EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PELATIHAN
SDM KEPERAWATAN
(Studi Kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan Tenaga Perawat
Hemodialisis Di RSKG Ny.R.A.Habibie Bandung Tahun 2002)
TESIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
Asep Sumpena, S.Pd NIM : 009742
^BNC
.<&J
W
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS
PEMBIMBING I,
PROF.DR.H.M.IDOCHI ANWAR, M.Pd
PEMBIMBING II,
DR.UDIN SYAEFUDIN SAUD, M.ED
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISETUJUI OLEH :
KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PROF.DR.H.TB.ABIN SYAMSUDDIN MAKMUN, MA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN
PELATIHAN SDM KEPERAWATAN
(Studi kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan tenaga Perawat Hemodialisis Di
RSKG Ny. RA. Habibie Bandung)
Oleh : Asep Sumpena
Dasar pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini ialah bahwa pelayanan kesehatan melalui jalur rumah sakit semakin dihadapkan pada tuntutan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Tenaga perawat merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang selalu ada pada setiap rumah sakit dan salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.
RSKG. Ny. RA Habibie saat ini memiliki 24 orang tenaga perawat dengan latar belakang pendidikan yang sangat bervariasi. Sebagian besar tenaga perawat tersebut (75%) adalah perawat yang memeiliki latar belakang Sekolah Akademi Perawat. Berdasarkan kondisi tersebut upaya perbaikan dan pengembangan tenaga perawat dilakukan. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar tenaga perawat yang ada dapat beradaptasi dengan perkembangan Iptek dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pekerjaannya, sehingga perkembangan pelayanan asuhan keperawatan sejalan dengan pelayanan kesehatan lainnya.
Salah satu upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan pelatihan. Agar suatu pelatihan efektif semua langkah kegiatan pelatihan harus merupakan suatu kegiatan yang terpadu sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Beberapa model sistem pelatihan mengisyaratkan bagaimana masing-masing kegiatan tersebut harus dikelola agar memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum adanya informasi apakah pelatihan yang dilaksanakan sudah efektif?
Hasil penelitian menunjukan bahwa belum seluruh tahap kegiatan pelatihan dapat mendukung terjadinya pelaksanaan pelatihan yang efektif. Hal-hal yang dapat
dikembangkan dan yang perlu mendapat perhatian yang serius adalah pada tahap
pengkajian kebutuhan pelatihan yaitu kegiatan pemilihan perawat sebagai peserta pelatihan, pengembangan kurikulum pada tahap perancangan program pelatihan, peningkatan kemampuan pelatih/pengajar dalam metodologi pengajaran dan evaluasi pasca pelatihan untuk melihat sejauh mana peningkatan kinerja individu
sesudah mengikuti pelatihan.
Hasil lain menunjukan bahwa organisasi yang mengelola kegiatan pelatihan sudah ada yaitu Bidang Diklat, tetapi fasilitas ruangan kelas yang memadai dan keberadaan tenaga Widyaiswara yang mampu berperan sebagai tenaga pendidik yang profesional dalam hal pembelajaran belum dimiliki. Maka sudah saatnya RSKG Ny. RA Habibie yang memilikinya, mengingat status rumah sakit tersebut sebagai Pusat Pendidikan Dialisis di Indonesia, tempat pendidikan tenaga kesehatan dan juga berperan sebagai Rumah Sakit Pusat Dialisis di Indonesia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
UCAPAN TERIMAKASIH iv
DAFTAR ISI viii
DAFTAR GAMBAR xi
ABSTRAK xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Masalah, Rumusan Masalah dan
Pertanyaan Penelitian 6
C. Tujuan Penelitian 8
D. Manfaat Penelitian 9
E. Paradigma Penelitian 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan
1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 18 2. Fungsi Dan Kegiatan Manajemen Sumber Daya
Manusia 22
3. Hubungan Pelatihan dan Pengembangan Dengan
Kegiatan Sumber Daya Manusia 23
B. Konsep pelatihan Dalam Manajemen SDM
1. Pengertian Pelatihan 26
2. Tujuan dan Manfaat Penelitian 30
3. Macam Program Pelatihan dan Pengembangan.... 34
4. Model Sistem Pelatihan 37
5. Pengelolaan Pelatihan 47
C. Konsep Efektivitas Pelatihan
1. Pengertian Efektivitas 48
2. Pelatihan yang Efektif 50
3. Evaluasi Pelatihan Sebagai Salah Satu Cara Untuk
Mengetahui Efektivitas Pelatihan 53
D. Tinjauan Studi Terdahulu Yang Relevan 59
E. Profil Rumah Sakit Ginjal Ny.RA.Habibie Bandung 61
BAB III PROSEDUR PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian 64
B. Lokasi Penelitian 66
C. Partisipan Penelitian 66
D. Data Yang Diperlukan 68
E. Teknik Pengumpulan Data 69
F. Pelaksanaan Penelitian 72
G. Analisa Data 74
H. Kepercayaan Temuan Penelitian 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hubungan Visi.Misi Dengan Tujuan Pelatihan 81 2. Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Merancang
Program Pelatihan 85
3. Rancangan Program Pelatihan Perawat RSKG 87 4. Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Perawat RSKG 89
5. Evaluasi Pelatihan Tenaga Perawat RSKG
Bandung 92
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Macam dan Tujuan Pelatihan Terkait Dengan Visi
Dan Misi RSKG Bandung 93
2. Kegiatan yang Dilakukan Dalam Merancang
Program Pelatihan 95
3. Rancangan Program Pelatihan Perawat RSKG 99
4. Pelaksanaan Pelatihan Perawat RSKG 107
5. Evaluasi Pelatihan Tenaga Perawat RSKG 112
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan 115
B. Implikasi 121
C. Rekomendasi 122
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir 15
2. Interaksi Antara Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan
Dengan Kegiatan SDM lainnya 25
3. Perbedaan Antara Pendidikan dan Pelatihan 29
4. Major Training and Development Program Availability
32
6. Model Sistem Pelatihan 38
7. Konsep Evaluasi Pelatihan 54
8. Komponen dan Indikator Evaluasi Pelatihan 58
9. Teknik Analisa Data 76
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan rumah sakit di Indonesia sebagai lembaga pemberi jasa dalam kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ( PJPT II ) banyak dipengaruhi oleh adanya dua kebijaksanaan penting, yaitu ; 1) kebijaksanaan
yang mengharuskan rumah sakit dapat dikelola secara mandiri mengikuti
kaidah-kaidah ekonomi, dan 2) kebijaksanaan tentang standar akreditasi rumah
sakit yang merupakan instrumen pengukur untuk mengetahui mutu kinerja pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit (Dir Jen Yan Med Dep kes Rl, 1993). Pembangunan kesehatan dalam pembangunan jangka panjang dua puluh lima tahun kedua (PJP II) sesuai amanat GBHN 1993 adalah terselenggaranya
pelayanan
kesehatan
yang makin
bermutu dan
merata
yang mampu
mewujudkan manusia yang tangguh, cerdas, sehat, dan produktif.
Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan tersebut diatas, sesuai dengan rencana pokok program pembangunan jangka panjang bidang kesehatan, diperlukan pengembangan tenaga kesehatan, dengan tujuan untuk
meningkatkan penyediaan jumlah dan mutu tenaga kesehatan yang mampu
Faktor yang berperan dalam mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah
faktor sumber daya manusia (SDM). Sebagai upaya penting peningkatan SDM
tenaga kesehatan, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes Rl secara umum
telah menetapkan tiga jalur sebagai berikut:
1. Pengembangan SDM Struktural Managerial ; Untuk pengembangan
tenaga-tenaga struktural baik sebagai Top Manager, Midle Manager atau Low
manager dilakukan melalui pelatihan atau pendidikan yang meliputi
keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan antar pribadi,
pengetahuan kepemimpinan, manajemen dan keorganisasian.
