SMA NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
Bagus Pranata 0901665
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
▸ Baca selengkapnya: download program ekstrakurikuler olahraga sd
(2)SMA NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON BARAT
Oleh
Bagus Pranata
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olaraga dan Kesehatan
© Bagus Pranata 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PMR PADA SISWA SMA NEGERI SE-KABUPATEN
CIREBON BARAT
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING:
Pembimbing I
Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M.Ed
NIP : 195003111978101001
Pembimbing II
Didin Budiman, M.Pd.
NIP : 197409072001121001
Mengetahui
Ketua Program Studi
Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Drs. Mudjihartono, M.Pd.
Abstract
Bagus Pranata. Comparison Social Behavior of Students Following Extracurricular Sports With The Following Extracurricular Youth Red Cross Students At High School Students Affairs cirebon west. Mentor I Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M. Ed. Mentor II Didin Budiman, M.Pd.
The purpose of this study was to determine whether there are differences between the social behavior of students who take extracurricular sports with students who take extracurricular Youth Red Cross on State high school students as Cirebon West. In extracurricular activities, students not only learn the cognitive and psychomotor aspects, but it also students studying affective aspects, namely matters related to social behavior. Social behavior in this regard include discipline, cooperation, social initiatives, and mutual respect. The method used in this research is descriptive comparative method. With the research design is divided into groups of students who take the X or extracurricular sports and Y groups or students who take extracurricular Youth Red Cross. Data collection instrument used in this study was a questionnaire enclosed Data collection instrument used in this research was a questionnaire enclosed. The population is high school students to the total student sample was 120 people, 60 groups of students who take extracurricular sports and 60 person as a group of students who take extracurricular Youth Red Cross. This research concludes that there is a difference between the social behavior of students who take extracurricular sports with students who take extracurricular Youth Red Cross significantly with the number of groups of students who take 14090 extracurricular sports and extracurricular groups of students who take the Youth Red Cross 13894. From the four sub-aspects raised in this research turned out artifacts 3 sub aspect ie the difference is quite prominent social initiative, cooperation, and mutual respect. Conclusion there is a difference between social behavior of students who take extracurricular sports with students who take extracurricular Youth Red Cross on State high school students as Cirebon West.
Keyword: Extracurricular Sports, Extracurricular Youth Red Cross,
Abstrak
Bagus Pranata. Perbandingan Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler PMR Pada Siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Cirebon Barat. Pembimbing I Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M. Ed. Pembimbing II Didin Budiman, M.Pd.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Barat. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa tidak hanya belajar aspek kognitif dan psikomotor, selain itu juga siswa belajar aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan perilaku sosialnya. Perilaku sosial dalam hal ini meliputi sikap disiplin, kerjasama, inisiatif secara sosial, dan saling menghargai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Dengan desain penelitiannya dibagi menjadi kelompok X atau siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan kelompok Y atau siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Populasi yang digunakan adalah Siswa SMA untuk sampel adalah jumlah keseluruhan siswa sebanyak 120 orang, 60 orang kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan 60 orang sebagai kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR signifikan dengan jumlah kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga 14090 dan kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR 13894. Dari empat sub aspek yang diangkat dalam penelitian ini ternyata tedapat 3 sub aspek yang perbedaannya cukup menonjol yaitu inisiatif secara sosial, kerjasama, dan saling menghargai. Kesimpulan terdapat perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Barat.
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... ... i
KATA PENGANTAR………... ii
UCAPAN TERIMA KASIH………... iii
DAFTAR ISI………... v
DAFTAR TABEL... ... vii
DAFTAR BAGAN………... viii
DAFTAR LAMPIRAN………... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Batasan Penelitian……….. 9
D. Tujuan Penelitian.………... 10
E. Manfaat Penelitian………... 10
F. Definisi Oprasional……….... 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Hakikat Pendidikan……… 12
B. Hakikat Ekstrakurikuler 1. Pengertian Ekstrakurikuler ………..……… 14
2. Tujuan dan Jenis Ekstrakurikuler.………..…………. 16
3. Azas Pelaksanaan Ekstrakurikuler.………..…………. 18
4. Prinsip-Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler…..…………..…………. 18
5. Kedudukan Ekstrakurikuler Disekolah…..……...…..…....………. 19
6. Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga…..………...…..…………. 20
C. Hakikat Perilaku Sosial 1. Pengertian Prilaku Sosial ……...…... 21
3. Faktor-faktor Yang Dapat Membentuk Perilaku Sosial ………….. 27
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial …...……….. 28
5. Karakteristik Perilaku Sosial Siswa SMA ……….. 34
D. Kerangka Pemikiran ……… 41
E. Hipotesis ……… 42
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian……….. 43
B. Desain Penelitian ………. 44
C. Populasi dan Sampel …….……… 45
D. Langkah-Langkah Penelitian…….……… 46
E. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional ……… 47
F. Instrumen Penelitian ………. 48
G. Prosedur Penelitian ... 49
H. Prosedur Pengolahan Data ... 56
I. Lokasi Penelitian……… 59
BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data……….. 61
B. Diskusi Penemuan……….. 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 67
B. Saran……….. 67
DAFTAR PUSTAKA……… 68
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Kisi-Kisi Angket Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti
Ekstrakulikuler 51
3.2 Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban 53
3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen 56
4.1 Data Hasil Penelitian Perilaku Sosial 61
4.2 Deskripsi Skor Rata-rata Tes Perilaku Sosial 62
4.3 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Data 63
4.4 Hasil Penghitungan Variansi Kelompok Ekstrakulikuler
Olahraga Dan Kelompok Ekstrakulikuler PMR. 64
4.5 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Ekstrakulikuler Olahraga
Dan Kelompok Ekstrakulikuler PMR 64
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya dapat dipastikan akan
mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan.
