HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF
(IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
Lusia Nrimaningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (2) ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (3) ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai dengan September 2014. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa. Sampel penelitian ini berjumlah 58 mahasiswa. Teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling dan accidental sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,006
< r tabel= 0,2181; ρ = 0,482 > α = 0,05; t hitung = 0,04490 < t tabel = 1,67252); (2) tidak
ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = -0,014 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,458 > α = 0,05; t hitung =
-0,10475 < t tabel = 1,67252); (3) tidak ada hubungan positif dan signifikan
lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,202 < r tabel
THE CORRELATION BETWEEN LEARNING HABITS, LEARNING MOTIVATION, AND FAMILY ENVIRONMENT AND A GRADE POINT
AVERAGE (GPA)
A Case Study on Students of Economics of Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University, Yogyakarta
Lusia Nrimaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
This study aims to find out whether: (1) there is a positive and significant relationship between learning habits and a grade point average (GPA); (2) there is a positive and significant relationship between learning motivation and grade point average (GPA); (3) there is a positive relationship and significant correlation between family environment and a grade point average (GPA).
This research is a case study conducted at the Economics Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta from July 2014 to September 2014. The research population were 400 students. The research samples were 58 students. Sampling techniques were purposive sampling and accidental sampling. Data collection techniques were questionnaires and documentation. Data analysis techniques was the product moment.
The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and positive relationship between learning habits and the grade point average (GPA) (r calculate =
0.006 < r table = 0.2181; ρ = 0.482 > α = 0.05; t calculate = 0.04490 < t table = 1.67252);
(2) there isn’t any significant and positive relationship between learning motivation and grade point average (GPA) (r calculate = -0.014 < r table= 0.2181; ρ = 0.458> α =
0.05; t calculate = -0.10475 < t table = 1.67252); (3) there isn’t any significant and
positive relationship between family environment and a grade point average (GPA) (rcalculate = 0.202 < r table= 0.2181; ρ = 0.064> α = 0.05; t calculate= 1.57593 < t table =
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR,
DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS
PRESTASI KUMULATIF (IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
LUSIA NRIMANINGSIH NIM : 091334078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR,
DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS
PRESTASI KUMULATIF (IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh:
LUSIA NRIMANINGSIH NIM : 091334078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Seberat apapun
cobaan yang ku hadapi,
aku yakin
Engkau tidak akan pernah
meninggalkanku
dalam kesendirian.
Karya ini ku persembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Kasih yang selalu mengasihi dan membimbing hidupku Bapak dan Ibuku tercinta Suami ku tercinta
Malaikat kecil ku tersayang Kakakku dan Adik ku terkasih Almamaterku tercinta
v
MOTTO
Menangislah hari ini,
tetapi tersenyumlah esok hari.
Jika kamu hanya mendengarkan
apa yang dikatakan orang,
kamu akan gila, lakukanlah
apa yang kamu yakini benar.
Kebahagiaanmu
ditentukan oleh dirimu sendiri
dan bukan oleh orang lain.
Hanya orang yang memiliki mimpi dan mau
berusaha untuk mewujudkannya yang
memiliki peluang untuk menjadi sukses.
Tulislah, Bayangkan, dan
Wujudkanlah mimpimu
Hari lalu adalah kenagan
Hari ini adalah kenyataan
Hari esok adalah harapan
Maafkanlah masa lalumu dan lanjutkan hidupmu
Tidak setiap orang bisa membuat sesuatu yang hebat,
tapi kamu bisa
melakukan sesuatu yang sederhana
dengan cinta yang hebat.
vi
Do your best
Give your best
Live your best
That is the real and authentic life
ix ABSTRAK
HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS PRESTASI
KUMULATIF (IPK)
Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Lusia Nrimaningsih Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2014
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (2) ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (3) ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).
Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai dengan September 2014. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa. Sampel penelitian ini berjumlah 58 mahasiswa. Teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling dan accidental sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung =
0,006 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,482 > α = 0,05; t hitung = 0,04490 < t tabel =
1,67252); (2) tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = -0,014 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,458 > α
= 0,05; t hitung = -0,10475 < t tabel = 1,67252); (3) tidak ada hubungan positif dan
signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung =
x ABSTRACT
THE CORRELATION BETWEEN LEARNING HABITS, LEARNING MOTIVATION, AND FAMILY ENVIRONMENT AND A GRADE POINT
AVERAGE (GPA)
A Case Study on Students of Economics of Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata
Dharma University, Yogyakarta
Lusia Nrimaningsih Sanata Dharma University
Yogyakarta 2014
This study aims to find out whether: (1) there is a positive and significant relationship between learning habits and a grade point average (GPA); (2) there is a positive and significant relationship between learning motivation and grade point average (GPA); (3) there is a positive relationship and significant correlation between family environment and a grade point average (GPA).
This research is a case study conducted at the Economics Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta from July 2014 to September 2014. The research population were 400 students. The research samples were 58 students. Sampling techniques were purposive sampling and accidental sampling. Data collection techniques were questionnaires and documentation. Data analysis techniques was the product moment.
The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and positive relationship between learning habits and the grade point average (GPA) (r calculate = 0.006 < r table = 0.2181; ρ = 0.482 > α = 0.05; t calculate = 0.04490 < t table = 1.67252); (2) there isn’t any significant and positive relationship between
learning motivation and grade point average (GPA) (r calculate = -0.014 < r table =
0.2181; ρ = 0.458> α = 0.05; t calculate = -0.10475 < t table = 1.67252); (3) there
isn’t any significant and positive relationship between family environment and a grade point average (GPA) (rcalculate = 0.202 < r table = 0.2181; ρ = 0.064> α =
xi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah melimpahkan
berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi penulis yang berjudul “Hubungan
Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK)” ini dapat diselesaikan oleh penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam bentuk apapun baik kerja sama, dukungan semangat, doa
maupun material. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta serta selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan
positif bagi skripsi ini.
