DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN……… i
KATA PENGANTAR ………. ii
UCAPAN TERIMA KASIH……… iii
ABSTRAK……… vii
DAFTAR ISI………. ix
DAFTAR TABEL………. xiv
DAFTAR GAMBAR……… xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………... 1
B. Rumusan Masalah……… 12
C. Tujuan Penelitian……….. 13
D. Manfaat Penelitian………... 13
E. Definisi Operasional………. 14
F. Metode Penelitian………. 15
G. Lokasi Penelitian……… ………... 15
BAB II EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN METODE EKSPLORASI DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN KINESTETIK DAN INTERPERSONAL
A. Konsep Kecerdasan Kinestetik dan Interpersonal
1. Konsep Kecerdasan Jamak
a. Pengertian Kecerdasan Jamak………... 16
b. Ciri-Ciri Kecerdasan Jamak………... 18
c. Pengembangan Kecerdasan Jamak……… 23
d. Peranan Guru……… 30
2. Konsep Kecerdasan Kinestetik a. Pengertian Kecerdasan Kinestetik……… 32
b. Ciri-Ciri Kecerdasan Kinestetik ………... 32
c. Pengembangan Kecerdasan Kinestetik ……… 35
d. Peranan Guru……… 36
3. Konsep Kecerdasan Interpersonal a. Pengertian Kecerdasan Interpersonal…….……….. 36
b. Ciri-Ciri Kecerdasan Interpersonal ……… 39
c. Pengembangan Kecerdasan Interpersonal …..………. 40
d. Peranan Guru……… 41
B. Konsep Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif………. 42
b. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif………. 43
b. Ciri-ciri Pembelajaran Eksplorasi………... 48
D. Penelitian yang Relevan………. 49
E. Kaitan Pendidikan Jasmani dengan Kecerdasan Kinestetik dan Kecerdasan Interpersonal………. 50
F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Pemikiran………... 53
2. Hipotesis Penelitian………. 57
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian……… 58
B. Prosedur Penelitian………. 59
C. Lokasi dan Subjek Penelitian……….. 62
D. Instrumen Penelitian……… 64
E. Proses Pengembangan Instrumen……… 65
F. Teknik Pengumpulan Data……….. 67
G. Teknis Analisis Data……… 68
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Kecerdasan Kinestetik Kelas B1 (kooperatif)………. 72
2. Profil Kecerdasan Kinestetik Kelas B1( kooperatif) Setiap Indikator……... 74
3. Profil Kecerdasan Interpersonal Kelas B1(kooperatif)………... 84
4, Profil Kecerdasan Interpersonal B1(kooperatif) Setiap Indikator……….... 86
5. Profil Kecerdasan Kinestetik Kelas B2 (eksplorasi)……… 97
6. Profil Kecerdasan Kinestetik Kelas B2 (eksplorasi) Pada Setiap
Indikator……... 96
7. Profil Kecerdasan Interpersonal Kelas B2 (eksplorasi)………... 103
8. Profil Kecerdasan Interpersonal Kelas B2 (eksplorasi ) Pada Setiap
Indikator……... 104
9. Rancangan Pembelajaran……….. 113
10. Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Metode kooperatif dan Eksplorasi………. 115
11. Peningkatan Kecerdasan Interpersonal Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Metode Kooperatif dan Eksplorasi………. 120
12. Perbedaan Peningkatan Kecerdasan Kinestetik dan kecerdasan Interpersonal anatara anak yang Mendapatkan Metode Kooperatif
Dan Eksplorasi………. 125
B. Pembahasan Penelitian
1. Profil Awal Kecerdasan Kinestetik Anak TK B Bhayangkari 43…………... 135
2. Profil Awal Kecerdasan Interpersonal Anak TK Bhayangkari 43…... 135
3. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dan eksplorasi dalam meningkatkan
Kecerdasan Kinestetik Anak………...
4. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif dan eksplorasi dalam meningkatkan
Kecerdasan Interpersonal Anak………..
135
138
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan………... 142
B. Rekomendasi……… 143
DAFTAR PUSTAKA………. 144
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan investasi yang sangat besar dan
merupakan suatu hal yang sangat fundamental karena yang diberikan Tuhan
ketika anak baru lahir, baru berupa potensi, baik potensi fisik (jasmani dengan
semua alat inderanya) maupun potensi non fisik (akal, kalbu). Potensi tersebut
harus ditumbuhkembangkan melalui berbagai stimulasi atau rangsangan. Oleh
karena itu, melalui pendidikan anak usia dini stimulasi atau rangsangan
diberikan untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai
dengan tahapan perkembangannya.
Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang
diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan
seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan anak usia dini memberi kesempatan
untuk mengembangkan kepribadian anak. Oleh karena itu, lembaga pendidikan
untuk anak usia dini perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat
mengembangkan berbagai aspek perkembangan yang meliputi kognitif, bahasa,
sosial, emosi, fisik dan motorik.
Pendidikan anak usia dini menurut Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, pasal 1, butir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan
tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini, Adalilla (Suparyanto 2011).
Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya dilakukan
melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan, minat dan kemampuan pada masing-masing anak.
