commit to user
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fisika adalah ilmu paling mendasar yang sangat berperan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan untuk meningkatkan
kesejahteraan manusia. Berbagai produk teknologi dapat tercipta salah
satunya dengan penguasaan ilmu fisika dengan benar. Mengingat begitu
pentingnya peranan ilmu fisika, sudah semestinya konsep fisika ini dapat
dipahami dengan benar oleh siswa.
Dalam belajar memahami konsep fisika, Pada saat memasuki tahap
belajar yang baru, siswa tidak datang dengan pikiran yang kosong tanpa
memiliki pengetahuan awal. Siswa biasanya telah memiliki wawasan dari
pengalaman sehari-hari dan informasi dari lingkungan sekitar. Dalam
pengalaman tersebut terbentuk prakonsepsi atau sejenis “teori siswa”
mengenai peristiwa-peristiwa fisika dalam lingkungan sehari-hari manusia.
Prakonsepsi ini belum tentu benar, Jika dalam proses pembelajaran guru tidak
memperhatikan prakonsepsi maka dalam kepala siswa akan terjadi
percampuran prakonsepsi dengan konsep yang sebenarnya. Percampuran ini
akan menyebabkan pengertian yang salah dalam diri siswa (Berg , 1990).
Mengingat siswa sendiri yang mengkontruksikan pengetahuannya,
maka tidak mustahil dapat terjadi kesalahan dalam mengkonstruksi.
commit to user
ilmiah yang sudah disepakati oleh para ahli. Keadaan demikian disebut dengan
miskonsepsi. Miskonsepsi tersebut biasanya sulit diatasi karena siswa
cenderung mempertahankan konsep awal ini secara kokoh (Ibrahim, 2012).
Dalam mata pelajaran fisika, siswa sangat rentang mengalami
miskonsepsi. Miskonsepsi biasanya menyangkut kesalahan siswa dalam
pemahaman hubungan antar konsep atau juga pada beberapa bagian dalam
konsep, misalnya dalam mekanika, termodinamika, kalor, optika geometri,
bunyi dan gelombang, listrik dan magnet, dan fisika modern (Suparno, 2005
dan Berg, 1991).
Selain itu banyak siswa yang berpendapat bahwa fisika sulit untuk
dipelajari karena hanya merupakan kumpulan rumus-rumus belaka yang
kurang dapat dimengerti maknanya. Pendapat ini muncul karena kebiasaan
belajar fisika siswa yang berorientasi pada rumus-rumus dan pembahasan soal
secara langsung tanpa mempelajari konsep-konsepnya. Sehingga siswa hanya
menghafal rumus dan hanya terampil melakukan perhitungan tanpa mengerti
makna konsep yang dipelajari. Kesulitan-kesulitan dalam memahami konsep
fisika ini akan menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Kesalahan-kesalahan
yang terjadi pada buku teks dapat menimbulkan pemahaman konsep yang
salah pada diri siswa. Selain kesalahan yang terdapat pada buku teks, sering
kali siswa mengalami kesulitan dalam memahami tulisan yang terdapat pada
buku teks, serta terdapat juga buku fiksi sain yang konsepnya menyimpang
demi menarik pembaca. Hal-hal negatif yang terdapat pada buku teks tersebut
commit to user
Dari beberapa fakta di atas terlihat bahwa terdapat beberapa faktor
penyebab miskonsepsi. Menurut Paul Suparno (2005). Secara umum penyebab
miskonsepsi ada lima kelompok yaitu siswa, guru, buku teks, kontek dan cara
mengajar.
Pembelajaran fisika yang hanya berpedoman pada buku teks atau
dengan kata lain buku teks masih dijadikan sumber informasi utama dalam
proses belajar mengajar dapat menimbulkan beberapa masalah.
Sebagai contoh miskonsepsi pada materi dinamika gerak. Sebuah tes
pendahuluan diberikan kepada siswa SMAN 2 Jombang yang telah menerima
pelajaran tentang materi ini pada SMA kelas X dan SMP kelas VII akhirnya
masih didapatkan kesalahan-kesalahan pemahaman siswa sebagai berikut,(1)
Benda diam, berarti tidak ada gaya. (2) Agar benda bergerak dengan kecepatan
tetap, harus ada gaya resultan dengan besar yang tetap ( > 0) dan arah sejajar
dengan gerak. (3) Gaya normal sama dengan gaya berat. (4) kecepatan hanya
akan bertambah jika gaya resultan pada benda bertambah.
Berdasarkan pengetahuan peneliti guru fisika di SMAN 2 Jombang,
belum pernah diadakan tes diagnostik atau penelitian semacamnya untuk
menelusuri miskonsepsi siswa sekolah tersebut pada pelajaran fisika,
khususnya materi dinamika gerak. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian
yang lebih mendalam untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran yang berpijak
pada penelusuran miskonsepsi, dan kemudian diperoleh solusi untuk
commit to user
Seperti yang telah diungkap di depan, pengubahan konsep untuk
menghasilkan konsep ilmiah tidak lepas dari proses berpikir yang disebut
sebagai konflik kognitif , yaitu pertentangan dalam pikiran karena mengamati
fenomena yang bersifat “anomali” bagi diri pribadi. Metode pengelolaan
konflik kognitif bagi guru dan siswa merupakan hal sangat penting dalam
pembelajaran karena konflik kognitif dapat mengarahkan pada hasil yang
destruktif (miskonsepsi) maupun konstruktif (Kim, et all, 2005). Oleh karena
itu, sulit bagi seorang guru untuk mengubah prakonsepsi siswa yang salah
melalui metode ceramah, tanpa melalui proses belajar yang melibatkan siswa
secara aktif mencari solusi dari konflik kognitifnya (Berg, 1991).
Bruner (dalam Suryanti, 2008) menyatakan bahwa model
pembelajaran yang menekankan perlunya siswa aktif terlibat dalam proses
pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang sebenarnya
akan terjadi melalui penemuan pribadi ialah model pembelajaran inkuiri
(inquiry learning). Melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing, siswa
dapat mengelola konflik kognitif melalui tahap-tahap penyelidikan sehingga
terbangun konsep ilmiah, yang pada akhirnya dapat mengurangi dan
memperbaiki miskonsepsi. Pembelajaran inkuiri terbimbing sejalan dengan
ketentuan standar isi KTSP SMA tahun 2006 yang mengamanatkan agar
pembelajaran fisika dilaksanakan secara inkuiri terbimbing ilmiah untuk
menumbuhkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, bekerja dan bersikap ilmiah
commit to user
Dengan demikian untuk mengurangi dan memperbaiki miskonsepsi
pada materi dinamika gerak maka diperlukan pengembangan modul yang
memuat tentang konsep, besaran-besaran dinamika gerak secara matematis
serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Pengembangan modul tersebut
diharapkan dapat membantu proses belajar siswa menjadi terorganisir sehingga
siswa lebih mudah memahami konsep yang diberikan melalui pengembangan
modul, dan akan diperoleh modul pembelajaran yang mampu menjawab
permasalahan yang dihadapi siswa.
Penelitian Pengembangan berbeda dengan penelitian pendidikan pada
umumnya karena tujuan penelitian pengembangan adalah menghasilkan
produk berdasarkan temuan-temuan uji sekolah kemudian revisi sehingga di
dapatkan atau di hasilkan produk yang lebih sempurna.
Media pembelajaran mempunyai peran yang sama penting dengan
faktor-faktor pendidikan yang lain, tetapi terkadang kurang mendapat
perhatian dari guru. pemilihan media yang tepat juga dapat menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar.
Modul adalah sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan
bahasa yang mudah dipahami peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia
mereka, agar mereka dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau
bimbingan yang minimal dari pendidik. Media Pembelajaran fisika sangatlah
erat kaitannya dengan pendekatan sainstifik di mana siswa dilibatkan secara
penuh dalam proses pembelajaran, namun media dan pendekatan yang
commit to user
siswa padahal pembelajaran sains bagi siswa sebaiknya menekankan
pembelajarannya dengan melalui pendekatan sainstifik sebagaimana ketetapan
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2013), bahwa pembelajaran sains
seharusnya dengan pendekatan sainstifik, dengan tujuan membangun rasa ingin
tahu, sehingga dapat mengembangkan kemam-puan bekerja ilmiah,
membangun sikap ilmiah, menyusun dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
produktif, dan pada akhirnya menemukan sendiri jawabannya melalui inkuiri
ilmiah (scientific inquiry).
Metode belajar inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran yang
berlangsung secara ilmiah dan analitik dalam memecahkan suatu permasalahan
sehingga siswa dapat berfikir kritis terhadap masalah yang diberikan.
Sementara menurut Sani (2014: 89), menyatakan inkuiri terbimbing adalah
investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Investigasi yang
dilakukan dapat berupa kegiatan laboratorium atau aktivitas lainya yang dapat
digunakan untuk mengumpulkan informasi. Berdasarkan penjelasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri adalah suatu proses
pembelajaran dimana siswa dituntut untuk berfikir kritis dan analitik untuk
mencari jawaban dari suatu
Untuk membantu siswa dalam mengatasi miskonsepsi, di perlukan
strategi khusus untuk mengubah konsepsinya. Bagi siswa yang mengalami
salah konsep perlu dihadapkan pada situasi yang menyebabkan konflik kognitif
tersebut, ia akan menyusun kembali dan memperbaiki konsepsi. Pemilihan
commit to user
menjadi salah satu hal penting. Dalam pembelajaran fisika, salah satu metode
yang dianggap cukup efektif adalah model inkuiri terbimbing. Pembelajaran
inkuiri terbimbing adalah proses pembelajaran scara ilmiah dan analitik
sehingga siswa dapat berfikir kritis sehingga ia dapat menemukan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan yang ia miliki scara ilmiah.
Modul berbasis inkuiri terbimbing merupakan suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
menganalisis, memecahkan permasalahan berdasarakan fakta-fakta yang
ditemukan dan didesain untuk mendapatkan pemahaman konseptual (Rusche &
Jason,2011). Modul inkuiri terbimbing menggunakan sintaks inkuiri
terbimbing: 1) pengenalan area investigasi kepada siswa : observasi; 2)
Menemukan dan mencari permasalahan: merumuskan permasalahan; 3)
Mengidentifikasi permaslahan yang diteliti: mendesain percobaan, mendesain
hipotesis dan melakukan percobaan; 4) Menentukan strategi untuk
menyelesaikan permasalahan berdasarkan fakta yang ditemukan:
mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan dan
mengkomunikasi hasil percobaan (Joyce& Weil, 2000; Martin,et al, 2005;
Gengarelly & Abrams, 2008).
Dengan pendekatan metode inkuiri terbimbing diharapkan keterlibatan
siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, keterarahan kegiatan
secara logis dan sistematis, mengembangkan sikap percaya pada diri siswa
commit to user
Berdasarkan uraian di atas, dengan berpijak pada sumber-sumber
miskonsepsi yang dialami oleh siswa, maka peneliti akan melakukan
penelitian mengenai Pengembangan Modul Pembelajaran dinamika Gerak
Berbasis Inkuiri terbimbing untuk Penurunan Miskonsepsi Siswa SMA.
A.Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah
yang muncul adalah sebagai berikut :
1. Masih banyak siswa SMA 2 Jombang yang mengalami miskonsepsi pada
materi dinamika gerak.
2. Siswa kurang mengintegrasikan konsep-konsep ke dalam penerapan
kehidupan sehari-hari.
3. Motivasi, sikap ilmiah dan minat siswa untuk belajar masih kurang
4. Pembelajaran cenderung menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran fisika sehingga kurang menarik bagi siswa.
5. Pembelajaran berorientasi pada rumus-rumus dan pembahasan soal-soal
secara langsung tanpa mempelajari konsep.
B. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut
diatas,pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Materi yang dipakai pada penelitian ini adalah dinamika gerak di SMA.
2. Pengembangan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi
commit to user
3. Kelayakan modul berbasis inkuiri terbimbing dikembangkan untuk
pembelajaran fisika di tingkat SMA kelas X
4. Modul Pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing yang di kembangkan
diimplementasikan di SMAN 2 Jombang semester ganjil.
5. Penyebab miskonsepsi yang diteliti hanya dilihat dari faktor siswa melalui
test diagnostik.
6. Strategi pengubahan miskonsepsi yang digunakan yaitu menerapkan modul
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana karakteristik modul berbasis inkuiri terbimbing untuk penurunan
miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA?
2. Bagaimana kelayakan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk
penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA?
3. Adakah penurunan miskonsepsi setelah di beri modul pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA?
D. Tujuan Pengembangan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
untuk penurunan miskonsepsi pada materi dinamika gerak untuk siswa
commit to user
2. Mengetahui kelayakan modul pembelajaran berbasis inkuiri untuk
menurunkan miskonsepsi pada materai mekanika newton tentang gerak
untuk siswa SMA kelas X.
3. Ada penurunan miskonsepsi fisika setelah di beri modul pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing pada materi dinamika gerak untuk siswa SMA
kelas X.
E. Spesifikasi Produk yang dikembangkan
Produk yang diharapkan berupa:
Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi
dinamika gerak adalah modul yang dirancang untuk penurunan miskonsepsi,
yangmana siswa mampu melakukan penyelidikan untuk memperoleh dan
mendapatkan informasi melalui observasi/ eksperimen untuk mencari jawaban,
atau memecahkan permasalahan, Modul berbasis inkuiri terbimbing pada materi
dinamika gerak dibuat menjadi 2 modul yaitu modul untuk siswa dan modul untuk
guru.
Modul untuk siswa diawali dengan karakteristik modul, petunjuk
penggunaan modul untuk siswa, peta isi modul, kompetensi inti dan standar
kompetensi. Bagian isi pada modul siswa berisi: (1) kegiatan belajar I untuk
materi gaya, kegiatan belajar 2 untuk materi hukum I Newton, kegiatan belajar 3
untuk materi hukum II Newton, kegiatan belajar 4 untuk materi hukum III
Newton, kegiatan belajar 5 materi aksi- reaksi benda dan kegiatan belajar 6 untuk
materi gaya gesekan, kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menampilkan
commit to user
kegiatan diberikan motivasi awal, kemudian dilanjutkan kegiatan siswa
mengidentifikasi masalah, kemudian merumuskan masalah, kemudian
merumuskan hipotesa, kemudian mendesain percobaan kemudian melaksanakan
percobaan, mengumpulkan data, menganalisis hasil percobaan, membuat
generalisasi dan mengkomunikasikan hasil percobaan, .(3) kilas balik dan tes
pengetahuan mengukur kemampuan siswa setelah mempelajari materi. Modul
dibagiab ahkir berisi: (1) tes kemampuan awal untuk penurunan miskonsepsi
materi dinamika gerak; (2) daftar pustaka yang berisikan tentang referensi isi
modul; (3) dan glosarium yang memuat tentang hal-hal/kosa kata yang penting
tentang dinamika gerak.
Modul untuk guru memiliki spesifikasi yang berbeda dengan spesifikasi
modul siswa, modul guru diawali dengan petunjuk penggunaan modul untuk guru,
(1) suplemen kegiatan belajar I untuk materi konsep gaya, suplemen kegiatan
belajar 2 untuk konsep hukum I Newton, suplemen kegiatan belajar 3 untuk
konsep hukum II Newton, suplemen kegiatan belajar 4 untuk konsep hukum III
Newton, suplemen kegiatan belajar 5 untuk konsep aksi- reaksi benda dan
suplemen kegiatan belajar 6 untuk konsep gaya gesekan, kompetensi dasar dan
indikator pembelajaran menampilkan sesuai yang akan dibahas; (2) kunci jawaban
kegiatan 1 sampai kegiatan 6. (3) daftar pustaka yang berisikan tentang referensi
isi modul; (4) dan glosarium yang memuat tentang hal-hal/kosa kata yang penting
commit to user
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat antara lain:
1. Dengan mengidentifikasi miskonsepsi siswa, guru dan praktisi pendidikan
dapat menyiapkan model pembelajaran yang tepat guna mengubah
miskonsepsi menjadi konsepsi ilmiah.
2. Bagi peneliti, pengalaman dalam proses penelitian dapat dijadikan sebagai
bekal mengajar, yang nantinya dapat dikembangkan dalam bentuk
penelitian tindakan kelas.
3. Bagi teman sejawat untuk memudahkan dalam menanamkan konsep sains
dan aplikasi sehingga dapat memberikan perbaikan dari sistem
pembelajaran.
4. Bagi siswa menambah pengalaman dalam pembelajaran fisika dan
mendapatkan suasana belajar yang berbeda, serta mampu memecahkan
masalah baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sesuai konsep
yang di pelajari.
G. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan
1. Asumsi Pengembangan
Beberapa asumsi yang mendasari pengembangan ini adalah:
a. Pengembangan menghasilkan luaran berupa modul cetak inkuiri
terbimbing untuk pembelajaran fisika.
b. Sekolah uji coba belum menggunakan modul berbasis inkuiri terbimbing
commit to user
c. Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing ini dapat digunakan di
SMA Negeri 2 Jombang.
2. Keterbatasan Pengembangan
Pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbing ini masih mempunyai
banyak keterbatasan, yaitu: waktu, biaya dan kemampuan peneliti. Dengan
keterbatasan tersebut, pengembangan modul berbasis inkuiri terbimbingini hanya
terbatas pada pembuatan modul pembelajaran fisika pada materi dinamika gerak
pada SMA kelas X dan diujicobakan pada satu sekolah.
H. Definisi Istilah
Dalan penelitian ini, peneliti memandang perlu untuk menghindari salah
penafsiran, maka diberikan penegasan istilah berikut.
1. Modul adalah buku yang ditulis dengan tujuan agar siswa dapat belajar secara
mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru. Modul terdiri dari bagian
pendahuluan yang berisi deskripsi, prasyarat, model pembelajara dalam
modul, petunjuk siswa dan guru, kompetensi yang akan dicapai, skema
modul, dan uji kemampuan awal. Bagian pembelajaran yang berisi rencana
belajar siswa, kegiatan belajar, latihan-latihan, uji kompetens dan umpan
balik serta pendukung modul. Bagian penutup yang diberisi refleksi proses
pembelajaran.
2. Pembelajaran inkuiri terbimbing (Bruner dalam Suryanti, 2008) adalah suatu
model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa
commit to user
aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa
pembelajaran yang sebenarnya akan terjadi melalui penemuan pribadi.
3. Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing
Modul berbasis inkuiri terbimbing adalah modul yang komponen didalamnya
di sesuaikan dengan sintaks inkuiri terbimbing meliputi : 1) observasi untuk
merumuskan masalah, 2) merumuskan masalah, 3) menyusun hipotesa, 4)
merencanakan percobaaan untuk menjawab permasalahn, 5) melakukan
percobaan, 6) melakukan percobaan, 6) mengumpulkan dan menganalisis
data, 7) menyimpulkan hasil percobaan, dan 8) mempresentasikan hasil
percobaan
4. Miskonsepsi (Suparno, 2005) atau salah konsep adalah suatu konsep yang
tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang dapat diterima