PERANAN KYAYI DALAM MEMBINA KEIMANAN DAN KETAQWAAN SANTRI
(Penelitian di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut)
TESIS
Diajukan Kepada Panita Ujian Tesis Pogram Pasca Sarjana
Universitas Pendidiksn Indonesia (UPU) Bandung Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Pendidikan Umum
Oleh:
Adang hambali Nomor pokok: 989765
^KDID/^
o
t " 4
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI)
PROGRAM PASCA SARJANA BANDUNG
Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Tahap II oleh
Prof. H. M. Nu'man Somantri, M .Sc.
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Maman Abdurrachman
MOTTO
Dan ingatlah ketika Luqman
berkata kepada anaknya di waktu ia
memberikan pelajaran kepada
anaknya: "hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah
benar-benar kesalahan yang besar"
(Luqman, ayat 13)
Karya ini dipersembahkan
untuk :
Istriku tercinta Ai Khadijah dan
anak-anak kami tersayang:
1. Fahd Fahdefie
2. Farah Q.
3. Putih AI Jihadi
ABSTRACT
Adang Hambali. Peranan Kyai Dalam Membina Keimanan dan Ketaqwaan Santri di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
Pendidikan Umum harus dikembangkan dengan mempertimbangkan
segala aspek yang ada di masyarakat kita yang landasan Negaranya digali dari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia, terutama sila pertama dalam Pancasila yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa. Pondok Pesantren adalah lembaga Pendidikan Islam
yang tumbuh dan berkembang dari budaya dan bangsa kita sendiri, untuk itu perlu
di pertimbangkan dalam pengembangan kepribadian Bangsa Indonesia.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Peranan Kyai di Pondok Pesantren
Darul Arqam Muhammadiyah Garut dalam membina kemandirian santri sebagai
bagian dari keimanan dan ketaqwaan dan situasi seperti apa yang diciptakan oleh
Kyai untuk mempengaruhinya.
Penelitian ini bertolak dari pemikiran bahwa kemandirian adalah salah satu
bagian dari pembinaan kepribadian santri yang beriman dan bertaqwa. Tujuan
tersebut bisa tercapai, jika peranan Kyai betul-betul dalam menciptakan situasi di
pondok Pesantren, baik situasi fisik maupun non fisik di upayakan semaksimal
mungkin.
Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif dan pendekatan inkuiri
naturalistik. Dan literatur yang digunakan adalah pandangan para ahli yang
berhubungan dengan masalah penelitian.
Data yang ditemukan menunjukan bahwa kyai di pondok pesantren Darul
Arqam Muhammadiyah Garut yang syarat dengan pengalaman memimpin
organisasi Muhammadiyah mampu menciptakan situasi pesantren yang kondusip
untuk tumbuh dan berkembangnya situasi pendidikan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran kyai dalam membina
kemandirian santri yang beriman dan bertaqwa, sangat berpengaruh dengan
menciptakan situasi pesantren baik situasi fisik seperti penataan bangunan,
DAFTAR I SI
Halaman
MUQODIMAH i
DAPTAR ISI iv
'•'DAFTAR GAMBAR ,.. ..s
viii
BAB I. PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Masalah 1
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Pene
litian 7
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8
D. Definisi Operasional 9
E. Lokasi Penelitian 12
BAB II. KONSEP PENDIDIKAN UMUM, PENDIDIKAN
PONDOK PESANTREN DAN KYAI DALAM PERAN
ANNYA MEMBINA IMTAQ
A. Konsep Pendidikan Umum 14
1. Pengertian Pendidikan Umum .... 14 2. Tujuan Pendidikan Umum 19
3. Situasi Pendidikan Dalam Pen
didikan Umum 23
4. Peranan Pendidikan Dalam Pendi
dikan Umum 25
B. Konsep Pendidikan Pondok Pesantren 28
1. Pesantren sebagai Sistem
Pen-didiKan Luar Sekolah (PLS) *...
28
Halaman
2. Materi dan Metode Pengajaran Pe
santren 45
3. Kurikulum dan sumber Belajar.... 53
4. Kelebihan dan Kekurangan Sistem
Pendidikan Pesantren 57
C. Konsep Kyai 65
D. Konsep Keimanan 67
E. Konsep Taqwa 71
F. Peran Kyai dalam Membina Keimanan
dan Ketaqwaan Santri 95
BAB I I I . METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Kualitatif 100
B. Subjek, Sumber Data dan Lokasi Pe
nelitian
103
C. Teknik Pengumpulan Data 105
D. Langkah-langkah Pengumpulan Data
..
107
E. Instrumen Penelitian 110
F. Pelaksanaan Penelitian 111
BAB IT. DATA BASIL PENELITIAN
A. Data Pisik dan Situasi 113
1. Letak Geografis PONPES Darul Ar
qam 113
2. Latar Belakang Pendirian 120 3. Tujuan Pendidikan Pondok Pesan
tren Darul Arqam 126
Halaman
4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren
Darul Arqam 127
B. Kegiatan Belajar Mengajar di Pesan
-tren Darul Arqam 132
1. Suasana di Pesantren Darul Arqam.. 132 2. Upaya Kyai dalam Membina Kepribadi
an Santri yang Beriman dan
Bertaq-wa 136
C. Penataan Situasi Pendidikan di Pesan
tren Darul Arqam 148
1. Penataan Lingkungan Fisik 152 2. Penataan Lingkungan Non-Fisik . . . . 157
3. Keteladanan Kyai 160
BAB V. KESIMPULAK DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 162
1. Pendidikan Umum di Pondok Pesan
tren 162
2. Model Pembinaan Kepribadian di Pon
pes Darul Arqam 165
3. Pola Pengajaran 168
4. Peran Kyai dalam Membina IMTAQ
Santri
169
5. Prinsip-prinsip Pembinaan Keiman an dan Ketaqwaan Santri Darul
Ar-Qam 171
Halaman
B. Rekomendasi
173
1. Rekomendasi bagi Pengembangan Pen
didikan Umum 173
2. Rekomendasi Bagi Pengembangan Pon
dok Pesantren 175
3. Rekomendasi bagi Penelitian
se-lanjutnya 177
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR .GAMBAR
[image:9.595.121.506.73.784.2]Halaman
Tabel 1. Struktur Organisasi Pesantren
(Kompre-hensip)
4-4
Tabel 2. Struktur Organisasi Pesantren
(Seder"-hana )
'•
45
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan Allah SWT dalam struktur yang
paling baik diantara makhluknya yang lain. Struktur ma
nusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah,
atau
unsur psikologis dan fisikologis. Dalam struktur
jas
maniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat ke
mampuan dasar yang raemiliki kecenderungan berkembang,da
lam psikologis disebutkan potensialitas atau
disposisi
(Depag RI, 1986 -
1076).
Manusia lahir dengan macam-macam potensi.
Poten-si belum merupakan suatu kenyataan yang terpola
untuk
menghadapi lingkungan hidupnya. Di sinilah letak
keter-batasan manusia. Sebagai pembawa potensi untuk
berkem
bang selanjutnya. Pada kenyataannya, potensi -
potensi
yang dibawa berupa potensi intelektual, rasa, karsa mau
pun kesadaran moral, bahkan juga aspek keterampilan dan
perkembangan jasmani. Agar potensi-potensi yang merupa
kan modal dasar dapat berkembang sebagaimana mestinya ,
maka diperlukan bantuan, perlu bimbingan
dan
pengarah-an dari orpengarah-ang-orpengarah-ang ypengarah-ang bertpengarah-anggung jawab. Ini mengpengarah-an-
mengan-dung arti perlu diberikan pendidikan (Depag RI,
1986
-645).
Secara umum pendidikan diartikan sebagai
usaha
orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuK
mimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasa-an, melalui kegiatan bimbingkedewasa-an, pengajarkedewasa-an, dan atau la tihan, sebagairaana yang tercantum dalam Undang- undang
sistem Pendidikan Nasional pasal 1 sebagai berikut : "Pendidikan diartikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik melalui kegiatan, bim
bingan, pengajaran dan atau latihan agar mereka
mampu berperan pada jamannya".
