• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPENERAPA Penerapan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada Tingkat Penyidikan (Studi Kasus di Polres Boyolali).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PPENERAPA Penerapan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada Tingkat Penyidikan (Studi Kasus di Polres Boyolali)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

iv 

 

ABSTRAK

Penerapan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada Tingkat Penyidikan. Yasin C100 080 137. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik interogasi yang digunakan dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan dan untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh penyidik apabila menghadapi hambatan dalam melakukan pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali. Penelitian ini termasuk penelitian yuridis empiris yang bersifat deskriptif, dengan cara melakukan penelitian mengenai penerapan teknik interogasi dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa teknik interogasi yang digunakan oleh penyidik dalam proses pemeriksaan tersangka antara lain dengan menjalin keakraban dengan tersangka, memberikan pertanyaan yang mencakup 5W1H, diberikan pertanyaan dalam jumlah banyak namun inti jawaban adalah sama, diberikan pertanyaan yang menjebak, tersangka disuruh menjelaskan mengenai kegiatan tersangka sebelum, ketika dan sesudah peristiwa terjadi, menunjukkan sebagian dari alat bukti, mempertemukan tersangka yang satu dengan tersangka yang lain. Faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi antara lain siapa yang menjadi interogator, siapa yang menjadi tersangka dan jenis tindak pidana yang dilakukan. Hambatan dalam melakukan interogasi yaitu tersangka berbelit-belit, tidak bersedia memberikan keterangan yang sebenarnya dan tersangka berbohong kepada penyidik. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan menunjukkan alat bukti yang telah dimiliki penyidik kepada tersangka, dan melakukan konfrontasi, yaitu mempertemukan tersangka dengan tersangka, saksi dengan saksi dan tersangka dengan saksi.

(5)

 

ABSTRACT

Application of Interrogation Techniques In Process Inspection Suspect On The Level Investigation. Yasin C100 080 137. Faculty of Law, University of Muhammadiyah Surakarta.

This study aims to determine the interrogation techniques used in the examination of the suspect at the level of investigation, determine the factors that influence the use of interrogation techniques in the examination process at the level of investigation and the suspects to know what efforts were made by the investigator when facing obstacles in doing a suspect on Boyolali level of investigation at the police station. This research is a descriptive empirical juridical, by doing research on the application of interrogation techniques in the examination process at the level of investigation suspects in police Boyolali.

Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the interrogation techniques used by investigators in the examination process to establish suspects include familiarity with the suspect, asking questions covering 5W1H, given a question in large quantities, but the core of the answer is the same, given the tricky questions, the suspect told describes the activities of the suspect before, while and after the event, showing some of the evidence, bring suspects to suspect one another. Factors affecting the use of interrogation techniques such as who the interrogator, who is a suspect and the type of crime committed. Barriers to interrogate the suspect in a convoluted, not willing to give testimony of real and alleged lying to investigators. Efforts were made to overcome these barriers is to show the evidence that has been owned by investigators to the suspect, and a confrontation, which bring suspects to suspects, witnesses to the witnesses and suspects by witnesses.

(6)

vi 

 

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Fungsi dari penyidikan tidak hanya untuk menemukan tersangkanya saja

namun dapat juga digunakan untuk menemukan rangkaian tindak pidana yang

terjadi. Dalam kegiatan penyidik untuk mengumpulkan bukti-bukti, diberikan

kewenangan-kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu kepadanya,

sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan penyidikan itu dan siap untuk

diserahkan kepada penuntut umum.1

Dalam rangka pemeriksaan terhadap tersangka, polisi sebagai penyidik

tidak hanya menggunakan cara-cara yang biasa, tidak hanya menyodorkan

pertanyaan yang dianggap berhubungan dengan tindak pidana yang dilakukannya.

Tentu mereka mempunyai cara-cara tersendiri atau teknik dan taktik tersendiri

dalam melakukan interogasi terhadap seorang tersangka. Bukan suatu hal yang

mudah untuk menggali keterangan dari seorang tersangka, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan hukum (skripsi) dengan judul

“Penerapan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada

Tingkat Penyidikan” (Studi Kasus di Polres Boyolali).