4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran
xii
5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang
telah memberikan pengarahan dan masukan positif bagi skripsi ini.
6. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi,
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah
memberikan tambahan pengetahuan, dukungan dan bantuan selama penulis
menempuh pendidikan di bangku kuliah.
7. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi
Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta yang telah membantu dalam kelancaran proses belajar dan
administrasi selama ini.
8. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan kampus I
Mrican, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia
melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan fasilitas salama
belajar hingga penyusunan skripsi ini.
9. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian
Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta angkatan 2009, 2010, dan 2011
yang telah berkenan untuk terlibat dalam penelitian sebagai responden. 10. Orang tua saya bapak F.X Kasirin dan i b u M.M Tumirah, kakakku
terkasih P. Bayu Budi Raharjo, Adikku tersayang Antonius Krista
xiv DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 8
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian ... 10
E. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kebiasaan Belajar ... 13
B. Motivasi belajar ... 25
C. Lingkungan Keluarga ... 31
D. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 42
E. Kajian yang Relevan ... 45
F. Kerangka Berpikir ... 47
G. Hipotesis ... 47
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 50
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 50
E. Operasionalisasi Variabel ... 53
F. Variabel Penelitan dan Pengukuran ... 54
G. Teknik Pengumpulan data ... 57
H. Teknik Pengujian Instrumen ... 59
xv BAB IV GAMBARAN UMUM
A. Sejarah USD ... 77
B. Arti Logo, Visi, Misi dan Tujuan USD ... 80
C. Yayasan dan Pimpinan ... 83
D. Sejarah FKIP ... 84
E. Visi dan Misi FKIP ... 86
F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) ... 87
G. Deskripsi Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) ... 89
H. Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan (PAK) ... 90
I. Sumber Daya Manusia (PAK)... 92
J. Sarana dan Prasarana ... 92
K. Kemahasiswaan ... 93
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 95
B. Analisis Prasyarat Data ... 101
C. Pengujian Hipotesis ... 102
D. Pembahasan ... 110
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 130
B. Keterbatasan Penelitian ... 131
C. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 134
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kegiatan Belajar ... 44
Tabel 2.2 Penilaian Hasil Belajar ... 45
Tabel 2.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 45
Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel ... 53
Tabel 3.2. Skala Pengukuran untuk Mengukur Kebiasaan Belajar ... 55
Tabel 3.3. Skala Pengukuran untuk Mengukur Motivasi Belajar ... 56
Tabel 3.4. Skala Pengukuran untuk Mengukur Lingkungan Keluarga ... 56
Tabel 3.5. Variabel IPK ... 56
Tabel 3.6. Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 57
Tabel 3.7. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 58
Tabel 3.8. Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Keluarga ... 58
Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Kebiasaan Belajar ... 62
Tabel 3.10. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Kebiasaan Belajar ... 64
Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Motivasi Belajar ... 65
Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Motivasi Belajar ... 66
Tabel 3.13. Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Lingkungan Keluarga ... 67
Tabel 3.14. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Lingkungan Keluarga ... 68
Tabel 3.15. Pedoman Kategori Nilai r ... 69
Tabel 3.16. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas I Instrumen Penelitian ... 70
Tabel 3.17. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas II Instrumen Penelitian ... 70
Tabel 3.18. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 71
Tabel 3.19. Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 72
Tabel 3.20. Interval Skor Motivasi Belajar ... 73
Tabel 3.21. Interval Skor Lingkungan Keluarga ... 74
Tabel 3.22. Interval Skor IPK ... 74
Tabel 3.23. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 76
Tabel 4.1. Pejabat di Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 88
Tabel 5.1. Deskripsi Jenis Kelamin Responden ... 96
Tabel 5.2. Deskripsi Cosstabulation Gender dan IPK ... 96
Tabel 5.3. Deskripsi Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 97
Tabel 5.4. Deskripsi Interval Skor Motivasi Belajar ... 98
Tabel 5.5. Deskripsi Interval Skor Lingkungan Keluarga ... 99
Tabel 5.6. Deskripsi Interval Skor IPK ... 100
Tabel 5.7. Output Hasil Pengujian Normalitas ... 101
xvii
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 103 Tabel 5.10. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Motivasi Belajar dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 105 Tabel 5.11. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Lingkungan Keluarga
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kebutuhan Manusia ... 27 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi
xix
DAFTAR LAMPIRAN
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan
ini. Terlebih di era globalisasi seperti saat ini pendidikan akan menentukan
identitas diri seseorang. Orang dengan pendidikan tinggi akan memperoleh
apresiasi lebih dari masyarakat. Selain itu, orang dengan pendidikan tinggi
juga akan memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan yang
lebih baik.
Suatu masyarakat atau bangsa hanya dapat berkembang dan maju
apabila warga masyarakatnya telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi
untuk melakukan pembangunan dan memberikan hasil yang dinyatakan
dalam pembangunan. Fakta di negara-negara maju membuktikan bahwa
negara yang ekonominya kuat dan laju pertumbuhan yang mantap adalah
juga negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi bagi
rata-rata penduduknya. Sebagai contoh dapat dikemukakan hasil studi Edwar E.
Denison, Simanjuntak yang menyatakan bahwa 23% dari pertumbuhan
pendapatan nasional Amerika Serikat pada tahun 1929 sampai dengan tahun
1957 merupakan kontribusi pertambahan kualitas pekerja yang terutama
diakibatkan oleh peningkatan pendidikannya (Andarias, 1995:17).