Anak Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bagian dari pendidikan anak
usia dini yang sedang mengalami pertumbuhan, terutama pertumbuhan jasmani
yang sangat pesat. Secara jelas hal tersebut dapat dilihat pada pertumbuhan
motorik, koordinasi otot-otot dan kecepatan jasmaniahnya menunjukkan
kemajuan-kemajuan yang mencolok. Pertumbuhan keterampilan motorik, baik
motorik kasar maupun halus pada anak, tidak akan berkembang melalui
kematangan begitu saja, melainkan juga keterampilan itu harus dipelajari.
Perkembangan keterampilan motorik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
mencakup kesiapan belajar, kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model
yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan harus dipelajari secara
faktor tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan jasmani anak akan
berada di bawah kemampuannya, (Depdiknas,2007:1). Oleh karena itu, pada
masa anak usia dini mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengoptimalkan
segala aspek keterampilan dan kecerdasan.
Lwin (Muslihuddin dan Agustin, 2008) menegaskan tentang pentingnya
pengembangan kecerdasan kinestetis bagi individu, khususnya anak-anak, bahwa
kecerdasan kinestetis menjadikan anak memiliki kemampuan psikomotor yang
baik. Kemampuan ini merujuk kepada kemampuan untuk mengkoordinasikan
bagian-bagian tubuh seseorang dengan otak supaya berfungsi secara sinergis dan
padu untuk mencapai tujuan tertentu dalam bekerja. Berikutnya, Lwin
menegaskan bahwa anak-anak yang memiliki kecerdasan kinestetis yang baik
akan memberikan lebih banyak kesempatan kepada anak untuk bermain dan
berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Lebih lanjut, anak-anak yang dengan
kecerdasan kinestetis yang tinggi akan dapat mengungkapkan diri mereka dengan
baik. Hal ini akan meningkatkan keterampilan komunikasi secara efektif dengan
orang lain, khususnya teman-teman sebayanya. Anak-anak yang sadar akan
kemampuan fisik mereka dan mudah menemukannya, mudah untuk
memanfaatkannya, akan merasa lebih yakin dihadapkan dengan segala situasi
yang memerlukan partisipasi fisik mereka. Apabila anak cerdas secara kinestetis,
maka ia akan menunjukkan sikap senang pada suatu aktivitas. Misalnya berenang,
bermain sepak bola, yang tentunya dengan ini semua menjadikan anak mampu
Kecerdasan kinestetis menurut Gardner (1993:9) adalah kemampuan
seseorang untuk menggerakan atau mengendalikan sebagian atau seluruh tubuh
melalui koordinasi belahan otak yang mendominasi atau mengendalikan setiap
gerakan tubuh.
Menurut Amstrong (Sujiono dan Sujiono 2010), kecerdasan kinestetik
adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya sesorang mampu atau
terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti
berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan hasta karya.
Musfiroh (2004:69) memaparkan bahwa kecerdasan kinestetis berkaitan
dengan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekpresikan ide
dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau
mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik,
seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan
dan keakuratan menerima rangsangan, sentuhan dan tekstur.
Stimulasi kecerdasan kinestetis terjadi pada saat anak bermain. Pada saat
bermain itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Adapun
wilayah-wilayah yang dapat dijadikan stimulasi kinestetis adalah sebagai berikut:
a. Koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis
memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, dan
menangkap.
b. Keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris,
c. Keterampilan nonlokomotor, seperti membungkuk, menjangkau, memutar
tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk dan bediri.
d. Kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukkan kesadaran
tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan kemampuan untuk
mengambil start, kemampuan untuk menghentikan dan mengubah arah.
Selain kecerdasan kinestetik, yang perlu dikembangkan pada anak taman
kanak-kanak adalah kecerdasan interpersonal. Menurut Gardner (1993:9),
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk memahami orang
lain, memotivasi, bekerjasama, berhubungan dengan orang-orang di lingkungan
sekitar. Kecerdasan ini menekankan kepada upaya untuk memahami dan
memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati dan keinginan orang lain
serta upaya untuk menanggapinya secara layak.
Menurut Humprey (Muslihuddin dan Agustin, 2008:85), bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan bentuk yang paling penting dalam kecerdasan manusia,
karena dengan kecerdasan itu ia mampu memelihara hubungan dengan manusia
secara efektif, mampu mempertimbangakan konsekuensi dari perilakunya sendiri
serta mengantisipasi perilaku orang lain. Keberhasilan dalam kehidupan seseorang
seringkali sangat tergantung pada kecerdasan interpersonalnya.
Kecerdasan Interpersonal ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial,
selain kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga
mencakup kemampuan seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk memahami dan
berkomunikasi dengan orang lain, mampu membedakan suasana hati,
temperamen, motivasi dan keterampilan-keterampilan dalam memahami orang
lain. Termasuk juga kemampuan untuk membentuk dan memelihara hubungan
dengan orang lain serta memahami berbagai peran dalam kelompok.
Selanjutnya Sujiono (2009:192) menjelaskan bahwa kecerdasan
interpersonal adalah berfikir lewat berkomunikasi, berinteraksi dengan orang
lain. Adapun kegiatan yang mecakup kecerdasan interpersonal adalah: memimpin,
mengorganisasi, berinteraksi, bersosialisasi, bekerjasama, permainan kelompok.
