• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN PERILAKU SOSIAL SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PMR PADA SISWA SMA NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON BARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN PERILAKU SOSIAL SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PMR PADA SISWA SMA NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON BARAT."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SMA NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh

Bagus Pranata 0901665

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

▸ Baca selengkapnya: download program ekstrakurikuler olahraga sd

(2)

SMA NEGERI SE-KABUPATEN CIREBON BARAT

Oleh

Bagus Pranata

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olaraga dan Kesehatan

© Bagus Pranata 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DENGAN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PMR PADA SISWA SMA NEGERI SE-KABUPATEN

CIREBON BARAT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M.Ed

NIP : 195003111978101001

Pembimbing II

Didin Budiman, M.Pd.

NIP : 197409072001121001

Mengetahui

Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd.

(4)

Abstract

Bagus Pranata. Comparison Social Behavior of Students Following Extracurricular Sports With The Following Extracurricular Youth Red Cross Students At High School Students Affairs cirebon west. Mentor I Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M. Ed. Mentor II Didin Budiman, M.Pd.

The purpose of this study was to determine whether there are differences between the social behavior of students who take extracurricular sports with students who take extracurricular Youth Red Cross on State high school students as Cirebon West. In extracurricular activities, students not only learn the cognitive and psychomotor aspects, but it also students studying affective aspects, namely matters related to social behavior. Social behavior in this regard include discipline, cooperation, social initiatives, and mutual respect. The method used in this research is descriptive comparative method. With the research design is divided into groups of students who take the X or extracurricular sports and Y groups or students who take extracurricular Youth Red Cross. Data collection instrument used in this study was a questionnaire enclosed Data collection instrument used in this research was a questionnaire enclosed. The population is high school students to the total student sample was 120 people, 60 groups of students who take extracurricular sports and 60 person as a group of students who take extracurricular Youth Red Cross. This research concludes that there is a difference between the social behavior of students who take extracurricular sports with students who take extracurricular Youth Red Cross significantly with the number of groups of students who take 14090 extracurricular sports and extracurricular groups of students who take the Youth Red Cross 13894. From the four sub-aspects raised in this research turned out artifacts 3 sub aspect ie the difference is quite prominent social initiative, cooperation, and mutual respect. Conclusion there is a difference between social behavior of students who take extracurricular sports with students who take extracurricular Youth Red Cross on State high school students as Cirebon West.

Keyword: Extracurricular Sports, Extracurricular Youth Red Cross,

(5)

Abstrak

Bagus Pranata. Perbandingan Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler PMR Pada Siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Cirebon Barat. Pembimbing I Drs. H. Yus Solihin Yusakarim, M. Ed. Pembimbing II Didin Budiman, M.Pd.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Barat. Dalam kegiatan ekstrakurikuler, siswa tidak hanya belajar aspek kognitif dan psikomotor, selain itu juga siswa belajar aspek afektif, yaitu hal-hal yang berkenaan dengan perilaku sosialnya. Perilaku sosial dalam hal ini meliputi sikap disiplin, kerjasama, inisiatif secara sosial, dan saling menghargai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif komparatif. Dengan desain penelitiannya dibagi menjadi kelompok X atau siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan kelompok Y atau siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Populasi yang digunakan adalah Siswa SMA untuk sampel adalah jumlah keseluruhan siswa sebanyak 120 orang, 60 orang kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan 60 orang sebagai kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR signifikan dengan jumlah kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga 14090 dan kelompok siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR 13894. Dari empat sub aspek yang diangkat dalam penelitian ini ternyata tedapat 3 sub aspek yang perbedaannya cukup menonjol yaitu inisiatif secara sosial, kerjasama, dan saling menghargai. Kesimpulan terdapat perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Barat.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………... iii

DAFTAR ISI………... v

DAFTAR TABEL... ... vii

DAFTAR BAGAN………... viii

DAFTAR LAMPIRAN………... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Batasan Penelitian……….. 9

D. Tujuan Penelitian.………... 10

E. Manfaat Penelitian………... 10

F. Definisi Oprasional……….... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Hakikat Pendidikan……… 12

B. Hakikat Ekstrakurikuler 1. Pengertian Ekstrakurikuler ………..……… 14

2. Tujuan dan Jenis Ekstrakurikuler.………..…………. 16

3. Azas Pelaksanaan Ekstrakurikuler.………..…………. 18

4. Prinsip-Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler…..…………..…………. 18

5. Kedudukan Ekstrakurikuler Disekolah…..……...…..…....………. 19

6. Kegiatan Ekstrakurikuler Olahraga…..………...…..…………. 20

C. Hakikat Perilaku Sosial 1. Pengertian Prilaku Sosial ……...…... 21

(7)

3. Faktor-faktor Yang Dapat Membentuk Perilaku Sosial ………….. 27

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial …...……….. 28

5. Karakteristik Perilaku Sosial Siswa SMA ……….. 34

D. Kerangka Pemikiran ……… 41

E. Hipotesis ……… 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian……….. 43

B. Desain Penelitian ………. 44

C. Populasi dan Sampel …….……… 45

D. Langkah-Langkah Penelitian…….……… 46

E. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional ……… 47

F. Instrumen Penelitian ………. 48

G. Prosedur Penelitian ... 49

H. Prosedur Pengolahan Data ... 56

I. Lokasi Penelitian……… 59

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan dan Analisis Data……….. 61

B. Diskusi Penemuan……….. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 67

B. Saran……….. 67

DAFTAR PUSTAKA……… 68

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Angket Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti

Ekstrakulikuler 51

3.2 Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban 53

3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen 56

4.1 Data Hasil Penelitian Perilaku Sosial 61

4.2 Deskripsi Skor Rata-rata Tes Perilaku Sosial 62

4.3 Hasil Penghitungan Uji Normalitas Data 63

4.4 Hasil Penghitungan Variansi Kelompok Ekstrakulikuler

Olahraga Dan Kelompok Ekstrakulikuler PMR. 64

4.5 Hasil Penghitungan Uji Homogenitas Ekstrakulikuler Olahraga

Dan Kelompok Ekstrakulikuler PMR 64

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya setiap masyarakat dalam hidupnya dapat dipastikan akan

mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-perubahan.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya merupakan suatu proses

yang terjadi terus menerus, ini artinya bahwa masyarakat pada kenyataannya akan

mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu

masyarakat dengan masyarakat yang lain tidaklah sama.

Salah satu dari perubahan tersebut dapat dilihat dari segi sosial. Perubahan

sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Perubahan dalam kebudayaan

mencakup semua bagian, yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

filsafat dan lainnya. Akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi

organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas

dibandingkan perubahan sosial. Namun demikian dalam prakteknya di lapangan

kedua jenis perubahan perubahan tersebut sangat sulit untuk dipisahkan.

