• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 502 K/Pdt.Sus/2010 BERKAITAN DENGAN PENERAPAN PASAL 17 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 502 K/Pdt.Sus/2010 BERKAITAN DENGAN PENERAPAN PASAL 17 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 502 K/Pdt.Sus/2010 BERKAITAN DENGAN PENERAPAN PASAL 17 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA

TIDAK SEHAT

Oleh :

SUHARTA GUSON 0810112170

Program Kekhususan : Hukum Bisnis (PK II)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS

(2)

No. Alumni Universitas:

Suharta Guson No. Alumni Fakultas:

(a) Tempat/Tgl.Lahir: Koto Baru/11 Agustus 1990 (f) Tanggal Lulus: 19 Juli 2012

(b) Nama Orang Tua: Edison dan Raamah (g) Predikat Lulus: Sangat Memuaskan

(c) Fakultas: Hukum (h) IPK: 3.50

(d) PK: Hukum Bisnis (PK II) (i) Lama Studi: 3 tahun 11 bulan (e) No BP : 0810112170 (j) Alamat: Pasar Baru, Limau Manis,

Padang

ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 502 K/Pdt.Sus/2010 BERKAITAN DENGAN PENERAPAN PASAL 17 UNDANG-UNDANG

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Suharta Guson. 0810112170. Fakultas Hukum Universitas Andalas, PK II (Hukum Bisnis). 103 Halaman. Tahun 2012

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (UU Persaingan Usaha) yang mengatur tentang prilaku-prilaku pelaku usaha, yaitu yang berkaitan dengan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Lembaga yang mengawasi pelaksanaan undang-undang ini sekaligus melakukan penegakan hukum yaitu Komisi Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut dengan KPPU. KPPU saat ini telah berhasil menangani perkara-perkara praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, diantaranya adalah kasus dugaan praktek monopoli yang dilakukan oleh Carrefour melalui akuisisi terhadap saham Alfa yang telah di putuskan oleh KPPU dalam putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2009 yang menyatakan Carrefour terbukti melakukan monopoli yaitu melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Persaingan Usaha. Hal inilah yang menimbulkan pro dan kontra yang akhirnya Carrefour mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri (PN) dan akhirnya sampai ke tingkat kasasi di Mahkamaah Agung (MA) dimana pada tingkat kasasi ini MA menguatkan putusan PN yang membatalkan Putusan KPPU yaitu melalui Putusan MA Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010.Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha dalam kasus Carrefour tersebut, terkait dengan Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 yang kemudian dibatalkan oleh Putusan MA No. 502 K/Pdt.Sus/2010, yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi

ini yaitu pengaturan ketentuan tentang monopoli dalam UU Persaingan usaha, dasar pertimbangan

KPPU dalam Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan pasal 17 UU Persaingan Usaha, dan dasar pertimbangan MA dalam Putusan MA Nomor 502 K/Pdt. Sus/2010 terkait dengan penerapan pasal 17 UU Persaingan Usaha. Tipe penelitian dalam skripsi ini adalah yuridis normatif yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi. Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa pengaturan ketentuan mengenai tentang monopoli diatur dalam Pasal 17 UU Persaingan Usaha, dasar pertimbangan KPPU dalam Putusanya adalah bahwa Carrefour telah memenuhi unsur-unsur Pasal 17 UU Persaingan Usaha, dan dasar pertimbangan MA dalam Putusanya yang membatalkan Putusan KPPU adalah bahwa Carrefour tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 17 UU Persaingan Usaha.

Skripsi ini telah dipertahankan di depan tim penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 19 Juli 2012. Abstrak telah disetujui oleh penguji.

Penguji,

Tanda tangan

1. 2.

Nama terang Linda Elmis, S.H., M.H. Neneng Oktarina, S.H., M.H.

Mengetahui,

Ketua Bagian Perdata: Syahrial Razak, S.H., M.H. ________________ Tanda tangan Alumnus telah mendaftar ke Fakultas/Universitas dan mendapat nomor alumnus:

(3)
(4)

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Umum Tentang Persaingan Usaha ... 17

1. Pengertian Persaingan Usaha... ... 17

2. Aspek Positif dan Negatif Persaingan Usaha ... 18

3. Pengertian Hukum Persaingan Usaha ... 20

4. Pentingnya Hukum Persaingan Usaha ... 22

5. Hukum Persaingan Usaha di Dunia ... 23

(5)

