• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascalonium L.) DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascalonium L.) DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 88

JURNAL ILMIAH AGRITAS VOL 4 NO 2, OKTOBER 2020 : 88-100

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascalonium L.) DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN BELO

KABUPATEN BIMA

ANALYSYS OF SHALLOT (Allium ascalonium L.) FARMING INCOME AND HOUSEHOLD WELFARE LEVEL OF SHALLOT FARMERS IN

BELO DISTRICT, BIMA REGENCY

Bakdiah1*, Danang Manumono2, Ari Astuti3

1,2,3

Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Yogyakarta.

*Email korespondensi: bakdiahncera@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan usahatani bawang merah, kontribusi pendapatan usahatani bawang merah terhadap pendapatan keluarga, dan mengetahui hubungan pendapatan usahatani bawang merah dengan tingkat kesejahteraan petani bawang merah. Responden dalam penelitian ini berjumlah 97 orang petani bawang merah yang berasal dari dua desa yaitu Desa Ncera dan Desa Ngali. Metode penentuan sampel menggunakan simple random sampling, analisis data menggunakan bantuan microsoft excel dan manual. Biaya usahatani rata-rata pada MK dengan luasan 5.799 m² adalah Rp. 51.121.645, penerimaan rata-rata sebesar Rp. 176.143.944, dan pendapatan rata- rata Rp. 125.022.299. Biaya usahatani pada MH dengan luasan 5.799 m² adalah Rp.

51.165.356, penerimaan rata-rata Rp. 163.079.280, dan pendapatan rata-rata Rp.

111.913.924. Kontribusi pendapatan usahatani bawang merah terhadap pendapatan rumah tangga adalah sedang yaitu sebesar 57,5%. Tingkat kesejahteraan petani bawang merah tergolong rumah tangga sejahtera dengan persentase 90% atau 87 petani. Hubungan antara pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani bawang merah adalah negatif dan sangat lemah, hal ini disebabkan karena petani sejahtera bukan berasal dari pendapatan petani bawang merah melainkan ada pendapatan di luar usahatani bawang merah. Petani mempunyai pekerjaan yang menghasilkan pendapatan di luar usahatani bawang merah untuk menutupi pengeluaran sehingga sejahtera. Salah satu pendapatan itu berasal dari ternak sapi sebesar Rp 54.071.429 di tahun 2021 dan di luar pertanian yang paling tertinggi adalah pendapatan dari hasil wirausaha sebesar Rp 65.051.429 di tahun 2021. Petani Kecamatan Belo diharapkan agar lebih meningkatkan kemampuan serta pengetahuan dalam bertani bawang merah.

Kata Kunci: bawang merah, pendapatan, kontribusi, tingkat kesejahteraan, hubungan pendapatan dan tingkat kesejahteraan.

(2)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 89 ABSTRACT

This study aimed to determine the income of shallot farming, the contribution of shallot farming income to family income, and the relationship between shallot farming income and the welfare level of shallot farmers. Respondents in this study amounted to 97 shallot farmers from two villages, namely Ncera and Ngali villages. The samples were dtermined using simple random sampling, and the data analysi swas performed using Microsoft Excel and manual assistance. The average farming cost in MK with an area of 5,799 m² is Rp. 51,121,645, the average revenue is Rp. 176,143,944, and an average income of Rp. 125,022,299 The cost of farming in MH with an area of 5,799 m² is Rp. 51,165,356, the average receipt of Rp. 163,079,280, and an average income of Rp. 111,913,924. The contribution of shallot farming income to household income is moderate, which is at 57.5%.

The welfare level of shallot farmers is classified as a prosperous household with a percentage of 90% or 87 farmers. The relationship between income and the level of welfare of shallot farmers is negative and very weak; it is because the wealth of prosperous farmers are not due to the income of shallot farming from another income besides shallot farming.

Farmers have jobs that generate income outside of shallot farming to cover expenses so that they are prosperous. One of the incomes comes from cattle, amounting to Rp. 54,071,429 in 2021 and outside agriculture, the highest is income from entrepreneurship, which is Rp.

65,051,429 in 2021. Farmers in Belo sub-district are expected to improve their skills and knowledge in shallot farming.