Dengan perubahan budaya yang begitu cepat dan instan. Dengan perubahan

budaya yang instan menyebabkan manusia lupa dengan proses yang dilakukan

dalam kehidupan sehari-harinya dan berpengaruh juga pada perubahan perilaku

anak sekarang yang lebih mengarah kepada perilaku negatif seperti kurang

menghargai orang lain, egois, kurangnya kerjasama dan lain-lain.

Kemudian dengan berkembangnya dunia akibat kemajuan teknologi dan di

bidang apapun, menyebabkan banyak perubahan, tidak terkecuali gaya hidup

manusia zaman sekarang, mulai dari orang tua, anak remaja dan dewasa, maupun

anak kecil baik secara sadar maupun tidak mereka telah mengikuti perubahan

zaman itu. Kemajuan ini di sebabkan dunia pendidikan yang mengalami kemajuan

dan berkembang pesat. Namun dengan kemajuan ini pula anak zaman sekarang

banyak yang mengalami penyakit hipokinetik (kurang gerak) , kegemukan,

(10)

Anak zaman sekarang lebih senang dengan permainan modern dan alat -alat

teknologi terbaru seperti menonton televisi atau bermain video game, play

satation dan lain-lainnya. Kurangnya aktivitas gerak anak menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu dan anak tidak matang pada

usianya. Sehingga secara tidak langsung mengakibatkan keterampilan fisik dan

perilaku anak cenderung berubah kearah negatif .

Hal ini disebabkan kurangnya aktivitas fisik anak dan anak kurang bergaul

dan lebih banyak berada didepan layar televisi maupun komputer sehingga masa

ataupun waktu untuk bermain dan bergaul dengan teman sabayanya pun

berkurang. Hal ini mengakibatkan anak zaman sekarang lebih cenderung

indiviualis dan manja. Sejalan dengan itu seperti yang diungkapkan oleh

Bambang (2007) bahwa :

Bahaya dari kecanduan bermain video game bagi sang anak adalah perkembangan motorik dan kebugaran jasmani sang anak akan terganggu terjadi perubahan perilaku yang negative. Anda bisa membayangkan bagaimana ia hanya duduk di depan kotak televisi selama berjam-jam, bahkan sampai harus lupa makan dan minum dan melakukan keperluannya yang lain. Kemungkinan besar saat ia beranjak remaja hingga dewasa, kemampua fisik anak akan lemah karena anak tidak melakukan aktivitas fisik yang berat dan anak menjadi tidak trampil dalam gerak motoriknya, bahkan cenderung ia akan bersikap malas dalam aktifitasnya sehari-hari serta anak menjadi kurang bergaul dan keterampilan sosial anak menjadi tidak bagus.

Mengacu pada kondisi tersebut dan dikaitkan dengan tujuan pendidikan

jasmani yaitu membentuk manusia yang berkualitas baik secara kognitif,

psikomotorik maupun afektif, maka nampak ada sesuatu yang perlu diperhatikan

dan ditanggapi oleh para pendidik berkenaan dengan perilaku sosial siswa

tersebut, karena jika kurang diperhatikan akan menyebabkan siswa tidak memiliki

keterampilan sosial yang baik.

Penjelasan di atas menggambarkan bahwa masa anak-anak merupakan masa

yang paling menentukan perilaku individu di masa mendatang. Perilaku yang

dominan ditunjukkan oleh siswa dalam kesehariannya di sekolah adalah

ketergantungan pada kelompok sebaya, keinginan menyendiri dan keinginan

(11)

mementingkan keberadaannya dalam kelompok dan sebaliknya tidak sedikit pula

yang mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan sekolah secara

baik, sehingga kecenderungan yang muncul adalah keinginan untuk menyendiri

atau hanya bergaul dengan beberapa orang saja yang dia sukai.

Hal ini berarti bahwa melalui pendidikan, siswa diharapkan memiliki

nilai-nilai yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. Pendidikan

juga merupakan peristiwa dalam kehidupan melalui bentuk interaksi atau

hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan sekitarnya. Berbagai

nilai yang dapat diraih melalui pendidikan adalah kecerdasan, moral,

pengetahuan, keterampilan, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian,

kemandirian, serta tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan

bangsa

Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pendidikan lainya. Dengan adanya pendidikan jasmani disekolah-sekolah dapat

diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu.

Tanpa pendidikan jasmani, proses pendidikan disekolah akan tidak seimbang.

Manakala tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, pikiran (mental) harus

dibelajarkan dan dikembangkan,dan selain itu perlu pula berdampak pada

perkembangan sosial, seperti belajar bekerjasama, dengan siswa lain. Sejalan

dengan pendapat Agus (2009:10), tujuan pendidikan jasmani secara sederhana

yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

a. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. b. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan utuk menguasai

keterampilan gerak dasar yang mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani

c. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali

d. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan

(12)

f. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.

Dalam proses pendidikan ada yang disebut pendidikan formal dan non

formal. Pendidikan formal adalah pendidikan yang dilakukan di sekolah dan

pendidikan non formal adalah pendidikan yang diadakan di luar sekolah atau

masyarakat. Pendidikan yang dilakukan di sekolah ada yang dikatakan

intrakurikuler dan ekstrakulikuler. Pendidikan intrakurikuler adalah kegiatan

belajar mengajar yang dilakukan di sekolah yang jatah waktunya telah ditetapkan

dan terstruktur. Sedangkan pendidikan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan

yang dilakukan diluar jam pelajaran sekolah.

Untuk memantapkan pendidikan siswa di sekolah diselenggarakan kegiatan

ekstrakulikuler yang dalam penyelenggaraannya dapat dilakukan didalam sekolah

dan di luar jam pelajaran. Sehubungan dengan kegiatan ekstrakulikuler dijelaskan

oleh Rusli Lutan (1986:12) bahwa :

Program ekstrakurikuler merupakan bagian integral dari proses belajar yang menekankanpada pemenuhan kebutuhan anak didik. Antara kegiatan intra dan ekstra kedua-duanya tak dapat dipisahkan. Bahkan kegiatan ekstrakurikuler perpanjangan, pelengkap atau penguat kegiatan intrauntuk menyalurkan bakat atau pendorong perkembangan potensi didik hingga mencapai taraf maksimum.

Peranan pembinaan dalam kegiatan ekstrakurikuler mempunyai dampak

yang besar terhadap tujuan dan kegiatan ekstra tersebut. Pembinaan dalam

kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang sangat penting, selain

berdampak pada prestasi yang diraih, namun juga terdapat sikap dan karakter

siswa yang didalamnya termasuk perilaku sosial.