1. Latar Belakang Lahirnya UU Persaingan Usaha... 25

2. Garis Besar Pegaturan UU Persaingan Usaha... 28

a. Asas dan Tujuan UU Persaingan Usaha ... 28

b. Perjanjiaan yang Dilarang ... 30

c. Kegiataan yang Dilarang ... 32

d. Penyalahgunaan Posisi Dominan ... 33

e. Komisi Pengawas Persaingan Usaha... 35

f. Tata Cara Penegakan Hukum Persaingan Usaha ... 37

g. Sanksi-sanksi ... 39

h. Pengecualian-Pengecualian ... 40

C. Tinjauan Umum Mengenai monopoli ... 41

1. Pengertian Monopoli ... 41

2. Aspek Positif dan Negatif Monopoli ... 42

3. Beberapa Jenis Monopoli ... 44

D. Pendekatan dalam penegakan Hukum Persaingan usaha ... 45

1. Pendekatan Per se Illegal ... 46

2. Pendekatan Rule Of Reason ... 48

BAB III HASIL PEMBAHASAN A. Pengaturan Ketentuan Tentang Monopoli dalam UU Persaingan Usaha... 50

B. Dasar Pertimbangan KPPU dalam Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-

(6)

Usaha ... 59

C. Dasar Pertimbangan Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah

Agung Nomor 502 K/Pdt. Sus/2010 Terkait dengan Penerapan Pasal

17 UU Persaingan Usaha ... 83

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... ... 101

B. Saran ... ... 102

(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya

alamnya,lebih-lebih didukung oleh letak geografisnya yang strategis, sehingga akan sangat potensial

untuk dikembangkan oleh para pelaku bisnis. Berdasarkan kondisi tersebut tidak

heran apabila banyak bangsa-bangsa lain yang memiliki keinginan untuk

mengeksploitasi dan memonopoli sumber daya ekonomi di Indonesia, sejak zaman

penjajahan kolonial belanda, era kemerdekaan, bahkan sampai pada era globalisasi

ini.

Dalam sejarah bangsa Indonesia tentang praktek monopoli dimulai pada

masa penjajahan Belanda, dimana adanya suatu organisasi perdagangan VOC yang

melakukan monopoli perdagangan di wilayah Indonesia. Kemudian, selama kurun

waktu dibawah kekuasaan penjajah Belanda, Inggris, dan Jepang, baik secara

langsung maupun tidak langsung, sebagian maupun secara keseluruhan, praktik

monopoli dalam perdagangan secara terus menerus dilakukan di Indonesia.1 Hal ini

juga didukung oleh belum tersedianya aturan hukum yang jelas yang mengatur

tentang praktik monopoli tersebut.

1

(8)

Hukum pada hakikatnya merupakan suatu kaidah sosial yang ditujukan

untuk mempertahankan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk

mempertahankan ketertiban itu, hukum harus secara seimbang melindungi

kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat, baik itu kepentingan individu

maupun kepentingan publik. Setiap individu dalam masyarakat menginginkan

terpenuhinya kepentingan-kepentingan tersebut. Namun dilain pihak pemenuhan

kepentingan itu tidak boleh merugikan kepentingan-kepentingan individu lainya.

Dalam hal ini negara berperan untuk menetapkan peraturan-peraturan sebagai

instrumen untuk menciptakan ketertiban dan keamanan dalam masyarakat.2

Setelah Indonesia merdeka, dasar-dasar pengelolaan perekonomian negara

diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Pasal 33 UUD 1945

menyebutkan bahwa ”Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas

azas kekeluargaan”. Salah satu cerminan Pasal 33 UUD 1945 tersebut adalah bahwa

negara harus menciptakan suatu peraturan persaingan usaha untuk mencapai tujuan

dari perekonomian negara.

Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat untuk selanjutnya disebut UU

Persaingan Usaha , yaitu pada masa orde baru, pengaturan tentang persaingan diatur

tersebar dalam berbagai peraturan hukum. Diantaranya yaitu diatur dalam Kitab

2

Hermansyah, 2008,Pokok-PokokHukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta, Kencana, hlm.4

(9)

Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana,undang-undang, dan beberapa peraturan pemerintah.

Namun pada masa orde baru ini aturan mengenai persaingan usaha ini tidak

berjalan secara maksimal, hal ini dikarenakan :3

a) Lingkungan ekonomi politik yang tidak mendukung dan bernuansa pekat

dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) antar pengsaha dan penguasa.

b) Penegakan hukum yang tidak berjalan karena tidak ada aturan yang lebih

detail tentang persaingan usaha dan larangan praktik monopoli.

c) Tidak adanya badan atau institusi yang berwenang untuk menegakkan dan

melaksanakanya.

