• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PELATIHAN SDM KEPERAWATAN : Studi kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan tenaga Perawat Hemodialisis Di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PELATIHAN SDM KEPERAWATAN : Studi kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan tenaga Perawat Hemodialisis Di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN PELATIHAN

SDM KEPERAWATAN

(Studi Kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan Tenaga Perawat

Hemodialisis Di RSKG Ny.R.A.Habibie Bandung Tahun 2002)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Bidang Studi Administrasi Pendidikan

Oleh:

Asep Sumpena, S.Pd NIM : 009742

^BNC

.<&J

W

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS

PEMBIMBING I,

PROF.DR.H.M.IDOCHI ANWAR, M.Pd

PEMBIMBING II,

DR.UDIN SYAEFUDIN SAUD, M.ED

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

DISETUJUI OLEH :

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

PROF.DR.H.TB.ABIN SYAMSUDDIN MAKMUN, MA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(4)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN

PELATIHAN SDM KEPERAWATAN

(Studi kasus Tentang Manajemen Sistem Pelatihan tenaga Perawat Hemodialisis Di

RSKG Ny. RA. Habibie Bandung)

Oleh : Asep Sumpena

Dasar pemikiran yang melatar belakangi penelitian ini ialah bahwa pelayanan kesehatan melalui jalur rumah sakit semakin dihadapkan pada tuntutan kualitas pelayanan. Kualitas pelayanan rumah sakit sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut. Tenaga perawat merupakan salah satu jenis tenaga kesehatan yang selalu ada pada setiap rumah sakit dan salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.

RSKG. Ny. RA Habibie saat ini memiliki 24 orang tenaga perawat dengan latar belakang pendidikan yang sangat bervariasi. Sebagian besar tenaga perawat tersebut (75%) adalah perawat yang memeiliki latar belakang Sekolah Akademi Perawat. Berdasarkan kondisi tersebut upaya perbaikan dan pengembangan tenaga perawat dilakukan. Upaya-upaya tersebut dimaksudkan agar tenaga perawat yang ada dapat beradaptasi dengan perkembangan Iptek dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pekerjaannya, sehingga perkembangan pelayanan asuhan keperawatan sejalan dengan pelayanan kesehatan lainnya.

Salah satu upaya tersebut dilakukan melalui kegiatan pelatihan. Agar suatu pelatihan efektif semua langkah kegiatan pelatihan harus merupakan suatu kegiatan yang terpadu sehingga dapat memberikan hasil yang optimal. Beberapa model sistem pelatihan mengisyaratkan bagaimana masing-masing kegiatan tersebut harus dikelola agar memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah belum adanya informasi apakah pelatihan yang dilaksanakan sudah efektif?

Hasil penelitian menunjukan bahwa belum seluruh tahap kegiatan pelatihan dapat mendukung terjadinya pelaksanaan pelatihan yang efektif. Hal-hal yang dapat

dikembangkan dan yang perlu mendapat perhatian yang serius adalah pada tahap

pengkajian kebutuhan pelatihan yaitu kegiatan pemilihan perawat sebagai peserta pelatihan, pengembangan kurikulum pada tahap perancangan program pelatihan, peningkatan kemampuan pelatih/pengajar dalam metodologi pengajaran dan evaluasi pasca pelatihan untuk melihat sejauh mana peningkatan kinerja individu

sesudah mengikuti pelatihan.

Hasil lain menunjukan bahwa organisasi yang mengelola kegiatan pelatihan sudah ada yaitu Bidang Diklat, tetapi fasilitas ruangan kelas yang memadai dan keberadaan tenaga Widyaiswara yang mampu berperan sebagai tenaga pendidik yang profesional dalam hal pembelajaran belum dimiliki. Maka sudah saatnya RSKG Ny. RA Habibie yang memilikinya, mengingat status rumah sakit tersebut sebagai Pusat Pendidikan Dialisis di Indonesia, tempat pendidikan tenaga kesehatan dan juga berperan sebagai Rumah Sakit Pusat Dialisis di Indonesia.

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMAKASIH iv

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR xi

ABSTRAK xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Masalah, Rumusan Masalah dan

Pertanyaan Penelitian 6

C. Tujuan Penelitian 8

D. Manfaat Penelitian 9

E. Paradigma Penelitian 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 18 2. Fungsi Dan Kegiatan Manajemen Sumber Daya

Manusia 22

3. Hubungan Pelatihan dan Pengembangan Dengan

Kegiatan Sumber Daya Manusia 23

B. Konsep pelatihan Dalam Manajemen SDM

1. Pengertian Pelatihan 26

2. Tujuan dan Manfaat Penelitian 30

3. Macam Program Pelatihan dan Pengembangan.... 34

4. Model Sistem Pelatihan 37

5. Pengelolaan Pelatihan 47

C. Konsep Efektivitas Pelatihan

1. Pengertian Efektivitas 48

2. Pelatihan yang Efektif 50

3. Evaluasi Pelatihan Sebagai Salah Satu Cara Untuk

Mengetahui Efektivitas Pelatihan 53

(6)

D. Tinjauan Studi Terdahulu Yang Relevan 59

E. Profil Rumah Sakit Ginjal Ny.RA.Habibie Bandung 61

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian 64

B. Lokasi Penelitian 66

C. Partisipan Penelitian 66

D. Data Yang Diperlukan 68

E. Teknik Pengumpulan Data 69

F. Pelaksanaan Penelitian 72

G. Analisa Data 74

H. Kepercayaan Temuan Penelitian 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hubungan Visi.Misi Dengan Tujuan Pelatihan 81 2. Kegiatan Yang Dilakukan Dalam Merancang

Program Pelatihan 85

3. Rancangan Program Pelatihan Perawat RSKG 87 4. Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Perawat RSKG 89

5. Evaluasi Pelatihan Tenaga Perawat RSKG

Bandung 92

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Macam dan Tujuan Pelatihan Terkait Dengan Visi

Dan Misi RSKG Bandung 93

2. Kegiatan yang Dilakukan Dalam Merancang

Program Pelatihan 95

3. Rancangan Program Pelatihan Perawat RSKG 99

4. Pelaksanaan Pelatihan Perawat RSKG 107

5. Evaluasi Pelatihan Tenaga Perawat RSKG 112

(7)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 115

B. Implikasi 121

C. Rekomendasi 122

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir 15

2. Interaksi Antara Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan

Dengan Kegiatan SDM lainnya 25

3. Perbedaan Antara Pendidikan dan Pelatihan 29

4. Major Training and Development Program Availability

32

6. Model Sistem Pelatihan 38

7. Konsep Evaluasi Pelatihan 54

8. Komponen dan Indikator Evaluasi Pelatihan 58

9. Teknik Analisa Data 76

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan rumah sakit di Indonesia sebagai lembaga pemberi jasa dalam kurun waktu Pembangunan Jangka Panjang Tahap II ( PJPT II ) banyak dipengaruhi oleh adanya dua kebijaksanaan penting, yaitu ; 1) kebijaksanaan

yang mengharuskan rumah sakit dapat dikelola secara mandiri mengikuti

kaidah-kaidah ekonomi, dan 2) kebijaksanaan tentang standar akreditasi rumah

sakit yang merupakan instrumen pengukur untuk mengetahui mutu kinerja pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit (Dir Jen Yan Med Dep kes Rl, 1993). Pembangunan kesehatan dalam pembangunan jangka panjang dua puluh lima tahun kedua (PJP II) sesuai amanat GBHN 1993 adalah terselenggaranya

pelayanan

kesehatan

yang makin

bermutu dan

merata

yang mampu

mewujudkan manusia yang tangguh, cerdas, sehat, dan produktif.

Untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatan tersebut diatas, sesuai dengan rencana pokok program pembangunan jangka panjang bidang kesehatan, diperlukan pengembangan tenaga kesehatan, dengan tujuan untuk

meningkatkan penyediaan jumlah dan mutu tenaga kesehatan yang mampu

(10)

Faktor yang berperan dalam mencapai tujuan tersebut diantaranya adalah

faktor sumber daya manusia (SDM). Sebagai upaya penting peningkatan SDM

tenaga kesehatan, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Depkes Rl secara umum

telah menetapkan tiga jalur sebagai berikut:

1. Pengembangan SDM Struktural Managerial ; Untuk pengembangan

tenaga-tenaga struktural baik sebagai Top Manager, Midle Manager atau Low

manager dilakukan melalui pelatihan atau pendidikan yang meliputi

keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan antar pribadi,

pengetahuan kepemimpinan, manajemen dan keorganisasian.

