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah mereka akan menerapkan pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan.
2) Dalam situasi PBL peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok (Erwin, 2018).
Kelebihan PBL menurut Warsono & Hariyanto (2012) adalah:
a) Peserta didik akan terbiasa menghadapi masalah dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
b) Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman sekelasnya.
c) Semakin mengakrabkan guru dengan peserta didik dalam proses pembelajaran (Markus, 2016).
b. Kelemahan
Sedangkan kelemahan model PBL menurut Shoimin (2016) antara lain:
1) Pembelajaran berbasis masalah tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pembelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBM lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
2) Dalam kelas yang memiliki tingkat keragaman, suku, ras, kebudayaan, kepribadian yang berbeda pada setiap peserta didik yang tinggi dan berbeda akan terjadi kesulitan dalam pengelompokan setiap pembagian tugas kelompok dalam setiap pembelajaran di dalam kelas baik pada beberapa materi yang dapat menggunakan model tersebut (Nensi dkk, 2017).
C. Materi pembelajaran Virus 1. Definisi Virus
Kata virus berasal dari bahasa latin yang berarti racun. Definisi virus biasanya merupakan parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme biologis. Menurut ahli biologi virus adalah peralihan antara makhluk hidup dan tidak hidup. Virus dianggap transisi karena memiliki 5 ciri virus seperti organisme yaitu memiliki DNA dan dapat berkembang biak pada sel hidup. Virus memiliki ciri-ciri benda mati yakni tidak memiliki protoplasma dan dapat dikristalkan. Pada dasarnya virus adalah materi genetic yang telah dikelilingi oleh protein virus dalam bereproduksi memerlukan sel inang, sehingga virus sifatnya berasal dari parasite obligasi. Pengertian virus secara etimologi adalah kata virus
berasal dari bahasa latin yakni virion yang berarti “racun”. Virus merupakan organisme subseluler sebab ukurannya yang sangat kecil, yang mana virus hanya bisa dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
Virus ukurannya lebih kecil dari pada bakteri (Pujiati, 2017) 2. Ciri-ciri Virus
Adapun ciri-ciri yang dimiliki virus adalah sebagai berikut:
a) Virus bisa bersifat seperti benda hidup, contohnya bisa berkembang biak jika berada di dalam sel hidup.
b) Memiliki satu asam nukleat, DNA atau RNA saja.
c) Virus bisa bersifat seperti benda mati, contohnya tidak melakukan metabolisme, tidak bernafas, tidak bergerak, dan berbentuk Kristal jika berada di luar sel hidup.
d) Berukuran sangat kecil, yaitu antara 20 dan 30 nm.
3. Struktur tubuh virus
Virus tidak digolongkan dalam organisme seluler karena tidak memiliki bagian-bagian sel seperti, dinding sel, membrane sel, sitoplasma, serta organel sel lainnya. Adapun struktur tubuh virus bakteriofag adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1 Bentuk Virus Kompleks
a) Kepala
Kepala bagian dalam mengandung asam nukleat, sedangkan bagian luarnya diselubungi oleh kapsid. Untuk virus bakteriofag, kepalanya berbentuk polihedral dengan jenis asam nukleatnya DNA.
b) Kapsid
Kapsid merupakan selubung luar virus yang mengandung banyak subunit protein yang disebut kapsomer. Kapsid terdiri dari beberapa bentuk, sehingga berpengaruh pada bentuk virusnya.
c) Asam nukleat
Asam nukleat yang dimiliki virus hanya satu, yaitu DNA atau RNA saja. Asama nukleat inilah yang nantinya berfungsi sebagai informasi genetic untuk replikasi.
d) Leher
Leher merupakan penghubung antara kepala dan ekor. Leher berfungsi sebagai saluran keluarnya asam nukleat menuju ekor.
e) Ekor
Ekor virus terdiri dari serabut ekor dan lempeng dasar. Ekor ini berfungsi untuk menempel pada inang. Berikut ini merupakan struktur virus selain bkteriofag yang telah ditemukan.
