iv
ABSTRAK
Penerapan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada Tingkat Penyidikan. Yasin C100 080 137. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik interogasi yang digunakan dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan dan untuk mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh penyidik apabila menghadapi hambatan dalam melakukan pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali. Penelitian ini termasuk penelitian yuridis empiris yang bersifat deskriptif, dengan cara melakukan penelitian mengenai penerapan teknik interogasi dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa teknik interogasi yang digunakan oleh penyidik dalam proses pemeriksaan tersangka antara lain dengan menjalin keakraban dengan tersangka, memberikan pertanyaan yang mencakup 5W1H, diberikan pertanyaan dalam jumlah banyak namun inti jawaban adalah sama, diberikan pertanyaan yang menjebak, tersangka disuruh menjelaskan mengenai kegiatan tersangka sebelum, ketika dan sesudah peristiwa terjadi, menunjukkan sebagian dari alat bukti, mempertemukan tersangka yang satu dengan tersangka yang lain. Faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi antara lain siapa yang menjadi interogator, siapa yang menjadi tersangka dan jenis tindak pidana yang dilakukan. Hambatan dalam melakukan interogasi yaitu tersangka berbelit-belit, tidak bersedia memberikan keterangan yang sebenarnya dan tersangka berbohong kepada penyidik. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan menunjukkan alat bukti yang telah dimiliki penyidik kepada tersangka, dan melakukan konfrontasi, yaitu mempertemukan tersangka dengan tersangka, saksi dengan saksi dan tersangka dengan saksi.
v
ABSTRACT
Application of Interrogation Techniques In Process Inspection Suspect On The Level Investigation. Yasin C100 080 137. Faculty of Law, University of Muhammadiyah Surakarta.
This study aims to determine the interrogation techniques used in the examination of the suspect at the level of investigation, determine the factors that influence the use of interrogation techniques in the examination process at the level of investigation and the suspects to know what efforts were made by the investigator when facing obstacles in doing a suspect on Boyolali level of investigation at the police station. This research is a descriptive empirical juridical, by doing research on the application of interrogation techniques in the examination process at the level of investigation suspects in police Boyolali.
Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the interrogation techniques used by investigators in the examination process to establish suspects include familiarity with the suspect, asking questions covering 5W1H, given a question in large quantities, but the core of the answer is the same, given the tricky questions, the suspect told describes the activities of the suspect before, while and after the event, showing some of the evidence, bring suspects to suspect one another. Factors affecting the use of interrogation techniques such as who the interrogator, who is a suspect and the type of crime committed. Barriers to interrogate the suspect in a convoluted, not willing to give testimony of real and alleged lying to investigators. Efforts were made to overcome these barriers is to show the evidence that has been owned by investigators to the suspect, and a confrontation, which bring suspects to suspects, witnesses to the witnesses and suspects by witnesses.
vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
Fungsi dari penyidikan tidak hanya untuk menemukan tersangkanya saja
namun dapat juga digunakan untuk menemukan rangkaian tindak pidana yang
terjadi. Dalam kegiatan penyidik untuk mengumpulkan bukti-bukti, diberikan
kewenangan-kewenangan untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu kepadanya,
sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan penyidikan itu dan siap untuk
diserahkan kepada penuntut umum.1
Dalam rangka pemeriksaan terhadap tersangka, polisi sebagai penyidik
tidak hanya menggunakan cara-cara yang biasa, tidak hanya menyodorkan
pertanyaan yang dianggap berhubungan dengan tindak pidana yang dilakukannya.
Tentu mereka mempunyai cara-cara tersendiri atau teknik dan taktik tersendiri
dalam melakukan interogasi terhadap seorang tersangka. Bukan suatu hal yang
mudah untuk menggali keterangan dari seorang tersangka, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dalam rangka penulisan hukum (skripsi) dengan judul
“Penerapan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada
Tingkat Penyidikan” (Studi Kasus di Polres Boyolali).
