• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kebiasaan belajar, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)."

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS PRESTASI KUMULATIF

(IPK)

Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta

Lusia Nrimaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (2) ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (3) ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai dengan September 2014. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa. Sampel penelitian ini berjumlah 58 mahasiswa. Teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling dan accidental sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,006

< r tabel= 0,2181; ρ = 0,482 > α = 0,05; t hitung = 0,04490 < t tabel = 1,67252); (2) tidak

ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = -0,014 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,458 > α = 0,05; t hitung =

-0,10475 < t tabel = 1,67252); (3) tidak ada hubungan positif dan signifikan

lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = 0,202 < r tabel

(2)

THE CORRELATION BETWEEN LEARNING HABITS, LEARNING MOTIVATION, AND FAMILY ENVIRONMENT AND A GRADE POINT

AVERAGE (GPA)

A Case Study on Students of Economics of Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma

University, Yogyakarta

Lusia Nrimaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

This study aims to find out whether: (1) there is a positive and significant relationship between learning habits and a grade point average (GPA); (2) there is a positive and significant relationship between learning motivation and grade point average (GPA); (3) there is a positive relationship and significant correlation between family environment and a grade point average (GPA).

This research is a case study conducted at the Economics Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta from July 2014 to September 2014. The research population were 400 students. The research samples were 58 students. Sampling techniques were purposive sampling and accidental sampling. Data collection techniques were questionnaires and documentation. Data analysis techniques was the product moment.

The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and positive relationship between learning habits and the grade point average (GPA) (r calculate =

0.006 < r table = 0.2181; ρ = 0.482 > α = 0.05; t calculate = 0.04490 < t table = 1.67252);

(2) there isn’t any significant and positive relationship between learning motivation and grade point average (GPA) (r calculate = -0.014 < r table= 0.2181; ρ = 0.458> α =

0.05; t calculate = -0.10475 < t table = 1.67252); (3) there isn’t any significant and

positive relationship between family environment and a grade point average (GPA) (rcalculate = 0.202 < r table= 0.2181; ρ = 0.064> α = 0.05; t calculate= 1.57593 < t table =

(3)

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR,

DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS

PRESTASI KUMULATIF (IPK)

Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

LUSIA NRIMANINGSIH NIM : 091334078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR,

DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS

PRESTASI KUMULATIF (IPK)

Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

LUSIA NRIMANINGSIH NIM : 091334078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

PERSEMBAHAN

Seberat apapun

cobaan yang ku hadapi,

aku yakin

Engkau tidak akan pernah

meninggalkanku

dalam kesendirian.

Karya ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Kasih yang selalu mengasihi dan membimbing hidupku Bapak dan Ibuku tercinta Suami ku tercinta

Malaikat kecil ku tersayang Kakakku dan Adik ku terkasih Almamaterku tercinta

(8)

v

MOTTO

Menangislah hari ini,

tetapi tersenyumlah esok hari.

Jika kamu hanya mendengarkan

apa yang dikatakan orang,

kamu akan gila, lakukanlah

apa yang kamu yakini benar.

Kebahagiaanmu

ditentukan oleh dirimu sendiri

dan bukan oleh orang lain.

Hanya orang yang memiliki mimpi dan mau

berusaha untuk mewujudkannya yang

memiliki peluang untuk menjadi sukses.

Tulislah, Bayangkan, dan

Wujudkanlah mimpimu

Hari lalu adalah kenagan

Hari ini adalah kenyataan

Hari esok adalah harapan

Maafkanlah masa lalumu dan lanjutkan hidupmu

Tidak setiap orang bisa membuat sesuatu yang hebat,

tapi kamu bisa

melakukan sesuatu yang sederhana

dengan cinta yang hebat.

(9)

vi

Do your best

Give your best

Live your best

That is the real and authentic life

(10)
(11)
(12)

ix ABSTRAK

HUBUNGAN KEBIASAAN BELAJAR, MOTIVASI BELAJAR, DAN LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN INDEKS PRESTASI

KUMULATIF (IPK)

Studi Kasus pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lusia Nrimaningsih Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (2) ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK); (3) ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK).

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta pada bulan Juli 2014 sampai dengan September 2014. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 400 mahasiswa. Sampel penelitian ini berjumlah 58 mahasiswa. Teknik penentuan sampel yaitu purposive sampling dan accidental sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data adalah product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) tidak ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung =

0,006 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,482 > α = 0,05; t hitung = 0,04490 < t tabel =

1,67252); (2) tidak ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung = -0,014 < r tabel = 0,2181; ρ = 0,458 > α

= 0,05; t hitung = -0,10475 < t tabel = 1,67252); (3) tidak ada hubungan positif dan

signifikan lingkungan keluarga dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) (r hitung =

(13)

x ABSTRACT

THE CORRELATION BETWEEN LEARNING HABITS, LEARNING MOTIVATION, AND FAMILY ENVIRONMENT AND A GRADE POINT

AVERAGE (GPA)

A Case Study on Students of Economics of Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata

Dharma University, Yogyakarta

Lusia Nrimaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

This study aims to find out whether: (1) there is a positive and significant relationship between learning habits and a grade point average (GPA); (2) there is a positive and significant relationship between learning motivation and grade point average (GPA); (3) there is a positive relationship and significant correlation between family environment and a grade point average (GPA).

This research is a case study conducted at the Economics Education Study Program, Accounting Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta from July 2014 to September 2014. The research population were 400 students. The research samples were 58 students. Sampling techniques were purposive sampling and accidental sampling. Data collection techniques were questionnaires and documentation. Data analysis techniques was the product moment.

The results of this study show that: (1) there isn’t any significant and positive relationship between learning habits and the grade point average (GPA) (r calculate = 0.006 < r table = 0.2181; ρ = 0.482 > α = 0.05; t calculate = 0.04490 < t table = 1.67252); (2) there isn’t any significant and positive relationship between

learning motivation and grade point average (GPA) (r calculate = -0.014 < r table =

0.2181; ρ = 0.458> α = 0.05; t calculate = -0.10475 < t table = 1.67252); (3) there

isn’t any significant and positive relationship between family environment and a grade point average (GPA) (rcalculate = 0.202 < r table = 0.2181; ρ = 0.064> α =

(14)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah melimpahkan

berkat dan rahmat-Nya sehingga skripsi penulis yang berjudul “Hubungan

Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks

Prestasi Kumulatif (IPK)” ini dapat diselesaikan oleh penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam bentuk apapun baik kerja sama, dukungan semangat, doa

maupun material. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta serta selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan

positif bagi skripsi ini.

4. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, kritik dan saran

(15)

xii

5. Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang

telah memberikan pengarahan dan masukan positif bagi skripsi ini.

6. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi,

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah

memberikan tambahan pengetahuan, dukungan dan bantuan selama penulis

menempuh pendidikan di bangku kuliah.

7. Ibu Theresia Aris Sudarsilah selaku staf sekretariat Program Studi

Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta yang telah membantu dalam kelancaran proses belajar dan

administrasi selama ini.

8. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan kampus I

Mrican, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta yang telah bersedia

melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan fasilitas salama

belajar hingga penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi, Bidang Keahlian

Khusus Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta angkatan 2009, 2010, dan 2011

yang telah berkenan untuk terlibat dalam penelitian sebagai responden. 10. Orang tua saya bapak F.X Kasirin dan i b u M.M Tumirah, kakakku

terkasih P. Bayu Budi Raharjo, Adikku tersayang Antonius Krista

(16)
(17)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kebiasaan Belajar ... 13

B. Motivasi belajar ... 25

C. Lingkungan Keluarga ... 31

D. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 42

E. Kajian yang Relevan ... 45

F. Kerangka Berpikir ... 47

G. Hipotesis ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 49

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 50

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 50

E. Operasionalisasi Variabel ... 53

F. Variabel Penelitan dan Pengukuran ... 54

G. Teknik Pengumpulan data ... 57

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 59

(18)

xv BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Sejarah USD ... 77

B. Arti Logo, Visi, Misi dan Tujuan USD ... 80

C. Yayasan dan Pimpinan ... 83

D. Sejarah FKIP ... 84

E. Visi dan Misi FKIP ... 86

F. Sejarah Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) ... 87

G. Deskripsi Program Studi Pendidikan Akuntansi (PAK) ... 89

H. Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan (PAK) ... 90

I. Sumber Daya Manusia (PAK)... 92

J. Sarana dan Prasarana ... 92

K. Kemahasiswaan ... 93

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 95

B. Analisis Prasyarat Data ... 101

C. Pengujian Hipotesis ... 102

D. Pembahasan ... 110

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 130

B. Keterbatasan Penelitian ... 131

C. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134

(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kegiatan Belajar ... 44

Tabel 2.2 Penilaian Hasil Belajar ... 45

Tabel 2.3 Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 45

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel ... 53

Tabel 3.2. Skala Pengukuran untuk Mengukur Kebiasaan Belajar ... 55

Tabel 3.3. Skala Pengukuran untuk Mengukur Motivasi Belajar ... 56

Tabel 3.4. Skala Pengukuran untuk Mengukur Lingkungan Keluarga ... 56

Tabel 3.5. Variabel IPK ... 56

Tabel 3.6. Kisi-kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 57

Tabel 3.7. Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 58

Tabel 3.8. Kisi-kisi Kuesioner Lingkungan Keluarga ... 58

Tabel 3.9. Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Kebiasaan Belajar ... 62

Tabel 3.10. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Kebiasaan Belajar ... 64

Tabel 3.11 Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Motivasi Belajar ... 65

Tabel 3.12. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Motivasi Belajar ... 66

Tabel 3.13. Rangkuman Hasil Uji Validitas I untuk Variabel Lingkungan Keluarga ... 67

Tabel 3.14. Rangkuman Hasil Uji Validitas II untuk Variabel Lingkungan Keluarga ... 68

Tabel 3.15. Pedoman Kategori Nilai r ... 69

Tabel 3.16. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas I Instrumen Penelitian ... 70

Tabel 3.17. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas II Instrumen Penelitian ... 70

Tabel 3.18. Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 71

Tabel 3.19. Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 72

Tabel 3.20. Interval Skor Motivasi Belajar ... 73

Tabel 3.21. Interval Skor Lingkungan Keluarga ... 74

Tabel 3.22. Interval Skor IPK ... 74

Tabel 3.23. Interpretasi Koefisien Korelasi ... 76

Tabel 4.1. Pejabat di Program Studi Pendidikan Akuntansi ... 88

Tabel 5.1. Deskripsi Jenis Kelamin Responden ... 96

Tabel 5.2. Deskripsi Cosstabulation Gender dan IPK ... 96

Tabel 5.3. Deskripsi Interval Skor Kebiasaan Belajar ... 97

Tabel 5.4. Deskripsi Interval Skor Motivasi Belajar ... 98

Tabel 5.5. Deskripsi Interval Skor Lingkungan Keluarga ... 99

Tabel 5.6. Deskripsi Interval Skor IPK ... 100

Tabel 5.7. Output Hasil Pengujian Normalitas ... 101

(20)

xvii

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 103 Tabel 5.10. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Motivasi Belajar dengan

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 105 Tabel 5.11. Hasil Pengujian Korelasi Pearson Lingkungan Keluarga

(21)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kebutuhan Manusia ... 27 Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

(23)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

ini. Terlebih di era globalisasi seperti saat ini pendidikan akan menentukan

identitas diri seseorang. Orang dengan pendidikan tinggi akan memperoleh

apresiasi lebih dari masyarakat. Selain itu, orang dengan pendidikan tinggi

juga akan memiliki peluang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan yang

lebih baik.

Suatu masyarakat atau bangsa hanya dapat berkembang dan maju

apabila warga masyarakatnya telah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi

untuk melakukan pembangunan dan memberikan hasil yang dinyatakan

dalam pembangunan. Fakta di negara-negara maju membuktikan bahwa

negara yang ekonominya kuat dan laju pertumbuhan yang mantap adalah

juga negara-negara dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi bagi

rata-rata penduduknya. Sebagai contoh dapat dikemukakan hasil studi Edwar E.

Denison, Simanjuntak yang menyatakan bahwa 23% dari pertumbuhan

pendapatan nasional Amerika Serikat pada tahun 1929 sampai dengan tahun

1957 merupakan kontribusi pertambahan kualitas pekerja yang terutama

diakibatkan oleh peningkatan pendidikannya (Andarias, 1995:17).

Salah satu aspek positif sebagai akibat pengaruh pendidikan terhadap

(24)

2

Sukmono mengemukakan bahwa pendidikan mempengaruhi keterampilan.

Kaitannya dengan kualitas tenaga kerja dalam masyarakat dapat dilihat pada

besarnya upah/gaji sebagai pencerminan dan prokduktifitas kerja. Ini

membuktikan bahwa pendapatan rata-rata pekerja yang berpendidikan tinggi

lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang berpendidikan rendah

(Andarias, 1990:12).

Pendidikan merupakan usaha untuk mendapatkan pengetahuan baik

itu secara formal melalui sekolah, maupun secara informal melalui

pendidikan di dalam keluarga, masyarakat dan tempat bermain.