Salah satu aspek positif sebagai akibat pengaruh pendidikan terhadap
2
Sukmono mengemukakan bahwa pendidikan mempengaruhi keterampilan.
Kaitannya dengan kualitas tenaga kerja dalam masyarakat dapat dilihat pada
besarnya upah/gaji sebagai pencerminan dan prokduktifitas kerja. Ini
membuktikan bahwa pendapatan rata-rata pekerja yang berpendidikan tinggi
lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berpendidikan rendah
(Andarias, 1990:12).
Pendidikan merupakan usaha untuk mendapatkan pengetahuan baik
itu secara formal melalui sekolah, maupun secara informal melalui
pendidikan di dalam keluarga, masyarakat dan tempat bermain.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1, (dalam
http://www.sarjanaku.com/2011/12/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html) menyebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 2
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 16 ayat (1) dalam The Liang Gie
(1994:15) merumuskan bahwa:
3
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1990
Nomor 30 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 2 ayat (1) dalam The Liang Gie
(1994:15) merumuskan bahwa:
Tujuan perguruan tinggi adalah mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengoptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.
Demi mencapai tujuan tersebut, maka ada serangkaian proses dan
kegiatan yang harus dijalani. Salah satunya adalah proses belajar mengajar.
Menurut Slameto (1988) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya”. Menurut Siti Partini (1980:49) “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Di dalam
universitas hasil belajar mahasiswa berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Menurut Abu Ahmadi (1991:130) prestasi belajar yang dicapai
seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar
diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong faktor internal adalah
pertama, faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan
sebagainya. Kedua, faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun
4
dimiliki, unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat,
kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. Ketiga, faktor
kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah
pertama, faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat. Kedua, faktor budaya seperti adat istiadat,
ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Ketiga, faktor lingkungan
spritual atau keamanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara
langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar mahasiswa adalah
kebiasaan belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanry Clay
Lindgren (The Liang Gie, 1995:194) terhadap sejumlah mahasiswa sukses
di San Fransisco State College menunjukkan alasan-alasan keberhasilan
mereka karena kebiasaan belajar yang baik 33%, minat 25%, kecerdasan
15%, pengaruh keluarga 5%, lain-lain 22%. Dari hasil penelitian tersebut
jelas bahwa kebiasaan belajar yang baik memainkan peranan penting bagi
kesuksesan mahasiswa. Dengan memiliki kebiasaan belajar yang baik akan
membantu mahasiswa menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan belajar,
dan akhirnya meraih sukses di perguruan tinggi. Menurut The Liang Gie
(1995:192) kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran
yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil, melainkan perilaku
yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama waktu-waktu
yang lalu. Menurut The Liang Gie (1979:7) langkah pertama yang sebaiknya
5
mempelajari metode, teknik, kemahiran atau cara belajar yang efisien,
kemudian pengetahuan itu dipraktekkan sehari-hari sampai menjadi suatu
kebiasaan belajar. Covey (1994:35) juga menegaskan bahwa kebiasaan
merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan.
Jadi untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi kebiasaan haruslah dilandasi
pengetahuan, keterampilan dan keinginan.
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar baik berupa faktor dari
luar maupun dari dalam akan memiliki gairah, semangat dan senang dalam
belajar. Menurut Sardiman (1986:39) Seseorang itu akan berhasil dalam
belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan
atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi
itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu sendiri tumbuh
di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan
sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu
dapat tercapai (Sardiman, 2008:75).
Lingkungan keluarga memiliki peranan penting dalam kehidupan
mahasiswa, karena lingkungan keluarga merupakan tempat pertama anak
membentuk kepribadian, watak, dan tempat anak mendapatkan kasih sayang
serta perhatian dari seluruh anggota keluarga terutama ayah dan ibu.
Menurut Ngalim Purwanto (1995:79) yang dikutip oleh Lely Sulestari (2010:10) dikatakan bahwa “pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari
6
dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selajutnya, baik di sekolah
maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama
yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya. Keluarga
merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di lingkungan keluarga
proses sosialisasi, pengenalan terhadap lingkungan serta kesadaran dari anak
pertama kali dibentuk. Jadi, lingkungan keluarga memiliki peranan penting
dalam upaya mendidik seorang anak. Lingkungan keluarga yang kondusif
akan memotivasi seorang anak untuk belajar dengan baik.
Belajar sangat erat kaitannya dengan mahasiswa atau dapat juga
dikatakan bahwa belajar itu sudah jadi makanan sehari-hari bagi mahasiswa.
Namun mahasiswa terkadang tidak bergairah dalam mengikuti perkuliahan.
Mereka sering kali enggan untuk belajar atau mengulang kembali pelajaran
yang sudah mereka peroleh di kampus. Mereka juga tampak acuh dengan
tugas-tugas yang sudah diberikan oleh dosen, padahal orang tua mereka
sudah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada mereka untuk
belajar dengan baik, agar kelak masa depan mereka menjadi cerah.
IPK merupakan hasil akhir dari usaha yang sudah dilakukan oleh
mahasiswa selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa
yang memiliki IPK tinggi menunjukkan bahwa selama ini dia sudah
mengikuti perkulihan dengan baik dan mahasiswa yang memiliki IPK
rendah menunjukkan bahwa selama ini dia kurang baik dalam mengikuti
7
Penulis menemukan mahasiswa-mahasiswa semester atas menyesal
mengenai cara belajar mereka sewaktu masih di semester bawah. Penyesalan
dan kesadaran itu muncul ketika mereka melihat Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) mereka tidak seperti apa yang mereka harapkan. Padahal mereka ingin
lulus dengan IPK yang memuaskan agar mendapatkan pekerjaan yang
menjanjikan untuk masa depan mereka.