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat

dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: (1) Teknik interogasi apa yang

digunakan dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres

      

1

  Djoko Prakoso. 1986. Peranan Psikologi Dalam Pemeriksaan Tersangka Pada Tahap

Penyidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 51. 

(7)

vii 

 

Boyolali?; (2)Faktor apa yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi dalam

proses pemeriksaan tersangka di Polres Boyolali?; (3)Upaya apa saja yang

dilakukan oleh penyidik apabila menghadapi hambatan dalam melakukan

interogasi tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali?

Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui pelaksanaan penelitian ini adalah

sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui teknik interogasi dalam proses

pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali, (2) Untuk

mengetahui faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi dalam

proses pemeriksaan tersangka di Polres Boyolali, (3) Untuk mengetahui upaya

yang dilakukan oleh penyidik untuk mengatasi hambatan dalam melakukan

interogasi tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali.

Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan akan mampu menambah

wawasan ilmu pengetahuan Hukum Pidana bagi pembaca tentang teknik

interogasi dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan.

Sedangkan manfaat praktisnya diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan masukan dan dapat membantu pihak-pihak yang terkait khususnya

petugas penyidik mengenai penerapan teknik interogasi dalam proses pemeriksaan

tersangka pada tingkat penyidikan.

(8)

viii 

 

Kerangka Pemikiran

Tujuan penyidikan adalah untuk mengetahui siapa yang telah melakukan

kejahatan dan memberi pembuktian-pembuktian mengenai kesalahan yang telah

dilakukan.2 Salah satu tindakan penyidikan adalah interogasi. Interogasi adalah

adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka / saksi dalam rangka penyidikan

tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tertulis

kepada tersangka atau saksi, guna mendapatkan keterangan dalam rangka

pembuatan berita acara pemeriksaan.3

Metodologi Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian yuridis empiris yang bersifat deskriptif,

dengan cara melakukan penelitian mengenai penerapan teknik interogasi dalam

proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali.

Metode yang digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan objek

penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) Studi kepustakaan yaitu dilakukan

dengan cara mempelajari buku-buku, makalah-makalah, karya-karya ilmiah, dan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek penelitian, (2)

Metode wawancara yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dengan salah satu

petugas penyidik dari Polres Boyolali, mantan tersangka dan pengacara yang

pernah mendampingi tersangka pada saat dilakukan penyidikan.

 

 

 

      

2

  Gerson W Bawengan. 1977. Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi. Jakarta: Pradnya Paramita. Hal . 11. 

3

Bareskrim Polri. 2010. Pedoman Penyidikan Tindak Pidana. Jakarta: Mabes Polri. Hal. 136.

(9)

ix 

 

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Teknik Interogasi Yang Digunakan Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada Tingkat Penyidikan.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara

terhadap Brigadir Iwan Kristiana sebagai penyidik Polres Boyolali, maka dapat

diketahui bahwa cara atau teknik interogasi yang digunakan oleh penyidik antara

lain sebelum melakukan pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa pemeriksa

terlebih dahulu mempersiapkan draft-draft pertanyaan, disampaikan dalam bahasa

yang mudah dimengerti tersangka, mempersiapkan data-data mengenai tersangka,

mengetahui kronologi kejadian, dan mempersiapkan alat bukti yang telah

ditemukan. Selanjutnya tersangka ditempatkan pada ruangan khusus untuk

dilakukan pemeriksaan. Pada waktu dilakukan pemeriksaan tersangka diberikan

pertanyaan antara lain 5W 1H, yaitu Who (siapa); What (apa); Where (di mana);

When (kapan); Why (mengapa) dan How (bagaimana). Selanjutnya tersangka

disuruh menjelaskan mengenai kegiatan yang tersangka lakukan sebelum

terjadinya peristiwa, ketika dan setelah peristiwa itu terjadi, dan kemudian

penyidik menunjukkan sebagian dari alat bukti kepada tersangka. Teknik yang

terakhir yaitu dengan mempertemukan tersangka yang satu dengan tersangka yang

lain (khusus dalam hal tersangka lebih dari satu). Dalam melakukan pemeriksaan

tersebut tidak ada upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik dari Polres Boyolali.