2. Pengembangan SDM Teknis Fungsional, tenaga-tenaga teknis fungsional seperti tenaga medis, para medis perawat, para medis non perawat dan non

medis perlu dikembangkan agar mampu beradaptasi terhadap segala perubahan akibat kemajuan pengetahuan dan teknologi serta mampu tetap berpegang pada etika profesi

3. Penelitian dan pengembangan yang bersifat terapan baik manajerial maupun teknis fungsional agar kemampuan tenaga rumah sakit bertambah untuk

mengatasi segala perkembangan yang cepat serta berdaya guna dalam bersaing dengan rumah sakit lain. (Dir Jen Yan Med Dep Kes Rl, 1993)

(11)

pendidikan, kursus, atau pelatihan baik yang dilaksanakan di luar negeri maupun

di lingkungan RSKG Ny RA Habibie sendiri.

Perencanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan di RSKG Ny RA Habibie

dikoordinir oleh Bidang Pendidikan dan Pelatihan (Bidang Diklat). RSKG Ny RA

Habibie merupakan pusat dan model rumah sakit pendidikan dan pelatihan

nasional atau center of excellent. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu

melakukan suatu sistem agar terwujud pelatihan yang terpadu, berjenjang dan

berkelanjutan sehingga dapat diperoleh kegiatan pelatihan yang berkualitas

dalam pencapaian program termasuk program pelayanan perawatan di unit

pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan bagi penderita gagal ginjal terminal

(GGT) yang memerlukan tindakan cuci darah.

Dirasakan semakin meningkatnya penderita penyakit ginjal sekarang ini, di

Jawa Barat saja penderita yang harus menjalani cuci darah sebanyak 518

penderita sedangkan perawat hemodialisis yang memberikan pelayanan cuci

darah berjumlah 55 orang (1 : 9), padahal untuk memperoleh kwalitas

pelayanan yang baik menurut Dir Jen Yan Med Dep Kes Rl, perbandingan

perawat dengan penderita adalah 2 : 1 (masih kurang 204 perawat). Jadi masih

banyak perawat yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan cuci darah dalam

upaya memperoleh kwalitas perawatan hemodialisis sesuai dengan harapan.

Berdasarkan keadaan tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu asuhan

keperawatan sebagai salah satu upaya untuk pencapaian misi dan visi RSKG,

maka sebagai upaya perbaikan dan pengembangan tenaga keperawatan telah

(12)

pelatihan. Upaya tersebut dimaksudkan agar kemampuan tenaga perawat untuk

dapat beradaptasi dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang

keperawatan sejalan dengan kemampuan tenaga medis dan tenaga para medis

lainnya sebagai tenaga profesional dalam bidangnya masing-masing.

Pelatihan yang efektif apabila pelatihan dapat merealisasi berbagai tujuan yang ditetapkan dan dalam pelaksanaannya dapat beradaptasi dengan lingkungan serta membuat suasana yang menarik bagi peserta pelatihan. Agar

suatu palatihan efektif, semua langkah yang dikembangkan harus merupakan kegiatan yang terpadu.

Pada saat ini sudah 51 peserta yang telah mengikuti pelatihan di RSKG Ny RA Habibie dari seluruh rumah sakit di Indonesia yang memberikan pelayanan hemodialisis (Diklat RSKG , 2002). Masing-masing terdiri atas tenaga medis 48 orang dan teknisi 3 orang . Sebagian besar tenaga perawat tersebut yaitu 31

orang (60,78 %) memiliki latar belakang pendidikan Akademi Perawat (D III)

sedangkan sisanya atau 17 orang (33,33%) memiliki latar belakang pendidikan

SPK (Sekolah Perawat), sedangkan teknisi seluruhnya berasal dari latar

belakang pendidikan STM yaitu 3 orang (5,88 %).

Berdasarkan keadaan tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu asuhan

(13)

dimaksudkan agar kemampuan tenaga perawat untuk beradaptasi dengan

kemajuan pengetahuan dan teknologi dalam bidang keperawatan sejalan

dengan kemampuan tenaga medis dan tenaga para medis lainnya sebagai

tenaga profesional dalam bidangnya masing-masing.

Dalam UUSPN No 2 tahun 1989 pasal I, dikatakan bahwa pendidikan

adalah upaya sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,

pengajaran dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.

Sedangkan kegiatan pelatihan pada hakikatnya adalah serangkaian aktivitas

yang dirancang untuk meningkatkan keahlian, pengetahuan, pengalaman atau

perubahan sikap dan keterampilan agar karyawan dapat melaksanakan

pekerjaan saat ini dan saat mendatang dengan lebih baik (Simamora H, 1995 :

287). Sebagian besar program pelatihan dimaksudkan untuk menanggulangi

kekurangan-kekurangan kinerja, nampak dalam bentuk ketidak cocokan antara

perilaku aktual dan perilaku yang diinginkan. Jika seorang karyawan tidak

berprestasi pada level yang diharapkan atau terjadi penyimpangan pelaksanaan

program-program pelatihan diusulkan sebagai upaya pemecahan masalah.

Dalam suatu organisasi baik pemerintah maupun industri, pelatihan diperlukan

agar para pelaksana dapat membantu pimpinan mencapai maksud dan tujuan

instansi yang dipimpinnya. Dengan demikian pelatihan merupakan salah satu

sarana manajemen yang digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan agar kinerja individu dan organisasi meningkat (Jackson , 1997).

Pelatihan yang efektif apabila pelatihan dapat merealisasikan berbagai

(14)

lingkungan serta membuat suasana yang menarik bagi peserta pelatihan. Agar

suatu pelatihan efektif, semua langkah yang dikembangkan harus merupakan

kegiatan yang terpadu.

Dari hasil studi pendahuluan diperoleh data bahwa belum pernah ada

informasi mengenai efektivitas pelatihan tenaga perawat hemodialisis yang telah

dilaksanakan di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung. Mengingat macam dan jumlah

peserta pelatihan tenaga perawat hemodialisis yang dilaksanakan di RSKG

cukup banyak, maka hal ini menarik bagi peneliti untuk menelaah secara empiris

tentang " Efektivitas pelatihan tenaga perawat hemodialisis yang dilaksanakan di RSKG".

B. Fokus Masalah, Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Tema sentral penelitian ini adalah efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga

perawat hemodialisis di rumah sakit. Esensi tema sentral tersebut adalah bagai

mana upaya meningkatkan kualitas profesionalisme / keahlian tenaga perawat

melalui pelatihan.

Lembaga Administrasi Negara (1983 : 6) menggambarkan bahwa dalam

suatu model sistem pelatihan terdapat lima komponen kegitan dimana setiap

komponen saling berinteraksi satu sama lainnya. Kelima komponen tersebut

adalah ; (1) Pengkajian kebutuhan pelatihan, (2) perumusan tujuan pelatihan, (3)

Merancang program pelatihan, (4) Pelaksanaan program pelatihan, dan (5)

(15)

Kelima komponen ini merupakan faktor yang berpengaruh terhadap

efektivitas pelatihan secara keseluruhan dan masing-masing mengandung

permaslah tertentu. Penelitian ini akan memusatkan kajian kepada pelaksanaan

pelatihan

dengan

mengeksplorasi,

mengidentifikasi,

mendeskripsi,

dan

menganalisis kondisi

dari faktor-faktor

yang

mempengaruhi efektivitas

pelaksanaan pelatihan tersebut.

Dari hasil studi pendahuluan di lokasi penelitian dapat dirumuskan 5 masalah

pokok penelitian, yaitu :

1. Apakah macam dan tujuan pelatihan yang dilaksanakan terkait dengan visi

dan misi rumah sakit ?

2. Apakah kegiatan yang dilakukan dalam merancang program pelatihan

mendukung tersusunnya perencanaan pelatihan yang efektif ?

3. Bagaimana rancangan program pelatihan yang disusun dalam pelaksanaan

pelatihan dapat mendukung berkembangnya pelatihan yang efektif ?

4. Bagaimana proses pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSKG Ny RA

Habibie Bandung ?

5. Bagaimana evaluasi pelatihan tenaga perawat RSKG Ny RA Habibie

(16)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

u^^fti**

Secara umum tujuan dari penelitian ini ialah untuk memperoleh gambaran

empirik mengenai efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat

hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini ialah :

2.1.

Mengetahui hubungan antara macam dan tujuan pelatihan tenaga

perawat dengan visi dan misi RSKG Ny RA Habibie Bandung.

2.2.

Mengetahui kegiatan yang dilakukan sebelum merancang program

pelatihan yang meliputi : 1) Pengkajian kebutuhan pelatihan ; 2) Pola

penentuan macam dan tujuan pelatihan tenaga perawat RSKG Ny RA

Habibie Bandung ; 3) Pola pemilihan tenaga perawat RSKG Ny RA

Habibie yang menjadi peserta pelatihan.

2.3.

Mengetahui pola rancangan program pelatihan tenaga perawat yang

ditempuh di RSKG Ny RA Habibie Bandung

2.4.