Mengingat tuntutan perusahaan akan IPK saat ini sudah mencapai
angka minimal 2,75. Maka bagi mereka yang belum memenuhi standar
tersebut terpaksa mengulang kembali mata kuliah yang mereka anggap
kurang agar memenuhi batas minimal yang dibutuhkan dalam mencari
pekerjaan, meskipun kita tahu IPK bukan satu-satunya tolak ukur yang
menentukan diterima atau tidaknya kita di sebuah perusahaan.
Bisa kita bayangkan jika setiap kali kita melihat lowongan pekerjaan
dan didalamnya tertera IPK minimal 2,75 dan ternyata IPK kita kurang dari
batas minimal itu, maka jika kita tetap mengirimkan surat lamaran pekerjaan
ke perusahaan tersebut tanpa pikir panjang CV kita akan langsung
disisihkan tanpa melihat potensi-potensi lain yang kita miliki. Tentu kita
tidak ingin hal itu sampai terjadi maka satu-satunya jalan adalah harus
mengulang mata kuliah yang nilainya masih kurang. Jika hal itu kita
lakukan maka masa studi yang harusnya 4 tahun bisa jadi menjadi 5 atau 6
tahun.
Mengingat keprihatinan akan hal ini, maka penulis ingin mencari tahu
8
mahasiswa memiliki nilai yang bagus atau tidak. Dan apakah motivasi yang
menjadi pendorong di dalam diri seseorang ikut mempengaruhi proses untuk
mendapatkan IPK tersebut. Serta apakah lingkungan keluarga yang
merupakan kehidupan sosial pertama seseorang ikut mempengaruhi
pencapaian indeks prestasi kumulatif mahasiswa.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)”. Jadi penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kebiasaan
belajar, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK).
B. Batasan Masalah
Ada banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi Indeks Prestasi
Kumulatif (IPK) mahasiswa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal
(faktor jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis) dan faktor eksternal
(lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat).
Penelitian ini memfokuskan pada faktor kebiasaan belajar, motivasi belajar,
dan lingkungan keluarga.
1. Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku mahasiswa yang
ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di perguruan tinggi, dengan dilandasi pengetahuan,
9
kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran yang
dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil, melainkan perilaku
yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama
waktu-waktu yang lalu. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
kebiasaan belajar adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki
mahasiswa seperti yang ditunjukkan oleh item-item dalam kuesioner
penelitian.
2. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,
2008:75). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi
belajar adalah indikator berupa tekun menghadapi tugas, ulet dalam
menghadapi kesulitan, minat terhadap sesuatu, mandiri, sikap terhadap
tugas-tugas rutin, teguh dalam pendapat, gemar mencari dan
memecahkan masalah. Indikator-indikator ini telah ditunjukkan dalam
item-item kuesioner.
3. Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan
masyarakat (Sujarwohart, 2010). Pendapat lain tentang lingkungan keluarga yaitu menurut Hasbullah (2008:38) yang mengatakan “Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan
utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama
mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan
10
dalam keluarga”. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
lingkungan keluarga adalah indikator berupa cara orang tua mendidik,
hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
orang tua, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
Indikator-indikator ini telah ditunjukkan dalam kuesioner.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?
2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?
3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga
dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan
kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan
11
3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan
lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, dapat digolongkan dalam 2 manfaat yaitu
manfaat secara khusus dan manfaat secara umum. Manfaat secara khusus
yaitu manfaat yang didapatkan dalam kaitannya dengan tujuan peneliian.
Sedangkan manfaat secara umum adalah manfaat dari penelitian untuk
kepentingan pihak luar (Danang Sunyoto, 2011:15).
1. Manfaat secara khusus, yaitu :
a. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan
kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
b. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan
motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
c. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan
lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
2. Manfaat secara umum, yaitu :
a. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
tambahan referensi perpustakaan dan dapat digunakan sebagai
bahan kajian ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai
12 b. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
bahan refleksi bagi mahasiswa untuk menjadi lebih baik lagi
dalam belajar.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana belajar dan masukan bagi penulis
dalam mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari
13 BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Kebiasaan Belajar
Dalam kehidupan sehari-hari, dari bangun tidur sampai akan
berangkat tidur lagi orang melakukan banyak kegiatan. Biasanya setiap hari
akan melakukan kegiatan yang hampir sama, oleh karena kegiatan itu
dilakukan setiap hari, lama kelamaan menjadi kebiasaan yang bersifat rutin.
Disadari atau tidak disadari akhirnya rutinitas itu menjadi kebiasaan bagi
diri orang tersebut.
Hal diatas juga dialami mahasiswa. Dari pagi sampai sore mereka
akan mengikuti perkuliahan sesuai dengan jadwal yang dimiliki. Di rumah
atau di kos mereka akan belajar lagi untuk menyiapkan materi kuliah atau
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
Pada umumnya kebiasaan belajar yang dimiliki oleh mahasiswa dapat
berupa kebiasaan belajar yang positif atau negatif. Kebiasaan belajar yang
positif tentunya akan membawa mahasiswa pada keberhasilan studi.