Pernyataan di atas mengandung arti bahwa yang
dikehendaki dari .,-^danya pendidikan meliputi aspek jas mani dan rohani, atau lebih dikenal dengan aspek kog-nitif, afektif, dan psikomotor. Untuk mencapai perubah-an-perubahan tersebut, maka diselenggarakan pendidikan nasional yang bertujuan seperti dinyatakan dalam pasal 4 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai ber
i k u t :
"Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan ke-hidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indone sia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan ber-budi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ke
terampilan, kesehatan jasmani dan rohani, ber-kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa program Pendidikan Umum adalah bagian daripada Pendidik
an pada umumnya. Usahanya difokuskan kepada
pembinaan
semua aspek kepribadian peserta didik secara menyeluruh
bukan hanya membina salah satu aspeknya saja yang
Untuk itu pendidikan umum
berorientasi kepada
persoalan-persoalan asasi yang bersifat umum, yang
tu-juannya untuk membina dan raengarahkan potensi
esensi
peserta didik ke persoalan perubahan-perubahan prilaku
mereka seperti pemahaman dan sikap yang harus dimiliki
oleh warga bangsa.
Dengan program pendidikan umum
ini
diharapkan
peserta didik seluruh kepribadiannya terbina,
terbim-bing, dan terarahkan secara maksimal sehingga
mereka
menjadi pribadi yang utuh beriman dan bertaqwa dan mam
pu hidup berdiri sendiri.
Dalam rangka ikhtiar untuk mencapai
pendidikan
umum tersebut, yang dilakukan dalam situasi tertentu ,
peran guru sebagai pigur dalam proses pembelajaran ikut
menentukan dan mempengaruhi terhadap perkembangan
pe
s e r t a d i d i k .
Peran yang intensif dan yang bertanggung
jawab
bisa menghasilkan prilaku yang disiplin dan mandiri
se-bagaimana sikap dan peran pribadi Rasulullah SAW dalam
proses pembinaan terhadap umatnya dan mampu
membentuk
kepribadian para sahabat beliau sehingga menjadi
te-ladan bagi umat berikutnya.
Dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan
di
atas, maka diperlukan pendidikan yang bersifat keagama
an, dalam hai ini peran pendidikan Islam tidak
bisa
mampu memberikan sumbangan yang amat besar dan berhar-ga terhadap pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Menurut Abuddin Nata (1988 : 292), pada
hake
-katnya pendidikan Islam adalah upaya membimbing, meng-arahkandan membina peserta didik yang dilakukan se
cara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadi an yang utaraa sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Hal ini sejalan dengan ungkapan M. Arifin (1994:32)bah
wa :
"Pendidikan Islam adalah suatu usaha orang dewa sa Muslim yang bertaqwa serta sadar mengarahkan dan membimbing perturabuhan serta perkembangan
fi.trah (keraampuan dasar) anak didik melalui ajar
an Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan
perkembangannya".
Pendidikan Islam, seperti pendidikan nasional diselenggarakan melalui dua jalur, yaitu jalur sekolah
dan luar jalur sekolah. Jalur luas sekolah
meliputi
pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dari
pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan masyara
kat, ada salah satu lembaga pendidikan Islam
tradisio-nal yang tertua yang tumbuh semenjak masa-masa
permu-laan Islam di Indonesia dan memegang peranan yang
sa
ngat penting bagi pembentukan kepribadian bangsa Indo
nesia. Lembaga tersebut adalah pesantren. Peranan
pe
santren ini secara jelas diungkapkan Ahmad Tafsir(1994
191-192) sebagai berikut :
"Pesantren sebagai komunitas dan sebagai lemba
ga pendidikan yang besar jumlahnya dan luas
banyak memberikan saham dalam pembentukan manu sia Indonesia yang religius. Lembaga tersebut te lah melahirkan banyak pemimpin bangsa dimasa la-lu, Jfiini dan agaknya juga di masa yang akan da tang. Lulusan pesantren tak pelak lagi, banyak yang mengambil partisipasi aktif dalam pembangun
an bangsa."
Tinjauan Zamakhsyari Dhofer (1994 : 44), suatu lembaga Pendidikan Islam dapat dikategorikan sebagai
sebuah pesantren, apabila terpenuhi lima elemen dasar,
yaitu ada pondoK, masjid, Kyai, santri, dan pengajian kitab Islam klasik. Dari lima elemen ini, maka kyai ada
lah elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.
Ia seringkali, bahkan merupakan pendirinya. Oleh karena
itu tidak berlebihan jika perkembangan suatu
pesantren
semata-mata tergantung kepada kemampuan kyainya.
Keba-nyakan kyai di Jawa beranggapan bahwa suatu
pesantren
dapat diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil
di mana
kyai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dankewe-nangan dalam kehidupan dilingkungan pesantren.
Program pendidikan pesantren memiliki tujuan pen
didikannya, maka peran kyai untuk mencapai tujuan
ter
sebut sangat menentukan sekali terutama dalam membina
keimanan dan ketaqwaan santrinya. Dalam pandangan
ter
sebut Mastuhu (1994 : 55-56) menyatakan bahwa
tujuan
pendidikan pesantren adalah :
(me-ngikuti sunnah Nabi), mampu berdiri sendiri,
be-bas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan aga ma atau menegakkan Islam dan kejayaan umat Islam di tengah-tengah masyarakat dan mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia idealnya mengembangkan kepribadian yang ingin dituju ialah muhsin, bukan sekedar muslim.
Rumusan di atas menggambarkan bahwa iman dan taq wa merupakan tujuan pertama dan utama. Di sinilah beta-pa pentingnya peran kyai sebagai tokoh sentral pesan
tren yang diwujudkan melalui upaya dalam membina keiman an dan ketaqwaan santri.
Secara teoritik, upaya-upaya yang dilakukan kyai
akan direspon santri dan respon inilah yang akan ber pengaruh terhadap tingkat keimanan dan ketaqwaan santri yang pada akhirnya akan tampak pada sikap dan prilaku santri, baik ketika berada di lingkungan pesantren mau
pun di luar lingkungan pesantren.
Sementara itu, kyai yang mengasuh pondok pesan -tren Darul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut telah
ber-upaya semaksimal mungkin dalam membina keimanan dan ke taqwaan santri. Hal ini dapat dilihat dari upayanya de ngan membuat peraturan-peraturan bagi santri dan ber-upaya untuk memberi suri teladan yang baik di hadapan
para santrinya.
Berdasarkan permasalah itu, maka studi tentang peranan kyai dalam membina keimanan dan ketaqwaan san
Garut merupakan suatu hai yang perlu dikaji untuk lebih mengedepankan bahwa peran Kyai di pondok pesangtren sa ngat mEntukan terhadap seluruh persoalan keberhasilan -dari pendidikannya dalam pendidikan umum.
B. Fokus Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Judul dalam Penelitian i n i adalah Peranan Kyai dalam Membina Keimanan dan Ketaqwaan Santri di Pesan tren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
Karena masalah pembinaan itu sangat luas, maka diperlukan fokus masalah secara terbatas dan terarah. Untuk itu penelitian ini dibatasi pada aspek Upaya Kyai menciptakan Si tua s i Pesantren dalam Membina Kemandirian Santrinya.
Tentunya harapan peneliti dalam penelitian ini dapat menghasilkan suatu kajian yang mendalan, dan bu-kan hanya melihat fenomena yang tarapak saja namun ingin melihat lebih jauh dari itu.
Sebagai fokus dalam penelitian di atas, terformu-lasiAkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Situasi pendidikan seperti apakah yang diupayakan oleh Kyai di pondok pesantren Darul Arqam Muhammdi -yah Daerah Garut ?
2. Bagaimanakah pengaruh pembinaan Kyai terhadap keman
dirian santri sebagai bagian dari keimanan dan ketaq
waan di pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah
8
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengidentifikasi Kyai dalam mengupayakan situasi pondok pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
2. Untuk mengetahui pengaruh pembinaan Kyai terhadap ke mandirian santri sebagai bagian dari keimanan dan ke
taqwaan di Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah
Garut.
Penelitian ini hasilnya diharapkan berguna untuk pengembangan pendidikan umum di Indonesia yang berkenaan
dengan :
1. Model kepemimpinan dalam pendidikan umum.
2. Pola kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan umum. 3. Optimalisasi Kurikulum Pendidikan Umum.
4. Memperluas Metodologi lialam Pendidikan Umum.
5. Memberikan ma'na yang luas bagi pengembangan pendidik
an Umum.
