• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh faktor profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba : studi empiris pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh faktor profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba : studi empiris pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di BEI."

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi

dan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mempe roleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Galih Taufan Aringga Pratomo 082114138

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi dan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Galih Taufan Aringga Pratomo 082114138

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

A. Motto

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh

kepercayaan, kamu akan menerimanya.” (Matius 21:22)

“Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan

dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun

tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni.”

(Lukas 6:37-42).

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala

ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah

hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada

kekayaannya itu.” (Lukas 12:15)

B. Persembahan

Tulisan ini dipersembahkan untuk:

Negara Republik Indonesia…

Keluargaku terutama ayah dan ibu…

Seluruh pihak yang membutuhkan…

Kekasihku Dian Aning beserta keluarga…

(6)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI-PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi saya dengan judul:

PENGARUH FAKTOR PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi dan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI) dan dimajukan untuk diuji tanggal 28 Agustus 2013 adalah hasil karya saya.

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,

(7)

vi

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Galih Taufan Aringga Pratomo

NIM : 082114138

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: PENGARUH FAKTOR PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi dan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perusahaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan tidak mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis perlu meminta izin dari penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 30 Agustus 2013 Yang menyatakan,

(8)

vii

Puji syukur kepada Yesus Kristus yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGARUH FAKTOR PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA. Skripsi ini merupakan studi empiris diperusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri, serta merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi Program Studi Akuntansi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari peranan berbagai pihak yang dengan tulus ikhlas membantu, membimbing, memotivasi, dan memberikan dukungan kepada penulis. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Herry Maridjo, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Drs. Y.P, Supardiyono, M.Si., Akt., Q.I.A., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

3. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto , M.Si., Akt., QIA, selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu dalam membantu dan membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Ir. Rachmat Pratomo dan Anastasia Suparmi selaku orangtua yang telah mendoakan, mendukung dan membiayai hingga terselesaikannya skripsi ini.

(9)

viii

7. Dian Aning Pratami yang selalu memotivasi penulis supaya terselesaikan skripsi ini 8. Segenap dosen pengajar Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 9. Segenap karyawan sekretariat dan perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

10. Seluruh karyawan Pojok BEJ Sanata Dharma Yogyakarta

11. Teman-teman Akuntansi 2008 yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini terutama Deby, Sisilia, Vincent, Dian Micilia, Anang, Dimas, Diaz, Yoga.

12. Dan berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk skripsi ini agar lebih baik. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 31 Agustus 2013 Penulis

(10)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Laporan Keuangan ... 7

1. Pengertian Laporan Keuangan ... 7

2. Jenis-jenis Laporan Keuangan ... 10

3. Distorsi Laporan Keuangan ... 12

B. Laba ... 12

1. Definisi Laba ... 12

2. Karakteristik Laba Akuntansi ... 14

3. Tujuan Pelaporan Laba ... 15

C. Teori Keagenan ... 16

(11)

x

1. Pola Manajemen Laba ... 21

F. Perataan Laba ... 24

1. Definisi Perataan Laba ... 24

2. Jenis-jenis Perataan Laba ... 26

3. Sasaran Praktik Perataan Laba ... 27

4. Tujuan Perataan Laba ... 28

5. Motivasi Manajemen Melakukan Perataan Laba ... 29

6. Kendala yang Menjadi Motivasi Perataan Laba ... 31

7. Teknik Perataan Laba ... 31

8. Mendeteksi PerataanLaba ... 33

G. Profitabilitas... 34

H. Leverage ... 36

I. Ukuran Perusahaan ... 38

J. Pengembangan Hipotesis ... 38

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Perataan Laba ... 38

2. Pengaruh Leverage Terhadap Perataan Laba ... 39

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Perataan Laba . 40 BAB III METODE PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian dan Tempat Penelitian ... 41

B. Jenis Data ... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 41

D. Populasi dan Sampel ... 42

E. Data Panel ... 42

F. Metode Logistic Regression ... 43

G. Pemodelan ... 44

H. Variabel Penelitian ... 44

I. Metode Analisis Data ... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 52

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 74

(12)

xi

2. Analisis Deskriptif ... 75

3. Analisis Kelayakan Model ... 75

4. Analisis Uji Keseluruhan Model ... 76

5. Uji Hipotesis Simultan... 77

6. Uji Hipotesis Parsial ... 78

7. Analisis Koefisien Determinasi ... 79

B. Pembahasan ... 82

BAB VI PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Keterbatasan Penelitian ... 88

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

xii

Halaman

Tabel 5.1 : Klasifikasi Sampel Berdasarkan jenis Industri dan Indeks Eckel ... 74

Tabel 5.2 : Analisis Deskriptif Keseluruhan Perusahaan yang Menjadi Sampel .. 74

Tabel 5.3 : Hasil Uji Kelayakan Model ... 75

Tabel 5.4 : Tabel Number 0... 76

Tabel 5.5 : Tabel Number 1... 77

Tabel 5.6 : Hasil Uji Hipotesis Secara Simultan ... 78

Tabel 5.7 : Hasil Uji Hipotesis Secara Parsial ... 80

Tabel 5.8 : Hasil Pengujian Koefisien Determinasi ... 81

(14)

xiii

Halaman

LAMPIRAN I : Daftar Perusahaan dan kode perusahaan ... 93

LAMPIRAN II : Perhitungan Indeks Eckel... 94

LAMPIRAN III: Data Perusahaan Sampel ... 98

(15)

xiv

PENGARUH FAKTOR PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi

dan Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di BEI Galih Taufan Aringga Pratomo

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Penelitian ini melibatkan 43 perusahaan yang terdaftar pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di bursa efek Indonesia dengan mengambil 3 tahun penelitian mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Penelitian ini menggunakan Indeks Eckel untuk mengklasifikasikan perusahaan yang melakukan atau tidak melakukan praktek perataan laba. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perataan laba, profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan. Analisa statistik yang digunakan adalah dengan uji regresi logistik. Hasil dari uji regresi logistik secara simultan profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan mempengaruhi perataan laba. Hasil uji regresi logistik secara parsial variabel profitabilitas dan leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik perataan laba.

(16)

xv

An Empirical Study on Manufacturing Industry of Consumer Goods and Miscellaneous Sector Listed on The Indonesia Stock Exchange

Galih Taufan Aringga Pratomo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research aims to find out whether the profitability, leverage and firm size a positive effect on the income smoothing practice. This research involved 43 companies of manufacturing industry within the consumer good and miscellaneous sectors listed in the Indonesia Stock Exchange during 2009 to 2011. This Research employs Ecke lindex to classify company that does or does not practice income smoothing. Variables examined in this research was income smoothing, profitability, leverage and the firm size. The statistical analysis employed was the logistic regression. The results of simultaneous logistic regression shows that the variable of profitability leverage and firm size do affecting the income smoothing, while the results of partial logistic regression shows that the variable of profitability and leverage do positively effecting the income smoothing practices, while the variable of firm size has no effect on the income smoothing practices.

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan gambaran kondisi perusahaan yang berisikan informasi-informasi penting yang digunakan oleh manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah, pemasok, konsumen dan masyarakat untuk mengambil keputusan. Pada perkembangannya, penggunaan informasi akuntansi telah menyebabkan timbulnya perilaku manipulatif terutama dari kalangan manajer yang kinerjanya diukur beradasarkan informasi tersebut.

(18)

“earnings power” perusahaan di masa yang akan datang.

Barnea, Ronen dan Sadan (1976) dalam Budhijono (2006) menyatakan perataan laba dilakukan oleh manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa mendatang. Praktik perataan laba pada intinya ini dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajer. Tujuan manajer melakukan perataan laba antara lain mencapai keuntungan pajak, memperoleh kesan baik, memperoleh kemakmuran.

Motif manajer dalam meratakan laba yaitu bonus, kontrak hutang jangka panjang, politik, pajak, pergantian jabatan, penawaran saham perdana. Tujuan dan alasan yang melatar belakangi manajemen melakukan perataan laba, tetap saja tindakan tersebut dapat merubah kandungan informasi atas laba yang dihasilkan perusahaan. Perubahan kandungan informasi atas laba perlu diwaspadai oleh pengguna laporan keuangan, karena informasi yang telah mengalami penambahan atau pengurangan tersebut dapat menyesatkan pengambilan keputusan yang akan diambil, tidak jarang perilaku seseorang menunjukkan perilaku oportunis dalam praktik akuntansi, yaitu perilaku mencari keuntungan pribadi, hal ini telah diungkapkan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang lebih dikenal dengan teory agency (Lako, 2011).

(19)

manajer dapat menimbulkan asimetri informasi dimana individu-individu memaksimalkan kepentingan individu, karena manajer mempunyai informasi yang lebih lengkap daripada pemegang saham, maka manajer dapat berperilaku yang tidak semestinya demi memaksimumkan kepentingan diri sendiri. Menurut Lako (2011) dalam beberapa survey akuntansi menunjukkan bahwa konflik kepentingan menjadi pengaruh manajemen laba.

Praktik perataan laba merupakan salah satu tindakan yang umum dilakukan oleh manajer, karena praktik seperti ini dapat mempengaruhi pengambilan keputusan khususnya pada pihak eksternal. Usaha manajer melakukan perataan laba dibedakan menjadi dua yaitu usaha memaksimumkan atau meminimumkan laba untuk mengurangi fluktuasi laba. Kegiatan perataan laba merupakan usaha untuk mengurangi fluktuasi laba agar laba dalam suatu periode tidak terlalu berbeda dengan laba pada periode sebelumnya.

(20)

yang berjudul analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa efek Jakarta, yang membedakan skripsi ini dengan penelitian sebelumnya, dari segi variabel independen penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen: jenis usaha,ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas, sedangkan dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan, dari segi objek: objek penelitian sebelumnya

yaitu perusahaan manufaktur sedangkan penelitian ini hanya mengambil perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri,dan dari segi proxy variabel indepen: proxy yang digunakan penelitian sebelumnya adalah total aktiva, ROA, total aset dan leverage operasi sedangkan penelitian ini menggunakan ROA untuk variabel profitabilitas, DTAR untuk variabel leverage dan Ln total aktiva untuk variabel ukuran perusahaan.

(21)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap praktik perataan laba. D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pihak-pihak yang memiliki kepentingan kaitannya dengan penelitian ini antara lain hasil penelitian ini diharapkan memberi gambaran perlakuan informasi laba. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mengetahui kebijakaan manajer dalam melakukan praktik perataan laba. Bagi kalangan akademisi yang melakukan penelitian dengan topik sejenis, diharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi tambahan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi 6 bab yang meliputi: Bab 1: Pendahuluan

Bab pendahuluan berisikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Landasan Teori

(22)

pengembangan hipotesis.

Bab III: Metode Penelitian

Bab metode penelitian berisikan metode yang digunakan dalam penelitian ini. Uraian bab ini berisikan jenis penelitian, tempat penelitian teknik pengumpulan data, jenis data, populasi dan sampel, pemilihan sampel, pemodelan, variabel penelitian dan metode analisis data.

Bab IV: Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab gambaran umum objek penelitian ini berisi penjelasan tentang garis besar objek yang diteliti, seperti sejarah perusahaan, bidang usaha, alamat kantor dan sebagainya.

Bab V: Analisis Data dan Pembahasan

Bab analisis data dan pembahasan berisi deskripsi data, analisis data, hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari analisis faktor-faktor profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan serta pengaruh terhadap tindakan perataan laba.

Bab VI: Penutup

(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan dibahas landasan teori yang mendasari pemikiran dalam membahas dan menyelesaikan permasalahan penelitian. Bab landasan teori berisikan pembahasan tentang laporan keuangan, laba, teori keagenan, asimetri informasi, manajemen laba, perataan laba, pengertian profitabilitas, pengertian leverage dan pengertian ukuran perusahaan dan pengembangan hipotesis. Bab ini menjadi dasar teori dari penelitian ini.

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan gambaran dari kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau pada periode tertentu. Jenis laporan keuangan yang lazim dikenal yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal serta catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai kondisi dan prestasi ekonomi suatu perusahaan.

(24)

menyebabkan media laporan keuangan menjadi penting. Laporan keuangan inilah yang menjadi sarana informasi bagi pengguna dalam mengambil keputusan. Laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha perusahaan dalam satu periode, dan arus dana (kas) dalam periode tertentu. Berikut ini adalah pengguna laporan keuangan:

a. Penanam modal (Investor)

Para investor berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Investor membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

b. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja.

c. Pemberi pinjaman

(25)

d. Pemasok dan kreditor

Pemasok dan Kreditor tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.

e. Pelanggan

Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.

f. Pemerintah dan lembaga

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

g. Masyarakat

(26)

perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2. Jenis-jenis Laporan Keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan terdiri dari: a. Neraca

Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal suatu perusahaan, agar mudah dipahami oleh pengguna informasi akuntansi, unsur-unsur laporan keuangan dikelompokkan menurut jenis dan likuiditasnya. Informasi utama dalam neraca adalah aset yaitu segala sesuatu yang dimiliki perusahaan yang memiliki nilai ekonomis, dan berasal dari transaksi masa lalu. Kewajiban yaitu segala pengorbanan ekonomis dimasa yang akan datang dari hasil transaksi atau kejadian di masa sekarang sedangkan ekuitas yaitu nilai aset dikurangi kewajiban.

b. Laporan laba rugi

(27)

pengeluaran operasional perusahaan. Laporan laba rugi dibuat dalam dua bentuk yaitu single step dan multiple step.

c. Laporan arus kas

Laporan arus kas merupakan laporan keuangan yang berisi informasi aliran kas masuk dan aliran kas keluar dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Informasi ini penyajiannya diklasifikasikan menurut jenis kegiatan yang menyebabkan terjadinya arus kas masuk dan kas keluar. Kegiatan perusahaan umumnya terdiri dari tiga jenis yaitu kegiatan operasional, kegiatan investasi serta kegiatan keuangan.

d. Laporan perubahan modal

Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang menyajikan perubahan keadaan modal pada suatu periode. Hal-hal yang mengubah posisi keuangan adalah laba atau rugi yang sedang dialami perusahaan. Umumnya perusahaan sedang menanggung rugi maka modal berkurang sebaliknya jika perusahaan memperoleh laba maka modal akan bertambah.

e. Catatan atas laporan keuangan

(28)

Catatan atas laporan keuangan ini juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dari komponen laporan keuangan lainnya. Informasi yang disajikan dalam ke empat laporan tersebut harus secara bersama-sama dengan informasi yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. 3. Distorsi Laporan Keuangan

Distorsi laporan keuangan adalah penyimpangan informasi dari laporan keuangan terhadap realitas usaha sebenarnya. Distorsi ini timbul dari sifat akuntansi akrual yang meliputi standar, kesalahan estimasi, keseimbangan antara relevan dan andal serta kebebasan dalam aplikasinya. Distorsi akuntansi muncul dalam tiga bentuk yaitu kesalahan estimasi manajemen, window dressing, manajemen laba, standar akuntansi yang gagal dalam

menangkap realitas ekonomi. B. Laba

1. Definisi Laba

(29)

representatif dalam jangka panjang dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Pengertian laba secara konvensional adalah nilai maksimum yang dapat dibagi atau dikonsumsi selama satu periode akuntansi dimana keadaan pada akhir periode masih sama seperti pada awal periode. Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada FASB yang disebut dengan laba komprehensif karena lebih umum dan cakupannya lebih luas. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha selama periode tertentu. Earning merupakan pengertian yang paling sempit sedangkan laba komprehensif merupakan pengertian paling luas. Pengertian laba yang dianut oleh struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih pengukuran pendapatan dan biaya.

(30)

oleh kenaikan biaya hidup. Money income, yang menunjukkan kenaikan nilai sumber-sumber ekonomi yang digunakan konsumsi yang sesuai dengan biaya hidup.

2. Karakteristik Laba Akuntansi

Laba akuntansi berbeda dengan laba ekonomi, lba akuntansi memiliki karakteristik yang berbeda dengan laba ekonomi. Belkaoui (1984) dalam Salno dan Baridwan (2000), menyebutkan bahwa laba akuntansi mempunyai lima karakteristik sebagai berikut:

a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual terutama yang berasal dari penjualan barang atau jasa.

b. Laba akuntansi didasarkan pada periodisasi dan mengacu pada kinerja perusahaan selama satu periode tertentu.

c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan yang memerlukan pemahaman khusus mengenai definisi, pengukuran dan pengakuan pendapatan.

d. Laba akuntansi memerlukan pengukuran tentang biaya dalam bentuk cost historis.

(31)

3. Tujuan Pelaporan Laba

Tujuan utama pelaporan laba, yaitu memberikan informasi yang berguna bagi mereka yang saling berkepentingan dengan laporan keuangan. Tujuan informasi laba juga dapat digunakan untuk input utama dalam model-model evaluasi investor, infomasi laba juga digunakan direksi, komisaris dan para investor institutional untuk mengukur kinerja korporasi dan kualitas manajemen. Tujuan umum penggunaan laba untuk pengukuran efisiensi manajemen dan untuk membantu peramalan di masa depan atau pembagian deviden di masa depan. Tujuan khusus yaitu penggunaan laba sebagai pengukur keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan manajerial di masa yang akan datang.

Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, menaksir risiko dalam investasi atau meminjamkan dana. Menurut Suwarjono (2011), tujuan pelaporan laba diharapkan dapat digunakan antara lain untuk: indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan kemudian diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested capital). Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen, dasar

(32)

hutang, dasar kompensasi dan pembagian bonus. alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan dan dasar pembagian dividen.

C. Teori Keagenan

Teori keagenan menyangkut dua pihak yaitu prinsipal dan agen. Agen merupakan pihak yang bertugas mengelola perusahaan. Berjalannya perusahaan paling besar tergantung kepada agen atau tindakan yang dilakukan agen sebagai patokan untuk berkembang atau tidaknya perusahaan. Performa agen sering menjadi perhatian berbagai pihak dalam melihat kemajuan perusahaan. Sebaliknya, pemilik perusahaan atau penyetor dana pada perusahaan sering disebut sebagai prinsipal. Keinginan prinsipal yang harus dijalankan oleh agen agar prinsipal mendapatkan pengembalian atas investasi yang telah ditanamkan.

(33)

termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen.

Manurung (2012) dalam Wulandari (2013) menyatakan manajer perusahaan seharusnya bertindak demi kepentingan pemegang saham tetapi dalam kenyataannya sebagian manajer lebih melakukan tindakan-tindakan untuk kepentingan diri sendiri. Hanaa M. Salno (2000) dalam Marlina (2001) menyatakan pertentangan kepentingan yang dapat terjadi antara pihak-pihak manajemen (agen) dengan pihak pemegang saham, kreditor dan pemerintah (prinsipal), salah satunya, pemegang saham menginginkan tercapainya tingkat profitabilitas yang meningkat, sedangkan agen berusaha untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologis melalui kontrak kompensasi.

D. Asimetri Informasi

(34)

perusahaan dibandingkan investor pihak luar dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham dan moral hazard, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham dengan melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan.

Kedua masalah ini muncul akibat pemisahan kepemilikan dan hak kontrol terhadap pengelolaan korporasi. Terjadinya adverse selection dan moral hazard dapat menimbulkan implikasi yang serius terhadap kinerja dan sustainbilitas perusahaan. Dua masalah tersebut dapat mendorong manajer untuk melakukan tindakan yang tidak etis, selain itu manajer juga dapat membiaskan atau mendistorsi informasi tentang peluang investasi dan prospek perusahaan.

E. Manajemen Laba

(35)

dalam menghadapi kontrak yang efisien misalnya dalam kontrak kompensasi eksekutif dan kontrak hutang.