Oleh karena itu cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak dengan:
Mengembangkan dukungan kelompok, menetapkan aturan tingkah laku, memberi
kesempatan bertanggung jawab di rumah, bersama-sama menyelesaikan konflik,
melakukan kegiatan sosial di lingkungan, menghargai perbedaan pendapat antar
anak dengan teman sebaya, menumbuhkan sikap ramah, memahami keragaman
budaya lingkungan sosial, melatih kesabaran menunggu giliran berbicara serta
mendengarkan permbicaraan orang lain terlebih dahulu.
Anak-anak yang memiliki kecerdasan interpersonal cenderung mudah
memahami orang lain. Mereka sering memimpin di antara teman-temannya. Anak
yang cerdas dalam interpersonal pandai mengorganiasasi teman-teman mereka
dan pandai mengomunikasikan keinginan kepada orang lain. Mereka memiliki
perhatian yang besar kepada teman sebayanya sehingga seringkali mengetahui
berita-berita yang berkembang di seputar mereka. Untuk mengembangkan
sejak dini, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun non formal seperti
pendidikan anak usia dini melalui pembelajaran jasmani.
Pembelajaran jasmani merupakan bagian dari proses pendididkan yang
diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan anak secara
menyeluruh yaitu fisik, motorik, mental, sosial, intelektual, emosional, spriritual
melalui media aktivitas fisik, dan pembiasaan pola hidup sehat yang bermuara
untuk merangsang pertumbuhan serta perkembangan yang seimbang.
Pembelajaran jasmani adalah bagian integral dari pendidikan melalui
aktivitas jasmani yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organik,
neuromuscular, intelektual dan emosional (Lutan, 200l:62). Oleh karena itu
pembelajaran jasmani secara total berkontribusi pada perkembangan individual
melalui media alamiah aktivitas jasmani gerak insani. Pembelajaran jasmani
adalah urutan pengalaman belajar yang direncanakan secara seksama, dirancang
untuk memenuhi perkembangan, pertumbuhan, dan kebutuhan perilaku setiap
anak. Pembelajaran jasmani dimulai dari usia yang sangat dini, dalam merangsang
pembentukan pertumbuhan organik, motorik, perkembangan emosional dan
Intelektual.
Sperry (Sucipto, 2008:228) memaparkan bahwa otak manusia sejak kecil
harus dirangsang (distimuli) supaya sel-sel otak bisa berkembang karena
konstruksi jaringan otak hanya akan hidup bila diprogram melalui berbagai
rangsangan. Dengan demikian rangsangan sejak kecil sangatlah penting.
Penundaan pemberian rangsangan hanya akan membuat otak menjadi tertutup,
menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat mendorong terbukanya simpul-simpul
syaraf untuk menghasilkan kemampuan berpikir yang lebih baik,
Gabbard, LeBlank dan Lowy (Samsudin, 2008:14) menyatakan bahwa untuk
mengembangkan aktivitas fisik dengan pola-pola gerak anak sebaiknya dilakukan
melalui aktivitas-aktivitas permainan, menari, senam dan olahraga dimana
aktivitas-aktivitas tersebut masuk ke dalam wilayah pendidikan jasmani.
Pertumbuhan dan perkembangan dan belajar melalui aktivitas jasmani akan
mempengaruhi tiga ranah dalam pendidikan yaitu:
1. Ranah Kognitif
Kemampuan berpikir (bertanya, kreatif dan menghubungkan) kemampuan
memahami (perceptual ability), menyadari gerak, dan penguatan akademik.
2. Ranah Psikomotor
Pertumbuhan biologis, kebugaran jasmani, kesehatan, keterampilan gerak, dan
peningkatan keterampilan gerak.
3. Ranah Apektif
Rasa senang, penanggapan yang sehat terhadap aktivitas jasmani, kemampuan
menyatakan dirinya (aktualisasi diri), menghargai diri sendiri dan terdapatnya
konsep diri.
Ketiga ranah pendidikan di atas, ditambahkan oleh Annario, Cowell, dan
Hazelton (Samsudin, 2008), dengan istilah ranah jasmani yang meliputi kekuatan
otot, daya tahan otot, kelentukan dan daya kardiovaskuler. Dalam salah satu
tujuan pendidikan jasmani terdapat suatu tujuan yang disebut keterampilan gerak,
olahraga. Dengan demikian, anak TK harus dipersiapkan ke arah kebutuhan
gerak dasar olahraga melalui pendidikan jasmani dengan pendekatan multirateral
yang disesuaikan dengan tahap perkembangan dan kematangannya.
Hal senada diungkapkan oleh Wuest dan Bucher ( Sucipto, 2008) bahwa
dalam pelaksanannya tujuan pembelajaran jasmani mengungkapkan bahwa
pembelajaran jasmani meliputi pengembangan kebugaran fisik, pengembangan
keterampilan motorik, pengembangan kognitif dan pengembangan afektif.
Pembelajaran jasmani memiliki potensi untuk mengembangkan
domain-domain kecerdasan kinestetik dan interpersonal pada anak. Karena pembelajaran
jasmani merupakan pendidikan melalui aktivitas fisik dengan menggunakan
berbagai medium kegiatan yang dalam bentuk-bentuk aktivitas yang dinamakan
olahraga. Adapun karakteristik pengajaran anak usia dini adalah bermain sambil
belajar atau belajar sambil bermain, sehingga sangatlah tepat bila pengembangan
jasmani dijadikan sebagai media untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik
dan interpersonal anak taman kanak-kanak.