Mengetahui pelaksanaan program pelatihan tenaga perawat di RSKG

Ny RA Habibie Bandung yang meliputi ; 1) Keadaan fasilitas, sarana

dan nara sumber pelatihan ; 2) Cara pelatih memberikan latihan /

mengajar ; 3) Kesesuaian antara pelaksanaan pelatihan dengan

rancangan program pelatihan ; 4) Masalah-masalah yang ditemui

dalam pelaksanaan pelatihan
(17)

2.5. Mengetahui pelaksanaan evaluasi pelatihan tenaga perawat di RSKG Ny RA Habibie Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dimamfaatkan sebagai:

1. Usaha untuk memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti tentang

bagaimana melaksanakan pelatihan yang efektif.

2. Masukan atau

umpan

balik bagi penyempurnaan

perencanaan dan

pelaksanaan pelatihan di lingkungan RSKG khususnya pelatihan tenaga

perawat

3. Acuan bagi pengembangan ilmu di bidang pelatihan tenaga kesehatan

khususnya tenaga keperawatan rumah sakit

4. Bagi pengembangan studi / penelitian lanjut di bidang Administrasi

Pendidikan.

E. Paradigma Penelitian

Tujuan umum pembangunan kesehatan adalah mengusahakan kesempatan

yang lebih luas bagi setiap penduduk untuk memperoleh derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya dengan mengusahakan penyediaan pelayanan kesehatan

yang lebih luas dan merata. Pembangunan kesehatan melalui rumah sakit ini

mengutamakan layanan kesehatan bagi masyarakat berpenghasilan rendah baik

di desa maupun di kota.

Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan mempunyai misi

(18)

Puskesmas melalui jalur rujukan harus mampu menyediakan

diharapkan masyarakat pada waktu ini dan kemudian hari. Dalam mek

misi tersebut setiap rumah sakit beroperasi dengan mengkombinasikan^ppl^^^

dayanya melalui cara yang paling efektif agar dapat menghasilkan suatu jasa

yang dapat memenuhi harapan masyarakat.

Sumber daya yang dimiliki oleh suatu rumah sakit dapat dikatagorikan

menjadi emapat tipe sumber daya yaitu : 1) Finansial; 2) Fisik ; 3 ) Manusia ; 4 )

kemampuan teknologi dan sistem.

Dari keempat tipe sumber daya tersebut sumber daya manusia (SDM)

merupakan sumber daya yang paling penting bagi organisasi (rumah sakit)

dalam memberikan sumbangan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Tenaga

perawat adalah salah satu jenis tenaga kerja yang selalu ada di setiap rumah

sakit, juga merupakan salah satu ujung tombak dalam pelayanan kesehatan di

rumah sakit.

Melalui

manajemen sumber daya manusia dilakukan suatu proses

perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan kegiatan-kegiatan

sumber daya manusia

dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Randal

(1987 : 6), mengemukakan lima lima fungsi manajemen sumber daya manusia

yaitu : Perencanaan sumber daya manusia, staffing, penilaian dan imbalan,

perbaikan / pengembangan dan pembinaan. Pelatihan tenaga perawat yang

efektif merupakan salah satu upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan

kemampuan SDM rumah sakit.

(19)

Pelatihan merupakan sarana manajemen untuk meningkatkan pengetahuan

dan kemampuan para pegawai agar mereka meiliki keterampilan, pengetahuan,

mental dan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan organisasi. Agar suatu pelatihan efektif, maka semua lanmgkah kegiatan pelatihan yang dikembangkan harus merupakan suatu kegiatan yang terpadu, sehingga dapat memberikan hasil yang optimal.

Menurut lembaga Administrasi Negara (1983 : 6) dalam suatu model sistem

pelatihan terdapat lima komponen kegiatan yang saling berinterkasi satu sama

lainnya. Masing - masing komponen kegiatan merupakan suatu proses integral. Kelima komponen kegiatan dalam model sistem pelatihan tersebut adalah

pengkajian / penilaian kebutuhan pelatihan, penentuan tujuan pelatihan,

perancangan program pelatihan, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan.

Penilaian kebutuhan pelatihan merupakan tahap yang paling penting dalam

proses pelatihan. Dari hasil penilaian kebutuhan inilah seluruh proses harus

dirancang. Tahap ini merupakan fondasi bagi keseluruhan upaya-upaya

pelatihan. Dalam tahap ini dibutuhkan tiga tipe analisis yang akan menghasilkan

suatu keputusan mengenai kebutuhan pelatihan. Ketiga tipe analisis tersebut adalah :

1. Analisis Organisasional; Merupakan pemeriksaan jenis-jenis permasalahan

yang dialami organisasi dan pada unit-unit kerja mana permasalahan kinerja

karyawan tersebut berada.

Selanjutnya menetukan apakah

pelatihan

merupakan pemecahan masalah yang tepat terhadap permasalahan kinerja

(20)

tersebut. Hasil penilaian kebutuhan pelatihan juga dikaitkan dengan perencanaan strategik organisasi tersebut.

2. Analisis Operasional; Pada hakikatnya analisis ini menyangkut pertanyaan, apa yang harus diajarkan agar karyawan yang bersangkutan mampu

melakukan pekerjaan secara efektif. Hasil dari analisis ini adalah

diperolehnya informasi tentang : 1) Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan

oleh karyawan; 2) Tugas - tugas yang telah dilakukan saat ini ; 3) Tugas-tugas yang seharusnya dilakukan tetapi belum dilakukan karyawan ; 4) Sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan

dengan baik.

3. Analisis Personalia ; Merupakan pemeriksaan seberapa baik seorang individu sebagai karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Pada kelompok karyawan mana saja kesenjangan antara kinerja aktual dan yang di inginkan terjadi. Dari hasil analisis personalia ini dapat diketahui karyawan yang mana yang membutuhkan pelatihan.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kebutuhan pelatihan dirumuskan

tujuan I sasaran program pelatihan. Sasaran ini memainkan peranan penting

baik dlam perancangan program pelatihan maupun pada tahap evaluasi.

Perancangan Program Pelatihan baru dapat dilakukan setelah adanya

keputusan pelatihan yang dibutuhkan oleh organisasi dan perumusan tujuan pelatihan yang harus dicapai. Suatu rancangan program pelatihan yang tepat akan menggambarkan secara lengkap hasil dari kegiatan penilaian kebutuhan

(21)

pelatihan dan penetapan tujuan / sasaran pelatihan. Dalam rancangan program

pelatihan ini disusun materi yang akan diberikan untuk mencapai tujuan

pelatihan yang ditetapkan. Penetapan teknik pelatihan dan aktivitas-aktivitas

pengalaman belajar harus relevan dengan hasil penilaian kebutuhan pelatihan

dan penetapan sasaran pelatihan.

Pemilihan nara sumber, rencana fasilitas, sarana dan dana serta rencana

evaluasi pelatihan merupakan komponen-komponen lain yang melengkapi

rancangan program pelatihan. Rancangan program pelatihan yang tepat dan

lengkap akan mendukung terciptanya pelatihan yang efektif.

Pelaksanaan Program Pelatihan pada hakikatnya adalah realisasi dari

rancangan

program pelatihan yang telah disusun sebelumnya.

Proses

pemberian instruksi, melatih, mengajar dan kegiatan lain dalam proses belajar

mengajar dianggap yang paling penting dalam proses pelaksanaan pelatihan.

Pelaksanaan pelatihan yang efektif adalah apabila proses pelatihan tersebut

dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan pelatihan yang ditetapkan.

Untuk melihat keberhasilan pelatihan tersebut dilakukan evaluasi baik

evaluasi internal (evaluasi terhadap input, proses dan out put) juga evaluasi

eksternal yaitu terhadap out come dan dampak. Paradigma penelitian tersebut

apabila divisualisasikan kedalam gambar dapat dilihat sebagai mana terlihat

pada Gambar 1

(22)

Pela> anan ;eseh, lan RS

£ • Perencanaan

Penilaian S Imbalan PemOnaan Peningkalan mutu lingkungan keqa keselamatan. dan kesehatan ke(|a Pengembangan Kac« Evaluasi Pelatihan Pelaksanaan Pelatihan

Visi & Misi

Pengkajian Kebutuhan Pelatihan Penetapan Sasaran Perencanaan Prog Pelatihan

Visi & Misi

Kerangka Pikir

Sumber : Diklat RSKG ( 2002 )

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut diatas maka dapat dijelaskan

bahwa efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG

NY RA Habibie Bandung selain dipengaruhi oleh proses pelaksanaan pelatihan

juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang melandasinya seperti perumusan

kebutuhan pelatihan, penetapan sasaran dan tujuan pelatihan serta hal lain yang

melatar belakanginya yaitu visi, misi dan strategi yang dipegang para pucuk

(23)

Dari uraian tersebut, terakhir terlihat bahwa visi, misi dan strategi yang

dipedomani oleh para pimpinan rumah sakit dalam pengembangan sumber daya

manusia harus menjadi acuan yang paling fundamental bagi perumusan

kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM rumah sakit termasuk pelatihan para perawat.