Kegiatan ekstrakulikuler yang diselenggarakan di luar jam pelajaran, selain

membantu siswa dalam pengembangan minatnya, juga membantu siswa agar

mempunyai semangat baru untuk lebih giat belajar serta menanamkan tanggung

jawabnya sebagai warga negara yang mandiri. Hal ini sejalan dengan pendapat

Miller Mayeer yang dikutip oleh Tim Dosen IKIP Malang (1988 ; 124) yang

(13)

Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakulikuler akan memberikan sumbangan yang berarti bagi siswa untuk mengembangkan minat-minat baru, menanamkan tanggung jawab sebagai warga negara, melalui pengalaman-pengalaman dan pandangan-pandangan kerja sama, dan terbiasa dengan kegiatan-kegiatan mandiri.

Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang

diminati siswa untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman terhadap berbagai

mata pelajaran yang pada suatu saat nanti bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam kegiatan ekstrakurikuler dikembangkan pengalaman -

pengalaman yang bersifat nyata yang dapat membawa siswa pada kesadaran atas

pribadi, sesama, lingkungan dan Tuhan-nya, dengan kata lain bahwa kegiatan

ektrakurikuler dapat meningkatkan Emotional Qoutient (EQ) siswa yang di

dalamnya terdapat aspek kecerdasan sosial/kompetensi sosial.

Pengembangan EQ dewasa ini menjadi lebih mengedepan. Dari hasil

penelitian Daniel Goleman dikatakan bahwa “keberhasilan seseorang di

masyarakat sebagian besar ditentukan oleh 80 % kecerdasan emosi (EQ) dan

hanya 20% ditentukan oleh factor kecerdasan kognitip (IQ)”. Ratna Megawangi,

2004 : 47 dalam (ruhtaf12.blogspot.com diakses 28 mei 2013) Berdasar hasil

penelitian Goleman ini penulis menganggap bahwa penanaman nilai baik nilai

moral maupun nilai sosial perlu dikembangkan di dalam kegiatan pembelajaran di

sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler yang pelaksanaan kegiatannya lebih mengarah

pada pemberian pengalaman - pengalaman hidup dan pembentukan ketrampilan

penulis pandang lebih cocok sebagai media penanaman nilai - nilai kehidupan

pada peserta didik.

Kegiatan ekstrakurikuler di SMA Negeri Kab. Cirebon Barat merupakan

kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggunya, dalam kegiatan

ekstrakurikuler waktu yang tersedia lebih banyak dan lebih lama daripada waktu

intrakurikuler, sehingga siswa akan lebih banyak melakukan gerakan-gerakan

yang dipelajari, yang akhirnya akan lebih menguasai gerakan tersebut

dibandingkan pada waktu pelajaran intrakurikuler. Ditulis dalam buku Depdikbud

(14)

Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan jam pelajaran sekolah yang biasa dilakukan di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai.

Hasil survay penulis sementara kegiatan ekstrakurikuler yang

diselenggarakan di SMA Kabupaten Cirebon Barat (Kab. Cirebon Barat) adalah

bentuk kegiatan organisasi yang meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS),

Pasukan Kibar Bendera (Paskibra), Pendidikan Kesehatan Sekolah (PKS), Praja

Muka Karana (Pramuka) dan Palang Merah Remaja (PMR), dan Olahraga. Bentuk

program kegiatan ektrakulikuler olahraga diantaranya; bolavoli, bolabasket, dan

sepakbola. Kegiatan ekstrakurikuler tersebut berlaku bagi para siswa di

lingkungan sekolah.

Ekstrakulikuler non olahraga kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran

baik dilakukan di sekolah maupun diluar sekolah. Ekstrakurikuler non olahraga

memiliki tujuan tertentu diantaranya adalah untuk merubah perilaku sosial siswa,

selain itu juga agar siswa mempunyai rasa tanggung jawab atas dirinya sendiri,

siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakulikuler non olahraga akan memiliki

karakter atau kepribadian yang baik seperti menurut Hermanto (2000:35).

Pengembangan kepribadian peserta didik merupakan inti dari pengembangan kegiatan ekstrakurikuler. Karena itu, profil kepribadian yang matang merupakan tujuan utama kegiatan ekstrakurikuler. Pengembangan kepribadian yang matang dalam konteks pengembangan kegiatan ekstrakurikuler tentunya dalam tahap-tahap kemampuan peserta didik.

Selain itu ekstrakurikuler non olahraga contohnya seperti PMR didalamnya

mengajarkan mengenai berbagai macam pertolongan terhadap bencana ataupun

kecelakaan akan tetapi sebelum praktek langsung terhadap korban siswa diberikan

pengarahan terlebih dahulu oleh pembina mengenai nilai-nilai yang terkandung

dalam pelaksanaan kegiatan, pada saat kegiatan pembina masih memberikan

instruksi kepada siswa.

Sedangkan ekstrakurikuler olahraga adalah kegiatan yang dilakukan diluar

(15)

Ekstrakurikuler olahraga berkaitan dengan aktivitas fisik siswa, sebelum

melakukan ekstrakurikuler olahraga biasanya pelatih atau pembina memberikan

pengarahan mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler seperti, fair play, empati, bekerjasama, toleransi, sikap, dan lain

sebagainya seperti menurut Suseno (1989:53) dalam www.crayonpedia.org

diakses 28 mei 2013 mengatakan bahwa:

Moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik-buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas.

Maka dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga nilai-nilai yang

terkandung didalamnya secara tidak langsung akan masuk kedalam karakteristik

siswa melalui permainan atau pertandingan, berbeda dengan kegiatan

ekstrakulikuler non olahraga yang harus diberi penjelasan mengenai nilai-nilai

yang terkandung saat siswa melakukan kegiatanya. Dalam penelitian ini penulis

memilih aktivitas ekstrakurikuler olahraga dan non olahraga sebagai variabel

penelitian. Didalam olahraga beregu akan membentuk sebuah situasi sosial yang

dapat memberikan kesempatan kepada individu untuk berinteraksi dengan orang

lain. Seperti yang disebutkan dalam Wikipedia Free Encyclopedia (2008:th)

bahwa, “olahraga tim mengacu pada olahraga yang dilatih atau dipraktekkan,

dimana pemain saling berhubungan secara langsung dan secara simultan di antara

keduanya untuk mencapai satu tujuan”. Hal itu menunjukkan bahwa olahraga

beregu memberikan ruang pada individu untuk berinteraksi secara langsung dan

berkelanjutan, baik dengan rekan maupun lawan. Interaksi sosial yang terjadi

dalam olahraga beregu tersebut dapat membantu mengembangkan keterampilan

sosial individu yang terlibat.