Sedangkan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mantan tersangka

yang berninisial “PRH”, dapat diketahui bahwa penyidik dalam melakukan

pemeriksaan terhadap tersangka masih dijumpai kekerasan, walaupun sifatnya

(10)

 

hanya kekerasan ringan bukan kekerasan berat. Adapun teknik yang digunakan

penyidik dalam melakukan interogasi yaitu dengan menjalin keakraban antara

penyidik dengan tersangka sebelum dimulainya pemeriksaan, misalnya menawari

tersangka rokok kemudian mengajak tersangka untuk mengobrol tetapi tidak

menjerumus pada tindak pidana yang dilakukan tersangka. Setelah keadaan telah

santai kemudian penyidik mulai melakukan interogasi dengan mengajukan

beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada tersangka, namun jawaban dari

pertanyaan itu pada dasarnya sama. Pertanyaan itu akan diulangi lagi namun

dalam bentuk yang berbeda, tetapi jawabannya tetap sama. Dalam hal tindak

pidana yang dilakukan lebih dari satu orang maka pemeriksaan dilakukan secara

bersamaan dengan penyidik yang berbeda-beda dan dilakukan di ruangan yang

berbeda pula.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Muhammad Taufiq, SH.

MH, pengacara yang pernah mendampingi tersangka pada saat diinterogasi, yaitu

bahwa peran pengacara pada saat mendampingi tersangka adalah melihat dan

mendengar jalannya pemeriksaan. Selain itu juga meminta kepada penyidik untuk

tidak melakukan bentakan kepada tersangka selama proses pemeriksaan

berlangsung. Selanjutnya pengacara juga dapat meminta kepada penyidik untuk

menghentikan proses pemeriksaan apabila didapati tersangka kelelahan.

Sedangkan mengenai teknik-teknik interogasi, penyidik menggunakan teknik

dengan mengajukan pertanyaan yang menjebak kepada tersangka, dan selama

proses interogasi berlangsung tidak ada kekerasan fisik sepanjang didampingi

pengacara.

(11)

xi 

 

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Di Polres Boyolali

Ada berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan oleh pemeriksa

kepada tersangka. Selain pendekatan kepada tersangka, seorang pemeriksa juga

harus memiliki teknik-teknik tertentu agar tersangka mau memberikan keterangan

sesuai dengan yang diharapkan oleh pemeriksa. Dari berbagai macam teknik

interogasi di atas, tidak semua teknik tersebut dipakai. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi mengapa penyidik tidak menggunakan semua teknik interogasi

yang ada, melainkan hanya memilih teknik-teknik tertentu dari sekian banyak

teknik interogasi yang ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyidik menggunakan teknik

interogasi tersebut di atas antara lain: (1) Siapa yang menjadi interogator, (2)

Siapa yang menjadi tersangka, (3) Jenis tindak pidana yang dilakukan. 4

Faktor pertama yang melandasi kenapa seorang penyidik menggunakan

teknik-teknik interogasi seperti telah disebutkan di atas adalah siapa yang ditunjuk

sebagai interogator. Keberhasilan teknik interogasi ini sangat ditentukan oleh

kemampuan interogator dalam menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan

keadan psikologi tersangka dan jenis tindak pidana yang dilakukan. Seorang

interogator yang belum berpengalaman melakukan interogasi tentu akan sangat

berbeda dengan interogator yang sudah berpengalaman. Faktor pendidikan

interogator juga akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pemeriksaan. Seorang

interogator yang memiliki pendidikan lebih tinggi tentu akan mempunyai

      

4

 Brigadir Iwan Kristiana. Banit I Reskrim Polres Boyolali. Wawancara Pribadi. Boyolali. 24 Desember 2012. Pukul 10.30 WIB. 