2. Pengembangan SDM Teknis Fungsional, tenaga-tenaga teknis fungsional seperti tenaga medis, para medis perawat, para medis non perawat dan non
medis perlu dikembangkan agar mampu beradaptasi terhadap segala perubahan akibat kemajuan pengetahuan dan teknologi serta mampu tetap berpegang pada etika profesi
3. Penelitian dan pengembangan yang bersifat terapan baik manajerial maupun teknis fungsional agar kemampuan tenaga rumah sakit bertambah untuk
mengatasi segala perkembangan yang cepat serta berdaya guna dalam bersaing dengan rumah sakit lain. (Dir Jen Yan Med Dep Kes Rl, 1993)
pendidikan, kursus, atau pelatihan baik yang dilaksanakan di luar negeri maupun
di lingkungan RSKG Ny RA Habibie sendiri.
Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan di RSKG Ny RA Habibie
dikoordinir oleh Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Bidang Diklat). RSKG Ny RA
Habibie merupakan pusat dan model rumah sakit pendidikan dan pelatihan
nasional atau center of excellent. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
melakukan suatu sistem agar terwujud pelatihan yang terpadu, berjenjang dan
berkelanjutan sehingga dapat diperoleh kegiatan pelatihan yang berkualitas
dalam pencapaian program termasuk program pelayanan perawatan di unit
pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan bagi penderita gagal ginjal terminal
(GGT) yang memerlukan tindakan cuci darah.
Dirasakan semakin meningkatnya penderita penyakit ginjal sekarang ini, di
Jawa Barat saja penderita yang harus menjalani cuci darah sebanyak 518
penderita sedangkan perawat hemodialisis yang memberikan pelayanan cuci
darah berjumlah 55 orang (1 : 9), padahal untuk memperoleh kwalitas
pelayanan yang baik menurut Dir Jen Yan Med Dep Kes Rl, perbandingan
perawat dengan penderita adalah 2 : 1 (masih kurang 204 perawat). Jadi masih
banyak perawat yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan cuci darah dalam
upaya memperoleh kwalitas perawatan hemodialisis sesuai dengan harapan.
Berdasarkan keadaan tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu asuhan
keperawatan sebagai salah satu upaya untuk pencapaian misi dan visi RSKG,
maka sebagai upaya perbaikan dan pengembangan tenaga keperawatan telah
pelatihan. Upaya tersebut dimaksudkan agar kemampuan tenaga perawat untuk
dapat beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang
keperawatan sejalan dengan kemampuan tenaga medis dan tenaga para medis
lainnya sebagai tenaga profesional dalam bidangnya masing-masing.
Pelatihan yang efektif apabila pelatihan dapat merealisasi berbagai tujuan yang ditetapkan dan dalam pelaksanaannya dapat beradaptasi dengan lingkungan serta membuat suasana yang menarik bagi peserta pelatihan. Agar
suatu palatihan efektif, semua langkah yang dikembangkan harus merupakan kegiatan yang terpadu.
Pada saat ini sudah 51 peserta yang telah mengikuti pelatihan di RSKG Ny RA Habibie dari seluruh rumah sakit di Indonesia yang memberikan pelayanan hemodialisis (Diklat RSKG , 2002). Masing-masing terdiri atas tenaga medis 48 orang dan teknisi 3 orang . Sebagian besar tenaga perawat tersebut yaitu 31
orang (60,78 %) memiliki latar belakang pendidikan Akademi Perawat (D III)
sedangkan sisanya atau 17 orang (33,33%) memiliki latar belakang pendidikan
SPK (Sekolah Perawat), sedangkan teknisi seluruhnya berasal dari latar
belakang pendidikan STM yaitu 3 orang (5,88 %).
Berdasarkan keadaan tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu asuhan
dimaksudkan agar kemampuan tenaga perawat untuk beradaptasi dengan
kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan sejalan
dengan kemampuan tenaga medis dan tenaga para medis lainnya sebagai
tenaga profesional dalam bidangnya masing-masing.
Dalam UUSPN No 2 tahun 1989 pasal I, dikatakan bahwa pendidikan
adalah upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.
Sedangkan kegiatan pelatihan pada hakikatnya adalah serangkaian aktivitas
yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman atau
perubahan sikap dan keterampilan agar karyawan dapat melaksanakan
pekerjaan saat ini dan saat mendatang dengan lebih baik (Simamora H, 1995 :
287). Sebagian besar program pelatihan dimaksudkan untuk menanggulangi
kekurangan-kekurangan kinerja, nampak dalam bentuk ketidak cocokan antara
perilaku aktual dan perilaku yang diinginkan. Jika seorang karyawan tidak
berprestasi pada level yang diharapkan atau terjadi penyimpangan pelaksanaan
program-program pelatihan diusulkan sebagai upaya pemecahan masalah.
Dalam suatu organisasi baik pemerintah maupun industri, pelatihan diperlukan
agar para pelaksana dapat membantu pimpinan mencapai maksud dan tujuan
instansi yang dipimpinnya. Dengan demikian pelatihan merupakan salah satu
sarana manajemen yang digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan agar kinerja individu dan organisasi meningkat (Jackson , 1997).
Pelatihan yang efektif apabila pelatihan dapat merealisasikan berbagai
lingkungan serta membuat suasana yang menarik bagi peserta pelatihan. Agar
suatu pelatihan efektif, semua langkah yang dikembangkan harus merupakan
kegiatan yang terpadu.Dari hasil studi pendahuluan diperoleh data bahwa belum pernah ada
informasi mengenai efektivitas pelatihan tenaga perawat hemodialisis yang telah
dilaksanakan di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung. Mengingat macam dan jumlah
peserta pelatihan tenaga perawat hemodialisis yang dilaksanakan di RSKGcukup banyak, maka hal ini menarik bagi peneliti untuk menelaah secara empiris
tentang " Efektivitas pelatihan tenaga perawat hemodialisis yang dilaksanakan di RSKG".
B. Fokus Masalah, Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Tema sentral penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga
perawat hemodialisis di rumah sakit. Esensi tema sentral tersebut adalah bagai
mana upaya meningkatkan kualitas profesionalisme / keahlian tenaga perawat
melalui pelatihan.Lembaga Administrasi Negara (1983 : 6) menggambarkan bahwa dalam
suatu model sistem pelatihan terdapat lima komponen kegitan dimana setiap
komponen saling berinteraksi satu sama lainnya. Kelima komponen tersebut
adalah ; (1) Pengkajian kebutuhan pelatihan, (2) perumusan tujuan pelatihan, (3)
Merancang program pelatihan, (4) Pelaksanaan program pelatihan, dan (5)
Kelima komponen ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap
efektivitas pelatihan secara keseluruhan dan masing-masing mengandung
permaslah tertentu. Penelitian ini akan memusatkan kajian kepada pelaksanaan
pelatihan
dengan
mengeksplorasi,
mengidentifikasi,
mendeskripsi,
dan
menganalisis kondisi
dari faktor-faktor
yang
mempengaruhi efektivitas
pelaksanaan pelatihan tersebut.
Dari hasil studi pendahuluan di lokasi penelitian dapat dirumuskan 5 masalah
pokok penelitian, yaitu :
1. Apakah macam dan tujuan pelatihan yang dilaksanakan terkait dengan visi
dan misi rumah sakit ?
2. Apakah kegiatan yang dilakukan dalam merancang program pelatihan
mendukung tersusunnya perencanaan pelatihan yang efektif ?
3. Bagaimana rancangan program pelatihan yang disusun dalam pelaksanaan
pelatihan dapat mendukung berkembangnya pelatihan yang efektif ?
4. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSKG Ny RA
Habibie Bandung ?
5. Bagaimana evaluasi pelatihan tenaga perawat RSKG Ny RA Habibie
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
u^^fti**
Secara umum tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran
empirik mengenai efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat
hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.
2. Tujuan KhususTujuan khusus penelitian ini ialah :
2.1.
Mengetahui hubungan antara macam dan tujuan pelatihan tenaga
perawat dengan visi dan misi RSKG Ny RA Habibie Bandung.
2.2.
Mengetahui kegiatan yang dilakukan sebelum merancang program
pelatihan yang meliputi : 1) Pengkajian kebutuhan pelatihan ; 2) Pola
penentuan macam dan tujuan pelatihan tenaga perawat RSKG Ny RA
Habibie Bandung ; 3) Pola pemilihan tenaga perawat RSKG Ny RA
Habibie yang menjadi peserta pelatihan.
2.3.
Mengetahui pola rancangan program pelatihan tenaga perawat yang
ditempuh di RSKG Ny RA Habibie Bandung
2.4.