Komponen-komponen rancangan program pelatihan tenaga perawat di

rumah sakit di rumuskan melalui kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan hingga

dapat ditetapkan unit kerja mana yang perlu dilatih, macam pelatihan yang

diperlukan dan siapa perawat yang akan menjadi peserta pelatihan. Hasil

kegiatan penilaian kebutuhan pelatihan ini dipengaruhi oleh proses kegiatan

penilaian

kebutuhan

pelatihan

dan

keterampilan

petugas

yang

melaksanakannya, serta situasi dan kondisi yang mendukung / menghambat di

lingkungan RSKG Ny. RA. Habibie Bandung.

Dalam proses penetapan sasaran dan tujuan pelatihan, kegiatan dimulai

dengan pengidentifikasian tujuan / sasaran pelatihan, menetapkan tujuan /

sasaran yang ingin dicapai dan merumuskan kriteria dari sasaran / tujuan yang

harus dicapai. Dalam rangka mendukung tercapainya pelaksanaan pelatihan

yang efektif maka tujuan / sasaran pelatihan yang ditetapkan harus berorientasi

kepada

peningkatan

keahlian,

pengetahuan,

pengalaman,

sikap

dan

keterampilan tenaga perawat di RSKG NY RA Habibie agar karyawan dapat

melaksanakan pekerjaannya saat ini dan saat mendatang sesuai dengan visi

(24)

dan misi RSKG NY. RA. Habibie. Perumusan kriteria tujuan / sasaran yang ingin

dicapai diperlukan agar hasil pelatihan dapat dievaluasi.

Berdasarkan rumusan tujuan / sasaran pelatihan tersebut dapat

dikembangkan komponen berikutnya yaitu kurikulum pelatihan yang akan

diterapkan, materi apa yang perlu diberikan dan pemilihan metoda yang tepat

serta pemilihan nara sumber / pelatih disamping itu juga harus

segera

ditetapkan komponen lainnya seperti fasilitas, sarana dan dana yang dibutuhkan

disusun dalam rangka tercapainya tujuan pelatihan serta sesuai dengan kondisi

dan situasi yang dimiliki oleh RSKG Ny RA Habibie Bandung.

Faktor lainnya yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan pelatihan

tenaga perawat di RSKG Ny. RA. Habibie Bandung adalah tahap pelaksanaan

pelatihannya sendiri dan bagaimana cara monitoring pelatihan agar pelaksanaan

pelatihan tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana dan tujuan

pelatihan supaya dapat tercapai.

Komponen rencana evaluasi, merupakan hal yang tidak kalah pentingnya

karena rencana evaluasi yang tepat, baik evaluasi internal (terhadap input,

proses, out put) ataupun evaluasi eksternal (terhadap out come, dampak) bila

dilaksanakan dapat memberikan umpan balik yang dibutuhkan dalam rangka

meningkatkan rencana program pelatihan berikutnya sehingga pelatihan yang

dilaksanakan dapat memberikan dampak yang positif selain bagi tenaga perawat

secara individu juga bagi rumah sakit.

(25)

Komponen-komponen yang dikembangkan diatas harus merupakan

suatu kegiatan yang terpadu sehingga setiap komponen merupakan bagian

integral dari suatu model sistem pelatihan.

(26)

•* A"—*••* p v. •*•

(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metoda deskriptif analisis dengan

pendekatan kualitatif. Penggunaan metoda penelitian dengan pendekatan ini

disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan dan

menganalisa tentang efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat

hemodialisis di RSKG NY RA Habibie Bandung, sebagai salah satu upaya dalam

rangka peningkatan dan pengembangan tenaga perawat yang merupakan

sumber daya manusia di RSKG NY RA Habibie Bandung.

Penelitian ini tidak tergolong kepada penelitian kuantitatif karena tujuan pokok

yang telah dikemukakan, tidak bermaksud untuk mengukur populasi secara

statistik kuantitatif. Dengan mendeskripsikan dan menganalisa data yang

diperoleh diharapkan dapat menemukan kecenderungan dan kemungkinan

berbagai pelaksanaan pelatihan tenaga perawat yang efektif, sehingga program

pelatihan merupakan solusi bagi masalah kinerja perawat yang disebabkan

kemampuan yang belum sesuai dengan harapan.

Bogdan dan Biklen (1990 : 27 - 30 ) serta Lincoln dan Guba (1985 : 34 - 44)

mengemukakan berbagai karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Penelitian kualitatif mempunyai latar alamiah atau natural setting; peneliti

mengumpulkan data dalam situasi lapangan secara wajar untuk memperoleh

gambaran yang sebenarnya, karena itu hanya peneliti sendiri yang dapat

(28)

memaknai, memahami dan merasakan situasi yang sebenarnya serta dapat

menyelami nilai yang terkandung dari ucapan, ungkapan dan situasi yang

ada.

2. Dalam penelitian ini manusia sebagai alat atau instrumen penelitian

3. Analisa data secara induktif ; yaitu menarik kesimpulan berdasarkan data

yang dijumpai di lapangan.

4. Pemberian makna (meaning) merupakan sasaran utama untuk memahami

situasi

5. Laporan bersifat deskriptif ; data umumnya bersifat kualitatif yang kaya

tentang apa yang di teliti. Meskipun diperoleh data kuantitatif seperti angka

-angka, namun perlu diinterpretasikan secara kualitatif yaitu nilai yang

terkandung dalam angka - angka tersebut.

6. Lebih mementingkan proses dari pada hasil

7. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus penelitian

8. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data

9. Desain yang bersifat sementara

10. Hasil penelitian diundangkan dan disepakati bersama.

Dengan karakteristik penelitian kualitatif yang dikemukakan diatas, maka

untuk penelitian ini peneliti sebaliknya secara langsung berhubungan dengan

sumber data untuk melakukan pengamatan sambil berpartisipasi, dengan

metoda tersebut akan dapat menghasilkan data yang lebih mendalam, lebih

banyak dan lebih terinci, seperti yang dikemukakan oleh M.Q Patton (Nasution

(29)

1996 : 60) bahwa : " Participant observation is the most comprehensive of all

types of research strategies. "

Penelitian kualitatif harus terhindar dari pengaruh bias pribadi terhadap objek

penelitian. Untuk itu perlu disusun catatan rinci tentang informasi yang diperoleh

dari lapangan secara lengkap dan akurat, karena hal ini sangat penting untuk

langkah analisa berikutnya.

B. Lokasi Penelitian

Seperti dijelaskan pada Bab I bahwa penelitian ini akan meneliti tentang

efektivitas pelaksanaan pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung. Adapun lokasi penelitian berada di RSKG Ny RA Habibie

meliputi unit - unit kerja yang ada keterkaitannya dengan perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pelatihan tenaga perawat meliputi:

1. Bidang Pendidikan dan Pelatihan RSKG

2. Bidang Perawatan RSKG

C. Partisipan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak ada pengertian populasi (Nasution 1996 : 29).

Sampel dalam penelitian kualitatif ditafsirkan sebagai aspek dari suatu peristiwa dari siapa yang dijadikan fokus pada saat dan situasi tertentu, sehingga teknik

sampling dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Pada

penelitian kuantitatif sampel dipilih dari suatu populasi sehingga dapat digunakan

(30)

untuk mengadakan generalisasi. Jadi sampel benar-benar mewakili ciri-ciri

suatu populasi.

Pada penelitian kualitatif, menurut Lincoln dan Guba (Lexy J. Moleong, 1997 :

165) peneliti mulai dengan asumsi bahwa konteks itu kritis sehingga masing-masing konteks itu ditangani dari segi konteksnya sendiri. Selain itu dalam

penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik dan menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Sampel diambil secara purposive (bertujuan), yaitu pengambilan subyek

sebagai sampel penelitian yang didasarkan kepada adanya tujuan tertentu.

Teknik sampling tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut ( Lexy J. Moleong

1997: 165-166):

1. Sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu

2. Pemilihan sampel secara berurutan, teknik "Snowball Sampling" yaitu

responden diminta menunjuk orang lain yang dapat memberikan informasi

dan selanjutnya responden berikutnya diminta pula menunjuk yang lainnya

dan seterusnya

3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel. Pada mulanya setiap sampel dapat

sama kegunaannya. Namun sesudah makin banyak informasi yang masuk

dan makin mengembangkan hipotesis kerja, sampel dipilih atas dasar fokus

penelitian
(31)

4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan. Jika tidak ada lagi

informasi yang dapat dijaring maka penarikan sampel harus sudah

dihentikan.

Sampel penelitian ini merupakan sumber data yang memiliki berbagai

karakteristik, unsur, nilai yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan

pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.

Dengan demikian sampel tersebut adalah Staf Bidang Pendidikan dan Pelatihan

sebagai pengelola program pelatihan, Staf Bidang Perawatan, perawat sebagai

peserta / alumnus peserta pelatihan , pelatih / instruktur, kepala ruangan

sebagai atasan langsung.