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: (1) Teknik interogasi apa yang
digunakan dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres
1
Djoko Prakoso. 1986. Peranan Psikologi Dalam Pemeriksaan Tersangka Pada Tahap
Penyidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 51.
vii
Boyolali?; (2)Faktor apa yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi dalam
proses pemeriksaan tersangka di Polres Boyolali?; (3)Upaya apa saja yang
dilakukan oleh penyidik apabila menghadapi hambatan dalam melakukan
interogasi tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali?
Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui pelaksanaan penelitian ini adalah
sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui teknik interogasi dalam proses
pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali, (2) Untuk
mengetahui faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi dalam
proses pemeriksaan tersangka di Polres Boyolali, (3) Untuk mengetahui upaya
yang dilakukan oleh penyidik untuk mengatasi hambatan dalam melakukan
interogasi tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan akan mampu menambah
wawasan ilmu pengetahuan Hukum Pidana bagi pembaca tentang teknik
interogasi dalam proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan.
Sedangkan manfaat praktisnya diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan masukan dan dapat membantu pihak-pihak yang terkait khususnya
petugas penyidik mengenai penerapan teknik interogasi dalam proses pemeriksaan
tersangka pada tingkat penyidikan.
viii
Kerangka Pemikiran
Tujuan penyidikan adalah untuk mengetahui siapa yang telah melakukan
kejahatan dan memberi pembuktian-pembuktian mengenai kesalahan yang telah
dilakukan.2 Salah satu tindakan penyidikan adalah interogasi. Interogasi adalah
adalah salah satu teknik pemeriksaan tersangka / saksi dalam rangka penyidikan
tindak pidana dengan cara mengajukan pertanyaan baik lisan maupun tertulis
kepada tersangka atau saksi, guna mendapatkan keterangan dalam rangka
pembuatan berita acara pemeriksaan.3
Metodologi Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian yuridis empiris yang bersifat deskriptif,
dengan cara melakukan penelitian mengenai penerapan teknik interogasi dalam
proses pemeriksaan tersangka pada tingkat penyidikan di Polres Boyolali.
Metode yang digunakan untuk mencari data yang berkaitan dengan objek
penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) Studi kepustakaan yaitu dilakukan
dengan cara mempelajari buku-buku, makalah-makalah, karya-karya ilmiah, dan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek penelitian, (2)
Metode wawancara yaitu dengan cara melakukan tanya jawab dengan salah satu
petugas penyidik dari Polres Boyolali, mantan tersangka dan pengacara yang
pernah mendampingi tersangka pada saat dilakukan penyidikan.
2
Gerson W Bawengan. 1977. Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi. Jakarta: Pradnya Paramita. Hal . 11.
3
Bareskrim Polri. 2010. Pedoman Penyidikan Tindak Pidana. Jakarta: Mabes Polri. Hal. 136.