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya merupakan suatu proses
yang terjadi terus menerus, ini artinya bahwa masyarakat pada kenyataannya akan
mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu
masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama.
Salah satu dari perubahan tersebut dapat dilihat dari segi sosial. Perubahan
sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan
mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,
filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi
organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas
dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan
kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan.
Dengan perubahan budaya yang begitu cepat dan instan. Dengan perubahan
budaya yang instan menyebabkan manusia lupa dengan proses yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-harinya dan berpengaruh juga pada perubahan perilaku
anak sekarang yang lebih mengarah kepada perilaku negatif seperti kurang
menghargai orang lain, egois, kurangnya kerjasama dan lain-lain.
Kemudian dengan berkembangnya dunia akibat kemajuan teknologi dan di
bidang apapun, menyebabkan banyak perubahan, tidak terkecuali gaya hidup
manusia zaman sekarang, mulai dari orang tua, anak remaja dan dewasa, maupun
anak kecil baik secara sadar maupun tidak mereka telah mengikuti perubahan
zaman itu. Kemajuan ini di sebabkan dunia pendidikan yang mengalami kemajuan
dan berkembang pesat. Namun dengan kemajuan ini pula anak zaman sekarang
banyak yang mengalami penyakit hipokinetik (kurang gerak) , kegemukan,
Anak zaman sekarang lebih senang dengan permainan modern dan alat -alat
teknologi terbaru seperti menonton televisi atau bermain video game, play
satation dan lain-lainnya. Kurangnya aktivitas gerak anak menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu dan anak tidak matang pada
usianya. Sehingga secara tidak langsung mengakibatkan keterampilan fisik dan
perilaku anak cenderung berubah kearah negatif .
Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas fisik anak dan anak kurang bergaul
dan lebih banyak berada didepan layar televisi maupun komputer sehingga masa
ataupun waktu untuk bermain dan bergaul dengan teman sabayanya pun
berkurang. Hal ini mengakibatkan anak zaman sekarang lebih cenderung
indiviualis dan manja. Sejalan dengan itu seperti yang diungkapkan oleh
Bambang (2007) bahwa :
Bahaya dari kecanduan bermain video game bagi sang anak adalah perkembangan motorik dan kebugaran jasmani sang anak akan terganggu terjadi perubahan perilaku yang negative. Anda bisa membayangkan bagaimana ia hanya duduk di depan kotak televisi selama berjam-jam, bahkan sampai harus lupa makan dan minum dan melakukan keperluannya yang lain. Kemungkinan besar saat ia beranjak remaja hingga dewasa, kemampua fisik anak akan lemah karena anak tidak melakukan aktivitas fisik yang berat dan anak menjadi tidak trampil dalam gerak motoriknya, bahkan cenderung ia akan bersikap malas dalam aktifitasnya sehari-hari serta anak menjadi kurang bergaul dan keterampilan sosial anak menjadi tidak bagus.
Mengacu pada kondisi tersebut dan dikaitkan dengan tujuan pendidikan
jasmani yaitu membentuk manusia yang berkualitas baik secara kognitif,
psikomotorik maupun afektif, maka nampak ada sesuatu yang perlu diperhatikan
dan ditanggapi oleh para pendidik berkenaan dengan perilaku sosial siswa
tersebut, karena jika kurang diperhatikan akan menyebabkan siswa tidak memiliki
keterampilan sosial yang baik.
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa masa anak-anak merupakan masa
yang paling menentukan perilaku individu di masa mendatang. Perilaku yang
dominan ditunjukkan oleh siswa dalam kesehariannya di sekolah adalah
ketergantungan pada kelompok sebaya, keinginan menyendiri dan keinginan
mementingkan keberadaannya dalam kelompok dan sebaliknya tidak sedikit pula
yang mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah secara
baik, sehingga kecenderungan yang muncul adalah keinginan untuk menyendiri
atau hanya bergaul dengan beberapa orang saja yang dia sukai.
Hal ini berarti bahwa melalui pendidikan, siswa diharapkan memiliki
nilai-nilai yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan
juga merupakan peristiwa dalam kehidupan melalui bentuk interaksi atau
hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Berbagai
nilai yang dapat diraih melalui pendidikan adalah kecerdasan, moral,
pengetahuan, keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian,
kemandirian, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan
bangsa
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan lainya. Dengan adanya pendidikan jasmani disekolah-sekolah dapat
diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu.
Tanpa pendidikan jasmani, proses pendidikan disekolah akan tidak seimbang.
Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus
dibelajarkan dan dikembangkan,dan selain itu perlu pula berdampak pada
perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama, dengan siswa lain. Sejalan
dengan pendapat Agus (2009:10), tujuan pendidikan jasmani secara sederhana
yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan utuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani
c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali
d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan
f. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Dalam proses pendidikan ada yang disebut pendidikan formal dan non
formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di sekolah dan
pendidikan non formal adalah pendidikan yang diadakan di luar sekolah atau
masyarakat. Pendidikan yang dilakukan di sekolah ada yang dikatakan
intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Pendidikan intrakurikuler adalah kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan di sekolah yang jatah waktunya telah ditetapkan
dan terstruktur. Sedangkan pendidikan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan
yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah.