Berdasarkan hasil observasi, anak setiap hari selalu diberikan rangsangan
terhadap kemampuan membaca, menulis dan berhitung, serta dasar-dasar
keagamaan sebagian besar kegiatan di dalam kelas dengan posisi duduk.
Walaupun ada pengembangan kecerdasan kinestetik berupa olah fisik sederhana
dan berbagai permainan lainnya, dari hasil observasi yang dilakukan penulis,
anak-anak dalam melakukan kegiatan tersebut kurang lincah, kurang fokus, tidak
Oleh karena itu, peranan guru dalam pembelajaran sangat menentukan dan
sangat strategis karena seorang guru dituntut untuk dapat memilih dan menentukan
metode pembelajaran yang menyenangkan, kreatif, inovatif dan sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Karena guru berfungsi sebagai fasilitator dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Salah satu metode dalam pembelajaran jasmani yang dapat meningkatkan
kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal yaitu metode pembelajaran
kooperatif. Cohen (Masitoh, 2007:7.24), mendefinisikan pembelajaran kooperatif
sebagai suatu strategi pembelajaran yang melibatkan anak-anak untuk bekerja
sama dalam kelompok yang cukup kecil dan setiap anak berpartisipasi dalam
tugas-tugas bersama yang telah ditentukan dengan jelas, tetapi tidak terus
menerus, dan supervisi diarahkan secara langsung oleh guru.
Pembelajaran kooperatif menjadi sangat penting karena pada anak usia dini
aspek perkembangan sosialnya sedang berkembang dengan pesat. Anak senang
berteman, bermain bersama, berkompetisi, berkomunikasi, dan bekerjasama
dalam kelompok kecil.
Menurut Solehuddin (Sugiarti, 2012:30) menekankan pentingnya kontek
sosial untuk proses belajar anak, pengalaman interaksi sosial ini sangat berperan
dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak, lebih lanjut ia menjelaskan
bahwa bentuk-bentuk aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari kontek sosial
dan budaya tempat anak berinteraksi dengan teman-temanya atau orang lain. Para
ahli konstruktivis Jean Piaget dan Lev Vigotsky berpendapat bahwa anak bersifat
mental anak mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap
pengalamannya. Anak memperoleh pengetahuan bukan dengan cara menerima
secara pasif dari orang lain, tetapi dengan cara membangun sendiri secara aktif
melalui interaksi dengan lingkungannya.
Selain pembelajaran kooperatif ada juga metode pembelajaran eksplorasi,
Kegiatan eksplorasi memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan
kinestetik berupa lari, lompat, lempar, tangkap dan tendang secara langsung
melalui langkah-langkah spontan, tentang apa yang dilakukan bagaimana cara
melakukannya, dan kapan melakukannya. Diharapkan juga melalui pembelajaran
metode kooperatif dan eksplorasi anak-anak menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan interpersonal anak seperti kerjasama, respek, kompetisi,
imitasi, komunikasi dan empati sehingga melalui pembelajaran dengan metode
kooperatif dan metode eksplorasi ini anak mengambil prakarsa untuk melakukan
kegiatan. Berdasarkan permasalahan di atas maka penelitian ini
memfokuskan kajian pada “Efektivitas Pembelajaran Jasmani Melalui Metode
Kooperatif dan Metode Eksplorasi Untuk Meningkatkan Kecerdasan
Kinestetik dan Interpersonal Anak Taman Kanak-Kanak” (Studi
Eksperimen Kuasi Pada Anak TK B di TK Bhayangkari 43 Kecamatan
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, bahwa mengembangkan
kecerdasan kinestetik dan interpesonal harus diajarkan sejak anak usia dini. Oleh
sebab itu, penelitian ini ingin memfokuskan kajian bagaimana efektivitas
pembelajaran jasmani dengan menggunakan metode kooperatif dan eksplorasi
untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal pada anak taman
kanak-kanak.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian yang diajukan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah profil kecerdasan kinestetik anak di TK Bhayangkari 43
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang?
2. Bagaimanakah profil kecerdasan interpersonal anak di TK Bhayangkari 43
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang?
3. Bagaimanakah rancangan pembelajaran metode kooperatif dan metode
eksplorasi?
4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan kinestetik anak yang
mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan metode
eksplorasi?
5. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kecerdasan interpersonal anak yang
mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan metode
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tentang pembelajaran jasmani dengan metode pembelajaran
kooperatif dan eksplorasi dalam meningkatkan kecerdasan kinestetik dan
interpersonal anak, bertujuan untuk mengetahui dan mengungkap informasi
secara empiris yaitu :
1. Untuk mengetahui profil kecerdasan kinestetik anak di TK Bhayangkari 43
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
2. Untuk mengetahui profil kecerdasan interpersonal anak di TK Bhayangkari 43
Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
3. Untuk mengetahui rancangan pembelajaran metode kooperatif dan metode
eksplorasi.
4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecerdasan kinestetik anak yang
mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan metode
eksplorasi
5. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kecerdasan interpersonal anak
yang mendapatkan pembelajaran jasmani dengan metode kooperatif dan
metode eksplorasi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan menghasilkan dua manfat baik secara
teoretis maupun praktis yaitu:
a. Memberikan sumbangan pemikiran tentang penerapan pembelajaran
metode kooperatif dan metode eksplorasi di Taman Kanak-Kanak
Bhayangkari 43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang.
b. Memberikan informasi tentang kecerdasan kinestetik dan kecerdasan
interpersonal di Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 43 Kecamatan
Jatinangor Kabupaten Sumedang.
c. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi tentang
pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Taman Kanak-Kanak Bhayangkari
43 Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Dalam penerapan
pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal.
b. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru Taman Kanak-Kanak yang lain
dalam penerapan pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi
untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal.
c. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan dalam pengembangan,
perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan sejenis.
