• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENGUATAN E-LEARNING BERBASIS APLIKASI MOODLE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN PENGUATAN E-LEARNING BERBASIS APLIKASI MOODLE."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN

PENGUATAN E-LEARNING BERBASIS APLIKASI MOODLE

(Penelitian terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Cianjur Tahun Akademik 2011/2012).

Tesis

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari

syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Matematika

Oleh:

SRI HASTUTI RAHAYU 1007374

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN

PENGUATAN E-LEARNING BERBASIS APLIKASI MOODLE

(Penelitian terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Cianjur Tahun Akademik 2011/2012)

Oleh

Sri Hastuti Rahayu

S.Pd. Universitas Terbuka, 2002

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika

Sri Hastuti Rahayu 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Sri Hastuti Rahayu. (2013). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematis dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Penguatan E-learning Berbasis Aplikasi Moodle (Penelitian terhadap siswa kelas X SMA Negeri 1 Cianjur tahun akademik 2011/2012).

Lemahnya pemahaman dan penalaran matematik siswa tidak lepas dari kurangnya kesempatan dan tidak dibiasakannya siswa melakukan kegiatan bernalar dalam proses belajarnya. Upaya peningkatan kemampuan dan berpikir matematik siswa khususnya kemampuan pemahaman dan penalaran perlu mendapat perhatian dan usaha yang serius dari guru sebagai objek sentral dalam proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle dan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri. Metode penelitian yang dipakai adalah metode quasi experimen, yakni non-equivalent groups design-posttest only, dengan mengambil dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen 1 dengan jumlah siswa sebanyak 34 siswa dan kelompok eksperimen 2 dengan jumlah sebanyak 36 siswa. Adapun materi yang dijadikan bahan penelitian adalah trigonometri. Dari hasil penelitian, dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis dan taraf signifikan 0,05 diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri; 2) Berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah), pada semua kelompok siswa tinggi, sedang, dan rendah, kemampuan pemahaman dan penalaran matematika siswa yang mendapat pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri; 3) Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penguatan e-learning berbasis Aplikasi Moodle tergolong kategori baik.

(6)
(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………... ii

DAFTAR ISI ………. v

DAFTAR TABEL ……….. viii

DAFTAR GAMBAR ………...………. x

DAFTAR LAMPIRAN……….……. xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….….. 1

B. Rumusan Masalah……… 13

C. Tujuan Penelitian ………..……. 14

D. Manfaat Penelitian………... 16

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………..…….. 16

BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Inkuiri ………. 19

B. E- Learning ………..….. 24

C. Moodle ……….…. 32

(8)
(9)

F. Pengembangan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran

Matematika Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing …… 41

G. Peran e-learning dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika……….…... 43

H. Penelitian yang relevan……….. 46

I. Hipotesis………. 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ………... 50

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………....….... 51

C. Variabel Penelitian ……… 51

D. Instrumen Penelitian ………. 52

E. Prosedur danTeknik Pengolahan Data……….…... 62

F. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing……….…... 65

F. Prosedur Penelitian ……… 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….…… 74

B. Pembahasan……….….... 97

(10)

A. Kesimpulan ………...…..… 108 B. Rekomendasi ………..….. 109

DAFTAR PUSTAKA ………. 111

(11)

DAFTAR TABEL Tabel

3.1 Desain Penelitian ... 50

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Pemahaman dan Penalaran Matematik ………... 53

3.3 Pedoman Pemberian Skor Pemahaman Matematik Menggunakan Holistic Scoring Rubrics... 54

3.4 Pedoman Pemberian Skor Penalaran Matematik... 55

3.5 Kisi-kisi Skala Sikap ... 56

3.6 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 58

3.7 Kriteria Derajat Keandalan J.P. Guilford ... 59

3.8 Kategori Tingkat Kesukaran ... 60

3.9 Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda ………... 61

3.10 Hasil Transformasi Data Sikap Siswa... 63

3.11 Pedoman Penarikan Interpretasi Skor Sikap Siswa... 63

4.1 Deskripsi Skor Posttest Kemampuan Pemahaman Matematik... 76

4.2 Deskripsi Skor Posttest Kemampuan Penalaran Matematik …...…….. 70

4.3 Deskripsi Skor Posttest Kemampuan Pemahaman Matematik Berdasarkan Kemampuan Awal……….. 75

4.4 Deskripsi Skor Posttest Kemampuan Penalaran Matematik Berdasarkan Kemampuan Awal……….. 76

4.5 Uji Normalitas Skor Posttest Pemahaman Matematik ... 77

4.6 Uji Perbedaan Kemampuan Pemahaman Matematik Secara Umum... 78 4.7 Uji Perbedaan Kemampuan Pemahaman Matematik pada Kelompok

(12)

4.8 Uji Perbedaan Kemampuan Pemahaman Matematik pada Kelompok Sedang………...

81

4.9 Uji Perbedaan Kemampuan Pemahaman Matematik pada Kelompok

Rendah……….

82

4.10 Uji Perbedaan Kemampuan Pemahaman Matematik antara Siswa yang Kemampuan Awalnya Tinggi, Sedang, dan Kurang pada Kelompok Siswa yang Mendapat Penguatan e-learning Berbasis Aplikasi Moodle……….

84

4.11 Uji Lanjut Perbedaan Kemampuan Pemahaman Matematik antara Siswa yang Kemampuan Awalnya Tinggi, Sedang, dan Kurang pada Kelompok Siswa yang Mendapat Penguatan e-learning Berbasis

Aplikasi Moodle……….

85

4.12 Uji Normalitas Skor Posttest Penalaran Matematik ... 86 4.13 Uji Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik Secara Umum... 87 4.14 Uji Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik pada Kelompok

Tinggi ………..………... 89

4.15 Uji Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik pada Kelompok

Sedang ……….………... 90

4.16 Uji Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik pada Kelompok

Rendah ……… 91

4.17 Uji Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik antara Siswa yang Kemampuan Awalnya Tinggi, Sedang, dan Kurang pada Kelompok Siswa yang Mendapat Penguatan e-Learning Berbasis Aplikasi Moodle……….

93

4.18 Uji Lanjut Perbedaan Kemampuan Penalaran Matematik antara Siswa yang Kemampuan Awalnya Tinggi, Sedang, dan Kurang pada Kelompok Siswa yang Mendapat Penguatan e-Learning Berbasis

Aplikasi Moodle……….

94

4.19 Deskripsi Skor Sikap Siswa terhadap Matematik dengan Penguatan e-learning Berbasis Aplikasi Moodle...………..… 95 4.20 Kategori Sikap Siswa terhadap Matematika dengan Penguatan

e-learning Berbasis Aplikasi Moodle ...……….. 96 4.21 Kategori Sikap Siswa terhadap Matematika dengan Penguatan

e-learning Berbasis Aplikasi Moodle Berdasarkan Kategori Kemampuan Awal...………..