ix
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Teknik Interogasi Yang Digunakan Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Pada Tingkat Penyidikan.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dari hasil wawancara
terhadap Brigadir Iwan Kristiana sebagai penyidik Polres Boyolali, maka dapat
diketahui bahwa cara atau teknik interogasi yang digunakan oleh penyidik antara
lain sebelum melakukan pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa pemeriksa
terlebih dahulu mempersiapkan draft-draft pertanyaan, disampaikan dalam bahasa
yang mudah dimengerti tersangka, mempersiapkan data-data mengenai tersangka,
mengetahui kronologi kejadian, dan mempersiapkan alat bukti yang telah
ditemukan. Selanjutnya tersangka ditempatkan pada ruangan khusus untuk
dilakukan pemeriksaan. Pada waktu dilakukan pemeriksaan tersangka diberikan
pertanyaan antara lain 5W 1H, yaitu Who (siapa); What (apa); Where (di mana);
When (kapan); Why (mengapa) dan How (bagaimana). Selanjutnya tersangka
disuruh menjelaskan mengenai kegiatan yang tersangka lakukan sebelum
terjadinya peristiwa, ketika dan setelah peristiwa itu terjadi, dan kemudian
penyidik menunjukkan sebagian dari alat bukti kepada tersangka. Teknik yang
terakhir yaitu dengan mempertemukan tersangka yang satu dengan tersangka yang
lain (khusus dalam hal tersangka lebih dari satu). Dalam melakukan pemeriksaan
tersebut tidak ada upaya paksa yang dilakukan oleh penyidik dari Polres Boyolali.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara penulis dengan mantan tersangka
yang berninisial “PRH”, dapat diketahui bahwa penyidik dalam melakukan
pemeriksaan terhadap tersangka masih dijumpai kekerasan, walaupun sifatnya
x
hanya kekerasan ringan bukan kekerasan berat. Adapun teknik yang digunakan
penyidik dalam melakukan interogasi yaitu dengan menjalin keakraban antara
penyidik dengan tersangka sebelum dimulainya pemeriksaan, misalnya menawari
tersangka rokok kemudian mengajak tersangka untuk mengobrol tetapi tidak
menjerumus pada tindak pidana yang dilakukan tersangka. Setelah keadaan telah
santai kemudian penyidik mulai melakukan interogasi dengan mengajukan
beberapa pertanyaan-pertanyaan kepada tersangka, namun jawaban dari
pertanyaan itu pada dasarnya sama. Pertanyaan itu akan diulangi lagi namun
dalam bentuk yang berbeda, tetapi jawabannya tetap sama. Dalam hal tindak
pidana yang dilakukan lebih dari satu orang maka pemeriksaan dilakukan secara
bersamaan dengan penyidik yang berbeda-beda dan dilakukan di ruangan yang
berbeda pula.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Muhammad Taufiq, SH.
MH, pengacara yang pernah mendampingi tersangka pada saat diinterogasi, yaitu
bahwa peran pengacara pada saat mendampingi tersangka adalah melihat dan
mendengar jalannya pemeriksaan. Selain itu juga meminta kepada penyidik untuk
tidak melakukan bentakan kepada tersangka selama proses pemeriksaan
berlangsung. Selanjutnya pengacara juga dapat meminta kepada penyidik untuk
menghentikan proses pemeriksaan apabila didapati tersangka kelelahan.
Sedangkan mengenai teknik-teknik interogasi, penyidik menggunakan teknik
dengan mengajukan pertanyaan yang menjebak kepada tersangka, dan selama
proses interogasi berlangsung tidak ada kekerasan fisik sepanjang didampingi
pengacara.
xi
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Teknik Interogasi Dalam Proses Pemeriksaan Tersangka Di Polres Boyolali
Ada berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan oleh pemeriksa
kepada tersangka. Selain pendekatan kepada tersangka, seorang pemeriksa juga
harus memiliki teknik-teknik tertentu agar tersangka mau memberikan keterangan
sesuai dengan yang diharapkan oleh pemeriksa. Dari berbagai macam teknik
interogasi di atas, tidak semua teknik tersebut dipakai. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi mengapa penyidik tidak menggunakan semua teknik interogasi
yang ada, melainkan hanya memilih teknik-teknik tertentu dari sekian banyak
teknik interogasi yang ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyidik menggunakan teknik
interogasi tersebut di atas antara lain: (1) Siapa yang menjadi interogator, (2)
Siapa yang menjadi tersangka, (3) Jenis tindak pidana yang dilakukan. 4
Faktor pertama yang melandasi kenapa seorang penyidik menggunakan
teknik-teknik interogasi seperti telah disebutkan di atas adalah siapa yang ditunjuk
sebagai interogator. Keberhasilan teknik interogasi ini sangat ditentukan oleh
kemampuan interogator dalam menggunakan teknik-teknik yang sesuai dengan
keadan psikologi tersangka dan jenis tindak pidana yang dilakukan. Seorang
interogator yang belum berpengalaman melakukan interogasi tentu akan sangat
berbeda dengan interogator yang sudah berpengalaman. Faktor pendidikan
interogator juga akan sangat berpengaruh pada keberhasilan pemeriksaan. Seorang
interogator yang memiliki pendidikan lebih tinggi tentu akan mempunyai
4
Brigadir Iwan Kristiana. Banit I Reskrim Polres Boyolali. Wawancara Pribadi. Boyolali. 24 Desember 2012. Pukul 10.30 WIB.