Sebaliknya, kebiasaan belajar yang negatif akan membawa mahasiswa pada
kegagalan studi. Dengan demikian diharapkan agar mahasiswa
mengembangkan kebiasaan belajar yang positif dan menerapkan kebiasaan
belajar tersebut secara terus menerus agar tumbuh dan terpelihara dalam
14 1. Pengertian Kebiasaan Belajar
Covey (1994:35) menuliskan “kebiasaan adalah faktor yang kuat
di dalam hidup kita. Karena konsisten, dan sering merupakan pola
yang tak disadari, maka kebiasaan terus menerus, setiap hari,
mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan keefektifan kita atau ketidakefektifan kita”. Lebih lanjut Covey menegaskan bahwa
kebiasaan merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan
dan keinginan. Jadi untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi suatu
kebiasaan haruslah dilandasi pengetahuan, keterampilan dan
keinginan.
Kata belajar, oleh Sudarmanto (1993:2) diartikan sebagai “usaha
menggunakan setiap sarana atau sumber, baik di dalam maupun di luar
pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi”. Agus (1994:81) menegaskan bahwa “belajar merupakan kegiatan
untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman tentang sesuatu hal,
atau penguasaan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu lewat usaha, pengajaran atau pengalaman”.
The Liang Gie (1979:7) mengatakan bahwa “agar seseorang
dapat belajar dengan baik, dia harus mengetahui lebih dulu metode,
teknik, kemahiran atau cara belajar yang efisien kemudian
pengetahuan itu dipraktekkan sehari-hari sampai menjadi suatu
kebiasaan studi”. The Liang Gie (1995:192) menekankan bahwa
15
ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di perguruan tinggi”. Lebih lanjut The Liang Gie
menyatakan bahwa kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau
bawaan kelahiran yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil,
melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak
sadar selama waktu-waktu yang lalu. Karena selalu diulang-ulang
sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga
akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar
sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu situasi belajar.
Dari pengertian-pengertian diatas, kebiasaan belajar dapat
diartikan sebagai tindakan/perilaku mahasiswa dalam pelaksanaan
kegiatan untuk mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang
sesuatu hal atau penguasaan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu
dengan menggunakan berbagai sarana atau sumber secara konsisten,
terus-menerus, setiap hari dengan dilandasi pengetahuan, keterampilan
dan keinginan (Suryanto, 2000:10).
2. Unsur-unsur Pembentuk Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar tidak sama dengan keterampilan belajar.
Kebiasaan belajar adalah perilaku seseorang mahasiswa untuk
bertindak dari waktu ke waktu dalam cara yang sama, sedangkan
keterampilan belajar adalah sistem, metode, atau tehnik yang telah
16
pada pokoknya ditujukan untuk mencapai tujuan khusus yang
menyangkut kebiasaan belajar mahasiswa.
Covey (1994:36) dalam uraiannya mengenai definisi kebiasaan
belajar menyatakan bahwa untuk menjadikan sesuatu menjadi
kebiasaan di dalam hidup kita, kita harus memiliki tiga hal. Ketiga hal
itu adalah pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan
adalah pradigma teoritis, apa yang yang harus dilakukan dan mengapa
itu dilakukan. Keterampilan adalah bagaimana melakukan kegiatan
(belajar). Keinginan adalah motivasi, hasrat/kemauan untuk
melakukan kegiatan itu.
Dalam kegiatan belajar, mahasiswa harus menyadari mengapa
dia belajar dan apa saja yang harus dilakukan. Hal ini merupakan
dasar untuk segala tindakan belajar, sehingga dia dapat
mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut. Dengan kata lain,
kegiatan belajar itu dilakukannya untuk mencapai tujuan tertentu yang
dia sadari sepenuhnya.
Keterampilan belajar sebagai salah satu unsur yang harus ada
untuk membentuk kebiasaan belajar, merupakan hal penting yang
harus dikuasai oleh mahasiswa. Bagaimana melaksanakan kegiatan
belajar yang baik atau cara belajar yang bagaimana yang sebaiknya
dilakukan oleh mahasiswa, haruslah benar-benar di mengerti oleh
17
Keterampilan belajar adalah cara bagaimana melaksanakan
kegiatan belajar. The Liang Gie (1994) yang dikutip oleh Suryanto
(2000:11) menyatakan keterampilan belajar itu dibedakan menjadi
beberapa kelompok. Pertama, keterampilan pokok yang mencakup keterampilan membaca buku, menulis karangan dan mempergunakan
bahasa. Kedua, keterampilan akademik yang mencakup keterampilan-keterampilan mengikuti kuliah, mencatat bacaan,
memakai perpustakaan dan keterampilan menempuh ujian. Ketiga,
keterampilan pendukung yang mencakup keterampilan melakukan konsentarsi, menghafal pelajaran, mengelola waktu studi dan
keterampilan mengatur diri.
a. Keterampilan Pokok
1) Membaca
Keterampilan membaca mutlak harus dikuasai
mahasiswa bila ingin sukses dalam belajar. Keterampilan
membaca pada intinya adalah keterampilan menangkap isi
gagasan dari bacaan secara efektif dan efisien.
2) Menulis
Keterampilan menulis juga mutlak harus dikuasai
oleh mahasiswa bila ingin sukses dalam belajar.
Keterampilan menulis pada intinya adalah keterampilan
menuangkan ide/gagasan, pikiran mengenai sesuatu hal
18 3) Berbahasa
Keterampilan menggunakan bahasa, cepat atau
lambat harus segera dikuasai oleh mahasiswa. Dalam
kegiatan belajarnya mahasiswa harus terampil berbahasa
baik secara lisan maupun tertulis. Semakin tinggi tingkat
pendidikannya mahasiswa harus semakin dapat berbahasa
secara baik dan benar sesuai kaidah tata bahasa yang
berlaku.
b. Keterampilan Akademik
Dalam kegiatan belajar di kampus mahasiswa dituntut juga
memiliki berbagai keterampilan belajar.