(13)

DAFTAR GAMBAR Gambar

3.1 Halaman Utama Web site SMA Negeri Cianjur... 69

3.2 Halaman Utama SMANSA Hotspot………... 70

3.3 Tampilan Menu e-learning SMA Negeri Cianjur……….. 70

3.4 Tampilan Menu Matematika Kelas X………. 71

3.5 Tampilan menu kuis……… 72

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

A : INSTRUMEN PENELITIAN 117

B : DATA DAN HASIL ANALISIS UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN

193

C : DATA DAN HASIL PENELITIAN 206

D : DOKUMENTASI 217

E : FOTO KEGIATAN PENELITIAN 265

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia (BSNP, 2006: 29). Lebih lanjut, Sumarmo (2004: 2) mengemukakan bahwa pendidikan matematika hakikatnya mempunyai dua arah pengembangan yaitu untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan kebutuhan masa yang akan datang. Di samping itu, siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang penekanannya pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Soedjadi (2005: 31) bahwa pendidikan matematika memiliki dua tujuan besar yang meliputi: (1) tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan nalar serta pembentukan pribadi siswa dan (2) tujuan yang bersifat material yang memberi tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan memecahkan masalah matematika. Tujuan pendidikan matematika diberikan di sekolah adalah :

1. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan persamaan, perbedaan, konsistensi dan inkosistensi.

(16)

3. Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

4. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta dan diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003:3).

Tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya belajar matematika, karena dengan belajar matematika sejumlah kemampuan dan keterampilan tertentu berguna tidak hanya saat belajar matematika namun dapat diaplikasikan dalam memecahkan berbagai masalah sehari-hari. Menurut Wahyudin (2008:392) bahwa pada masa sekarang ini para siswa di sekolah menengah mesti mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat yang menuntut pemahaman dan apresiasi yang signifikan terhadap matematika.

Diantara aspek kemampuan matematika yang harus dikembangkan ketika siswa belajar matematika adalah kemampuan pemahaman dan penalaran. Depdiknas (2002:6) menyatakan bahwa kemampuan pemahaman matematik dan penalaran matematik dua hal yang sangat terkait dan tidak dapat dipisahkan, karena matematika dipahami melalui penalaran dan penalaran dipahami dan dilatihkan melalui belajar matematika. Dengan belajar matematika keterampilan berpikir siswa akan meningkat, karena pola berpikir yang dikembangkan matamatika membutuhkan dan melibatkan pemikiran kritis, sistematik, logis dan kreatif sehingga siswa akan mampu dengan cepat menarik kesimpulan dari berbagai fakta atau data yang mereka dapatkan atau ketahui.

(17)

yang telah dipelajari. Pembelajaran matematika untuk pemahaman konsep dan ide matematika yang kemudian diperlukan untuk menyelesaikan masalah matematika dan ilmu pengetahuan lainnya merupakan kebutuhan matematika masa kini. Sedangkan pembelajaran matematika yang dapat memberikan kemampuan bernalar yang logis, sistematik, kritis dan cermat, menumbuhkan rasa percaya diri, dan rasa keindahan terhadap keteraturan sifat matematika merupakan kebutuhan matematika pada masa mendatang.

National Countil of Teachers of Mathematics (1989:5) merekomendasikan

beberapa tujuan umum siswa belajar matematika, yaitu: (1) belajar akan nilai-nilai matematika, memahami evolusi dan peranannya dalam masyarakat dan sains, (2) percaya diri pada kemampuan yang dimiliki, percaya pada kemampuan berpikir matematis yang dimiliki dan peka terhadap situasi dan masalah, (3) menjadi seorang problem solver, menjadi warga yang produktif dan berpengalaman dalam memecahkan berbagai permasalahan, (4) belajar berkomunikasi secara matematik, belajar tentang simbol, lambang dan kaidah matematik, (5) belajar bernalar secara matematik yaitu membuat konjektur, bukti dan membangun argumen secara matematik.

(18)

mempersiapkan diri untuk hidup dalam masyarakat yang menuntut pemahaman dan apresiasi yang signifikan terhadap matematika.

Menurut Sumarmo (1987:31), supaya siswa dapat memahami dan untuk dapat menganalisis serta menarik kesimpulan pada pelajaran matematika, siswa harus memahami dua hal pokok tentang matematika. Hal pertama siswa harus memahami konsep, prinsip, hukum, aturan dan kesimpulan yang diperoleh. Hal berikutnya, siswa harus memahami cara memperoleh semua itu.

Skemp (dalam Sumarno,1987:24) membedakan dua jenis pemahaman konsep, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman relasional. Pemahaman instrumental sejumlah konsep diartikan sebagai pemahaman atas konsep yang saling terpisah dan hanya hafal rumus dalam perhitungan sederhana. Sebaiknya dalam pemahaman relasional termuat suatu skema atau struktur yang dapat digunakan pada penyelesaian berbagai masalah yang lebih luas. Dalam relasional, sifat pemakainya lebih bermakna.

(19)

yang dimilikinya atau menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Upaya peningkatan kemampuan dan berpikir matematik siswa khususnya kemampuan pemahaman dan penalaran perlu mendapat perhatian dan usaha yang serius dari guru sebagai objek sentral dalam proses pembelajaran. Guru sebagai salah satu faktor penting penentu keberhasilan pembelajaran berperan dalam merencanakan, mengelola, mengarahkan dan mengembangkan materi pembelajaran termasuk di dalamnya pemilihan model, pendekatan atau metode yang digunakan sangat menentukan jenis interaksi pembelajaran yang dirasakan siswa sekaligus keberhasilan pengajaran matematika. Hal ini senada dengan pendapat Wahyudin (2008:6) bahwa salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam mata pelajaran matematika adalah jika para guru menguasai materi yang akan diajarkan dengan baik dan mampu memilih strategi atau metode pembelajaran dengan tepat dalam setiap proses pembelajarannya.

(20)

pola yang sudah diketahui dan mengevaluasinya, sehingga hasil yang diperoleh lebih informatif. Hal ini akan lebih membantu siswa dalam memahami proses yang telah disiapkan dengan cara doing mathematics dan eksplorasi matematika.

Kemampuan penalaran matematik dianggap sebagai kemampuan yang penting dalam pembelajaran dan dianggap sebagai salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika yang mesti dicapai oleh setiap siswa.

Tujuan utama dari pembelajaran matematika adalah untuk menolong siswa agar yakin bahwa mereka memiliki kemampuan dalam matematika dan agar mereka memiliki kontrol terhadap kesuksesan maupun kegagalannya sendiri. Kemampuan ini berkembang dimana siswa menjadi percaya diri dengan kemampuannya dalam memberikan alasan dan membenarkan pemikiran mereka. Kemampuan ini akan berkembang dimana siswa belajar bahwa matematika tidak hanya sekedar aturan mengingat yang sederhana dan prosedur tetapi bahwa matematika masuk akal, logis dan menyenangkan (NCTM, 1989 : 29).