(12)

xii 

 

keterampilan yang lebih baik daripada yang berpendidikan lebih rendah.

Faktor yang kedua yaitu siapa yang menjadi pelaku tindak pidana. Dalam

melakukan interogasi tentu harus dilihat siapa yang menjadi tersangka, apakah itu

masih anak-anak, sudah dewasa, baru pertama kali melakukan tindak pidana atau

seorang resedivis. Pemeriksaan terhadap anak di bawah umur tentu akan berbeda

dengan yang sudah dewasa. Sedangkan pemeriksaan terhadap seseorang yang

baru pertama kali melakukan tindak pidana juga akan sangat berbeda dengan

seorang resedivis. selanjutnya juga harus dilihat apakah tersangka tersebut hanya

pelaku tunggal atau berkelompok. Pemeriksaan terhadap pelaku tunggal tentu

akan sangat berbeda dengan pelaku yang berkelompok atau mempunyai jaringan.

Perbedaannya terletak pada waktu diperiksa. Pelaku yang berkelompok akan

diperiksa secara bersamaan namun di tempat yang berbeda, yang nanti semua

jawaban yang didapat oleh pemeriksa akan dicocokkan yang satu dengan yang

lainnya sehingga nanti akan didapat suatu kesimpulan tentang peristiwa yang

terjadi. Sedangkan untuk pelaku tunggal menuntut kemampuan dari pemeriksa

untuk dapat mengungkap suatu peristiwa yang terjadi, karena sumber

informasinya hanya ada satu.

Faktor yang terakhir yaitu jenis tindak pidana yang dilakukan. Seorang

pemeriksa tentu akan menerapkan teknik interogasi yang berbeda-beda untuk

setiap jenis tindak pidana. Misalnya teknik interogasi terhadap tindak pidana

tindak pidana pencurian tentu akan berbeda dengan tindak pidana pemerkosaan

dan sebagainya. Namun pada dasarnya cara melakukan interogasinya tetap sama,

hanya pertanyaan dan pengembangan dari pertanyaan tersebut yang berbeda.

(13)

xiii 

 

Hambatan yang dijumpai oleh penyidik kebanyakan adalah

tersangka berbelit-belit, sering berbohong dalam memberikan keterangan, tidak

mau memberikan keterangan atau tidak mau menjawab pertanyaan dari penyidik

serta tidak mau mengakui apa yang telah dilakukannya5.

Upaya Yang Dilakukan Oleh Penyidik Apabila Menghadapi Hambatan Dalam Melakukan Interogasi Tersangka Pada Tingkat Penyidikan di Polres Boyolali

Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dijumpai selama proses

interogasi berlangsung, yang dapat dilakukan oleh penyidik adalah sebagai

berikut: (1) Menunjukkan alat bukti yang telah dimiliki oleh penyidik kepada

tersangka, (2) Melakukan konfrontasi.6

Dalam menghadapi seorang tersangka yang berbelit-belit, berbohong

dalam memberikan keterangan dan sebagainya, tentu dituntut keahlian dari

penyidik untuk dapat mengatasinya. Salah satu teknik untuk mengatasi hambatan

seperti itu yaitu dengan cara menunjukkan alat bukti yang ditemukan atau telah

berada ditangan penyidik kepada tersangka. Pada saat menunjukkan alat bukti

tersebut harus disertai dengan pertanyaan dari penyidik. Misalnya dalam kasus

pencurian, seorang tersangka dapat diberikan pertanyaan mengenai ditemukannya

sidik jari tersangka pada pintu rumah si korban. Pertanyaan selanjutnya tersangka

disuruh menjelaskan mengapa benda-benda berharga milik korban ada di rumah

tersangka. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka seseorang yang

      

5   Ibid.  6

  Ibid. 