6. Pola pembinaan dalam Pendidikan Umum.
Kegunaan lain, atau manfaat lain dari hasil pene
litian ini adalah untuk memperluas konsep pendidikan umum
dalam pengembangan dan pengayaan pembinaan kepribadian
yang diangkat dari budaya bangsa Indonesia yang landasan
Negaranya berdasar pada nilai-nilai Ke-Tuhan-an Yang
(Keimanan dan Ketaqwaan) serta memadukan antara
pola
pembinaan kepribadian yang dilakukan oleh lembaga pendidikan formal seperti sekolah dengan pola pembinaan
kepribadian yang dilakukan oleh sistem pendidikan pon
dok Pesantren.
D. Definisi Operasional
Berdasarkan permasalahan yang akan diteliti da
lam tesis ini, ada beberapa istilah yang dapat ditaf
-sirkan ke dalam beberapa pengertian, untuk menghindari
penafsiran yang salah.Untuk menghindari kesalahfahaman ini,
istilah
istilah tersebut perlu didefinisiKan secara
operasio
nal, yaitu sebagai berikut :
1. Peranan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Dep-dikbud RI, 1996 : 751) berasal dari kara
"peran"mengandung dua arti, yaitu : (1) bagian yang dimain
-kan seorang pemain (dalam film, sandiwara); (2) tin
dakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu pe
ri stiwa berkaitan dengan penelitian ini,
nampaknya
makna kedua yang diambil, yakni tindakan yang
di
lakukan kyai dalam membina keimanan dan
ketaqwaan
santri.
2. Kyai.
Dalam Ensiklopedia Islam (Hafidz Dasuki, dkk
1994 : 61), diuraikan bahwa secara kebahasaan, kyai
da-10
lam bidang agaraa Islam, guru ilmu gaib, pejabat
ke-pala distrik (di Kalimantan Selatan Indonesia), ben
da-benda yang dipadang bertuah, dan
sebutan
untuk
harimau. Kyai dalam masyarakat Jawa
adalah
orang
yang dianggap menguasai ilmu agama Islam dan
biasa-nya mengelola dan mengasuh pondok pesantren. Sebut
an kyai diberikan kepada orang-orang yang dipandang
menguasai ilmu agama, mempunyai kharisma, dan
ber
pengaruh, baik dalam lingkup regional maupun nasio
n a l .
3. Membina, artinya membangun dan mengusahakan kharis
ma supaya lebih baik (maju, sempurna) (Depdikbud,
1996 : 134).
Selain itu mempunyai arti pula mempertunjukkan
dan
membimbing. Seperti halnya Rosulullah SAW. Dalam per
jalanan risalahnya, beliau mempertunjukkan dan mem
bimbing risalah itu kepada ummatnya secara
praktis
realistis (M. Natsir, 1986 : 72). Di samping
itu,
"membina" dapat diartikan membiasakan. Membina
di
al ni yaitu aktivitas atau kegiatan yang
dilakukan
secara sadar dan
mengandung maksud tertentu.
4. Keimanan dan ketaqwaan. Berasal dari kata "iman"dan
"taqwa" yang mendapatkan awalan "ke" dan
akhiran
"an". Iman yang hendak ditanamkan melalui pendidik
11
itu diungkapkan dalam bentuk ucapan dan prilaku ke-semuanya itu menggambarkan seseorang yang taat pada
Tuhan. Adapun taqwa adalah sikap dan tindak menjaga
diri agar senantiasa melaksanakan perintah
Tuhan
dan menjauhi larangan-Nya. Secara operasional
iman
dan taqwa tidaklah dapat dipisahkan, tidak akan ada
iman tanpa taqwa, dan sebaliknya (Ahmad Tafsir,1994
2001 - 201).
5. Santri. Mengandung dua arti, yaitu (1) orang
yang
mendalami agama Islam; (2) orang yang beribadah de
ngan sungguh-sungguh, orang yang shaleh
(Depdikbud
RI, 1996 : 878). Menurut Nurholish (1997 : 19-20),
ada dua pendapat tentang asal usul kata santri.
Pertama, berasal dari perkataan "sastri", sebuah ka
ta dari bahasa Sansekerta, yang artinya melek
hu-ruf. Kedua, berasal dari Bahasa Jawa, persisnya da
ri kata "Cantrik", yang artinya seseorang yang
se-lalu mengikuti seorang guru ke mana guru itu
pergi
menetap. Tentunya dengan tujuan dapat belajar
dari-nya mengenai suatu keahlian.
6. Pesantren Darul Arqam adalah salah satu
pesantren
Muhammadiyah Daerah Garut yang berada di Jalan
Ci-ledug. Pesantren ini satu-satunya pesantren
Muham
12
E. Lokasi P e n e l i t i a n
Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut
adalah sebagai ma'had pendidikan calon ulama dalam Mu
hammadiyah yang sudah lama didirikan dan termasuk yang
tertua di Jawa Barat yang bisa dikatagorikan pesantren
modern dengan memadukan sistem sekolah dan sistem
pe
santren, dan didirikan pada tanggal 20
April 1976 de
ngan dipimpin oleh seorang Kyai yang bernama K.H. Moh.
MisKun Asy, yang seluruh kehidupannya diabdikan
atau
istilah beliau diwakafkan ke pesantren sejak saat itu.
Dari sekian banyak pondok pesantren di
Indone
sia dan khususnya di Jawa, pondok pesantren Darul
Ar
qam Muhammadiyah Garut memiliki ciri-ciri
tertentu.se-hingga peneliti menentukan pondok pesantren ini
yang
diteliti dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai
ber-i k u t :
1. Darul Arqam Muhammadiyah merupakan Ma1had
sebagai
tempat pendidikan calon ulama dalam Muhammadiyah dan
pada saat ini Tahun 2000 diikuti oleh kurang
lebih
500 (lima ratus) orang santri yang memadukan
pela-jaran umum dan pelapela-jaran agama dalam satu paket dan
dibangun di atas tanah seluas 6.713,83 M2.
2. Belum pernah ada yang meneliti tentang peranan kyai
dalam membina keimanan dan ketaqwaan sebagai
upaya
13
3. Kyai di Pondok Pesantren Darul Arqam
melakukan pern
binaan kepribadian santrinya dan pola
pelaksanaan
pendidikannya berdasarkan kepada pola yang
ditentu-kan oleh perserikatan, sehingga tidak terfokus pada
kyai itu sendiri dan jika kyai ini raeninggal
tidak
seperti pesantren tradisional yang sangat
?^DID/.
BAB I I I
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Perkembangan dan pengembangan ilmu pengetahuan
meniscayakan adanya kegiatan penelitian, tanpa
pene
litian bukan hanya ilmu pengetahuan tidak dapat hidup
tapi juga kelangsungan peradaban kemanusiaan
diperta-ruhkan. Agar penelitian itu membuahkan hasil yang op
timal, kesimpulan yang sistematik, terstruktur, tidak
kabur dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah,
maka metodologi yang merupakan bagian integral
tari
epistimologi, yang berpijak kepada
sifat
masalah
merupakan prasyarat mutlak.
Mempertimbangkan hai tersebut di atas, dan
di-hubungkan dengan sifat masalah yang diteliti dalam pe
nelitian ini, maka metode yang digunakan adalah meto
de k u a l i t a t i f .
Dalam penelitian kualitatif, Bogdan dan Bilken
(1982 : 3) raengelaborasi model penelitian
kualitatif
ini dalam beberapa makna, yakni : interaksi
simbol
(symbolic interactionist), perspektif ke dalam (inner-.'
perspective), "The Chitchago Scool",
penomenologi(phe-nomethodologhical), ecologi (ecologhical) dan metode
deskriptif analisis (descriptive).
101
Karena proses kreatif seorang peneliti
adalah
mengamati dengan teliti, mencatat secara cermat,
me-wawancarai dengan seksama objek suatu peristiwa secara
wajar-alamiah, maka dalam dunia pendidikan jelas
pe
nelitian
kualitatif ini sering disebut inkuiri natu
-ralistik. Dari kerja seperti ini pada gilirannya
akan
diperoleh data akurat. Sebentuk data yang
dilandaskan
pada : 1) hasil pengamatan langsung terhadap peristiwa
yang terjadi saat itu; 2) hasil wawancara dengan
kom-ponen yang dianggap signifikan dalam suasana yang
wa-jar, tanpa rekayasa dan jauh dari kesan dibuat -
buat
dari objek yang diteliti dan 3) dokumen-dokumen
tertu-lis yang dikumpulkan oleh peneliti.