(21)

Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pemahaman konsep dan penalaran matematik siswa, menurut Soedjadi (2005: 4) bahwa keberhasilan penyelenggaraan pendidikan banyak ditentukan oleh proses belajar mengajar yang ditangani langsung oleh guru. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cianjur pada umumnya masih dilaksanakan secara konvensional, yaitu pembelajaran yang masih terpusat pada guru, guru menjelaskan materi di depan kelas, memberi contoh soal beserta penyelesaiannya, memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada yang kurang dipahami, siswa mencatat hal-hal yang penting dari penjelasan guru, dan siswa diberi latihan soal atau mengerjakan LKS yang berisi materi dan soal-soal. Namun, siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran, sebagian siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan guru dan mengobrol dengan temannya. Kondisi tersebut tentu saja mempengaruhi tingkat pemahaman dan penalaran matematik siswa. Hal ini menunjukkan perlunya suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran dan dapat memahami konsep serta penalaran matematika dengan baik.

(22)

Suryosubroto (2006: 149) mengemukakan bahwa semakin tepat metode yang digunakan, maka diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan yang diinginkan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat menjadi alternative adalah metode inkuiri terbimbing.

Menurut Suryosubroto (2006: 191), metode inkuiri merupakan cara belajar siswa aktif, dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama dan tidak mudah dilupakan anak, suatu pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang benar-benar dikuasai dan mudah ditransfer dalam situasi lain. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode inkuiri diharapkan dapat menjadikan siswa memahami konsep dan penalaran matematik yang dipelajari dengan baik. Namun, mengingat beberapa hal, sebagaimana menurut Widdiharto (2004: 4), yaitu lama pembelajaran di sekolah yang sudah ditentukan, siswa yang masih membutuhkan konsep dasar untuk menemukan sesuatu, siswa yang cenderung tergesa-gesa menarik kesimpulan, dan tidak semua siswa dapat menemukan sesuatu sendiri, maka metode inkuiri yang dipilih adalah metode inkuiri terbimbing.

(23)

mengalami kesulitan untuk menemukan sesuatu konsep/prinsip, dan waktu pembelajaran lebih efisien. Bimbingan diberikan melalui serangkaian pertanyaan atau LKS, bimbingan yang diberikan guru tergantung pada kemampuan siswa dan materi yang sedang dipelajari.

Pembelajaran dengan Inkuiri terbimbing memberikan kesempatan pada siswa untuk menyusun, memproses, mengorganisir suatu data yang diberikan guru. Melalui proses penemuan ini, siswa dituntut untuk menggunakan ide, pemahaman dan penalaran matematik yang telah dimiliki untuk menemukan sesuatu yang baru, sehingga kemampuan pemahaman konsep dan penalaran matematis siswa dapat meningkat. Dengan demikian, pembelajaran dengan metode inkuiri terbimbing memungkinkan siswa dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik yang dipelajari dengan baik.

Dalam menyongsong tantangan perkembangan era abad 21, perlu pula dikembangkan penggunaan media pembelajaran yang sedemikian rupa yang dapat memberikan suasana menyenangkan bagi guru dan siswa. Penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini berkembang sangat pesat. Perkembangan tersebut berimbas pula terhadap pendidikan secara umum dan pembelajaran khususnya. Dalam hal ini guru dan siswa dituntut untuk bisa mengimbangi kemajuan dalam TIK tersebut. Guru harus mampu menggunakan media yang menggunakan TIK dalam proses pembelajarannya.

(24)

kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi pembelajaran yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencapai standar akademik. Dengan pesatnya perkembangan TIK, telah terjadi pergeseran pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan penjabaran materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Perkembangan TIK juga telah mengubah pandangan terhadap pembelajaran yaitu: pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau ridak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan konstekstual, (6) aktivitas yang menggunakan pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kultur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kemampuan awal.

(25)

banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaborasi dengan siswa lain.

Dalam bidang pendidikan terutama dalam pembelajaran, pemanfaatan hasil rekayasa ini di Indonesia tampaknya masih sangat kurang. Walaupun sudah cukup banyak program yang diperdagangkan, namun kesesuaian materi, perangkat teknologi yang dipakai, strategi instruksional, dan bahasa masih merupakan kendala yang cukup menghambat. Dengan demikian perkembangan pemakaian komputer dalam matematika yang didesain sesuai dengan kebutuhan diharapkan akan banyak membantu meningkatkan penguasaan matematika siswa.

(26)

Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan komputer sebagai media pembelajaran diantaranya kelebihan dalam mempresentasikan grafik dan gambar sebagai bentuk visual yang dapat diamati dan dipelajari siswa dalam konseptualisasi dan pemodelan matematika. Bahkan dengan komputer siswa dapat melihat sajian grafik visual dari suatu persamaan atau model matematika yang sangat sulit yang tidak bisa dilakukan langsung secara manual. Oleh karena itu, sangatlah beralasan jika para peneliti pendidikan menyatakan bahwa komputer secara potensial dapat difungsikan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya matematika (Bitter & Hatfield, 1993).

Perlu diperhatikan pula keberagaman kemampuan yang dimiliki siswa seiring dengan kesempatan masyarakat yang semakin luas dalam memperoleh pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beraneka ragam kemampuannya, guru harus berusaha agar semua siswa terlayani dengan baik. Untuk memenuhi harapan tersebut tugas guru tentu tidak ringan. Ruseffendi (1988:144) mengemukakan bahwa semakin heterogen siswa semakin sukar guru mengajar. Dengan demikian perlu usaha sangat keras dari guru agar dapat melayani semua siswa dengan beraneka ragam kemampuannya. Kondisi seperti itulah yang menyebabkan diperlukan pembelajaran yang dapat diterima semua siswa, apalagi bila pembelajarannya menggunakan bantuan TIK.

(27)

dikembangkan dengan bahan ajar yang dikemas dalam penelitian ini, diharapkan bisa mengungkap. Pertama, motivasi siswa untuk lebih menekuni materi yang disajikan lebih meningkat. Kedua, dengan adanya sajian materi berbetuk animasi yang memunculkan warna, musik, dan grafik yang dianimasikan dapat menambahkan realisme, simulasi dan sebagainya. Ketiga, dengan adanya fasilitas email, forum diskusi, dan chatting antara guru dan siswa dapat merupakan sesuatu

yang mengandung nilai-nilai penguatan (reinforcement). Keempat, kemampuannya untuk mengingat secara cepat dan tepat, dan dapat digunakan untuk merencanakan langkah-langkah selajutnya. Kelima, kemampuan sistem e-learning dalam hal menyimpan dokumen secara aman, memungkinkan pengajaran

individual dapat dijalankan dengan baik. Keenam, jangkauan kontrol guru yang lebih luas, dan banyak informasi dapat diperoleh; membantu guru mengadakan kontrol yang lebih ketat dan baik, tertuju pada bagian-bagian yang secara langsung merupakan kesulitan bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul: “Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematik dalam Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Penguatan E-Learning Berbasis Aplikasi Moodle”.

B. Rumusan Masalah

(28)

inkuiri terbimbing dengan penguaran e-learning berbasis aplikasi Moodle. Permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing?

2. Apakah kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah)?

3. Apakah kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing?

4. Apakah kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah) ?

(29)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengamati proses pembelajaran di SMA, khususnya menelaah lebih jauh mengenai kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle serta mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning. Untuk itu secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle dan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing.

2. Menganalisis kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle dan kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah).

(30)

4. Menganalisis kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle dan kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah).

5. Menganalisis sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi moodle dapat melatih siswa untuk belajar, kreatif,

inovatif, dan dapat melatih siswa menjadi pembelajar mandiri yang dapat mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.