Untuk memantapkan pendidikan siswa di sekolah diselenggarakan kegiatan
ekstrakulikuler yang dalam penyelenggaraannya dapat dilakukan didalam sekolah
dan di luar jam pelajaran. Sehubungan dengan kegiatan ekstrakulikuler dijelaskan
oleh Rusli Lutan (1986:12) bahwa :
Program ekstrakurikuler merupakan bagian integral dari proses belajar yang menekankanpada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intra dan ekstra kedua-duanya tak dapat dipisahkan. Bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan, pelengkap atau penguat kegiatan intrauntuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi didik hingga mencapai taraf maksimum.
Peranan pembinaan dalam kegiatan ekstrakurikuler mempunyai dampak
yang besar terhadap tujuan dan kegiatan ekstra tersebut. Pembinaan dalam
kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang sangat penting, selain
berdampak pada prestasi yang diraih, namun juga terdapat sikap dan karakter
siswa yang didalamnya termasuk perilaku sosial.
Kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, selain
membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa agar
mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan tanggung
jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat
Miller Mayeer yang dikutip oleh Tim Dosen IKIP Malang (1988 ; 124) yang
Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama, dan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan mandiri.
Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang
diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai
mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan pengalaman -
pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa siswa pada kesadaran atas
pribadi, sesama, lingkungan dan Tuhan-nya, dengan kata lain bahwa kegiatan
ektrakurikuler dapat meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di
dalamnya terdapat aspek kecerdasan sosial/kompetensi sosial.
Pengembangan EQ dewasa ini menjadi lebih mengedepan. Dari hasil
penelitian Daniel Goleman dikatakan bahwa “keberhasilan seseorang di
masyarakat sebagian besar ditentukan oleh 80 % kecerdasan emosi (EQ) dan
hanya 20% ditentukan oleh factor kecerdasan kognitip (IQ)”. Ratna Megawangi,
2004 : 47 dalam (ruhtaf12.blogspot.com diakses 28 mei 2013) Berdasar hasil
penelitian Goleman ini penulis menganggap bahwa penanaman nilai baik nilai
moral maupun nilai sosial perlu dikembangkan di dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang pelaksanaan kegiatannya lebih mengarah
pada pemberian pengalaman - pengalaman hidup dan pembentukan ketrampilan
penulis pandang lebih cocok sebagai media penanaman nilai - nilai kehidupan
pada peserta didik.
Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri Kab. Cirebon Barat merupakan
kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggunya, dalam kegiatan
ekstrakurikuler waktu yang tersedia lebih banyak dan lebih lama daripada waktu
intrakurikuler, sehingga siswa akan lebih banyak melakukan gerakan-gerakan
yang dipelajari, yang akhirnya akan lebih menguasai gerakan tersebut
dibandingkan pada waktu pelajaran intrakurikuler. Ditulis dalam buku Depdikbud
Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan jam pelajaran sekolah yang biasa dilakukan di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai.
Hasil survay penulis sementara kegiatan ekstrakurikuler yang
diselenggarakan di SMA Kabupaten Cirebon Barat (Kab. Cirebon Barat) adalah
bentuk kegiatan organisasi yang meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),
Pasukan Kibar Bendera (Paskibra), Pendidikan Kesehatan Sekolah (PKS), Praja
Muka Karana (Pramuka) dan Palang Merah Remaja (PMR), dan Olahraga. Bentuk
program kegiatan ektrakulikuler olahraga diantaranya; bolavoli, bolabasket, dan
sepakbola. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berlaku bagi para siswa di
lingkungan sekolah.
Ekstrakulikuler non olahraga kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran
baik dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah. Ekstrakurikuler non olahraga
memiliki tujuan tertentu diantaranya adalah untuk merubah perilaku sosial siswa,
selain itu juga agar siswa mempunyai rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri,
siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler non olahraga akan memiliki
karakter atau kepribadian yang baik seperti menurut Hermanto (2000:35).
Pengembangan kepribadian peserta didik merupakan inti dari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Karena itu, profil kepribadian yang matang merupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian yang matang dalam konteks pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tentunya dalam tahap-tahap kemampuan peserta didik.
Selain itu ekstrakurikuler non olahraga contohnya seperti PMR didalamnya
mengajarkan mengenai berbagai macam pertolongan terhadap bencana ataupun
kecelakaan akan tetapi sebelum praktek langsung terhadap korban siswa diberikan
pengarahan terlebih dahulu oleh pembina mengenai nilai-nilai yang terkandung
dalam pelaksanaan kegiatan, pada saat kegiatan pembina masih memberikan
instruksi kepada siswa.
Sedangkan ekstrakurikuler olahraga adalah kegiatan yang dilakukan diluar
Ekstrakurikuler olahraga berkaitan dengan aktivitas fisik siswa, sebelum
melakukan ekstrakurikuler olahraga biasanya pelatih atau pembina memberikan
pengarahan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler seperti, fair play, empati, bekerjasama, toleransi, sikap, dan lain
sebagainya seperti menurut Suseno (1989:53) dalam www.crayonpedia.org
diakses 28 mei 2013 mengatakan bahwa:
Moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.