Berdasarkan kondisi sebagaimana yang dimaksud diatas, tidak heran jika

sudah sejak lama masyarakat Indonesia, khususnya para pelaku bisnis menginginkan

undang-undang yang secara komprehensif mengatur persaingan sehat. Keinginan itu

didorong oleh munculnya praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat dimaksud,

terutama karena penguasa sering memberikan perlindungan berupa

kemudahan-kemudahan atau perlakuan khusus kepada pelaku bisnis tertentu.

Terjadinya krisis ekonomi semakin menyadarkan dan mendorong untuk

segera diundangkannya undang-undang yang secara khusus mengatur larangan

praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Hal ini sejalan dengan prinsip

demokrasi ekonomi yang menghendaki adanya kesempatan sama bagi setiap warga

negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau

3

(10)

jasa, iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong

pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.

Akhirnya, jaminan terhadap terjadinya persaingan usaha yang sehat dan jauh

dari tindak monopoli melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan hak

inisiatifnya dengan membuat UU No. 5 Tahuun 1999 Tentang Larangan Praktik

Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.4 Dengan lahirnya undang-undang ini

diharapkan akan mampu mengatur dan menjaga iklim persaingan dalam dunia usaha

supaya berjalan secara jujur dan transparan, sehingga akan mampu mewujudkan

keadilan dan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat.

UU Persaingan Usaha mengatur tentang prilaku-prilaku pelaku usaha, yaitu

yang berkaitan dengan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Secara etimologi,

kata monopoli berasal dari kata “monos” yang berarti sendiri dan “polein” yang

berarti penjual.5 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Persaingan Usaha

mengenai pengertian monopoli ini dirumuskan bahwa monopoli adalah penguasaan

atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh

satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha.

Monopoli dianggap sebagai kondisi yang negatif, hal ini cukup logis, karena

dalam kondisi monopoli terbuka kemungkinan cukup besar bagi penyalahgunaan oleh

4

Mustafa Kamal Rokan,2010,Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di Indonesia),Medan,Rajawali Pers,hlm.14

5

(11)

pemegang kekuasaan monopoli. Walaupun demikian, aspek positif pun bisa dibawa

pula oleh monopoli disamping aspek negatif yang sering dikemukakan.6

Monopoli terbentuk jika adanya satu atau sekelompok pelaku usaha

mempunyai kontrol yang eksklusif terhadap pasokan barang dan atau jasa di suatu

pasar tertentu, dan dengan demikian juga terhadap penentuan harganya.Sehingga jika

dilihat dari segi pemusatan kekuatan pasar, pelaku monopoli akan mempunyai

kekuatan dalam pemusatan kekuatan pasar.7 Jika dikaitkan antara monopoli dengan

aspek-aspek positif maupun negatifnya, memang sangat wajar jika UU Persaingan

Usaha sangat diperlukan dan mempunyai peranan yang penting dalam mengatur

tentang monopoli.

Sebagai lembaga yang akan mengawasi pelaksanaan undang-undang ini

sekaligus melakukan penegakan hukum, maka berdasarkan perintah Pasal 30 ayat (1)

UU Persaingan Usaha dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang

selanjutnya disebut dengan KPPU. KPPU ini dikatakan sebagai suatu lembaga

independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain.8

Dengan kewenangan yang dimiliki oleh KPPU, diharapkan lembaga pengawas

6

Ibid., hlm. 19 7

Suyud Margono,2009,Hukum Anti Monopoli,Jakarta,Sinar Grafika,hlm.5 8

(12)

tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebaik-baiknya serta mampu

bertindak secara independen.9

KPPU saat ini telah berhasil menangani perkara-perkara praktik monopoli

dan persaingan tidak sehat, antara lain yang cukup terkenal adalah kasus dugaan

praktek monopoli yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia selanjutnya disebut

dengan Carrefour melalui akuisisi terhadap saham PT. Alfa Retailindo,Tbk.

selanjutnya disebut dengan Alfa. Dimana pada tanggal 21 Januari 2008 Carrefour

menandatangani perjanjian jual beli saham dengan PT. Sigmantara Alfindo dan Prime

Horizon Pte.Ltd. Jumlah saham Alfa milik PT. Sigmantara Alfindo yang dibeli

Carrefour sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dan sahamAlfa milik Prime Horizon

yang dibeli Carrefour Indonesia adalah 45% (empat puluh lima persen).