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1, (dalam

http://www.sarjanaku.com/2011/12/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html) menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 2

tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 16 ayat (1) dalam The Liang Gie

(1994:15) merumuskan bahwa:

(25)

3

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 1990

Nomor 30 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 2 ayat (1) dalam The Liang Gie

(1994:15) merumuskan bahwa:

Tujuan perguruan tinggi adalah mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta mengoptimalkan penggunaannya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional.

Demi mencapai tujuan tersebut, maka ada serangkaian proses dan

kegiatan yang harus dijalani. Salah satunya adalah proses belajar mengajar.

Menurut Slameto (1988) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan

individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi

dengan lingkungannya”. Menurut Siti Partini (1980:49) “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang dalam kegiatan belajar”. Di dalam

universitas hasil belajar mahasiswa berupa Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Menurut Abu Ahmadi (1991:130) prestasi belajar yang dicapai

seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar

diri (faktor eksternal) individu. Yang tergolong faktor internal adalah

pertama, faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun

yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan

sebagainya. Kedua, faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun

(26)

4

dimiliki, unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat,

kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. Ketiga, faktor

kematangan fisik maupun psikis. Yang tergolong faktor eksternal adalah

pertama, faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat. Kedua, faktor budaya seperti adat istiadat,

ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Ketiga, faktor lingkungan

spritual atau keamanan. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara

langsung ataupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

Salah satu faktor penentu keberhasilan belajar mahasiswa adalah

kebiasaan belajar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hanry Clay

Lindgren (The Liang Gie, 1995:194) terhadap sejumlah mahasiswa sukses

di San Fransisco State College menunjukkan alasan-alasan keberhasilan

mereka karena kebiasaan belajar yang baik 33%, minat 25%, kecerdasan

15%, pengaruh keluarga 5%, lain-lain 22%. Dari hasil penelitian tersebut

jelas bahwa kebiasaan belajar yang baik memainkan peranan penting bagi

kesuksesan mahasiswa. Dengan memiliki kebiasaan belajar yang baik akan

membantu mahasiswa menguasai pelajarannya, mencapai kemajuan belajar,

dan akhirnya meraih sukses di perguruan tinggi. Menurut The Liang Gie

(1995:192) kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran

yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil, melainkan perilaku

yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama waktu-waktu

yang lalu. Menurut The Liang Gie (1979:7) langkah pertama yang sebaiknya

(27)

5

mempelajari metode, teknik, kemahiran atau cara belajar yang efisien,

kemudian pengetahuan itu dipraktekkan sehari-hari sampai menjadi suatu

kebiasaan belajar. Covey (1994:35) juga menegaskan bahwa kebiasaan

merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan, dan keinginan.

Jadi untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi kebiasaan haruslah dilandasi

pengetahuan, keterampilan dan keinginan.

Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar baik berupa faktor dari

luar maupun dari dalam akan memiliki gairah, semangat dan senang dalam

belajar. Menurut Sardiman (1986:39) Seseorang itu akan berhasil dalam

belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan

atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi

itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar, tetapi motivasi itu sendiri tumbuh

di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan

sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu

dapat tercapai (Sardiman, 2008:75).

Lingkungan keluarga memiliki peranan penting dalam kehidupan

mahasiswa, karena lingkungan keluarga merupakan tempat pertama anak

membentuk kepribadian, watak, dan tempat anak mendapatkan kasih sayang

serta perhatian dari seluruh anggota keluarga terutama ayah dan ibu.

Menurut Ngalim Purwanto (1995:79) yang dikutip oleh Lely Sulestari (2010:10) dikatakan bahwa “pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari

(28)

6

dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selajutnya, baik di sekolah

maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan pertama

yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya. Keluarga

merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di lingkungan keluarga

proses sosialisasi, pengenalan terhadap lingkungan serta kesadaran dari anak

pertama kali dibentuk. Jadi, lingkungan keluarga memiliki peranan penting

dalam upaya mendidik seorang anak. Lingkungan keluarga yang kondusif

akan memotivasi seorang anak untuk belajar dengan baik.

Belajar sangat erat kaitannya dengan mahasiswa atau dapat juga

dikatakan bahwa belajar itu sudah jadi makanan sehari-hari bagi mahasiswa.

Namun mahasiswa terkadang tidak bergairah dalam mengikuti perkuliahan.

Mereka sering kali enggan untuk belajar atau mengulang kembali pelajaran

yang sudah mereka peroleh di kampus. Mereka juga tampak acuh dengan

tugas-tugas yang sudah diberikan oleh dosen, padahal orang tua mereka

sudah memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada mereka untuk

belajar dengan baik, agar kelak masa depan mereka menjadi cerah.

IPK merupakan hasil akhir dari usaha yang sudah dilakukan oleh

mahasiswa selama menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa

yang memiliki IPK tinggi menunjukkan bahwa selama ini dia sudah

mengikuti perkulihan dengan baik dan mahasiswa yang memiliki IPK

rendah menunjukkan bahwa selama ini dia kurang baik dalam mengikuti

(29)

7

Penulis menemukan mahasiswa-mahasiswa semester atas menyesal

mengenai cara belajar mereka sewaktu masih di semester bawah. Penyesalan

dan kesadaran itu muncul ketika mereka melihat Indeks Prestasi Kumulatif

(IPK) mereka tidak seperti apa yang mereka harapkan. Padahal mereka ingin

lulus dengan IPK yang memuaskan agar mendapatkan pekerjaan yang

menjanjikan untuk masa depan mereka.

Mengingat tuntutan perusahaan akan IPK saat ini sudah mencapai

angka minimal 2,75. Maka bagi mereka yang belum memenuhi standar

tersebut terpaksa mengulang kembali mata kuliah yang mereka anggap

kurang agar memenuhi batas minimal yang dibutuhkan dalam mencari

pekerjaan, meskipun kita tahu IPK bukan satu-satunya tolak ukur yang

menentukan diterima atau tidaknya kita di sebuah perusahaan.

Bisa kita bayangkan jika setiap kali kita melihat lowongan pekerjaan

dan didalamnya tertera IPK minimal 2,75 dan ternyata IPK kita kurang dari

batas minimal itu, maka jika kita tetap mengirimkan surat lamaran pekerjaan

ke perusahaan tersebut tanpa pikir panjang CV kita akan langsung

disisihkan tanpa melihat potensi-potensi lain yang kita miliki. Tentu kita

tidak ingin hal itu sampai terjadi maka satu-satunya jalan adalah harus

mengulang mata kuliah yang nilainya masih kurang. Jika hal itu kita

lakukan maka masa studi yang harusnya 4 tahun bisa jadi menjadi 5 atau 6

tahun.