Maka dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga nilai-nilai yang
terkandung didalamnya secara tidak langsung akan masuk kedalam karakteristik
siswa melalui permainan atau pertandingan, berbeda dengan kegiatan
ekstrakulikuler non olahraga yang harus diberi penjelasan mengenai nilai-nilai
yang terkandung saat siswa melakukan kegiatanya. Dalam penelitian ini penulis
memilih aktivitas ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga sebagai variabel
penelitian. Didalam olahraga beregu akan membentuk sebuah situasi sosial yang
dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk berinteraksi dengan orang
lain. Seperti yang disebutkan dalam Wikipedia Free Encyclopedia (2008:th)
bahwa, “olahraga tim mengacu pada olahraga yang dilatih atau dipraktekkan,
dimana pemain saling berhubungan secara langsung dan secara simultan di antara
keduanya untuk mencapai satu tujuan”. Hal itu menunjukkan bahwa olahraga
beregu memberikan ruang pada individu untuk berinteraksi secara langsung dan
berkelanjutan, baik dengan rekan maupun lawan. Interaksi sosial yang terjadi
dalam olahraga beregu tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan
sosial individu yang terlibat.
Kegiatan ektrakurikuler olahraga selain bermanfaat bagi siswa dalam
mengisi waktu luang olahraga itu sendiri juga ditujukan untuk pembentukan
perilaku sosial seperti kerjasama, kemurahan hati, persaingan, empati, sikap tidak
Pembentukan perilaku sosial terbentuk seirama dengan proses pertumbuhan dan
perkembangannya.
Seorang individu atau siswa membutuhkan kemampuan untuk dapat
berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan itu adalah keterampilan sosial (social
skills). “Keterampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki
individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan kemampuan
memecahkan masalah, dengan keterampilan yang siswa miliki suatu lingkungan
sosial yang harmonis dapat dicapai” (Cartledge & Milburn, 1992:8). Keterampilan
sosial sangat berhubungan erat dengan interaksi sosial, seperti yang diungkapkan
oleh Anderson (2004, 451) “Social skills are developed and manifest in social interaction”. Hal ini berarti bahwa interaksi sosial yang terjadi dalam suatu situasi sosial dapat mendeskripsikan keterampilan sosial seseorang. Lebih lanjut
Andersone mengungkapkan bahwa setiap individu membutuhkan keterampilan
untuk berinteraksi sosial. Keterampilan sosial memiliki peran dan kedudukan
yang sangat penting bagi individu agar dapat hidup bermasyarakat di kemudian
hari.
Perilaku sosial ini menjadi sangat penting keberadaannya di tengah-tengah
berbagai masalah sosial yang kerap terjadi dalam lingkungan sosial. Perilaku
sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaban manusia (Ibrahim, 2001).
Perilaku sosial yang ditunjukkan siswa, khususnya siswa SMA dalam
aktivitasnya di sekolah relatif beragam. Ada siswa yang mudah berinteraksi
dengan siswa dan guru, ada pula yang tertutup. Ada siswa yang aktif mengikuti
berbagai kegiatan di sekolah dan ada pula siswa yang kurang berpartisipasi aktif
dengan kegiatan yang ada di sekolah.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa melalui kegiatan
ekstrakurikuler perilaku sosial siswa dapat dibentuk ke arah yang positif dan lebih
baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan ekstrakulikuler selain dapat
mengembangkan kemampuan fisik juga dapat mengembangkan prilaku sosial.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan
mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon
Barat
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabanya melalui pengumpulan data, dan analisis data tersebut, sehingga pada
akhrirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari suatu penelitian.
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Adakah perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada
siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat?
C. Pembatasan Penelitian
Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar
masalah yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah penelitian
dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36) sebagai berikut:
Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.
Karena keterbatasan waktu dan dana, maka tidak semua masalah yang telah
diidentifikasi akan diteliti. Untuk itu peneliti akan memberi batasan, dimana akan
dilakukan penelitian dan variable apa saja yang akan diteliti. Adapun ruang
lingkup penelitian ini adalah sebagi berikut:
1. Populasi atau Objek dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakurikuler PMR SMA Negeri Kab. Cirebon
Barat
2. Sampel dalam penelitian ini adalah populasi sebagai sampel dan siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler minimal 1 tahun
3. Ekstrakurikuler olahraga dalam penelitian ini adalah olahraga beregu seperti
4. SMA Negeri Kabupaten (Kab.) Cirebon Barat dalam penelitian ini adalah 5
sekolahan yaitu SMAN 1 Susukan, SMAN 1 Arjawinangun, SMAN 1
Gegesik, SMAN 1 Jamblang dan SMAN 1 Palimanan
5. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku sosial siswa.
6. Instrumen penelitian ini adalah angket mengenai perilaku sosial siswa.
D. Tujuan Penelitian
Dalam segala bentuk kegiatan, tujuan merupakan dasar pemikiran yang
paling utama, tanpa adanya tujuan suatu kegiatan tidak akan berjalan lancar.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga
dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri
Kabupaten Cirebon Barat
E. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil penelitian bermanfaat sebagai berikut:
1. Secara teoritis dapat digunakan sebagai masukan (bahan pemikiran) keilmuan
dan informasi bagi lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah
maupun bagi perorangan, seperti guru pendidikan jasmani, mahasiswa, para
pembaca dan pemerhati olahraga mengenai Perbandingan Perilaku Sosial
Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Siswa Yang
Mengikuti Ekstrakurikuler PMR
2. Secara praktis dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi guru pendidikan
jasmani dalam upaya mengembangkan perilaku sosial siswa melalui
ekstrakurikuler olahraga
F. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran khususnya
istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, maka penulis akan menguraikan beberapa
istilah tersebut, antara lain sebagai berikut :
1. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey dalam Rusli Ibrahim (2001)
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga
identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain”
2. Dalam buku Depdikbud (1984:9) bahwa :
Ekstrakurikuler adalah kegiatan jam pelajaran sekolah yang biasa dilakukan di diluar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai.
3. Giriwijoyo (1995:7) menjelaskan bahwa, “Olahraga adalah serangkaian gerak
raga yang teratur dan terencana yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan fungsional raga agar menjadi sesuai dengan persyaratan atau
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode
dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini
berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan
pengumpulan dan analisis data. Adapun yang dimaksud metode yang tepat itu
sendiri seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1989:31) ”Metode adalah
merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk
menguji hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”.
Dalam kutipan di atas, dapat disajikan kembali bahwa metode merupakan
suatu cara yang dipergunakan teknik dan alat-alat tertentu sehingga memperoleh
hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan judul masalah
dalam penelitian ini yaitu mengenai perbandingan perilaku sosial antara siswa
yang mengikuti esktrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat, maka
penulis merasa perlu untuk menetapkan suatu metode penelitian yang tepat untuk
memecahkan masalah tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti
maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Hal ini cukup
beralasan karena penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data guna
memperoleh jawaban, sehingga dapat digambarkan secara umum mengenai
permasalahan yang dihadapi.
Dalam proses penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif
komparatif, penentuan dalam penggunaan penelitian deskriptif komparatif karena
penelitian ini bertujuan meneliti satu variabel yaitu perilaku sosial dan dua
kelompok sample yang berbeda yaitu siswa yang mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler olahraga dan siswa yang mengikuti PMR. Hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:64) sebagai berikut:
perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Sedangkan metode komparatif yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009:36) adalah:
Penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda”. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok tertentu dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi kelompok lain yang lebih besar dan hanya menarik kesimpulan dari sample yang diteliti saja.
Dengan merujuk pendapat diatas maka penelitian deskriptif komparatif yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah meneliti perbandingan satu variable perilaku
sosial dengan dua sample yang berbeda yaitu sample kelompok siswa yang
mengikuti kegiatan eksrtrakurikuler olahraga dan siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler pramuka. Dalam penelitian ini masalah yang diangkat adalah
perbandingan perilaku sosial antara siswa yang mengikuti kegiatan
eksrtrakurikuler olahraga dengan siswa tidak yang mengikuti ekstrakurikuler
olahraga di SMAN Kab. Cirebon Barat.
B. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari satu variable yaitu perilaku sosial siswa dan
dua sample yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan
siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler non olahraga. Sebagaimana dapat
kita lihat dalam bagan 3.1 tentang desain penelitian dibawah ini.
Bagan 3.1
X1
X2
Keterangan :
X 1 : Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga X 2 : Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler PMR Y : Prilaku Sosial
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Kecermatan menentukan sample dari sejumlah populasi sangat diperlukan.
Dalam penelitian tanpa adanya kecermatan pada saat melakukan penelitian maka
penelitian tersebut sangat rentan dari hasil kebenaran dan objektivitas, kedua hal
tersebut sangatlah diperlukan. Sugiyono dalam bukunya (2009:115)
mengemukakan pendapatnya tentang definisi populasi sebagai berikut:
Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
2. Sampel
Dalam penelitian ini penulis mengambil seluruh populasi sebagai sampel
penelitian tersebut. adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang
mengikuti olahraga dan siswa yang mengikuti ekstrakulikuler PMR
Untuk mengetahui besar kecilnya sample penelitian. Sugiyono dalam
bukunya (2009:215) menjelaskan bahwa:
Sampel adalah sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya pendududk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya.
Selanjutnya untuk lebih memperjelas pengambilan sample dalam penelitian
ini dijelaskan oleh Sugiyono dalam bukunya (2009:218-219) yaitu: “teknik
purposive sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misanya orang tersebut yang
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,atau mungkin dia sebagai
yang diteliti. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mempertimbangkan
pengembilan sampel ditentukan sebagai berikut:
1. Siswa yang mengikti ekstrakulikuler minimal 1 tahun kerena pembentukan
sikap seseorang dapat terbentuk dari aktivitas sama yang berulang-ulang
dalam waktu yang lama.
2. Siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tidak berpindah-pindah dari
ekstrakulikuler satu ke ekstrakulikuler lain jadi harus menetap
3. Ekstrakulikuler olahraga dalam penelitian ini adalah olahraga beregu yaitu
bolabasket
D. Langkah-langkah Penelitian
Untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan
maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya
gambaran langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai
langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian
penulis jelaskan sebagai berikut:
1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari siswa SMAN 1
Susukan, SMAN 1 Arjawinangun, SMAN 1 Gegesik, SMAN 1 Palimanan,
dan SMAN 1 Jamblang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan
ekstrakulikuler non olahraga.
2. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket terhadap
dua kelompok tersebut.
3. Setelah didapat hasil pengetesan dari kedua kelompok, langkah selanjutnya
adalah melakukan pengolahan dan menganalisa data.
4. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil
pengolahan dan analisis data tersebut.
Mengenai penjelasan langkah-langkah penelitian diatas, peneliti mencoba
Bagan 3.2
E. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional
1. Variabel Penelitian
Dalam penelitian mengambil metode deskriptif komperatif yang
penelitianya memiliki 1 variabel dengan 2 sampel yang berbeda bekenaan
penjelasan tersebut, Sugiyono (2009:36) mengemukakan sebagai berikut: Populasi
Sampel
Kelompok A
Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Olahraga
Kelompok B
Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Non
Olahraga
Test dengan menggunakan angket
Analisis Data
Kesimpulan Kelompok A
Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler
Olahraga
Pengolahan Data
Kelompok B
Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Non
Penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda”. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok tertentu dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi kelompok lain yang lebih besar dan hanya menarik kesimpulan dari sample yang diteliti saja.