1) Keterampilan mengikuti kuliah
Di kampus mahasiswa dituntut untuk mengikuti
seluruh kegiatan akademik dari awal sampai akhir. Hal ini
juga menuntut mahasiswa untuk mengikuti pelajaran di
kelas. Dalam mengikuti pelajaran di kelas mahasiswa tidak
hanya datang, duduk, diam mendengarkan dosen lalu
pulang. Dalam mengikuti pelajaran di kelas mahasiswa
dituntut untuk terampil mendengarkan dosen mengajar,
bertanya jawab tentang pelajaran yang dibahas, dan
membuat catatan-catatan materi pelajaran yang dibahas.
Dengan kata lain, selama proses belajar di kelas
19
2) Keterampilan mencatat bacaan
Dalam proses belajar, mahasiswa akan selalu
berjuang dengan kegiatan membaca, baik itu membaca
buku pelajaran yang diwajibkan maupun buku-buku
penunjang lainnya. Mahasiswa dituntut untuk banyak
membaca buku. Supaya hasil dalam kegiatan membacanya
kelihatan, maka mahasiswa harus memiliki keterampilan
mengambil hal-hal penting dari bacaan yang dibacanya
dan mencatatnya dalam buku catatan khusus. Dengan kata
lain, mahasiswa dituntut memiliki keterampilan membuat
catatan dari bacaan-bacaan yang ia baca.
3) Keterampilan memakai perpustakaan
Tidak semua mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan
buku-buku pelajaran yang dapat dipakai untuk
memperkaya pengetahuannya. Untuk itu, kampus
menyediakan fasilitas perpustakaan yang dapat digunakan
mahasiswa untuk mendapatkan sumber-sumber bacaan
dengan mudah. Dalam memanfaatkan fasilitas
perpustakaan para mahasiswa juga dituntut memiliki
keterampilan untuk memahami ketentuan-ketentuan
pelayanan perpustakaan. Hal ini dimaksudkan supaya
mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas perpustakaan
20
4) Keterampilan menempuh ujian
Setelah mahasiswa mempelajari bahan pelajaran
selama periode waktu tertentu (satu bab, satu catur wulan,
satu semester atau satu tahun) untuk mengetahui hasil
belajarnya diadakan tes atau ujian. Tes atau ujian tersebut
dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh mahasiswa
menguasai ilmu yang telah dipelajarinya (Thabrany,
1997). Untuk menempuh ujian, mahasiswa dituntut
memiliki keterampilan khusus dalam meghadapinya, baik
dalam mengatur kegiatan persiapan, ketika menempuh
ujian, seperti menyiasati soal-soal ujian, maupun dalam
menyikapi hasilnya.
c. Keterampilan Pendukung
1) Keterampilan melakukan konsentarsi
Dalam melaksanakan kegiatan belajar, mahasiswa
mengadakan berbagai persiapan. Persiapan yang penting
antara lain adalah pemusatan perhatian terhadap hal yang
akan dipelajari. Mahasiswa harus dapat berkonsentrasi
dengan baik. Tanpa mampu melakukan konsentrasi yang
baik dapat dipastikan bahwa mahasiswa tidak akan
memperoleh hasil belajar yang maksimal. Memang tidak
dipungkiri ada banyak hal yang dapat menggangu
21
baik itu yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri.
Untuk itu mahasiswa harus selalu melatih dirinya supaya
terampil melakukan konsentrasi pada waktu belajar.
2) Keterampilan menghafal pelajaran
Dibangku kuliah ada banyak pelajaran yang harus
dipelajari. Menyadari keterbatasan daya ingat yang
dimiliki mahasiswa, maka mahasiswa perlu melatih diri
untuk mempertajam daya ingatnya, sehingga apa yang
dipelajarinya dapat benar-benar dipahami dan tidak mudah
dilupakan. Untuk hal itu, mahasiswa setiap hari harus
berusaha menghafalkan pelajaran yang dipelajarinya.
Mahasiswa diharapkan benar-benar terampil untuk
menghafalkan pelajaran. Mahasiswa tidak hanya sekedar
menghafal dengan menguang-ulang apa yang dipelajarinya
begitu saja, tetapi supaya hafalan itu dapat menetap lama
dalam ingatan dan dapat dengan mudah dipanggil kembali
waktu akan digunakan. Mahasiswa perlu melatih diri
untuk menghafal bahan pelajaran secara sistematis dengan
menyertakan seluruh indera. Jadi, mahasiswa harus
terampil menghafal dengan pandangan mata, melalui
pendengaran telinga, melalui gerak mulut, dan juga
22
3) Keterampilan mengelola waktu
Mahasiswa harus terampil mengelola waktu yang
digunakan dalam studinya. Mahasiswa harus dapat
menentukan kegiatan mana yang lebih penting dan
mendesak untuk mendapat prioritas segera dilaksanakan
dalam kegiatan belajar. Tugas-tugas kecil maupun besar
yang menyangkut studi harus segera diselesaikan dan tidak
sampai ditunda-tunda penyelesaiannya apabila mahasiswa
ingin sukses dalam studi.
4) Keterampilan mengatur diri
Agar dapat berhasil dalam studi selain harus terampil
mengatur waktu studi, hal yang tidak kalah pentingnya
adalah mahasiswa harus dapat mengatur dirinya. Menurut
The Liang Gie (1995) mengatur diri berarti mendorong
diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur potensi
diri, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal
yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari
kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Hal ini berarti,
mahasiswa harus terampil mendorong diri untuk belajar,
mengolah diri dengan mengatur pikiran, tenaga, waktu,
tempat, benda, dan hal-hal lainnya untuk belajar,
mengendalikan diri untuk mampu membina kedisiplinan,
benar-23
benar mampu mengerjakan apa yang seharusnya
dikerjakan dalam belajar, dan mengembangkan diri untuk
semakin lebih berhasil dalam studi.
3. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip-prinsip dalam belajar itu sekurang-kurangnya
menyangkut 4 hal yaitu keteraturan, disiplin, konsentrasi dan
pemakaian perpustakaan (The Liang Gie, 1979:49):
a. Keteraturan dalam Belajar
Pokok pangkal yang pertama dari cara belajar yang baik
ialah keteraturan. Hanya dengan belajar secara teratur seorang
mahasiswa akan memperoleh hasil yang baik. Prinsip ini
meliputi mengikuti kuliah secara teratur, membaca buku
pelajaran, menyusun catatan secara teratur, dan alat
perlengkapan untuk belajar disimpan dan disusun secara teratur.
Bila sifat keteraturan ini telah benar-benar dihayati akan menjadi
kebiasaan dalam belajarnya. Sifat ini akan mempengaruhi pula
jalan pikiran mahasiswa. Pikiran yang teratur merupakan model
bagi seseorang dalam menutut ilmu, karena ilmu adalah hasil
dari proses pemikiran yang dilakukan secara sistematis.
b. Disiplin Belajar
Dengan jalan berdisiplin untuk melaksanakan
pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang
24
bermalas-malasan, keinginan mencari gampangnya saja,
keenggan untuk bersusah payah memusatkan pikiran, kebiasaan
untuk melamun dan gangguan-gangguan lainnya selalu
menghinggapi kebanyakan mahasiswa. Gangguan itu hanya bisa
diatasi kalau seorang mahasiswa mempunyai disiplin. Disiplin
akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur.
c. Konsentrasi
Setiap mahasiswa dalam menuntut ilmu harus melakukan
konsentrasi dalam belajarnya. Tanpa konsentarsi tak mungkin ia
berhasil menguasai pelajarannya. Dalam belajar konsentrasi
adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan
mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan
dengan pelajaran tersebut.
d. Pemakaian Perpustakaan
Tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa bacaan.
Dan gudang bacaan adalah perpustakaan. Setiap mahasiswa
harus setia mengunjungi perpustakaan agar dapat membantu
usaha belajarnya. Dangan menjadi pengunjung perpustakaan
yang setia dan dapat mempergunakan perpustakaan itu dengan
tangkas dan baik, pastilah seseorang mahasiswa akan betul-betul
25 B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari
kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat
tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat
dirasakan/mendesak (Sardiman, 2008:73)
Motivasi juga akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan
energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan
persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian
bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya
tujuan, kebutuhan dan keinginan (Sardiman, 2008:74)
Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi
motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak
di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat
26
gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman,
2008:75).
2. Teori Motivasi
Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan
siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada
tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada
kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar (Sardiman,
2008:77).
Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada
di kalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa
dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada
tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada
beberapa teori tantang motivasi yang selalu bergayut dengan soal
kebutuhan, yaitu (Sardiman, 2008:80) :
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk
istirahat, dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas
dari rasa takut dan kecemasan.
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih, yakni kasih, rasa diterima
dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, dan
27
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni
mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam
bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.
Dengan istilah lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah
kemandirian dan aktualisasi diri. Sesuai dengan kebutuhan itu
Maslow menciptakan piramida hierarki kebutuhan yang lebih
[image:49.596.138.457.273.570.2]lengkap yang dilukiskannya seperti pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Kebutuhan Manusia (Sardiman, 2008:81).
3. Ciri-ciri Motivasi
Motivasi yang ada dalam diri setiap orang memiliki ciri-ciri
sebagai berikut (Sardiman, 2008:83) :
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
Under standing and knowledge (6)
Self actualization (5)
Self esteem (4)
Love and belonging (3)
Safety (2)
28
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk
orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik,
ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan
terhadap setiap tindak kriminal, amoral).
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah. 4. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Ada tiga fungsi motivasi yaitu (Sardiman, 2008:85) :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan
29
dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat
berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya
motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.
(Sardiman, 2008:85) .
5. Macam-macam Motivasi
Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut
pandang, yaitu (Sardiman, 2008:86) :
a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
1) Motif-motif bawaan : motif yang dibawa sejak lahir, jadi
motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contohnya dorongan
untuk minum, dorongan untuk makan.
2) Motif-motif yang dipelajari : motif yang timbul karena
dipelajari. Contohnya dorongan untuk belajar suatu cabang
ilmu pengetahuan.
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis
1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk
minum, makan, bernapas.
2) Motif-motif darurat, meliputi dorongan untuk
30
3) Motif-motif objektif, meliputi kebutuhan untuk melakukan
eksplorasi, untuk menaruh minat.
c. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik : motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang
membaca, tidak ada yang menyuruh, ia sudah rajin
mencari buku-buku untuk dibacanya. Dilihat dari segi
tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud
motivasi instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang
terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai
contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar,
karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau
keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara
konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.
2) Motivasi ekstrinsik: motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai
contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya
akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik
sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi,
yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui
31
mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung
bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.
C. Lingkungan Keluarga
1. Pengertian Lingkungan Keluarga
Nugroho (2003:2) mengungkapkan keluarga merupakan media
yang paling efektif dalam membudayakan disiplin, kerena ditinjau dari
segi waktu keluarga memperoleh lebih banyak jam tatap muka
bersama anak dibandingkan dengan situasi sekolah, sehingga
kebersamaan dengan orang tua memungkinkan penanaman sikap dan
perilaku disiplin secara intensif. Kebersamaan lebih lama
memungkinkan orang tua mengadakan pengawasan dan memberikan
teladan atas sikap dan perilaku secara berkesinambungan (Lely
Sulestari, 2010:10).