Gambar 2.2 Bentuk Virus 4. Bentuk Virus
Menurut Pujiati (2017), Virus pada umumnya berupa semacam hablur (Kristal) dan bentuknya sangat bervariasi, yaitu ada yang berbentuk oval, memanjang, silindris, kotak, dan kebanyakan berbentuk seperti kecebong dengan “kepala” oval dan “ekor” silindris. Virus bersifat aseluler (tidak mempunyai sel), hanya memiliki satu macam asam nukleat (RNA dan DNA). Berdasarkan bentuk tubuh dan bagian-bagian tubuh virus morfologi virus terbagi menjadi empat tipe utama yaitu :
a) Virus Berbentuk Helix (helical virus)
Bentuknya menyerupai batang yang panjang, agak kaku dan lentur (fleksibel). Kapsid sebagai tabung silinder yang pendek berbentuk seperti helix yang mengelilingi asam nukleat virus.
Gambar 2.3 Virus Berbentuk Helix
b) Virus Berbentuk Polihedral
Virus dengan morfologi polihedral mempunyai ukuran yang sangat bervariasi yaitu dari 20-400 nanometer. Kapsid dari kebanyakan virus ini berbentuk ikosahedral yaitu polyhedral beraturan dengan 20 bidang segitiga dan 20 sudut.
Gambar 2.4 Virus Berbentuk Polihedral c) Virus Kompleks
Morfologi virus kompleks memiliki bagian-bagian tubuh yang lebih kompleks dibandingkan dengan ketiga morfologi virus lainnya.
Layaknya organisme hidup virus dengan morfologi ini juga memiliki bagian-bagian tubuh seperti kepala dan ekor.
Virus 2.5 Virus Komplek
d) Virus Berpelindung
Disebut dengan virus berpelindung, hal ini karena salah satu struktur virus ini memiliki pelindung atau pembungkus luar yang meliputi glikoprotein. Lipoprotein atau kombinasi glikoprotein dan lipoprotein. Dimana, biasanya virus ini berbentuk bulat atau juga bisa berbentuk bola, dengan diameter umum sekitar 60 hingga 300 nanometer. Salah satu contoh jenis ini yakni terdapat pada virus Influenza.
Gambar 2.6 Virus Berpelindung 5. Cara hidup virus
Virus tergolong dalam parasit intraseluler obligat karena hanya dapat hidup di dalam sel yang hidup. Artinya, jika sel tersebut mati, virus tidak akan mati melainkan mengkristal. Sel hidup yang ditumpangi virus disebut sel inang. Bagaimana cara virus mengenali inangnya? Yaitu menggunakan system lock key atau kesesuaian. Berdasarkan jenisnya, sel inang dibagi menjadi dua, kisaran inang luas dan kisaran inang sempit.
Virus dengan kisaran inang luas bisa menginfeksi beberapa inang, contohnya virus flu burung bisa menginfeksi unggas, babi, dan manusia.
Sedangkan virus dengan kisaran inang sempit hanya bisa menginfeksi inang tertentu saja. Contohnya virus flu hanya menginfeksi sel-sel di saluran pernapasan dan virus bakteriofag hanya bisa menginfeksi bakteri Escherichia coli. Penularan virus dari satu inang ke inang yang lain bisa
melalui udara, lendir, air, darah, atau melalui perantara seperti nyamuk.
6. Perkembangbiakan virus
Perkembangbiakan virus dikenal dengan istilah replikasi atau perbanyakan diri. Bagi virus, sel inang merupakan sumber energi untuk sintesis protein. Perkembangbiakan virus dibagi menjadi dua yaitu daur litik dan lisogenik.
1) Daur litik
Terjadinya daur litik disebabkan oleh ketahanan sel inang lebih lemah daripada daya infeksi virus. Akibatnya sel inang akan pecah dan mati, serta akan menghasilkan virion-virion baru.
2) Daur lisogenik
Daur lisogenik terjadi jika pertahanan tubuh inang lebih kuat daripada daya infeksi virus. Pada daur ini sel inang masih bisa bereproduksi dengan normal dan tidak akan langsung pecah. Akan tetapi, DNA virus bakteriofag akan berinteraksi dengan kromosom sel inang membentuk profag. Saat sel inang yang mengandung profag tersebut membelah diri, barulah profag akan diwariskan ke sel berikutnya. Adapun tahapan pada daur lisogenik adalah adsorpsi dan infeksi, penetrasi, penggabungan, pembelahan, sintesis. Untuk
memahami lebih lanjut, silahkan Quipperian simak gambar berikut ini.