Berdasarkan penjelasan diatas, variabel penelitian ini adalah perilaku sosial
dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakulikuler
olahraga dan sisiwa yang mengikuti ekstrakulikuler non olahraga.
2. Definisi Oprasional
Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel yang perlu dijelaskan sebagai
pedoman dalam oprasionalnya. Sehingga tidak menimbulkan
penafsiran-penafsiran yang keliru yang dapat menjauhkan dari maksud dan tujuan penelitian
ini. adapun variabel tersebut adalah perilaku sosial
Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim
(2001), “perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang
dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi.”
Perilaku sosial menurut baron (1991) yang dikutip oleh Ibrahim (2001:4) adalah” reaksi seseorang terhadap orang lain. Reaksi tersebut dinyatakan dalam tindakan, perasaan,keyakinan, kenangan, atau rasahormat terhadap oranglain
Menurut Suharsimi Arikunto (1999: 57), kegiatan ekstrakurikuler adalah
kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan
kegiatan pilihan.
Giriwijoyo (1995:7) menjelaskan bahwa, “Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kemampuan fungsional raga agar menjadi sesuai dengan persyaratan atau tujuan tertentu yang dikehendakinya.”
F. Instrumen Penelitian
dinamakan dengan instrumen penelitian. Adapun pengertian dari instrumen
penelitian menurut Arikunto (2002:136) yaitu “Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.”
Adapun yang dibahas mengenai instrumen penelitian yang dilakukan adalah
alat pengumpul data dan skala yang digunakan. Untuk lebih jelasnya mengenai
pembahasan di atas yaitu mengenai alat dan skala diuraikan di bawah ini.
1. Alat Pengumpulan Data
Alat dalam sebuah penelitian dapat dikatakan dengan instrumen penelitian.
Mengenai instrumen ini, Arikunto (2002:127) menerangkan sebagai berikut:
Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.
Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada
sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara
garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (2002:127) menyatakan bahwa:
Menggolongkan evaluasi atas dua macam yaitu tes dan non tes. Adapun pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.
Berdasarkan pengertian di atas mengenai tes maka sasaran yang ditinjau
dari objek yang dievaluasi, perilaku sosial termasuk ke dalam nontes. Hal tersebut
diperkuat dengan pernyataan Arikunto (2002:127-128) bahwa, “…macam Tes
diantaranya adalah tes sikap (Attitude Test) yaitu alat yang digunakan untuk
mengadakan pengukuran terhadap sikap seseorang.”
Selanjutnya setelah mengetahui tes yang digunakan dalam penelitian, maka
penelitian ini adalah dengan angket atau kuesioner. Mengenai angket atau
kuesioner ini Arikunto (2002:128) menjelaskan sebagai berikut: “kuesioner adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”
Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut
pandang dari cara menjawab. Pembagian dari sudut pandang tersebut dibagi
menjadi dua macam yaitu kuesioner terbuka dan tertutup. Pengertian dari ke dua
tersebut menurut Arikunto (2002:128-129) adalah sebagai berikut: Dipandang dari
cara menjawab kuesioner dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kuesioner Terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat tersendiri.
b. Kuesioner Tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
Sesuai dengan pengertian di atas maka penulis mengambil kuesioner untuk
penelitian adalah kuesioner tertutup dengan maksud mempermudah pengisian
bagi responden yang dijadikan subjek untuk penelitian. Kesimpulan yang dapat
diambil berdasarkan uraian di atas maka penulis menentukan bahwa angket adalah
seperangkat pernyataan yang harus dijawab oleh responden secara langsung untuk
diungkapkan pengalaman yang telah dimilikinya. Adapun angket yang penulis
gunakan adalah angket tertutup, maksudnya adalah angket yang disusun dalam
bentuk pernyataan terbatas, tegas, lengkap, dan kongkret sehingga responden
hanya diminta untuk mengisi jawaban pada halaman yang telah disediakan.
Dengan demikian yang diperoleh dari responden tidak berupa uraian yang lebih
rinci tetapi hanya membubuhkan jawaban yang sudah disediakan. Adapun
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Angket Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler
Di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat
2. Skala Penelitian
Skala pada penelitian sangat berbeda dengan tes karena pengukuran
instrumennya, mengukur mengenai derajat atau tingkat perhatian yang dimiliki
seseorang terhadap suatu objek. Adapun pengertian dari skala menurut Nurhasan dan Cholil (2007:348) yaitu, “Skala adalah satu set angka-angka yang menyatakan nilai-nilai terhadap subjek, objek atau perilaku dengan tujuan
mengkuantifikasikan pengukuruan kualitatif.” Skala dibagi menjadi beberapa
macam diantaranya adalah.