Kegiatan ektrakurikuler olahraga selain bermanfaat bagi siswa dalam

mengisi waktu luang olahraga itu sendiri juga ditujukan untuk pembentukan

perilaku sosial seperti kerjasama, kemurahan hati, persaingan, empati, sikap tidak

(16)

Pembentukan perilaku sosial terbentuk seirama dengan proses pertumbuhan dan

perkembangannya.

Seorang individu atau siswa membutuhkan kemampuan untuk dapat

berinteraksi dengan orang lain. Kemampuan itu adalah keterampilan sosial (social

skills). “Keterampilan sosial merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki

individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan kemampuan

memecahkan masalah, dengan keterampilan yang siswa miliki suatu lingkungan

sosial yang harmonis dapat dicapai” (Cartledge & Milburn, 1992:8). Keterampilan

sosial sangat berhubungan erat dengan interaksi sosial, seperti yang diungkapkan

oleh Anderson (2004, 451) “Social skills are developed and manifest in social interaction”. Hal ini berarti bahwa interaksi sosial yang terjadi dalam suatu situasi sosial dapat mendeskripsikan keterampilan sosial seseorang. Lebih lanjut

Andersone mengungkapkan bahwa setiap individu membutuhkan keterampilan

untuk berinteraksi sosial. Keterampilan sosial memiliki peran dan kedudukan

yang sangat penting bagi individu agar dapat hidup bermasyarakat di kemudian

hari.

Perilaku sosial ini menjadi sangat penting keberadaannya di tengah-tengah

berbagai masalah sosial yang kerap terjadi dalam lingkungan sosial. Perilaku

sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk

menjamin keberadaban manusia (Ibrahim, 2001).

Perilaku sosial yang ditunjukkan siswa, khususnya siswa SMA dalam

aktivitasnya di sekolah relatif beragam. Ada siswa yang mudah berinteraksi

dengan siswa dan guru, ada pula yang tertutup. Ada siswa yang aktif mengikuti

berbagai kegiatan di sekolah dan ada pula siswa yang kurang berpartisipasi aktif

dengan kegiatan yang ada di sekolah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa melalui kegiatan

ekstrakurikuler perilaku sosial siswa dapat dibentuk ke arah yang positif dan lebih

baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan ekstrakulikuler selain dapat

mengembangkan kemampuan fisik juga dapat mengembangkan prilaku sosial.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan

(17)

mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon

Barat

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan

jawabanya melalui pengumpulan data, dan analisis data tersebut, sehingga pada

akhrirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari suatu penelitian.

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Adakah perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada

siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat?

C. Pembatasan Penelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan dalam setiap penelitian agar

masalah yang diteliti lebih terarah. Mengenai pembatasan masalah penelitian

dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36) sebagai berikut:

Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut.

Karena keterbatasan waktu dan dana, maka tidak semua masalah yang telah

diidentifikasi akan diteliti. Untuk itu peneliti akan memberi batasan, dimana akan

dilakukan penelitian dan variable apa saja yang akan diteliti. Adapun ruang

lingkup penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Populasi atau Objek dalam penelitian ini adalah Siswa-siswi yang mengikuti

ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakurikuler PMR SMA Negeri Kab. Cirebon

Barat

2. Sampel dalam penelitian ini adalah populasi sebagai sampel dan siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler minimal 1 tahun

3. Ekstrakurikuler olahraga dalam penelitian ini adalah olahraga beregu seperti

(18)

4. SMA Negeri Kabupaten (Kab.) Cirebon Barat dalam penelitian ini adalah 5

sekolahan yaitu SMAN 1 Susukan, SMAN 1 Arjawinangun, SMAN 1

Gegesik, SMAN 1 Jamblang dan SMAN 1 Palimanan

5. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku sosial siswa.

6. Instrumen penelitian ini adalah angket mengenai perilaku sosial siswa.

D. Tujuan Penelitian

Dalam segala bentuk kegiatan, tujuan merupakan dasar pemikiran yang

paling utama, tanpa adanya tujuan suatu kegiatan tidak akan berjalan lancar.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

perbedaan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga

dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri

Kabupaten Cirebon Barat

E. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian bermanfaat sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat digunakan sebagai masukan (bahan pemikiran) keilmuan

dan informasi bagi lembaga pendidikan yang dalam hal ini adalah sekolah

maupun bagi perorangan, seperti guru pendidikan jasmani, mahasiswa, para

pembaca dan pemerhati olahraga mengenai Perbandingan Perilaku Sosial

Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga Dengan Siswa Yang

Mengikuti Ekstrakurikuler PMR

2. Secara praktis dapat dijadikan acuan dan pedoman bagi guru pendidikan

jasmani dalam upaya mengembangkan perilaku sosial siswa melalui

ekstrakurikuler olahraga

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam penafsiran khususnya

istilah-istilah yang ada dalam penelitian ini, maka penulis akan menguraikan beberapa

istilah tersebut, antara lain sebagai berikut :

1. Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey dalam Rusli Ibrahim (2001)

(19)

dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga

identik dengan reaksi seseorang terhadap orang lain”

2. Dalam buku Depdikbud (1984:9) bahwa :

Ekstrakurikuler adalah kegiatan jam pelajaran sekolah yang biasa dilakukan di diluar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antar berbagai mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat serta melengkapi pembinaan manusia seutuhnya. Kegiatan ini dilakukan berkala atau hanya dalam waktu-waktu tertentu dan ikut dinilai.

3. Giriwijoyo (1995:7) menjelaskan bahwa, “Olahraga adalah serangkaian gerak

raga yang teratur dan terencana yang dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan fungsional raga agar menjadi sesuai dengan persyaratan atau

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam setiap penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan metode

dalam penelitian disesuaikan dengan masalah dan tujuan penelitiannya. Hal ini

berarti metode penelitian mempunyai kedudukan yang penting dalam pelaksanaan

pengumpulan dan analisis data. Adapun yang dimaksud metode yang tepat itu

sendiri seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1989:31) ”Metode adalah

merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk

menguji hipotesa dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”.

Dalam kutipan di atas, dapat disajikan kembali bahwa metode merupakan

suatu cara yang dipergunakan teknik dan alat-alat tertentu sehingga memperoleh

hasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Sesuai dengan judul masalah

dalam penelitian ini yaitu mengenai perbandingan perilaku sosial antara siswa

yang mengikuti esktrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler PMR pada siswa SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat, maka

penulis merasa perlu untuk menetapkan suatu metode penelitian yang tepat untuk

memecahkan masalah tersebut. Sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti

maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Hal ini cukup

beralasan karena penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data guna

memperoleh jawaban, sehingga dapat digambarkan secara umum mengenai

permasalahan yang dihadapi.