Mengingat keprihatinan akan hal ini, maka penulis ingin mencari tahu

(30)

8

mahasiswa memiliki nilai yang bagus atau tidak. Dan apakah motivasi yang

menjadi pendorong di dalam diri seseorang ikut mempengaruhi proses untuk

mendapatkan IPK tersebut. Serta apakah lingkungan keluarga yang

merupakan kehidupan sosial pertama seseorang ikut mempengaruhi

pencapaian indeks prestasi kumulatif mahasiswa.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar, dan Lingkungan Keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)”. Jadi penulis ingin mengetahui apakah ada hubungan antara kebiasaan

belajar, motivasi belajar, dan lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi

Kumulatif (IPK).

B. Batasan Masalah

Ada banyak faktor yang diduga dapat mempengaruhi Indeks Prestasi

Kumulatif (IPK) mahasiswa. Faktor-faktor tersebut adalah faktor internal

(faktor jasmaniah (fisiologis) dan faktor psikologis) dan faktor eksternal

(lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat).

Penelitian ini memfokuskan pada faktor kebiasaan belajar, motivasi belajar,

dan lingkungan keluarga.

1. Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku mahasiswa yang

ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di perguruan tinggi, dengan dilandasi pengetahuan,

(31)

9

kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau bawaan kelahiran yang

dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil, melainkan perilaku

yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak sadar selama

waktu-waktu yang lalu. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

kebiasaan belajar adalah keterampilan-keterampilan yang dimiliki

mahasiswa seperti yang ditunjukkan oleh item-item dalam kuesioner

penelitian.

2. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri

siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,

2008:75). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan motivasi

belajar adalah indikator berupa tekun menghadapi tugas, ulet dalam

menghadapi kesulitan, minat terhadap sesuatu, mandiri, sikap terhadap

tugas-tugas rutin, teguh dalam pendapat, gemar mencari dan

memecahkan masalah. Indikator-indikator ini telah ditunjukkan dalam

item-item kuesioner.

3. Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan

masyarakat (Sujarwohart, 2010). Pendapat lain tentang lingkungan keluarga yaitu menurut Hasbullah (2008:38) yang mengatakan “Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan

utama bagi anak, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama

mendapat didikan dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan

(32)

10

dalam keluarga”. Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

lingkungan keluarga adalah indikator berupa cara orang tua mendidik,

hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi

orang tua, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

Indikator-indikator ini telah ditunjukkan dalam kuesioner.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada hubungan positif dan signifikan kebiasaan belajar dengan

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?

2. Apakah ada hubungan positif dan signifikan motivasi belajar dengan

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?

3. Apakah ada hubungan positif dan signifikan lingkungan keluarga

dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan

kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan

(33)

11

3. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan

lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, dapat digolongkan dalam 2 manfaat yaitu

manfaat secara khusus dan manfaat secara umum. Manfaat secara khusus

yaitu manfaat yang didapatkan dalam kaitannya dengan tujuan peneliian.

Sedangkan manfaat secara umum adalah manfaat dari penelitian untuk

kepentingan pihak luar (Danang Sunyoto, 2011:15).

1. Manfaat secara khusus, yaitu :

a. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan

kebiasaan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

b. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan

motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

c. Dapat mengetahui ada tidaknya hubungan positif dan signifikan

lingkungan keluarga dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

2. Manfaat secara umum, yaitu :

a. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

tambahan referensi perpustakaan dan dapat digunakan sebagai

bahan kajian ilmiah untuk penelitian lebih lanjut mengenai

(34)

12 b. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai

bahan refleksi bagi mahasiswa untuk menjadi lebih baik lagi

dalam belajar.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana belajar dan masukan bagi penulis

dalam mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari

(35)

13 BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Kebiasaan Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari, dari bangun tidur sampai akan

berangkat tidur lagi orang melakukan banyak kegiatan. Biasanya setiap hari

akan melakukan kegiatan yang hampir sama, oleh karena kegiatan itu

dilakukan setiap hari, lama kelamaan menjadi kebiasaan yang bersifat rutin.

Disadari atau tidak disadari akhirnya rutinitas itu menjadi kebiasaan bagi

diri orang tersebut.

Hal diatas juga dialami mahasiswa. Dari pagi sampai sore mereka

akan mengikuti perkuliahan sesuai dengan jadwal yang dimiliki. Di rumah

atau di kos mereka akan belajar lagi untuk menyiapkan materi kuliah atau

menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.

Pada umumnya kebiasaan belajar yang dimiliki oleh mahasiswa dapat

berupa kebiasaan belajar yang positif atau negatif. Kebiasaan belajar yang

positif tentunya akan membawa mahasiswa pada keberhasilan studi.

Sebaliknya, kebiasaan belajar yang negatif akan membawa mahasiswa pada

kegagalan studi. Dengan demikian diharapkan agar mahasiswa

mengembangkan kebiasaan belajar yang positif dan menerapkan kebiasaan

belajar tersebut secara terus menerus agar tumbuh dan terpelihara dalam

(36)

14 1. Pengertian Kebiasaan Belajar

Covey (1994:35) menuliskan “kebiasaan adalah faktor yang kuat

di dalam hidup kita. Karena konsisten, dan sering merupakan pola

yang tak disadari, maka kebiasaan terus menerus, setiap hari,

mengekspresikan karakter kita dan menghasilkan keefektifan kita atau ketidakefektifan kita”. Lebih lanjut Covey menegaskan bahwa

kebiasaan merupakan titik pertemuan dari pengetahuan, keterampilan

dan keinginan. Jadi untuk menjadikan suatu kegiatan menjadi suatu

kebiasaan haruslah dilandasi pengetahuan, keterampilan dan

keinginan.

Kata belajar, oleh Sudarmanto (1993:2) diartikan sebagai “usaha

menggunakan setiap sarana atau sumber, baik di dalam maupun di luar

pranata pendidikan, guna perkembangan dan pertumbuhan pribadi”. Agus (1994:81) menegaskan bahwa “belajar merupakan kegiatan

untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman tentang sesuatu hal,

atau penguasaan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu lewat usaha, pengajaran atau pengalaman”.

The Liang Gie (1979:7) mengatakan bahwa “agar seseorang

dapat belajar dengan baik, dia harus mengetahui lebih dulu metode,

teknik, kemahiran atau cara belajar yang efisien kemudian

pengetahuan itu dipraktekkan sehari-hari sampai menjadi suatu

kebiasaan studi”. The Liang Gie (1995:192) menekankan bahwa

(37)

15

ditunjukkan secara ajeg dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi di perguruan tinggi”. Lebih lanjut The Liang Gie

menyatakan bahwa kebiasaan belajar bukanlah bakat alamiah atau

bawaan kelahiran yang dimiliki oleh seseorang mahasiswa sejak kecil,

melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun secara tak

sadar selama waktu-waktu yang lalu. Karena selalu diulang-ulang

sepanjang waktu, berbagai perilaku itu begitu terbiasakan sehingga

akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan pikiran sadar

sebagai tanggapan otomatis terhadap sesuatu situasi belajar.

Dari pengertian-pengertian diatas, kebiasaan belajar dapat

diartikan sebagai tindakan/perilaku mahasiswa dalam pelaksanaan

kegiatan untuk mendapat pengetahuan dan pemahaman tentang

sesuatu hal atau penguasaan kecakapan dalam hal atau bidang tertentu

dengan menggunakan berbagai sarana atau sumber secara konsisten,

terus-menerus, setiap hari dengan dilandasi pengetahuan, keterampilan

dan keinginan (Suryanto, 2000:10).

2. Unsur-unsur Pembentuk Kebiasaan Belajar

Kebiasaan belajar tidak sama dengan keterampilan belajar.

Kebiasaan belajar adalah perilaku seseorang mahasiswa untuk

bertindak dari waktu ke waktu dalam cara yang sama, sedangkan

keterampilan belajar adalah sistem, metode, atau tehnik yang telah

(38)

16

pada pokoknya ditujukan untuk mencapai tujuan khusus yang

menyangkut kebiasaan belajar mahasiswa.

Covey (1994:36) dalam uraiannya mengenai definisi kebiasaan

belajar menyatakan bahwa untuk menjadikan sesuatu menjadi

kebiasaan di dalam hidup kita, kita harus memiliki tiga hal. Ketiga hal

itu adalah pengetahuan, keterampilan, dan keinginan. Pengetahuan

adalah pradigma teoritis, apa yang yang harus dilakukan dan mengapa

itu dilakukan. Keterampilan adalah bagaimana melakukan kegiatan

(belajar). Keinginan adalah motivasi, hasrat/kemauan untuk

melakukan kegiatan itu.

Dalam kegiatan belajar, mahasiswa harus menyadari mengapa

dia belajar dan apa saja yang harus dilakukan. Hal ini merupakan

dasar untuk segala tindakan belajar, sehingga dia dapat

mempertanggungjawabkan tindakannya tersebut. Dengan kata lain,

kegiatan belajar itu dilakukannya untuk mencapai tujuan tertentu yang

dia sadari sepenuhnya.

Keterampilan belajar sebagai salah satu unsur yang harus ada

untuk membentuk kebiasaan belajar, merupakan hal penting yang

harus dikuasai oleh mahasiswa. Bagaimana melaksanakan kegiatan

belajar yang baik atau cara belajar yang bagaimana yang sebaiknya

dilakukan oleh mahasiswa, haruslah benar-benar di mengerti oleh

(39)

17

Keterampilan belajar adalah cara bagaimana melaksanakan

kegiatan belajar. The Liang Gie (1994) yang dikutip oleh Suryanto

(2000:11) menyatakan keterampilan belajar itu dibedakan menjadi

beberapa kelompok. Pertama, keterampilan pokok yang mencakup keterampilan membaca buku, menulis karangan dan mempergunakan

bahasa. Kedua, keterampilan akademik yang mencakup keterampilan-keterampilan mengikuti kuliah, mencatat bacaan,

memakai perpustakaan dan keterampilan menempuh ujian. Ketiga,

keterampilan pendukung yang mencakup keterampilan melakukan konsentarsi, menghafal pelajaran, mengelola waktu studi dan

keterampilan mengatur diri.

a. Keterampilan Pokok

1) Membaca

Keterampilan membaca mutlak harus dikuasai

mahasiswa bila ingin sukses dalam belajar. Keterampilan

membaca pada intinya adalah keterampilan menangkap isi

gagasan dari bacaan secara efektif dan efisien.

2) Menulis

Keterampilan menulis juga mutlak harus dikuasai

oleh mahasiswa bila ingin sukses dalam belajar.

Keterampilan menulis pada intinya adalah keterampilan

menuangkan ide/gagasan, pikiran mengenai sesuatu hal

(40)

18 3) Berbahasa

Keterampilan menggunakan bahasa, cepat atau

lambat harus segera dikuasai oleh mahasiswa. Dalam

kegiatan belajarnya mahasiswa harus terampil berbahasa

baik secara lisan maupun tertulis. Semakin tinggi tingkat

pendidikannya mahasiswa harus semakin dapat berbahasa

secara baik dan benar sesuai kaidah tata bahasa yang

berlaku.

b. Keterampilan Akademik

Dalam kegiatan belajar di kampus mahasiswa dituntut juga

memiliki berbagai keterampilan belajar.

1) Keterampilan mengikuti kuliah

Di kampus mahasiswa dituntut untuk mengikuti

seluruh kegiatan akademik dari awal sampai akhir. Hal ini

juga menuntut mahasiswa untuk mengikuti pelajaran di

kelas. Dalam mengikuti pelajaran di kelas mahasiswa tidak

hanya datang, duduk, diam mendengarkan dosen lalu

pulang. Dalam mengikuti pelajaran di kelas mahasiswa

dituntut untuk terampil mendengarkan dosen mengajar,

bertanya jawab tentang pelajaran yang dibahas, dan

membuat catatan-catatan materi pelajaran yang dibahas.

Dengan kata lain, selama proses belajar di kelas

(41)

19

2) Keterampilan mencatat bacaan

Dalam proses belajar, mahasiswa akan selalu

berjuang dengan kegiatan membaca, baik itu membaca

buku pelajaran yang diwajibkan maupun buku-buku

penunjang lainnya. Mahasiswa dituntut untuk banyak

membaca buku. Supaya hasil dalam kegiatan membacanya

kelihatan, maka mahasiswa harus memiliki keterampilan

mengambil hal-hal penting dari bacaan yang dibacanya

dan mencatatnya dalam buku catatan khusus. Dengan kata

lain, mahasiswa dituntut memiliki keterampilan membuat

catatan dari bacaan-bacaan yang ia baca.