Menurut Ngalim Purwanto (1995:79) dikatakan bahwa “pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari pendidikan anak
selanjutnya”. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam
keluarga menentukan pendidikan anak itu selajutnya, baik di sekolah
maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan
pertama yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya.
Keluarga merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di
32
lingkungan serta kesadaran dari anak pertama kali dibentuk (Lely
Sulestari, 2010:10).
Pengertian lingkungan keluarga berasal dari dua kata, yaitu
lingkungan dan keluarga. Joe Kathena (Syamsu Yusuf, 2000) mengemukakan bahwa “lingkungan merupakan segala sesuatu yang
berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial budaya” (dalam
http://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-lingkungan-keluarga.html).
Vebrianto (Sadjaah, 2002) yang mengemukakan bahwa “keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat memiliki nuclear
family maupun extended family, yang secara nyata mendidik kepribadian seseorang dan mewariskan nilai-nilai budaya melalui
interaksi sesama anggota dalam mencapai tujuan”. Keluarga batih
(nuclear family )adalah keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak, sedangkan keluarga luas (extended family) adalah keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih.
Sedangkan F. J. Brown (Syamsu Yusuf, 2000) mengemukakan
bahwa ditinjau dari sudut sosiologis, keluarga dapat diartikan menjadi
dua macam, yaitu:
a. Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada
hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan
clan atau marga.
33
Menurut Sujarwohart (2010) dalam artikelnya “Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan masyarakat”.
Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang laki-laki
dengan seorang wanita, kemudian hidup bersama dan menghasilkan
keturunan berupa anak.
Gunarsa (2009:5) mengatakan bahwa “lingkungan keluarga
merupakan lingkungan pertama yang mula-mula memberikan
pengaruh yang mendalam bagi anak”. Dari anggota-anggota
keluarganya (ayah, ibu dan saudara-saudaranya) anak memperoleh
segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial.
Pendapat lainnya tentang lingkungan keluarga yaitu menurut
Hasbullah (2008:38) yang mengatakan “Lingkungan keluarga
merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak,
karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan
dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena
sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.”
Dari semua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama
bagi anak, yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dan
intelektual anak terdiri dari ayah, ibu dan anak untuk mencapai tujuan
34
2. Faktor-Faktor dalam Lingkungan Keluarga
Menurut Abu Ahmat (1982:86) faktor-faktor dalam lingkungan
keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan anak dalam
belajar yang nantinya akan membentuk kedisiplinan siswa adalah
sebagai berikut (Lely Sulestari, 2010:10):
a. Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan
penting terhadap perkembangan anak. Misalnya seorang anak
yang mempunyai orang tua yang tidak mampu. Orang tuanya
akan menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari
uang agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga tidak
dapat memantau anaknya. Dampaknya anak bisa melakukan
hal-hal yang dapat mengganggu kedisiplinan. Mulai dari
kedisiplinan belajar sampai kedisiplinan dalam melakukan
tugas-tugas rumah.
b. Faktor keutuhan keluarga
Dalam keluarga yang utuh dari ayah, ibu, dan anak yang
lengkap, harmonis maka hubungan interaksi dalam keluarga
akan mudah antara orang tua dan anak. Sehingga orang tua dapat
memantau dan memperhatikan anaknya sehingga anaknya
tersebut dapat bertingkah laku disiplin dan mematuhi peraturan
35
c. Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua
Sikap orang tua yang mau memperhatikan anaknya dan
membiasakan sikap-sikap yang dapat membentuk pribadi anak,
seperti tidak bersikap otoriter dan tidak memaksa anaknya untuk
mengikuti perintah-perintah orang tuanya, serta melakukan
pengawasan terhadap anak dalam segala tindakannya.
Menurut Slameto (1988:62) lingkungan keluarga akan memberi
pengaruh pada siswa berupa :
a. Cara orang tua mendidik
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya
terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Drs.
Sutjipto Wirowidjojo dengan pernyataannya yang menyatakan
bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan
utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan
dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan
dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya
peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua
mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.
Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan
pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap
belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan
36
dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak
menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak
memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu
bagaimana kemajuaan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang
dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak
tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.
Anak atau siswa yang mengalami kesukaran-kesukaran
dalam belajar dapat ditolong dengan memberikan bimbingan
belajar yang sebaik-baiknya. Disini keterlibatan orang tua akan
sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.
b. Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan
orang tua dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting
bagi keberhasilan belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah
hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian,
ataukah diliputi dengan kebencian, sikap yang terlalu keras
ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya.
Relasi antar anggota keluarga ini erat hubungannya
dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran keberhasilan
belajar anak, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga
anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang
37
dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar
anak.
c. Suasana rumah
Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau
situasi yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada
dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan
semrawut tidak akan memberi ketenagan kepada anak yang
belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi
cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga menyebabkan anak
menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya
belajarnya kacau.
Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan
suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak betah
dirumah dan dapat belajar dengan baik.
d. Keadaan ekonomi orang tua
Keadaan ekonomi anak erat kaitanya dengan belajar anak.
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya misalnya makan, pakaian, perlindungan kesahatan dan
lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang
belajar, meja, kursi, penerangan, alat-alat tulis, buku dan
lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga
38
Pada kondisi ekonomi keluarga yang relatif kurang
menyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak,
tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat menjadi pendorong
keberhasilan anak.
Keadaan