Mengetahui pelaksanaan program pelatihan tenaga perawat di RSKG
Ny RA Habibie Bandung yang meliputi ; 1) Keadaan fasilitas, sarana
dan nara sumber pelatihan ; 2) Cara pelatih memberikan latihan /
mengajar ; 3) Kesesuaian antara pelaksanaan pelatihan dengan
rancangan program pelatihan ; 4) Masalah-masalah yang ditemui
dalam pelaksanaan pelatihan2.5. Mengetahui pelaksanaan evaluasi pelatihan tenaga perawat di RSKG Ny RA Habibie Bandung.
D. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dimamfaatkan sebagai:
1. Usaha untuk memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti tentang
bagaimana melaksanakan pelatihan yang efektif.
2. Masukan atau
umpan
balik bagi penyempurnaan
perencanaan dan
pelaksanaan pelatihan di lingkungan RSKG khususnya pelatihan tenaga
perawat
3. Acuan bagi pengembangan ilmu di bidang pelatihan tenaga kesehatan
khususnya tenaga keperawatan rumah sakit4. Bagi pengembangan studi / penelitian lanjut di bidang Administrasi
Pendidikan.
E. Paradigma Penelitian
Tujuan umum pembangunan kesehatan adalah mengusahakan kesempatan
yang lebih luas bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya dengan mengusahakan penyediaan pelayanan kesehatan
yang lebih luas dan merata. Pembangunan kesehatan melalui rumah sakit ini
mengutamakan layanan kesehatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah baik
di desa maupun di kota.
Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan mempunyai misi
Puskesmas melalui jalur rujukan harus mampu menyediakan
diharapkan masyarakat pada waktu ini dan kemudian hari. Dalam mek
misi tersebut setiap rumah sakit beroperasi dengan mengkombinasikan^ppl^^^
dayanya melalui cara yang paling efektif agar dapat menghasilkan suatu jasa
yang dapat memenuhi harapan masyarakat.
Sumber daya yang dimiliki oleh suatu rumah sakit dapat dikatagorikan
menjadi emapat tipe sumber daya yaitu : 1) Finansial; 2) Fisik ; 3 ) Manusia ; 4 )
kemampuan teknologi dan sistem.
Dari keempat tipe sumber daya tersebut sumber daya manusia (SDM)
merupakan sumber daya yang paling penting bagi organisasi (rumah sakit)
dalam memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Tenaga
perawat adalah salah satu jenis tenaga kerja yang selalu ada di setiap rumah
sakit, juga merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit.
Melalui
manajemen sumber daya manusia dilakukan suatu proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan kegiatan-kegiatan
sumber daya manusia
dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Randal
(1987 : 6), mengemukakan lima lima fungsi manajemen sumber daya manusia
yaitu : Perencanaan sumber daya manusia, staffing, penilaian dan imbalan,
perbaikan / pengembangan dan pembinaan. Pelatihan tenaga perawat yang
efektif merupakan salah satu upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan
kemampuan SDM rumah sakit.
Pelatihan merupakan sarana manajemen untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan para pegawai agar mereka meiliki keterampilan, pengetahuan,
mental dan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan organisasi. Agar suatu pelatihan efektif, maka semua lanmgkah kegiatan pelatihan yang dikembangkan harus merupakan suatu kegiatan yang terpadu, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.
Menurut lembaga Administrasi Negara (1983 : 6) dalam suatu model sistem
pelatihan terdapat lima komponen kegiatan yang saling berinterkasi satu sama
lainnya. Masing - masing komponen kegiatan merupakan suatu proses integral. Kelima komponen kegiatan dalam model sistem pelatihan tersebut adalah
pengkajian / penilaian kebutuhan pelatihan, penentuan tujuan pelatihan,
perancangan program pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan.
Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan tahap yang paling penting dalam
proses pelatihan. Dari hasil penilaian kebutuhan inilah seluruh proses harus
dirancang. Tahap ini merupakan fondasi bagi keseluruhan upaya-upaya
pelatihan. Dalam tahap ini dibutuhkan tiga tipe analisis yang akan menghasilkan
suatu keputusan mengenai kebutuhan pelatihan. Ketiga tipe analisis tersebut adalah :
1. Analisis Organisasional; Merupakan pemeriksaan jenis-jenis permasalahan
yang dialami organisasi dan pada unit-unit kerja mana permasalahan kinerja
karyawan tersebut berada.
Selanjutnya menetukan apakah
pelatihan
merupakan pemecahan masalah yang tepat terhadap permasalahan kinerja
tersebut. Hasil penilaian kebutuhan pelatihan juga dikaitkan dengan perencanaan strategik organisasi tersebut.
2. Analisis Operasional; Pada hakikatnya analisis ini menyangkut pertanyaan, apa yang harus diajarkan agar karyawan yang bersangkutan mampu
melakukan pekerjaan secara efektif. Hasil dari analisis ini adalah
diperolehnya informasi tentang : 1) Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan
oleh karyawan; 2) Tugas - tugas yang telah dilakukan saat ini ; 3) Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan tetapi belum dilakukan karyawan ; 4) Sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan
dengan baik.
3. Analisis Personalia ; Merupakan pemeriksaan seberapa baik seorang individu sebagai karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada kelompok karyawan mana saja kesenjangan antara kinerja aktual dan yang di inginkan terjadi. Dari hasil analisis personalia ini dapat diketahui karyawan yang mana yang membutuhkan pelatihan.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kebutuhan pelatihan dirumuskan
tujuan I sasaran program pelatihan. Sasaran ini memainkan peranan penting
baik dlam perancangan program pelatihan maupun pada tahap evaluasi.
Perancangan Program Pelatihan baru dapat dilakukan setelah adanya
keputusan pelatihan yang dibutuhkan oleh organisasi dan perumusan tujuan pelatihan yang harus dicapai. Suatu rancangan program pelatihan yang tepat akan menggambarkan secara lengkap hasil dari kegiatan penilaian kebutuhan
pelatihan dan penetapan tujuan / sasaran pelatihan. Dalam rancangan program
pelatihan ini disusun materi yang akan diberikan untuk mencapai tujuan
pelatihan yang ditetapkan. Penetapan teknik pelatihan dan aktivitas-aktivitas
pengalaman belajar harus relevan dengan hasil penilaian kebutuhan pelatihan
dan penetapan sasaran pelatihan.
Pemilihan nara sumber, rencana fasilitas, sarana dan dana serta rencana
evaluasi pelatihan merupakan komponen-komponen lain yang melengkapi
rancangan program pelatihan. Rancangan program pelatihan yang tepat dan
lengkap akan mendukung terciptanya pelatihan yang efektif.
Pelaksanaan Program Pelatihan pada hakikatnya adalah realisasi dari
rancangan
program pelatihan yang telah disusun sebelumnya.
Proses
pemberian instruksi, melatih, mengajar dan kegiatan lain dalam proses belajar
mengajar dianggap yang paling penting dalam proses pelaksanaan pelatihan.
Pelaksanaan pelatihan yang efektif adalah apabila proses pelatihan tersebut
dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan pelatihan yang ditetapkan.
Untuk melihat keberhasilan pelatihan tersebut dilakukan evaluasi baik
evaluasi internal (evaluasi terhadap input, proses dan out put) juga evaluasi
eksternal yaitu terhadap out come dan dampak. Paradigma penelitian tersebut
apabila divisualisasikan kedalam gambar dapat dilihat sebagai mana terlihat
pada Gambar 1
Pela> anan ;eseh, lan RS
£ • Perencanaan
Penilaian S Imbalan PemOnaan Peningkalan mutu lingkungan keqa keselamatan. dan kesehatan ke(|a Pengembangan Kac« Evaluasi Pelatihan Pelaksanaan Pelatihan
Visi & Misi
Pengkajian Kebutuhan Pelatihan Penetapan Sasaran Perencanaan Prog Pelatihan
Visi & Misi
Kerangka Pikir
Sumber : Diklat RSKG ( 2002 )
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat dijelaskan
bahwa efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG
NY RA Habibie Bandung selain dipengaruhi oleh proses pelaksanaan pelatihan
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang melandasinya seperti perumusan
kebutuhan pelatihan, penetapan sasaran dan tujuan pelatihan serta hal lain yang
melatar belakanginya yaitu visi, misi dan strategi yang dipegang para pucuk
Dari uraian tersebut, terakhir terlihat bahwa visi, misi dan strategi yang
dipedomani oleh para pimpinan rumah sakit dalam pengembangan sumber daya
manusia harus menjadi acuan yang paling fundamental bagi perumusan
kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM rumah sakit termasuk pelatihan para perawat.