Strategi kualitatif dengan pendekatan
inkuiri
naturalistik seperti ini, sudah barang tentu, menuntut
peraahaman mendalam terhadap objek yang diteliti.
Pema-haman yang tidak berhenti sebatas pencapaian jawaban
atas pertanyaan "apa" dan "bagaimana" tapi juga
mene-lisik dan menguak jawab atas pertanyaan substansial
"mengapa". Atau dengan kata lain, pertanyaan "apa","ba
gaimana" dan terlebih "mengapa" adalah merupakan meto
de (studi kasus) yang bisa mengorek secara lebih
tun-tas sampai keakar-akarnya ihwal gejala-gejala kehidup
an, dinamika dan bahkan fenomena yang tersirat sekali
102
Dengan demikian, penelitian kualitatif ini t i
dak hanya berhenti sebatas mendeskripsikan data secara
kering, tapi juga mengangkat makna-makna tersembunyi ,
dan prinsip-prinsip mendasar yang terdapat pada
data-data penelitian sehingga tafsir tak terduga yang lebih
bisa menuntaskan ketiga pertanyaan di atas dan
peraih-an akperaih-an penemuperaih-an-penemuperaih-an baru menjadi tak terlewatkperaih-an.
Dan analisis-interpretatif yang sudah dilakukan
sejak
pengumpulan data dilapangan merupakan instrumen
yang
bisa mendukung tujuan penelitian.
Masalah dalam penelitian ini adalah
berkisar
pada Peranan Kyai dalam rangka membentuk watak dan ke
pribadian santri di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah
Garut. Sesuai dengan fokus penelitian, maka data- data
objektif yang telah dideskripsikan itu kemudian
diana-lisis dengan cara menyelami untuk selanjutnya diangkat
makna-makna esensialnya dari fenomena-fenomena alamiah
(wajar) yang terbentang dengan tidak mengabaikan aspek
budaya, historis, geografis, psikologis,
sosiologis ,
nilai-nilai keagamaan yang menjadi setting
munculnya
data tersebut.
Penelaahan berbagai aspek ini diketengahkan,se
bab untuk mengetahui falsafah hidup seseorang,
tidak-bisa hanya melandaskan pada satu dimensi saja,
melain-kan harus melibatmelain-kan banyak dimensi, baik yang
berhu-bungan dengan ruang atau waktu, sehingga kesimpulan
103
Berbeda halnya apabila tgrtumpuk pada satu sisi sa
ja aspek fisik misalnya, maka hasil yang diperoleh adalah
kesimpulan yang passial dan atau arbitter, karena menam
-pilkan fisik (satu dim-nsi) tidak sebanding lurus dengan
pencitraan jiwanya secara total bahkan seringkali mengela
bui.
Dari sana nampak jelas, betapa sudut pandangan yang
holistik bukan hanya sarana yang mampu menelusuri dan
me-nguak nilai-nilai hakiki tapi juga berpengaruh besar ter
hadap hasil akhir dari penelitian.
E- Subjek, Sumber Data dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini,
yang
dijadikan subjek
melipu-ti Kyai, sebagai mmpinan dan penanggungjawab terha
dap kelancaran dan kemajuan di Pondok Pesantren Da
rul Arqam Muhammadiyah Daerah Garut, para anggota
pembina santri, para santri dan alumni.
2. Sumber data
Ada dua sumber data dalam penelitian ini, yaitu :
a. Sumber data primer yaitu situasi alami yang terja
di di lingkungan pondok pesantren baik situasi fi
sik maupun non fisik, KH. Moh. Miskun sebagai pim
10Z|
alumni Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah
Garut.
b. Sumber data sekunder yaitu dokumen-dokumen resmi
yang tertulis tentang Pesantren Darul Arqam Muham
madiyah Garut seperti Akte Notaris, AD ART Muham
-madiyah dan dokumen-dokumen tidak resmi seperti pe
raturan-peraturan tertulis untuk diketahuioleh se
mua s ntri.
3. Lokasi Penelitian
Alasan dipilihnya lokasi nenelitian di Pesantren
Da
rul Arqam Muhammadiyah Garut, dengan pertimbangan seba
gai berikut :a. Pesantren Darul Arqam termasuk pesantren
terkenal-dan besar di Jawa Barat yang dikelola Muhammadiyah
dan memiliki keunikan dalam pola pembinaan.
b. Pesantren Darul Arqam merupakan salah satu pesantren
yang sangat serius mengintegrasikan sistem s^lafiyah
dengan kurikulum modern.
c. Pesantren Darul Arqam merupakan pesantren yang mem
punyai concern tinggi kepada kualitas pendidikan hai
ini misalnya ditandai dengan ketatnya dalam
105
tersebut
sebagai
proyek
percontohan
departemen
agama.
d. Pesantren Darul Arqam telah
banyak
menghasilkan
alumni yang mampu mandiri, tidak kalah hersaing de
ngan lulusan lembaga - lembaga pendidikan
modern
lainnya.
e. Belum ada
yang meneliti tentang Peranan Kyai dalam
pembinaan kepribadian santri yang beriman
dan ber
taqwa .
f. Adanya ketulusan dari pihaK pimpinan Pondok
Pesan
tren untuk dijadikan objek penelitian.
g. Lokasi Pondok Pesantren mudah dijangkau oleh peneli
ti dan berada dijalur yang bisa menggunakan transpor
t a s i umum.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam proses pengumpulan
data adalah :
1. Observasi, yakni peneliti langsung dalam cakrawala
pesantren; mengamati, memperhatikan, merekam dan men
catat peristiwa yang terjadi pada saat itu di tempat
tertentu. Peristiwa dimaksud adalah yang
berkaitan-erat dengan data-data yang diperlukan dalam peneli
tian seperti mengamati proses belajar mengajar
di
kelas, penerimaan calon santri baru dan interaksi
106
2. Wawancara, hai ini ditunjukkan kepada perorangan.
Karakteristik wawancara ini
sebagaimana dijelaskan
Winarno Surahmad (1976 : 63) adalah
penekanannya
pada hubungan perorangan yang kuat bersifat
subjek-tif sekalipun bisa terungkap dan dapat tertangkap.
Dalam penelitian ini pihak yang diwawancarai meli
-puti : Pimpinan Pondok Pesantren, para yantri, para
alumni pesantren, lingkungan keluarga kyai,
para
pembina santri dan orang tua santri.
Dalam wawancara ini peneliti membiarkan
objek
berbicara apa adanya, sehingga data yang
tersaji
betul-betul terbebas dari bias
subjektif-emosional-peneliti. Netralitas seperti ini dilakukan agar
ob-jektivitas penelitian bisa betul-betul
terjaga,se
bagaimana dikatakan J. Allen William Jr. dalam
Ikh-san Bunyarain (1983 : 79) adalah :
"Sumber bias ini dapat dikurangi bila
pewa-wancara tidak membiarkan responden merasakan
seperti ia melihat pendapatnya sendiri
ke-arah materi pokok. Hal ini tidak
mencegah
responden untuk menduga pendapat pewawancara
tetapi setidak-tidaknya ia tidak akan
ter-pengaruh oleh kemampuan pewawancara
untuk
tidak memberikan isyarat atau tanda-tanda pa
da responden disebut objektif. Dengan
menam-pilkan dua ciri tampilan peran ini
secara
bersama-sama, proposisi umumnya adalah
se
orang pewawancara yang baik harus mampu
un
tuk menciptakan raport yang baik dan juga mem
107
3. Studi Literatur, untuk menopang landasan teoritis
yang kokoh peneliti juga melakukan studi literatur.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi ini, seperti halnya Akte Notaris
Yayasan, AD ART Yayasan, Kebijakan-kebijakan resmi
pondok pesantren dan pedoman-pedoman pembinaan yang
harus dilaksanakan oleh setiap para pembina Pondok
pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
Sebagai kebutuhan dalam proses pengumpulan da
ta diperlukan perlengkapan sebagai berikut : (1)
pe-doman wawancara untuk semua responden, termasuk untuk
pimpinan pondok pesantren, para pembina santri, para
alumni, keluarga kyai dan bagi para penunjang lain
-nya seperti anggota masyarakat sekitar pesantren; (2)
pedoman observasi atau lembar pengamatan dan
sudah
diberi nama catatan untuk data kasar dan untuk
data
yang sudah disusun; (3) tape corder.