E. Definisi Operasional
a. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan anak untuk menggunakan
seluruh tubuh dalam melakukan gerakan berlari, melompat, melempar
b. Kecerdasan Interpersonal adalah kemampuan anak untuk melakukan
kegiatan, kerjasama, respek, kompetisi, imitasi, komunikasi dan empati.
c. Pembelajaran jasmani adalah Pembelajaran melalui aktivitas fisik yaitu;
berlari, melompat, melempar, menangkap, menendang.
d. Metode kooperatif adalah mengelompokan anak di dalam satu kelas ke
dalam kelompok kecil agar dapat bekerjasama dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam
kelompok tersebut.
e. Metode eksplorasi adalah anak melakukan sendiri kegiatan pembelajaran,
untuk menemukan pengetahuannya.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
semu (quasi experiment) dengan desain non equivalent pretest-post test design
yaitu penelitian yang digunakan untuk menguji satu pengaruh atau lebih dari satu
variabel terhadap variabel lain. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
dilakukan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan
interpersonal anak dalam pembelajaran jasmani dengan menggunakan metode
kooperatif dan eksplorasi. Data penelitian diperoleh dari hasil tes awal dan tes
akhir kelas yang menggunakan metode kooperatif dan metode eksplorasi yang
dilakukan oleh guru. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen,
karena tidak dimungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang dapat
mempengaruhi variabel bebas dan terikat secara ketat. Adapun jenis desain dalam
penelitian ini berbentuk desain nonequivalent control group pretes-postes design.
Dalam desain ini dua kelompok yang digunakan untuk penelitian tidak dipilih
secara random. Sebelum diberi perlakuan, kelompok diberi tes awal (pre test)
dengan maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara
kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, (Sugiyono, 2009:77)
Desain penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1.
Desain penelitian nonequivalent control group pretest-postest (Sugiono 2009:79)
Keterangan :
0
: Tes awal dan tes akhir kecerdasan kinestetik dan interpersonalX
1: Pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif
X
2 : Pembelajaran dengan menggunakan metode eksplorasiO1 X1 O2
B. Prosedur Penelitian
Penelitian efektivitas pembelajaran jasmani melalui metode kooperatif dan
metode eksplorasi untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal
anak taman kanak-kanak, dilaksanakan dengan serangkaian tahapan kegiatan
yaitu persiapan, pelaksanaan dan analisis penyelesaian kegiatan. Secara lengkap
tahapan penelitian sebagai berikut:
Identifikasi masalah
Observasi Awal
Penyusunan instrumen penelitian
dan perangkat pembelajaran
Tes Awal
Metode eksplorasi Metode kooperatif
Tes Akhir
Analisis data
Langkah-langkah prosedur penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahapan persiapan
Tahapan persiapan ini kegiatan yang dilakukan yaitu pengembangan
instrumen penelitian dan penyusunan perangkat pembelajaran, untuk
pengembangan instrumen penelitian yaitu menyusun kisi-kisi observasi
kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal, judgment instrument oleh
pakar, uji coba instrumen, revisi instrumen. Sedangkan penyusunan perangkat
pembelajaran meliputi, studi pendahuluan, studi litelatur, penyusunan Satuan
Kegiatan Harian (SKH), Satuan Kegiatan Mingguan (SKM), Penyusunan metode
pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Memberikan pelatihan kepada guru mengenai metode pembelajaran eksplorasi
dan metode kooperatif.
b. Observasi awal sebagai penilaian awal (pre test) untuk mengetahui kecerdasan
kinestetik dan kecerdasan interpersonal sebelum kegiatan dimulai.
c. Pelaksanaan pembelajaran metode eksplorasi dan metode kooperatif.
d. Observasi akhir sebagai penilaian akhir (post test) untuk melihat peningkatan
kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal setelah melakukan kegiatan
3. Program Pembelajaran.
Dalam penelitian ini mengunakan durasi keseluruhan adalah 1 bulan,
dengan Program pembelajaran frekuensi pertemuan setiap minggu adalah Tiga
kali, waktu yang dialokasikan dalam setiap pertemuan adalah 120 menit.
Sedangkan materi yang disampaikan dalam setiap pertemuan bervariasi
tergantung dari esensi pertemuan, untuk guru kelas materi yang disampaikan
meliputi metode pembelajaran kooperatif, metode pembelajaran eksplorasi,
pembelajaran jasmani meliputi lari, lompat, menangkap, melempar, dan
menendang, tempat yang digunakan adalah Lingkungan Taman Kanak-Kanak
Bhayangkari 43. Untuk lebih lengkapnya program pembelajaran dapat dilihat
pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Program Pembelajaran
Durasi waktu penelitian keseluruhan 1 Bulan
Hari/Tanggal Frekuensi Waktu materi metode tempat
Rabu, 7 Nov
4. Tahap Analisis Penyelesaian
Pada tahap ini setelah selesai pembelajaran dengan menggunakan metode
kooperatif dan metode eksplorasi dilakukan post test terhadap kedua kelompok
tersebut setelah data terkumpul yaitu data awal (pre test) dan data akhir (post test)
dilakukan kegiatan menganalisis data secara statistik dengan menggunakan SPSS
versi 19 dan membuat kesimpulan hasil penelitian.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Lokasi dan subjek yang dijadikan tempat penelitian ini, dilakukan pada
Taman Kanak- Kanak Bhayangkari 43 dengan nilai akreditasi A. Komplek
Brimob Polda Jabar Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Berdasarkan
tujuan penelitian maka yang menjadi subjek penelitian adalah anak Taman
Kanak-Kanak Bhayangkari 43 kelompok B. untuk Kelas B1 pembelajaran
D. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data, instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu
Valid dan realibel. Valid adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat validitas
atau keshahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan dari variabel
yang diteliti secara tepat.
Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen
cukup untuk dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data
karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban tertentu.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Kinestetik /Gerak Dasar (Suherman, 2008:1)
No Variabel Indikator Sub Indikator
Teknik
Pengumpulan
Data
1 Kecerdasan kinestetik l. Lari
1. Tungkai dari samping
Observasi 2. Lengan
3. Tungkai dari belakang
2. Lompat
1. Lengan
2. Togok
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Interpersonal Muslihuddin dan Agustin (2008), Sujiono, (2010)
No Variabel Indikator Sub Indikator
Teknik
Pengumpulan
Data
3. Lempar
1. Lengan
2. Togok
3. Tungkai dan kaki
4. Menangkap
1. Kepala
2. Lengan
3. Tangan
5. .Menendang
1. Lengan dan togok
2. Tungkai
No Variabel Indikator Sub Indikator Teknik
Pengumpulan Data Kecerdasan
Interpersonal
1. Kerjasama 1. Berbagi tugas
dengan teman
Observasi 2. Mematuhi aturan
3. Dapat melaksanakan
E. Proses Pengembangan Instrumen
1. Uji Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keshahihan suatu alat
ukur. Alat ukur yang tidak valid berarti memiliki validitas yang rendah.
Untuk menguji validitas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antara
bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan
setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir
dengan rumus person product moment
Pengumpulan Data 2.. Respek 1. Bersikap santun
Observasi 2. Memuji teman
3. Peduli terhadap orang lain
3. Kompetisi
1. Berlomba dengan
teman
2. Menunjukan prestasi
3. Bersikap sportif
r =
dimana:
r : Koefisien korelasi
: jumlah skor item
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana alat ukur atau
instrumen dapat dipercaya atau diandalkan dalam kegiatan pengumpulan data.
Jika suatu alat ukur atau instrumen penelitian dapat digunakan dua kali untuk
mengukur gejala yang sama dengan hasil pengukuran yang relatif konsisten maka
alat ukur instrumen tersebut realibel, mengukur realibilitas digunakan dengan
rumus alpha cronbach sebagai berikut:
Keterangan
= Koefisien keandalan alat ukur
r = Koefisien rata-rata korelasi antar item
K = Jumlah item
Semakin tinggi koefisien alpha, maka kuisioner semakin realibel, kriteria yang
digunakan dalam reabilitas lebih besar atau sama dengan 0.70 sebagai batas
terendah kuisioner bisa diterima., Kaplan (Sugiarti, 2011:96)
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :
a. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2009:145) bahwa observasi merupakan
suatu proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Dari instrumennya observasi dapat dibedakan menjadi
observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Observasi adalah kegiatan
mengamati sesuatu tanpa mempengaruhi dan secara simultan mencatat atau
merekamnya untuk bahan analisis.
Keberhasilan dalam pengumpulan data merupakan syarat bagi
keberhasilan penelitian, sedangkan keberhasilan dalam pengumpulan data
tergantung pada metode yang digunakan.
Aspek-aspek yang diobservasi dalam kecerdasan kinestetik berupa gerak
dasar yaitu lari, lompat, lempar, tangkap dan tendang. Pedoman observasi
dalam penelitian ini sudah mencakup kriteria penilaian dengan skor 1 dan 0,
yang menjadi acuan apakah anak mampu dalam melakukan gerakan dasar atau
belum.
Observasi untuk kecerdasan interpersonal dalam bentuk panduan
pengamatan yang berisi pertanyaan-pertanyaan dengan daftar pilihan jawaban
dalam bentuk skala likert yang digunakan untuk mengukur kerjasama, respek,
kompetisi, imitasi, komunikasi dan empati. Dengan skor masing-masing
jawaban sebagai berikut:
Selalu = 5
Sering = 4
Kadang-kadang = 3
Jarang = 2
Tidak pernah = 1
b. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang bersifat
administratif, dan data-data kegiatan yang terdokumentasikan sebagai bukti
adanya kegiatan pembelajaran di TK Bhayangkari 43. Dokumentasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan data yang sudah ada
seperti profil dan biodata guru, sumber belajar, Rencana Kegiatan Harian,
foto-foto kegiatan selama pembelajaran.