2. Bagi guru, penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi moodle dalam pembelajaran matematika dapat

(31)

3. Bagi Lembaga (sekolah), diharapkan menjadi salah satu masukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran matematika berbantuan komputer.

4. Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan menjadi landasan berpijak untuk menindak lanjuti penelitian dengan ruang lingkup yang lebih luas.

E.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle, sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah pemahaman dan penalaran matematik siswa.

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Selanjutnya, untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel tersebut, maka perlu diberikan definisi operasional sebagai berikut.

(32)

inkuiri, guru berperan membimbing siswa, memberi kegiatan dengan memberi pertanyaan awal.

2. Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle, yaitu proses pembelajaran inkuiri terbimbing di dalam kelas dan dilakukan penguatan di luar kelas melalui tugas-tugas yang diberikan pada web sekolah melalui aplikasi Moodle. Dalam aplikasi ini siswa diberikan tugas, setelah menjawab pertanyaan yang diberikan dalam tugas tersebut siswa dapat mengetahui nilainya dan dapat pula mengetahui jawaban yang benar dan cara pengerjaannya. Setelah kegiatan tersebut terlaksana kembali guru di dalam kelas mengulas kembali soal yang dianggap sulit dalam tugas tersebut. 3. Kemampuan pemahaman matematik dalam penelitian ini mencakup dua jenis

pemahaman, yaitu:

a. Pemahaman instrumental, yaitu kemampuan siswa dapat mengoperasikan nilai trigonometri dari sudut khusus di beberapa kuadran;

b. Pemahaman relasional, yaitu kemampuan siswa dapat menggambar grafik fungsi trigonometri serta siswa dapat menentukan penyelesaiaan dari persamaan trigonometri dalam derajat.

4. Kemampuan penalaran matematik dalam penelitian ini mencakup tiga jenis kemampuan penalaran, yaitu:

(33)

b. Analogi (keserupaan), yaitu siswa dapat menentukan tinggi sebuah benda pada situasi gambar yang ditanyakan dengan menghubungkan pada situasi gambar lain.

c. Menetukan rumus umum dari beberapa informasi (Generalisasi), yaitu siswa dapat menyimpulkan rumus umum dari beberapa pernyataan dari sudut-sudut berelasi di berbagai kuadaran.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi experimen, yakni non-equivalent groups design-posttest only, dengan mengambil dua kelompok sampel, yaitu satu kelompok eksperimen 1 dan satu kelompok eksperimen 2. Pada masing-masing kelompok diadakan tes setelah dilakukan pembelajaran, yaitu tes akhir. Tes akhir dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar setelah dilakukan proses pembelajaran penelitian. Pada kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan menggunakan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle, sedangkan kelompok eksperimen 2 diberi pembelajaran dengan inkuiri terbimbing. Dengan demikian desain penelitian ini adalah:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Posttest

Eksperimen 1 X1 O

Eksperimen 2 X2 O

Keterangan:

X1 : perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle.

(35)

O : posttest kemampuan pemahaman dan penalaran matematik B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Cianjur. Pemilihan populasi penelitian didasarkan kepada asumsi atau pertimbangan bahwa,

1. Dipilihnya SMA Negeri 1 Cianjur sebagai tempat penelitian karena sekolah tersebut sebagai sekolah dalam kategori tinggi ditinjau dari kemampuan para siswanya yang dilihat dari hasil Ujian Nasional tahun 2010-2011. 2. Dipilihnya SMA Negeri 1 Cianjur sebagai tempat penelitian karena sekolah

tersebut dari dukungan sarana memungkinkan untuk dilaksanakan penelitian.

3. Dipilihnya siswa kelas X semester 2 sebagai sampel penelitian karena dianggap sudah dapat beradaptasi dengan pembelajaran baru dan telah melewati proses penempatan yang disesuaikan dengan ketersebaran berdasarkan kemampuan atau prestasi akademiknya di kelas X semester 1.

Selanjutnya dari seluruh kelas X dipilih sampel sebanyak dua kelas yaitu kelas X IPA-2 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X IPA-3 sebagai kelas eksperimen 2.

C. Variabel Penelitian

(36)

trigonometri.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis instrumen pengumpul data yaitu, tes pemahaman matematik, penalaran matematik, dan angket mengenai sikap siswa terhadap matematika.

1. Tes Pemahaman dan Penalaran

Tes ini disebut juga tes prestasi belajar, berguna untuk mengukur hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Syaodih, 2005). Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes uraian sebanyak enam soal dengan rincian tiga soal mengenai kemampuan pemahaman, dan tiga soal mengenai kemampuan penalaran. Setiap soal dibuat untuk menguji penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam konsep trigonometri. Adapun kisi-kisi instrumen penelitian tes pemahaman dan penalaran matematik disajikan pada Tabel 3.2.

(37)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Tes Pemahaman dan Penalaran Matematik Aspek Aspek Kemampuan

Matematika Yang Diukur Indikator Yang Diukur No Soal

Pemahaman Instrumental Siswa dapat mengoperasikan

nilai trigonometri dari sudut

khusus di beberapa kuadran

1

Relasional  Siswa dapat menggambar

grafik fungsi trigonometri  Siswa dapat menentukan

penyelesaiaan dari persamaan

trigonometri dalam derajat

5

2

Penalaran Pembuktian langsung Disajikan persamaan identitas trigonometri, siswa dapat

membuktikan persamaan

identitas trigonometri tersebut

3

Analogi (Keserupaan) Disajikan gambar situasi 1,

tinggi dua buah benda yang

diketahui selisih kedua benda

tersebut, gambar situasi 2, dua

buah benda lain yang diketahui

sudut elevasi dan jarak pengukur

dan benda tersebut, siswa dapat

menentukan tinggi sebuah benda

pada situasi gambar 2 dengan

menghubungkan pada situasi

gambar 1

(38)

Menetukan generalisasi

dari beberapa informasi

Disajikan beberapa pernyataan

Pedoman Pemberian Skor Pemahaman Matematik Menggunakan Holistic Scoring Rubrics

Skor Kriteria

4 Menunjukkan kemampuan pemahaman:

a. Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika secara lengkap.

b. Penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, dan melakukan perhitungan dengan benar.

3 Menunjukkan kemampuan pemahaman:

a. Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika hampir lengkap.

b. Penggunaan algoritma secara lengkap dan benar, namun mengandung sedikit kesalahan dalam perhitungan.

2 Menunjukkan kemampuan pemahaman:

a. Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika kurang lengkap.

b. Penggunaan algoritma, namun mengandung perhitungan yang salah. 1 Menunjukkan kemampuan pemahaman:

a. Penggunaan konsep dan prinsip terhadap soal matematika sangat terbatas.

b. Jawaban sebagian besar mengandung perhitungan yang salah. 0 Menunjukkan kemampuan pemahaman:

(39)

konsep dan prinsip terhadap soal matematika.

Adapun untuk kriteria penskoran kemampuan penalaran seperti tertera pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Pedoman Pemberian Skor Penalaran Matematik

Skor Kriteria

4 Jawaban yang sempurna. Siswa melakukan manipulasi aljabar dalam perhitungan teknis dan dapat merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan fungsi, persamaan dan identitas trigonometri.