J)' ^angkah-langkah Pengumpulan Data .
Dalam penelitian kualitatif, langkah - langkah
pengumpulan data ini diperoleh melalui beberapa tahap
a n :1. Tahap Orientasi.
Kegiatan-keglatan yang termasuk dalam
108
a. Melakukan pelacakan awal seputar pondok pesantren,
yaitu dengan menelusuri literatur yang memuat ten
tang profil kepesantrenan, membaca rekomendasi da
ri hasil penelitian terdahulu, mengamati
suasana
pesantren dan mewawancarai beberapa pimpinan
pon
dok pesantren untuk mendapat masukan
sesuai
de
ngan masalah yang ada hubungannya dengan peneliti
an ini.
b. Mengadakan pra survey keberbagai
pesantren,
baik
yang tradisional maupun yang modern.
2. Tahap Eksplorasi
Hal ini dilakukan untuk menggali data-data pe
nelitian dari lapangan dan dilakukan dengan tahap eks
plorasi :
a. Mencari data yang sesuai dengan fokus penelitian.
b. Memilih sumber data yang valid.
c. Menyusun pedoman secara umum untuk memperoleh data
(tentatif).
d. Memperoleh data sesuai dengan fokus.
e. Mendokumentasikan data yang diperoleh..
3. Mengadakan Triangulasi
Sebagaimana ditegaskan Lexy Moleong (1988:195)
109
data yang diperoleh diperiksa kembali kesahihannya, di
lakukan pengecekan ulang. Adapun teknik triangulasi
yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut :
a. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil
peng
-amatan dan dokumentasi.
b. Membandingkan hasil wawancara ketika dilakukan
di-hadapan orang lain
dengan hasil
wawancara
secara
perorangan.
c. Membandingkan keabsahan data yang dapat dari
peng-amatan peneliti langsung dengan yang diperoleh dari
pandangan masyarakat sekitar pesantren.
d. Membandingkan data-data yang diperoleh dari
sumber
yang sama dan pendekatan yang sama pula.
4. Tahap Audit Trail
Tahap ini dipersiapkan untuk membuktikan
kebe
naran data, di mana setiap data yang ditampilkan tidak
luput disertakan sumbemya agar memudahkan dalam
pe-nelusuran data tersebut.
Sementara itu, apabila
ada
data dianggap sensitif yang apabila diungkap dapat
me-rugikan lembaga atau individu tertentu, maka
peneliti
tidak mengejar data tersebut.
E* Instrumen Penelitian
Seperti ditulis Nasution (1988 : 34), bahwa ins
110
lain adalah posisi peneliti itu sendiri. Artinya
da
lam mendapatkan data-data primer peneliti harus
ter-jun langsung, terlibat langsung dilapangan tidak boleh
diwakilkan kepada orang lain,
tujuannya supaya
pene
liti bisa menangkap suasana dan situasi psikologis yang
terjadi dilapangan agar kekayaan dan ketajaman
anali
sis bisa tercapai, seroentara apabila diwakilkan kepada
pihak kedua atau pihak ketiga, maka tidak menutup
ke-mungkinan data itu pada akhirnya menghasilkan analisis
yang dangkal karena sisi penghayatan langsung
dari
peneliti ditanggalkan,
Akan tetapi apabila data- data
itu bersifat sekunder, dan fokus penelitian telah
di
peroleh, maka bisa saja untuk mempercepat
perolehan
data seperti menyebarkan angket peneliti meminta
ban
tuan kepada orang lain.
Sejak pengumpulan data awal dari lapangan, pe
neliti menganalisis sesuai kaidah penelitian kualita
-tif. Tahap akhir dari analisis data ini ialah
menga
dakan pemeriksaan keabsahan data.
Setelah
selesai
tahap ini, mulailah tahap penafsiran data, hasil
se
raentara menjadi teori substantif dengan menggunakan me
tode yang dipilih.
P» Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam
tiga
tahap
111
1. Tahap Orientasi meliputi :
a. Orientasi pendahuluan,
yaitu sebelum
desain
penelitian disusun, peneliti mengumpulkan
da-hulu informasi mengenai pesantren melalui stu
di l i t e r a t u r .
b. Penjajagan keberbagai pesantren untuk
meng-identiiikasi masalah.
c. Menyelesaikan persyaratan administrasi kepada
pihak-pihak yang terkait.
2. Mengumpulkan data dilapangan
Selama tiga bulan,
langsung peneliti
ada
dilapangan berbaur dengan para santri, para pembina
para pengelola administrasi dan kadang berbaur
de
ngan masyarakat dilingkungan pesantren.
Tujuannya
tidak lain adalah untuk membanding-bandingkan
data
yang diperoleh supaya betul-betul akurat.
3. Pengolahan data penelitian
Langkah-langKah pengolahan data penelitian
ini meliputi :
a. Display data
c. Menganalisis data d. Menafsirkan data
e. Menarik kesimpulan
f. Memberikan rekomentasi penelitian
g. Penyusunan laporan akhir penelitian.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Pendidikan Umum di Pondok Pesantren
Pendidikan Umum adalah sebagai suatu proses pen
didikan yang membina makna esensial yang ada pada
diri
manusia, sedangkan secara esensial bahwa manusia meru pakan makhluk Tuhan yang memiliki makna-makna. Sosok pola makna inilah yang menjadi kekhasan esensial manu
sia.
Secara esensial bahwa manusia itu makhluk
indivi
du, sosial, biologis, dan beragama. Dari semua
potensi
esensi tersebut, perlu diarahkan, dibimbing dan
dikem
bangkan melalui program pendidikan agar supaya
terben-tuk manusia yang berkepribadian utuh.
Program pendidikan untuk membentuk pribadi manu sia yang utuh adalah merupakan tugas dari program pen
didikan uraum^ yang dalam melaksanakan programnya diper lukan konsep pendidikan yang terintegrasi antara Ian -dasan, tujuan, dan tindakan dari pendidikan itu sendiri.
Mengingat hai tersebut di atas, pendidikan pon
dok pesantren adalah merupakan pendidikan Islam
yang
pertama di Indonesia yang menyelenggarakan program pen
didikan Umum, jauh sebelum munculnya program
pendidik
an umum seperti di Amerika. Di Pesanrt&en, Iman dan taq
wa merupakan landasan dan sekaligus tujuan pembinaan ma
nusia seutuhnya.
163
Lembaga pendidikan pesantren di Indonesia, sudah lama berkiprah dalam membangun bangsa Indonesia, pada tahun 1978 di Jakarta telah dirumuskan beberapa hai yang menyangkut dengan pesantren, diantaranya tentang tujuan pesantren yang dibagi dua tujuan khusus dan tu
juan umum.
Tujuan umum pesantren adalah membina warga nega ra agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran aga
ma Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut sesuai
dengan semua segi kehidupan serta raenjadikannya seorang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara.
Adapun tujuan khususnya adalah :
a. Mendidik santri anggota masyarakat untuk menjadi se orang muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, ber-akhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan, dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang
ber-pan-c a s i l a .
b. Mendidik santri untuk menjadi manusia muslim
selaku
kader-kader ulama dan mubaligh, berjiwa ikhlas, tang guh, wiraswasta dalam mengamalkan Islam secara utuh
dan dinamis.
c. Mendidik santri untuk memperoleh kepribadian dan mem .pertebal semangat kebangsaan agar menumbuhkan
manu-sia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri dan bertanggung jawab kepada pembangunan ne
164
d. Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan
mikro
(keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat ling
kungan.
e. Mendidik santri agar menjadi tenaga-tenaga
yang
cakap dalam berbagai sektor pembangunan,
khusus
-nya pembangunan mental spiritual.
f. Mendidik santri untuk membantu meningkatkan kese
-jahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rang
ka usaha pembangunan masyarakat Indonesia.
Dari dua tujuan di atas, secara bersama - sama
diarahkan kepada kemampuan dasar yang bersifat
umum
yang perlu dimiliki oleh seluruh warga negara Indone
sia, mengingat Undang-undang sistem pendidikan
Nasio
nal kita pada pasal 4, bahwa tujuan pendidikan
itu
membentuk manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT, berbudi pekerti luhur dan bertang
-gung jawab terhadap masyarakat dan bangsanya.