D. Data yang Diperlukan

Berdasarkan pokok permasalahan telah dikemukakan pada bagian

pendahuluan maka data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Informasi mengenai RSKG Ny RA Habibie Bandung yang meliputi:

a. Struktur organisasi

b. Tata kerja RSKG Ny RA Habibie Bandung

c. Visi dan misi serta strategi pengembangan SDM Khususnya tenaga

perawat

2. Kegiatan yang dilakukan sebelum menyusun rancangan program pelatihan

yang meliputi:

a. Pengkajian kebutuhan pelatihan

(32)

b. Cara menentukan macam dan tujuan pelatihan

c. Perawat yang akan dilatih

3. Rancangan program pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA

Habibie Bandung meliputi:

a. Cara menyusun rancangan program pelatihan

b. Komponen yang ada dalam rancangan program pelatihan

4. Pelaksanaan pelatihan tenaga perawat di RSKG Ny RA Habibie Bandung.

Data tersebut terdiri dari:

a. Fasilitas, pelatih, peserta dan kurikulum pelatihan

b. Pemberian instruksi / melatih / mengajar

c. Masalah - masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pelatihan

5. Evaluasi Pelatihan, data ini terdiri dari :

a. Siapa yang melaksanakan

b. Apa instrumen evaluasi

c. Bagaimana hasil evaluasi (Internal dan eksternal).

E. Teknik pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri. Peneliti langsung terjun

kelapangan untuk mengumpulkan sejumlah informasi yang dibutuhkan

berkenaan dengan pelatihan tenaga perawat, agar dapat memahami kenyataan

yang terjadi di lapangan sesuai konteksnya .

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi berbagai bentuk / cara yaitu :

(33)

1. Pengamatan (observasi)

2. Wawancara

3. Studi Dokumentasi.

Ketiga teknik pengumpulan data tersebut digunakan dengan harapan dapat

saling melengkapi sehingga dapat diperoleh informasi yang diperlukan. Data

yang diperoleh diklasifikasikan menjadi data primer dan sekunder. Data primer didapat melalui wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder didapat

melalui studi dokumentasi.

1. Observasi ( Pengamatan )

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat

bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Makna yang diperoleh dalam setiap pengamatan, harus selalu

kita kaitkan dua hal yakni informasi ( misalnya apa yang terjadi) dan konteks 9

hal - hal yang berkaitan disekitarnya ), karena segala sesuatu terjadi dalam

dimensi waktu dan tempat tertentu. Informasi yang dilepas dari konteksnya akan

kehilangan makna.

Menurut Nasution (1996 : 61) partisipasi pengamat dalam melakukan

observasi dapat dilakukan dalam berbagai tingkat yaitu ; parisipasi nihil, sedang,

aktif dan partisipasi penuh. Dalam penelitian ini posisi peneliti berada pada

partisipasi aktif dan penuh. Hal ini dimungkinkan mengingat tempat penelitian adalah lingkungan kerja peneliti sendiri. Selanjutnya dikemukakan bahwa pengamatan dengan partisipasi penuh mempunyai keuntungan yaitu peranannya

(34)

sebagai peneliti tersamar bagi orang yang diselidikinya, sehingga dapat

mengetahui seluk beluk dan rahasia kelompok.

Teknik observasi (Pengamatan) digunakan

untuk

mengamati

secara

langsung proses belajar mengajar dalam kegiatan pelaksanaan pelatihan,

sarana, dan fasilitas pelatihan, keterampilan perawat dalam melaksanakan

tugasnya setelah pelatihan.

2. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk menggali dan memperoleh data atau informasi

yang lebih mendalam dan relevan dengan masalah yang diteliti khususnya untuk

memperoleh data mengenai proses merancang program pelatihan dan data

mengenai perubahan kinerja perawat setelah mengikuti pelatihan. Wawancara

dilakukan dengan kepala Bidang / staf Diklat, Kepala Bidang Perawatan, Para

perawat peserta pelatihan dan para perawat yang pernah mengikuti pelatihan.

3. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang

komponen-komponen yang ada dalam rancangan program pelatihan tenaga

perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung, dan hasil evaluasi

pelatihan tenaga perawat RSKG yang pernah dilakukan, baik evaluasi internal

maupun eksternal, serta data-data lain yang ada kaitannya dengan kegiatan

pelatihan tenaga perawat hemodialisis di RSKG Ny RA Habibie Bandung.

(35)

F. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini ada tiga tahapan yang akan dilalui yaitu :

1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan

3. Tahap Penyusunan laporan

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, langkah pertama yang dilakukan adalah pemahaman literatur yang berhubungan dengan pelatihan dan pengembangan SDM. Peneliti

mencoba mengumpulkan data - data mengenai upaya - upaya pengembangan

SDM diRSKG Ny RA Habibie Bandung dan beberapa permasalahannya melalui

studi pendahuluan.

Langkah berikutnya peneliti mencoba mendeskripsikannya dalam desain

penelitian untuk diajukan kepada pengelola seminar di PPS UPI Bandung.

Seminar diadakan pada tanggal 16 Januari 2002 bertempat di salah satu ruang

PPS UPI Bandung dibawah arahan Bapak Prof. Dr. H. Abin Syamsudin Makmun

MA; Bapak Prof.Dr.H.Bambang Suwarno.M.A ; Bapak Prof. Dr. H. M. Idochi Anwar, M.Pd. Dari hasil seminar didapat banyak masukan-masukan. Langkah selanjutnya adalah memproses surat perijinan sesuai prosedur yang berlaku.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti berusaha memperoleh informasi tentang latar

penelitian secara tepat. Untuk itu dijalin hubungan, baik secara formal maupun

(36)

informal dengan responden yang akan dimintai keterangan. Fleksibilitas dan

adaptibilitas sangat perlu dipertahankan agar proses pengumpulan data dan

pelaksanaannya berjalan lancar.

Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya

ialah bahwa segala sesuatu belum punya bentuk yang pasti. Masalah, fokus

penelitian, prosedure penelitian, data yang akan dikumpulkan, bahkan hasil yang

diharapkan semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.

Peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian kualitatif karena

memiliki ciri -ciri sebagai berikut (Nasution, 1996 : 55-56)

a. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari

lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

b. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap aspek keadaan dan

dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus

c. Tiap situasi merupakan suatu keseluruhan, dan hanya manusia sebagai

instrumen dapat memahami situasi dalam segala seluk beluknya.

d. Untuk memahami suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, perlu

merasakannya, menelaminya, berdasarkan penghayatan kita

e. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang

diperolehnya

f. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan

berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan segera

menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan,

perubahan, perbaikan atau penolakan.

(37)

g. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh yang menyimpang

diberi perhatian. Respon yang lain dari pada yang lain bahkan yang

bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat

pemahaman mengenai aspek yang diselidiki.

Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan triangulasi yaitu mengecek kebenaran

data untuk menghindari subyektivitas dengan cara menanyakan data yang sama

dari sumber lain dengan menggunakan metode yang sama atau berbeda

(Nasution, 1996 : 10). Selain tiu dilakukan juga member check untuk

mengkonfirmasikan kebernaran catatan lapangan yang telah dianalisis pada

sumber datanya. Kemudian mendeskripsikan dan menganalisis data lapangan

dengan merujuk kajian teoritis untuk menghasilkan temuan penelitian.

3. Tahap Penyusunan Laporan

Pada tahap ini disusun laporan penelitian secara sistematis dalam bentuk

tesis yang akan dipertanggung jawabkan secara ilmiah dalam progres report,

ujian tahap I dan ujian tahap II

G. Analisa Data

Analisa data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data kedalam

pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan

dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh ( Lexy J.Moleong,

1997 : 103 ). Sedangkan ( Bogdan dan Biklen 1990 : 189 ) mengemukakan

(38)

bahwa analisa data merupakan proses mencari dan mengatur se

transkip wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain\Y_,,

_.ita^-dihimpun untuk menambah pemahaman mengenai bahan-bahan^jti

melaporkan yang telah ditemukan kepada pihak lain. Dari pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah pengorganisasian data,

mengurutkan data dan membentuknya kedalam pola, kategori dan uraian dasar

untuk pemberian makna dan pemahaman.

Analisa data dilakukan pada waktu peneliti masih berada dilapangan dan

setelah proses pengumpulan data yaitu peneliti meninggalkan kancah lapangan.

Pada saat penelitian dilakukan, analisa data dilakukan dengan cara merekam

data lapangan, melakukan member check kepada sampel penelitian, melakukan

triangulasi, dan melakukan penyempurnaan analisis, kemudian menyusun

kecenderungan - kecenderungan yang timbul sesuai dengan proses dan jenis

data yang didapatkan untuk menangkap makna yang terkandung didalamnya.

Analisa data setelah peneliti meninggalkan kancah lapangan dilakukan

dengan mereduksi data dan menunjukan data sehingga hubungan data akan

terlihat dan membentuk kesatuan yang utuh serta dapat ditarik kesimpulan.