3) Keterampilan memakai perpustakaan

Tidak semua mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan

buku-buku pelajaran yang dapat dipakai untuk

memperkaya pengetahuannya. Untuk itu, kampus

menyediakan fasilitas perpustakaan yang dapat digunakan

mahasiswa untuk mendapatkan sumber-sumber bacaan

dengan mudah. Dalam memanfaatkan fasilitas

perpustakaan para mahasiswa juga dituntut memiliki

keterampilan untuk memahami ketentuan-ketentuan

pelayanan perpustakaan. Hal ini dimaksudkan supaya

mahasiswa dapat memanfaatkan fasilitas perpustakaan

(42)

20

4) Keterampilan menempuh ujian

Setelah mahasiswa mempelajari bahan pelajaran

selama periode waktu tertentu (satu bab, satu catur wulan,

satu semester atau satu tahun) untuk mengetahui hasil

belajarnya diadakan tes atau ujian. Tes atau ujian tersebut

dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh mahasiswa

menguasai ilmu yang telah dipelajarinya (Thabrany,

1997). Untuk menempuh ujian, mahasiswa dituntut

memiliki keterampilan khusus dalam meghadapinya, baik

dalam mengatur kegiatan persiapan, ketika menempuh

ujian, seperti menyiasati soal-soal ujian, maupun dalam

menyikapi hasilnya.

c. Keterampilan Pendukung

1) Keterampilan melakukan konsentarsi

Dalam melaksanakan kegiatan belajar, mahasiswa

mengadakan berbagai persiapan. Persiapan yang penting

antara lain adalah pemusatan perhatian terhadap hal yang

akan dipelajari. Mahasiswa harus dapat berkonsentrasi

dengan baik. Tanpa mampu melakukan konsentrasi yang

baik dapat dipastikan bahwa mahasiswa tidak akan

memperoleh hasil belajar yang maksimal. Memang tidak

dipungkiri ada banyak hal yang dapat menggangu

(43)

21

baik itu yang berasal dari dalam diri maupun dari luar diri.

Untuk itu mahasiswa harus selalu melatih dirinya supaya

terampil melakukan konsentrasi pada waktu belajar.

2) Keterampilan menghafal pelajaran

Dibangku kuliah ada banyak pelajaran yang harus

dipelajari. Menyadari keterbatasan daya ingat yang

dimiliki mahasiswa, maka mahasiswa perlu melatih diri

untuk mempertajam daya ingatnya, sehingga apa yang

dipelajarinya dapat benar-benar dipahami dan tidak mudah

dilupakan. Untuk hal itu, mahasiswa setiap hari harus

berusaha menghafalkan pelajaran yang dipelajarinya.

Mahasiswa diharapkan benar-benar terampil untuk

menghafalkan pelajaran. Mahasiswa tidak hanya sekedar

menghafal dengan menguang-ulang apa yang dipelajarinya

begitu saja, tetapi supaya hafalan itu dapat menetap lama

dalam ingatan dan dapat dengan mudah dipanggil kembali

waktu akan digunakan. Mahasiswa perlu melatih diri

untuk menghafal bahan pelajaran secara sistematis dengan

menyertakan seluruh indera. Jadi, mahasiswa harus

terampil menghafal dengan pandangan mata, melalui

pendengaran telinga, melalui gerak mulut, dan juga

(44)

22

3) Keterampilan mengelola waktu

Mahasiswa harus terampil mengelola waktu yang

digunakan dalam studinya. Mahasiswa harus dapat

menentukan kegiatan mana yang lebih penting dan

mendesak untuk mendapat prioritas segera dilaksanakan

dalam kegiatan belajar. Tugas-tugas kecil maupun besar

yang menyangkut studi harus segera diselesaikan dan tidak

sampai ditunda-tunda penyelesaiannya apabila mahasiswa

ingin sukses dalam studi.

4) Keterampilan mengatur diri

Agar dapat berhasil dalam studi selain harus terampil

mengatur waktu studi, hal yang tidak kalah pentingnya

adalah mahasiswa harus dapat mengatur dirinya. Menurut

The Liang Gie (1995) mengatur diri berarti mendorong

diri sendiri untuk maju, mengatur semua unsur potensi

diri, mengendalikan kemauan untuk mencapai hal-hal

yang baik, dan mengembangkan berbagai segi dari

kehidupan pribadi agar lebih sempurna. Hal ini berarti,

mahasiswa harus terampil mendorong diri untuk belajar,

mengolah diri dengan mengatur pikiran, tenaga, waktu,

tempat, benda, dan hal-hal lainnya untuk belajar,

mengendalikan diri untuk mampu membina kedisiplinan,

(45)

benar-23

benar mampu mengerjakan apa yang seharusnya

dikerjakan dalam belajar, dan mengembangkan diri untuk

semakin lebih berhasil dalam studi.

3. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip-prinsip dalam belajar itu sekurang-kurangnya

menyangkut 4 hal yaitu keteraturan, disiplin, konsentrasi dan

pemakaian perpustakaan (The Liang Gie, 1979:49):

a. Keteraturan dalam Belajar

Pokok pangkal yang pertama dari cara belajar yang baik

ialah keteraturan. Hanya dengan belajar secara teratur seorang

mahasiswa akan memperoleh hasil yang baik. Prinsip ini

meliputi mengikuti kuliah secara teratur, membaca buku

pelajaran, menyusun catatan secara teratur, dan alat

perlengkapan untuk belajar disimpan dan disusun secara teratur.

Bila sifat keteraturan ini telah benar-benar dihayati akan menjadi

kebiasaan dalam belajarnya. Sifat ini akan mempengaruhi pula

jalan pikiran mahasiswa. Pikiran yang teratur merupakan model

bagi seseorang dalam menutut ilmu, karena ilmu adalah hasil

dari proses pemikiran yang dilakukan secara sistematis.

b. Disiplin Belajar

Dengan jalan berdisiplin untuk melaksanakan

pedoman-pedoman yang baik di dalam usaha belajar, barulah seorang

(46)

24

bermalas-malasan, keinginan mencari gampangnya saja,

keenggan untuk bersusah payah memusatkan pikiran, kebiasaan

untuk melamun dan gangguan-gangguan lainnya selalu

menghinggapi kebanyakan mahasiswa. Gangguan itu hanya bisa

diatasi kalau seorang mahasiswa mempunyai disiplin. Disiplin

akan menciptakan kemauan untuk belajar secara teratur.

c. Konsentrasi

Setiap mahasiswa dalam menuntut ilmu harus melakukan

konsentrasi dalam belajarnya. Tanpa konsentarsi tak mungkin ia

berhasil menguasai pelajarannya. Dalam belajar konsentrasi

adalah pemusatan pikiran terhadap suatu mata pelajaran dengan

mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan

dengan pelajaran tersebut.

d. Pemakaian Perpustakaan

Tidak ada belajar yang dapat dilaksanakan tanpa bacaan.

Dan gudang bacaan adalah perpustakaan. Setiap mahasiswa

harus setia mengunjungi perpustakaan agar dapat membantu

usaha belajarnya. Dangan menjadi pengunjung perpustakaan

yang setia dan dapat mempergunakan perpustakaan itu dengan

tangkas dan baik, pastilah seseorang mahasiswa akan betul-betul

(47)

25 B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari

kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat

tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat

dirasakan/mendesak (Sardiman, 2008:73)

Motivasi juga akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan

energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan

persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi untuk kemudian

bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini didorong karena adanya

tujuan, kebutuhan dan keinginan (Sardiman, 2008:74)

Motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi

motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan

belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak

di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat

(48)

26

gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar (Sardiman,

2008:75).

2. Teori Motivasi

Memberikan motivasi kepada siswa, berarti menggerakkan

siswa untuk melakukan sesuatu atau ingin melakukan sesuatu. Pada

tahap awalnya akan menyebabkan si subjek belajar merasa ada

kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar (Sardiman,

2008:77).

Teori tentang motivasi ini lahir dan awal perkembangannya ada

di kalangan para psikolog. Menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa

dalam motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada

tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada

beberapa teori tantang motivasi yang selalu bergayut dengan soal

kebutuhan, yaitu (Sardiman, 2008:80) :

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk

istirahat, dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas

dari rasa takut dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta dan kasih, yakni kasih, rasa diterima

dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, dan

(49)

27

d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni

mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam

bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.

Dengan istilah lain, kebutuhan untuk berusaha ke arah

kemandirian dan aktualisasi diri. Sesuai dengan kebutuhan itu

Maslow menciptakan piramida hierarki kebutuhan yang lebih

[image:49.596.138.457.273.570.2]

lengkap yang dilukiskannya seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 Kebutuhan Manusia (Sardiman, 2008:81).

3. Ciri-ciri Motivasi

Motivasi yang ada dalam diri setiap orang memiliki ciri-ciri

sebagai berikut (Sardiman, 2008:83) :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

Under standing and knowledge (6)

Self actualization (5)

Self esteem (4)

Love and belonging (3)

Safety (2)

(50)

28

b. Ulet dalam menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik

mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah

dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk

orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik,

ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan

terhadap setiap tindak kriminal, amoral).

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah. 4. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Ada tiga fungsi motivasi yaitu (Sardiman, 2008:85) :

a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi.

b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak

dicapai.

c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan

(51)

29

dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat

bagi tujuan tersebut.

Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat

berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.

Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya

motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

(Sardiman, 2008:85) .

5. Macam-macam Motivasi

Macam-macam motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut

pandang, yaitu (Sardiman, 2008:86) :

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

1) Motif-motif bawaan : motif yang dibawa sejak lahir, jadi

motivasi itu ada tanpa dipelajari. Contohnya dorongan

untuk minum, dorongan untuk makan.

2) Motif-motif yang dipelajari : motif yang timbul karena

dipelajari. Contohnya dorongan untuk belajar suatu cabang

ilmu pengetahuan.

b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan Marquis

1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi kebutuhan untuk

minum, makan, bernapas.

2) Motif-motif darurat, meliputi dorongan untuk

(52)

30

3) Motif-motif objektif, meliputi kebutuhan untuk melakukan

eksplorasi, untuk menaruh minat.

c. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

1) Motivasi intrinsik : motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena

dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk

melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang senang

membaca, tidak ada yang menyuruh, ia sudah rajin

mencari buku-buku untuk dibacanya. Dilihat dari segi

tujuan kegiatan yang dilakukannya, maka yang dimaksud

motivasi instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang

terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai

contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar,

karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau

keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara

konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain.

2) Motivasi ekstrinsik: motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai

contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya

akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik

sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya. Jadi,

yang penting bukan karena belajar ingin mengetahui

(53)

31

mendapat hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan

kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung

bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.

C. Lingkungan Keluarga

1. Pengertian Lingkungan Keluarga

Nugroho (2003:2) mengungkapkan keluarga merupakan media

yang paling efektif dalam membudayakan disiplin, kerena ditinjau dari

segi waktu keluarga memperoleh lebih banyak jam tatap muka

bersama anak dibandingkan dengan situasi sekolah, sehingga

kebersamaan dengan orang tua memungkinkan penanaman sikap dan

perilaku disiplin secara intensif. Kebersamaan lebih lama

memungkinkan orang tua mengadakan pengawasan dan memberikan

teladan atas sikap dan perilaku secara berkesinambungan (Lely

Sulestari, 2010:10).

Menurut Ngalim Purwanto (1995:79) dikatakan bahwa “pendidikan dalam keluarga adalah dasar dari pendidikan anak

selanjutnya”. Hasil-hasil pendidikan yang diperoleh anak dalam

keluarga menentukan pendidikan anak itu selajutnya, baik di sekolah

maupun di masyarakat. Keluarga merupakan institusi pendidikan

pertama yang diberikan pada anak dalam pembentukan pribadinya.

Keluarga merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Di

(54)

32

lingkungan serta kesadaran dari anak pertama kali dibentuk (Lely

Sulestari, 2010:10).

Pengertian lingkungan keluarga berasal dari dua kata, yaitu

lingkungan dan keluarga. Joe Kathena (Syamsu Yusuf, 2000) mengemukakan bahwa “lingkungan merupakan segala sesuatu yang

berada di luar individu yang meliputi fisik dan sosial budaya” (dalam

http://www.psychologymania.com/2013/04/pengertian-lingkungan-keluarga.html).

Vebrianto (Sadjaah, 2002) yang mengemukakan bahwa “keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat memiliki nuclear

family maupun extended family, yang secara nyata mendidik kepribadian seseorang dan mewariskan nilai-nilai budaya melalui

interaksi sesama anggota dalam mencapai tujuan”. Keluarga batih

(nuclear family )adalah keluarga terkecil yang terdiri atas ayah, ibu dan anak, sedangkan keluarga luas (extended family) adalah keluarga yang terdiri atas beberapa keluarga batih.

Sedangkan F. J. Brown (Syamsu Yusuf, 2000) mengemukakan

bahwa ditinjau dari sudut sosiologis, keluarga dapat diartikan menjadi

dua macam, yaitu:

a. Dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada

hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan

clan atau marga.

(55)

33

Menurut Sujarwohart (2010) dalam artikelnya Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kesatuan masyarakat”.

Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang laki-laki

dengan seorang wanita, kemudian hidup bersama dan menghasilkan

keturunan berupa anak.

Gunarsa (2009:5) mengatakan bahwa “lingkungan keluarga

merupakan lingkungan pertama yang mula-mula memberikan

pengaruh yang mendalam bagi anak”. Dari anggota-anggota

keluarganya (ayah, ibu dan saudara-saudaranya) anak memperoleh

segala kemampuan dasar, baik intelektual maupun sosial.

Pendapat lainnya tentang lingkungan keluarga yaitu menurut

Hasbullah (2008:38) yang mengatakan “Lingkungan keluarga

merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi anak,

karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapat didikan

dan bimbingan. Dan dikatakan sebagai lingkungan yang utama karena

sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga.”

Dari semua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikan pertama dan utama

bagi anak, yang mempengaruhi perkembangan kepribadian dan

intelektual anak terdiri dari ayah, ibu dan anak untuk mencapai tujuan

(56)

34

2. Faktor-Faktor dalam Lingkungan Keluarga

Menurut Abu Ahmat (1982:86) faktor-faktor dalam lingkungan

keluarga yang sangat mempengaruhi perkembangan anak dalam

belajar yang nantinya akan membentuk kedisiplinan siswa adalah

sebagai berikut (Lely Sulestari, 2010:10):

a. Status sosial ekonomi keluarga

Keadaan sosial ekonomi keluarga mempunyai peranan

penting terhadap perkembangan anak. Misalnya seorang anak

yang mempunyai orang tua yang tidak mampu. Orang tuanya

akan menghabiskan waktunya hanya untuk bekerja mencari

uang agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga tidak

dapat memantau anaknya. Dampaknya anak bisa melakukan

hal-hal yang dapat mengganggu kedisiplinan. Mulai dari

kedisiplinan belajar sampai kedisiplinan dalam melakukan

tugas-tugas rumah.

b. Faktor keutuhan keluarga

Dalam keluarga yang utuh dari ayah, ibu, dan anak yang

lengkap, harmonis maka hubungan interaksi dalam keluarga

akan mudah antara orang tua dan anak. Sehingga orang tua dapat

memantau dan memperhatikan anaknya sehingga anaknya

tersebut dapat bertingkah laku disiplin dan mematuhi peraturan

(57)

35

c. Sikap dan kebiasaan-kebiasaan orang tua

Sikap orang tua yang mau memperhatikan anaknya dan

membiasakan sikap-sikap yang dapat membentuk pribadi anak,

seperti tidak bersikap otoriter dan tidak memaksa anaknya untuk

mengikuti perintah-perintah orang tuanya, serta melakukan

pengawasan terhadap anak dalam segala tindakannya.

Menurut Slameto (1988:62) lingkungan keluarga akan memberi

pengaruh pada siswa berupa :

a. Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya

terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dan dipertegas oleh Drs.

Sutjipto Wirowidjojo dengan pernyataannya yang menyatakan

bahwa: keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan

utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan

dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan

dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

Melihat pernyataan diatas, dapatlah dipahami betapa pentingnya

peranan keluarga di dalam pendidikan anaknya. Cara orang tua

mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajarnya.

Orang tua yang kurang atau tidak memperhatikan

pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap

belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan

(58)

36

dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak

menyediakan atau melengkapi alat belajarnya, tidak

memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu

bagaimana kemajuaan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang

dialami dalam belajar dan lain-lain, dapat menyebabkan anak

tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya.

Anak atau siswa yang mengalami kesukaran-kesukaran

dalam belajar dapat ditolong dengan memberikan bimbingan

belajar yang sebaik-baiknya. Disini keterlibatan orang tua akan

sangat mempengaruhi keberhasilan bimbingan tersebut.

b. Relasi antar anggota keluarga

Relasi antar anggota keluarga terutama relasi anak dengan

orang tua dan relasi dengan anggota keluarga lain sangat penting

bagi keberhasilan belajar anak. Wujud relasi itu misalnya apakah

hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian,

ataukah diliputi dengan kebencian, sikap yang terlalu keras

ataukah sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya.

Relasi antar anggota keluarga ini erat hubungannya

dengan cara orang tua mendidik. Demi kelancaran keberhasilan

belajar anak, perlu diusahakan relasi yang baik dalam keluarga

anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang

(59)

37

dan bila perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar

anak.

c. Suasana rumah

Suasana rumah yang dimaksudkan adalah kejadian atau

situasi yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada

dan belajar. Suasana rumah yang gaduh atau ramai dan

semrawut tidak akan memberi ketenagan kepada anak yang

belajar. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi

cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga menyebabkan anak

menjadi bosan di rumah, suka keluar rumah, akibatnya

belajarnya kacau.

Agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan

suasana rumah yang tenang dan tenteram sehingga anak betah

dirumah dan dapat belajar dengan baik.

d. Keadaan ekonomi orang tua

Keadaan ekonomi anak erat kaitanya dengan belajar anak.

Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan

pokoknya misalnya makan, pakaian, perlindungan kesahatan dan

lain-lain juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang

belajar, meja, kursi, penerangan, alat-alat tulis, buku dan

lain-lain. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga

(60)

38

Pada kondisi ekonomi keluarga yang relatif kurang

menyebabkan orang tua tidak dapat memenuhi kebutuhan anak,

tetapi faktor kesulitan ekonomi dapat menjadi pendorong

keberhasilan anak.

Keadaan

Gambar

Gambar 2.1 Kebutuhan Manusia (Sardiman, 2008:81).
Tabel 2.1 Kegiatan Belajar (Buku Pedoman, 2009:11)
Tabel 2.2 Penilaian Hasil Belajar (Buku Pedoman, 2009:14)
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Belajar, Motivasi Belajar,
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa untuk kelancaran studi dan pembinaan yang lebih intensif Mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Univcrsitas Andalas maka perlu menunjuk

Sesungguhnya pasar saham pada masa 1870 dan 1900 sering didominasi oleh persaingan yang besar-besaran, perserikatan, merger anntara raja-raja dibidang rel

Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus

 Jumlah air yang dibutuhkan untuk membasahi keseluruhan luas permukaan agregat dipengaruhi oleh ukuran butir agregat, dimana hubungan antara luas permukaan agregat dengan ukuran

Pekerjaan lain yang tidak kalah pentingnya adalah sampling, yaitu pengambilan conto material yang sesedikit mungkin namun dapat mewakili material keseluruhan. Sampling

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sedikit memberikan gambaran kapada perusahaan mengenai tanggapan dari konsumen terhadap toko yang menggunakan iklan mural, sehingga

Hal ini sejalan dengan penelitian Casson (1999) dan Chami (2001) yang menyatakan bahwa keluarga pendiri perusahaan tidak memandang perusahaan sekedar sebagai satu aliran

Dalam merancang trolley ini, akan membuat trolley yang dapat menaiki dan menuruni anak tangga dengan harga yang terjangkau serta dimensi trolley yang tepat sesuai orang