Memperhatikan rumusan tujuan undang-undang sis
tem pendidikan di Indonesia, dan dengan dikaitkan ke
pada program pendidikan pesantren, adalah akan
ter-realisir jika pesantren diberdayakan. Jadi, Good
Ci
tizen yang merupakan tujuan pendidikan umum akan
*er-capai di Indonesia, manakala pesantren yang
raenjawab
tuntunan tujuan sistem pendidikan di Indonesia
yaitu
membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa betul-be
165
Selanjutnya pondok pesantren merupakan konsep pendidikan yang memadukan landasan, tujuan dan tindak an pendidikannya. Dalam tindakannya, orientasi
pem-binaannya kepada kepribadian Rasulullah SAW, yang
pe
nuh dengan keteladanannya, yang patut dicontoft
oleh-setiap santri. Sebagaimana Allah SWT menyatakan bahwa:
"Terdapat pada diri Rasulullah SAW, Uswah Hasanah". Dari hasil penelaahan tentang pendidikan umum
dan pendidikan pondok pesantren, maka pendidikan
umum
di Indonesia bisa digali dan dikembangkan dari
konsep
pendidikan pondok pesantren, sebab dilihat dari sisi
tujuannya, landasan dan tindakannya bersumber pada Fal
safah dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang ber
sumber kepada ketuhanan Yang Maha Esa, sila
pertama
dalam Pancasila.
2. Model Pembinaan Kepribadian di PONPES Darul Arqara
Pembinaan kepribadian di pondok pesantren Darul
Arqam Garut diarahkan kepada :
a. Menciptakan iklim lingkungan pondok pesantren yang
kondusif dan konduktif untuk tumbuh dan berkembang
nya proses pendidikan yang Islami, nyaman dan me
rasa betah, yang didukung oleh berbagai
fasili
-tas, sarana dan prasarana seperti, sarana
olah
-166
b. Shalat berjamaah setiap waktu bersama-sama dengan
pimpinan pondok pesantren dan para pembinanya,hal
ini dibiasakan untuk menanamkan rasa kebersamaan
dalam melakukan kebaikan dan agar santri
berpan-dangan betapa pentingnya berjamaah yang
terdapat
simbol dalam shalat menyatunya gerak dengan
pi
-kiran antara kyai selaku pimpinan pesantren
de
ngan santri selaku yang dipimpinnya.
c. Disiplin dalam berpakaian, di mana dalam
seragam-sekolah dipakai, dan jika melakukan shalat
harus
pakaian yang sopan tidak boleh pakai baju
atau
kaos yang ada gambarnya, dan berpakaian yang
so
pan ketika selesai melaksanakan pelajaran,
tidak
berpakaian yang harganya mahal dan warna yang
me-nyolok, apalagi untuk santri putri, harus
betul-betul menutup aurat dan tidak menimbulkan
rangsa-ngan bagi laki-laki.
d. Membiasakan para santri untuk melakukan tadarus Al-Qur'an pada malam jum'at bersama-sama dan
la-tihan berbicara di depan umum (lala-tihan ceramah.)la
tihan berdiskusi dengan bimbingan para pembinanya.
e. Ada jam khusus untuk melakukan menghapal
bersama
sama di dalam kelas, dan tidak boleh ada yangmeng
hapal di waktu tidur, yaitu pada jam 23.00 sampai
167
f. Menjaga keutuhan Sistem pondok pesantren, dengan
memelihara lingkungan pesantren, menjaga kebersih
an kamar masing-masing, mentaati peraturan-peratu
ran yang telah disepakati, jika ada keperluan un
tuk pulang ke rumah harus seijin pimpinan
pondok
pesantren, dan apabila datang kembali ke pesantren
memberi tahu para pembina kelas masing-masing,dan
jika ada santri yang melakukan pelanggaran, diada
kan ta'jiratau hukuman sesuai dengan tingkat
ke-salahannya.
g. Memberikan penghargaan bila ada santri yang
ber-prestasi dalam belajar, dan dilakukan pada
tiap
kenaikan kelas, sehingga para santri berlomba-lom
ba untuk betul-betul perhatian terhadap pelajaran
n y a .
h. Menampilkan keteladanan dari kyainya sebagai pim
pinan pondok pesantren dan para pembinanya,
ter
masuk keluarga Kyai, dengan cara kesederhanaan da
lam berpakaian, kesahajaan dalam penampilan fisik
ketawaduan dalam bertutur kata, disiplin terhadap
waktu, istiqamah dalam bertindak, peraaaf
jika
orang lain atau santri hilap dalam melakukan
ke-salahan, sehingga apa yang dilakukan oleh
kyai
dan para pembinanya itu betulbetul akan berdam
168
Dari^apa yang diungkapkan di atas, i t u semua di
tampilkan kesehariannya di pondok pesantren Darul Ar
qam Muhammadiyah Daerah Garut.
3. Pola Pengajaran
Pola pengajaran yang dilakukan di pesantren Da rul Arqam Muhammadiyah Garut sebagai berikut :
.a. Setiap belajar al-Islam dari sumber aslinya (yang berbahasa arab) santri tidak boleh menulis arti nya langsung di dalam kitabnya apalagi curatco -r e t membe-rikan a -r t i atau makna di dalam kitab t e r sebut, harus langsung melalui hapalan dalam kepa la. Kemudian santri di suruh menerjemahkan sete lah dijelaskan oleh gurunya melalui kalimat demi
kaliraat.
b» Menyusuh untuk bertanya dan mendiskusikannya ber sama temannya dan pada akhirnya diarahkan dan di jelaskan maksud dan tujuannya.
c. Menyimpulkan dari apa yang disampaikan dan diberi kan motivasi-motivasi agar santri terus semangat melakukan proses belajarnya.
d. Diberikan tugas-tugas untuk dikerjakan ditempat
masing-masing dan keesokan harinya diperiksa
be-. nar dan tidaknya tugas itu dan apabila masih be
169
Untuk pelajaran tafsir, langsung diajarkan oleh
KH. Moh. Miskun, sebab ini belum ada kader yang
diper-caya. Sekalipun beliau dalam keadaan sesibuk
apapun
jarang atau hampir tidak pernah bolos untuk memberikan
pelajaran, hai ini sebagai rasa tanggung jawab
beliau
dan sudah menjadi biasa.
4. Peran Kyai dalam membina IMTAQ Santri
Ada beberapa bentuk peran yang dilakukan oleh
KH. Moh. Miskun, di Pondok pesantren Darul Arqam untuk
membentuk kepribadian santri dengan Iman dan Taqwa ,
adalah sebagai berikut :
a. Informasi dan filter, informasi-informasi yang datang dari luar biasanya melalui kyai, di sini -lah KH. Moh. Miskun, berupaya untuk mengumumkan dan menyampaikan kepada santri, ketika
persoalan-nya tidak baik, maka kyai menangkalpersoalan-nya, dan tentu
nya jika bersifat baik kyai menyampaikannya. Un
tuk itu bisa terjaga keutuhan suasana pesantren
dari pengaruh luar.
• b. Disagner (perancang), KH. Moh. Miskun, beliau
sa
170
kebaruan terus menerus, untuk itu beliau mereali
sasikan perannya dengan mengadakan kursus
kom-puter, bahasa Inggris, mengadakan laboratorium ba
hasa,Pisika, Kimia, Matematika, untuk para santri
nya sehingga semua itu diharapkan akan membantu
.proses belajar Mengajar bagi para santrinya.
c. Manager/organisator, KH. Moh. Miskun yang
syarat
dengan pengalaman, karena beliau raantan pengurus ,Muhammadiyah dalam hai mengendalikan administra
si pesantren dan memberikan delegasi kepada ba-wahannya sesuai dengan kemampuan dan fungsi ma
sing-masing.
d. Motivator, untuk meningkatkan gairah dan pengera bangan belajar, kyai Moh. Miskun selalu memberi -kan dorongan-dorongan terhadap para santri setiap
selesai beliau mengajar dan pada setiap catur
wulan. Dan tidak
hanya kepada para santrinya sa
ja, akan tetapi kepada para orang tua siswa,
ke
tika akan pembagian raport harus diambil oleh wa-linya dan sekaligus disitu kyai memberikan arahan agar bukan hanya pembina di pesantren yang harus
membina santrinya itu, akan tetapi harus
kerja-sama dengan orang tua di rumah.