Bila tahapan-tahapan penelitian tersebut dikaitkan dengan teknik analisa

data , akan tampak seperti pada Gambar 9

'e&

(39)

f

Dokumentasi

Observasi

Sumber: Peneliti

Teknik Analisa Data

Studi Pendahuluan

Wawancara

Penyusunan Desain

Seminar Desain

I

Pengumpulan Data

-A

Observasi

Triangulasi dan

Member check

T

Dokumentasi Wawancara Angket

Pengelompokan Data Klasifikasi, dan Analisis

Reduksi Data

i

Makna

Gambar 9

Konsep Teori

Konsep, Teori

(40)

F. Kepercayaan Temuan Penelitian

Untuk Menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu.(Lexy J. Moleong, 1997 : 173) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif ada

empat kriteria yang digunakan yaitu : derajat kepercayaan (credibility / validitas internal), keteralihan (transferability / validitas eksternal), kebergantungan

(dependability / reliabilitas), dan kepastian (confirmability / obyektivitas).

Penerapan kriteria derajat kepercayaan (credibility) pada dasarnya

menggantikan konsep validitas internal dalam penelitian kuantitatif. Validitas

membuktikan bahwa apa yang diamati peneliti sesuai dengan apa yang

sesungguhnya ada dalam dunia kenyataan dan apakah penjelasan yang

diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang sebenarnya ada / terjadi.

Dalam penelitian kualitatif validitas internal (kredibilitas) menggambarkan konsep

peneliti dengan konsep yang ada pada partisipan (Nasution, 1996 : 105).

Menurut (Lexy J. Moleong, 1997 : 175) agar penelitian memenuhi kredibilitas

harus memenuhi kriteria tertentu yaitu :

1) Perpanjangan keikut sertaan

2) Ketekunan pengamat

3) Triangulasi

4) Pengecekan sejawat

5) Kecukupan referensi

6) Kajian kasus negatif

7) Pengecekan anggota.

(41)

Dalam penelitian ini perpanjangan keikut sertaan sangat dimungkinkan

karena lokasi penelitian berada di lingkungan tempat peneliti bekerja. Selain itu

peneliti akan mencoba melakukan triangulasi, pengecekan anggota, dan kecukupan referensi agar penelitian memenuhi kriteria kredibilitas.

Validitas ekstemal (transferablity) berkenaan dengan tingkat generalisasi

yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi

kasus-kasus lain diluar penelitian. Dalam penelitian ini agar memenuhi kriteria validitas

eksternal / transferability peneliti mencoba melakukannya dengan cara "uraian

rinci", yaitu melaporkan hasil penelitiannya sehingga uraiannya dilakukan seteliti

dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan . Laporan mengacu kepada fokus penelitian, uraiannya akan

mengungkapkan segala sesuatu sehingga pembaca dapat memahami

penemuan - penemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri merupakan

penafsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala macam

pertanggung jawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

Kebergantungan (dependability) merupakan substitusi istilah reliabilitas

dalam penelitian kuantitatif (Lexy J.Moleong, 1997 : 174), pada penelitian

kuantitatif, reliabilitas ditunjukan dengan jalan mengadakan replikasi studi,

reliabilitas suatu penelitian tercapai jika diadakan beberapa kali pengulangan

suatu studi dalam kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama.

Reliabilitas ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

1) Status dan kedudukan peneliti

2) Pilihan informan

(42)

3) Situasi dan kondisi sosial

4) Definisi konsep

5) Metode pengumpulan dan analisis data

Sehubungan dengan hal tersebut dalam penelitian ini diusahakan :

1) Memberikan uraian deskriptif yang kongkrit, catatan ucapan dan percakapan

verbatin

2) Meminta bantuan teman yang berada dilokasi lapangan untuk mendiskusikan

dan membandingkan sehingga terjadi kesesuaian

3) Pencatatan informasi rekaman (tape recorder) sehingga dapat ditangkap

informasi dengan lengkap dan cermat

4) Meminta kritik dari teman sejawat dengan membaca laporan hasil penelitian.

Kriteria kepastian (confirmability berasal dari konsep " obyektifitas) menurut

penelitian kuantitatif. Obyektifitas dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan

ciri-ciri data. Dapatkah data tersebut dipastikan ?

(43)
(44)

BABV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab - bab terdahulu, maka berikut ini kesimpulan penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Macam dam tujuan pelatihan yang direncanakan dan dilaksanakan memiliki relevansi dengan visi dan misi rumah sakit yaitu menjadi model

rumah sakit pendidikan nasional , visi dan misi rumah sakit dijadikan

acuan oleh bidang perawatan.

Macam dan tujuan pelatihan yang ditetapkan dapat mendukung

tersusunnya rencana pelatihan yang efektif karena sesuai dengan

kebutuhan RSKG Ny RA Habibie dan program perbaikan serta

pengembangan tenaga perawat, tetapi dalam peserta pelatihan belum

seluruhnya tepat karena tidak seluruhnya didasarkan pada pengukuran

kesenjangan kinerja, sehingga perawat yang tidak membutuhkan

pelatihan ada kemungkinan terpilih menjadi peserta pelatihan.

2. Sebelum menyusun program rancangan pelatihan, bidang perawatan

RSKG melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan. Kegiatan ini dilakukan

sebelum tahun anggaran berjalan, karena hasilnya merupakan usulan

rencana pelatihan yang dibutuhkan oleh tenaga perawat RSKG Ny RA

(45)

Habibie. Pelatihan apa yang diperlukan unit kerja mana yang membutuhkan adalah isi dari rencana pelatihan yang diusulkan oleh

bidang perawatan ke bidang diklat. Kegiatan pengkajian kebutuhan

pelatihan yang dilakukan bidang perawatan merupakan langkah yang

sangat penting yang

perlu dilakukan secara tepat dan benar karena

hasilnya akan mendukung terhadap tersusunnya sebuah rancangan program yang efektif.

Pola perumusan macam dan tujuan pelatihan yang telah dilaksanakan oleh bidang perawatan RSKG Ny RA Habibie Bandung, telah dapat memberikan informasi mengenai macam pelatihan yang dibutuhkan, unit

keja yang membutuhkan dan tujuan yang diharapkan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung tersusunnya suatu rancangan

program pelatihan yang efektif. Walaupun demikian perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai kebutuhan pelatihan yang didasarkan

pada analisis visi RSKG sebagai rumah sakit dalam bidang hemodialisis,

agar macam pelatihan yang dirumuskan seluruhnya dapat mendukung

tercapainya tujuan organisasi.

Bila melihat kriteria yang digunakan oleh kepala ruangan sebagai atasan

langsung perawat pelaksana dalam memilih calon peserta pelatihan yang

akan diusulkan kepada bidang perawatan, belum nampak suatu kriteria

yang menggambarkan bahwa peserta pelatihan tersebut memiliki

kesenjangan kinerja yang dapat diisi melalui pelatihan. Kesempatan

mengikuti pelatihan bagi tenaga perawat lebih dianggap sebagai reward,

(46)

karena setelah selesai pelatihan mereka akan memiliki sertifikat yang

memiliki nilai akreditasi yang dapat diperhitungkan sebagai kredit untuk

kenaikan golongan. Begitu pula keriteria yang dapat digunakan oleh

bidang perawatan, walaupun bidang perawatan sudah menambahkan

kriteria lain misalnya latar belakang pendidikan, hal ini belum cukup untuk dapat mengetahui adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan

kinerja aktual.

3. Cara penyusunan rancangan program pelatihan tenaga perawat RSKG disusun setelah adanya pengkajian kebutuhan pelatihan yang dilakukan

oleh bidang perawatan bersama-sama dengan kepala ruangan. Hasil pengkajian tersebut kemudian dikembangkan menjadi suatu kurikulum pelatihan yang juga disusun oleh bidang perawatan bersama-sama

dengan ka. ruangan dan perawat terkait tersebut. Seyogyanya mereka yang menyusun kurikulum dan mengembangkan materi serta metode pelatihan adalah staf instalasi diklat yang memiliki kemampuan sebagai seorang spesialis pengajaran (widyaiswara).

4. Dalam proses pelaksanaan pelatihan tenaga perawat RSKG, ke lima

prinsip pembelajaran dapat diterapkan , hal ini mendukung proses

pelaksanaan pelatihan yang efektif.

Ada beberapa hal yang tidak sesuai dalam pelaksanaan pelatihan yaitu

penerapan standar asuhan keperawatan dengan rancangan program

pelatihan yang diamati peneliti adalah satu orang calon peserta pelatihan

(47)

dan satu orang pelatih / pembimbing yang tidak sesuai dengan yang direncanakan. Sedangkan komponen lainnya seperti kurikulum, dan evaluasi pelatihan teriaksana sesuai dengan rencana. Ketidak sesuaian peserta pelatihan, dan pelatih tersebut dengan rencana sebenarnya dapat dihindari apabila pada tahap input dilakukan evaluasi peserta dan evaluasi pelatih, sehingga dapat diketahui dengan segera ketidak sesuaian

tersebut.