(14)

xiv 

 

bersalah biasanya akan memberikan penjelasan yang menyangkut peristiwa itu.

Apabila tersangka masih tidak mau mengakui maka penyidik dapat mengutarakan

keterangan dari saksi-saksi yang telah dimintai keterangan sebelumnya. Sehingga

diharapkan agar dengan ditunjukkannya beberapa alat bukti, tersangka tersebut

dapat mengakui atau memberikan keterangan yang sebenar-benarnya.

Cara atau teknik yang selanjutnya untuk mengatasi hambatan pada

saat melakukan interogasi adalah dengan melakukan konfrontasi. Konfrontasi

adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka penyidikan dengan cara

mempertemukan satu dengan lainnya (antara tersangka dengan tersangka, saksi

dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan persesuaian

keterangan masing-masing serta dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan

Konfrontasi7.

Teknik konfrontasi ini biasanya digunakan pada saat pemeriksaan terhadap

tersangka yang jumlahnya lebih dari satu. Pemeriksaan dilakukan dengan cara

memeriksa semua tersangka secara bersamaan, namun dilakukan ditempat yang

berbeda dan dilakukan oleh beberapa penyidik. Setelah selesai dilakukan

pemeriksaan akan dilakukan analisis mengenai keterangan yang diberikan oleh

masing-masing tersangka. Selanjutnya penyidik mempertemukan antara tersangka

yang satu dengan yang lain untuk mensinkronkan jawaban atau keterangan yang

telah diberikan tersangka pada waktu pemeriksaan sebelumnya. Sehingga apabila

dijumpai keterangan yang berbeda, tersangka tersebut akan disodori keterangan

dari tersangka yang satunya lagi, dan kedua tersangka disuruh unttuk menjelaskan

      

7

 Bareskrim Polri. 2003. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan. Jakarta: Mabes Polri. Hal:174. 

(15)

xv 

 

kembali mengenai keterangan tersebut.

Teknik pemeriksaan dengan menggunakan teknik konfrontasi tidak

hanya digunakan untuk tersangka yang lebih dari satu. Tersangka tunggal pun

juga dapat menggunakan teknik konfrontasi, yaitu dengan mempertemukan

tersangka dengan saksi. Namun di sini penyidik harus mampu meyakinkan kepada

saksi bahwa polisi mampu menjamin keamanan dari saksi itu sendiri. Kebanyakan

saski tidak mau untuk dipertemukan dengan tersangka dan memberikan

keterangan yang diketahuinya, karena saksi tersebut khawatir akan keselamatan

dirinya. Saksi takut kalau nanti tersangka sudah keluar dari penjara akan

membalas dendam kepada saksi tersebut karena dengan kesaksiannya tersangka

tersebut masuk penjara. Sehingga kebanyakan saksi tidak mau memberikan

keterangan apabila dipertemukan dengan tersangka. Untuk mengatasi hal tersebut,

penyidik harus dapat meyakinkan kepada saksi bahwa polisi akan menjamin

keamanan dan keselamatan saksi dan keluarganya.

Seorang tersangka yang telah diperiksa oleh penyidik serta ditambah

dipertemukan dengan saksi, maka tersangka tidak akan bisa mengelak, berbohong

dan berbelit-belit lagi. Teknik konfrontasi ini biasanya digunakan pada saat-saat

terakhir pemeriksaan, yaitu untuk mematahkan kebohongan tersangka pada saat

diinterogasi.