,e» Guide/counselor/director, kyai berupaya membimbing
dan mengarahkan santri untuk mencapai tujuan
be
171
kyai memberikan alternatif pemecahannya.
f. Pioner/insiator, kyai Miskun selalu menawarkan
gagasan-gagasan perubahan dalam segala hai
yang
menyangkut dengan kemajuan ilmu dan pengetahuan
dalam proses belajarnya.
g. Evaluator, KH. Moh. Miskun selalu mengadakan
ko-reKsi terhadap seluruh proses belajar mengajar dan termasuk sistem pendidikan yang dilakukannya, hai ini untuk meningkatkan dan untuk tercapainya tu
juan pembinaan keimanan dan ketaqwaan santri ter-capai semaksimal mungkin.
5. Prinsip-prinsip pembinaan keimanan dan ketaqwaan Santri Darul Arqam
Dalam pembinaan keimanan dan ketaqwaan ini de ngan menggunakan beberapa prinsip dasar, yaitu :
: a. Prinsip Keikhlasan
Dalam membina santri diharapkan keikhlasan adalah sebagai modal dasar, sebab kecuali dengan ikhlas perjuangan untuk mewujudkan generasi yang kuat
dalam iman, ilmu dan araal untuk menjawab tantang
172
ibadah, adalah karena melaksanakan anjuran Al-Qur
an itu sendiri. Bukan hanya kyai dan para pembina
yang harus ikhlas dalam memberikan ilmu itu, akan
tetapi santripun dalam belajarnya harus disertai
dengan keikhlasan. b. Niat yang suci
Apapun niat manusia, sangat tergantung kepada
ni-atnya. Untuk itu baik santri maupun kyai harus raemantapAan niat yang suci, bahwa sesungguhnya men
cari ilmu bagi santri dan membina santri bagi kyai adalah merupakan sebagai pengabdian kepada Allah
SWT.
c . Kesabaran
Sabar adalah kunci kesuksesan dalara setiap per-juangan. Oleh karena itu, Kesabaran adalah modal dasar bagi tercapainya perjuangan merabentuk ke imanan dan ketaqwaan santri sebagaimana yang .di
harapkan.
d. Tawakkal
Apapun pekerjaan manusia adalah hanya semata-mata
ikhtiar. Adapun bentuk hasilnya harus diserahkan
kepada Allah SWT. Atau wujud dari perjuangan itu hanya Allahlah yang menjadi sebab.
.e. Kejujuran
173
adalah merupakan modal dasar untuk tercapainya tu
juan pembinaan kepribadian santri yang iman dan
taqwa. f. Disiplin
Landasan, tujuan yang akan dicapai serta tindakan dalam proses belajar mengajar kita tercapai bila kedisiplinan baik bagi santri maupun bagi pimpin
an pondok pesantren diterapkan. Termasuk disiplin
dalam waktu harus dihargai dan diindahkan, sebab
banyak orang yang rugi karena tidak disiplin da lam menggunakan waktu.
B. Rekomendasi
1. Rekomendasi bagi Pengembangan Pendidikan Umum
Setelah menganalisis tentang sistem pembinaan
yang dilakukan di pondok pesantren, ditemukan bebera
pa kelemahan dan kelebihan baik itu dalam penyelengga-raannya maupun dalam kepemimpinan kyai di pondok pe
santren. Dalam hai kelebihannya perlu diambil manfaat
bagi pengembangan pendidikan umum di lembaga pendidik an formal seperti sekolah umum untuk tercapainya baik
lingkungan yang kondusif dan konduktif dalam tumbuh
dan perkembangannya proses pendidikan.
Adapun yang perlu mendapat perhatian dalam pe
174
a. Kepemimpinan di sekolah harus disertai dengan ke ikhlasan, kejujuran, ketaqwaan, kedisiplinan dan rasa tanggung jawab penuh, seperti halnya tekad pimpinan pesantren yaitu mewakafkan diri terhadap lembaga pendidikan. Perpaduan antara ucapan dan
tindakannya betul-betul dibuktikan dalam prilaku
kesehariannya.
b. Prinsip pengabdian Kepada Allah, sebagai suatu wu
jud ibadah aKan mendapatkan dorongan bagi semangat
untuk belajar dan mengajar. Bahwa mengajar dan be
lajar itu buKan semata-mata mencari kebahagiaan ak
hirat betul-betul diperhatikannya.
c. Guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa, harus
dipandang bahwa siswa itu seperti anaknya
sendiri
dipenuhi dengan rasa kasih sayang sedalam-dalamnya.
d. Peran guru bukan hanya menyampaikan pelajaran saja
akan tetapi sebagai pembimbing rohani dan
jasmani-nya. Sehingga apa yang diajarkan harus terkait de ngan bahwa semua ilmu itu bersuraber dari Allah SWT
di samping apa yang diajarkan itu bermanfaat
bagi
kehidupannya masa depan anak itu.
e. Harus ada figur di sekolah yang patut diteladani
oleh siswa, sebab keteladanan dalam ucapan dan tin
dakan akan sangat berpengaruh terhadap
siswa itu.
ucap-175
annya saja tanpa dalam kehidupannya menampilkan
kesederhanaan, ketaqwaan dan Iain-lain.
f. Dalam penataan lingkungan sekolah harus betul-be tul tercipta iklim lingkungan yang kondusif dan konduktif bagi tumbuh dan berkembangnya proses pen
didikan.
g. Harus ada Masjid yang representatif yang berada di
tengah-tengah sekolah. Masjid ini harus betul-be
tul berfungsiu untuk pembinaan bersama-sama dengan
pembinaan di sekolah (satu sistim yang terpadu).
2. Rekomendasi Bagi Pengembangan Pondok Pesantren
Di pondok pesantren perlu lebih dikembangkan i l
mu dan teknologi, sebab dewasa ini, perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mencapai puncak kemajuan
yang sangat mengagumkan. Untuk itu jika di pesantren ti
dak cepat-cepat raengantisipasinya, bukan hanya akan
di-tinggalkan oleh penganutnya, akan tetapi lebih dari itu,
pesantren akan membubarkan dirinya.
Iptek telah raenghadirkan dunia penuh dengan
per
ubahan, Kecepat.
dan kebaruan terus menerus, batas-batas
dunia menj;adi kian transparan dan elastis, dan
konsep
"kita" sudah raenembus dinding-dinding batas geografis,
kesukuan dan keagamaan, kini, umat manusia semakin
mera
sakan adanya kesatuan nasib masa depannya. Al-Qur'an me
da-176
ri yang satu dan akan kembali kepada yang satu ju^a "Inna Lilian! wa inna ilaihi rajiun".
Dalam hubungannya dengan kemajuan iptek yang
se-mula diciptakan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan hi
dup umat manusia, ternyata tidak sepenuhnya dapat meme
nuhi harapan tersebut. Bahkan sebaliknya dalam beberapa
kenyataan iptek telah ikut menciptakan diskriminasi so sial dan melahirkan kesenjangan yang makin mencolok da
lam tata kehidupan umat manusia. Dalam masyarakat indus
tri iptek sesungguhnya diciptakan untuk kepentingan
pi-hak-pihak yang menguasai kegiatan ekonomi dan politik.
Kerja sama antara iptek dengan kekuatan ekonomi dan
ke-kuasaan politik pada gilirannya melahirkan
masyarakat
yang hidup dalam dimensi tunggal, yang memandang
manu
sia tidak lebih sebagai bagian dari proses industri sa
ja.
AlQur'an memandang iptekiptek sebagai perpan -jangan dari ayat-ayat Allah yaitu tanda-tanda kebesaran
nya yang t e r s i r a t dalam d i r i manusia sendiri dan alam
semesta, dan yang tersurat dalam firman-firman-Nya. Sebagai wujud dari proses dialektik dari ayat-ayat Al lah sendiri, maka iptek diciptakan Al-Qur'an sebagai
penjelmaan dari semangat dan cita-cita moralitas pemba
ngunan kehidupan bersama, yang sejahtera, penuh cinta
kasih, bukan untuk melampiaskan nafsu yang merusak
ke
177
Dari konteks tersebut bila iptek dikembangkan di pondok pesantren, maka akan terkendali dengan keimanan dan ketaqwaan sebab pengembangan iptek terpulang kepada
manusianya.