a. Summated Rating Scales (Likert Scales). b. Equal-Spearing Scales (Thrustone Scales). c. Cummulative Scales (Guttman Scales)
d. Sematic Differential Scales. (Nurhasan dan Cholil, 2007:348)
Dari beberapa macam skala di atas, maka penulis mengambil salah satu
skala yang berhubungan dengan penelitian yaitu Summated Rating Scales (Likert
Scales) atau Skala Likert yang sudah terbukti bahwa skala teresebut sering
digunakan untuk menentukan sikap/perilaku seseorang. Hal tersebut senada
dengan pengertian Skala Likert yang dikemukakan oleh Nurhasan dan Cholil (2007:349) bahwa, “Skala Likert adalah suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu topik.” Kemudian Sukardi dalam Yusti (2010:24) menjelaskan
sebagai berikut:
Skala ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukurpersepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah lakuyang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberap pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikanpilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan,misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Dengan beberapa pengertian di atas, maka penulis mengartikan Skala Likert
merupakan suatu penskalaan yang digunakan untuk menentukan sikap seseorang
terhadap suatu topik dan menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan
nilai skala. Distribusi respons atau pilihan jawaban yang dimaksud di atas yaitu
dalam penskalaan terhadap suatu topik dapat diberikan nilai dengan alternatif
sangat tidak setuju. “cara memberikan nilai dilakukan dengan menyatakan
perilakunya itu ke dalam lima alternatif pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat setuju,
(2) Setuju, (3) Tiada setuju, (4) tidak setuju, dan (5) Sangat tidak setuju.”
(Nurhasan dan Cholil 2007:349)
Adapun kategori penskoran setiap butir pernyataan positif, yaitu 5,4,3,2,1.
Sedangkan untuk kategori butir dengan pernyataan negatif, yaitu 1,2,3,4,5.
Menurut Nurhasan dan Cholil (2007:349) pemberian skala skor pada setiap
kategori pernyataan tes, dilakukan dengan pemberian bobot, terhadap lima
alternatif pilihan jawaban yaitu.
a. Untuk pernyataan yang positif, pemberian bobot pada setiap alternatif jawaban yaitu: 5, 4, 3, 2, 1. Jadi untuk alternatif pilihan sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, tiada pendapat (ragu-ragu) diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.
b. Untuk pernyataan yang negatif, pemberian bobot skor pada setiap alternatif pilihan jawaban, dengan urutan, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5. Untuk alternatif pilihan jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2,tiada pendapat (ragu-ragu) diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, dan sangat tidak setuju diberi skor 5.
Dari penjelasan diatas dapat gambarkan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban
No. Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban
Positif Negatif
1. Sangat Setuju 5 1
2. Setuju 4 2
3. Kurang Setuju 3 3
4. Tidak Setuju 2 4
5. Sangat tidak Setuju 1 5
Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kuesioner
dan skala Likert yang dipilih sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis
teliti, yaitu tentang perbandingan perilaku sosial antara siswa yang mengikuti
kegiatan esktrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti kegiatan
telah terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakulikuler non
olahraga diberikan angket perilaku Sosial.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket
a. Uji Validitas
Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah di uji cobakan ditempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Memberikan skor pada masing-masing butir pernyataan.
2) Memberikan skor untuk keseluruhan jumlah butir pernyataan.
3) Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan.
Dengan rumus sebagai berikut:
Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment dengan taraf signifikansi 5 %. Jika rxy > rkritis maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2003:73).
untuk memudahkan peneliti, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 21 for
windows. Setelah mendapat nilai korelasinya, peneliti bandingkan dengan nilai
r-tabel pada taraf signifikan 5 % dan jumlah responden sebanyak 32. Untuk
menentukan keputusan bahwa item soal itu valid atau tidaknya, peneliti
berpatokan pada norma sebagai berikut ; jika rxy > rkritis berarti item soal dapat
dinyatakan valid. Sebaliknya jika rxy < rkritis maka item soal dapat dinyatakan
tidak valid.
b. Uji Reliabilitas
Pengujian realibilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuisioner
dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Instrumen (kuisioner) yang n XY – (X) (Y)
rxy =
handal berarti mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. Cara menghitung
reliabilitas dapat menggunakan sebagai berikut:
Arti unsur-unsur tersebut :
r xy = korelasi antara variabel X dan Y (kriteria) X = skor pada variabel X
Y = skor pada variabel Y X = jumlah skor variabel X Y = jumlah skor variabel Y Xy = jumlah skor X kali Y
N = jumlah subjek
Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus
Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
rii : koefisien yang dicari
2. r : dua kali koefisien korelasi
1 + r : satu tambah koefisien korelasi
Untuk memudahkan peneliti, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 21 for
windows. Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi
yang dikemukanan oleh Riduan (2006: 138) yang dijelaskan dalam tabel 3.4 2. r xy
rii =
1 + r xy n XY – (X) (Y) rxy =
Tabel 3.4
Kriteria Reliabilitas Instrumen
Interval Koefisien Kriteria Keterandalan
0.80 – 1.000 Sangat tinggi
0.60 – 0.799 Tinggi
0.40 – 0.599 Cukup
0.20 – 0.399 Rendah
0.00 – 0.199 Sangat rendah
G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data
Setelah pengetesan selesai dan data hasil pengetesan terkumpul maka
langkah berikutnya adalah mengumpulkan data, kemudian melakukan pengolahan
dan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan, pengolahan, dan
penganalisisan data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakulikler olahraga dengan siswa
yang mengikuti ekstrakulikuler non olahraga. Adapun langkah-langkah
pengolahan dan analisis data tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menghitung Rata-Rata Dan Simpangan Baku
a. Mencari nilai rata-rata (X) dari setiap data dengan rumus:
n X
X
iKeterangan:
X : Nilai rata-rata yang dicari
Xi : Jumlah skor yang didapatn : Jumlah sampel
b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat
dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan
jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan
pada penelitian ini adalah uji Lilifort.
Prosedur yang digunakan menurut Sujana (2001) adalah sebagai berikut:
a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan
b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian
dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).
Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi S (Zi) =
n
d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.
e. Menginterpretasikan hasil dari penghitungan normalitas pada keputusan
normalitas Liliefors (Shapiro-Wilk) sebagai berikut:
1. Jika L hitung > L tabel, maka instrument berdistribusi normal
2. Jika L hitung < L tabel, maka instrument tidak berdistribusi normal
3. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetaui apakah data yang didapat dari
hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik
yang digunkan. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F dengan rumus:
cil Variansike
sar Variansibe F
Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari
F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan derajat kebebasan dk = V1 dan V2, nilai V1 = n – 1 dan V2 = n – 2 jadi data
setiap butir tes adalah homogen bila F hitung ≤ F tabel
4. Uji Hipotesis
Membuat hipotesis dengan kalimat dan hipotesis dengan statistik
Hipotesis kalimat
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sosial siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
Ha : terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sosial siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler
PMR pada SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat.
Hipotesis statistik
Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:
S = Simpangan baku
n1 = Jumlah Sampel Kelompok 1 n2 = Jumlah Sampel Kelompok 2 X1 = Rata-rata Kelompok 1 X2 = Rata-rata Kelompok 2
Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika t hitung lebih
kecil dibandingkan dengan t tabel Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t
dengan tingkat kepercayaan 0.95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1+n2-2).
H. Lokasi Penelitian
Karena penelitian ini pada 5 tempat berbeda maka, waktu dan hari
disesuaikan dengan jadwal sekolah dalam mengadakan ekstrakulikuler olahraga
dan ekstrakulikuler PMR, oleh karena itu waktu dan tempat penelitian sebagai
berikut:
1. SMA Negeri 1 Susukan
Tempat : SMA Negeri 1 Susukan
Alamat : Jalan Prof. Dr. Moh. Yamin SH., Susukan 45166 Telp. (0231)
Hari/tanggal : Selasa, 20 Agustus 2013
Waktu : 14.00 s.d 15.30 WIB
2. SMA Negeri 1 Arjawinangun
Tempat : SMA Negeri 1 Arjawinangun
Alamat : Jalan Pahlawan - Kebonpiring Kecamatan Arjawinangun
Kabupaten Cirebon
Hari/tanggal : Rabu, 21 Agustus 2013
Waktu : 15.00 s.d 16.30 WIB
3. SMA Negeri 1 Gegesik
Tempat : SMA Negeri 1 Gegesik
Alamat : Jalan Nakula Sadewa Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon
Hari/tanggal : Kamis, 22 Agustus 2013
Waktu : 14.30 s.d 15.30 WIB
4. SMA Negeri 1 Palimanan
Tempat : SMA Negeri 1 Palimanan
Alamat : Jalan KH.Agus Salim No.128 Palimanan Kabupaten Cirebon
Hari/tanggal : Senin, 26 Agustus 2013
Pukul : 14.30 s.d 15.30 WIB
5. SMA Negeri 1 Jamblang
Tempat : SMA Negeri 1 Jamblang
Alamat : Jalan Nyi Mas Rara Kerta No. 33 Kecamatan Jamblang
Kabupaten Cirebon
Hari/tanggal : Selasa, 27 Agustus 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data pada bab sebelumnya,
maka penulis dapat mengemukakan kesimpulan, yaitu: Antara perilaku sosial
siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler PMR di SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Bara terdapat
perbedaan. Terdapat tiga perbedaan yang lebih menonjol dari setiap sub aspek
yaitu inisiatif sosial, saling menghargai, dan kerjasama.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan kesimpulan yang didapat
dari penelitian tersebut, penulis mengajukan beberapa saran yaitu:
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru di SMA se-Kabupaten
Cirebon Barat dalam mengembangkan perilaku siswa
2. Kepada para peneliti berikutnya, agar mngembangkan penelitian lebih lanjut
tentang perbandingan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti
ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR
pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Barat untuk pengembangan
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang, dan Jajat Drajat Kusumah. (2010). Modul Aplikasi
Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK-UPI.
Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan
Praktis; Jakarta : Rineka Cipta.
Baron, Robert A. Byrne, Donn. 1991. Social Psikology, Tokyo : Allyn and Bacon.
Hurlock, Elizabeth. B. 2004. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Kartadinata S. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.UPI Press.
Krech, David et.al. (1962). Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill
Kogakasha.
Lutan, Rusli, dkk. (2002). Supervisi Pendidikan Jasmani : Konsep dan Praktik.
Jakarta: Depidiknas Direkjenpendasmen.
Lutan, Rusli (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori Dan
Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Nurhasan dan Kholid, H (2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan FPOK UPI
Bandung.
Mahendra, Agus. (2003). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas.
Jakarta.
Makmun, Abin Syamsuddin. (2003) . Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda
Karya Remaja.
Ibrahim, Rusli. (2001). Pembinaan Perilaku Sosial melalui pendidikan Jasmani Prinsip-prinsip dan Metode. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas.
Samsudin (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahrga dan Kesehatan.
Litera, Prenada Media Group. Jakarta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA
Bagus Pranata, 2013
tersedia:http://makalahmajannaii.blogspot.com/2013/03/pendidikan-nilai-dalam-kegiatan.html [29 mei 2013]
Usman. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Rosda
Karya.
Yusti, Rahma. (2010). Prosedur Penelitian Ilmiah. [online].
Tersedia : http://sosiologiuberallez.blogspot.com/2012/07/.prosedur
penelitian.html [28 juli 2013]
Sumber Lain:
http://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial/ (diakses
tanggal 12 maret 2013)
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosial-individu/
(diakses tanggal 16 april 2013 )
http://massofa.wordpress.com/2011/07/24/perilaku-sosial/