3 Jawaban benar dan penalaran lengkap dan jelas, tetapi mengandalkan pada pengetahuan konkret atau visual daripada pengetahuan abstrak. 2 Jawaban benar tetapi penalarannya tidak lengkap atau tidak jelas 1 Jawaban salah, tetapi beberapa alasan dicoba dikemukakan relevan 0 Tidak menjawab atau jawaban salah, tidak relevan, hanya mengulang

pertanyaan serta jawaban kosong.

Diadaptasi dan disesuaikan dari Cai, Lane, dan Jakabcsin (dalam Lestari, 2009). 2. Angket Sikap terhadap Matematika

(40)

Moodle, seperti apakah siswa menganggap baru, merasa senang, merasa

tertarik, termotivasi, merasa memudahkan, merasa memfasilitasi pemahaman dan kerjasama, merasa menambah keberanian dalam mengemukakan pendapat dan mengharapkan ingin belajar materi lain dengan cara ini. Angket ini menggunakan skala likert, setiap siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban: STS(Sangat Tidak Sejutu), TS(Tidak Setuju), N(Netral), S(Setuju), SS(Sangat Setuju).

1.1 Siswa merasa senang terhadap pelajaran matematika (kesenangan belajar)

2.1Kesukaan/kesenangan siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penguatan di e-learning

2.2Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika dengan penguatan di e-learning

2.3Usaha siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika yang diberikan di e-learning 2.4Manfaat/kegunaan yang dirasakan dari

fasilitas yang tersedia dalam pembelajaran matematika dengan penguatan e-learning terhadap soal-soal kemampuan pemahaman matematik

3.2 Siswa merasa termotivasi dan senang terhadap soal-soal kemampuan penalaran matematik

(41)

Untuk keperluan pengumpulan data dibutuhkan suatu tes yang baik. Tes yang baik biasanya memenuhi kriteria validitas, reliabitas, daya pembeda yang baik, dan tingkat kesukaran yang layak. Untuk mengetahui karakteristik kualitas tes yang digunakan tersebut, maka sebelum dipergunakan seyogianya tes tersebut diuji coba untuk mendapatkan gambaran validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.

a. Validitas tes

Kriteria yang mendasar dari suatu tes yang tangguh adalah tes mengukur hasil-hasil yang konsisten sesuai dengan tujuan dari tes itu sendiri. Menurut Arikunto (2010:65) sebuah tes dikatakan valid apabila tes itu mengukur apa yang hendak diukur.

Karena ujicoba dilaksanakan satu kali (single test) maka validasi instrumen tes dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor item dengan skor total butir tes dengan menggunakan rumus Koefisien Korelasi Pearson:

(42)

Penafsiran terhadap besarnya koefisien korelasi skor tiap item dengan skor total dilakukan dengan membandingkan nilai dengan nilai kritis

.

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi (Arikunto, 2010: 75) sebagai berikut:

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 1,00 Validitas Sangat Tinggi

Validitas Tinggi

Validitas Cukup

Validitas Rendah

Validitas Sangat Rendah

Dari hasil ujicoba, diperoleh hasil uji validitas berikut:

1) untuk soal tes kemampuan pemahaman dan penalaran matematik, dari enam soal, semuanya valid;

(43)

Pengolahan uji validitas secara lengkap dapat dilihat pada lampiran. b. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas suatu instrumen ialah keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut. Suatu tes yang reliabel bila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda pula, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Keandalan suatu tes dinyatakan sebagai derajat suatu tes dan skornya dipengaruhi faktor yang non-sistematik. Makin sedikit faktor yang non-sistematik, makin tinggi keandalannya.

Karena instrumen dalam penelitian ini berupa tes berbentuk uraian, maka derajat reliabilitasnya ditentukan dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha:

∑ (Arikunto, 2010:109)

Keterangan:

= koefisien reliabilitas tes

∑ = jumlah varians skor tiap butir soal = varians skor total

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen digunakan tolak ukur yang ditetapkan J.P. Guilford (Suherman 2003:139) sebagai berikut:

Tabel 3.7

(44)

Nilai Derajat Keandalan

Sangat rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat tinggi

Dari hasil ujicoba, diperoleh hasil uji reliabilitas sebagai berikut:

1) untuk soal tes kemampuan pemahaman diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,859 (tinggi) dan penalaran matematik sebesar 0,557 (sedang); 2) untuk angket sikap siswa terhadap matematika diperoleh koefisien

reliabilitas sebesar 0,905 (sangat tinggi).

c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk mengklasifikasikan setiap item instrumen tes kedalam tiga kelompok tingkat kesukaran untuk mengetahui apakah sebuah instrumen tergolong mudah, sedang atau sukar.

Tingkat kesukaran tes dihitung dengan rumus:

̅

Keterangan:

(45)

̅ : rata-rata skor (mean) SMI : Skor maksimum ideal

Tabel 3.8

Kategori Tingkat kesukaran Tingkat Kesukaran Kategori Soal

Sukar

Sedang

Mudah

Dari hasil analisis uji coba diketahui tingkat kesukaran soal kemampuan pemahaman dan penalaran matematik tergolong kategori sedang.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa yang sudah menguasai materi dengan siswa yang belum/kurang menguasai materi berdasarkan kriteria tertentu. Untuk menghitung daya pembeda digunakan rumus:

Keterangan:

DP : daya pembeda

: jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah

(46)

Interpretasi perhitungan daya pembeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 161).

Tabel 3.9

Klasifikasi Koefisien Daya Pembeda Besarnya DP Interpretasi

Sangat Rendah

Rendah

Cukup/Sedang

Baik

Sangat Baik

Untuk data dalam jumlah yang banyak (kelas besar) dengan n > 30, maka sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan kedalam kelompok atas (higher group) dan sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor terendah dikategorikan kelompok bawah (lower group). Setelah dilakukan analisis daya pembeda, diketahui bahwa termasuk kategori baik dan cukup.

E. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

(47)

1. Deskripsi sikap siswa terhadap matematika dengan maksud untuk menggambarkan sikap siswa siswa berdasarkan jawaban dari responden dengan pemberian skor masing-masing butir angket 1 s.d. 5. Untuk keperluan interpretasi data sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pemberian penguatan e-learning sebelumnya dilakukan transformasi data, dari ordinal ke interval dengan menggunakan metode succes Interval (MSI). Adapun langkah-langkah metode MSI tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menentukan frekuensi responden yang mendapatskor 5, 4, 3, 2, dan 1;

b. Membuat proporsi dari setiap jumlah frekuensi; c. Menentukan nilai proporsi kumulatif;

d. Menentukan luas z tabel;

e. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai z; f. Menentukan scale value (SV) dengan menggunakan rumus:

g. Menentukan nilai transformasi dengan rumus: Y = SV +

1 SVmin

Sehingga nilai terkecil menjadi 1 dan mentransformasikan masing-masing skala menurut perubahan skala terkecil sehingga diperoleh transformed scale value (TSV).