xii
keterampilan yang lebih baik daripada yang berpendidikan lebih rendah.
Faktor yang kedua yaitu siapa yang menjadi pelaku tindak pidana. Dalam
melakukan interogasi tentu harus dilihat siapa yang menjadi tersangka, apakah itu
masih anak-anak, sudah dewasa, baru pertama kali melakukan tindak pidana atau
seorang resedivis. Pemeriksaan terhadap anak di bawah umur tentu akan berbeda
dengan yang sudah dewasa. Sedangkan pemeriksaan terhadap seseorang yang
baru pertama kali melakukan tindak pidana juga akan sangat berbeda dengan
seorang resedivis. selanjutnya juga harus dilihat apakah tersangka tersebut hanya
pelaku tunggal atau berkelompok. Pemeriksaan terhadap pelaku tunggal tentu
akan sangat berbeda dengan pelaku yang berkelompok atau mempunyai jaringan.
Perbedaannya terletak pada waktu diperiksa. Pelaku yang berkelompok akan
diperiksa secara bersamaan namun di tempat yang berbeda, yang nanti semua
jawaban yang didapat oleh pemeriksa akan dicocokkan yang satu dengan yang
lainnya sehingga nanti akan didapat suatu kesimpulan tentang peristiwa yang
terjadi. Sedangkan untuk pelaku tunggal menuntut kemampuan dari pemeriksa
untuk dapat mengungkap suatu peristiwa yang terjadi, karena sumber
informasinya hanya ada satu.
Faktor yang terakhir yaitu jenis tindak pidana yang dilakukan. Seorang
pemeriksa tentu akan menerapkan teknik interogasi yang berbeda-beda untuk
setiap jenis tindak pidana. Misalnya teknik interogasi terhadap tindak pidana
tindak pidana pencurian tentu akan berbeda dengan tindak pidana pemerkosaan
dan sebagainya. Namun pada dasarnya cara melakukan interogasinya tetap sama,
hanya pertanyaan dan pengembangan dari pertanyaan tersebut yang berbeda.
xiii
Hambatan yang dijumpai oleh penyidik kebanyakan adalah
tersangka berbelit-belit, sering berbohong dalam memberikan keterangan, tidak
mau memberikan keterangan atau tidak mau menjawab pertanyaan dari penyidik
serta tidak mau mengakui apa yang telah dilakukannya5.
Upaya Yang Dilakukan Oleh Penyidik Apabila Menghadapi Hambatan Dalam Melakukan Interogasi Tersangka Pada Tingkat Penyidikan di Polres Boyolali
Untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dijumpai selama proses
interogasi berlangsung, yang dapat dilakukan oleh penyidik adalah sebagai
berikut: (1) Menunjukkan alat bukti yang telah dimiliki oleh penyidik kepada
tersangka, (2) Melakukan konfrontasi.6
Dalam menghadapi seorang tersangka yang berbelit-belit, berbohong
dalam memberikan keterangan dan sebagainya, tentu dituntut keahlian dari
penyidik untuk dapat mengatasinya. Salah satu teknik untuk mengatasi hambatan
seperti itu yaitu dengan cara menunjukkan alat bukti yang ditemukan atau telah
berada ditangan penyidik kepada tersangka. Pada saat menunjukkan alat bukti
tersebut harus disertai dengan pertanyaan dari penyidik. Misalnya dalam kasus
pencurian, seorang tersangka dapat diberikan pertanyaan mengenai ditemukannya
sidik jari tersangka pada pintu rumah si korban. Pertanyaan selanjutnya tersangka
disuruh menjelaskan mengapa benda-benda berharga milik korban ada di rumah
tersangka. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut, maka seseorang yang
5 Ibid. 6
Ibid.
xiv
bersalah biasanya akan memberikan penjelasan yang menyangkut peristiwa itu.
Apabila tersangka masih tidak mau mengakui maka penyidik dapat mengutarakan
keterangan dari saksi-saksi yang telah dimintai keterangan sebelumnya. Sehingga
diharapkan agar dengan ditunjukkannya beberapa alat bukti, tersangka tersebut
dapat mengakui atau memberikan keterangan yang sebenar-benarnya.
Cara atau teknik yang selanjutnya untuk mengatasi hambatan pada
saat melakukan interogasi adalah dengan melakukan konfrontasi. Konfrontasi
adalah salah satu teknik pemeriksaan dalam rangka penyidikan dengan cara
mempertemukan satu dengan lainnya (antara tersangka dengan tersangka, saksi
dengan saksi, tersangka dengan saksi) untuk menguji kebenaran dan persesuaian
keterangan masing-masing serta dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan
Konfrontasi7.
Teknik konfrontasi ini biasanya digunakan pada saat pemeriksaan terhadap
tersangka yang jumlahnya lebih dari satu. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
memeriksa semua tersangka secara bersamaan, namun dilakukan ditempat yang
berbeda dan dilakukan oleh beberapa penyidik. Setelah selesai dilakukan
pemeriksaan akan dilakukan analisis mengenai keterangan yang diberikan oleh
masing-masing tersangka. Selanjutnya penyidik mempertemukan antara tersangka
yang satu dengan yang lain untuk mensinkronkan jawaban atau keterangan yang
telah diberikan tersangka pada waktu pemeriksaan sebelumnya. Sehingga apabila
dijumpai keterangan yang berbeda, tersangka tersebut akan disodori keterangan
dari tersangka yang satunya lagi, dan kedua tersangka disuruh unttuk menjelaskan
7
Bareskrim Polri. 2003. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan. Jakarta: Mabes Polri. Hal:174.
xv
kembali mengenai keterangan tersebut.
Teknik pemeriksaan dengan menggunakan teknik konfrontasi tidak
hanya digunakan untuk tersangka yang lebih dari satu. Tersangka tunggal pun
juga dapat menggunakan teknik konfrontasi, yaitu dengan mempertemukan
tersangka dengan saksi. Namun di sini penyidik harus mampu meyakinkan kepada
saksi bahwa polisi mampu menjamin keamanan dari saksi itu sendiri. Kebanyakan
saski tidak mau untuk dipertemukan dengan tersangka dan memberikan
keterangan yang diketahuinya, karena saksi tersebut khawatir akan keselamatan
dirinya. Saksi takut kalau nanti tersangka sudah keluar dari penjara akan
membalas dendam kepada saksi tersebut karena dengan kesaksiannya tersangka
tersebut masuk penjara. Sehingga kebanyakan saksi tidak mau memberikan
keterangan apabila dipertemukan dengan tersangka. Untuk mengatasi hal tersebut,
penyidik harus dapat meyakinkan kepada saksi bahwa polisi akan menjamin
keamanan dan keselamatan saksi dan keluarganya.
Seorang tersangka yang telah diperiksa oleh penyidik serta ditambah
dipertemukan dengan saksi, maka tersangka tidak akan bisa mengelak, berbohong
dan berbelit-belit lagi. Teknik konfrontasi ini biasanya digunakan pada saat-saat
terakhir pemeriksaan, yaitu untuk mematahkan kebohongan tersangka pada saat
diinterogasi.
xvi
PENUTUP Kesimpulan
Teknik interogasi yang digunakan penyidik dengan menjalin keakraban
antara penyidik dengan tersangka, menanyakan pertanyaan mengenai 5W 1H,
memberikan pertanyaan dalam jumlah banyak namun intinya jawaban dari
pertanyaan tersebut adalah sama, tersangka diberikan pertanyaan yang menjebak,
tersangka disuruh menjelaskan mengenai kegiatan yang tersangka lakukan
sebelum terjadinya peristiwa, ketika dan setelah peristiwa itu terjadi, dan
kemudian penyidik menunjukkan sebagian dari alat bukti kepada, dan terakhir
mempertemukan tersangka yang satu dengan tersangka yang lain (khusus dalam
hal tersangka lebih dari satu). Dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka
selama didampingi oleh kuasa hukum tidak ada upaya paksa atau kekerasan fisik
yang dilakukan oleh penyidik. Namun dari hasil keterangan tersangka masih
dijumpai adanya kekerasan walaupun sifatnya hanya ringan, ini membuktikan
bahwa dalam prakteknya selama proses interogasi masih ada tindak kekerasan
dari aparat penyidik. Fakta seperti ini tentu sangat tidak sesuai dengan aturan
perundang-undangan terutama di dalam KUHAP Pasal 52, di mana selama proses
pemeriksaan tersangka atau terdakwa harus dijauhkan dari rasa takut, sehingga
wajib dicegah adanya paksaan atau tekanan terhadap tersangka atau terdakwa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan teknik interogasi tersebut
di atas adalah a) siapa yang menjadi interogator, b) siapa yang menjadi tersangka
dan c) jenis tindak pidana yang dilakukan. Hambatan-hambatan yang ditemui
penyidik selama proses pemeriksaan berlangsung adalah tersangka yang
xvii
belit, tidak mau memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tersangka
yang berbohong kepada penyidik.
Upaya yang dilakukan oleh penyidik untuk mengatasi hambatan-hambatan
yang ditemui penyidik selama proses pemeriksaan adalah sebagai berikut: a)
menunjukkan alat bukti yang telah dimiliki oleh penyidik kepada tersangka, b)
melakukan konfrontasi.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut : (1) Sebaiknya ada pelatihan khusus bagi
aparat penyidik Polres Boyolali agar para penyidik mempunyai
keterampilan-keterampilan dalam menghadapi berbagai macam tipe tersangka; (2) Penyidik dari
Polres Boyolali perlu untuk meningkatan pengetahuan dan kemampuan mengenai
ilmu psikologi yang ada untuk membantu proses pemeriksaan atau dalam
melakukan interogasi tersangka; (3) Seluruh aparat penegak hukum khususnya
penyidik dari Polres Boyolali harus mampu meningkatkan wawasan dan
profesinalismenya agar dalam penyidikan dapat diselesaikan tanpa melanggar
hak-hak asasi manusia dan menciptakan keadilan sesuai harapan masyarakat serta
mampu menerapkan asas peradilan cepat, sederhana dan biaya murah; (4)
Hendaknya dapat dihadirkan penasehat hukum dalam setiap pemeriksaan perkara
pidana pada tingkat penyidikan, agar kebenaran materiil sejauh mungkin dapat
terwujud, guna perlindungan hak asasi tersangka.
xviii
DAFTAR PUSTAKA
Bareskrim Polri. 2003. Buku Pedoman Pelaksanaan Tugas Bintara Polri Di Lapangan. Jakarta: Mabes Polri.
. 2010. Pedoman Penyidikan Tindak Pidana. Jakarta: Mabes Polri.
Bawengan, Gerson W. 1977. Penyidikan Perkara Pidana dan Teknik Interogasi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Prakoso, Djoko. 1986. Peranan Psikologi Dalam Pemeriksaan Tersangka Pada
Tahap Penyidikan. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.