Gambar 2.7 daur hidup virus 7. Manfaat virus
Mungkin kalian bertanya-tanya. Apakah benar jika virus bermanfaat? Bukannya virus selalu merugikan makhluk hidup? Jika ditinjau dari satu sisi saja, pernyataan di atas memang benar. Akan tetapi, jika dianalisis kembali sifat, struktur, dan klasifikasinya, ternyata virus masih bisa dimanfaatkan untuk membantu makhluk hidup. Apa saja manfaatnya?
a) Virus memiliki selubung yang tersusun dari subunit protein. Protein selubung dari virus ini bisa dimanfaatkan untuk membuat vaksin protein agar terbentuk respon kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
b) Bisa digunakan untuk terapi gen melalui rekayasa genetika.
c) Pengobatan secara biologis, yaitu dengan melemahkan atau membunuh bakteri yang bersifat patogen.
d) Ilmuwan dari Inggris berhasil menginokulasi partikel virus dan mencampurnya dengan senyawa Fe atau besi untuk membuat kapasitor e) Sebagai biopestisida, yaitu pestisida biologi di bidang pertanian yang
tidak mencemari lingkungan.
f) Produksi interferon, yaitu senyawa yang mampu mencegah replikasi virus di dalam inang.
g) Pembuatan hormone insuin, dengan cara mencangkokkan virus ke dalam gen penghasil insulin dalam tubuh bakteri agar dihasilkan insulin dalam jumlah besar.
8. Penyakit yang disebabkan oleh virus
Adapun penyakit yang disebabkan oleh virus, baik pada manusia, hewan, dan tumbuhan adalah sebagai berikut.
a) Cacar variola disebabkan oleh virus jenis Orthopoxvirus.
b) Campak disebabkan oleh Morbilivirus.
c) AIDS disebabkan oleh HIV, yaitu Human Immunodeficiency Virus.
d) Flu sebabkan oleh virus influenza dan parainfluenza
e) Flu burung disebabkan oleh HPAIV yaitu High Pathogenic Avian Influenza Virus.
f) Rabies disebabkan oleh Rhabdovirus.
g) Tetelo disebabkan oleh virus NCD
h) Mosaic disebabkan oleh TMV atau Tobacco Mosaic Virus.
D. Penelitian yang Relevan
Penelitian hasil penelitian yang terdapat kaitannya dengan penelitian ini adalah :
1. Cahyaningsih dan Ghufron (2016) dalam penelitiannya yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Model Problem Based Learning Terhadap Karakter Kreatif dan Berpikir Kritis dan Pembelajaran Biologi”. Penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain Pretest Control Group Design. Penelitian menggunakan dua kelompok
eksperimen dan satu kelompok control. Berdasarkan penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa model PBL berpengaruh terhadap karakter kreatif siswa dan model PBL berpengaruh terhadap karakter berpikir kritis siswa. Selain itu terdapat perbedaan pengaruh antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam kedua karakter tersebut.
2. Markus Iyus Supiandi, Hendrikus Julung, 2016. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa model PBL secara signifikan meningkatkan hasil belajar kognitif pada peserta didik di kelas XI IPA 1 SMA Panca Setya Sintang.
3. Padmavathy (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Effectiveness of Problem Based Learning In IPA”. Penelitian tersebut merupakan
penelitian eksperimen semu dengan desain Pretest Posttest. Penelitian menggunakan masing-masing satu kelas eksperimen dan kelompok kontrol yang terdiri dari 30 siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
disimpulkan bahwa pembelajaran IPA melalui pembelajaran dengan PBL lebih efektif.
E. Kerangka Pikir
Perbaikan kegiatan belajar dan mengajar harus diupayakan secara maksimal agar mutu Pendidikan meningkat. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 21 Gowa terdapat beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran, yaitu peserta didik kurang optimal dan siswa cenderung pasif sehingga mengakibatkan kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk belajar, hal ini berdampak pada hasil belajar peserta didik yang relative rendah, dimana nilai KKM yang telah diterapkan yaitu 75 dan hanya 41%
peserta didik yang dapat mencapai KKM biologi yang telah ditetapkan.
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat didukung oleh kemampuannya dalam memahami dan menguasai konsep dari materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan itu, guru memilih satu atau lebih model pembelajaran. Salah satunya adalah model yang memberikan pengaruh pada tingkat kognitif siswa dengan memperhatikan struktur kognitif siswa yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran.
Aktifnya siswa dalam proses belajar mengajar menjadikan siswa belajar secara bermakna. Pengetahuan akan mudah dipahami oleh siswa dan siswa akan lebih memendalami suatu konsep yang sedang diajarkan. Konsep tertanam baik dalam memori siswa sehingga siswa mampu mengingat pengetahuan tersebut pada masa berikutnya.
Penerapan model pembelajaran Problem based learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya untuk materi virus karena model ini mendorong siswa untuk berpikir kritis, aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, berkomunikasi dengan baik, siap mengemukakan pendapatnya, saling menghargai dan melatih siswa untuk aktif berdiskusi.
Berikut ini adalah diagram kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada diagram 2.8 berikut ini:
Diagram 2.8 Kerangka Pikir Penelitian F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada penelitian ini adalah ada Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap hasil belajar siswa kelas X pada materi Virus di SMA Negeri 21 Gowa.
Hasil belajar siswa meningkat dan mencapai KKM Penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning Hasil belajar siswa
rendah
Proses pembelajaran SMA Negeri 21 Gowa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dimana hanya variabel yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap hasil belajar siswa di SMA Negeri
21 Gowa.
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Nonequivalent Control Group Design. Desain penelitian ini dapat digambarkan pada tabel
3.1berikut ini:
Tabel 3.1 Desain Penelitian (Nonequivalent Control Group Design)
Kelas Pretest Treatment Posttest
Kelas Eksperimen O1 X O2
Kelas Kontrol O1 - O2
Sumber (Sugiyono, 2017:79) Keterangan :
O1 : Pretest O2 : posttest
X : Perlakuan menggunakan model Problem Based Learning - : Penggunaan model pembelajaran konvensional
32
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 21 Gowa, waktu pelaksanaan penelitian ini pada semester ganjil tahun ajaran 2020 pada bulan Februari-Maret 2020-2021.
4. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2016) macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) yaitu model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan variabel terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas X MIPA di SMA Negeri 21 gowa tahun ajaran 2020/2021 yang terdiri dari 3 rombel dengan keterangan semua kelas setara.
Tabel 3.2 Populasi Siswa Kelas X SMAN 21 Gowa Kelas Jumlah Siswa (Orang)
X MIPA 1 30
X MIPA 2 30
X MIPA 3 30
Jumlah 90
Sumber (Dokumentasi SMAN 21 Gowa, 2019)
2. Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik Random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa kelas
X yaitu kelas X MIPA 1 berjumlah 30 siswa dan kelas X MIPA 2 berjumlah 30 siswa.
C. Definisi Operasional Variabel
Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini yakni :
1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang bercirikan adanya operasional permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan. Model pembelajaran PBL memiliki tahapan diantaranya yaitu, orientasi, mengorganisasikan, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan, menganalisis dan mengevaluasi.
2. Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah dilakukan proses pembelajaran dengan model PBL menggunakan tes hasil belajar soal pilihan ganda.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dalam tes objektif. Berupa lembar soal pilihan ganda sebanyak 30 butir soal dan lembar obsersiswa dan guru untuk mengukur hasil belajar kognitif biologi siswa pada materi virus yang terlebih dahulu diuji validitas oleh Dosen Pendidikan Biologi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari : 1. Tes
Tes dilakukan melalui pemberian pretest di awal pembelajaran dan posttest pada akhir materi pembelajaran. Tes yang diberikan berupa lembar soal pilihan ganda yang terdiri dari 30 butir soal yang telah divalidasi.
2. Lembar observasi
Lembar observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan pengamatan langsung dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang akan diteliti. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan dan pencatatan mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas.
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari sampel melalui instrumen tes yang dipilih akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis yang diajukan penelitian. Oleh karena itu, data perlu diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah tersebut. Pengolahan data hasil belajar dalam penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif dan statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistic deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai karakteristik pencapaian hasil belajar peserta didik bagi kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Menurut Sugiyono (2016) Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada analisis data ini, data yang dianalisis adalah hasil belajar yang terlebih dahulu dibandingkan dengan kriteria hasil belajar peserta didik sebagai berikut:
Tabel 3.3 Pengkategorian Hasil Belajar Pada Peserta Didik Internal Nilai Prediksi Keterangan
93 – 100 A Sangat Baik
84 – 92 B Baik
75 – 83 C Cukup
< 75 D Kurang
Sumber : (Kemendikbud, 2017) a. Uji Gain (N-Gain)
Uji N-Gain bertujuan untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan peserta didik setelah proses pembelajaran selesai. Adapun kategorisasi untuk nilai N-gain dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut:
Tabel 3.4 Kategori Nilai Uji N-gain
Skor N-Gain Kategori
Nilai G > 0,70 Tinggi 0,30 < Nilai G < 0,070 Sedang 0,00 < Nilai G < 0,30 Rendah Sumber: (Hake, 2015).
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis statistik inferensial dilakukan melalui perbandingan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar. Statistik inferensial yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah Uji Independent sample T-test sebelum uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Lakukan uji normalitas untuk mengetahui apakah data yang didapat berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan SPSS Statistic 24. Jika signifikan kurang dari 0,05 maka kesimpulannya data tidak berdistribusi normal, jika signifikan lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal (Purnomo, 2016).
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dipakai untuk mengetahui apakah keseluruhan varian data antara dua kelompok atau apakah data memiliki varian
yang sama atau berbeda. Kriteria keputusannya yakni jika nilai signifikan lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa varian dari dua atau lebih kelompok data sama (Purnomo, 2016).
c. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan uji normalitas dan homogen, apabila data populasi berdistribusi normal dan populasi berdistribusi homogen maka dilakukan pengujian hipotesis dengan Uji N-Gain. Perhitungan pada penelitian ini menggunakan SPSS Statistic 24. Untuk mengambil keputusan dapat dilihat setelah dilakukan analisis data, yakni:
Jika signifikan > 0,05 maka H0 ditolak Jika signifikan < 0,05 maka H1 diterima.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 21 Gowa, dimana penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas X Mipa 1 sebagai kelas kontrol sebanyak 30 peserta didik dan kelas X Mipa 2 sebagai kelas eksperimen sebanyak 30 peserta didik. Pada proses pembelajaran, kedua kelas diberikan materi yang sama tetapi dengan perlakuan yang berbeda. Dimana pada kelas eksperimen adanya perlakuan yang diterapkan yaitu model Problem Based Learning (PBL), sedangkan pada kelas kontrol diterapkan
model pembelajaran konvensional.
Data dalam penelitian ini didapat melalui tes yakni pre-test dan post- test. Pre-test merupakan tes pendahuluan yang dilakukan pada peserta didik baik peserta didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan perlakuan yang berbeda. Post-test merupakan tes yang diberikan kepada peserta didik baik pada peserta didik kelas eksperimen maupun kelas kontrol yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar pada materi virus. Data pretest diperoleh dari tes pilihan ganda sebanyak 30 butir soal.
Ada dua macam hasil analisis yang disajikan yaitu hasil analisis yang menggunakan statistik deskriptif dan hasil analisis yang menggunakan statistik inferensial, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
39
1. Analisis Statistik Deskriptif
a. Deskripsi Hasil Belajar Biologi Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Analisis data deskriptif merupakan hasil analisis data yang hendak menampilkan deskripsi siswa terkait hasil belajar biologi pada materi virus yang diperoleh dari kedua sampel kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berikut merupakan tabel hasil analisis deskriptif materi virus pada kelas eksperimen dan kontrol.
Tabel 4.1 Pengolahan Data Statistik Deskriptif Skor Hasil Tes Belajar (Pretest dan Posttest) materi Virus pada peserta didik kelas X Mipa 1 dan X Mipa 2 di SMA Negeri 21 Gowa.
Statistik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre-Test Post-Test Pre-Test Post-Test
Jumlah Sampel 30 30 30 30
Skor Maksimum 63 97 40 80
Skor Minimum 13 67 10 40
Mean 31,97 83,20 24,80 57,10
Varians 162,654 64,786 123,890 121,472
Range 53 30 50 40
Standar Deviasi 12,754 8,049 11,131 11,021 Dari tabel 4.1 Skor hasil belajar (Pretest dan Posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diberikan perlakuan model Problem Based Learning dan konvensional memiliki nilai rata-rata
pada kelas eksperimen Pretest sebesar 31,97 dan Posttest sebesar 83,20 adapun nilai rata-rata dari kelas kontrol Pretes sebesar 24,80 dan Posttest sebesar 57,10. Adapun data skor hasil belajar peserta didik materi virus dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut
Tabel 4.2 Kategori Tes Hasil Belajar (Post-Test) Peserta Didik Materi Virus
Interva l Skor
Kategori Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Persentas e %
Frekuensi Persentas e %
93-100 Baik Sekali 4 13,4 0 0
84-92 Baik 10 33,3 0 0
75-83 Cukup 10 33,3 1 3,3
< 75 Kurang 6 20 29 96,7
Jumlah 30 100 30 100
Dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa di kelas eksperimen yang mendapatkan skor <75 sebanyak 6 peserta didik, skor 75-83 sebanyak 10 peserta didik, skor 84-92 sebanyak 10 peserta didik dan skor 93-100 sebanyak 4 peserta didik. Sedangkan pada kelas kontrol yang mendapatkan skor <75 sebanyak 29 peserta didik, skor 75- 83 sebanyak 1 peserta didik, dan pada skor 84-92 serta 93-100 tidak ada. Kategori tes hasil belajar peserta didik materi virus digambarkan dalam grafik 4.1 sebagai berikut:
35
30 29 25
20 15
10 10
10 6
5 1 0
4
0 0
< 75 75-83 84-92 93-100
Kontrol Eksperimen
Grafik 4.1 Kategori Tes Hasil Belajar Peserta Didik Materi Virus
b. Uji N-gain
Uji N-gain berguna untuk menganalisis tingkat keberhasilan peserta didik setelah proses belajar dan perbandingan antara nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kontrol adapun hasil
perhitungan N-gain adalah pada tabel 4.3 sebagai berikut Tabel 4.3 Kategori Hasil Rata-rata Nilai Uji N-gain
Kelas Nilai Rata-rata Kategori
Eksperimen 0,76 Tinggi
Kontrol 0,41 Sedang
2. Analisis Statistik Inferensial
Teknik analisis data inferensial dilakukan untuk menjawab hipotesis penelitian. Untuk keperluan uji hipotesis, maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah populasi berdistribusi normal dengan menggunakan uji SPSS 24 dengan uji Normality Test (Kolmogorov-Smirnov). Data dapat dikatakan normal jika
nilai signifikan lebih dari 0,05. Berdasarkan data hasil pengolahan menggunakan SPSS 24 dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen
Kelas Nilai Signifikan
Pre-Test Eksperimen 0,176
Post-Test Eksperimen 0,194
Pre-Test Kontrol 0,085
Post-Test Kontrol 0,156
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen dan kontrol memiliki signifikan lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan berdistribusi normal.
b. Uji homogenitas
Selanjutnya uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran varians pada kelas eksperimen dan kontrol dengan bantuan SPSS
24. Dan dapat dikatakan homogen apabila nilai signifikan lebih dari 0,05.
Adapun hasil analisis uji homogenitas dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5 Rekapitulasi Uji Homogenitas Pre-Test dan Post-Test Kelas Eksperimen dan Kontrol
Statistik
Pre-Test Post-Test
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
Kelas Eksperime
n
Kelas Kontrol
Sig 0,738 0,067
Taraf Sig (a) 0,05
Kesimpulan Kedua data homogen Kedua data homogen Dari tabel 4.5 bahwa hasil dari uji homogenitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol mendapatkan hasil yang signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa kelompok data tersebut homogen..
c. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji homogen dan berdistribusi normal maka dilakukan uji hipotesis dengan uji N-Gain Independent Sample T-test pada SPSS 24. Uji hipotesis dilakukan untuk menguji apakah ada tidaknya pengaruh penerapan model Problem Based Learning (PBL) terhadap hasil belajar peserta didik pada materi virus kelas X di SMA Negeri 21 Gowa.
Tabel 4.6 Hasil Hipotesis Uji N-gain Independent sample T-test
Variabel Nilai Sig (2-tailed)
Hasil Belajar Peserta Didik 0,000
Pada tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kontrol memperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000
< 0,005. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan antara kelas yang menggunakan model Problem Based Learning dengan metode konvensional.
B. Pembahasan
Pada penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 21 Gowa dengan menggunakan dua kelas sebagai sampel X mipa 1 sebagai kelas kontrol dengan menggunakan metode konvensional dan X mipa 2 sebagai kelas eksperimen dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Dari hasil penelitian terlihat bahwa model Problem Based Learning lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Problem Based Learning (PBL) ini membuat siswa menjadi
peserta didik yang mandiri, artinya ketika siswa belajar maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk menyelesaikan pembelajaran. Pada prinsipnya, tujuan utama Problem Based Learning adalah untuk menggali daya kreativitas peserta didik dalam berpikir dan memotivasi peserta didik untuk terus belajar. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supiandi dan Julung (2016) yang
menyatakan bahwa model PBL secara signifikan meningkatkan hasil belajar kognitif pada peserta didik kelas XI IPA SMA Panca Setya Sintang.
Begitupun dengan hasil penelitian Wardani (2015) yang menyatakan bahwa pembelajaran menggunakan bahan ajar berbasis PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini, secara keseluruhan penggunaan model Problem Based Learning (PBL) mempunyai perbedaan yang sangat besar terhadap peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi virus yang dapat dilihat dari aktivitas peserta didik mendengarkan penjelasan guru, menanggapi pertanyaan dari guru, bertanya pada saat pembelajaran berlangsung, mencatat bagian penting dari pembelajaran, dan peserta didik mampu menyimpulkan hasil pembelajaran. Sesuai dengan penelitian Yance (2013) yaitu hasil peserta didik mengalami peningkatan setelah diajar menggunakan model Problem Based Learning (PBL).
Pada analisis statistik inferensial dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis. Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan SPSS 24 data yang dihasilkan kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut berdistribusi normal dimana dapat dilihat sebelum penerapan model problem based learning (PBL) dan model konvensional dilaksanakan terlebih dahulu diberikan (Pretest) dan setelah penerapan model pembelajaran selesai maka akan diberikan tes hasil belajar (Post-test). Berdasarkan hasil penelitian (Desy, 2016) membuktikan bahwa hasil belajar kelas eksperimen menggunakan model problem based learning lebih baik dibandingkan dengan
kelas kontrol dengan menggunakan model konvensional. Kemudian untuk uji homogen dimana menunjukkan hasil bahwa pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varian yang homogen. Untuk uji hipotesis dengan menggunakan uji N-gain independent sample T-test dengan nilai sig 2-tailed yaitu 0,000 < 0,005 yang berarti ada pengaruh yang signifikan (nyata) pada model problem based learning terhadap hasil belajar peserta didik materi virus. Serta penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian (Fitri, 2019) berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Rambang Kuang didapatkan nilai signifikan yang lebih kecil yang sudah di uji t tidak berpasangan (independent sample t-test) maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model problem based learning (PBL) berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Selanjutnya, adapun peneliti menggunakan uji N-gain untuk memberikan gambaran umum apakah ada peningkatan skor hasil pembelajaran antara sebelum dan sesudah diterapkannya model problem based learning (PBL) tersebut. Untuk uji normalitas peneliti memilih
menggunakan uji kolmogorov-smirnov karena pada signifikan kolmogorov dan uji shapiro didapatkan data lebih besar dibandingkan 0,005 baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, jadi berdasarkan hasil analisis data menggunakan program SPSS 24 dapat disimpulkan data berdistribusi normal.