(Harun Al-Rasyid, dalam Sundayana, 2010:234)

Dari hasil tranformasi hasil sebagai berikut: Tabel 3.10

Hasil Transformasi Data Sikap Siswa

(48)

Dari hasil tersebut kemudian dibuat tabel interpretasi sikap siswa terhadap matematika dengan langkah berikut:

Skor minimal : 1,00  jumlah butir angket = 1,00 28 = 28,0 Skor maksimal :5,09 jumlah butir angket = 5,09 28 =142,52 Rentang = 142,52-28,00 = 114,52 ; Panjang interval: 114,52/5 = 22,91 Jadi kategori interpretasi datanya sebagai berikut:

Tabel 3.11

Pedoman Penarikan Interpretasi Skor Sikap Siswa No Rentang Skor Sikap Interpretasi

1 28,00 – 50,90 Sangat Rendah 2 50,91 – 73,81 Rendah

3 73,82 – 96,72 Cukup 4 96,73 – 119,63 Tinggi/Baik

5 119,64 - 142,52 Sangat tinggi/Sangat baik

Data yang diperoleh dari lapangan melalui instrument penelitian selanjutnya diolah dan dianalisis, dengan maksud untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis sehingga dapat menggambarkan apakah hipotesis penelitian tersebut diterima atau ditolak.

(49)

mengatakan bahwa: “Uji Koolmogorov-Smirnov digunakan untuk sampel yang besar (lebih dari 50) sedangkan Shapiro-Wilk untuk sampel yang sedikit (kurang atau sama dengan dari 50)”.

3. Setelah diketahui sebaran datanya berdistribusi tidak normal, maka untuk pengujian hipotesis penelitian mengenai kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa berikutnya penulis menggunakan uji statistika non parametrik, dalam hal ini menggunakan uji Mann-Whitney. Adapun kriteria pengujiannya, jika nilai probabilitas (sig) yang dihasilkan lebih kecil dari α, maka kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa dari kedua kelompok yang dibandingkan, berbeda secara signifikan.

F. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

1. Pelaksanaan Pembelajaran

Pada pelaksanaan pembelajaran pertama sampai keenam, peneliti melakukan pembelajaran pada kedua kelas dengan tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan Kognitif, yaitu siswa dapat:

1) Mengidentifikasi pengertian perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku.

(50)

3) Menyelesaikan masalah perbandingan trigonometri dari segitiga siku-siku yang sebangun.

4) Menentukan perbandingan trigonometri untuk sudut khusus.

5) Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan perbandingan trigonometri untuk sudut khusus.

6) Menentukan perbandingan trigonometri di semua kuadran.

7) Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

8) Menentukan nilai trigonometri untu sudut khusus dan sudut yang berelasi dengan sudut khusus.

9) Menggambar grafik fungsi trigonometri untuk 0º ≤ x ≤ 360º.

10) Mencari nilai x dari persamaan trigonometri sederhana dengan menggunakan penyelesaian trigonometri dasar untuk 0º ≤ x ≤ 360º. 11) Membuktikan nilai x pengganti yang memenuhi persamaan

trigonometri.

12) Membuktikan kebenaran dari identitas trigonometri.

b. Tujuan Afektif, yaitu siswa dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi, menghargai perbedaan pendapat, senang bekerjasama dengan orang lain, dan menumbuhkan sikap tanggung jawab.

Adapun tahapan pembelajaran yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Tahap 1 : siswa dihadapkan dengan masalah

(51)

b. Tahap 2: siswa mengajukan hipotesis

Pada tahap ini siswa bersama kelompoknya diharapkan dapat menyusun hipotesis untuk menduga dan menjawab pertanyaan yang diajukan guru. c. Tahap 3: Mengumpulkan data

Guru mempersilahkan siswa untuk membaca dan memahami LKS sebelum diskusi kelompok, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bila ada bagian-bagian yang perlu dijelaskan.

d. Tahap 4: Menguji hipotesis

Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan dengan menggunakan LKS yang telah dipersiapkan guru; Siswa berdiskusi bersama teman sekelompoknya untuk dapat membuat konjektur dengan mengerjakan LKS; Pada saat siswa berdiskusi, guru berkeliling pada setiap kelompok untuk memberikan bimbingan seperlunya.

e. Tahap 5: Merumuskan kesimpulan

(52)

bimbingan guru merangkum dan menyimpulkan sendiri pemahaman mengenai konsep yang dipelajari.

Pada setiap bagian akhir pembelajaran, guru memberikan tugas pekerjaan rumah pada kedua kelas eksperimen, dan untuk kelas eksperimen 1 tugasnya ditambah berupa tugas melalui e-learning sekolah sebagai tindak lanjut dari proses pembelaran di kelas.

2. Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Penguatan E-Learning Berbasis Aplikasi Moodle

Sistem e-learning yang digunakan di SMA Negeri 1 Cianjur dalam penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan program Moodle yang berbasis Open Source. Perangkat pembelajaran bisa diakses secara on-line kapanpun dan dari manapun siswa berada. Pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan e-learning di SMA Negeri 1 Cianjur saat ini masih menggunakan teknik gabungan antara pembelajaran konvensional dan pembelajaran dengan e-learning sehingga belum semua sesi pelajaran mengunakan e-learning. Saat ini, untuk proses pelajaran yang berlangsung di dalam kelas masih sepenuhnya menggunakan metode konvensional, sedangkan model e-learning masih sebatas untuk penyelesaian tugas-tugas terstruktur dan tugas mandiri serta quist/test.

(53)

maupun test akan memanfaatkan e-learning, tergantung pada kemampuan guru yang bersangkutan dalam meng-upload modul serta materi test.

Program e-learning ini dikembangkan oleh peneliti untuk kepentingan penelitian ini. Bahan ajar yang dimunculkan dalam e-learning ini mempunyai format dokumen MS-Word yang diambil dari buku sumber pelajaran matematika kelas X dan beberapa sumber lainnya yang bisa dipakai di SMA, selain MS Word dimunculkan juga format MS Power Point yang dikembangkan sendiri dengan materi dari bahan ajar yang sama.

Bahan ajar berbasis multimedia interaktif di desain sedemikian rupa, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa. Sebagai contoh ketika siswa mempelajari topik perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, siswa dapat membuka materi word yang sesuai dengan bahan ajar dalam lampiran ini, dapat membuka bahan ajar format presentasi (*ppt). Dengan demikian diharapkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematiknya dapat terbentuk. Berikut ini, langkah-langkah penggunaan e-learning:

a. Situs E-learning SMA Negeri 1 Cianjur dapat diakses melalui jaringan lokal maupun jaringan internet. Untuk koneksi lewat internet menggunakan alamat web site SMA Negeri Cianjur dengan alamat: http://www.sman1cianjur.sch.id/balitbang/html/index.php,maka

(54)

Gambar 3.1 Halaman Utama web site SMA Negeri Cianjur

Untuk diakses dari jaringan lokal (sekitar SMA Negeri 1 Cianjur) komputer/Laptop harus memiliki fasilitas hotspot (wifi), maka tampilan awal dari sistem e-learningtampak seperti gambar berikut:

(55)

Gambar 3.3 Tampilan Menu e-learning SMA Negeri Cianjur Pada tampilan menu e-learning, pengguna harus melakukan login terlebih dahulu. Bagi guru atau siswa yang sudah terdaftar sebagai peserta, untuk masuk ke e-learning dapat melakukan login secara langsung, sedangkan yang belum terdaftar terlebih dahulu harus mendaftar sebagai peserta baru. Jadi bagi guru atau siswa yang belum terdaftar tidak bisa mengakses halaman selanjutnya. Pada halaman ini terdapat menu nama mata pelajaran beserta nama guru masing-masing mata pelajaran dari mulai kelas X sampai dengan kelas XII.

(56)

Gambar 3.4 Tampilan Menu Matematika Kelas X

Tampilan halaman pada gambar tersebut, menampilkan bahan ajar yang diberikan mulai dari bahan ajar pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ke enam. Pada pertemuan pertama, siswa hanya bisa membuka bahan ajar untuk pertemuan pertama, sedangkan bahan ajar untuk pertemuan kedua dan selanjutnya belum bisa dibuka oleh siswa. Bahan ajar yang sudah dipelajari masih tetap dapat dibuka dan dipelajari kembali. Pada tiap-tiap pertemuan terdapat menu pilihan download bahan ajar, baik berupa MS Word maupun Power Point. Selain itu, juga terdapat menu tugas berupa kuis yang harus dikerjakan oleh siswa. d. Masuk ke Menu Kuis

(57)

melihat nilainya dan diberi kesempatan dua kali mengerjakan. Artinya siswa diberi kesempatan dapat diulang satu kali lagi seandainya siswa tidak puas dengan nilai yang diperoleh pada saat pertama mengerjakan.

Gambar 3.5 Tampilan Menu Kuis G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dalam tesis ini penulis sajikan pada gambar berikut: Merumuskan Masalah

Pembuatan Proposal Melakukan Seminar Proposal

Penyusunan Instrumen Uji Coba dan Analisis

(58)

Gambar 3.6 Prosedur Penelitian Kelas Eksperimen 1

Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle

Kelas Eksperimen 2 Pembelajaran dengan inkuiri terbimbing

Melakukan Postes

Analisis Data

(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan dan merekomendasikan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri.

2. Berdasarkan tingkatan kemampuan awal siswa (tinggi, sedang, rendah), pada kelompok siswa tinggi, sedang, dan kurang; kemampuan pemahaman siswa yang mendapat pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan pemahaman matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri.

3. Kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri terbimbing dengan penguatan e-learning berbasis aplikasi Moodle lebih baik daripada kemampuan penalaran matematik siswa yang memperoleh pembelajaran dengan inkuiri.

(60)

5. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan penguatan e-learning berbasis Aplikasi Moodle secara umum menunjukkan sikap yang tergolong kategori baik.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti mengajukan beberapa rekomendasi: 1. Bagi para siswa seyogianya dapat mengoptimalkan pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan penguatan e-learning untuk membantu meningkatkan pemahaman dan penalaran matematik.

2. Bagi para guru mata pelajaran, khususnya seyogianya dapat memanfaatkan fasilitas e-learning dengan semaksimal mungkin.

3. Bagi kepala sekolah, supaya dapat mewajibkan para guru mata pelajaran, untuk dapat memanfaatkan fasilitas e-lerning, dengan terlebih dahulu mengadakan pelatihan mengenai pemanfaatan e-learning di sekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya, perlu dikembangkan penelitian dengan mempertimbangkan:

a. bahan ajar yang lebih luas, mengingat dalam penelitian ini hanya menyangkut materi trigonometri saja, belum mencakup materi lainnya; b. pelaksanaan penelitian berlangsung hanya enam kali pertemuan; sehingga

(61)

c. dalam penelitian ini tidak memperhatikan variabel kemampuan siswa dalam mengoperasikan komputer, kepemilikan perangkat e-learning (laptop dan sarana internet di rumah siswa), sehingga perlu diteliti lebih lanjut;

d. Pembelajaran matematika dengan penguatan e-learning berbasis Aplikasi Moodle secara umum menunjukkan hasil yang baik. Pada siswa yang

mempunyai kemampuan awal tinggi, kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa tergolong sangat baik; pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang, kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa tergolong baik; namun pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, kemampuan pemahaman dan penalaran matematik siswa tergolong cukup, sehingga untuk siswa berkemampuan awal rendah tersebut harus diberikan perlakuan lain yang dapat membantu meningkatkan kemampuan pemahaman dan penalaran matematik.

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Aksela, M. (2005). Disertation: Supporting Meaningful Chemistry Learning and Higher-order Thinking through Computer-Assisted Inquiry: A Design Research Approach. Helsinky : Faculty of Science University of Helsinky. Arikunto, S. (2010).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:

Bumi Aksara.

Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran.Bandung: Alfabeta.

Bates, A. W. (1995).Technology, Open Learning and Distance Education. London: Routledge.’

Bitter, G. G. & Hatfield, M.M. (1993). Itegration of the math explorer calculation into the mathematics curriculum: The calculators project report. Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching, 12 (1) 59-81.

BSNP. (2006). Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Clark, Richard, E. Six Principles of Effective E-learning: What Works and Why. The E-learning Developers’ Journal, 2002. (www.elearningguild.com) [26 Juni 2012]

Dahar, R.W. (1996). Teori – Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Erlangga. Dahlan MS. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba

Medika

Dahlan, J.A. (2004). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman

Matematik Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Melalui Pendekatan Pembelajaran Open Ended. Disertasi S3 UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Darmansyah.(2010). Pembelajaran Berbasis Web (Teori Konsep dan Aplikasi). Padang : UNP Press.

Depdiknas. (2002). Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran

(63)

Dunham, P. H., & Dick, T. P. (1994). Research on graphing calculators. Mathematics Teacher, 87, 440-445

Ely, D.P. (2003). Selecting Media for Distance Education. ERIC Digest ED480236.

Frid, S. (2002). “Engaging Primary Students in Working Mathematically within a

Virtual Enrichment Program”. Mathematics Education Research Journal, Vol. 14, No. 1, 60-79.

Gani, T. 2007. Sistem Komunikasi Pendidikan. Makassar: UVRI Makassar. http://blog.unm.ac.id/hamzahupu/2012/03/12/exploring-the-mathematical- reasoning-and-communication-in-the-jigsaw-type-of-cooperative-learning-model-on-grade-viii-students-of-smp-pesantren-immim-putra-makassar/ [21 September 2012]

Gitanisari, M. (2008).Penerapan Model Pembelajaran Missauri Mathematics Project (MMP) dalam Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: Tidakditerbitkan.

Glossary.(2001). Glossary of e-Learning Terms, LearnFrame.Com, 2001.

Gokhale, A.A. (1996). Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. [Online]. Tersedia: http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/jte-v7n1/gokhale. jte-v7n1.html [20 Desember 2012]

Hamalik, O. (2002). Strategi Belajar Mengajar CBSA. Bandung: Sinar Baru. Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Idris, N. (2009). “Enhanching Students’ Understanding In Calculucus Trough Writing”. International Electronic Journal of Mathematics Education. 4, (1).36-56.

Jacob, C. (2003). Pemecahan Masalah, Penalaran Logis, Berfikir Kritis dan Pengkomunikasian. Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan.