Jika di pondok pesantren dikembangkan iptek, ma
ka cita-cita pendidikan bangsa Indonesia yaitu pembina
an Iman dan Taqwa akan terasa lebih lengkap dan
cita-cita tersebut merupakan wujud bangsa Indonesia yang ber
landaskan pancasila terutama sila pertama yaitu Ketuhan
an Yang Maha Esa.
3. Rekomendasi bagi penelitian selanjutnya
Dari hasil penelitian ini, terungkap beberapa per soalan yang berhubungan dengan peran kyai dalam membi na keimanan dan ketaqwaan santrinya,sistem yang dilaku kan di pondok pesantren, suasana yang terjadi dan lain nya, bagi para peneliti selanjutnya yang punya
keterka-itan dengan pondok pesantren, diharapkan dapat mendorong
untuk lebih mengungkap :
. a. Keberadaan peran kyai yang begitu besar
terhadap
upaya pembentukan pribadi bangsa Indonesia, seper ti yang diamanatkan oleh undang-undang Sistem Pen
didikan Nasional kita. Tidaklah mungkin amanat ter
sebut bisa dicapai dengan mengesampingkan keberada
178
DAPTAR PUSTAKA
Abudin Nata, (1977). Pilsafat Pendidikan Islam, Pener-bit : Logos Wacana Ilmu, Jakarta,
Abdul Syukur Ibrahim. (1988), Penerauan Teori
Grounded,
Beberapa Strategi Penelitian KlualitaxTTlFe-nerbit : Usaha Nasional, Surabaya.
Abdurrahman Shaleh, dkK., (1982). Pedoman Pembinaan Pon dok Pesantren, Proyek Pembinaan Kelembagaan,
Depag RI. Jakarta.
Abdurrahman An-Nahlawi.
(1989). Prinsip-prinsip dan me
todologi Pendidikan Islam. (Alih Bahasa oleh
Herry NoerAli). Penerbit : CV. Diponegoro
Bandung.
AM. Prayitno. (1995). Let* s Deliver An English
Speech,
Penerbit :
Sahabat Ilmu, Surabaya.
Abdurrahman Wahid, dkk.
(1988). Pesantren dan Pembaharu
an, Penerbit : LP3ES Jakarta.
Abubakar Muhammad Ibnu Husain, (1978). Budi Pekerti Ula ma, Penerbit : Menara Kudus Semarang.
Amir Daien Indrakusuma. (1973). Pengantar Ilrau Pendidik
an, Penerbit : Usaha Nasional, Surabaya.
Abu Ahmadi. (1989). Pengantar Metodik Didaktik Untuk Gu ru dan Calon Guru, Penerbit : Armico, Ban
-dung.
A. Toto Suryana Afriatin (1993). Studi Konseptual Ten tang Landasan Pendidikan Umum dalam Surat Luq
man, Tesis PPS'IKIP Bandung ; Tidak diterbit
kan.
Badruzaman HS., (1996). Pondok Pesantren Muhammadiyah.
Penerbit : Majlis Dikdasmen PDM, Tasikmalaya.
Bowen dan Hobson. (1986).
Theories of Education Studies
of Significant inhov,ation in Wester Education Thought. Singapore : John Wiley & Sons.
Depag RI. (1983), Tafsir Al-Qur'an dan Terjemahan.
Pe
Depag RI. (1989) . Standarisasi Pengajaran Agama di Pon
dok Pesantren, Proyek Pembinaan Pondok Pesan
tren. Bimbaga Islam Depag Pusat, Jakarta.
Depdikbud RI. (1997). Kamus Besar Hahasa Indonesia, Pe
nerbit : Balai Pustaka, Jakarta.
Djamari, H. (1985). Nilai-nilai Agama dan Budaya
yang
Melandasi . Interaksi Sosial di Pondok Pesan
tren Cikadueun Banten. Dissrtasi S3 PPS IKIP Bandung : Tanpa Penerbit.
Dikdik Dahlan L., dkk. (1995). Pondok Pesantren Darul Arqam Potret Sekolah Kader Ulama Muhammadiyah Pengurus Besar Ikatan Abituren Ponpes Darul Arqam Muhammadiyah Garut, Tanpa Penerbit.
Egon G. Guba. (1987). Naturalistik Inkuiri :
(terjemah-an, Sutan Zantd, Menuju Metode Inkuiri
Natu
ralistik dalam Evaluasi Pendidikan. Penerbit Djambatan, Jakarta.
E. Koswara. (1991). Teori-teori Kepribadian.
Penerbit:
PT. Eresko, Bandung.
Harris, Chester. W. (1960). Encyclopedia of Educational
Research The Mac Milion. Penerbit : Company,
New York.
Hamka, (1982). Tafsir Al-Azhar. Juz I-II,
Penerbit:Pus-taka Panjimas, Jakarta.
Hasbi Ashiddieqy. (1970). Al-Islara. Jilid I, Penerbit :
Bulan Bintang, Jakarta.
Hadiri Nawawi, (1993), Pendidikan dalam Islam. Penerbit
Al-Ikhlas, Surabaya.
IAIN Sunan Gunung Djati. (1990). Laporan Hasil Seminar Iman dan Taqwa dalam Pendidikan Nasional, Tan pa Penerbit, Bandung
Imam Barnadib. (1985). Filsafat Pendidikan, Sistem dan Metode. Penerbit : PIP-IKIP, Yogyakarta.
Kafrawi. (1987). Pembaruan Sistem Pendidikan Pesantren
Sebagai Usaha Peningkatan Prestasi Kerja
dan
Pembinaan Kesatuan Bangsa, Penerbit"!
Cemata
Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren,
Penerbit : INIS, Jakarta.
M. Arifin. (1994). Ilmu Pendidikan Islam, Penerbit :
Bumi Aksara, Jakarta.
Moh. Djawad Dahlan. (1984). Model-model Mengajar. Pener
bit : CV. Diponegoro, Bandung.
Masri Singaribun dan Johan Effendi. (1982). Metode
Pe-nelitian Survei. Penerbit : LP3ES, Jakarta.M.I. Soelaiman. (1985). Suatu Pendekatan Fenoraenologis
Terhadap Situasi Kehidupan dan Pendidikan da lam Keluarga dan Sekolah. Disertasi S-3, PPS
IKIP Bandung : Tidak diterbitkan.
Muhammad Qutub. (1993). Sistem Pendidikan Islam. (Alih
bahasa oleh Salman Harun) Penerbit : Al-Ma'
arif, Bandung.
Nelson B. Henry. (1952). The Fifty-first Yearbook of
National Society for The Studi of Education,
Chicago : The University of Chicago Pers.
Noeng Muhadjir. (1992). Metode Penelitian Kualitatif,
Penerbit : Rake Sarasin, Yogyakarta.
Nurcholis Madjid. (1998). Bili-bilik Pesantren. Pener
b i t : Pararaadina, Jakarta.
Nasution, S. (1988). Metode Naturalistik Kualitatif,
Penerbit : Tarsi to, Bandung.
Nur Uhbiyati. (1997). Ilmu Pendidikan Islam, Penerbit:
Pustaka Setia, Bandung.
Philip H. Phenix (1964). Realms of Meaning, New
York
McGraw-Hill Book Company.
Ralph Liton. (1954). The Cultural Background of
Per
sonality. London : D. Appleton-Century Com
pany, Inc.
Robert C. Bogdan. (1982). Qualitative Research
For
Education An Introduction to
Theory~and~M*e--thods. Fy Allyn and Bacon,"Tnc. Boston Lon
Rohmat Mulyana, dkk. (1999). Cakrawala Pendidikan Umum,
IKIP, Bandung : Tanpa Penerbit.
Sardiman AM. (1996). Interaksi dan Motivasi Belajar
Me-ngajar, Penerbit : Rajawali Pers. Bandung. Suharsimi Arikunto. (1993). Prosedur Penelitian, Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjoko Prosodjo, dkk. (1982). Profil Pesantren, Pener
bit : LP3ES Jakarta.
Zamakhsari Dhofier. ( 1994). Tradisi Pesantren, Penerbit