G. Teknis Analisis Data
Dalam penelitian ini data diolah dengan menggunakan uji perbedaan rerata
(Uji-t), pengolahan data dilakukan untuk mengetahui peningkatan kecerdasan
a. Menentukan skor rata-rata standar deviasi pada tes awal dan tes akhir baik
kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.
b. Uji Normalitas
Uji normalitas pada tes awal dan tes akhir dan N-gain baik kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol dengan menggunakan Uji
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan SPSS versi 19 dan membandingkan asymtop
signifikansi dengan 0.05. Apabila angka signifikansi lebih besar dari pada 0.05
maka data berdistribusi normal dan apabila angka signifikansi lebih kecil dari
0.05 maka data tidak berdistribusi normal.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan uji F yaitu dengan membandingkan varian
besar dengan varian kecil dengan rumus:
F = S1
2
S22
F =
Varian Besar
Varian kecil
Kriteria pengujian homogenitas adalah
1. Terima Ho, jika F (1-�) (n-1) > F hitung
2. Tolak Ho, Jika F (1-�) (n-1) < F hitung
d. Uji Perbedaan rata-rata (Uji-t)
Jika data berdistribusi normal dan homogen maka digunakan rumus:
t =
� 1−� 2 � �11+�1Apabila data yang diperoleh berdistribusi normal tetapi tidak homogen
�1 = Skor rata-rata kelas metode pembelajaran kooperatif
�2 = Skor rata-rata kelas metode pembelajaran Eksplorasi
�12 = Varians kelas metode pembelajaran kooperatif
�22 = Varians kelas metode pembelajaran eksplorasi
�1= Jumlah sampel kelas metode pembelajaran kooperatif
�2 = Jumlah sampel kelas metode pembelajaran eksplorasi
Kriteria penolakan dan penerimaan H0
1. Terima Hipotesis jika
2. Tolak Hipotesis jika
Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal maka memakai uji non
parametric yaitu uji Mann-Whitney, ( Susetyo, 2010:236)
Untuk melihat peningkatan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan
interpersonal antara anak sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran
metode eksplorasi dan kooperatif dihitung dengan menggunakan Gain Skor
ternormalisasi (G faktor) dengan rumus:
Keterangan:
SPre= Skor tes awal SPost= Skor tes akhir SMaks= Skor maksimum
Kategori; Tinggi : 0.7≤ � − ���� ≤1
Sedang : 0.3≤ � − ���� ≤ 0.7
Rendah : � − ���� ≤ 0.3
e. Kategori Skala
Menurut Azwar (Abdurahman, 2012) Kategori Skala bertujuan untuk
menempatkan individu ke dalam kelompok- kelompok yang terpisah secara
berjenjang menurut kontinum berdasarkan atribut yang diukur. Kategorisasi
bersifat relatif, oleh karena itu kita dapat menempatkan secara subjektif luas
interval yang mencakup setiap kategori. Norma pengelompokkan kategori
berdasarkan perhitungan rata-rata dan standar deviasi dari data subjek yang
didapat, dalam penelitian ini terdapat tiga kategori dengan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.4
Rumus Kategori Skala Tinggi, Sedang, Rendah Azwar (Abdurahman, 2012)
Kategori Rumus Tinggi X>(µ+1�)
Sedang (µ+1�)<X≤(µ+1�) Rendah X≤(µ+1�)
Keterangan:
X= Skor subjek µ = Rata-rata baku ó = Standar deviasi baku
Kategori ini dipergunakan untuk pengelompokkan skor kemampuan
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, analisis data dan pembahasan terhadap
efektivitas pembelajaran jasmani melalui metode kooperatif dan metode
eksplorasi untuk meningkatkan kecerdasan kinestetik dan interpersonal anak
Taman Kanak-Kanak Bhayangkari 43 Kelas B maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Profil kecerdasan kinestetik anak TK Bahayangkari 43 kelas B, mayoritas
anak memiliki kemampuan kecerdasan kinestetik pada kategori sedang.
2. Profil kecerdasan interpersonal anak TK Bahayangkari 43 kelas B, mayoritas
anak memiliki kemampuan kecerdasan interpersonal pada kategori sedang.
3. Terdapat peningkatan kecerdasan kinestetik dari setiap indikator yaitu lari,
lempar, lompat, tangkap dan tendang, dari kategori rendah menjadi kategori
sedang, anak yang memperoleh pembelajaran metode kooperatif dan metode
eksplorasi. Namun pembelajaran kooperatif lebih efektif dalam
meningkatkan kecerdasan kinestetik Anak Taman Kanak-Kanak Bhayangkari
43.
4. Terdapat peningkatan kecerdasan interpersonal dari setiap indikator yaitu
kerjasama, respek, kompetisi, imitasi, komunikasi dan empati dari kategori
rendah menjadi kategori sedang, anak yang memperoleh pembelajaran metode
kooperatif dan metode eksplorasi. Namun pembelajaran kooperatif lebih
efektif dalam meningkatkan kecerdasan interpersonal anak Taman
B. Rekomendasi
Setelah melakukan penelitian maka ada beberapa rekomendasi untuk
pengelola sekolah dan guru Taman Kanak-Kanak sebagai berikut:
1. Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini tidak hanya diarahkan pada
kegiatan yang bersifat individu atau pembelajaran yang bersifat klasikal dan
guru sebagai pusat belajar akan tetapi sebagai fasilitator pembelajaran, metode
kooperatif merupakan salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas
anak.
2. Keberhasilan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh kemampuan
individu secara utuh melainkan melalui perolehan belajar melalui kelompok,
keberhasilan pembelajaran juga bukan semata-mata harus diperoleh dari guru
melainkan bisa juga dari teman sebaya.