Masalah-masalah yang muncul pada waktu pelaksanaan pelatihan tenaga

perawat RSKG Ny RA Habibie adalah masalah ruangan kelas, masalah

sulitnya pengaturan waktu bagi pelatih, dan masalah kesiapan peserta

untuk mengikuti pelatihan. Mengingat status RSKG Ny RA Habibie

sebagai rumah sakit pendidikan dan salah satu strategi pengembangan

SDM rumah sakit khususnya tenaga perawat melalui pelatihan,

nampaknya masalah tersedianya ruangan kelas yang memadai

merupakan suatu masalah yang serius yang harus segera mendapat

perhatian dari pimpinan rumah sakit. Begitu pula tersedianya karyawan

yang berstatus sebagai widyaiswara dirumah sakit yang memiliki

pengalaman dan keahlian dalam bidangnya, merupakan salah satu

alternatif untuk mengatasi masalah sulitnya mengatur waktu bagi para

pelatih / pengajar.

Keadaan fasilitas ruang belajar dan kemampuan sebagian pelatih

dalam metodologi pengajaran belum sepenuhnya dapat mendukung

terjadinya pembelajaran yang efektif.

(48)

Dalam pelaksanaan evaluasi pelatihan tenaga perawat RSKG Ny RA

Habibie Bandung, sebagian besar hasil evaluasi internal yaitu informasi

tentang penyelenggaraan program pelatihan khususnya pada tahap

proses dan output telah dapat memberikan umpan balik yang dibutuhkan

untuk peningkatan dan perbaikan program pelaksanaan tersebut, kecuali

informasi peserta dan pelatih pada tahap input. Sedangkan hasil evaluasi

eksternal yaitu informasi hasil pelatihan ditempat kerja berupa data

mengenai peningkatan kinerja perawat dalam melaksanakan tugasnya secara formal belum diperoleh, karena belum pernah dilakukan,

walaupun demikian berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan sebagai atasan langsung alumni peserta pelatihan diperoleh informasi bahwa sebagian perawat yang sudah mengikuti pelatihan khususnya

pelatihan dalam aspek klinis keperawatan dirasakan peningkatan kinerjanya. Sedangakan perawat yang bersangkutan merasakan besarnya

manfaat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil

pelatihan dalam melaksanakan tugasnya memberikan asuhan

keperawatan.

(49)

I. Implikasi

Implikasi ini berkaitan dengan implikasi temuan penelitian yaitu

merupakan berbagai persoalan yang dapat muncul berkaitan dengan keadaan

yang ditemukan di setting penelitian.

Adanya upaya - upaya dari para pengelola RSKG dalam memperbaiki dan

mengembangkan

kualitas tenaga

perawat melalui

pelatihan

bila terus

ditingkatkan dengan mempertimbangkan umpan balik yang diperoleh dari hasil

evaluasi pelatihan maka pada saatnya efektivitas pelatihan yang diharapkan

dapat tercapai.

Beberapa kegiatan dalam sistem pelatihan yang mendukung pelaksanaan

yang efektif ialah : (1) perumusan macam pelatihan yang dibutuhkan, (2)

penetapan unit kerja yang membutuhkan pelatihan, (3) penerapan evaluasi dan

prinsip-prinsip pembelajaran, dan (4) pelaksanaan evaluasi internal. Kegiatan

yang sudah mendukung harus tetap dilakukan bahkan dilaksanakan dalam kegiatan pelatihan tenaga kesehatan lainnya yaitu tenaga non medis. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang harus dikembangkan agar dapat mendukung

pelatihan yang efektif ialah : (1) pemilihan peserta pelatihan, (2) pengembangan

kurikulum, (3) perbikan fasilitas ruang belajar, (4) dan keberadaan widyaiswara,

perlu mendapat perhatian dan perbaikan karena bila tidak, dapat memberikan

implikasi yang tidak diharapkan baik bagi pengelola, yang dikelola ataupun

lingkungan.

(50)

Implikasi yang tidak diharapkan terhadap yang dikelola ialah pemilihan

peserta pelatihan yang kurang tepat, memungkinkan perawat yang tidak yaitu

terhadap

peningkatan

pelayanan asuhan

keperawatan

khususnya dan

pelayanan kesehatan umumnya serta akhirnya terhadap citra rumah sakit.

A. Rekomendasi

Temuan Penelitian diperoleh hasil bahwa efektivitas pelaksanaan

pelatihan tenaga perawat dipengaruhi berbagai faktor meliputi : (1) ketepatan

mengkaji kebutuhan pelatihan, yang akan dapat menjawab pertanyaan, macam

pelatihan apa yang dibutuhkan, unit keja yang membutuhkan pelatihan, perawat

mana yang membutuhkan pelatihan, apa tujuan pelatihan, (2) kualitas rancangan

program pelatihan yang disusun, (3) kesesuaian pelaksanaan pelatihan dengan

rancangan yang telah disusun, dan (4) adanya evaluasi pelatihan yang dapat memberikan umpan balik yang tepat.

Sehubungan dengan hal itu dapat dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai upaya-upaya untuk mengembangkan efektivitas pelaksanaan pelatihan yang telah dicapai, dalam rangka perbaikan dan pengembangan kualitas tenaga perawat RSKG Ny RA Habibie Bandung.

Upaya-upaya tersebut meliputi:

1. Dalam tahap pengkajian kebutuhan pelatihan, perlu adanya kriteria yang

menjadi peserta pelatihan, perlu adanya kriteria yang menggambarkan adanya kesenjangan kinerja individu disamping kriteria yang sudah ada.

(51)

Dengan demikian perlu dilakukan analisis personalia untuk memilih^§©r4^^

pelatihan melalui pengukuran kinerja individu.

Dalam menentukan kebutuhan pelatihan menurut Randall SSchul^ei^^r^^*^^' n

401) dan Henry Simamora ( 1995 ; 279 ) diantaranya melalui^^j^^^

organisasional dimana kebutuhan pelatihan dianalisis berdasarkan apa tujuan

organisasi dan melalui analisis operasional dimana kebutuhan pelatihan

dikaji berdasarkan bagaimana tujuan organisasi dapat dicapai.

2. Pengembangan sasaran / tujuan pelatihan menjadi sasaran perilaku yang

lebih rinci yang diinginkan dari pelatihan. Hasilnya akan merupakan pedoman

proses pelatihan.

Randall dan Susan ( 1997 ; 335 ) mengemukakan beberapa pendekatan

yang berbeda yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan latihan individual yaitu melalui:

a. Pengukuran output; analisis kebutuhan individu didapat melalui

data kinerjanya

b. Kebutuhan pelatihan yang dinilai sendiri; penilaian diri didasarkan

atas asumsi bahwa para pegawai sadar akan kelemahan

keterampilan dan kekurangan kinerjanya.

3. Dalam penyusunan rancangan program pelatihan, perlu adanya penjabaran

lebih lanjut mengenai mata ajaran yang akan diberikan kedalam sub-sub

pokok bahasan (topik-topik), dan penetapan tujuan instruksional yang biasanya tersusun sebagai garis-garis besar pokok pelajaran yang

merupakan bagian dari kurikulum pelatihan.

(52)

Soekijo

(1991

; 53)

mengemukakan

mengenai

langkah-langkah

pengembangan kurikulum dimulai dengan ;

a. Mengidentifikasi masalah

b. Menentukan tujuan institusional

c. Mengidentifikasi ilmu pengetahuan dan keterampilan apa yang

diperlukan untuk menunjang tujuan institusional

d. Menentukan tujuan kurikulum dan tujuan mata ajaran e. Menjabarkan mata ajaran kedalam topik

f. Menentukan tujuan instruksional.

4. Tersusunnya suatu kurikulum pelatihan yang baik sangat ditentukan oleh

kemampuan penyusun yang seharusnya dilakukan oleh seorang spesialis

pengajaran (widyaiswara) yang memiliki kemampuan sebagai instruktur /

pelatih / pengajar, pengembang materi dan metode pelatihan, serta pembuat

kurikulum pelatihan. Mengingat pelatihan merupakan salah satu pimpinan rumah sakit dalam rangka perbaikan dan pengembangan kualitas tenaga

perawat RSKG Ny RA Habibie, maka sudah waktunya memiliki widyaiswara

yang berada dalam koordinasi instalasi diklat sebagai wadah yang mengelola

pelaksanaan kegiatan diklat RSKG Ny RA Habibie Bandung.

Adanya ruang kelas yang memadai merupakan masalah serius untuk mendapat perhatian dari pimpinan rumah sakit agar dapat mendukung

terjadinya proses belajar mengajar yang optimal, dan mengingat visi RSKG

Ny RA Habibie" Menjadi rumah sakit model pendidikan ".