(16)

xvi 

 

PENUTUP Kesimpulan

Teknik interogasi yang digunakan penyidik dengan menjalin keakraban

antara penyidik dengan tersangka, menanyakan pertanyaan mengenai 5W 1H,

memberikan pertanyaan dalam jumlah banyak namun intinya jawaban dari

pertanyaan tersebut adalah sama, tersangka diberikan pertanyaan yang menjebak,

tersangka disuruh menjelaskan mengenai kegiatan yang tersangka lakukan

sebelum terjadinya peristiwa, ketika dan setelah peristiwa itu terjadi, dan

kemudian penyidik menunjukkan sebagian dari alat bukti kepada, dan terakhir

mempertemukan tersangka yang satu dengan tersangka yang lain (khusus dalam

hal tersangka lebih dari satu). Dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka

selama didampingi oleh kuasa hukum tidak ada upaya paksa atau kekerasan fisik

yang dilakukan oleh penyidik. Namun dari hasil keterangan tersangka masih

dijumpai adanya kekerasan walaupun sifatnya hanya ringan, ini membuktikan

bahwa dalam prakteknya selama proses interogasi masih ada tindak kekerasan

dari aparat penyidik. Fakta seperti ini tentu sangat tidak sesuai dengan aturan

perundang-undangan terutama di dalam KUHAP Pasal 52, di mana selama proses

pemeriksaan tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa takut, sehingga

wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi tersebut

di atas adalah a) siapa yang menjadi interogator, b) siapa yang menjadi tersangka

dan c) jenis tindak pidana yang dilakukan. Hambatan-hambatan yang ditemui

penyidik selama proses pemeriksaan berlangsung adalah tersangka yang

(17)

xvii 

 

belit, tidak mau memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tersangka

yang berbohong kepada penyidik.

Upaya yang dilakukan oleh penyidik untuk mengatasi hambatan-hambatan

yang ditemui penyidik selama proses pemeriksaan adalah sebagai berikut: a)

menunjukkan alat bukti yang telah dimiliki oleh penyidik kepada tersangka, b)

melakukan konfrontasi.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat

memberikan saran sebagai berikut : (1) Sebaiknya ada pelatihan khusus bagi

aparat penyidik Polres Boyolali agar para penyidik mempunyai

keterampilan-keterampilan dalam menghadapi berbagai macam tipe tersangka; (2) Penyidik dari

Polres Boyolali perlu untuk meningkatan pengetahuan dan kemampuan mengenai

ilmu psikologi yang ada untuk membantu proses pemeriksaan atau dalam

melakukan interogasi tersangka; (3) Seluruh aparat penegak hukum khususnya

penyidik dari Polres Boyolali harus mampu meningkatkan wawasan dan

profesinalismenya agar dalam penyidikan dapat diselesaikan tanpa melanggar

hak-hak asasi manusia dan menciptakan keadilan sesuai harapan masyarakat serta

mampu menerapkan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya murah; (4)

Hendaknya dapat dihadirkan penasehat hukum dalam setiap pemeriksaan perkara

pidana pada tingkat penyidikan, agar kebenaran materiil sejauh mungkin dapat

terwujud, guna perlindungan hak asasi tersangka.

(18)

xviii 

 

DAFTAR PUSTAKA

Bareskrim Polri. 2003. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan. Jakarta: Mabes Polri.

. 2010. Pedoman Penyidikan Tindak Pidana. Jakarta: Mabes Polri.

Bawengan, Gerson W. 1977. Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi. Jakarta: Pradnya Paramita.

Prakoso, Djoko. 1986. Peranan Psikologi Dalam Pemeriksaan Tersangka Pada

Tahap Penyidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Jasa Konsultansi Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Kabupaten Lamandau mengumumkan pemenang seleksi sederhana untuk Pekerjaan Pengawasan Kegiatan

observation is conducted as long as the treatments in experimental group. The researcher used field notes to portray what was going on in the class.. The learning situation and

1) Rencana tindakan untuk siklus III ini berupa pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) sebagai pengganti model

Dari hasil analisa pengujian clustering load balancing pada Storage Area Network (SAN), dapat ditarik kesimpulan bahwa persentase kenaikan performa cluster load

Departement Inventaris merupakan bagian dari Bidang III, Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Teknologi Informasi di Universitas Kristen Satya Wacana yang mempunyai fungsi

[r]

STANDAR BIAYA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2014 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN KONSTRUKSI.. Upah

Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Besar selanjutnya disingkat SKRDLB adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena