Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Daftar: 241/AP/S/2013
KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
TERHADAP MUTU SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR NEGERI
DI KOTA TASIKMALAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Oleh:
RINI SOFIANI
0901782
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
KONTRIBUSI PERILAKU KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH TERHADAP MUTU SEKOLAH
PADA SEKOLAH DASAR NEGERI
DI KOTA TASIKMALAYA
Oleh Rini Sofiani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Rini Sofiani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
ii
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kontribusinya terhadap mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilakukan di Kota Tasikmalaya dengan objek penelitian Sekolah Dasar Negeri serta guru dan kepala sekolah sebagai sumber data penelitian.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik komunikasi tidak langsung yaitu dengan melakukan penyebaran kuesioner atau angket tertutup, yang disebarkan kepada 261 guru pada 30 Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya sebagai sampel penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Weight Means Score (WMS), gambaran umum variabel X (perilaku kepemimpinan kepala sekolah) berada pada kategori sangat baik, dengan skor rata-rata 4,06. Sedangkan gambaran umum variabel Y (mutu sekolah) berada pada kategori baik, dengan skor rata-rata 3,86. Berdasarkan hasil uji koefisien korelasi dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya adalah 0,86 artinya sangat kuat. Hasil perhitungan uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa perilaku kepemimpinan kepala sekolah memberikan pengaruh terhadap mutu sekolah sebesar 73,96%. Hasil uji analisis signifikasi dapat diketahui bahwa thitung > ttabel yaitu 8,918 > 1,701, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi yang telah diperoleh adalah positif dan signifikan. Selanjutnya hasil pengujian regresi diperoleh persamaan regresi Y (Mutu Sekolah) atas X (Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah) yaitu Y = 6,33 + 0,859 X. Persamaan ini memiliki hubungan yang positif, artinya jika terjadi perubahan (peningkatan maupun penurunan) satu poin variabel X maka akan diikuti oleh perubahan variabel Y.
iii
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRACT
The study is titled "The Contribution of the Principal Leadership Behavior Toward Quality Education In Public Elementary School in the city of Tasikmalaya". The problems discussed in this study is the behavior of the principal's leadership and contribution to the quality of schools in the public elementary school in Tasikmalaya. The research was conducted in the city of Tasikmalaya with the object of study Primary School as well as teachers and principals as a source of research data.
The purpose of this study was to obtain an overview of the principal's leadership behaviors contribute to the quality of schools in the public elementary school in Tasikmalaya. The method used in this research is descriptive method with a quantitative approach. Data collection techniques using indirect communication technique ie by distributing questionnaires or enclosed questionnaire, distributed to 261 teachers in 30 public elementary school in Tasikmalaya City as the study sample.
Based on calculations using the formula Weight Means Score (WMS), an overview of the variables X (principal leadership behaviors) are in very good category, with an average score of 4.06. While the general picture of the variable Y (school quality) are in either category, with an average score of 3.86. Based on the test results of the correlation coefficient using Pearson Product Moment correlation formula can be seen that the correlation coefficient between the Principal Leadership Behaviour on School Quality in Public Elementary School in the city of Tasikmalaya is a very powerful means 0.86. Calculation of the coefficient of determination test results show that the principal's leadership behavior influence the quality of schools was 73.96%. Significance analysis of test results can be seen that t count> t table is 8.918> 1.701, it can be concluded that the correlation coefficient has been obtained is positive and significant. Furthermore, the results of regression testing obtained by the regression equation Y (Quality Schools) on X (Principal Leadership Behavior) is = 6.33 + 0.859 X. This equation has a positive relationship, meaning that if there is a change (increase or decrease) in one variable point X will be followed by a change of variable Y.
vi
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
ABSTRAK ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
KATA PENGANTAR ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
UCAPAN TERIMA KASIH ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
DAFTAR ISI ... VI
DAFTAR TABEL ... VIII
DAFTAR GAMBAR ... VIII
DAFTAR LAMPIRAN ... XI
BAB I PENDAHULUAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. Latar Belakang Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ....ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
C. Tujuan Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
D. Manfaat Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
E. Struktur Organisasi Skripsi ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. Konsep Kepemimpinan ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Definisi Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined. 2. Fungsi Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined. 3. Perilaku Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined. B. Konsep Mutu Sekolah ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Definisi Mutu ... Error! Bookmark not defined. 2. Prinsip Mutu ... Error! Bookmark not defined. 3. Mutu Sekolah ... Error! Bookmark not defined. C. Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu
vii
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Kerangkan Pemikiran ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
E. Hipotesis Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. BAB III METODE PENELITIAN ... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. Lokasi, Populasi, Sampel ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
B. Desain Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
C. Metode Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
D. Definisi Operasional ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
E. Instrumen Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
F. Proses Pengembangan Instrumen ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
G. Teknik Pengumpulan Data ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
H. Analisis Data ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANERROR! BOOKMARK
NOT DEFINED.
A. Hasil Pengolahan Data ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Seleksi Angket ... Error! Bookmark not defined. 2. Klasifikasi Data ... Error! Bookmark not defined. 3. Penerapan Data Sesuai Dengan Pendekatan Penelitian ... Error!
Bookmark not defined.
B. Pembahasan Hasil Penelitian ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
1. Gambaran mengenai Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Error!
Bookmark not defined.
2. Gambaran mengenai Mutu Sekolah .. Error! Bookmark not defined. 3. Gambaran mengenai Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala
Sekolah Terhadap Mutu Sekolah ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.
A. Kesimpulan ...ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.
viii
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
viii
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel
1.1 Berita dari Media Massa Online ... Error! Bookmark not defined. 1.2 Rantai Permasalahan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Definisi Kepemimpinan Menurut Para Ahli ... Error! Bookmark not
defined.
2.2 Fungsi Pokok Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined. 2.3 Contoh Perilaku Kepemimpinan ... Error! Bookmark not defined. 2.4 Pedoman untuk Merencanakan Tindakan ... Error! Bookmark not
defined.
2.5 Pedoman untuk Melakukan Klarifikasi Peran dan Tujuan ... Error!
Bookmark not defined.
2.6 Pedoman untuk Memantau Operasi .. Error! Bookmark not defined. 2.7 Panduan Memberikan Dukungan ... Error! Bookmark not defined. 2.8 Pedoman untuk Pelatihan / Coaching ... Error! Bookmark not
defined.
2.9 Pedoman untuk Memberikan Nasehat / MentoringError! Bookmark
not defined.
2.10 Instrumen Pengukuran Perilaku Tugas ... Error! Bookmark not
defined.
2.11 Instrumen Pengukuran Perilaku Hubungan .... Error! Bookmark not
defined.
2.12 Ciri-ciri Perilaku Kepemimpinan ... Error! Bookmark not
defined._Toc363068011
2.13 Definisi Mutu Menurut Ahli ... Error! Bookmark not
defined._Toc363068013
2.14 Prinsip Utama Mutu Menurut Hensler dan Brunell ... Error!
ix
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.15 Standar-standar Mutu ... Error! Bookmark not defined. 2.16 Indikator Sekolah Bermutu dan Tidak Bermutu .... Error! Bookmark
not defined.
2.17 Perbandingan Sekolah Bermutu dan Sekolah Konvensional .... Error!
Bookmark not defined.
2.18 Karakteristik Sekolah Bermutu ... Error! Bookmark not defined. 2.19 Komponen Karakteristik Sekolah Bermutu .... Error! Bookmark not
defined.
3.1 Jumlah SDN di Kota Tasikmalaya Berdasarkan Kecamatan.... Error!
Bookmark not defined.
3.2 Jumlah SDN di Kota Tasikmalaya Berdasarkan Akreditasi ... Error!
Bookmark not defined.
3.3 Sampel Sekolah Dasar Negeri Berdasarkan Kecamatan ... Error!
Bookmark not defined.
3.4 Sampel Sekolah Dasar Negeri Berdasarkan Hasil Akreditasi .. Error!
Bookmark not defined.
3.5 Sampel Penelitian “SD Negeri di Kota Tasikmalaya” ... Error!
Bookmark not defined.
3.6 Instrumen Pengukuran Perilaku Tugas ... Error! Bookmark not
defined.
3.7 Instrumen Pengukuran Perilaku Hubungan .... Error! Bookmark not
defined._Toc363068040
3.8 Kisi-Kisi Instrumen “Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah“
Error! Bookmark not defined.
3.9 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Mutu Sekolah” ... Error! Bookmark
not defined.
3.10 Kriteria Penskoran (Skala Likert) ... Error! Bookmark not defined. 3.11 Hasil Uji Variabel X “Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah”
x
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.12 Hasil Uji Validitas Variabel Y “Mutu Sekolah” .... Error! Bookmark
not defined.
3.13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian .... Error! Bookmark not
defined.
3.14 Konsultasi Hasil Perhitungan WMS . Error! Bookmark not defined. 3.15 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... Error! Bookmark not
defined.
4.1 Rekapitulasi Hasil Seleksi Angket .... Error! Bookmark not defined. 4.2 Pemberian Bobot Skor Alternatif Jawaban ... Error! Bookmark not
defined.
4.3 Skor Mentah Variabel X dan Varaibel Y ... Error! Bookmark not
defined.
4.4 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel X ... Error! Bookmark not
defined.
4.5 Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... Error! Bookmark not
defined.
4.6 Hasil Perhitungan Rata-Rata Variabel Y ... Error! Bookmark not
defined.
4.7 Skor Rata-Rata Perhitungan Uji Kecenderungan .. Error! Bookmark
not defined.
4.8 Hasil Perubahan Skor Mentah Menjadi Skor BakuError! Bookmark
not defined.
4.9 Hasil Uji Normalitas Variabel X ... Error! Bookmark not defined. 4.10 Hasil Uji Normalitas Variabel Y ... Error! Bookmark not defined. 4.11 Kriteria Harga Koefisien Korelasi Nilai r ... Error! Bookmark not
x
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar
_Toc363069500
1.1 Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined. 2.1 Kerangka Perilaku Griffin dan Moorhead (1996) .. Error! Bookmark
not defined.
2.2 Model Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard ... Error!
Bookmark not defined.
2.3 Kerangka Pemikiran ... Error! Bookmark not defined. 2.4 Pola Hubungan Antar Variabel ... Error! Bookmark not defined. 3.1 Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 4.1 Kecenderungan Umum Variabel X ... Error! Bookmark not defined. 4.2 Kecenderungan Umum Dimensi Output Mutu Variabel Y ... Error!
Bookmark not defined.
xi
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran I Pengembangan Instrumen Penelitian Error! Bookmark not
defined.
Lampiran II Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined. Lampiran III Pengolahan dan Analisis Data ... Error! Bookmark not
defined.
1
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna, makhluk yang memiliki akal dan nurani. Manusia dengan akal yang dimilikinya terus berpikir, memahami berbagai fenomena yang terjadi, serta dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya pula manusia menciptakan perubahan. Manusia adalah makhluk dinamis, yaitu makhluk yang selalu berkembang, membuat dan menciptakan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Setiap individu manusia tidak akan berhenti berkembang, karena pada hakikatnya manusia mengalami perubahan baik cepat maupun lambat. Perubahan yang terjadi pada individu manusia, tentunya akan diikuti dengan perubahan pada kehidupan bermasyarakat dan pada akhirnya akan merubah sistem kehidupan secara universal.
Globalisasi merupakan hubungan sistemik dari semua hubungan-hubungan sosial. Kehidupan dan penghayatan manusia telah menyatu karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi komunikasi dan informasi. Dunia seakan menciut, sekat-sekat pembatas ruang dan waktu semakin hilang. Budaya-budaya asing semakin gencar, bebas masuk dalam tatanan kehidupan berbangsa. Berbagai pengaruh baik positif maupun negatif dari budaya asing yang masuk, menyebar ke berbagai pelosok negeri termasuk Kota Tasikmalaya yang terkenal dengan sebutan Kota Santri itu kini tidak jauh berbeda dengan Kota Metropolitan yang penuh dengan hingar-bingar.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“...Para siswa SD hingga SMA sederajat...ditengarai sudah kecanduan permainan di internet (game online) sehingga cenderung malas belajar. Di sejumlah warung internet...diketahui, puluhan kelompok pelajar hampir setiap hari memenuhi warnet untuk bermain game online, bahkan ada siswa yang membolos sekolah demi menyalurkan hobi di dunia maya tersebut. Seorang pelajar di salah satu SD Negeri, mengaku sengaja menyisihkan uang jajannya sebesar Rp 3.000 per hari untuk bermain game online di warnet selama satu jam penuh karena sehari saja tidak ke warnet ia mengaku pusing...”. (kompas.com)
Sumber: [Online]. Tersedia: http://e-pendidikan.com/terpilih20.html
Penggunaan teknologi secara over oleh anak muda bahkan anak-anak dibawah umur yang senang bermain games online sampai lupa waktu, melihat, mendengar dan menirukan berbagai hal yang belum sepantasnya dilakukan, salah satu akibatnya adalah banyak anak-anak yang tidak dapat menikmati masa kecilnya, masa keemasan perkembangan hidupnya secara sempurna. Hal tersebut akan menghambat lahirnya anak-anak muda penerus bangsa berkualitas yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Manusia bukan hanya hasil dari kekuatan global, tetapi kekuatan global itu sendiri merupakan hasil dari ciptaan manusia. Apabila manusia tidak mempunyai daya untuk dapat mengendalikan kekuatan global tersebut, maka pada akhirnya manusia akan menjadi tidak berdaya dari hasil pekerjaannya sendiri. Dalam hal ini pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, bukan hanya mengembangkan potens-potensi yang ada dalam diri manusia, tetapi juga mengontrol potensi yang telah dikembangkan tersebut agar bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Selanjutnya diuraikan pula tentang tujuan pendidikan nasional yaitu:
“Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut, pemerintah juga menetapkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi oleh satuan sistem pendidikan dalam upaya pencapaian mutu pendidikan. Standar nasional pendidikan tersebut terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala.
Pendidikan dasar merupakan tonggak pendidikan formal yang harus dilalui anak sebelum menginjak pendidikan selanjutnya, dan pada hakikatnya kemajuan pendidikan masa depan banyak bergantung pada pendidikan dasar. Sekolah merupakan satuan pendidikan yaitu sebagai lembaga pendidikan yang memiliki fungsi-fungsi mendasar dalam mengembangkan potensi dan kemampuan manusia. Gorton, 1976 (Sagala, 2010:71) mengemukakan bahwa “sekolah adalah suatu sistem organisasi, dimana terdapat sejumlah orang yang bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan sekolah,...”. Selanjutnya Sagala juga mengemukakan bahwa sekolah sebagai suatu organisasi membutuhkan pengelolaan sumber daya manusia yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, dan dapat memberikan kontribusi yang kuat terhadap pembangunan bangsa.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kepada anak didik juga memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya. Apabila dilihat dari penyelenggaraan sekolah dasar di Indonesia, terdapat dua jenis sekolah dasar, yaitu sekolah dasar negeri dan sekolah dasar swasta. Dalam Peraturan Pemerintah RI No. 66 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, telah diuraikan bahwa: “Penyelenggara satuan pendidikan terdiri atas: (a) pemerintah daerah yang menyelenggarakan satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah; (b) Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama menyelenggarakan satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah; (c) Kementerian yang menyelenggarakan satuan pendidikan tinggi; dan (d) masyarakat yang menyelenggarakan satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan/atau pendidikan tinggi, melalui badan hukum yang berbentuk antara lain yayasan, perkumpulan, dan badan lain sejenis.”
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sekolah dasar negeri adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar dan diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Sedangkan sekolah dasar swasta adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar dan diselenggarakan oleh masyarakat melalui badan hukum.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan jenis pendidikan. Berdasarkan data hasil akreditasi BAN SM Provinsi Jawa Barat serta data hasil observasi di Dinas Pendidikan dan UPTD Kota Tasikmalaya, dapat diketahui bahwa di Kota Tasikmalaya terdapat 247 Sekolah Dasar Negeri yang tersebar di 10 kecamatan. Setiap sekolah memiliki status akreditasi yang berbeda-beda, yaitu 25 sekolah dasar berakreditas A, 221 sekolah dasar berakreditasi B, dan satu sekolah dasar berakreditasi C.
Sekolah dasar memiliki peranan yang sangat besar dalam mengemban misi pendidikan. Oleh karena itu, harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dalam rangka mewujudkan pendidikan bermutu. Mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global. Dalam dunia pendidikan, faktor mutu menjadi sangat menentukan tingkat partisipasi dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu lembaga pendidikan. Siswa, orang tua, dan masyarakat adalah pelanggan yang bebas menentukan pilihan yang tepat terhadap institusi mana yang layak memberikan jaminan terhadap masa depan anak-anaknya. Menurut Hoy C. et al. (Onisimus, 2011:141) mengemukakan bahwa: “Mutu pendidikan adalah sebuah evaluasi atas proses mendidik yang meningkatkan kebutuhan untuk mencapai proses pengembangan bakat pelanggan, dan pada saat yang sama memenuhi standar akuntabilitas yang ditetapkan oleh pelanggan...”
Persoalan mutu pendidikan menjadi isu yang terus mendapat perhatian publik. Keterpurukan yang dialami dunia pendidikan di Indonesia, mutlak menjadi keprihatinan bersama dan seharusnya tidak saling mempersalahkan satu dengan yang lain. Beberapa informasi menarik dalam media massa online diantaranya penulis uraikan dalam tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Berita dari Media Massa Online
Sumber Isi
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nuh menggambarkan pada 2007, dari 100 persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah hingga lulus hanya 80 persen, sedangkan 20 persen lainnya putus sekolah. Dari 80 persen yang lulus SD, hanya sekitar 61 persen yang melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya.
menkokesra.go.id ...Ribuan anak di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, tahun 2010 tercatat mengalami putus sekolah. Mereka tidak tamat SD atau SMP. Ada yang tidak mampu melanjutkan sekolah ke jenjang tingkat SMP maupun SMA sederajat.
Sumber Isi
pikiran-rakyat.com Nilai rata-rata Ujian Nasional tingkat Sekolah Dasar di Kota Tasikmalaya mengalami penurunan...Untuk nilai rata-rata UN 2012, Kota Tasikmalaya memperoleh nilai rata-rata 22,91. Nilai rata-rata tersebut lebih rendah dari perolehan nilai rata-rata untuk Kota Cirebon dengan nilai rata-rata 24.08, dan Kota Bekasi dengan nilai rata-rata 22.99. Nilai rata-rata untuk Kota Tasikmalaya dengan nilai rata-rata 22,91 tersebut juga menurun, dari perolehan nilai rata-rata 23,52 pada tahun 2011.
Jika mencermati berbagai probematika pendidikan nasional, khususnya mengenai mutu lulusan setiap satuan dan jenjang pendidikan, maka cenderung sulit menentukan start untuk memecahkan mata rantai permasalahan pendidikan. Lebih lanjut Onisimus (2011:151-152) memaparkan beberapa point penting dari berbagai sudut pandang, teori, dan gagasan, yang menjadi bahan refleksi bersama, diantaranya penulis gambarkan dalam tabel 1.2 yaitu:
Tabel 1.2 Rantai Permasalahan Pendidikan
No Permasalahan Pendidikan
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
terkikis dan diganti dengan nilai-nilai individualistis.
2 Dalam konteks nasional maupun daerah, bidang pendidikan selalu dicemarkan dengan berbagai konflik dan kepentingan politik, sehingga pendidikan pada akhirnya tidak bebas nilai dan tidak independen karena dikelola sesuai hasrat dan keinginan pihak-pihak yang berkepentingan dalam kekuasaan.
3 Mutu pendidikan secara nasional belum mampu bersaing dengan negara-negara di kawasan Asia. Ironis memang, jika kenyataan yang dijumpai adalah lulusan sekolah sebagai tenaga kerja di luar negeri diperlakukan sebagai pembantu rumah tangga dan pekerja kasar. Hal ini tidak sebanding dengan tenaga kerja yang diserap di dunia usaha dan industri. Perusahaan besar, baik dalam maupun luar negeri, masih merekrut tenaga ahli dari luar, sementara tenaga kerja berpendidikan dalam negeri hanya mampu bersaing pada level kedua dan ketiga.
No Permasalahan Pendidikan
4 Pembangunan yang belum merata secara nasional, berdampak pada tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai bagi masyarakat untuk mengakses pendidikan sesuai kebutuhannya. Masih terjadi kesenjangan antar daerah dalam pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam mengakses pendidikan dan hal tersebut sangat berpengaruh pada perkembangan mutu pendidikan.
5 Ketersediaan anggaran pendidikan 20% APBN dan APBD sesuai ketentuan UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, belum maksimal terdistribusi sesuai aspek pemerataan dan keseimbangan pada semua jenjang dan satuan pendidikan di sejumlah daerah.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai. Komitmen yang kuat dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua pilar yang lain. Setiap pilar tergantung pada keempat pilar lain dan jika salah satu lemah, dengan sendirinya yang lain pun lemah. Begitu juga dalam sistem persekolahan, lulusan merupakan titik pusat tujuan, lulusan berkualitas tidak mungkin terwujud tanpa proses pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu tidak mungkin ada tanpa organisasi persekolahan yang tepat. Untuk memajukan organisasi yang tepat diperlukan pemimpin yang memadai, dan pemimpin itu sendiri harus mendapat dukungan komitmen dari seluruh perangkat sekolah.
Kepala sekolah sebagai motor penggerak utama dalam pelaksanaan program sekolah harus memiliki kompetensi dan keterampilan untuk memimpin. Mengacu pada Permendiknas No. 13 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah, dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, kepala sekolah harus memiliki kompetensi: (1) kompetensi kepribadian, (2) kompetensi manajerial, (3) kompetensi kewirausahaan, (4) kompetensi supervise, dan (5) kompetensi sosial. Kepala sekolah sebagai pemimpin juga harus mampu menggerakkan dan memberdayakan berbagai sumber daya sekolah secara efektif dan efisien. Terlebih sejak diberlakukannya UU Otonomi Daerah No. 32 Tahun 2004, telah terjadi perubahan dalam sistem pengelolaan sekolah, yaitu adanya pelimpahan sebagian kewenangan pemerintah pusat ke daerah, termasuk kewenangan dalam pengelolaan pendidikan.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berpacu dalam membangun bangsa. Dalam hal ini, Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah dengan potensi dan keterampilan yang dimilikinya harus mampu menggerakkan, mengarahkan, dan memberdayakan berbagai sumber daya sekolah secara optimal untuk meningkatkan mutu sekolah.
Deming (Usman, 2010:511) mengemukakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan. Feigenbaum (Umiarso dan Imam Gojali, 2011:123) juga mencoba mendefinisikan bahwa mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Sallis (2011:52-54) mengemukakan bahwa mutu sebagai sebuah definisi yang absolut dan relatif. Mutu absolut merupakan bagian dari standar yang tinggi yang tidak dapat diungguli. Mutu yang relatif merupakan sesuatu yang ada dalam produk. Mutu dapat dikatakan ada apabila sebuah produk memenuhi spesifikasi yang ada. Umiarso dan Imam Gojali (2011:125-126) mengemukakan “mutu pendidikan adalah derajat keunggulan dalam pengelolaan pendidikan secara efektif dan efisien untuk melahirkan keunggulan akademis dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus...”. Dalam bukunya “Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif” Aan dan Cepi (2008: 8) mengemukakan bahwa mutu
sekolah dapat diidentifikasi dari banyaknya siswa yang memiliki prestasi, baik prestasi akdemik maupun prestasi bidang lain, serta lulusannya relevan dengan tujuan sekolah. Lebih lanjut Aan dan Cepi juga mengemukakan bahwa:
“Mutu sekolah adalah mutu siswa yang mencerminkan kepuasan pelanggan, adanya partisipasi aktif manajemen dalam proses peningkatan mutu secara terus-menerus, pemahaman dari setiap orang terhadap tanggung jawab yang spesifik terhadap kualitas, setiap individu dalam sekolah dan stakeholders menyadari serta merealisasikan prinsip “mencegah terjadinya kerusakan”, dan melaksanakan pandangan bahwa mutu adalah cara hidup (way of life)”.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
standar ini dapat dirumuskan melalui hasil belajar mata pelajaran yang dapat diukur secara kuantitaf, juga pengamatan yang bersifat kualitatif. Rumusan mutu pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh sekolah sebagai lembaga pengajaran, tetapi juga disesuaikan dengan apa yang menjadi pandangan dan harapan masyarakat yang cenderung selalu berkembang seiring dengan kemajua zaman. Bertitik tolak pada kecenderungan penilaian masyarakat tentang mutu lulusan, sekolah pun harus terus berkembang meningkatkan mutu lulusan dengan menyesuaikannya dengan perkembangan tuntutan masyarakat. Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Sekolah dapat dikatakan bermutu apabila prestasi sekolah khususnya prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi.
Sallis (2011:67-69) mengemukakan bahwa tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Lebih lanjut Sallis juga menjelaskan bahwa pelanggan pendidikan meliputi: (1) pelanggan eksternal pendidikan, yaitu: pelajar, orang tua, pihak yang memiliki kepentingan, dan pihak yang memiliki peran penting,; (2) pelanggan internal dalam pendidikan yaitu para guru dan staf, yang saling mendunkung dalam upaya meraih sebuah tujuan tunggal, yaitu memuaskan pelanggan. Selanjutnya dalam bukunya “Educational Administration: Theory, Research, and Practice” Hoy dan Miskel (2007:297 -298) mengemukakan bahwa dari perspektif sekolah sebagai sistem sosial, efektivitas sekolah telah didefinisikan relatif terhadap pencapaian tujuan, hasil atau output sekolah meliputi:
“(1) for students: academic achievement, creativity, self-confidence, aspirations, expectations, and attendence, graduation and droupout rate; (2) for teacher: job satisfaction, absenteeism, and turn over; (3) for administrator: job satisfaction, balanced budgets, and commitment to
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa mutu sekolah adalah suatu keadaan dinamis yang merupakan derajat keunggulan sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan pendidikan, yang meliputi: (1) prestasi siswa yang juga merupakan prestasi sekolah; (2) kepuasan kerja guru dan personal sekolah; dan (3) kepuasan masyarakat, perspektif terhadap efektivitas sekolah (citra publik).
Dilihat dari definisi tersebut, maka mutu pendidikan bukanlah upaya sederhana, melainkan suatu kegiatan dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan terus berubah seiring dengan perubahan zaman yang melingkarinya, karena pendidikan merupakan buah dari zaman itu sendiri. Oleh karena itu, pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan peningkatan mutu sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan kehidupan manusia. Perubahan zaman semakin cepat, perkembangan diberbagai bidang sangat pesat, dan tuntutan masyarakat terhadap pendidikan yang bermutu semakin tinggi. Penyelenggara sekolah dasar baik negeri maupun swasta terus berusaha memberikan pelayanan prima, meningkatkan mutu pendidikan, memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin komplek. Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan bimbingan, tuntunan, pengarahan kepada seluruh komunitas sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pemimpin dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok. Dengan demikian perilaku kepemimpinan kepala sekolah adalah upaya seorang kepala sekolah dalam memainkan peran sebagai pemimpin guna mempengaruhi komunitas sekolah untuk mencapai tujuan. Seorang kepala sekolah yang baik harus mempunyai perilaku yang dapat mendorong, mengarahkan, dan memotivasi seluruh warga sekolah untuk bekerja sama dalam mewujudkan visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah ditetapkan.
Sudarwan Danim dan Suparno (2009:42) mengemukakan bahwa: Kajian di Ohio State University pada tahun 1950 memberi arah yang besar dalam pengembangan teori perilaku. Hasil studi kepemimpinan Ohio State University tersebut menunjukkan bahwa perilaku pemimpin pada dasarnya
mengarah pada dua kategori, yaitu: (1) initiating structure yang mengacu pada perilaku pemimpin dalam menggambarkan hubungannya dengan kelompok kerja dalam membentuk pola organisasi, komunikasi dan prosedur yang ditetapkan dengan baik; dan (2) consideration yang mengacu pada sejauh mana pemimpin memiliki hubungan kerja yang dilandasi dengan saling percaya, menghargai, dan memperhatikan kepuasan bawahannya. Selanjutnya Hersey dan Blanchard, (S. Danim dan Suparno, 2009:41) mengemukakan bahwa: “leadership is the process of directing and influencing the task related activities of an a group members”. Konsep ini menggambarkan bahwa
seorang pemimpin harus berusaha secara optimal menggerakkan bawahan agar dapat bekerja bersama secara produktif untuk mencapai tujuan.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kemampuan dalam pengambilan keputusan yang merupakan bagian terpenting dalam menunjang produktivitas karyawan, dan hal tersebut merupakan kunci utama yang menjadi landasan dalam membentuk dan membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dari hasil temuan penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemipinan kepala sekolah sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Identifikasi dan perumusan masalah berdasarkan Buku Pedoman Karya Tulis Ilmiah UPI (2012:17) yaitu berisi rumusan masalah dan analisis masalah sekaligus identifikasi variabel-variabel penelitian beserta definisi operasionalnya. Rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya setelah didahului uraian tentang masalah penelitian, variabel-variabel yang diteliti, dan kaitan antara satu variabel dengan variabel lainnya.
Masalah pokok yang ingin diteliti pada penelitian ini adalah Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya. Kontribusi dalam penelitian ini merupakan kekuatan yang bermanfaat atau daya dukung dari variabel X yaitu Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah sebagai variabel independen terhadap variabel Y yaitu Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya sebagai variabel dependen.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dasarnya mengarah pada dua kategori, yaitu: Initiating structure dan Consideration. Dengan demikian perilaku kepemimpinan kepala sekolah
merupakan upaya kepala sekolah dalam memainkan peran sebagai pemimpin yang dapat dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu: (1) perilaku tugas yang merupakan upaya pemimpin dalam mengorganisasikan dan menetapkan peranan anggota kelompok, dan (2) perilaku hubungan yang merupakan upaya pemimpin dalam membina hubungan antara dirinya pribadi dengan anggotanya, guna mempengaruhi komunitas sekolah untuk mencapai tujuan.
Sedangkan mutu pendidikan menurut Hoy C. et al., (Onisimus Amtu, 2011:141): “Mutu pendidikan adalah sebuah evaluasi atas proses mendidik yang meningkatkan kebutuhan untuk mencapai proses pengembangan bakat pelanggan, dan pada saat yang sama memenuhi standar akuntabilitas yang ditetapkan oleh pelanggan...”. Sagala (2010:169) mengemukakan bahwa: “Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa pendidikan secara internal maupun eksternal yang menunjukkan kemampuannya memuaskan kebutuhan yang diharapkan...”. Sallis (2011:67-69) mengemukakan bahwa tujuan mutu adalah memenuhi kebutuhan pelanggan. Lebih lanjut Sallis juga menjelaskan bahwa pelanggan pendidikan meliputi: (1) pelanggan eksternal pendidikan, yaitu: pelajar, orang tua, pihak yang memiliki kepentingan, dan pihak yang memiliki peran penting,; (2) pelanggan internal dalam pendidikan yaitu para guru dan staf, yang saling mendunkung dalam upaya meraih sebuah tujuan tunggal, yaitu memuaskan pelanggan. Selanjutnya Hoy dan Miskel (2007:297-298) mengemukakan bahwa efektivitas sekolah telah didefinisikan relatif terhadap pencapaian tujuan, hasil atau output sekolah yaitu meliputi:
“(1) for students: academic achievement, creativity, self-confidence, aspirations, expectations, and attendence, graduation and droupout rate; (2) for teacher: job satisfaction, absenteeism, and turn over; (3) for administrator: job satisfaction, balanced budgets, and commitment to
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa mutu sekolah adalah suatu keadaan dinamis yang merupakan derajat keunggulan sekolah yang dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan pendidikan, yang meliputi: (1) prestasi siswa yang juga merupakan prestasi sekolah; (2) kepuasan kerja guru dan personal sekolah; serta (3) kepuasan masyarakat, perspektif terhadap efektivitas sekolah (citra publik), yang ditandai dengan loayalitas juga dukungan yang diberikan masyarakat terhadap sekolah, serta hubungan masyarakat dengan sekolah yang erat.
Adapun rumusan masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya?
2. Bagaimana Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya?
3. Berapa besar Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara jelas dan menyeluruh serta mendapatkan informasi mengenai Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh gambaran mengenai Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Memperoleh gambaran mengenai sebarapa besar Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan memperoleh manfaat, terutama yang berkaitan dengan Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya, adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya, mengembangkan dan meningkatkan kajian Ilmu Administrasi Pendidikan pada umumnya dan khususnya mengenai Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Mutu Sekolah pada Sekolah Dasar Negeri.
2. Secara Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif kepada pihak sekolah mengenai pentingnya perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kontribusinya terhadap mutu sekolah.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti khususnya mengenai perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kontribusinya terhadap mutu sekolah.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Skripsi
STRUKTUR ORGANISASI
SKRIPSI
BAB I: Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Struktur Organisasi Skripsi
BAB II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian
A. Konsep Kepemimpinan B. Konsep Mutu Sekolah
C. Kontribisi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah
D. Kerangka Pemikiran E. Hipotesis Penelitian
BAB III:
Metode Penelitian
A. Lokasi, Populasi, Sampel B. Desain Penelitian
C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian
F. Proses Pengembangan Instrumen G. Teknik Pengumpulan Data
Analisis Data
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Hasil Pengolahan Data B. Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V: Kesimpulan dan Saran
Rini Sofiani, 2013
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Secara keseluruhan skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu:
1. Bab I skripsi berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan bagian awal dari skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
2. Bab II skripsi berisi kajian pustaka yang menguraikan teori-teori/ konsep-konsep/ hukum-hukum/ model-model dan turunannya dalam bidang yang dikaji; penelitian terdahulu yang relevan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek, dan temuannya; serta posisi teoritik penelitian yang berkenaan dengan masalah yang diteliti, yang diturunkan dalam subjudul “Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian”.
3. Bab III skripsi berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen berikut: lokasi, populasi, dan sampel; desain penelitian; metode penelitian; definisi operasional; instrumen penelitian; proses pengembangan instrumen; teknik pengumpulan data; dan analisis data, yang menguraikan secara terperinci tahap analisis data. 4. Bab IV skripsi berisi tentang hasil penelitian dan pembahasannya yang
terdiri dari dua hal, yaitu: pengolahan/ analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan, yang mendiskusikan temuan tersebut dikaitkan dengan dasar teoritik yang telah dibahas dalam bab kajian pustaka dan temuan sebelumnya.
67
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi, Sampel
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan, untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Lokasi yang dijadikan objek penelitian ini adalah Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian pada Sekolah Dasar adalah:
a. Sekolah dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar yang berfungsi untuk membekali kemampuan dasar kepada anak didik juga memberikan dasar-dasar untuk mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.
b. Sekolah dasar memiliki peranan yang sangat besar dalam mengemban misi pendidikan. Oleh karena itu, harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya dalam rangka mewujudkan pendidikan bermutu.
2. Populasi Penelitian
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
[image:35.595.117.510.184.642.2]Masalah yang akan dipecahkan dalam penelitian ini adalah perilaku kepemimpinan kepala sekolah dan kontribusinya terhadap mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya. Sesuai dengan masalah penelitian ini maka yang dijadikan populasi sebagai sumber data adalah Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya, dengan responden seluruh guru kelas yang mengajar dan kepala sekolah sebagai guru. Berdasarkan data hasil akreditasi BAN SM Provinsi Jawa Barat dan hasil observasi di Dinas Pendidikan dan UPTD Kota Tasikmalaya, dapat diketahui bahwa di Kota Tasikmalaya terdapat 247 Sekolah Dasar Negeri yang tersebar di 10 kecamatan dan setiap sekolah memiliki status akreditasi yang berbeda-beda, yaitu 25 sekolah dasar berakreditas A, 221 sekolah dasar berakreditasi B, dan satu sekolah dasar berakreditasi C. Data jumlah Sekolah Dasar Negeri berdasarkan Kecamatan di Kota Tasikmalaya, penulis gambarkan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jumlah SDN di Kota Tasikmalaya Berdasarkan Kecamatan
No. Kecamatan Jumlah SDN
1 Bungursari 16
2 Cibeureum 22
3 Cihideung 27
4 Cipedes 33
5 Indihiang 19
6 Kawalu 34
7 Mangkubumi 34
8 Purbaratu 15
9 Tamansari 20
10 Tawang 27
Jumlah 247
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
[image:36.595.167.481.145.190.2]Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.2 Jumlah SDN di Kota Tasikmalaya Berdasarkan Akreditasi
Akreditasi A B C Jumlah SDN
Jumlah 25 221 1 247
3. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian jumlah objek atau subjek dari keseluruhan populasi penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011:118) yang mengemukakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Prasetyo (2006:119) juga mengemukakan bahwa: “Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti”. Dengan demikian sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang memiliki karakterstik tertentu yang akan diteliti. Oleh karena itu, tidak semua data atau informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup dengan menggunakan sampel penelitian.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan :
ni : Jumlah sampel menurut stratu Ni : Jumlah populasi menurut stratum N : Jumlah populasi seluruhnya n : Jumlah sampel seluruhnya
[image:37.595.118.520.147.721.2]Sampel Sekolah Dasar Negeri yang akan diambil dalam penelitian ini berdasarkan kecamatan dan akreditasi sekolah, penulis coba gambarkan dalam tabel 3.3 dan 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Sampel Sekolah Dasar Negeri Berdasarkan Kecamatan
No. Kecamatan Jumlah SDN Perhitungan
Sampel
1 Bungursari 16 30/247 x 16 = 2
2 Cibeureum 22 30/247 x 22 = 3
3 Cihideung 27 30/247 x 27 = 3
4 Cipedes 33 30/247 x 33 = 4
5 Indihiang 19 30/247 x 19 = 2
6 Kawalu 34 30/247 x 34 = 4
7 Mangkubumi 34 30/247 x 34 = 4
8 Purbaratu 15 30/247 x 15 = 2
9 Tamansari 20 30/247 x 20 = 3
10 Tawang 27 30/247 x 27 = 3
Jumlah 247 30
Tabel 3.4 Sampel Sekolah Dasar Negeri Berdasarkan Hasil Akreditasi
No. Hasil
Akreditasi
Jumlah Sekolah
Perhitungan Sampel
1 A 25 30/247 x 25 = 3
2 B 221 30/247 x 221 = 27
3 C 1 30/247 x 1 = 0
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dengan demikian jumlah sekolah yang dijadikan sampel penelitian adalah 30 sekolah yang tersebar di 10 kecamatan di Kota Tasikmalaya, dengan hasil akreditasi A dan B. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik probability sampling yaitu teknik sampling yang memberikan kesempatan pada setiap anggota populasi untuk dijadikan sampel penelitian. Teknik probability sampling yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling yaitu teknik sampling yang digunakan bila populasi berstrata secara proporsional.
Adapun pertimbangan menggunakan proportionate stratified random sampling dalam penelitian ini yaitu, untuk memperoleh ciri-ciri
[image:38.595.114.517.229.724.2]sekolah yang berstatus negeri dengan membaginya sesuai dengan wilayah kecamatan dan berdasarkan hasil akreditasi yang didapatkan oleh sekolah tersebut. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian yang representatif (mewakili), dengan responden seluruh guru kelas yang mengajar dan kepala sekolah sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri yang tersebar di 10 kecamatan di Kota Tasikmalaya baik yang memperoleh akreditasi A maupun B. Adapun penentuan sampling dalam penelitian ini terlihat pada tabel 3.5 sebagai berikut:
Tabel 3.5 Sampel Penelitian “SD Negeri di Kota Tasikmalaya”
No Nama Kecamatan Hasil
Akreditasi
Kepala Sekolah
Guru Kelas
1 SDN Bantarsari Bungursari A 1 8
2 SDN Cibunigeulis 1 Bungursari B 1 7
3 SDN Cibeureum 1 Cibeureum B 1 11
4 SDN Cibeureum 2 Cibeureum A 1 8
5 SDN Karangsambung 1 Cibeureum B 1 9
6 SDN Cieunteung 2 Cihideung B 1 6
7 SDN Cieunteung 3 Cihideung B 1 6
8 SDN Cieunteunggede Cihideung B 1 6
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10 SDN Bojong 2 Cipedes B 1 5
11 SDN Bojong 3 Cipedes B 1 6
12 SDN Kudanguyah 2 Cipedes B 1 6
13 SDN Sukamaju 1 Indihiang A 1 9
14 SDN Sukamaju 2 Indihiang B 1 8
15 SDN Karsamenak 1 Kawalu B 1 6
16 SDN Karsamenak 2 Kawalu B 1 8
17 SDN Karsanagara Kawalu B 1 14
18 SDN Pajajaran Kawalu B 1 12
19 SDN Hegarsari Mangkubumi B 1 6
20 SDN Linggajaya 1 Mangkubumi B 1 10
21 SDN Rahayu 1 Mangkubumi B 1 12
No Nama Kecamatan Hasil
Akreditasi
Kepala Sekolah
Guru Kelas
22 SDN Sambongpari Mangkubumi B 1 10
23 SDN Sukamenak 1 Purbaratu B 1 7
24 SDN Sukamenak Indah Purbaratu B 1 7
25 SDN Gobras 1 Tamansari B 1 6
26 SDN Panunggulan Tamansari B 1 7
27 SDN Setiamulya 2 Tamansari B 1 8
28 SDN Jajaway 1 Tawang B 1 6
29 SDN Lengkong Tawang B 1 5
30 SDN Lengkongsari Tawang B 1 6
Jumlah 30 231
Total Responden 261
Dengan demikian jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 261 orang responden guru dari 30 Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya.
B. Desain Penelitian
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam penelitian dapat dilaksanakan dengan metode dan prosedur yang tepat dalam arah menuju sasaran atau target yang telah ditetapkan, serta validitas hasil penelitian dapat terjamin dan laporan penelitiannya pun dapat dipertanggung jawabkan. Desain atau rancangan penelitian merupakan bagian yang paling utama dalam penelitian. Babbie, 1995 (Prasetyo, 2005:53) mengemukakan bahwa rancangan penelitian adalah mencatat perencanaan dari cara berpikir dan merancang suatu strategi untuk menemukan sesuatu.