3. Pembelajaran metode kooperatif dan metode eksplorasi menjadi alternatif
yang dapat digunakan oleh guru dalam pembelajaran jasmani untuk
meningkatkan kecerdasan kinestetik dan kecerdasan interpersonal anak.
4. Guru harus dapat memformulasikan variasi pembelajaran agar menghindarkan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman, A.T, 2012, Hubungan Antara Kreativitas dengan Tingkat Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Pada Remaja, Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia
Adallila, S. 2010. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini. [Online]
Tersedia :http://sadidadallila.wordpress.com [diakses 17 Mei 2011]
Arikunto, S (2006), Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta
Annarino, A.A., and Cowell, C.C., Hazelton, H.W. 1980. Curriculum Theory and Design in Physical Education. St. Louis: The CV. Mosby Company.
Badru, 2009. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw Untuk Meningkatkan Perilaku Sosial dan emosional Anak Usia Dini, Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia.
Crum, B. 2003. The Identify Crisis of Physical Education. Makalah Disajikan dalam International Conference on Sport Sciences and Physical Education Professions, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 10-12 Maret
Depdiknas. 2003. Metodik Khusus Pengembangan Jasmani di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Pedoman Pembelajaran bidang Fisik/Motorik di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas.
Drowatzky, J.V. et al. 1984. Physical Education Career Perpectives and Professional Foundations. New Jersey, Englewood Cliff, Prentice-Hall Inc.
Gabbard, C, LeBlanc, E., and Lowy, S. 1987. Physical Education for Children. NewJersey: Englewood Cliff, Prentice-Hall Inc. Gardner, H. 2003. Multiple Intelligences. Terjemahan Alexander Sindoro. Jakarta: Interaksara.
Jasmine, J, 2007, Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk, Bandung, Penerbit Nuansa
Juliati L.D, 2011, Pengembangan Model Olah Gerak Untuk Peningkatan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini, Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Kemendiknas, 2010, Kurikulum Taman Kanak-Kanak Pedoman Pengembangan Program Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, Jakarta, Kemendiknas, Direktorat Pembinaan TK SD
Lie. A (2007) Cooperatif Learning, Jakarta: Grasindo.
Lumpkin, A. 1998. Introduction to Physical Education, Exercise Science and Sport Studies. New York: Mc-Graw Hill.
Lutan R, 2001, Olah Raga dan Etika Fair Play, Jakarta,CV Berduasatujuan Wihani Grup,
Masitoh, 2007, Strategi Pembelajaran TK, Jakarta, Universitas Terbuka.
Musfiroh (2004), Bermain sambil Belajar dan Mengasah Kecerdasan (Stimulasi Multiple Intellegences Anak Taman Kanak-Kanak) Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketanagaan Perguruan Tinggi Subdit PGTK dan PLB
Muslihuddin dan Agustin, M (2008), Mengenali dan Mengembangkan Potensi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak/Raudhatul Athfal, Rizqi Press Bandung
Mork, R, (2011) What Is Interpersonal Intellegences? [Online]
Tersedia:http://www.life123.com/realitionships/communication/effectivec ommunicatoins/interpersonal-intellegences.shtml
Nurlelasari, 2011. Pengembangan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Pemainan Outbound, Tesis, Universitas pendidikan Indonesia.
Ramlannarie. (2011) Pembelajaran dengan Eksplorasi [Online]
Tersedia : http://ramlannarie.blogspot.com/2011/07/pembelajaran-dengan-eksplorasi.html
Samsudin, 2008, Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak, Jakarta, Prenada Media Grup
Slavin, E. R, 2009 Cooperative Learning, Terjemah Lita, Bandung, Nusa Media
Solihatin, E, 2009, Cooverative Learning, Analisis Model Pembelajaran IPS, Jakarta, Bumi Aksara.
Sucipto A 2008, Mengembangakan Kecerdasan Jamak (Multiple Intelegences) Anak Usia Dini Melailui Pembelajaran pendidikan Jasmani, Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dart Rekreasi IKJP Budi Utomo Malang
Sugiarti, T, 2012, Efektivitas Metode Pembelajaran Koperatif Teknik Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Keterampilan Sosial Anak usia Dini, Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia.
Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif Kualitaif R&D, Bandung, Alfabeta
Suherman, A, 2009, Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani, Bandung, CV Bintang Warli Artika
Suherman, A, 2008, Pedoman Observasi dan Evaluasi Gerak Dasar, Fakultas Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia
Sujiono Y, 2009, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta, PT Indeks.
Sujiono Y, Sujiono B, 2010, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak, Jakarta, PT Indeks
Suparno, P, 2008, Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah, Yogyakarta, Kanisius.
Suparyanto, (2011) Pendidikan Anak Usia Dini [Online]
Suprijono A, 2011, Cooperative Learning, Yogyakarta, Pustaka Pelajar
Susetyo, B, 2010. Statistika Untuk Analisis data Penelitian, Bandung, PT Refika Aditama
Syariffudin. 2002. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta: Depdikbud.
Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: PT Armas Duta Jaya.
Wuest, Deborah, A., dan Bucher, Charles A. 1995. Foundations of Physical Education and Sport (twelve edition). St. Louis: Mosby-Year Book, INC.
Waqiah, W, 2012, Penerapan Tari pendidikan Untuk Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik Anak Taman Kanak-Kanak, Tesis, Universitas Pendidikan Indonesia.