(53)

Metode pembelajaran yang baik menurut Soekijo (1991 ; 57) dikelompokan

kedalam dua jenis, yaitu ;

a. Metode Didaktik (one way method), melalui bentuk ceramah

sehingga materi yang diberikan dapat didengar dan diterima

sekaligus oleh 13 sampai 30 peserta pelatihan

b. Metode Sokratik ( two way method ), dilaksanakan melalui bentuk

diskusi,

demostrasi, seminar, praktek lapangan

yang dapat

meningkatkan keterlibatan peserta. Dengan adanya penggunaan metode Sokratik ini prinsif pembelajaran partisipasi dapat

diterapkan, sesuai dengan pendapat Simamora (1995 : 310)

mengenai pemilihan metode pelatihan dan Siagian (1970 : 190)

mengenai prinsip belajar yang perlu dipertimbangkan agar pelaksanaan pengajaran / pelatihan efektif.

Menurut pendapat pakar pelatihan ( Siagian 1997 : 189 -190 ) ada

lima prinsip belajar yang layak dipertimbangkan yaitu ; partisipasi,

repetisi, relevansi, transfer dan umpan balik.

5. Dalam kegiatan evaluasi pelatihan, perlu dilaksanakan evaluasi terhadap peserta dan pelatih pada tahap input, serta evaluasi pada tahap hasil untuk menilai sejauh mana peningkatan kinerja perawat yang sudah dilatih. Dengan demikian hasil evaluasi dapat memberikan umpan balik yang tepat untuk

peningkatan perancanaan program pelatihan berikutnya. Instrumen evaluasi

dapt disusun oleh instalasi diklat ( widyaiswara ) bersama-sama dengan Ka

Ruangan sebagai atasan langsung perawat peserta pelatihan.

(54)

Menurut Pusdiklat Depkes Rl (1993 : 3 ), Agar pelaksanaan pelatihan sesuai

dengan rencana maka evaluasi terhadap pelatihan baik peserta dan pengajar

pada tahap input perlu dilaksanakan disamping kurikulum. Selain hal tersebut

juga dapat dilakukan evaluasi pada tahap hasil / efek untuk mengetahui

sejauh mana efektivitas pelatihan tersebut terhadap kinerja perawat. Hal ini

penting agar perawat memperoleh umpan balik yang tepat, baik pada tahap

input, proses, out put maupun pada tahap hasil / efek agar rancangan

program pelatihan yang berikutnya dapat disusun lebih baik.

(55)
(56)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun. (1986). Analisis Posisi Pembangunan Pendidikan.

Jakarta : Biro Perencanaan Depdikbud Rl.

Abdul Rosyid. (1997). Efisiensi dan EfeMivitas Pelatihan Dalam Meningkatkan

Kinerja Sumber Daya Manusia Dibidang Perawatan Pesawat Besar PT.

Garuda Indonesia. Tesis tidak diterbitkan : PPS UPI Bandung.

Adjat Sudrajat. (1997). Upaya Pengembangan Kemampuan Profesional Tenaga

Pendidik Pada Lembaga Pendidikan dan Latihan Pegawai Departemen

Penerangan Daerah Bandung. Tesis tidak diterbitkan :

PPS IKIP Bandung.

Amirun S. (1991). Kebijaksanaan Depkes Rl Tentang Rumah Sakit Unit

Swadana. Makalah pada pelatihan persiapan implementasi RS sebagai

Unit Swadaya, Jakarta.

Baired. Loyd S. Craig Eric Schneier and Dugan Laird. ( 1985 ). Training and

Development

Source

Book.

Amherst

M.A

:

Human

Resources

Development Press.

Bidang Evaluasi dan Pelaporan Pusdiklat. (1996) Evaluasi Pelatihan. Makalah

yang disajikan pada pertemuan perencanaan pelatihan terpadu. Jakarta :

Depkes Rl.

Bogdan. Robert C dan S.K Biklen. (1990). Riset Kualitatif untuk Pendidikan .

Pengantar ke Teori dan Metode, Alih bahasa, Munandir, Jakarta : Dikti

Depdikbud.

Qualitative Research in Education. Boston : Allyn & Bacon, Inc.

Castetter, William.B. (1996). The Humen Resources Function in Educational

Administration. New Jersey : A Simon & Schuster Company.

Chung Kae H & Megginson, L. ( 1981). Organizational Behavior Developing

Managerial Skill. New york: Haper & Rew Publiser.

Dessler Gary. (1997). Manajemen Sumber Daya Manusia, Alih bahasa ;

Benyamin Molan. Jakarta : Prenhallindo.

Dirjen Yanmed.

(1993). Standar Asuhan Keperawatan Cetakan Pertama,

(57)

Edward Suchman A. (1967). Evaluation Research. Principles and Practise in

Public Service and Sosial Action Program. New York : Russel Sage

Foundations.

Flipo Ewdin B. (1995), Manajemen Personalia. Alih Bahasa : Masud. Jakarta :

Erlangga .

(1984). Personel Management. Sixth Edition. New York : Mc Grawhill Book Company.

Gagne, RM and Briggs, LJ. (1978). Principles of Instructional Design. New York Kirkpatrick, Donald L ,(1976). Training and Development Handbook. New york :

Mc Graw Hill Book Company.

Laksono Trisnantoro, et, al. (1995). Ekonomi Manajerial Rumah Sakit. Tesis tidak Diterbitkan : PPS MMRS. FK UGM Yogyakarta.

Lembaga Administrasi Negara. (1983). Instruction Techniques and Training

Management Program. Indonesia-Australia Modul 1.

Laird, Dugan. (1985). Aproaches to Training Job and Development. Second Edition. Canada : Addison - Wesley Publishing Company.

Lincoln. Yvonna S, and Guba.Egon G. (1985 ). Naturalistic Inquary, New Delhi : Sage Publisher

Lunandi A.G. ( 1993 ). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama

Moleong.J.Lexy. ( 1997 ). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Nasution .(1996 ). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif: Bandung. Tarsito.

Pusdiklat . ( 1996 ) Buku Pedoman Pengkajian Kebutuhan Pelatihan. Jakarta :

Depkes Rl

Schuler. Randall .S .( 1987 ). Personal and Human Resources Management. Third Edition. West Publishing Company.New York.

1 Jackson.Susan S. ( 1997 ). Manajemen Sumber Daya Manusia

Menghadapi Abad Ke 21. Alih Bahasa Nurdin Sobari. Jakarta : Erlangga

(58)

•, ( 1995 ). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakart^^^^iao^^

Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

fHAwr

" Lu e?Sfa. - -" d I

Undang - Undang No. 2 Th, 1989. ( 1995 ).

Sistem Pendidikan

Jakarta: Sinar Grafika

V c£

.

Soekijo Notoatmodjo. ( 1991 ). Pengembangan Sumber Daya Manusia, Jakarta :

Rineka Cipta

Steers, Richard M.(1980 ). Efektivitas Organisasi. Jakarta : Erlangga

Sudirman, dkk. (1987 ). Ilmu Pendidikan. Bandung ; Remaja Karya

Sumegen . (1982 ). Langkah - Langkah Evaluasi Program Kesehatan. Majalah

Kesehatan Masyarakat No. 27 /1982. Jakarta.

Tim Departemen Kesehatan Rl. ( 1991 ). Konsep Dan Proses Keperawatan.

Buku I. Jakarta : Depkes Rl

Udja Sumantri. ( 1998 ).

Hubungan Pelaksanaan Pelatihan SAK Mengenai

Sikap, Perilaku, Motivasi Dan Kemampuan Kerja Dengan ProduMivitas

Kerja

Pada RSHS Bandung. Tesis tidak diterbitkan : PPS UNPAD

Bandung

Yatim Rianto. (1996 ). Met

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, dengan adanya lembar kerja peserta didik dalam proses pembelajaran juga dapat membantu guru mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep-konsep materi

Pola reaksi perubahan nitrit isolat NOB H1 (Gambar 3) menunjukkan bahwa secara umum terjadi penurunan konsentrasi nitrit yang diikuti oleh kenaikan konsentrasi amonium dan

Membuat pemetaan keterlaksanaan KTSP di SMA, berdasarkan hasil supervisi dan evaluasi keterlaksanaan KTSP, yang mencakup data dan informasi tentang kondisi riil

Kedua, kendala yang dihadapi oleh penegak hukum dalam memberikan perlindungan hukum bagi pelaku dan korban tindak pidana narkotika menurut Kompol Ari Sumarwono,

• Sekiranya menggunakan senjata seperti pedang sahaja sudah diharamkan kerana boleh menyebabkan kecederaan dan kematian orang tidak berdosa, sudah tentu penggunaan senjata

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa celebrity endorser, persepsi harga, kualitas produk dan promosi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda

2) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis. 3) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di puskesmas, klinik dan apotek jejaring. 4)

Induksi ekspresi enzim alkana monooksigenase, toluena dioksigenase, dan naftalen dioksigenase terjadi selama proses degradasi namun pada waktu inkubasi yang