Kahfi, S., (2002). Teknologi Komputer Dalam Pembelajaran Matematika. UM:

Lokakarya Penggunaan Teknologi Multimedia Komputer Dalam

Pembelajaran Matematika 28-29 Juli 2002.

Kamarga.(2002). Belajar Sejarah melalui E-learning Alternatif Mengakses Sumber Informasi Kesejarahan. Jakarta: PT. Intermedia.

(64)

Kusumah, Y. (2008). Konsep, Pengembangan dan Implementasi Computer Based-Learning dalam Peningkatan High-Order Mathematical Thinking. Makalah pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Matematika pada FPMIPA UPI. Bandung: UPI.

Lestari, P. (2009). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Koneksi Matematis Siswa SMK Melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual. Tesis Pascasarjana UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Markaban. (2006). Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing.Yogyakarta: PPPG Matematika

Murtiyasa, B. (2012).Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Komunikasi Untuk

Meningkarkan Kualitas Pembelajaran Matematika. Cakrawala Pendidikan,

November 2012, Th. XXXI, No. 3.

NCTM (1989). Curriculum and Evaluating Standard for School Mathematics. Virginia: The National Council of Theachers of Mathematics, Inc.

Neo, M. et al. (2007). “A constructivist approach to learning an interactive multimedia course: Malaysian students' perspectives”. Australasian Journal

of Educational Technology, 23(4), 470-489.

Priatna, N. (2003). Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematis Siswa Kelas III SLTP di Kota Bandung. Bandung: Disertasi PPS UPI [tidak diterbitkan]

Qohar, A. (2012). Pemahaman Matematis dan Penggunaan Komputer dalam

Pembelajaran Matematika Jurusan Matematika, Universitas Negeri Malang

Rahmawati, R. (2013). Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa MI dengan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok. http://publikasi. stkipsiliwangi.ac.id/files/2013/01/Jurnal-Ranti-Rahmawati- 10510383-revisi.pdf. [15 Januari 2013]

Rofingatun, S. (2006). Penerapan Model Penemuan dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Rosenberg, M. J. (2001). E-learning: Strategies for delivering knowledge in the digitalage. New York: McGraw-Hill.

Ruseffendi, E.T (1988). Pengantar kepada membantu guru mengembangkan

kompetensinya dalam pengajaran matematika untuk meningkatkan CBSA.

(65)

Ruseffendi, E.T. (1988). Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua, Guru,dan SPG. Bandung: Tarsito.

Sabandar, J. (2007). Berpikir Reflektif. Makalah pada Seminar Nasional Matematika 2007. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sahdiq, F. (2003). Penalaran, Pemecahan Masalah dan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah P3G Matematika.

Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Sholeh, M. (1998). Pokok-pokok Pengajaran Matematika di Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. Simangunsong F.(2005). PKS Matematika Kelas X Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Gematama.

Soedjadi, R. (2005). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Soekartawi. (2003). Prinsip e-Learning: Teori dan Aplikasi di Indonesia. Jakarta: Seamolec.

Somatanaya, A.A.G. (2005). Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SLTP melalui Pembelajaran dengan Metode Inkuiri. Tesis : PPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI Suherman, E. dkk. (2001). “Common Text Book” dalam Strategi Pembelajaran

Matematika Kontemporer. Bandung. JICA UPI

Suherman, E., dan Winataputra, U. (1994). Strategi Belajar Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka

Sumarmo dan Permana. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Educationist, Vol. I No. 2/Juli 2007 ISSN : 1907 – 8838.

Sumarmo, U. (1987). Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa

SMA dikaitkan dengan kemampuan penalaran logik siswa dan beberapa unsur proses belajar mengajar. Disertasi S3 UPI Bandung: Tidak

(66)

Sumarmo, U. (2002). Alternatif Pembelajaran Matematika dalam Menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Pada Seminar Nasional FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Sumarmo, U. (2004). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah pada Pertemuan MGMP Matematika SMPN I Tasikmalaya. [12 Februari 2012].

Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Artikel pada FPMIPA UPI Bandung. Tersedia (online) pada http://math.sps.upi.edu/?p=58. [03 Januari 2013].

Sun Microsystem. (2003). E-learning Framework.[Online].Tersedia di http://www.sun.com/”title=”http://www.sun.com/”target”=”blank”http://ww w.sun.com/.[16 Maret 2012].

Sundayana, R. (2010). Statistika Penelitian Pendidikan. Garut: STKIP Garut Press

Suparno, P. (2007). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Yogyakarta.

Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutrisno. (2012). Studi Tentang Kesalahan Pemahaman Konsep Matematika.

http://ebookbrowse.com/studi-tentang-kesalahan-pemahaman-konsep-matematika-pdf-d366707900. [22 September 2012].

Syaodih, N. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya

Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif).Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.

Wahyudin. (2008). Pembelajaran dan Model-Model Pembelajaran. Bandung. UPI

Wahyudin. (2008). Peningkatan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematik melalui Pendekatan Pembelajaran Heuristik. [Online]. Tersedia pada: http://etd.eprints.ums.ac.id/1935/1/A410040074.pdf. [29 April 2012] Walle, J.A.V.D. (2008). Matematika Sekolah Dasar dan Menengah

(67)

Widdiharto. (2004). Pengenalan Bahasa Inggris untuk Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.

Wulf, K. (1996). Training via the Internet: Where are We? Training and Development 50 No. 5.

Yaniawati, P. (2012). Penggunaan e-learning dalam Meningkatkan Daya

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Halaman Utama Web site SMA Negeri Cianjur............................
grafik, peta dan diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas, 2003:3).
grafik dan gambar sebagai bentuk visual yang dapat diamati dan dipelajari siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) pemanfaatan modul berbasis model diskusi berpasangan di SMP Negeri 3 Sungguminasa Kabupaten Gowa telah dilaksanakan dengan

Berdasarkan rumusan masalah, pengajuan hipotesis, analisis data penelitian dan pembahasan masalah maka dapat disimpulkan bahwa pengembangan bahan ajar berkarakter

35 Tabel 11 di atas menunjukkan hasil pengukuran intensitas kebisingan pada penggilingan padi yang di wilayah Kelurahan Dodu Kecamatan Rasanae Timur Kota Bima yang

Mustika Ratu, yaitu dengan melihat nilai r adalah 0,982 dan dari persamaan y =2023,32 + 25,51x artinya besar kecilnya biaya distribusi yang dikeluarkan sangat mempengaruhi

Demikian juga dengan Kalpataru Rent Car, dimana dalam kegiatannya juga memerlukan pencatatan-pencatatan transaksi penyewaan yang terjadi dan mengelola data tersebut menjadi

Secara keseluruhan berdasarkan hasil analisis rugi-rugi serat optik baik dari hasil percobaan penyebaran rayleigh, pengandengan, pembengkokan dan redaman pada

Besar dugaan bahwa pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan SMK Negeri 1 Tinambung tidak pernah merasa kesulitan dalam pencarian bahan pustaka dibagian layanan

Analisis data yang dilakukan dengan yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1996:139), dimana kegiatan analisis terdiri atas 3 alur kegiatan secara bersama