Keywords: shallots, income, contribution, level of welfare, relationship between income and level of welfare

PENDAHULUAN

Bawang merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang termasuk ke dalam sayuran rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah cita rasa dan kenikmatan masakan. Indonesia sangat potensial sebagai negara penghasil bawang merah karena memiliki lahan luas, subur, dan iklim tropis yang cocok untuk budidaya tanaman bawang merah. Hal tersebut merupakan peluang untuk dapat memenuhi kebutuhan nasional oleh produksi lokal.

Potensi terbesar untuk tanaman bawang merah di Provinsi Nusa Tenggara Barat berada di Kabupaten Bima dengan kontribusi luas panen bawang merah mencapai 13.795 ha. Produksi bawang merah pada Kabupaten Bima mencapai 147.549.30 kwintal dengan produktivitas 11.824 kwintal per hektar pada tahun 2018 (BPS 2018).

Kabupaten Bima merupakan salah satu kabupaten dari 11 kabupaten/kota yang ada di Provinsi NTB yang terletak di ujung timur bagian Pulau Sumbawa. Kabupaten Bima memiliki luas wilayah sebesar 3.405,63 km² (BPN Kabupaten Bima, 2015).

Tingkat kesejahteraan petani sering dikaitkan dengan keadaan usahatani yang dicerminkan oleh tingkat pendapatan dan tingkat pendapatan petani dipengaruhi oleh

(3)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 90 banyak faktor, seperti: faktor sosial, ekonomi, dan agronomis (Nababan, 2009). Tingkat kesejahteraan petani bawang merah dapat diketahui dari kemampuan petani dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya dan keluarga. Seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan (Martina et al., 2018). Pengukuran tingkat kesejahteraan petani dimaksudkan untuk melihat perkembangan pembangunan pertanian subsektor tanaman pangan bawang merah penduduk di Kecamatan Belo yang mayoritas bermata pencaharian sebagai petani.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa masyarakat yang ada di Kecamatan Belo mayoritas bermata pencaharian sebagai petani terutama sebagai petani bawang merah, melakukan penanaman sebanyak 2x dalam satu tahun, dan untuk penggunaan benih memakai varietas Bima. Serta apakah hasil dari usahatani ada kaitannya dengan kesejahteraan petani bawang tersebut.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Tempat penelitian dilakukan di Desa Ncera dan Ngali, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima. Metode penentuan sampel menggunakan simple random sampling, analisis data menggunakan bantuan microsoft excel dan manual. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif, sedangkan sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Analisis Usahatani Bawang Merah

a. Biaya Usahatani Bawang Merah MK dan MH

Biaya usahatani bawang merah di Desa Ngali dan Ncera meliputi biaya saprodi (seperti biaya bibit, pupuk, pestisida, biaya kerja luar keluarga (TKLK), dan biaya lain lain).

Biaya usahatani bawang pada musim kemarau (MK) dengan luasan 5.799 m2 dan musim hujan (MH) dengan luasan 5.799 m2 dapat dilihat pada Tabel 1.

(4)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 91 Tabel 1. Biaya Tetap Dan Biaya Variabel Usahatani Bawang Merah MK dan MH.

Musim Uraian Biaya (Rp)

MK

Biaya Tetap:

Cangkul Traktor Pompa Tank Ember Selang Pajak

36.585 860.309 450.134 222.825 35.264 240.461 45.376

Jumlah biaya tetap 1.890.954 Biaya variabel:

Pestisisda Pupuk

Tenaga kerja (TKLK) Bibit

BBM

10.215.567 11.142.784 15.866.701 10.916.701 1.088.938 Jumlah biaya vareabel 49.230.691 Total biaya usahatani 51.121.645

MH

Biaya Tetap:

Cangkul Traktor Pompa Tank Ember Selang Pajak

36.585 860.309 450.134 222.825 35.264 240.461 45.376 Jumlah biaya tetap 1.890.954 Biaya variabel:

Pestisisda Pupuk

Tenaga kerja (TKLK) Bibit

BBM

10.225.876 11.144.845 15.887.320 10.927.010 1.089.351 Jumlah biaya vareabel 49.274.402 Total biaya usahatani 51.165.356 Sumber: Data Primer (Diolah, 2021).

Pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa biaya tetap usahatani yang dikeluarkan responden petani bawang merah pada MK rata-rata sebesar Rp 1.890.954 dan biaya variabel usahatani yang dikeluarkan responden bawang merah pada MK rata-rata sebesar Rp 49.230.691. Sedangkan pada MH rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 1.890.954 dan rata-rata biaya variabel yang dikeluarkan adalah sebesar Rp 49.274.402.

b. Penerimaan Bawang Merah MK dan MH

Dari perhitungan biaya-biaya yang digunakan pada usahatani bawang merah MK dan MH maka dapat diketahui penerimaan usahatani bawang merah. Nilai dari penerimaan

(5)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 92 dapat diketahui dari hasil perkalian antara total produksi yang diperoleh dari usahatani bawang merah dengan harga jual. Semakin besar hasil produksi dan semakin tinggi harga jual maka akan menghasilkan penerimaan yang tinggi pula, begitupun juga sebaliknya.

Penerimaan usahatani bawang merah MK dengan luasan 5.799 m2 dan MH dengan luasan 5.799 m2 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Penerimaan Usahatani Bawang Merah MK dan MH

Musim Uraian Nilai

MK (Musim Kemarau)

Produksi (Kg) 9.201

Harga (Rp) 19.144

Jumlah 176.143.944

MH (Musim Hujan)

Produksi (Kg) 9.170

Harga (Rp) 17.784

Jumlah 163.079.280

Sumber: Data Primer (Diolah, 2021).

Pada Tabel 2, dapat diketahui perimaan MK adalah rata-rata sebesar Rp 176.143.944.

dan pada MH rata-rata penerimaan yang di dapat pada MH sebesar Rp 163.079.280.

c. Analisis Pendapatan Usahatani Bawang Merah MK dan MH

Dari penerimaan yang diperoleh petani bawang merah maka dapat diketahui pendapatan dari usahatani bawang merah. Pendapatan usahatani pada MK dengan luasan 5.799 m2 dan MH dengan luasan 5.799 m2 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pendapatan usahatani Bawang Merah MK dan MH

Musim Uraian Nilai (Rp)

MK (Musim Kemarau)

Penerimaan 176.143.944

Biaya total 51.121.645

Jumlah 125.022.299

MH (Musim Hujan)

Penerimaan 163.079.280

Biaya total 51.165.356

Jumlah 111.913.924

Sumber: Data Primer (Diolah, 2021).

Berdasar Tabel 3, dapat diketahui pendapatan usahatani bawang merah pada MK rata- rata mendapat keuntungan sebesar Rp 125.022.299 dan pendapatan usahatani bawang merah pada MH rata-rata mendapat keuntungan sebesar Rp. 111.913.924.

2. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pendapatan rumah tangga merupakan pendapatan kepala rumah tangga dan anggota keluarga menurut pekerjaanya dalam satuan waktu. Pendapatan rumah tangga dapat disebut juga kumpulan pendapatan dari anggota keluarga. Pendapatan rumah tangga terdiri dari pendapatan off farm, pendapatan on farm, dan pendapatan non farm. Pendapatan keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.

(6)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 93 Tabel 4. Pendapatan Rumah Tangga Selama Satu Tahun.

sumber: Data Primer (diolah 2021).

Pada Tabel 4, dapat dilihat pendapatan on farm berasal dari pendapatan bawang merah. Rata-rata pendapatan petani pada usahatani bawang merah yaitu sebesar Rp.

236.936.223. Pendapatan off farm terdiri dari pendapatan selain bawang merah tetapi masih di bidang pertanian, seperti buruh tani, padi, ternak ayam, kambing, dan sapi. Rata-rata pendapatan off farm yang diterima petani adalah Rp. 89.292.494. Pendapatan non farm adalah pendapatan di luar bidang pertanian seperti PNS, wirausaha, dan karyawan. Rata- rata pendapatan non farm yang diterima petani yaitu sebesar Rp. 85.521.298. Rata-rata pendapatan rumah tangga petani di daerah penelitian selama satu tahun yaitu sebesar Rp.

411.750.015. Kenapa jumlah pendapatan padi besar yaitu Rp. 17.109.278 karena memang luas lahan padi dengan bawang merah sama. Kenapa bisa sama karena musim pertama tanam bawang yaitu pada musim kemarau dan musim kedua masih pada bulan kemarau disusul dengan musim hujan (setengah pada musim kemarau dan musim hujan) setelah penanaman bawang kedua kemudian ditanami padi.

3. Kontribusi Pendapatan Usahatani Terhadap Pendapatan Rumah Tangga.

Dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani, baik petani maupun anggota keluarga petani mencari nafkah dari berbagai macam pekerjaan. Dari berbagai pekerjaan tersebut, rumah tangga petani menghasilkan berbagai macam sumber pendapatan yaitu pendapatan on farm, pendapatan off farm, dan pendapatan non farm. Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat rata-rata pendapatan on farm petani yaitu sebesar Rp. 236.936.223, terdiri dari

Pendapatan rumah tangga Uraian Nilai (Rp)

On Farm Bawang Merah 236.936.223

Jumlah 236.936.223

Off Farm Buruh Tani

Penyewaan alat pertanian Padi

Ayam Kambing Sapi

3.236.364 1.221.951 17.109.278 1.072.222 12.581.250 54.071.429

Jumlah 89.292.494

Non Farrm PNS Wirausaha Karyawan

14.655.319 65.051.546 5.814.433

Jumlah 85.521.298

Total Pendapatan 411.750.015

(7)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 94 pendapatan usahatani MK dan MH. Pendapatan total rumah tangga yang diperoleh petani adalah sebesar Rp. 411.750.015 terdiri dari pendapatan on farm, off farm, dan non farm.

Untuk mengetahui kontribusi pendapatan usahatani bawang merah terhadap pendapatan rumah tangga dapat dilihat sebagai berikut:

X = 236.936.223

411.750.015 . x 100 % X = 57,5 %

Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa pendapatan usahatani bawang merah memberikan sumbangan sebesar 57,5% terhadap pendapatan total rumah tangga petani.

Sumbangan sebesar 57,5% terhadap pendapatan rumah tangga petani adalah sumbangan yang tergolong besar.

4. Analisis Pengeluaran Rumah Tangga Petani

Pengeluaran rumah tangga petani adalah seluruh pengeluaran yang dikeluarkan rumah tangga petani, yang terdiri dari pengeluaran makan dan pengeluaran bukan makan.

Pengeluaran makan rumah tangga petani dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Pengeluaran Makan Rumah Tangga Petani

Pengeluaran rumah tangga Uraian Nilai (Rp)

Pengeluaran makan

Jagung 409.175

Terigu 339.608

Daging Ayam 599.769

Ikan 3.770.103

Sayur 933.608

Bumbu dapur dan minyak 3.444.335

Gas 1.051.349

Kopi/teh/susu 1.493.659

Gula 361.977

Jajanan 5.008.670

Jumlah 17.412.253

Sumber: Data primer (diolah, 2021)

Dapat dilihat dari Tabel 5, pengeluaran makan rumah tangga terbesar adalah pada pengeluaran jajanan yaitu Rp. 5.008.670, sedangkan pengeluaran makan terkecil adalah terigu yaitu Rp. 339.608. Rata-rata pengeluaran makan total rumah tangga petani dalam satu tahun adalah Rp. 17.412.253.

Pengeluaran bukan makan rumah tangga petani adalah pengeluaran kebutuhan selama satu tahun selain kebutuhan makan. Pengeluaran bukan makan rumah tangga petani dapat dilihat pada Tabel 6.

(8)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 95 Tabel 6. Pengeluaran Bukan Makan Rumah Tangga Petani

Pengeluaran rumah tangga Uraian Nilai (Rp)

Pengeluaran bukan makan

PBB

Pajak Kendaraan Iuran RT/RW Listrik BBM

Minyak pelumas Pulsa/kuota Sabun mandi Pasta gigi Sampo Sabun cuci Minyak wangi Biaya pendidikan Pakaian

Keperluan slametan Rokok/tembakau Rekreasi

330.786 1.019.006

221.650 1.758.474 2.275.068 1.219.113 2.159.598 298.350 401.928 426.805 1.000.307

525.805 3.224.104 4.083.093 2.321.353 9.447.178 444.206

Jumlah 29.216.824

Sumber: Data Primer (Diolah, 2021).

Dapat dilihat pada Tabel 6, pengeluaran bukan makan terbesar rumah tangga petani adalah rokok dan tembakau yaitu sebesar Rp. 9.447.178. Sedangkan pengeluaran terkecil adalah pengeluaran iuran RT/RW yaitu Rp. 221.650. Untuk mengetahui pengeluaran total rumah tangga petani dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut:

Kt = 17.412.253+ 29.216.824 Kt = 46.629.077

Dari hasil perhitungan menunjukan rata rata pengeluaran rumah tangga petani dalam satu tahun sebesar Rp. 46.629.077.

5. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani

Keluarga petani akan dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Pendapatan rumah tangga petani adalah tolok ukur untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rumah tangga petani. Untuk mengidentifikasi tingkat kesejahteraan petani maka digunakan kriteria GSR. GSR adalah suatu analisis tingkat kesejahteraan yang membandingkan pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Rumah tangga petani dikatakan sejahtera apabila pengeluaran non pangan lebih besar dari pengeluaran pangan.

Tingkat kesejahteraan petani bawang merah dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Tingkat Kesejahteraan Petani

Kriteria GSR Jumlah petani Persentase %

Kurang sejahtera 10 10%

Sejahtera 87 90%

Jumlah 97 100 %

Sumber: Data Primer (Diolah 2021)

(9)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 96 Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa dari 100% terdapat 10% keluarga yang kurang sejahtera, banyak faktor yang bisa menyebabkan keluarga kurang sejahtera dikarenakan pengeluaran yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan. Dan 90% rumah tangga petani bawang merah di daerah penelitian tergolong rumah tangga sejahtera. Rumah tangga petani dapat mengalokasikan pendapatan tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pangan saja, tetapi dapat memenuhi kebutuhan non pangan.

6. Analisis Korelasi Parsial

Korelasi parsial digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel X (pendapatan) dan variabel Y (tingkat kesejahteraan). Untuk mengetahui hubungan hubungan antara variabel X (pendapatan) dan variabel Y (tingkat kesejahteraan) dilakukan perhitungan menggunakan Microsoft Exel 2010 dan hasilnya sebagai berikut

rxy= -0,09

Pada penelitian ini perhitungan korelasi pearson menggunakan Microsoft Exel 2010 didapatkan hasil sebesar -0,09 yang artinya hubungan antara variabel X (pendapatan) dan variabel Y (tingkat kesejahteraan) adalah sangat lemah.

7. Pengujian Hipotesis Untuk Mengetahui Pendapatan Usahatani Bawang Merah Memiliki Kontribusi Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani

Pendapatan usahatani bawang merah memiliki kontribusi yang besar terhadap pendapatan rumah tangga petani.

Nilai kontribusi yang diperoleh yaitu sebesar 2,79 menurut kriteria Pratiwi (2018), kontribusi pendapatan usahatani bawang merah terhadap pendapatan rumah tangga adalah besar.

Kriteria penerimaan hipotesis:

Jika t hit > t tabel maka Ho ditolak, Ha diterima.

Jika t hit ≤ t tabel maka Ho diterima, Ha ditolak.

Adapun hasilnya sebagai berikut:

t = 2,79

8. Pengujian Hipotesis Untuk Mengetahui Kesejahteraan Petani Bawang Merah di Kecamatan Belo

Dapat diketahui bahwa dari 100% terdapat 10% keluarga yang kurang sejahtera, banyak faktor yang bisa menyebabkan keluarga kurang sejahtera dikarenakan pengeluaran yang dikeluarkan lebih besar dari penerimaan. Didapatkan hasil 90% rumah tangga petani bawang merah di daerah penelitian tergolong rumah tangga sejahtera.

(10)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 97 Kriteria penerimaan hipotesis:

Jika t ˃ - tα maka Ho diterima, Ha ditolak artinya petani tidak sejahtera. Jika t ˂ - tα Ho ditolak, Ha diterima artinya petani sejahtera.

Ho: GSR > 1 Ha: GSR ≤ 1

Adapun hasilnya sebagai berikut:

t = -12,70

9. Pengujian Hipotesis Hubungan Pendapatan Usahatani Bawang Merah dengan Tingkat Kesejahteraan Petani Bawang Merah.

Hasil perhitungan korelasi parsial sebesar -0,09% yang artinya menurut kriteria Jhonathan Sarwono (2006), hubungan antara variabel X (pendapatan) dan variabel Y (tingkat kesejahteraan) sangat lemah.

Kriteria penerimaan hipotesis:

jika t ≤ - tα maka Ho diterima, Ha ditolak artinya berhubungan negatif.

jika t ≥ - tα maka Ho ditolak, Ha diterima artinya berhubungan positif.

Ho: r ≤ 0 Ha: r > 0

Adapun hasilnya sebagai berikut:

t = -2,90 B. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan bertujuan mengetahui besarnya pendapaan usahatani bawang merah, kontribusi pendapatan usahatani bawang merah terhadap pendapatan rumah tangga, dan hubungan pendapatan usahatani bawang merah dengan tingkat kesejahteraan petani bawang merah di Kecamatan Belo, Kabupaten Bima. Metode dasar dalam penelitian menggunakan metode deskriptif dengan teknik pelaksanaan yaitu observasi dan teknik pengumpulan data berupa wawancara dengan kuisioner. Sedangkan metode dalam pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling, dikarenakan sampel diambil secara acak yang merupakan petani bawang merah di Desa Ncera dan Ngali, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima.

Tempat atau lokasi penelitian yaitu petani bawang merah Desa Ncera dan Ngali, Kecamatan Belo, Kabupaten Bima. Secara umum petani bawang merah rata-rata berumur 20-40 tahun. Hal ini menunjukan bahwa sektor pertanian hortikultura khususnya tanaman bawang merah peminatnya rata-rata yang berusia produktif dapat dilihat dari jumlah

(11)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 98 generasi petani bawang merah di Kecamatan Belo, sedangkan usia nonproduktif > 65. Usia petani sebagai responden mempengaruhi kemampuan petani dalam budidaya bawang merah karena semakin tua umur petani maka semakin menurun produktivitas petani dalam usaha budidaya tanaman bawang merah.

Berdasarkan hasil penelitian pendapatan usahatani bawang merah memiliki kontribusi yaitu 57,5%. Hasil uji T menunjukan Ha ditolak. Hal ini dikarenakan MK produksi bawang merah tinggi yaitu Rp 176.143.944. Tetapi harga bawang merah sedang yaitu Rp 19.144 karena disebabkan panen raya. Walaupun begitu hasil dari panen pertama dipakai untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Sedangkan pada MH harga bawang merah rendah yaitu Rp 17.784 namun produksi bawang merah lebih besar yaitu 9.170 kg.

Tingkat kesejahteraan petani bawang merah di daerah penelitian menunjukan rumah tangga petani tergolong rumah tangga sejahtera dengan persentase 100 % atau 97 petani.

Hal ini dikarenakan menggunakan metode perbandingan pengeluaran makan dan bukan makan. Dalam penelitian ini rata-rata pengeluaran makan yaitu sebesar Rp 17.412.253 lebih kecil dari pengeluaran bukan makan petani yaitu sebesar Rp 29.216.824, pengeluaran bukan makan petani didominasi oleh pengeluaran rokok atau tembakau yaitu Rp 9.447.178 per tahun.

Hasil perhitungan antara pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani bawang merah adalah negatif dan sangat lemah itu disebabkan oleh petani sejahtera bukan karena pendapatan petani bawang merah melainkan ada pendapatan di luar usahatani bawang merah. Petani mempunyai pekerjaan yang menghasilkan pendapatan di luar usahatani bawang merah untuk menutupi pengeluaran sehingga sejahtera. Salah satu pendapatan itu berasal dari ternak sapi sebesar Rp 54.071.429 dan di luar pertanian yang paling tertinggi adalah pendapatan dari hasil wirausaha sebesar Rp 65.051.429.

Usahatani bawang merah di Kecamatan Belo dilakukan penanaman sebanyak 2x dalam satu tahun penanaman pertama dilakukan antara bulan Maret-Juli dan penanaman kedua dilakukan antara bulan Juli-September setelah dari panen kedua para petani biasanya istrahat selama beberapa bulan terakhir dan diisi dengan kegiatan slametan dan nikahan.

Jika ada pendapatan yang tersisa dari hasil bawang merah biasanya akan diinvestasikan ke ternak yaitu (sapi, ayam, dan kambing) ada juga yang berinvestasi ke tanah maupun emas.

Jika musim hujan, sebagian petani akan melakukan penanaman padi untuk mengisi waktu luang sampai nanti masuk bulan untuk mereka melakukan penanaman bawang merah kembali.

(12)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 99 KESIMPULAN

1. Biaya usahatani rata-rata pada MT I dengan luasan 5.799 m² adalah Rp 51.121.645 penerimaan rata-rata sebesar Rp. 176.316.240 dan pendapatan rata-rata Rp 125.194.595.

2. Biaya usahatani pada MT II dengan luasan 5.799 m² adalah Rp 51.165.356 penerimaan rata-rata Rp 163.316.240 dan pendapatan Rp 111.913.824.

3. Kontribusi pendapatan usahatani bawang merah terhadap pendapatan rumah tangga adalah sedang yaitu sebesar 57,5%.

4. Tingkat kesejahteraan petani bawang merah tergolong rumah tangga sejahtera.

5. Hubungan antara pendapatan dan tingkat kesejahteraan petani bawang merah adalah berhubungan negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah. Balitbang-Depertemen Pertanian. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Jumlah Produksi Bawang Merah Menurut Kabupaten/Kota, BPS NTB. Mataram.

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima. 2015. Produksi Bawang Merah di Kabupaten Bima. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima. Bima.

Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima. 2015. Realisasi Tanam, Realisasi Panen, dan Produksi Tanaman Bawang Merah Kabupaten Bima. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bima. Bima

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Bima. 2015. Potensi dan Penggunaan Lahan untuk pengembangan Bawang Merah di Kabupaten Bima. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Bima. Bima.

Direktorat Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian. 2015. Statistik Hortikultura Tahun 2014. Direktorat Jendral Hortikultura Kementrian Pertanian. Jakarta.

Bank Indonesia. 2013. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Usaha Budidaya Bawang Merah. Bank Indonesia. Jakarta.

Martina., dan Praza, R. 2018. Analisis Tingkat Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Kecamatan Aceh Utara. Jurnal AGRIFO. Vol 3 (2).

Midgley. 2000. Statistik Kesejahteraan Rumah Tangga 2000, Metode dan Analisi. Badan Pusat Statistik RI. Jakarta.

(13)

Analisis Pendapatan & Kesejahteraan Petani Bawang Merah (Bakdiah, Manumono, Astuti) 100 Nababan, C. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Jagung di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo. Skripsi. Progam Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitaas Sumatera Utara. Medan.

Pratiwi, L. F. L., & Hardyastuti, S. 2018. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Kentang pada Lahan Marginal di Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Berkala Ilmiah Agridevina 7(1).

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani bawang merah di Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi yang berjumlah kurang lebih 450 petani bawang merah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh produksi terhadap tingkat pendapatan petani bawang merah, untuk mengetahui pengaruh harga terhadap terhadap

SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI BAWANG MERAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN KARO OLEH TIFFANI KHOIRUM TARIGAN 130501144 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah diduga risiko pendapatan petani bawang merah dilahan pasir yang terjadi di Desa Srigading Sanden Bantul yaitu tergolong besar.. Metode

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik petani bawang merah lokal Palu, sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis

Program yang akan direkomendasikan kepada petani yaitu: (a) program peningkatan produksi bawang merah yaitu dengan menggunakan bibit bawang merah yang unggul

Program yang akan direkomendasikan kepada petani yaitu: (a) program peningkatan produksi bawang merah yaitu dengan menggunakan bibit bawang merah yang unggul

Program yang akan direkomendasikan kepada petani yaitu: (a) program peningkatan produksi bawang merah yaitu dengan menggunakan bibit bawang merah yang unggul