Dalam proses penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif

komparatif, penentuan dalam penggunaan penelitian deskriptif komparatif karena

penelitian ini bertujuan meneliti satu variabel yaitu perilaku sosial dan dua

kelompok sample yang berbeda yaitu siswa yang mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler olahraga dan siswa yang mengikuti PMR. Hal ini sesuai dengan

yang dikemukakan oleh Sudjana dan Ibrahim (1989:64) sebagai berikut:

(21)

perkataan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

Sedangkan metode komparatif yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009:36) adalah:

Penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda”. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok tertentu dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi kelompok lain yang lebih besar dan hanya menarik kesimpulan dari sample yang diteliti saja.

Dengan merujuk pendapat diatas maka penelitian deskriptif komparatif yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah meneliti perbandingan satu variable perilaku

sosial dengan dua sample yang berbeda yaitu sample kelompok siswa yang

mengikuti kegiatan eksrtrakurikuler olahraga dan siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler pramuka. Dalam penelitian ini masalah yang diangkat adalah

perbandingan perilaku sosial antara siswa yang mengikuti kegiatan

eksrtrakurikuler olahraga dengan siswa tidak yang mengikuti ekstrakurikuler

olahraga di SMAN Kab. Cirebon Barat.

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri dari satu variable yaitu perilaku sosial siswa dan

dua sample yaitu siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan

siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler non olahraga. Sebagaimana dapat

kita lihat dalam bagan 3.1 tentang desain penelitian dibawah ini.

Bagan 3.1

X1

X2

(22)

Keterangan :

X 1 : Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga X 2 : Siswa Yang Mengikuti Ekstrakurikuler PMR Y : Prilaku Sosial

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Kecermatan menentukan sample dari sejumlah populasi sangat diperlukan.

Dalam penelitian tanpa adanya kecermatan pada saat melakukan penelitian maka

penelitian tersebut sangat rentan dari hasil kebenaran dan objektivitas, kedua hal

tersebut sangatlah diperlukan. Sugiyono dalam bukunya (2009:115)

mengemukakan pendapatnya tentang definisi populasi sebagai berikut:

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.

2. Sampel

Dalam penelitian ini penulis mengambil seluruh populasi sebagai sampel

penelitian tersebut. adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang

mengikuti olahraga dan siswa yang mengikuti ekstrakulikuler PMR

Untuk mengetahui besar kecilnya sample penelitian. Sugiyono dalam

bukunya (2009:215) menjelaskan bahwa:

Sampel adalah sebagian dari populasi itu. Populasi itu misalnya pendududk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya.

Selanjutnya untuk lebih memperjelas pengambilan sample dalam penelitian

ini dijelaskan oleh Sugiyono dalam bukunya (2009:218-219) yaitu: “teknik

purposive sampling adalah teknik pengambilan sample sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misanya orang tersebut yang

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,atau mungkin dia sebagai

(23)

yang diteliti. Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mempertimbangkan

pengembilan sampel ditentukan sebagai berikut:

1. Siswa yang mengikti ekstrakulikuler minimal 1 tahun kerena pembentukan

sikap seseorang dapat terbentuk dari aktivitas sama yang berulang-ulang

dalam waktu yang lama.

2. Siswa yang mengikuti ekstrakulikuler tidak berpindah-pindah dari

ekstrakulikuler satu ke ekstrakulikuler lain jadi harus menetap

3. Ekstrakulikuler olahraga dalam penelitian ini adalah olahraga beregu yaitu

bolabasket

D. Langkah-langkah Penelitian

Untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang dilakukan

maka diperlukan langkah penelitian sebagai rencana kerja. Dengan adanya

gambaran langkah penelitian maka akan mempermudah kita untuk memulai

langkah dari sebuah penelitian. Adapun mengenai langkah-langkah penelitian

penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Langkah pertama menentukan populasi yaitu diambil dari siswa SMAN 1

Susukan, SMAN 1 Arjawinangun, SMAN 1 Gegesik, SMAN 1 Palimanan,

dan SMAN 1 Jamblang yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan

ekstrakulikuler non olahraga.

2. Kemudian melakukan tes pengukuran dengan menggunakan angket terhadap

dua kelompok tersebut.

3. Setelah didapat hasil pengetesan dari kedua kelompok, langkah selanjutnya

adalah melakukan pengolahan dan menganalisa data.

4. Langkah terakhir menentukan kesimpulan yang didasarkan dari hasil

pengolahan dan analisis data tersebut.

Mengenai penjelasan langkah-langkah penelitian diatas, peneliti mencoba

(24)

Bagan 3.2

E. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian mengambil metode deskriptif komperatif yang

penelitianya memiliki 1 variabel dengan 2 sampel yang berbeda bekenaan

penjelasan tersebut, Sugiyono (2009:36) mengemukakan sebagai berikut: Populasi

Sampel

Kelompok A

Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler

Olahraga

Kelompok B

Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Non

Olahraga

Test dengan menggunakan angket

Analisis Data

Kesimpulan Kelompok A

Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler

Olahraga

Pengolahan Data

Kelompok B

Siswa Yang Aktif Mengikuti Kegiatan Ekstrakurikuler Non

(25)

Penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda”. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa data dari kelompok tertentu dan tidak bermaksud untuk menarik kesimpulan-kesimpulan yang berlaku bagi kelompok lain yang lebih besar dan hanya menarik kesimpulan dari sample yang diteliti saja.

Berdasarkan penjelasan diatas, variabel penelitian ini adalah perilaku sosial

dan sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakulikuler

olahraga dan sisiwa yang mengikuti ekstrakulikuler non olahraga.

2. Definisi Oprasional

Dalam penelitian ini terdapat 1 variabel yang perlu dijelaskan sebagai

pedoman dalam oprasionalnya. Sehingga tidak menimbulkan

penafsiran-penafsiran yang keliru yang dapat menjauhkan dari maksud dan tujuan penelitian

ini. adapun variabel tersebut adalah perilaku sosial

Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey (1982) dalam Rusli Ibrahim

(2001), “perilaku sosial seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang

dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi.”

Perilaku sosial menurut baron (1991) yang dikutip oleh Ibrahim (2001:4) adalah” reaksi seseorang terhadap orang lain. Reaksi tersebut dinyatakan dalam tindakan, perasaan,keyakinan, kenangan, atau rasahormat terhadap oranglain

Menurut Suharsimi Arikunto (1999: 57), kegiatan ekstrakurikuler adalah

kegiatan tambahan, di luar struktur program yang pada umumnya merupakan

kegiatan pilihan.