Nasution (2003:23) mengemukakan bahwa “Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian”. Selanjutnya dalam sumber yang sama Nasution (2003:23-24) juga menguraikan secara lebih terperinci tentang manfaat desain penelitian, yaitu: 1. Desain penelitian memberikan pegangan yang lebih jelas kepada peneliti
dalam melakukan penelitiannya. Desain penelitian merupakan syarat mutlak dalam merencanakan pekerjaan serta kesulitan yang akan dihadapi. 2. Desain penelitian juga menentukan batas-batas penelitian yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Bila tujuan tidak dirumuskan dengan jelas, maka penelitian itu seakan-akan tidak ada ujung pangkalnya. Desain selalu berhubungan erat dengan tujuan penelitian. Dengan tujuan yang jelas dapat pula disusun suatu desain yang menentukan batas-batas penelitian yang tegas, sehingga peneliti dapat merumuskan dan memusatkan perhatian dan usahanya ke arah tujuan yang nyata secara lebih efektif.
3. Desain penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang harus dilakukan dan juga memberikan gambaran tentang kemungkinan kesulitan yang akan dihadapi. Dengan demikian dapat dipersiapkan terlebih dahulu cara-cara untuk mengatasinya.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Menelaah buku-buku untuk mencari dukungan teori dengan cara membaca buku-buku teori maupun laporan hasil penelitian.
3. Meninjau kembali rumusan serta memantapkan problematika tersebut dan dilanjutkan dengan merumuskan tujuan dan hipotesis penelitian,
4. Menyusun instrumen pengumpul data, 5. Melaksanakan penelitian,
6. Melakukan tabulasi pengolahan data, 7. Mengambil kesimpulan, dan
8. Menyusun laporan penelitian.
Selanjutnya, lebih luas Nazir (2005) mengemukakan bahwa desain penelitian mencakup proses-proses sebagai berikut:
1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian
2. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya
3. Menformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifkasi dari tujuan, luas jangkau (scope) dan hipotesa untuk diuji.
4. Membangun penyelidikan atau percobaan
5. Memilih serta definisi terhadap pengukuran variabel-variabel 6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan 7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data
8. Membuat coding, serta mengadakan editing, dalam procesing data
9. Menganalisa data serta memilih prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik
10.Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitan, diskusi, serta interpretasi data, generalisasi kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Tahap perencanaan penelitian, merupakan tahap dimana sebuah penelitian dipersiapkan. Pada tahap ini, semua hal-hal yang berhubungan dengan penelitian dipersiapkan, seperti pemilihan judul, identifikasi dan perumusan masalah, serta hipotesis penelitian.
2. Tahap pelaksanaan penelitian, merupakan tahap dimana sebuah penelitian sedang dilakukan atau dilaksanakan. Pada tahap ini, proses pengumpulan data atau informasi, analisis data, dan penarikan keimpulan dilakukan. 3. Tahap penulisan laporan penelitian, merupakan tahap dimana sebuah
penelitian telah selesai dilaksanakan. Pada tahap ini, hasil dari sebuah penelitian dibuat dan disusun dalam bentuk laporan.
Rini Sofiani, 2013
[image:43.842.82.760.89.497.2]Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 3.1 Desain Penelitian
I II III
I III
Kajian Empiris
Kajian Teori
Kesimpulan
Pengolahan Data Pemilihan
Topik Masalah
Saran
Perumusan Hipotesis Landasan
Teori Rumusan
Masalah Latar Belakang
Pengujian Instrument Pengembangan
Instrument Populasi dan
Sampel Pengumpulan
data
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Proses penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
1. Tahap I merupakan tahap awal penelitian yang dimulai dengan pemilihan dan penentuan topik penelitian. Dalam hal ini, peneliti membaca berbagai sumber dari berbagai media, begitu banyak jumlah media massa yang beredar, baik berbentuk cetak atau elektronik (online). Dengan mempertimbangakan berbagai problematika yang muncul dan kajian empiris atau pengetahuan lapangan kemudian membandingkannya dengan teori, peneliti dapat menentukan dan merumuskan problematika penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Prasetyo (2010:54-55) yaitu:
“Pemilihan dan penentuan topik penelitian dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu: pengalaman pribadi dan kehidupan sehari-hari, masalah di media massa, pengetahuan lapangan dan membandingkannya dengan teori,...”
Setelah menentukan dan merumuskan problematika penelitian, peneliti membaca dan menelaah berbagai literatur berupa buku-buku dan penemuan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan. Tujuan dari pengkajian tersebut adalah untuk mencari dukungan teori, baik yang mendukung (memperkuat) maupun yang menolak (memperlemah) problematika. Apabila hasil dari pengkajian tersebut ternyata terdapat dukungan teori yang memperkuat pentingnya masalah untuk diteliti, maka peneliti dapat melanjutkan penelitian, meninjau kembali rumusan masalah serta merumuskan hipotesis penelitian.
2. Tahap II, merupakan tahap pelaksanaan penelitian yang meliputi proses pengumpulan data, yang dimulai dengan penentuan populasi dan sampel, penyusunan dan pengembangan instrumen pengumpul data sampai pengujian instrumen. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis dan pengolahan data penelitian.
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
demikian pada akhirnya penelitian ini akan melahirkan feedback atau saran yang akan bermanfaat bagi stakeholder.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan, menyusun, dan menganalisis data yang terkumpul agar memperolah suatu hasil guna mencapai tujuan penelitian. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2011:3) yang mengemukakan bahwa “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Sejalan dengan hal tersebut Surakhmad (1998: 131) mengungkapkan bahwa:
“Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan dan situasi penyelidikan.”
Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan dan mengungkapkan gambaran mengenai kontribusi perilaku kepemimpinan kepala sekolah terhadap mutu sekolah pada Sekolah Dasar Negeri. Penelitian ini membahas masalah-masalah aktual. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, dan untuk mendukung serta mempertajam teori yang relevan dipergunakan studi kepustakaan.
1. Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha untuk dapat menggambarkan secara jelas tentang masalah atau kejadian aktual, yang sedang berlangsung pada saat sekarang. Nazir (2005:54), mengemukakan bahwa :
Rini Sofiani, 2013
Kontribusi Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Mutu Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri di Kota Tasikmalaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tujuan dari metode deskriptif ini adalah untuk membantu deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki”.
Dengan demikian, metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang menggambarkan masalah-masalah aktual yang sedang terjadi pada masa sekarang yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyusun, menganalisis, dan menafsirkan data yang diperoleh dengan menggunakan statistika.
2. Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan penelitian yang dilakukan dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum mengenai masalah yang diteliti. Menurut Sugiyono (2011:14) mengemukakan bahwa:
“Pendekatan kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipote