• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi ekperimental pendingin absorbsi ammonia-air energi surya dengan katup pemisah generator dan evaporator.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi ekperimental pendingin absorbsi ammonia-air energi surya dengan katup pemisah generator dan evaporator."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI EKSPERIMENTAL PENDINGIN ABSORBSI

AMMONIA-AIR ENERGI SURYA DENGAN KATUP

PEMISAH GENERATOR DAN EVAPORATOR

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik

Program Studi Teknik Mesin

Diajukan Oleh:

RICARDO REDY HANAWIJAYA NIM: 085214045

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

EXPERIMENTAL STUDY OF ABSORPTION

REFRIGERATION AMMONIA-WATER SOLAR ENERGI

WITH SEPARATOR VALVE GENERATOR AND

EVAPORATOR

FINAL PROJECT

Presented as a partitial fulfilment of the requirement as to obtain the Bachelor of Engineering degree

in Mechanical Engineering Study Program

By:

RICARDO REDY HANAWIJAYA Student Number: 085214045

MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(3)

iii

PERSETUJUAN

Skripsi yang berjudul “Studi Eksperimental Pendingin Absorbsi Ammonia-Air

Energi Surya Dengan Katup Pemisah Generator dan Evaporator” telah disetujui

oleh dosen pembimbing untuk diujikan.

Yogyakarta, 15 Agustus 2012

Pembimbing Utama

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir ini adalah asli karya tulisan saya

dan di dalamnya tidak terdapat karya tulis yang pernah ditulis atau diterbitkan

oleh orang lain, ataupun pernah diajukan dan atau dibuat di perguruan tinggi lain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Yogyakarta, 15 Agustus 2012

Penulis,

(5)

v

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Studi eksperimental pendingin absorbsi ammonia-air energi surya dengan katup pemisah generator dan evaporator” ini telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Agustus 2102 dan dinyatakan “LULUS” dengan gelar Sarjana Teknik

PANITIA PENGUJI

Ketua : Ir. P.K. Purwadi, M.T. ………

Sekretaris : Dr. Drs. Vet. Asan Damanik, M.Si. ………

Anggota : Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. ………

Yogyakarta, 27 Agustus 2012 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Dekan,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : RICARDO REDY HANAWIJAYA

NIM : 085214045

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah dengan judul :

STUDI

EKSPERIMENTAL

PENDINGIN

ABSORBSI

AMMONIA-AIR

ENERGI

SURYA

DENGAN

KATUP

PEMISAH GENERATOR DAN EVAPORATOR

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 15 Agustus 2012 Yang menyatakan,

(7)

vii

ABSTRAK

Sistem pendingin yang ada pada saat ini umumnya menggunakan sistem kompresi uap dengan berbagai macam tipe refrijeran sintetik misalnya R-11, R-12, R-22, R-505 dan sebagainya. Selain membutuhkan energi listrik pada sistem kompresi uap ini, kebocoran akan refrijeran yang digunakan akan menimbulkan kerusakan lapisan ozon, sehingga untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan sistem pendingin sederhana yang dapat bekerja tanpa menggunakan energi listrik. Salah satu sistem pendingin tersebut adalah sistem pendingin absorbsi amonia-air energi surya. Sistem pendingin absorbsi amonia-air hanya memerlukan energi panas untuk dapat bekerja selain itu amonia dan air bukan merupakan refrijeran sintetik sehingga dampak negatif kerusakan pada lapisan ozon tidak terjadi. Tujuan penelitian ini adalah membuat model pendingin absorbsi amonia-air dengan amonia sebagai refrijeran dan meneliti unjuk kerja dan temperatur pendinginan yang dapat dihasilkan.

Dalam penelitian ini digunakan generator berfungsi juga sebagai absorber, kondensor berbentuk spiral dan evaporator. Generator ini mempunyai panjang 200 cm dan berdiameter 10 cm sedangkan katup fluida satu arah mempunyai tinggi 30 cm dan berdiameter 10 cm. Di dalam generator ini terdapat pipa celup dan pipa uap. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat adalah stainless steel. Kolektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolektor parabola silinder (Parabolic trough collectors). Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah temperatur generator (T1), temperatur kondensor (T2), temperatur evaporator (T3), temperatur kotak evaporator (T4), tekanan generator (P1), tekanan evaporator (P2), intensitas energi surya (G) dan waktu pencatatan data (t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur terendah yang dapat dicapai evaporator adalah 3°Cdan COP tertinggi dalam penelitian adalah 0,97.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi-Mu Tuhan Yang Maha Kasih atas segala berkah dan

rahmat, sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik. Tugas

akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana

Teknik untuk program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis merasakan bahwa penelitian tugas akhir ini merupakan penelitian

yang tidak mudah, dituntut keterlibatan langsung dalam pengambilan data,

pemahaman terhadap sistem alat dan persamaan yang digunakan, serta

penanggulangan yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi.

Penelitian Tugas Akhir dengan judul Studi eksperimental pendingin absorbsi ammonia-air energi surya dengan katup pemisah generator dan

evaporator ini dapat berjalan dengan baik karena adanya bantuan secara langsung maupun tidak langsung dan kerjasama dari berbagai pihak. Menyadari

hal itu, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Paulina Heruningsih Prima Rosa. S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ir. P.K. Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin.

3. Ir. P.K. Purwadi, M.T. selaku Dosen Pembimbing Akademik

4. Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir yang

telah mendampingi dan memberikan bimbingan dalam menyelesaikan

(9)

ix

5. Seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin yang telah memberikan materi

selama penulis berkuliah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Laboran (Ag. Rony Windaryawan) yang telah membantu memberikan ijin

dalam penggunakan fasilitas yang diperlukan dalam penelitian ini.

7. Rekan kerja Agustinus Supriyono, Bayu Dwi Wicaksono yang telah saling

membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

8. Orang tua dan orang-orang yang saya sayangi yang sudah mensuport saya

baik Doa maupun Tenaga dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Menyadari keterbatasan Penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini,

maka berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan

tugas akhir ini akan diterima dengan senang hati.

Akhir kata semoga karya tulis ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin

pada khususnya dan pembaca lain pada umumnya. Terima kasih.

Yogyakarta,

Penulis,

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.l Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 4

(11)

xi

BAB III. METODE PENELITIAN ... 20

3.1 Deskripsi Alat ... 20

3.2 Variabel Yang Diukur ... 23

3.3 Langkah Penelitian ... 24

3.4 Peralatan Pendukung ... 25

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 29

4.1 Data Hasil Penelitian ………... 29

4.2 Grafik dan Pembahasan ... 33

BAB V. PENUTUP ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45

(12)

xii DAFTAR TABEL

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema alat pendingin absorbsi generator horizontal

(Songko Probo, 2010)... 5

Gambar 2.2. Skema alat pendingin absorbsi generator vertikal dan evaporator tanpa receiver, (Yudhokusumo, A. S, 2011)…………..……… 6

Gambar 2.3. Skema alat pendingin absorbsi generator vertikal dan evaporator menggunakan receiver, (Gunawan, P. A.B, 2011)………...………7

Gambar 2.4. Skema alat pendingin absorbsi generator vertikal dan evaporator menggunakan receiver untuk mengetahui efek massa air dalam evaporator, (Heribertus, H. B. P, 2012)………….………...8

Gambar 2.5a. Siklus pendinginan absorbsi ...9

Gambar 2.5b. Skema diagram alir refrigerator carnot...13

Gambar 2.6. Kolektor thermosyphon plat datar ...14

Gambar 2.7. Evacuated tube collectors ...15

Gambar 2.8a. Parabolic dish collectors ...16

Gambar 2.8b. Parabolic trough collectors ...16

Gambar 2.9. Ammonia-Air ...18

Gambar 3.1. Skema alat pendingin absorbsi ...20

Gambar 3.2. Peletakan termokopel ...21

Gambar 3.3. Dimensi generator ...22

(14)

xiv

Gambar. 3.5. Variabel yang diukur………..…………...23

Gambar. 3.6. Stopwatch……….………..… 25

Gambar. 3.7. Kolektor….……….…….. 26

Gambar. 3.8. Logger……… 26

Gambar. 3.9. Termokopel……… 27

Gambar. 3.10. Manometer………. 27

Gambar 3.11. The daystar meter………... 28

Gambar 4.4a. Grafik tekanan terhadap waktu... 33

Gambar 4.4b. Diagram tekanan maksimal terhadap waktu...34

Gambar 4.5. Grafik temperatur evaporator (T3) terhadap waktu... 35

Gambar 4.6a. Grafik temperatur kotak evaporator (T4) terhadap waktu.... 35

Gambar 4.6b. Diagram suhu terendah kotak evaporator (T4) terhadap waktu...36

Gambar 4.7. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya data pertama...36

Gambar 4.8. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya data kedua... 37

Gambar 4.9. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya data ketiga... 38

Gambar 4.10. Grafik tekanan waktu, Absorbsi ammonia-air energi surya mwngunakan kondensor dan evaporator berpendingin air (Supriyono, A. 2012)...39

(15)

xv

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kebutuhan akan sistem pendingin untuk pengawetan bahan makanan,

hasil panen, hasil perikanan dan obat-obatan dan sebagainya dirasakan

semakin meningkat khususnya didaerah pedesaan dan daerah terpencil.

Sistem pendingin merupakan pelepasan kalor dari suatu substansi dengan

cara penurunan temperatur dan pemindahan panas ke substansi lainnya.

Pemakaian sistem pendingin dari keperluannya dapat dibagi menjadi dua

macam: untuk keperluan industri dan untuk membuat udara didalam

ruangan sejuk dan nyaman. Saat ini banyak refrigeran yang digunakan untuk

sistem pendingin seperti R-11, R-12, R-22, dan R-505. Dominasi

penggunaan refrigeran tersebut disebabkan karena memiliki beberapa

kelebihan misalnya kestabilan yang tinggi, tidak mudah terbakar, tidak

beracun, dan relative mudah diperoleh. Namun disamping sifat-sifat yang

menguntungkan, beberapa refrigeran terutama yang mengandung senyawa

CFC (Cloro Flouro Carbon) seperti R-11 dan R-12 mempunyai efek negatif

terhadap lingkungan seperti merusak lapisan ozon dan sifat menimbulkan

pemanasan global.

Salah satu sistem pendingin sederhana yang tidak memerlukan energi

listrik adalah sistem pendingin absorbsi ammonia-air. Pada sistem pendingin

absorbsi ammonia-air ini digunakan pipa celup yang berfungsi untuk

(17)

terserap dengan cepat oleh absorber. Sistem pendingin absorbsi

ammonia-air hanya memerlukan energi panas yang dari pembakaran kayu, bahan

bakar minyak, batubara, gas bumi dan sebagainya. Tetapi energi panas juga

dapat berasal dari buangan proses industri, biomassa, biogas atau energi dari

alam seperti panas bumi dan energi surya, selain itu ammonia dan air bukan

merupakan refrijeran sintetik sehingga resiko kerusakan alam tidak terjadi.

Desain pendingin dengan energi panas untuk negara-negara berkembang

haruslah sederhana dan mudah perawatannya dengan kata lain harus dapat

dibuat dan diperbaiki oleh industri lokal.

1.2. Batasan Masalah

Unjuk kerja alat pendingin tergantung pada unjuk kerja generator dan

evaporator. Unjuk kerja generator selain ditentukan oleh kemampuan

generator dalam menghasilkan uap pada proses pemanasan juga tergantung

pada kemampuan generator menyerap ammonia dalam air pada proses

absorbsi serta intensitas energi surya yang dipantulkan oleh kolektor ke

generator. Intensitas energi surya sangat tergantung pada letak daerah,

musim, cuaca, waktu, dll.

Pada penelitian ini digunakan generator yang berfungsi sebagai

absorber, kondensor dan evaporator serta logger yang digunakan untuk

mencatat dan menampilkan temperatur. Logger yang saya gunakan hanya

bisa menampilkan suhu terendah -5°C. Penelitian ini meneliti pengaruh

intensitas energi surya terhadap tekanan, perubahan temperatur pendinginan

(18)

kali, untuk pengambilan data proses desorbsi dilakukan tiap 15 menit pada

siang hari dan proses absorbsi dilakukan tiap 5 menit pada pagi hari.

Pengambilan data ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2012 tempat di

Kampus III Universitas Sanata Dharma Sleman, Yogyakarta. Alat yang

digunakan untuk pengambilan data tidak bisa mencatat secara otomatis.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti yaitu :

1. Membuat model pendingin absorbsi amonia-air dengan bahan yang

mudah didapatkan di pasar lokal dan dapat dikerjakan dengan teknologi

yang didukung kemampuan industri lokal.

2. Mengetahui temperatur pendinginan yang dapat dihasilkan oleh sistem

pendingin absorbsi ammonia-air.

3. Meneliti COP atau unjuk kerja yang dapat dihasilkan oleh sistem

pendingin absorbsi ammonia-air dengan tenaga surya.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini:

1. Menambah kepustakaan teknologi tentang pendingin sistem absorbsi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan untuk membuat

prototipe dan produk teknologi pendingin absorbsi yang dapat diterima di

dunia industri dan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan dan mengurangi ketergantungan penggunaan minyak bumi

(19)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian yang Pernah Dilakukan

Beberapa penelitian pendingin adsorbsi menggunakan zeolit-air

dengan energi surya mendapatkan harga COP sistem pendingin adsorbsi

surya menggunakan zeolit-air akan mendekati konstan pada temperatur

pemanasan 160℃ (Hinotani, 1983). Melakukan eksperimen sistem

pendingin adsorbsi surya menggunakan zeolit-air dan mendapatkan harga

COP sebesar 0,12 (Grenier, 1983). Meneliti pendingin adsorbsi surya

zeolit-air namun COP nya hanya 0,1 (Pons, 1986). Melakukan penelitian pada

sistem pendingin adsorbsi surya zeolit-air dengan kolektor plat datar dan

kondensor berpendingin udara mendapatkan COP sebesar 0,054

(Zhu, 1987). Melakukan penelitian dan hasilnya adalah dengan pemanasan

150℃ didapatkan energi pendinginan sebesar 250 kJ per kilogram zeolit

(Kreussler, 1999). Mendapatkan COP sebesar 0,25 dengan pemanasan

menggunakan kolektor parabola (Ramos, 2003). Penelitian-penelitian

tersebut menggunakan zeolit yang diproduksi di Jerman, Slovnaft-Czech,

dan Prancis. Melakukan penelitian sistem pendingin absorbsi ammonia air

menggunakan generator horizontal dengan variasi kadar ammonia dan

tekanan saat proses desorbsi mendapatkan COP sebesar 0,98

(Songko Probo, 2010). Melakukan penelitian sistem pendingin absorbsi

(20)

0,91 (Yudhokusumo, 2011). Melakukan penelitian sistem pendingin

absorbsi generator vertikal dan evaporator menggunakan receiver

(Budigunawan, 2011). Melakukan penelitian untuk mengetahui efek massa

air dalam evaporator terhadap unjuk kerja pendingin absorbsi ammonia-air

(Heribertus, 2012).

Berikut adalah skema alat dari penelitian Songko Probo (2010).

Gambar 2.1. Skema alat pendingin absorbsi generator horizontal

Keterangan :

1. Generator yang juga berfungsi sebagai absorber 2. Saluran masuk ammonia

3. Kondensor yang juga berfungsi sebagai evaporator 4. Manometer

(21)

Penelitian yang serupa pernah dilakukan adalah penelitian

menggunakan tabung generator vertikal dan evaporator tanpa reciver

(penampung) variabel yang divariasikan dalam penelitian tersebut adalah

variasi volume campuran ammonia-air 900 cc dan 1300 cc. Variasi bukaan

keran saat proses absorbsi sebesar 30°, 60°, dan 90° dengan volume

campuran ammonia-air 900 cc kemudian penelitian tersebut menyimpulkan

bahwa. Temperatur evaporator terendah yang dihasilkan adalah -5℃ yang

dapat bertahan selama 80 menit dan COP yang dihasilkan adalah 0.91.

Karena dalam penelitian tersebut dikatakan bahwa unjuk kerja dari alat

tersebut menurun setelah pengambilan data berulang dan penambahan

ammonia dilakukan maka dilakukan indentifikasi alat dan menemukan

bahwa ada air yang tertinggal pada evaporator yang mempengaruhi kerja

pendinginan tersebut. Berikut adalah skema alat dari penelitian

(Yudhokusumo, 2011).

(22)

Keterangan :

1. Saluran untuk menampung amonia yang akan dimasukkan ke alat.

Bagian ini bisa diganti dengan pentil saat alat akan divakum.

2. Keranball valve¾ inci

3. Pipa ¾ inci

4. Penguat katup fluida satu arah

5. Generator yang juga sekaligus sebagai absorber

6. Penguat generator

7. Manometer

8. Kondensor sekaligus evaporator

Hal ini berkembang pada penelitian Alexander Budi, P,.G, yang

menembahkan receiver pada evaporator untuk menampung air agar tidak

masuk kedalam evaporator, berikut adalah sekema alat penelitian tersebut

(Gunawan, 2011).

.

(23)

Keterangan :

Kemudian hal ini berkembang pada penelitian selanjutnya

(Heribertus, 2012) yang meneliti efek massa air dalam evaporator terhadap

unjuk kerja pendingin absorbsi ammonia-air dengan volume ammonia 30%

sebanyak 1250cc, berikut adalah sekema alat penelitian tersebut

(Heribertus, 2012).

Gambar 2.4. Skema alat pendingin absorbsi generator vertikal dan evaporator menggunakan receiver untuk mengetahui efek massa air dalam evaporator

Banyak hal yang mempengaruhi dari unjuk kerja pendinginan ini

maka sangat penting penelitian-penelitian semacam ini dilakukan agar alat

(24)

2.2 Dasar Teori

Pendingin absorbsi umumnya terdiri dari 4 (empat) komponen utama

yaitu : (1) absorber, (2) generator, (3) kondensor, (4) evaporator. Pada

penelitian ini model pendingin absorbsi yang dibuat terdiri dari tiga

komponen karena komponen absorber dan generator disatukan, komponen

kondensor dan evaporator.

Gambar 2.5a. Siklus pendinginan absorbsi

Ammonia merupakan salah satu refrijeran dalam suatu sistem

pendingin. Ammonia murni mempunyai titik didih -33,7℃ pada tekanan 1

atm dan bersifat sangat korosif terhadap tembaga dan kuningan sehingga

dalam pembuatan alat penelitian semua bahan menggunakanstainless steel.

Dalam penelitian ini digunakan campuran ammonia air karena amonia

merupakan refrijeran yang dapat melarutkan air dengan baik sehingga air

(25)

Siklus pendinginan absorbsi terdiri dari proses absorbsi (penyerapan)

refrijeran (ammonia) ke dalam absorber (air) dan proses pelepasan refrijeran

dari absorber (proses desorbsi). Proses desorbsi dan absorbsi terjadi pada

absorber (pada generator). Pada proses desorbsi generator memerlukan

energi panas untuk dapat menguapkan ammonia. Energi panas dapat berasal

dari pembakaran kayu, batubara, minyak bumi, gas alam, panas bumi,

biogas, dan sebagainya

Energi panas dari kolektor menaikkan temperatur campuran

ammonia-air yang ada dalam tabung generator. Karena ammonia mempunyai titik

didih lebih rendah dibanding air maka ammonia menguap terlebih dahulu.

Uap ammonia ini mengalir dari generator menuju ke evaporator melalui

kondensor. Di dalam kondensor uap ammonia mengalami pendinginan dan

mengembun. Cairan ammonia di evaporator mengalami ekspansi sehingga

tekanannya turun. Karena tekanan ammonia di dalam evaporator turun maka

temperaturnya pun turun hingga di bawah 0℃. Evaporator umumnya

diletakkan di kotak pendingin. Di dalam kotak pendingin diletakkan

bahan-bahan yang ingin didinginkan. Karena mendinginkan bahan-bahan-bahan-bahan tersebut

maka cairan ammonia di dalam evaporator akan menguap dan mengalir

kembali ke dalam generator melewati kondensor. Di dalam generator uap

ammonia tersebut diserap oleh air, proses ini disebut absorbsi. Siklus

tersebut akan berlangsung terus-menerus jika ada sumber panas. Selama

proses desorbsi pendinginan di dalam evaporator tidak dapat terjadi karena

(26)

Unjuk kerja pendingin absorbsi umumnya dinyatakan dengan

koefisien prestasi absorbsi (COPAbsorbsi) dan dapat dihitung dengan

persamaan :

COPabsorbsi= (1)

Kerja pendinginan dapat dihitung dengan persamaan :

Kerja pendinginan = ∆(m.h)evaporator (2)

Kerja pemanasan pada generator dapat dihitung dengan persamaan :

Kerja pemanasan =(m. Cp )tabung+ (m. Cp )ammonia+ m.hfgammonia (3)

Energi surya yang digunakan untuk menaikan temperature sejumlah

massa pada generator adalah sebesar intensitas energi surya yang diterima

oleh kolektor berbanding dengan luasan permukaan kolektornya:

Energi

surya

= G . A (4)

Sehingga untuk mengetahui efisiensi kolektor (Kolektor) dapat

diketahui dengan membandingkan kerja pemanasan untuk menaikkan

temperatur sejumlah massa pada generator berbanding terbalik dengan

(27)

ηkolektor

= (5)

dengan :

m : massa (ammonia dan tabung) yang dipanasi kolektor (kg) CP : panas jenis (ammonia dan tabung) (J/(kg.K))

Tawal : temperatur ammonia sebelum dipanasi (oC)

Takhir : temperatur ammonia setelah dipanasi (oC)

∆t : lama waktu pemanasan (menit) G : intensitas energi surya (Watt/m2) A : luas Apertur (m2)

Pada penelitian ini, analisa digunakan pendekatan siklus pendingin carnot.

Refrigerator (pendingin) Carnot

Karena proses melingkar carnot adalah reversible, maka proses dapat

dibalik. Proses yang dibalik disebut Refrigerator Carnot. Jadi refrigerator

carnot bekerja dengan kebalikan dari mesin carnot. Mesin carnot disebut

direct cycle, sedangkan refrigerator carnot disebut reversed cycle.

Refrigerator carnot menerima kerja luar (W) dan menyerap panas Q1

dari reservoir dengan (hent sink) temperature T1 serta member panas Q2 ke

reservoir panas temperature T2.

(28)

Gambar 2.5b. Skema diagram alir refrigerator carnot

Jadi dapat dibuat hubungan,

W = Q1– Q2 (1)

Koefisien performance,

COP =

= (2)

= (3)

Dari persamaan diatas 2 dan 3 dapat

(29)

2.2.1 Kolektor

Terdapat tiga jenis kolektor surya yang diklasifikasikan ke dalam

Solar Thermal Collector System dan juga memiliki korelasi dengan

pengklasifikasian kolektor surya berdasarkan dimensi dan geometri dari

receiver yang dimilikinya:

1. Flat-Plate Collectors( kolektor plat datar)

2. Parabolic Collectors( kolektor parabola )

3. Evacuated Tube Collectors(kolektor plat datar tabung vakum)

Kolektor surya plat datar bisa memanfaatkan paparan radiasi

matahari melalui sorotan langsung dan juga sebaran, tidak memerlukan

tracking matahari atau perubahan posisi mengikuti matahari dan juga

karena desainnya yang sederhana, hanya sedikit memerlukan perawatan

dan biaya pembuatan yang tidak susah. Kolektor pelat datar (Gambar 2.6)

dapat menghasilkan suhu antara 70-80oC.

(30)

Evacuated tube collectors (Gambar 2.7) menghasilkan energi

panas yang lebih tinggi dibandingkan dengan dua jenis kolektor surya

sebelumnya. Evacuated Tube Collectors memiliki efisiensi transfer

panasnya yang tinggi tetapi faktor kehilangan panasnya yang relatif

rendah. Hal ini dikarenakan fluida yang terjebak diantara absorber dan

tutupnya dikondisikan dalam keadaan vakum, sehingga mampu

meminimalisasi kehilangan panas yang terjadi secara konveksi dari

permukaan luar absorber menuju lingkungan

Gambar 2.7Evacuated Tube Collectors

Kolektor ini menggunakan cermin berbentuk parabolis untuk

merefleksikan radiasi surya dan mengkonsentrasikan energinya pada area

(31)

ini harus dapat bergerak mengikuti gerak matahari dari terbit sampai

tenggelam

Ada 2 jenis kolektor plat parabolik :

1. Parabolic dish collectors(Dish)

berguna untuk memfokuskan pantulan radiasi sinar matahari ke

satu titikreceiver(Gambar 2.8.a).

2. Parabolic trough collectors(Tabung)

berguna untuk mamfokuskan pantulan radiasi matahari ke suatu titik

memanjang yang berbentuk garis. Agar pemanasan dapat berjalan

maksimal kolektor harus di ubah posisinya tiap beberapa waktu mengikuti

paparan matahari. Jenis trough berbentuk setengah tabung memanjang.

Jenis ini dapat menghasilkan temperatur 90OC sampai 290OC dengan

efisiensi  maks 60% (pada tengah hari) maksudnya 60% energi surya

yang datang dapat dikonversi langsung menjadi panas termal dan diserap

fluida kerja (Gambar 2.8.b).

(32)

Kolektor yang dipilih untuk penelitian ini adalah kolektor

Parabolic trough collectors, karena kolektor surya jenis ini yang paling

cocok diaplikasikan pada generator yang berbentuk horizontal dan

kolektor ini mampu memfokuskan energi radiasi cahaya matahari yang

besar pada receiver ( generator ) dibandingkan dengan kedua jenis

kolektor yang lain, sehingga dengan itu diharapkan bisa menghasilkan

temperature yang tinggi. Dalam proses disorbsi atau pemanasan pada

tabung generator dibutuhkan kolektor yang befungsi untuk memantulkan

radiasi surya matahari ke generator. Kolektor surya dapat didefinisikan

sebagai sistem perpindahan panas yang menghasilkan energi panas dengan

memanfaatkan radiasi sinar matahari sebagai sumber energi utama, ketika

cahaya matahari menimpa allumunium foil pada kolektor surya, cahaya

akan di fokuskan ke sesuatu titik, dalam hal ini adalah tabung generator.

Dengan menggunakan sistem pemanasan yang terfokus maka akan dapat

meningkatkan kuantitas energi panas yang diserap oleh absorber. Berikut

ini merupakan keterangan lebih lanjut tentang sifat-sifat adsorber dan

ammonia yang digunakan.

2.2.2 Ammonia

Ammonia adalah bahan kimia dengan formula kimia NH3. Titik beku

ialah -77,74°C dan titik didihnya ialah -33.7 °C. Pada suhu dan tekanan

yang tinggi, ammonia adalah gas yang tidak mempunyai warna dan lebih

(33)

Ammonia cair terkenal dengan sifat mudah larut. Ia dapat melarutkan logam

alkali dengan mudah untuk membentuk larutan yang berwarna dan dapat

mengalirkan elektrik dengan baik. Ammonia dapat larut dalam air. Larutan

ammonia dengan air mengandung sedikit ammonium hidroksida (NH4OH).

Ammonia tidak menyebabkan kebakaran, dan tidak akan terbakar kecuali

dicampur dengan oksigen. Nyala ammonia apabila terbakar adalah hijau

kekuningan. Dan meletup apabila dicampur dengan udara. Ammonia dapat

digunakan untuk pembersih, pemutih dan mengurangi bau busuk. Larutan

pembersih yang dijual kepada konsumen menggunakan larutan ammonia

hidroksida cair sebagai pembersih utama. Tetapi, dalam penggunaanya

haruslah berhati-hati karena penggunaan untuk jangka waktu yang lama

dapat mengganggu pernafasan.

(34)

Selain pasangan adsorbsi gas ammonia-Air terdapat beberapa

pasangan pendingin adsorbsi yang lain, antara lain:

1. Air-Litium bromida

Sistem air-litium bromida banyak digunakan untuk pengkondisian udara dimana

suhu evaporasi berada di atas 0 ºC. Litium Bromida (LiBr) adalah suatu kristal

garam padat, yang dapat menyerap uap air. Larutan cair yang terjadi member tekanan

uap yang merupakan fungsi suhu dan konsentrasi larutan. Hubungan antara entalpi

dengan persentase litium-bromida dalam larutan LiBr pada berbagai suhu

larutan. Proses terjadi kristalisasi larutan LiBr-H2O, yaitu pada keadaan yang

mana larutan mengalami pemadatan. Proses yang terjadi pada wilayah melewati

batas kristalisasi akan mengakibatkan pembentukan lumpur padat dan penyumbatan

(35)

20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Deskripsi Alat

Skema alat pendingin absorbsi amonia-air dengan kotak pendingin

yang dirancang ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Skema alat pendingin absorbsi dengan kotak pendingin

Keterangan :

1. Generator 9. Katup pemisah

2. Pipa celup 10. Manometer evaporator 3. Torong pengisian 11. Kotak evaporator 4. Manometer generator 12. Evaporator

5. Katup / kran 13. Rangka pendukung evaporator 6. Water mur 14. Rangka pendukung generator 7. Kotak kondensor 15. Kolektor

(36)

Gambar 3.2 Peletakan termokoper

Keterangan :

1. Temperatur generator (T1) 2. Temperatur kondensor (T2) 3. Temperatur evaporator (T3) 4. Temperatur kotak evaporator (T4)

Berikut adalah gambar dimensi generator. Pada Gambar 3.3. dapat dilihat

ukuran generator dan ukuran katup fluida satu arah. Generator ini mempunyai

panjang 200 cm dan berdiameter 10 cm sedangkan katup fluida satu arah

mempunyai tinggi 30 cm dan berdiameter 10 cm. Di dalam generator ini terdapat

pipa celup dan pipa uap. Pipa celup berfungsi sebagai tempat masuknya

campuran ammonia-air ke dalam generator sekaligus sebagai jalan masuknya

uap ammonia saat proses absorbsi agar uap ammonia dapat bercampur dan T1

T4

(37)

terserap langsung oleh air sedangkan pipa uap berfungsi sebagai jalan masuknya

uap ammonia yang kemudian menuju ke evaporator saat proses desorbsi.

Gambar 3.3. Dimensi generator

Dimensi pipa celup ditunjukkan pada Gambar 3.4. Pipa celup sepanjang 33

cm terletak di antara generator dan katup fluida satu arah. Pipa celup ini

menggantung sepanjang 8 cm dalam generator dan 5 cm menonjol dalam katup

fluida satu arah.

(38)

Bagian dalam generator dan katup fluida satu arah pada penelitian ini

terdiri dari 4 komponen yaitu:

1. Pipa diameter 1 inci panjang 33 cm sebagai tempat masuknya campuran

amonia-air.

2. Pipa diameter ¼ inci panjang 24 cm untuk jalan uap amonia.

3. Pipa diameter 1 inci panjang 20 cm untuk jalan uap amonia.

4. Pipa diameter 1 inci panjang 23 cm yang bagian atasnya tertutup.

3.2. Variabel yang Diukur

Gambar 3.5 Variabel yang diukur

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diukur antara lain : 1. Temperatur generator (T1)

2. Temperatur kondensor (T2) 3. Temperatur evaporator (T3) 4. Temperatur kotak evaporator (T4) 5. Tekanan generator (P1)

(39)

3.3 Langkah Penelitian

Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode langsung

yaitu penulis mengumpulkan data dengan menguji langsung alat yang telah

dibuat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian diawali dengan penyiapan alat seperti Gambar 3.1

2. Alat dipasang termokopel pada tempat yang akan diukur suhunya

3. Alat divakumkan menggunakan pompa vakum

4. Alat diisi dengan campuran amonia-air dengan kadar konsentrasi 30%

5. Pengambilan data dilakukan dengan volume campuran amonia-air,

bukaan keran saat proses absorbsi, dan keran terbuka penuh saat proses

pendinginan.

6. Pengambilan data dilakukan setiap 15 menit dengan mencatat suhu di

setiap titik pada proses desorbsi dan pengambilan data dilakukan setiap 5

menit dengan mencatat suhu di setiap titik pada proses absorbsi.

7. Data yang dicatat saat proses desorbsi adalah waktu (t), tekanan

generator (P1), tekanan evaporator (P2), temperatur generator (T1),

temperatur kondensor (T2), temperatur evaporator (T3), temperatur kotak

evaporator (T4), intensitas energi surya (G) sedangkan data yang dicatat

saat proses absorbsi adalah waktu (t), tekanan evaporator (P2),

temperatur generator (T1), temperatur kondensor (T2), temperatur

(40)

Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan

pada parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan

(1).Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik hubungan :

1. Hubungan tekanan (P) terhadap waktu

2. Hubungan temperatur evaporator (T3) terhadap waktu

3. Hubungan temperature terendah dalam kotak evaporator (T4) terhadap

waktu

4. COP rata-rata setiap data

3.4 Peralatan Pendukung

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :

a. Stopwatch

Alat ini digunakan untuk mengukur waktu pencatatan tekanan dan

temperatur.

(41)

b. Kolektor

Alat ini digunakan untuk memantulkan energi surya dalam

memanaskan generator saat proses desorbsi.

Gambar 3.7. Kolektor

c. Penampil (Logger)

Logger digunakan untuk mencatat dan menampilkan temperatur di

setiap titik dari termokopel.

(42)

d. Termokopel

Termokopel digunakan untuk mengukur temperatur yang

dihubungkan kelogger.

Gambar 3.9. Termokopel

e. Manometer

Manometer digunakan untuk mengukur tekanan evaporator.

(43)

f. The daystar meter

The daystar meterdigunakan untuk mencatat dan menampilkan

intensitas energi surya.

(44)

29 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Hasil Penelitian

Pengambilan data pada penelitian pendingin absorbsi ammonia-air

menggunakan pipa celup 80 mm dengan tiga kali pengambilan data untuk

mengetahui unjuk kerja alat absorbsi tenaga surya

Tabel 4.1. Pengambilan data pertama tanggal 23 Juli 2012

No Waktu

1 0 0,00 0,00 32 19 16 19 930 proses desorbsi

2 15 0,75 0,75 34 22 19 20 954

18 245 0,00 5,25 24 24 19 20 0,98 proses absorbsi

19 250 0,00 0,50 21 24 3 17 0,94

20 255 0,00 0,50 21 24 5 18 0,95

21 260 0,00 0,50 21 22 9 19 0,96

22 265 0,00 0,50 21 24 10 18 0,96

(45)

Tabel 4.1. Pengambilan data pertama tanggal 23 Juli 2012 (lanjutan)

Tabel 4.2. Pengambilan data kedua tanggal 24 juli 2012

No Waktu Tekanan(bar) Suhu (˚C) COP

intensitas energi

surya Keterangan

P1 P2 T1 T2 T3 T4 (Watt/m²)

1 0 0,00 0,00 26 20 19 21 705 proses desorbsi

(46)

Tabel 4.2. Pengambilan data kedua tanggal 24 juli 2012 (lanjutan)

No Waktu Tekanan(bar) Suhu (˚C) COP

intensitas energi

surya Keterangan

P1 P2 T1 T2 T3 T4 (Watt/m²)

14 195 6,00 6,00 82 37 30 27 119

15 200 0,00 5,00 21 20 21 20 0,86 proses absorbsi

16 205 0,00 0,50 20 20 13 20 0,85

Tabel 4.3. Pengambilan data ketigatanggal 26 juli 2012

(47)

Tabel 4.3. Pengambilan data ketiga tanggal 26 juli 2012 (lanjutan)

No Waktu Tekanan(bar) Suhu (˚C) COP

Intensitas

17 230 0,00 5,25 24 19 20 22 0,87 proses absorbsi

18 235 0,00 0,60 22 20 12 20 0,86

P1 : Tekanan generator (bar)

P2 : Tekanan evaporator (bar)

T1 : Temperatur generator (℃)

T2 : Temperatur kondensor (℃)

T3 : Temperatur evaporator (℃)

T4 : Temperatur kotak evaporator (℃)

(48)

4.2. Grafik dan Pembahasan

Variasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengambilan data

sebanyak 3 kali dengan volume ammonia yang sama,karena untuk melihat

perbandingan pengaruh massa air dalam evaporator terhadap unjuk kerja

pada alat ini . Dan Tabel data di atas merupakan proses perubahan suhu dan

tekanan dari waktu kewaktu, dari hasil tabel diatas dapat dilihat pada grafik

– grafik perbandingan dari ke 3 (tiga) data dibawah ini:

Hubungan tekanan.terhadap waktu ketiga data.

(49)

Gambar 4.4b. Diagram tekanan maksimal terhadap waktu

Dapat dilihat pada Gambar 4.4a Tekanan dari ketiga data sangat

bervariasi, pada data pertama (garis warna hitam) dapat dilihat waktu yang

dibutuhkan untuk menempuh keseluruhan dari proses desorbsi –

pendinginan generator – sampai proses absorbsi kurang lebih 170 menit

dengan tekanan tertinggi saat proses desorbsi 8 bar, kemudian data kedua

(garis warna kuning) untuk melewati ketiga proses tersebut menempuh

waktu kurang lebih 150 menit dengan tekanan tertinggi saat proses desorbsi

7,9 bar, data ketiga (garis warna hijau) menempuh waktu terlama dalam

melewati tiga proses ini dengan waktu 140 menit dengan tekanan tertinggi

(50)

Hubungan temperatur evaporator terhadap waktu ketiga data.

Gambar 4.5. Grafik temperatur evaporator (T3) terhadap waktu

Dapat dilihat pada Gambar 4.5 pendinginan terbaik terjadi pada data

pertama dengan temperatur pada evaporator 3oC dalam waktu 5 menit,

sedangkan pada data kedua temperatur pada evaporator 11oC dalam waktu 5

menit dan data ketiga temperatur pada evaporator 12oC dalam waktu 10

menit.

Hubungan Temperatur terendah udara dalam kotak (T4)

(51)

Gambar 4.6b. Diagram temperatur terendah kotak evaporator (T4) terhadap

waktu

Dapat dilihat pada Gambar 4.6a temperatur bak evaporator (T4)

terendah terjadi pada temperatur 17oC selama 5 menit pada data pertama,

sedangkan pada data kedua temperatur bak evaporator 20oC selama 70

menit dan pada data ketiga temperatur bak evaporator 20oC selama 5 menit.

Gambar 4.7. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya pada

(52)

Dapat dilihat pada Gambar 4.7. bahwa intensitas energi surya tertinggi

mencapai 1015 Watt/m2 dan tekanan tertingi mencapai 8 bar. Ini

dikarenakan cuaca yang cerah dan agak berawan. Proses desorbsi dihentikan

pada tekanan 8 bar pada menit 240 dengan intensitas energi surya 902

Watt/m2. Karena tekanan tidak naik dan katup pemisah generator dan

evaporator ditutup.

Gambar 4.8. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya

pada data kedua

Dapat dilihat pada Gambar 4.8. bahwa intensitas energi surya tertinggi

mencapai 1046 Watt/m2 dan tekanan tertingi mencapai 7,90 bar. Akan

tetepi tekanan turun menjadi 6 bar dikarenakan intensitas energi surya

menurun 119 Watt/m2, ini dikarenakan cuaca mendung. Proses desorbsi

dihentikan pada tekanan 6 bar dan katup pemisah generator dan evaporator

(53)

Gambar 4.9. Grafik hubungan antara tekanan dan intensitas energi surya pada

data ketiga

Dapat dilihat pada Gambar 4.9. bahwa intensitas energi surya tertinggi

mencapai 1013 Watt/m2 dan tekanan tertingi mencapai 8,00 bar pada menit

150. Akan tetepi tekanan turun menjadi 7 bar dikarenakan intensitas energi

surya menurun 175 Watt/m2 pada menit 225, sehingga proses desorbsi

dihentikan pada tekanan 7 bar dan katup pemisah generator dan evaporator

(54)

Gambar 4.10. Grafik tekanan terhadap waktu, Absorbsi ammonia-air energi

surya menggunakan kondensor dan evaporator berpendingin

air (Supriyono, 2012)

Dapat dilihat pada Gambar 4.10. Tekanan dari ketiga data sangat

bervariasi, pada data pertama (garis warna hitam) dapat dilihat waktu yang

dibutuhkan untuk menempuh keseluruhan dari proses desorbsi – pendinginan

generator – sampai proses absorbsi kurang lebih 60 menit dengan tekanan saat

proses desorbsi 3,8 bar, kemudian data kedua (garis warna kuning) untuk proses

tersebut menempuh waktu kurang lebih 165 menit dengan tekanan tertinggi saat

proses desorbsi 10,9 bar, data ketiga(garis warna hijau) proses ini ditempuh dalam

(55)

Gambar 4.11. Grafik temperatur evaporator (T3) terhadap waktu, Absorbsi

ammonia-air energi surya menggunakan kondensor dan

evaporator berpendingin air (Supriyono, 2012)

Pada Gambar 4.11., dapat dilihat bahwa pendinginan yang terjadi

pada data yang pertama dapat mencapai suhu 14°C selama 10 menit, serta

pada data kedua suhu mencapai -5°Cselama45 menit (tergambar dapa garis

warna kuning),pendinginan pada data ketiga dapat mencapai suhu 3°C

(56)

Gambar 4.12. Grafik Perbandingan COP rata-rata semua Data

COP atau unjuk kerja pada penelitian ini dihitung menggunakan

persamaan (1). Dari ke tiga data yang diambil, COP tertinggi yang diperoleh

adalah 0,97 yaitu pada data pertama, dua, dan ketiga, menggunakan volume

ammonia-air yang sama 10.000cc. Berdasarkan data yang dihasilkan, dapat

diketahui bahwa proses pendinginan telah berlangsung ditandai turunnya

temperatur evaporator saat proses absorbsi. Pendinginan dengan

menggunakan siklus absorbsi berlangsung dalam beberapa proses yaitu :

1. Proses desorbsi yaitu proses pelepasan ammonia dari absorber (air) saat

generator dipanaskan.

2. Proses kondensasi yaitu proses pendinginan dan pengembunan uap

ammonia yang terdesorbsi menjadi ammonia cair. Ammonia cair yang

(57)

3. Proses absorbsi yaitu proses penyerapan ammonia oleh absorber (air).

Saat proses absorbsi berlangsung, kalor di sekitar evaporator akan

terserap. Proses penyerapan kalor ini akan menyebabkan temperatur

(58)

43 BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan beberapa

hal :

1. Telah berhasil dibuat alat pendingin absorbsi ammonia-air.

2. Temperatur evaporator terendah yang dapat dicapai adalah 3oC.

3. COP atau unjuk kerja tertinggi yang dapat dicapai adalah 0,97 yaitu pada

data pertama, dua dan ketiga.

5.2 Saran

1. Proses pendinginan sistem absorbsi membutuhkan tekanan yang tinggi

(20 bar). Untuk itu dapat dibuat alat pendingin absorbsi yang tahan

tekanan tinggi (melawati beberapa pengujian tekanan udara 5 bar dan air

40 bar ).

2. Perancangan pipa celup dan pipa uap yang tepat untuk volume campuran

ammonia-air yang lebih banyak sehingga dapat menyerap kalor lebih

banyak.

3. Sebaiknya digunakan keranneedle valvekarena keran jenis ini mempunyai

seal valve yang tahan panas dan mampu menahan tekanan tinggi. sehingga

dapat mengurangi/meminimalisir eror pada sistem pendingin (kebocoran

(59)

4. Bagi peneliti lain yang akan meneliti absorbsi energi surya sebaiknya

dilakukan pada musim kemarau pada bulan april-oktober karena intesitas

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, P. A. (2011). Pendingin Absorbsi Amonia-air dengan kapasitas 1300 cc

menggunakan pipa celup 85 mm. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Grenier, Ph. (1983), Experimental Result on a 12 m3 Solar Powered Cold Store

Using the Intermittent Zeolite 13x-Water Cycle. Solar World Congress,

Pergamon Press, pp. 353-358, 1984.

Harianto, Budi. (2010). Pengaruh Kadar Amonia Pada Unjuk Kerja Alat

Pendingin Absorbsi Amonia-Air,Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

Heribertus, H. B. P (2012). Efek massa air dalam evaporator terhadap unjuk kerja

pedingin absorbsi amonia-air, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma

.

Hinotani, K, (1983), Development of Solar Actuated Zeolite Refrigeration

System. Solar World Congress, Vol.1, Pergamon Press, pp. 527-531.

http://analismendez.blogspot.com/. (2008), “Analisa Amonia Dalam Air”. Diakses

tanggal 4 Agustus 2012.

http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=16&submit.x=15&submit.y=27&qual=

high&submitval=next&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fmesn%2F2008%2Fji

unkpe-ns-s1-2008-24403002-9962-boiler_surya-chapter2.pdf. Diakses

tanggal 4 Agustus 2012.

Kreussler, S (1999), Experiments on Solar adsorption refrigeration Using Zeolite

and Water. Laboratory for Solar Energy, University of Applied Sciences

Germany.

Pons, M. (1986), Design of solar powered solid adsorption ice-maker. ASME J. of

Solar Engineering, 108, 327-337, 1986.

Ramos, Miguel (2003), Evaluation Of A Zeolite-Water Solar Adsorption

Refrigerator. ISES Solar World Congress (june, 14-19, 2003), Goteborg,

(61)

Sudrajat, P. A. (2012) Studi Eksperimental Pendinginan Adsorbsi Amonia-CaCl2

Energi Surya Menggunakan Perbandingan Amonia-CaCl2 0,4. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Supriyono, A. (2012) Studi Eksperimental Absorbsi Ammonia-air Energi Surya

Menggunakan Kondensor dan Evaporator Berpendingin Air. Yogyakarta:

Universitas Sanata Dharma.

Songko Probo, P. A. (2010). Pendingin Absorbsi Amonia-Air Generator

Horisontal Tercelup, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Werlin, S. Naingsolan (1976), Teori Soal Penyelesaian Termodinamika. Bandung.

Yudhokusumo, A. S. (2011). Pendingin Absorbsi Amonia-air kapasitas 900cc

Menggunakan pipa celup 17 cm. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Zhu, Z. (1987), Testing of a Solar Powered Zeolite-Water Refrigeration. M. Eng.

(62)

LAMPIRAN

Proses desorbsi

(63)

Manometer saat desorbsi

(64)

Kontruksi pipa celup

(65)

Proses desorbsi

(66)

vii

ABSTRAK

Sistem pendingin yang ada pada saat ini umumnya menggunakan sistem kompresi uap dengan berbagai macam tipe refrijeran sintetik misalnya R-11, R-12, R-22, R-505 dan sebagainya. Selain membutuhkan energi listrik pada sistem kompresi uap ini, kebocoran akan refrijeran yang digunakan akan menimbulkan kerusakan lapisan ozon, sehingga untuk mengatasi permasalahan ini dibutuhkan sistem pendingin sederhana yang dapat bekerja tanpa menggunakan energi listrik. Salah satu sistem pendingin tersebut adalah sistem pendingin absorbsi amonia-air energi surya. Sistem pendingin absorbsi amonia-air hanya memerlukan energi panas untuk dapat bekerja selain itu amonia dan air bukan merupakan refrijeran sintetik sehingga dampak negatif kerusakan pada lapisan ozon tidak terjadi. Tujuan penelitian ini adalah membuat model pendingin absorbsi amonia-air dengan amonia sebagai refrijeran dan meneliti unjuk kerja dan temperatur pendinginan yang dapat dihasilkan.

Dalam penelitian ini digunakan generator berfungsi juga sebagai absorber, kondensor berbentuk spiral dan evaporator. Generator ini mempunyai panjang 200 cm dan berdiameter 10 cm sedangkan katup fluida satu arah mempunyai tinggi 30 cm dan berdiameter 10 cm. Di dalam generator ini terdapat pipa celup dan pipa uap. Bahan yang digunakan dalam pembuatan alat adalah stainless steel. Kolektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolektor parabola silinder (Parabolic trough collectors). Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah temperatur generator (T1), temperatur kondensor (T2), temperatur evaporator (T3), temperatur kotak evaporator (T4), tekanan generator (P1), tekanan evaporator (P2), intensitas energi surya (G) dan waktu pencatatan data (t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur terendah yang dapat dicapai evaporator adalah 3°Cdan COP tertinggi dalam penelitian adalah 0,97.

Gambar

Tabel 4.1.Pengambilan data pertama tanggal 23 juli 2012 …………….28
Gambar 4.11.Grafik perbandingan COP rata-rata semua data...................41
Gambar 2.1. Skema alat pendingin absorbsi generator horizontal
Gambar 2.2. Skema alat pendingin absorbsi generator vertikal dan vaporatortanpa receiver
+7

Referensi

Dokumen terkait

QOLBU INSAN MULYA (QIM) JL. PERMATA BLORA JL. PKU AISYIYAH BOYOLALI JL. DERA AS-SYIFA JL. BHAKTI ASIH BREBES JL. DEDY JAYA JL. MUHAMMADIYAH SITI AMINAH JL. ALLAM MEDICA BUMIAYU

Mengidentifikasi tingkat kecemasan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan sebelum diberikan asuhan antenatal dengan antenatal care education pada

Bagi guru,pentingnya proses berpikir kreatif dalam memecahkan masalah matematika Berdasarkan Adversity Quotient (AQ) siswa untuk mengenali dan memahami bakat

Based on the result, it could be said that “Kotak Pos” game was effective game to teach English vocabulary mastery to the fifth grade students of SD N Banyuurip 02 Pati in

demikian maka meskipun tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat kristalinitas terhadap aktivitas katalis tetapi dapat diketahui bahwa perlakuan pengembanan

 Inflasi terjadi karena kenaikan harga secara umum yang ditunjukkan oleh naiknya beberapa indeks kelompok pengeluaran, yaitu: Kelompok Bahan Makanan sebesar 1,35

yang bisa disebut dengan Quality Satisfaction Score (QSS), kepuasan terhadap harga yang mereka bayar atau disebut dengan Value Satisfaction Score (VSS), dan Perceived Best (PB)

Namun dari studi meta analisis ini disimpulkan bahwa kombinasi terapi TACE dan sorafenib dapat berpengaruh signifikan dalam meningkatkan angka TTP, OS, dan ORR pada