Giriwijoyo (1995:7) menjelaskan bahwa, “Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan fungsional raga agar menjadi sesuai dengan persyaratan atau tujuan tertentu yang dikehendakinya.”

F. Instrumen Penelitian

(26)

dinamakan dengan instrumen penelitian. Adapun pengertian dari instrumen

penelitian menurut Arikunto (2002:136) yaitu “Instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.”

Adapun yang dibahas mengenai instrumen penelitian yang dilakukan adalah

alat pengumpul data dan skala yang digunakan. Untuk lebih jelasnya mengenai

pembahasan di atas yaitu mengenai alat dan skala diuraikan di bawah ini.

1. Alat Pengumpulan Data

Alat dalam sebuah penelitian dapat dikatakan dengan instrumen penelitian.

Mengenai instrumen ini, Arikunto (2002:127) menerangkan sebagai berikut:

Berbicara tentang jenis-jenis metode dan instrumen pengumpulan data sebenarnya tidak ubahnya dengan berbicara masalah evaluasi. Mengevaluasi tidak lain adalah memperoleh data tentang status sesuatu dibandingkan dengan standar atau ukuran yang telah ditentukan, karena mengevaluasi juga adalah mengadakan pengukuran.

Oleh karena itu alat atau instrumen dalam sebuah penelitian mutlak harus ada

sebagai bahan untuk pemecahan masalah penelitian yang hendak diteliti. Secara

garis besar mengenai alat evaluasi ini Arikunto (2002:127) menyatakan bahwa:

Menggolongkan evaluasi atas dua macam yaitu tes dan non tes. Adapun pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Non tes adalah dengan mengamati sampel yang diteliti sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga diperoleh data yang diinginkan.

Berdasarkan pengertian di atas mengenai tes maka sasaran yang ditinjau

dari objek yang dievaluasi, perilaku sosial termasuk ke dalam nontes. Hal tersebut

diperkuat dengan pernyataan Arikunto (2002:127-128) bahwa, “…macam Tes

diantaranya adalah tes sikap (Attitude Test) yaitu alat yang digunakan untuk

mengadakan pengukuran terhadap sikap seseorang.”

Selanjutnya setelah mengetahui tes yang digunakan dalam penelitian, maka

(27)

penelitian ini adalah dengan angket atau kuesioner. Mengenai angket atau

kuesioner ini Arikunto (2002:128) menjelaskan sebagai berikut: “kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”

Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut

pandang dari cara menjawab. Pembagian dari sudut pandang tersebut dibagi

menjadi dua macam yaitu kuesioner terbuka dan tertutup. Pengertian dari ke dua

tersebut menurut Arikunto (2002:128-129) adalah sebagai berikut: Dipandang dari

cara menjawab kuesioner dibagi menjadi dua yaitu:

a. Kuesioner Terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimat tersendiri.

b. Kuesioner Tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Sesuai dengan pengertian di atas maka penulis mengambil kuesioner untuk

penelitian adalah kuesioner tertutup dengan maksud mempermudah pengisian

bagi responden yang dijadikan subjek untuk penelitian. Kesimpulan yang dapat

diambil berdasarkan uraian di atas maka penulis menentukan bahwa angket adalah

seperangkat pernyataan yang harus dijawab oleh responden secara langsung untuk

diungkapkan pengalaman yang telah dimilikinya. Adapun angket yang penulis

gunakan adalah angket tertutup, maksudnya adalah angket yang disusun dalam

bentuk pernyataan terbatas, tegas, lengkap, dan kongkret sehingga responden

hanya diminta untuk mengisi jawaban pada halaman yang telah disediakan.

Dengan demikian yang diperoleh dari responden tidak berupa uraian yang lebih

rinci tetapi hanya membubuhkan jawaban yang sudah disediakan. Adapun

(28)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Angket Perilaku Sosial Siswa Yang Mengikuti Ekstrakulikuler

Di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat

(29)

2. Skala Penelitian

Skala pada penelitian sangat berbeda dengan tes karena pengukuran

instrumennya, mengukur mengenai derajat atau tingkat perhatian yang dimiliki

seseorang terhadap suatu objek. Adapun pengertian dari skala menurut Nurhasan dan Cholil (2007:348) yaitu, “Skala adalah satu set angka-angka yang menyatakan nilai-nilai terhadap subjek, objek atau perilaku dengan tujuan

mengkuantifikasikan pengukuruan kualitatif.” Skala dibagi menjadi beberapa

macam diantaranya adalah.

a. Summated Rating Scales (Likert Scales). b. Equal-Spearing Scales (Thrustone Scales). c. Cummulative Scales (Guttman Scales)

d. Sematic Differential Scales. (Nurhasan dan Cholil, 2007:348)

Dari beberapa macam skala di atas, maka penulis mengambil salah satu

skala yang berhubungan dengan penelitian yaitu Summated Rating Scales (Likert

Scales) atau Skala Likert yang sudah terbukti bahwa skala teresebut sering

digunakan untuk menentukan sikap/perilaku seseorang. Hal tersebut senada

dengan pengertian Skala Likert yang dikemukakan oleh Nurhasan dan Cholil (2007:349) bahwa, “Skala Likert adalah suatu skala untuk menilai sikap seseorang terhadap suatu topik.” Kemudian Sukardi dalam Yusti (2010:24) menjelaskan

sebagai berikut:

Skala ini telah banyak digunakan oleh para peneliti guna mengukurpersepsi atau sikap seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah lakuyang diinginkan oleh para peneliti dengan cara mengajukan beberap pertanyaan kepada responden. Kemudian responden diminta memberikanpilihan jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan,misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

Dengan beberapa pengertian di atas, maka penulis mengartikan Skala Likert

merupakan suatu penskalaan yang digunakan untuk menentukan sikap seseorang

terhadap suatu topik dan menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan

nilai skala. Distribusi respons atau pilihan jawaban yang dimaksud di atas yaitu

dalam penskalaan terhadap suatu topik dapat diberikan nilai dengan alternatif

(30)

sangat tidak setuju. “cara memberikan nilai dilakukan dengan menyatakan

perilakunya itu ke dalam lima alternatif pilihan jawaban yaitu: (1) Sangat setuju,

(2) Setuju, (3) Tiada setuju, (4) tidak setuju, dan (5) Sangat tidak setuju.”

(Nurhasan dan Cholil 2007:349)

Adapun kategori penskoran setiap butir pernyataan positif, yaitu 5,4,3,2,1.

Sedangkan untuk kategori butir dengan pernyataan negatif, yaitu 1,2,3,4,5.

Menurut Nurhasan dan Cholil (2007:349) pemberian skala skor pada setiap

kategori pernyataan tes, dilakukan dengan pemberian bobot, terhadap lima

alternatif pilihan jawaban yaitu.

a. Untuk pernyataan yang positif, pemberian bobot pada setiap alternatif jawaban yaitu: 5, 4, 3, 2, 1. Jadi untuk alternatif pilihan sangat setuju diberi skor 5, setuju diberi skor 4, tiada pendapat (ragu-ragu) diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1.

b. Untuk pernyataan yang negatif, pemberian bobot skor pada setiap alternatif pilihan jawaban, dengan urutan, yaitu: 1, 2, 3, 4, 5. Untuk alternatif pilihan jawaban sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2,tiada pendapat (ragu-ragu) diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 4, dan sangat tidak setuju diberi skor 5.

Dari penjelasan diatas dapat gambarkan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban

No. Alternatif Jawaban Skor Alternatif Jawaban

Positif Negatif

1. Sangat Setuju 5 1

2. Setuju 4 2

3. Kurang Setuju 3 3

4. Tidak Setuju 2 4

5. Sangat tidak Setuju 1 5

Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa kuesioner

dan skala Likert yang dipilih sesuai dengan permasalahan yang hendak penulis

teliti, yaitu tentang perbandingan perilaku sosial antara siswa yang mengikuti

kegiatan esktrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti kegiatan

(31)

telah terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler olahraga dan ekstrakulikuler non

olahraga diberikan angket perilaku Sosial.

3. Uji Validitas dan Reliabilitas Angket

a. Uji Validitas

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah di uji cobakan ditempuh

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Memberikan skor pada masing-masing butir pernyataan.

2) Memberikan skor untuk keseluruhan jumlah butir pernyataan.

3) Menyusun skor dari skor yang didapat secara keseluruhan.

Dengan rumus sebagai berikut:

Hasil perhitungan rxy dikonsultasikan pada tabel kritis r product moment dengan taraf signifikansi 5 %. Jika rxy > rkritis maka butir soal tersebut valid (Arikunto, 2003:73).

untuk memudahkan peneliti, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 21 for

windows. Setelah mendapat nilai korelasinya, peneliti bandingkan dengan nilai

r-tabel pada taraf signifikan 5 % dan jumlah responden sebanyak 32. Untuk

menentukan keputusan bahwa item soal itu valid atau tidaknya, peneliti

berpatokan pada norma sebagai berikut ; jika rxy > rkritis berarti item soal dapat

dinyatakan valid. Sebaliknya jika rxy < rkritis maka item soal dapat dinyatakan

tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Pengujian realibilitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kuisioner

dapat memberikan ukuran yang konstan atau tidak. Instrumen (kuisioner) yang n XY – (X) (Y)

rxy =

(32)

handal berarti mampu mengungkap data yang dapat dipercaya. Cara menghitung

reliabilitas dapat menggunakan sebagai berikut:

Arti unsur-unsur tersebut :

r xy = korelasi antara variabel X dan Y (kriteria) X = skor pada variabel X

Y = skor pada variabel Y X = jumlah skor variabel X Y = jumlah skor variabel Y Xy = jumlah skor X kali Y

N = jumlah subjek

Mencari reliabilitas seluruh perangkat butir dengan menggunakan rumus

Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rii : koefisien yang dicari

2. r : dua kali koefisien korelasi

1 + r : satu tambah koefisien korelasi

Untuk memudahkan peneliti, maka digunakan alat bantu yaitu SPSS 21 for

windows. Kriteria untuk mengetahui tingkat reliabilitas, digunakan klasifikasi

yang dikemukanan oleh Riduan (2006: 138) yang dijelaskan dalam tabel 3.4 2. r xy

rii =

1 + r xy n XY – (X) (Y) rxy =

(33)

Tabel 3.4

Kriteria Reliabilitas Instrumen

Interval Koefisien Kriteria Keterandalan

0.80 – 1.000 Sangat tinggi

0.60 – 0.799 Tinggi

0.40 – 0.599 Cukup

0.20 – 0.399 Rendah

0.00 – 0.199 Sangat rendah

G. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data

Setelah pengetesan selesai dan data hasil pengetesan terkumpul maka

langkah berikutnya adalah mengumpulkan data, kemudian melakukan pengolahan

dan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Pengumpulan, pengolahan, dan

penganalisisan data dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

antara perilaku sosial siswa yang mengikuti ekstrakulikler olahraga dengan siswa

yang mengikuti ekstrakulikuler non olahraga. Adapun langkah-langkah

pengolahan dan analisis data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Menghitung Rata-Rata Dan Simpangan Baku

a. Mencari nilai rata-rata (X) dari setiap data dengan rumus:

n X

X

i

Keterangan:

X : Nilai rata-rata yang dicari

Xi : Jumlah skor yang didapat

n : Jumlah sampel

b. Menghitung simpangan baku dari setiap kelompok data dengan

(34)

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang didapat

dari hasil pengamatan berdistribusi normal atau tidak dan juga untuk menentukan

jenis statistik yang akan digunakan selanjutnya. Uji normalitas yang digunakan

pada penelitian ini adalah uji Lilifort.

Prosedur yang digunakan menurut Sujana (2001) adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2, … Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, ..., Zn dengan

b. Untuk bilangan baku ini digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian

dihitung peluang F(Z1) = P(Z Z1).

(35)

Banyaknya Z1, Z2, ... , Zn Zi S (Zi) =

n

d. Menghitung selisih F (Zi) - S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Menginterpretasikan hasil dari penghitungan normalitas pada keputusan

normalitas Liliefors (Shapiro-Wilk) sebagai berikut:

1. Jika L hitung > L tabel, maka instrument berdistribusi normal

2. Jika L hitung < L tabel, maka instrument tidak berdistribusi normal

3. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetaui apakah data yang didapat dari

hasil pengamatan homogen atau tidak dan juga untuk menentukan jenis statistik

yang digunkan. Uji homogenitas yang digunakan adalah uji F dengan rumus:

cil Variansike

sar Variansibe F

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis jika hitung lebih kecil dari

F-tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1,V2) dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan derajat kebebasan dk = V1 dan V2, nilai V1 = n – 1 dan V2 = n – 2 jadi data

setiap butir tes adalah homogen bila F hitung ≤ F tabel

4. Uji Hipotesis

Membuat hipotesis dengan kalimat dan hipotesis dengan statistik

Hipotesis kalimat

Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sosial siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler

(36)

Ha : terdapat perbedaan yang signifikan antara perilaku sosial siswa yang

mengikuti ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler

PMR pada SMA Negeri Kabupaten Cirebon Barat.

Hipotesis statistik

Arti dari tanda-tanda dalam rumus tersebut adalah:

S = Simpangan baku

n1 = Jumlah Sampel Kelompok 1 n2 = Jumlah Sampel Kelompok 2 X1 = Rata-rata Kelompok 1 X2 = Rata-rata Kelompok 2

Untuk uji t kriteria pengujiannya adalah tolak hipotesis, jika t hitung lebih

kecil dibandingkan dengan t tabel Untuk harga lainnya Ho ditolak, distribusi t

dengan tingkat kepercayaan 0.95 dan derajat kebebasan (dk) = (n1+n2-2).

H. Lokasi Penelitian

Karena penelitian ini pada 5 tempat berbeda maka, waktu dan hari

disesuaikan dengan jadwal sekolah dalam mengadakan ekstrakulikuler olahraga

dan ekstrakulikuler PMR, oleh karena itu waktu dan tempat penelitian sebagai

berikut:

1. SMA Negeri 1 Susukan

Tempat : SMA Negeri 1 Susukan

Alamat : Jalan Prof. Dr. Moh. Yamin SH., Susukan 45166 Telp. (0231)

(37)

Hari/tanggal : Selasa, 20 Agustus 2013

Waktu : 14.00 s.d 15.30 WIB

2. SMA Negeri 1 Arjawinangun

Tempat : SMA Negeri 1 Arjawinangun

Alamat : Jalan Pahlawan - Kebonpiring Kecamatan Arjawinangun

Kabupaten Cirebon

Hari/tanggal : Rabu, 21 Agustus 2013

Waktu : 15.00 s.d 16.30 WIB

3. SMA Negeri 1 Gegesik

Tempat : SMA Negeri 1 Gegesik

Alamat : Jalan Nakula Sadewa Kecamatan Gegesik Kabupaten Cirebon

Hari/tanggal : Kamis, 22 Agustus 2013

Waktu : 14.30 s.d 15.30 WIB

4. SMA Negeri 1 Palimanan

Tempat : SMA Negeri 1 Palimanan

Alamat : Jalan KH.Agus Salim No.128 Palimanan Kabupaten Cirebon

Hari/tanggal : Senin, 26 Agustus 2013

Pukul : 14.30 s.d 15.30 WIB

5. SMA Negeri 1 Jamblang

Tempat : SMA Negeri 1 Jamblang

Alamat : Jalan Nyi Mas Rara Kerta No. 33 Kecamatan Jamblang

Kabupaten Cirebon

Hari/tanggal : Selasa, 27 Agustus 2013

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data pada bab sebelumnya,

maka penulis dapat mengemukakan kesimpulan, yaitu: Antara perilaku sosial

siswa yang mengikuti ekstrakurikuler olahraga dan siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler PMR di SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Bara terdapat

perbedaan. Terdapat tiga perbedaan yang lebih menonjol dari setiap sub aspek

yaitu inisiatif sosial, saling menghargai, dan kerjasama.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dan kesimpulan yang didapat

dari penelitian tersebut, penulis mengajukan beberapa saran yaitu:

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi guru di SMA se-Kabupaten

Cirebon Barat dalam mengembangkan perilaku siswa

2. Kepada para peneliti berikutnya, agar mngembangkan penelitian lebih lanjut

tentang perbandingan antara perilaku sosial siswa yang mengikuti

ekstrakurikuler olahraga dengan siswa yang mengikuti ekstrakurikuler PMR

pada siswa SMA Negeri se-Kabupaten Cirebon Barat untuk pengembangan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang, dan Jajat Drajat Kusumah. (2010). Modul Aplikasi

Statistika Dalam Penjas. Bandung: FPOK-UPI.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan

Praktis; Jakarta : Rineka Cipta.

Baron, Robert A. Byrne, Donn. 1991. Social Psikology, Tokyo : Allyn and Bacon.

Hurlock, Elizabeth. B. 2004. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga

Kartadinata S. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung.UPI Press.

Krech, David et.al. (1962). Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill

Kogakasha.

Lutan, Rusli, dkk. (2002). Supervisi Pendidikan Jasmani : Konsep dan Praktik.

Jakarta: Depidiknas Direkjenpendasmen.

Lutan, Rusli (1988). Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori Dan

Metode. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek

Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Nurhasan dan Kholid, H (2007). Tes Dan Pengukuran Keolahragaan FPOK UPI

Bandung.

Mahendra, Agus. (2003). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Depdiknas.

Jakarta.

Makmun, Abin Syamsuddin. (2003) . Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda

Karya Remaja.

Ibrahim, Rusli. (2001). Pembinaan Perilaku Sosial melalui pendidikan Jasmani Prinsip-prinsip dan Metode. Jakarta : Direktorat Jenderal Olahraga Depdiknas.

Samsudin (2008). Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahrga dan Kesehatan.

Litera, Prenada Media Group. Jakarta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: ALFABETA

(40)

Bagus Pranata, 2013

tersedia:http://makalahmajannaii.blogspot.com/2013/03/pendidikan-nilai-dalam-kegiatan.html [29 mei 2013]

Usman. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Rosda

Karya.

Yusti, Rahma. (2010). Prosedur Penelitian Ilmiah. [online].

Tersedia : http://sosiologiuberallez.blogspot.com/2012/07/.prosedur

penelitian.html [28 juli 2013]

Sumber Lain:

http://sekaragengpratiwi.wordpress.com/2012/02/02/perilaku-sosial/ (diakses

tanggal 12 maret 2013)

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosial-individu/

(diakses tanggal 16 april 2013 )

http://massofa.wordpress.com/2011/07/24/perilaku-sosial/

Gambar

Tabel
Tabel 3.2
Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor Terhadap Alternatif Jawaban
tabel pada taraf signifikan 5 % dan jumlah responden sebanyak 32. Untuk
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan atas hak keuangan Kepala, Sekretaris Badan, Deputi, Kelompok Kerja, dan Kelompok Ahli Badan Restorasi Gambut dilaksanakan sesuai dengan

Kajian sifat Antimikroba Ekstrak Bunga Kecombrang ( Nicolaia speciosa Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan.. Sekolah

Metode merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang peneliti dalam sebuah penelitian, dimana dalam sebuah metode penelitian dikemukakan tata cara bagaimana

[r]

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

Pengaruh pengembangan sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan pada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemerintah Kota Cimahi.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Langkah strategis membudayakan berpikir dan beperilaku illmiah dapat dilakukan dengan: (1) membentuk komunitas-komunitas diskusi para peneliti dan ilmuwan, yang sebisa mungkin

Berdasarkan uraian di atas, dapat disampaikan beberapa masalah sebagai berikut: (a) formulasi kombinasi ekstrak sambiloto dan meniran menjadi sediaan nanoemulsi yang