Sebagaimana pemeriksaan yang telah dilakukan oleh KPPU, dalam Putusan

KPPU Nomor 09/KPPU-L/2009 Carrefour terbukti melakukan monopoli, dimana

akuisisi terhadap Alfa yang dilakukan oleh Carrefour terbukti mengakibatkan dampak

anti-persaingan dalam pasar ritel hypermart dan supermarket di Indonesia.

Kemudian KPPU memutuskan bahwa Carrefour terbukti melanggar Pasal 17 ayat (1)

dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Persaingan Usaha.

Pasal 17 ayat (1) UU Persaingan Usaha berisi ketentuan yang melarang

penguasaan atas produksi dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik

9

Johnny Ibrahim, op.,cit. hlm.260

(13)

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, sedangkan Pasal 25 ayat (1) huruf a

UU Persaingan Usaha melarang pelaku usaha untuk menggunakan posisi dominan

untuk menetapkan syarat-syarat perdagangan. Konsekuensi dari pelanggaran tersebut,

KPPU menjatuhkan denda Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah) dan

memerintahkan perusahaan tersebut melepaskan kepemilikan saham Carrefour atas

Alfa.

Adanya putusan KPPU dimaksud menimbulkan pro dan kontra di kalangan

pebisnis dan praktisi hukum serta Carrefour itu sendiri tentunya. Carrefour

melakukan upaya hukum keberatan terhadap KPPU tersebut melalui Pengadilan

Negeri Jakarta Selatan. Dalam putusannya, majelis hakim mengacu pada pasal 45 UU

Persaingan dan ketentuan terkait lainnya dalam pasar ritel. Majelis hakim mengadili,

menerima dan mengabulkan permohonan pemohon keberatan yaitu Carrefour,

menyatakan bahwa pemohon keberatan tidak terbukti melanggar pasal 17 ayat (1) dan

pasal 25 ayat (1) huruf a UU Persaingan Usaha, membatalkan Putusan KPPU Nomor

9/KPPU-L/2009 untuk seluruhnya pada tanggal tanggal 17 Februari 2010.

Setelah menerima salinan perkara, KPPU menentukan sikap atas

kekalahannya Carrefour di Pengadilan Negeri. Pada tanggal 1 Maret 2010 KPPU

mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung terhadap putusan Pengadilan Negeri

tersebut. Namun setelah dilakukan pemeriksaan di Mahkamah Agung, majelis hakim

(14)

KPPU untuk membayar perkara dalam tingkat kasasi melalui Putusan Mahkamah

Agung Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010.

Berdasarkan hal-hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai

penerapan UU Persaingan Usaha khususnya tentang pasal 17 UU Persaingan Usaha

dalam kasus Carrefour tersebut. Terkait dengan Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009

yang kemudian dibatalkan oleh Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Susu/2010,

dan penulis mengangkat judul skrisi tentang : “ANALISIS HUKUM TERHADAP

PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 502 K/Pdt.Sus/2010 BERKAITAN DENGAN PENERAPAN PASAL 17 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT”

B. Rumusan Masalah

Untuk lebih terarahnya sasaran sesuai dengan judul yang telah penulis

kemukakan, penulis memberikan batasan masalah atau identifikasi masalah agar tidak

jauh menyimpang dari apa yang menjadi pokok bahasan. Mengacu kepada latar

belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan ketentuan tentang monopoli dalam Undang-Undang

(15)

2. Apa yang menjadi dasar pertimbangan KPPU dalam Putusan KPPU No.

09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha?

3. Apa yang menjadi dasar pertimbangan Mahkamah Agung dalam Putusan

Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt. Sus/2010 terkait dengan penerapan

Pasal 17 UU Persaingan Usaha?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui mengenai pengaturan ketentuan monopoli dalam UU Persaingan

Usaha dan penerapanya dalam putusan KPPU.

2. Mengetahui dan menganalisa dasar pertimbangan KPPU dalam Putusan

KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU

Persaingan Usaha.

3. Mengetahui dan menganalisa dasar pertimbangan Mahkamah Agung dalam

Putusan Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt. Sus/2010 yang membatalkan

Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU

Persaingan Usaha.

D. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, penulis berharap akan memberikan manfaat sebagai

(16)

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi penulis sendiri, menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam

penulisan karya ilmiah, yang merupakan sarana untuk memaparkan dan

memantapkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh

dibangku perkuliahan. Terutama memantapkan cakrawala berpikir

penulis dibidang hukum perdata bisnis.

b. Bagi ilmu pengetahuan, khususnya hukum perdata bisnis, hasil penelitian

ini bisa dijadikan sebagai penambah literatur dalam memperluas

pengetahuan hukum masyarakat dan pelaku usaha serta memberikan

sumbangan pemikiran bagi hukum perdata bisnis, khususnya dalam

kajian mengenai praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat dan pelaku usaha, penelitian ini diharapkan dapat

meningkatkan kesadaran untuk berpartisipasi dalam dunia bisnis

Indonesia.

b. Bagi Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia,

penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan

pembaharuan di bidang hukum bisnis.

E. Metode Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian, kita tidak akan terlepas dari penggunaan

(17)

bertindak, maka yang dimaksud metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmu yang

didasarkan pada sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk

mempelajari satu atau beberapa gejala tertentu, dengan jalan menganalisanya. Agar

penulisan hukum ini memenuhi syarat-syarat ilmiah yaitu sebagai tulisan yang

mengandung bobot ilmiah, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah metode

penelitian sebagai jalan atau cara untuk memahami objek yang menjadi sasaran

penelitian, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :

1. Tipe Penelitian

Dalam penulisan ini penulis menerapkan tipe penilitian hukum yuridis

normatif. Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Dalam hal ini penulis

tidak bertatap muka dengan informan atau responden melainkan dengan meneliti

bahan pustaka dan bahan sekunder belaka. Penelitian hukum yuridis normatif yang

dilakukan adalah penelitian terhadap asas-asas hukum atau perundang-undangan juga

terhadap doktrin-doktrin yang terkait dengan masalah yang diteliti. 10

2. Pendekatan Masalah

Dalam penelitian ini, pendekatan masalah yang akan digunakan adalah

pendekatan perundang-undangan dan doktrinal dengan melakukan penelitian terhadap

asas-asas hukum dan dikaitkan dengan doktrin-doktrin kemudian melihat bagaimana

10

(18)

dasar pertimbangan Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung No. 502

K/Pdt.Sus/2010 yang membatalkan Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2010 terkait

dengan penerapan ketentuan Pasal 17 UU Persaingan Usaha.11

3. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penelitian ini akan memaparkan dan

menggambarkan mengenai fakta-fakta dan bahan hukum mengenai Putusan

Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010 yang membatalkan Putusan KPPU No.

09/KPPU-L/2010 terkait dengan penerapan ketentuan Pasal 17 UU Persaingan Usaha.

4. Bahan Hukum

Dalam penelitian ini menggunakan bahan hukum12. Bahan hukum yang

digunakan dibedakan menjadi tiga golongan, yakni bahan hukum primer, sekunder

dan tersier.13 Dimana dalam penelitian ini, digunakan ketiga bahan hukum tersebut.

a. Bahan hukum primer.

i. Undang-Undang Dasar 1945;

ii. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Monopoli

Persaingan Usaha Tidak Sehat;

iii. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas.

11

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Rajawali

Pers,hlm. 62

12 Dalam penenelitian hukum normatif lebih sering digunakan istilah “bahan hukum” dari

pada “data”, karena dalam penelitian hukum normatif yang diperlukan adalah analisis ilmiah terhadap bahan hukum. Disamping itu kata “data” memiliki makna empiris sehingga tidak diperlukan dalam penelitian hukum normatif. Lihat Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif,

Bayu Media Malang,2006, hlm 268-269.

13

(19)

iv. Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan

Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

v. Peraturan Mentri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 Tentang

Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan Dan Toko Modern.

vi. Peraturan KPPU

vii. Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2009

viii. Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010

b. Bahan Hukum Sekunder:

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang erat hubungannya dengan

bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan

hukum primer, terdiri dari doktrin, yurisprudensi, dan azas-azas hukum yang

berkaitan dengan judul skripsi tersebut di atas, maka bahan hukum sekundernya

adalah :

i. Buku literatur

ii. Jurnal

iii. Hasil penelitian

iv. Majalah, koran, media cetak dan elektronik.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

(20)

i. Kamus Umum Bahasa Indonesia;

ii. Kamus Hukum.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian hukum, data mana yang akan digunakan senantiasa

tergantung pada ruang lingkup dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan penulis berupa penelitian hukum normatif maka

pengumpulan datanya yaitu melalui studi dokumentasi atau bahan pustaka saja.14

Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data melalui studi dokumen

yaitu dengan cara mencari dan menghimpun data, mengklasifikasikan data yang

relevan dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha yang terdapat dalam

undang- undang dan literatur-literatur kepustakaan.15

6. Pengolahan dan Analisis Data

Di dalam metode ini pengolahan data yang dilakukan adalah dengan

mempelajari bahan hukum yang dikumpulkan, dengan maksud untuk

membandingkan apa yang ditemukan dalam peraturan perundang-undangan, Putusan

KPPU No. 09/KPPU-L/2009 maupun Putusan Mahkamah Agung No. 502

K/Pdt.Sus/2010 dengan apa yang dikatakan dalam kepustakaan, juga dari doktrin dan

paradigma orang lain untuk membandingkan hasil penemuan dari data. Kemudian apa

14

Soerjono Soekanto,op.,cit. hlm. 66

15

(21)

yang dipelajari dan dibaca dari kepustakaan akan dilihat dalam perspektif penulis

sendiri.16

Penganalisaan dilakukan secara kualitatif. Penganalisisan kualitatif adalah

penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif melalui apa yang

diperoleh dari peraturan perundang-undangan, doktrin-dokrin, buku-buku literatur,

putusan-putusan dan lain lain,dengan tujuan untuk mengerti dan memahami gejala

yang diteliti.17

Penganalisisan kualitatif yang dilakukan bertolak dengan menginventarisasi

peraturan perundang-undangan, doktrin dan yurisprudensi yang kemudian akan

dianalisis dengan data yang telah diperoleh dari objek yang diteliti sebagai satu

kesatuan yang utuh,. Kemudian sebagai langkah lebih lanjut untuk menarik

kesimpulan dan disajikan dalam bentuk skripsi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memudahkan pemahaman dalam pembahasan dan untuk

memberi gambaran yang jelas mengenai keseluruhan penulisan karya ilmiah maka

penulis menyiapkan suatu sistematika dalam penyusunan penulisan skripsi. Adapun

sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, masing-masing bab

tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya.. Adapun sistematika skripsi ini

adalah sebagai berikut:

16

Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta,hlm.67

17

(22)

BAB I : PENDAHULUAN

Memaparkan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode

penelitian, sitematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Penulis uraikan tentang tinjuan umum mengenai hukum

persaingan usaha, hukum persaingan usaha Indonesia (UU No.

5 Tahun 1999), monopoli serta pendekatan yang digunakan

dalam penegakan UU No. 5 tahun 1999.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pembahasan berisi mengenai pengaturan tentang monopoli

dalam UU Persaingan Usaha, dasar pertimbangan KPPU dalam

Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan

Pasal 17 UU Persaingan Usaha, serta dasar pertimbangan

Mahkamah Agung yang membatalkan Putusan KPPU Nomor

09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan ketentuan Pasal 17

UU Persaingan Usaha.

(23)

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan

jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil evaluasi pada tolok ukur panjang hipokotil produksi tahun 2009 dan 2010, menunjukkan bahwa antara vigor daya simpan benih cabai hibrida dan non hibrida tidak berbeda nyata,

Aplikasi Youtube di Android dapat digunakan untuk mengunggah video dengan merekam video baru atau memilih video yang telah ada di galeri, berikut langkah- langkahnya:. ➢ Login

Dari definisi diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa “Rekrutmen adalah proses penarikan calon tenaga kerja handal yang akan dijadikan pegawai untuk

Pendidikan Jiwa (al-Tarbiyah al-Nafs) adalah Suatu upaya untuk membina, medidik, memelihara, menjaga, membimbing dan membersihkan sisi dalam diri manusia (Jiwa)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pemasaran yang dilakukan pedagang sembako menggunakan beberapa strategi antara lain, (a) strategi pelayanan, tidak mudah putus asa

promosi pengecer yang dilaksanakan oleh Alfamart Moch. b) Untuk mengetahui gambaran ekuitas merek Alfamart di Bandung. menurut konsumen Alfamart Moch. c) Untuk

Setelah 30 menit, tambahkan campuran asam sulfat dan asam asetat dengan perbandingan optimal yang telah diketahui berdasarkan proses sebelumnya lalu diaduk selama 30 menit pada

Connecticut hazardous material survey.: Hexanes Illinois toxic substances disclosure to employee act: Hexanes Illinois chemical safety act: Hexanes New York release reporting