Komponen-komponen rancangan program pelatihan tenaga perawat di
rumah sakit di rumuskan melalui kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan hingga
dapat ditetapkan unit kerja mana yang perlu dilatih, macam pelatihan yang
diperlukan dan siapa perawat yang akan menjadi peserta pelatihan. Hasil
kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan ini dipengaruhi oleh proses kegiatan
penilaian
kebutuhan
pelatihan
dan
keterampilan
petugas
yang
melaksanakannya, serta situasi dan kondisi yang mendukung / menghambat di
lingkungan RSKG Ny. RA. Habibie Bandung.
Dalam proses penetapan sasaran dan tujuan pelatihan, kegiatan dimulai
dengan pengidentifikasian tujuan / sasaran pelatihan, menetapkan tujuan /
sasaran yang ingin dicapai dan merumuskan kriteria dari sasaran / tujuan yang
harus dicapai. Dalam rangka mendukung tercapainya pelaksanaan pelatihan
yang efektif maka tujuan / sasaran pelatihan yang ditetapkan harus berorientasi
kepada
peningkatan
keahlian,
pengetahuan,
pengalaman,
sikap
dan
keterampilan tenaga perawat di RSKG NY RA Habibie agar karyawan dapat
melaksanakan pekerjaannya saat ini dan saat mendatang sesuai dengan visi
dan misi RSKG NY. RA. Habibie. Perumusan kriteria tujuan / sasaran yang ingin
dicapai diperlukan agar hasil pelatihan dapat dievaluasi.
Berdasarkan rumusan tujuan / sasaran pelatihan tersebut dapat
dikembangkan komponen berikutnya yaitu kurikulum pelatihan yang akan
diterapkan, materi apa yang perlu diberikan dan pemilihan metoda yang tepat
serta pemilihan nara sumber / pelatih disamping itu juga harus
segera
ditetapkan komponen lainnya seperti fasilitas, sarana dan dana yang dibutuhkan
disusun dalam rangka tercapainya tujuan pelatihan serta sesuai dengan kondisi
dan situasi yang dimiliki oleh RSKG Ny RA Habibie Bandung.
Faktor lainnya yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pelatihan
tenaga perawat di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung adalah tahap pelaksanaan
pelatihannya sendiri dan bagaimana cara monitoring pelatihan agar pelaksanaan
pelatihan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan
pelatihan supaya dapat tercapai.
Komponen rencana evaluasi, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
karena rencana evaluasi yang tepat, baik evaluasi internal (terhadap input,
proses, out put) ataupun evaluasi eksternal (terhadap out come, dampak) bila
dilaksanakan dapat memberikan umpan balik yang dibutuhkan dalam rangka
meningkatkan rencana program pelatihan berikutnya sehingga pelatihan yang
dilaksanakan dapat memberikan dampak yang positif selain bagi tenaga perawat
secara individu juga bagi rumah sakit.
Komponen-komponen yang dikembangkan diatas harus merupakan
suatu kegiatan yang terpadu sehingga setiap komponen merupakan bagian
integral dari suatu model sistem pelatihan.
•* A"—*••* p v. •*•
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metoda deskriptif analisis dengan
pendekatan kualitatif. Penggunaan metoda penelitian dengan pendekatan ini
disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan
menganalisa tentang efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat
hemodialisis di RSKG NY RA Habibie Bandung, sebagai salah satu upaya dalam
rangka peningkatan dan pengembangan tenaga perawat yang merupakan
sumber daya manusia di RSKG NY RA Habibie Bandung.
Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok
yang telah dikemukakan, tidak bermaksud untuk mengukur populasi secara
statistik kuantitatif. Dengan mendeskripsikan dan menganalisa data yang
diperoleh diharapkan dapat menemukan kecenderungan dan kemungkinan
berbagai pelaksanaan pelatihan tenaga perawat yang efektif, sehingga program
pelatihan merupakan solusi bagi masalah kinerja perawat yang disebabkan
kemampuan yang belum sesuai dengan harapan.
Bogdan dan Biklen (1990 : 27 - 30 ) serta Lincoln dan Guba (1985 : 34 - 44)
mengemukakan berbagai karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Penelitian kualitatif mempunyai latar alamiah atau natural setting; peneliti
mengumpulkan data dalam situasi lapangan secara wajar untuk memperoleh
gambaran yang sebenarnya, karena itu hanya peneliti sendiri yang dapat
memaknai, memahami dan merasakan situasi yang sebenarnya serta dapat
menyelami nilai yang terkandung dari ucapan, ungkapan dan situasi yang
ada.
2. Dalam penelitian ini manusia sebagai alat atau instrumen penelitian
3. Analisa data secara induktif ; yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data
yang dijumpai di lapangan.
4. Pemberian makna (meaning) merupakan sasaran utama untuk memahami
situasi
5. Laporan bersifat deskriptif ; data umumnya bersifat kualitatif yang kaya
tentang apa yang di teliti. Meskipun diperoleh data kuantitatif seperti angka
-angka, namun perlu diinterpretasikan secara kualitatif yaitu nilai yang
terkandung dalam angka - angka tersebut.
6. Lebih mementingkan proses dari pada hasil
7. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian
8. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
9. Desain yang bersifat sementara
10. Hasil penelitian diundangkan dan disepakati bersama.
Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan diatas, maka
untuk penelitian ini peneliti sebaliknya secara langsung berhubungan dengan
sumber data untuk melakukan pengamatan sambil berpartisipasi, dengan
metoda tersebut akan dapat menghasilkan data yang lebih mendalam, lebih
banyak dan lebih terinci, seperti yang dikemukakan oleh M.Q Patton (Nasution
1996 : 60) bahwa : " Participant observation is the most comprehensive of all
types of research strategies. "
Penelitian kualitatif harus terhindar dari pengaruh bias pribadi terhadap objek
penelitian. Untuk itu perlu disusun catatan rinci tentang informasi yang diperoleh
dari lapangan secara lengkap dan akurat, karena hal ini sangat penting untuk
langkah analisa berikutnya.
B. Lokasi Penelitian
Seperti dijelaskan pada Bab I bahwa penelitian ini akan meneliti tentang
efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung. Adapun lokasi penelitian berada di RSKG Ny RA Habibie
meliputi unit - unit kerja yang ada keterkaitannya dengan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pelatihan tenaga perawat meliputi:
1. Bidang Pendidikan dan Pelatihan RSKG
2. Bidang Perawatan RSKG
C. Partisipan Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak ada pengertian populasi (Nasution 1996 : 29).
Sampel dalam penelitian kualitatif ditafsirkan sebagai aspek dari suatu peristiwa dari siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu, sehingga teknik
sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pada
penelitian kuantitatif sampel dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan
untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili ciri-ciri
suatu populasi.
Pada penelitian kualitatif, menurut Lincoln dan Guba (Lexy J. Moleong, 1997 :
165) peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri. Selain itu dalam
penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik dan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.
Sampel diambil secara purposive (bertujuan), yaitu pengambilan subyek
sebagai sampel penelitian yang didasarkan kepada adanya tujuan tertentu.
Teknik sampling tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ( Lexy J. Moleong
1997: 165-166):
1. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu
2. Pemilihan sampel secara berurutan, teknik "Snowball Sampling" yaitu
responden diminta menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi
dan selanjutnya responden berikutnya diminta pula menunjuk yang lainnya
dan seterusnya
3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya setiap sampel dapat
sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang masuk
dan makin mengembangkan hipotesis kerja, sampel dipilih atas dasar fokus
penelitian4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika tidak ada lagi
informasi yang dapat dijaring maka penarikan sampel harus sudah
dihentikan.
Sampel penelitian ini merupakan sumber data yang memiliki berbagai
karakteristik, unsur, nilai yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan
pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.
Dengan demikian sampel tersebut adalah Staf Bidang Pendidikan dan Pelatihan
sebagai pengelola program pelatihan, Staf Bidang Perawatan, perawat sebagai
peserta / alumnus peserta pelatihan , pelatih / instruktur, kepala ruangan
sebagai atasan langsung.
D. Data yang Diperlukan
Berdasarkan pokok permasalahan telah dikemukakan pada bagian
pendahuluan maka data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Informasi mengenai RSKG Ny RA Habibie Bandung yang meliputi:
a. Struktur organisasi
b. Tata kerja RSKG Ny RA Habibie Bandung
c. Visi dan misi serta strategi pengembangan SDM Khususnya tenaga
perawat
2. Kegiatan yang dilakukan sebelum menyusun rancangan program pelatihan
yang meliputi:
a. Pengkajian kebutuhan pelatihan
b. Cara menentukan macam dan tujuan pelatihan
c. Perawat yang akan dilatih
3. Rancangan program pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA
Habibie Bandung meliputi:
a. Cara menyusun rancangan program pelatihan
b. Komponen yang ada dalam rancangan program pelatihan
4. Pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSKG Ny RA Habibie Bandung.
Data tersebut terdiri dari:
a. Fasilitas, pelatih, peserta dan kurikulum pelatihan
b. Pemberian instruksi / melatih / mengajar
c. Masalah - masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan
5. Evaluasi Pelatihan, data ini terdiri dari :
a. Siapa yang melaksanakan
b. Apa instrumen evaluasi
c. Bagaimana hasil evaluasi (Internal dan eksternal).
E. Teknik pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti langsung terjun
kelapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan
berkenaan dengan pelatihan tenaga perawat, agar dapat memahami kenyataan
yang terjadi di lapangan sesuai konteksnya .
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi berbagai bentuk / cara yaitu :
1. Pengamatan (observasi)
2. Wawancara
3. Studi Dokumentasi.
Ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan dengan harapan dapat
saling melengkapi sehingga dapat diperoleh informasi yang diperlukan. Data
yang diperoleh diklasifikasikan menjadi data primer dan sekunder. Data primer didapat melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder didapat
melalui studi dokumentasi.
1. Observasi ( Pengamatan )
Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat
bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Makna yang diperoleh dalam setiap pengamatan, harus selalu
kita kaitkan dua hal yakni informasi ( misalnya apa yang terjadi) dan konteks 9
hal - hal yang berkaitan disekitarnya ), karena segala sesuatu terjadi dalam
dimensi waktu dan tempat tertentu. Informasi yang dilepas dari konteksnya akan
kehilangan makna.
Menurut Nasution (1996 : 61) partisipasi pengamat dalam melakukan
observasi dapat dilakukan dalam berbagai tingkat yaitu ; parisipasi nihil, sedang,
aktif dan partisipasi penuh. Dalam penelitian ini posisi peneliti berada pada
partisipasi aktif dan penuh. Hal ini dimungkinkan mengingat tempat penelitian adalah lingkungan kerja peneliti sendiri. Selanjutnya dikemukakan bahwa pengamatan dengan partisipasi penuh mempunyai keuntungan yaitu peranannya
sebagai peneliti tersamar bagi orang yang diselidikinya, sehingga dapat
mengetahui seluk beluk dan rahasia kelompok.
Teknik observasi (Pengamatan) digunakan
untuk
mengamati
secara
langsung proses belajar mengajar dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan,
sarana, dan fasilitas pelatihan, keterampilan perawat dalam melaksanakan
tugasnya setelah pelatihan.
2. Wawancara
Teknik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi
yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti khususnya untuk
memperoleh data mengenai proses merancang program pelatihan dan data
mengenai perubahan kinerja perawat setelah mengikuti pelatihan. Wawancara
dilakukan dengan kepala Bidang / staf Diklat, Kepala Bidang Perawatan, Para
perawat peserta pelatihan dan para perawat yang pernah mengikuti pelatihan.
3. Studi Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang
komponen-komponen yang ada dalam rancangan program pelatihan tenaga
perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung, dan hasil evaluasi
pelatihan tenaga perawat RSKG yang pernah dilakukan, baik evaluasi internal
maupun eksternal, serta data-data lain yang ada kaitannya dengan kegiatan
pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.
F. Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang akan dilalui yaitu :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
3. Tahap Penyusunan laporan
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, langkah pertama yang dilakukan adalah pemahaman literatur yang berhubungan dengan pelatihan dan pengembangan SDM. Peneliti
mencoba mengumpulkan data - data mengenai upaya - upaya pengembangan
SDM diRSKG Ny RA Habibie Bandung dan beberapa permasalahannya melalui
studi pendahuluan.Langkah berikutnya peneliti mencoba mendeskripsikannya dalam desain
penelitian untuk diajukan kepada pengelola seminar di PPS UPI Bandung.
Seminar diadakan pada tanggal 16 Januari 2002 bertempat di salah satu ruang
PPS UPI Bandung dibawah arahan Bapak Prof. Dr. H. Abin Syamsudin Makmun
MA; Bapak Prof.Dr.H.Bambang Suwarno.M.A ; Bapak Prof. Dr. H. M. Idochi Anwar, M.Pd. Dari hasil seminar didapat banyak masukan-masukan. Langkah selanjutnya adalah memproses surat perijinan sesuai prosedur yang berlaku.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti berusaha memperoleh informasi tentang latar
penelitian secara tepat. Untuk itu dijalin hubungan, baik secara formal maupun
informal dengan responden yang akan dimintai keterangan. Fleksibilitas dan
adaptibilitas sangat perlu dipertahankan agar proses pengumpulan data dan
pelaksanaannya berjalan lancar.
Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya
ialah bahwa segala sesuatu belum punya bentuk yang pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedure penelitian, data yang akan dikumpulkan, bahkan hasil yang
diharapkan semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.
Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian kualitatif karena
memiliki ciri -ciri sebagai berikut (Nasution, 1996 : 55-56)
a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap aspek keadaan dan
dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus
c. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan, dan hanya manusia sebagai
instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya.
d. Untuk memahami suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, perlu
merasakannya, menelaminya, berdasarkan penghayatan kita
e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang
diperolehnya
f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan
berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera
menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan,
perubahan, perbaikan atau penolakan.
g. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang
diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain bahkan yang
bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat
pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan triangulasi yaitu mengecek kebenaran
data untuk menghindari subyektivitas dengan cara menanyakan data yang sama
dari sumber lain dengan menggunakan metode yang sama atau berbeda
(Nasution, 1996 : 10). Selain tiu dilakukan juga member check untuk
mengkonfirmasikan kebernaran catatan lapangan yang telah dianalisis pada
sumber datanya. Kemudian mendeskripsikan dan menganalisis data lapangan
dengan merujuk kajian teoritis untuk menghasilkan temuan penelitian.
3. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini disusun laporan penelitian secara sistematis dalam bentuk
tesis yang akan dipertanggung jawabkan secara ilmiah dalam progres report,
ujian tahap I dan ujian tahap II
G. Analisa Data
Analisa data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data kedalam
pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan
dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh ( Lexy J.Moleong,
1997 : 103 ). Sedangkan ( Bogdan dan Biklen 1990 : 189 ) mengemukakan
bahwa analisa data merupakan proses mencari dan mengatur se
transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain\Y_,,
_.ita^-dihimpun untuk menambah pemahaman mengenai bahan-bahan^jti
melaporkan yang telah ditemukan kepada pihak lain. Dari pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah pengorganisasian data,
mengurutkan data dan membentuknya kedalam pola, kategori dan uraian dasar
untuk pemberian makna dan pemahaman.
Analisa data dilakukan pada waktu peneliti masih berada dilapangan dan
setelah proses pengumpulan data yaitu peneliti meninggalkan kancah lapangan.
Pada saat penelitian dilakukan, analisa data dilakukan dengan cara merekam
data lapangan, melakukan member check kepada sampel penelitian, melakukan
triangulasi, dan melakukan penyempurnaan analisis, kemudian menyusun
kecenderungan - kecenderungan yang timbul sesuai dengan proses dan jenis
data yang didapatkan untuk menangkap makna yang terkandung didalamnya.
Analisa data setelah peneliti meninggalkan kancah lapangan dilakukan
dengan mereduksi data dan menunjukan data sehingga hubungan data akan
terlihat dan membentuk kesatuan yang utuh serta dapat ditarik kesimpulan.
Bila tahapan-tahapan penelitian tersebut dikaitkan dengan teknik analisa
data , akan tampak seperti pada Gambar 9
'e&
f
Dokumentasi
Observasi
Sumber: Peneliti
Teknik Analisa Data
Studi Pendahuluan
Wawancara
Penyusunan Desain
Seminar Desain
I
Pengumpulan Data
-A
Observasi
Triangulasi dan
Member check
T
Dokumentasi Wawancara Angket
Pengelompokan Data Klasifikasi, dan Analisis
Reduksi Data
i
Makna
Gambar 9
Konsep Teori
Konsep, Teori
F. Kepercayaan Temuan Penelitian
Untuk Menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.(Lexy J. Moleong, 1997 : 173) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif ada
empat kriteria yang digunakan yaitu : derajat kepercayaan (credibility / validitas internal), keteralihan (transferability / validitas eksternal), kebergantungan
(dependability / reliabilitas), dan kepastian (confirmability / obyektivitas).
Penerapan kriteria derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya
menggantikan konsep validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Validitas
membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang
sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang
diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada / terjadi.
Dalam penelitian kualitatif validitas internal (kredibilitas) menggambarkan konsep
peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan (Nasution, 1996 : 105).
Menurut (Lexy J. Moleong, 1997 : 175) agar penelitian memenuhi kredibilitas
harus memenuhi kriteria tertentu yaitu :
1) Perpanjangan keikut sertaan
2) Ketekunan pengamat
3) Triangulasi
4) Pengecekan sejawat
5) Kecukupan referensi
6) Kajian kasus negatif
7) Pengecekan anggota.
Dalam penelitian ini perpanjangan keikut sertaan sangat dimungkinkan
karena lokasi penelitian berada di lingkungan tempat peneliti bekerja. Selain itu
peneliti akan mencoba melakukan triangulasi, pengecekan anggota, dan kecukupan referensi agar penelitian memenuhi kriteria kredibilitas.
Validitas ekstemal (transferablity) berkenaan dengan tingkat generalisasi
yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi
kasus-kasus lain diluar penelitian. Dalam penelitian ini agar memenuhi kriteria validitas
eksternal / transferability peneliti mencoba melakukannya dengan cara "uraian
rinci", yaitu melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya dilakukan seteliti
dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian
diselenggarakan . Laporan mengacu kepada fokus penelitian, uraiannya akan
mengungkapkan segala sesuatu sehingga pembaca dapat memahami
penemuan - penemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri merupakan
penafsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam
pertanggung jawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.
Kebergantungan (dependability) merupakan substitusi istilah reliabilitas
dalam penelitian kuantitatif (Lexy J.Moleong, 1997 : 174), pada penelitian
kuantitatif, reliabilitas ditunjukan dengan jalan mengadakan replikasi studi,
reliabilitas suatu penelitian tercapai jika diadakan beberapa kali pengulangan
suatu studi dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama.
Reliabilitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :
1) Status dan kedudukan peneliti
2) Pilihan informan
3) Situasi dan kondisi sosial
4) Definisi konsep
5) Metode pengumpulan dan analisis data
Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian ini diusahakan :
1) Memberikan uraian deskriptif yang kongkrit, catatan ucapan dan percakapan
verbatin
2) Meminta bantuan teman yang berada dilokasi lapangan untuk mendiskusikan
dan membandingkan sehingga terjadi kesesuaian
3) Pencatatan informasi rekaman (tape recorder) sehingga dapat ditangkap
informasi dengan lengkap dan cermat
4) Meminta kritik dari teman sejawat dengan membaca laporan hasil penelitian.
Kriteria kepastian (confirmability berasal dari konsep " obyektifitas) menurut
penelitian kuantitatif. Obyektifitas dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan
ciri-ciri data. Dapatkah data tersebut dipastikan ?
BABV
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab - bab terdahulu, maka berikut ini kesimpulan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Macam dam tujuan pelatihan yang direncanakan dan dilaksanakan memiliki relevansi dengan visi dan misi rumah sakit yaitu menjadi model
rumah sakit pendidikan nasional , visi dan misi rumah sakit dijadikan
acuan oleh bidang perawatan.
Macam dan tujuan pelatihan yang ditetapkan dapat mendukung
tersusunnya rencana pelatihan yang efektif karena sesuai dengan
kebutuhan RSKG Ny RA Habibie dan program perbaikan serta
pengembangan tenaga perawat, tetapi dalam peserta pelatihan belum
seluruhnya tepat karena tidak seluruhnya didasarkan pada pengukuran
kesenjangan kinerja, sehingga perawat yang tidak membutuhkan
pelatihan ada kemungkinan terpilih menjadi peserta pelatihan.
2. Sebelum menyusun program rancangan pelatihan, bidang perawatan
RSKG melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan. Kegiatan ini dilakukan
sebelum tahun anggaran berjalan, karena hasilnya merupakan usulan
rencana pelatihan yang dibutuhkan oleh tenaga perawat RSKG Ny RA
Habibie. Pelatihan apa yang diperlukan unit kerja mana yang membutuhkan adalah isi dari rencana pelatihan yang diusulkan oleh
bidang perawatan ke bidang diklat. Kegiatan pengkajian kebutuhan
pelatihan yang dilakukan bidang perawatan merupakan langkah yang
sangat penting yang
perlu dilakukan secara tepat dan benar karena
hasilnya akan mendukung terhadap tersusunnya sebuah rancangan program yang efektif.
Pola perumusan macam dan tujuan pelatihan yang telah dilaksanakan oleh bidang perawatan RSKG Ny RA Habibie Bandung, telah dapat memberikan informasi mengenai macam pelatihan yang dibutuhkan, unit
keja yang membutuhkan dan tujuan yang diharapkan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung tersusunnya suatu rancangan
program pelatihan yang efektif. Walaupun demikian perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai kebutuhan pelatihan yang didasarkan
pada analisis visi RSKG sebagai rumah sakit dalam bidang hemodialisis,
agar macam pelatihan yang dirumuskan seluruhnya dapat mendukung
tercapainya tujuan organisasi.
Bila melihat kriteria yang digunakan oleh kepala ruangan sebagai atasan
langsung perawat pelaksana dalam memilih calon peserta pelatihan yang
akan diusulkan kepada bidang perawatan, belum nampak suatu kriteria
yang menggambarkan bahwa peserta pelatihan tersebut memiliki
kesenjangan kinerja yang dapat diisi melalui pelatihan. Kesempatan
mengikuti pelatihan bagi tenaga perawat lebih dianggap sebagai reward,
karena setelah selesai pelatihan mereka akan memiliki sertifikat yang
memiliki nilai akreditasi yang dapat diperhitungkan sebagai kredit untuk
kenaikan golongan. Begitu pula keriteria yang dapat digunakan oleh
bidang perawatan, walaupun bidang perawatan sudah menambahkan
kriteria lain misalnya latar belakang pendidikan, hal ini belum cukup untuk dapat mengetahui adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan
kinerja aktual.
3. Cara penyusunan rancangan program pelatihan tenaga perawat RSKG disusun setelah adanya pengkajian kebutuhan pelatihan yang dilakukan
oleh bidang perawatan bersama-sama dengan kepala ruangan. Hasil pengkajian tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu kurikulum pelatihan yang juga disusun oleh bidang perawatan bersama-sama
dengan ka. ruangan dan perawat terkait tersebut. Seyogyanya mereka yang menyusun kurikulum dan mengembangkan materi serta metode pelatihan adalah staf instalasi diklat yang memiliki kemampuan sebagai seorang spesialis pengajaran (widyaiswara).
4. Dalam proses pelaksanaan pelatihan tenaga perawat RSKG, ke lima
prinsip pembelajaran dapat diterapkan , hal ini mendukung proses
pelaksanaan pelatihan yang efektif.
Ada beberapa hal yang tidak sesuai dalam pelaksanaan pelatihan yaitu
penerapan standar asuhan keperawatan dengan rancangan program
pelatihan yang diamati peneliti adalah satu orang calon peserta pelatihan
dan satu orang pelatih / pembimbing yang tidak sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan komponen lainnya seperti kurikulum, dan evaluasi pelatihan teriaksana sesuai dengan rencana. Ketidak sesuaian peserta pelatihan, dan pelatih tersebut dengan rencana sebenarnya dapat dihindari apabila pada tahap input dilakukan evaluasi peserta dan evaluasi pelatih, sehingga dapat diketahui dengan segera ketidak sesuaian
tersebut.
Masalah-masalah yang muncul pada waktu pelaksanaan pelatihan tenaga
perawat RSKG Ny RA Habibie adalah masalah ruangan kelas, masalah
sulitnya pengaturan waktu bagi pelatih, dan masalah kesiapan peserta
untuk mengikuti pelatihan. Mengingat status RSKG Ny RA Habibie
sebagai rumah sakit pendidikan dan salah satu strategi pengembangan
SDM rumah sakit khususnya tenaga perawat melalui pelatihan,
nampaknya masalah tersedianya ruangan kelas yang memadai
merupakan suatu masalah yang serius yang harus segera mendapat
perhatian dari pimpinan rumah sakit. Begitu pula tersedianya karyawan
yang berstatus sebagai widyaiswara dirumah sakit yang memiliki
pengalaman dan keahlian dalam bidangnya, merupakan salah satu
alternatif untuk mengatasi masalah sulitnya mengatur waktu bagi para
pelatih / pengajar.
Keadaan fasilitas ruang belajar dan kemampuan sebagian pelatih
dalam metodologi pengajaran belum sepenuhnya dapat mendukung
terjadinya pembelajaran yang efektif.
Dalam pelaksanaan evaluasi pelatihan tenaga perawat RSKG Ny RA
Habibie Bandung, sebagian besar hasil evaluasi internal yaitu informasi
tentang penyelenggaraan program pelatihan khususnya pada tahap
proses dan output telah dapat memberikan umpan balik yang dibutuhkan
untuk peningkatan dan perbaikan program pelaksanaan tersebut, kecuali
informasi peserta dan pelatih pada tahap input. Sedangkan hasil evaluasi
eksternal yaitu informasi hasil pelatihan ditempat kerja berupa data
mengenai peningkatan kinerja perawat dalam melaksanakan tugasnya secara formal belum diperoleh, karena belum pernah dilakukan,
walaupun demikian berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan sebagai atasan langsung alumni peserta pelatihan diperoleh informasi bahwa sebagian perawat yang sudah mengikuti pelatihan khususnya
pelatihan dalam aspek klinis keperawatan dirasakan peningkatan kinerjanya. Sedangakan perawat yang bersangkutan merasakan besarnya
manfaat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil
pelatihan dalam melaksanakan tugasnya memberikan asuhan
keperawatan.
I. Implikasi
Implikasi ini berkaitan dengan implikasi temuan penelitian yaitu
merupakan berbagai persoalan yang dapat muncul berkaitan dengan keadaan
yang ditemukan di setting penelitian.
Adanya upaya - upaya dari para pengelola RSKG dalam memperbaiki dan
mengembangkan
kualitas tenaga
perawat melalui
pelatihan
bila terus
ditingkatkan dengan mempertimbangkan umpan balik yang diperoleh dari hasil
evaluasi pelatihan maka pada saatnya efektivitas pelatihan yang diharapkan
dapat tercapai.
Beberapa kegiatan dalam sistem pelatihan yang mendukung pelaksanaan
yang efektif ialah : (1) perumusan macam pelatihan yang dibutuhkan, (2)
penetapan unit kerja yang membutuhkan pelatihan, (3) penerapan evaluasi dan
prinsip-prinsip pembelajaran, dan (4) pelaksanaan evaluasi internal. Kegiatan
yang sudah mendukung harus tetap dilakukan bahkan dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan tenaga kesehatan lainnya yaitu tenaga non medis. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang harus dikembangkan agar dapat mendukung
pelatihan yang efektif ialah : (1) pemilihan peserta pelatihan, (2) pengembangan
kurikulum, (3) perbikan fasilitas ruang belajar, (4) dan keberadaan widyaiswara,
perlu mendapat perhatian dan perbaikan karena bila tidak, dapat memberikan
implikasi yang tidak diharapkan baik bagi pengelola, yang dikelola ataupun
lingkungan.
Implikasi yang tidak diharapkan terhadap yang dikelola ialah pemilihan
peserta pelatihan yang kurang tepat, memungkinkan perawat yang tidak yaitu
terhadap
peningkatan
pelayanan asuhan
keperawatan
khususnya dan
pelayanan kesehatan umumnya serta akhirnya terhadap citra rumah sakit.
A. Rekomendasi
Temuan Penelitian diperoleh hasil bahwa efektivitas pelaksanaan
pelatihan tenaga perawat dipengaruhi berbagai faktor meliputi : (1) ketepatan
mengkaji kebutuhan pelatihan, yang akan dapat menjawab pertanyaan, macam
pelatihan apa yang dibutuhkan, unit keja yang membutuhkan pelatihan, perawat
mana yang membutuhkan pelatihan, apa tujuan pelatihan, (2) kualitas rancangan
program pelatihan yang disusun, (3) kesesuaian pelaksanaan pelatihan dengan
rancangan yang telah disusun, dan (4) adanya evaluasi pelatihan yang dapat memberikan umpan balik yang tepat.
Sehubungan dengan hal itu dapat dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai upaya-upaya untuk mengembangkan efektivitas pelaksanaan pelatihan yang telah dicapai, dalam rangka perbaikan dan pengembangan kualitas tenaga perawat RSKG Ny RA Habibie Bandung.
Upaya-upaya tersebut meliputi:
1. Dalam tahap pengkajian kebutuhan pelatihan, perlu adanya kriteria yang
menjadi peserta pelatihan, perlu adanya kriteria yang menggambarkan adanya kesenjangan kinerja individu disamping kriteria yang sudah ada.
Dengan demikian perlu dilakukan analisis personalia untuk memilih^§©r4^^
pelatihan melalui pengukuran kinerja individu.
Dalam menentukan kebutuhan pelatihan menurut Randall SSchul^ei^^r^^*^^' n
401) dan Henry Simamora ( 1995 ; 279 ) diantaranya melalui^^j^^^
organisasional dimana kebutuhan pelatihan dianalisis berdasarkan apa tujuan
organisasi dan melalui analisis operasional dimana kebutuhan pelatihan
dikaji berdasarkan bagaimana tujuan organisasi dapat dicapai.
2. Pengembangan sasaran / tujuan pelatihan menjadi sasaran perilaku yang
lebih rinci yang diinginkan dari pelatihan. Hasilnya akan merupakan pedoman
proses pelatihan.
Randall dan Susan ( 1997 ; 335 ) mengemukakan beberapa pendekatan
yang berbeda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan latihan individual yaitu melalui:
a. Pengukuran output; analisis kebutuhan individu didapat melalui
data kinerjanya
b. Kebutuhan pelatihan yang dinilai sendiri; penilaian diri didasarkan
atas asumsi bahwa para pegawai sadar akan kelemahan
keterampilan dan kekurangan kinerjanya.
3. Dalam penyusunan rancangan program pelatihan, perlu adanya penjabaran
lebih lanjut mengenai mata ajaran yang akan diberikan kedalam sub-sub
pokok bahasan (topik-topik), dan penetapan tujuan instruksional yang biasanya tersusun sebagai garis-garis besar pokok pelajaran yang
merupakan bagian dari kurikulum pelatihan.
Soekijo
(1991
; 53)
mengemukakan
mengenai
langkah-langkah
pengembangan kurikulum dimulai dengan ;
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menentukan tujuan institusional
c. Mengidentifikasi ilmu pengetahuan dan keterampilan apa yang
diperlukan untuk menunjang tujuan institusional
d. Menentukan tujuan kurikulum dan tujuan mata ajaran e. Menjabarkan mata ajaran kedalam topik
f. Menentukan tujuan instruksional.
4. Tersusunnya suatu kurikulum pelatihan yang baik sangat ditentukan oleh
kemampuan penyusun yang seharusnya dilakukan oleh seorang spesialis
pengajaran (widyaiswara) yang memiliki kemampuan sebagai instruktur /
pelatih / pengajar, pengembang materi dan metode pelatihan, serta pembuat
kurikulum pelatihan. Mengingat pelatihan merupakan salah satu pimpinan rumah sakit dalam rangka perbaikan dan pengembangan kualitas tenaga
perawat RSKG Ny RA Habibie, maka sudah waktunya memiliki widyaiswara
yang berada dalam koordinasi instalasi diklat sebagai wadah yang mengelola
pelaksanaan kegiatan diklat RSKG Ny RA Habibie Bandung.Adanya ruang kelas yang memadai merupakan masalah serius untuk mendapat perhatian dari pimpinan rumah sakit agar dapat mendukung
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal, dan mengingat visi RSKG
Ny RA Habibie" Menjadi rumah sakit model pendidikan ".
Metode pembelajaran yang baik menurut Soekijo (1991 ; 57) dikelompokan
kedalam dua jenis, yaitu ;
a. Metode Didaktik (one way method), melalui bentuk ceramah
sehingga materi yang diberikan dapat didengar dan diterima
sekaligus oleh 13 sampai 30 peserta pelatihan
b. Metode Sokratik ( two way method ), dilaksanakan melalui bentuk
diskusi,
demostrasi, seminar, praktek lapangan
yang dapat
meningkatkan keterlibatan peserta. Dengan adanya penggunaan metode Sokratik ini prinsif pembelajaran partisipasi dapat
diterapkan, sesuai dengan pendapat Simamora (1995 : 310)
mengenai pemilihan metode pelatihan dan Siagian (1970 : 190)
mengenai prinsip belajar yang perlu dipertimbangkan agar pelaksanaan pengajaran / pelatihan efektif.
Menurut pendapat pakar pelatihan ( Siagian 1997 : 189 -190 ) ada
lima prinsip belajar yang layak dipertimbangkan yaitu ; partisipasi,
repetisi, relevansi, transfer dan umpan balik.
5. Dalam kegiatan evaluasi pelatihan, perlu dilaksanakan evaluasi terhadap peserta dan pelatih pada tahap input, serta evaluasi pada tahap hasil untuk menilai sejauh mana peningkatan kinerja perawat yang sudah dilatih. Dengan demikian hasil evaluasi dapat memberikan umpan balik yang tepat untuk
peningkatan perancanaan program pelatihan berikutnya. Instrumen evaluasi
dapt disusun oleh instalasi diklat ( widyaiswara ) bersama-sama dengan Ka
Ruangan sebagai atasan langsung perawat peserta pelatihan.
Menurut Pusdiklat Depkes Rl (1993 : 3 ), Agar pelaksanaan pelatihan sesuai
dengan rencana maka evaluasi terhadap pelatihan baik peserta dan pengajar
pada tahap input perlu dilaksanakan disamping kurikulum. Selain hal tersebut
juga dapat dilakukan evaluasi pada tahap hasil / efek untuk mengetahui
sejauh mana efektivitas pelatihan tersebut terhadap kinerja perawat. Hal ini
penting agar perawat memperoleh umpan balik yang tepat, baik pada tahap
input, proses, out put maupun pada tahap hasil / efek agar rancangan
program pelatihan yang berikutnya dapat disusun lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abin Syamsudin Makmun. (1986). Analisis Posisi Pembangunan Pendidikan.
Jakarta : Biro Perencanaan Depdikbud Rl.
Abdul Rosyid. (1997). Efisiensi dan EfeMivitas Pelatihan Dalam Meningkatkan
Kinerja Sumber Daya Manusia Dibidang Perawatan Pesawat Besar PT.
Garuda Indonesia. Tesis tidak diterbitkan : PPS UPI Bandung.
Adjat Sudrajat. (1997). Upaya Pengembangan Kemampuan Profesional Tenaga
Pendidik Pada Lembaga Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen
Penerangan Daerah Bandung. Tesis tidak diterbitkan :
PPS IKIP Bandung.
Amirun S. (1991). Kebijaksanaan Depkes Rl Tentang Rumah Sakit Unit
Swadana. Makalah pada pelatihan persiapan implementasi RS sebagai
Unit Swadaya, Jakarta.
Baired. Loyd S. Craig Eric Schneier and Dugan Laird. ( 1985 ). Training and
Development
Source
Book.
Amherst
M.A
:
Human
Resources
Development Press.
Bidang Evaluasi dan Pelaporan Pusdiklat. (1996) Evaluasi Pelatihan. Makalah
yang disajikan pada pertemuan perencanaan pelatihan terpadu. Jakarta :
Depkes Rl.
Bogdan. Robert C dan S.K Biklen. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan .
Pengantar ke Teori dan Metode, Alih bahasa, Munandir, Jakarta : Dikti
Depdikbud.
Qualitative Research in Education. Boston : Allyn & Bacon, Inc.
Castetter, William.B. (1996). The Humen Resources Function in Educational
Administration. New Jersey : A Simon & Schuster Company.
Chung Kae H & Megginson, L. ( 1981). Organizational Behavior Developing
Managerial Skill. New york: Haper & Rew Publiser.
Dessler Gary. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih bahasa ;
Benyamin Molan. Jakarta : Prenhallindo.
Dirjen Yanmed.
(1993). Standar Asuhan Keperawatan Cetakan Pertama,
Edward Suchman A. (1967). Evaluation Research. Principles and Practise in
Public Service and Sosial Action Program. New York : Russel Sage
Foundations.
Flipo Ewdin B. (1995), Manajemen Personalia. Alih Bahasa : Masud. Jakarta :
Erlangga .(1984). Personel Management. Sixth Edition. New York : Mc Grawhill Book Company.
Gagne, RM and Briggs, LJ. (1978). Principles of Instructional Design. New York Kirkpatrick, Donald L ,(1976). Training and Development Handbook. New york :
Mc Graw Hill Book Company.
Laksono Trisnantoro, et, al. (1995). Ekonomi Manajerial Rumah Sakit. Tesis tidak Diterbitkan : PPS MMRS. FK UGM Yogyakarta.
Lembaga Administrasi Negara. (1983). Instruction Techniques and Training
Management Program. Indonesia-Australia Modul 1.
Laird, Dugan. (1985). Aproaches to Training Job and Development. Second Edition. Canada : Addison - Wesley Publishing Company.
Lincoln. Yvonna S, and Guba.Egon G. (1985 ). Naturalistic Inquary, New Delhi : Sage Publisher
Lunandi A.G. ( 1993 ). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama
Moleong.J.Lexy. ( 1997 ). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Nasution .(1996 ). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif: Bandung. Tarsito.
Pusdiklat . ( 1996 ) Buku Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pelatihan. Jakarta :
Depkes Rl
Schuler. Randall .S .( 1987 ). Personal and Human Resources Management. Third Edition. West Publishing Company.New York.
1 Jackson.Susan S. ( 1997 ). Manajemen Sumber Daya Manusia
Menghadapi Abad Ke 21. Alih Bahasa Nurdin Sobari. Jakarta : Erlangga
•, ( 1995 ). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakart^^^^iao^^
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN
fHAwr
" Lu e?Sfa. - -" • d I
Undang - Undang No. 2 Th, 1989. ( 1995 ).
Sistem Pendidikan
Jakarta: Sinar Grafika
V c£
.
Soekijo Notoatmodjo. ( 1991 ). Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta :
Rineka CiptaSteers, Richard M.(1980 ). Efektivitas Organisasi. Jakarta : Erlangga
Sudirman, dkk. (1987 ). Ilmu Pendidikan. Bandung ; Remaja Karya
Sumegen . (1982 ). Langkah - Langkah Evaluasi Program Kesehatan. Majalah
Kesehatan Masyarakat No. 27 /1982. Jakarta.
Tim Departemen Kesehatan Rl. ( 1991 ). Konsep Dan Proses Keperawatan.
Buku I. Jakarta : Depkes Rl
Udja Sumantri. ( 1998 ).
Hubungan Pelaksanaan Pelatihan SAK Mengenai
Sikap, Perilaku, Motivasi Dan Kemampuan Kerja Dengan ProduMivitas
Kerja
Pada RSHS Bandung. Tesis tidak diterbitkan : PPS UNPAD
Bandung