Scott (2000) dalam Kusuma dan Wigiya (2003) menyatakan dalam manajemen laba, manajemen dapat mengambil kebijakan menaikkan atau menurunkan laba sesuai dengan kepentingannya. Teori keagenan menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh adanya konflik kepentingan antara agen dengan prinsipal yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Asimetri informasi timbul dalam hubungan keagenan, dimana manajer memiliki informasi internal perusahaan yang lebih banyak dan mengetahui informasi tersebut lebih cepat dibandingkan pihak eksternal. Kondisi ini memberikan kesempatan kepada manajer untuk menggunakan informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi laporan keuangan sebagai usaha untuk memaksimalkan kepentingannya. Menurut Skousen dan Stice (2004) dalam Wulandari (2013), alasan yang mendorong manajer perusahaan melakukan manajemen laba adalah sebagai berikut:

a. Memenuhi Target Internal

(36)

seorang manajer yang menjadi subjek rencana bonus atas dasar laba cenderung untuk menaikkan laba jika mereka sudah berada dalam posisi mendekati batasan bonus dan akan menurunkan laba jika laba yang akan dilaporkan berada diatas batas bonus maksimal. Kecenderungan ini pada dasarnya menunjukkan bahwa para manajer memiliki tendensi untuk menunda pengakuan laba di periode yang baik untuk berjaga-jaga apabila hasil operasi periode berikutnya tidak begitu memuaskan.

b. Memenuhi Harapan Eksternal

Stakeholders eksternal memiliki kepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Para pegawai dan pelanggan menginginkan perusahaan tetap berjalan dengan baik sehingga dapat bertahan dalam jangka panjang dan melaksanakan kewajiban pensiun dan garansinya. Para pemasok menginginkan jaminan atas pembayaran dan perusahaan akan tetap menjadi pembeli yang dapat diandalkan selama bertahun-tahun ke depan.

(37)

diperkirakan oleh para analis. Kemampuan perusahaan yang luar biasa untuk secara konsisten memenuhi target laba seperti yang diperkirakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan tidak mungkin terjadi jika perusahaan tidak melakukan paling tidak satu jenis manajemen laba.

c. Mengurangi gejolak laba

Menurut pandangan tradisional laporan keuangan yang bergejolak memiliki resiko yang tinggi, sehingga premium saham dan harga saham terdiskon. Beberapa alasan yang dapat digunakan untuk menjelaskan mengapa manajer melakukan perataan laba yaitu tindakan meratakan laba dapat dilakukan sepanjang manajemen mencapai peramalan analis. Laba yang grafiknya meningkat dianggap penting oleh pasar saham. Apabila tidakan perataan laba berhasil memandu peramalan analis agar sesuai dengan harapan labanya, maka bentuk manajemen laba ini bisa dikatakan berhasil. Motivasi yang mendorong dilakukannya perataan laba adalah untuk memperbaiki hubungan perusahaan dengan kreditor, investor dan karyawan.

1. Pola manajemen laba

Menurut Scoot (2000) dalam Lako (2011), merangkum pola manajemen laba menjadi empat kegiatan yaitu:

a. Pola taking a bath

Taking a bath adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan

(38)

dengan laba pada periode sebelumnya atau sesudahnya. Taking a bath terjadi selama periode adanya tekanan organisasi atau pada saat terjadinya reorganisasi, seperti pergantian CEO baru.

Teknik taking a bath mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan ketika terjadi keadaan buruk yang tidak menguntungkan dan tidak bisa dihindari pada periode berjalan. Konsekuensinya, manajemen menghapus beberapa aktiva, membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang. Akibat dari pola ini, laba pada periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.

b. Pola Income Minimization

Income minimization adalah pola manajemen laba yang dilakukan

dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih rendah daripada laba sesungguhnya. Income minimization biasanya dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis.

Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan. Pola ini mirip dengan taking a bath tetapi lebih halus. Income minimization ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi, sehingga jika periode yang akan datang diperkirakan laba turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

(39)

Maksimisasi laba (income maximization) adalah pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode berjalan lebih tinggi daripada laba sesungguhnya. Income maximization dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bonus yang

lebih besar, meningkatkan keuntungan, dan untuk menghindari dari pelanggaran atas kontrak hutang jangka panjang. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pencatatan pendapatan, menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain.

Pola income maximization dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan laba bersih yang meningkat untuk tujuan bonus yang besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.

d. Pola Income Smoothing

Income smoothing atau perataan laba merupakan salah satu

(40)

Dampaknya, manajer dalam lingkungan pekerjaan seperti ini akan meminjam penghasilannya di masa mendatang jika pada saat sekarang penghasilan relatif bernilai tinggi, tetapi penghasilan dimasa mendatang diperkirakan relatif rendah, maka pihak manajer akan melakukan pemilihan metode akuntansi yang dapat menurunkan discretionary accruals untuk saat sekarang. Pihak manajer dengan efektif akan

menabung penghasilannya saat sekarang untuk kemungkinan penggunaan di masa mendatang. Pola Income Smoothing dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

F. Perataan Laba

1. Definisi Perataan Laba

(41)

(PABU). Menurut Beidleman (1973) dalam Masodah (2007), meratakan earning yang dilaporkan sebagai pengurangan secara sengaja fluktuasi di

(42)

Laba yang stabil mencerminkan keadaan yang lebih pasti dan tidak berisiko tinggi untuk masa depan. Praktik perataan laba oleh manajemen juga didorong oleh adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen . Menurut teori keagenan, prinsipal mendelegasikan wewenang untuk mengelola perusahaan kepada agen. Konteks perilaku oportunis (the opportunistic behaviour), manajer diasumsikan berusaha untuk memaksimalkan kemakmuran pribadinya, yang mana kemakmuran tersebut sangat tergantung pada seberapa besar kinerja yang dicapai terkait dengan bonus tunai (the bonus plan), sama halnya dengan agen, prinsipal juga memiliki kepentingan

yaitu menginginkan laba perusahaan selalu stabil agar dana yang telah diinvestasikan di perusahaan tersebut tetap aman (safety) dan dapat menghasilkan tingkat return yang diharapkan. Konflik antara prinsipal dan agen diperparah oleh adanya asimetri informasi, yaitu ketika manajer sebagai agen mempunyai informasi yang lebih cepat dan lebih banyak dibandingkan pihak eksternal, manajer kemudian menggunakan informasi yang diketahuinya untuk melakukan tindakan disfunctional behavior (Wulandari, 2011).

2. Jenis-jenis Perataan Laba

(43)

dan real smoothing. Aliran perataan laba yang alami (naturally smooth) secara sederhana menyatakan bahwa sifat dari proses menghasilkan laba itu sendiri yang menimbulkan aliran laba yang rata sedangkan artificial smoothing dan real smoothing merupakan aliran perataan yang dibuat oleh manajemen. Real

smoothing adalah perataan laba yang dilakukan melalui transaksi keuangan

sesungguhnya dengan mempengaruhi laba melalui perubahan dengan sengaja atas kebijakan operasi dan waktunya. Beberapa perusahaan terbukti melakukan perataan laba dengan menggunakan cara diatas, misalnya seorang manajer memutuskan mengeluarkan sejumlah uang atau dana untuk biaya riset dan pengembangan untuk suatu tahun tertentu. Sedangkan artificial smoothing atau sering juga disebut sebagai accounting smoothing adalah

perataan laba melalui prosedur akuntansi yang ditetapkan untuk memindahkan biaya dan atau pendapatan dari suatu periode ke periode yang lain.

3. Sasaran Praktik Perataan Laba

(44)

a. Unsur Penjualan

1) Pembuatan faktur, misalnya penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.

2) Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif.

3) Penurunan (downgrading) produk, misalnya dengan cara mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya. b. Unsur Biaya

1) Memecah-mecah faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.

2) Mencatat biaya dibayar dimuka (prepayment) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya advertensi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai biaya advertensi tahun ini.

4. Tujuan Perataan Laba

(45)

yang tinggi menarik perhatian pasar untuk menghasilkan pertumbuhan profit yang stabil untuk menjaga posisi atau kedudukkan mereka dalam perusahaan. Sedangkan menurut Foster (1986) dalam Suwito dan Herawaty (2005), tujuan praktik perataan laba untuk memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang, memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah, meningkatkan presepsi pihak eksternal terhadap kemajuan manajemen, meningkatkan kepuasan relasi bisnis dan meningkatkan kompensasi bagi pihak manajemen.

5. Motivasi Manajemen Melakukan Perataan Laba

Manajemen melakukan praktik perataan laba tidak semata-mata untuk menstabilkan laba tetapi manajemen memiliki motivasi utuk melakukan praktik perataan laba. Beberapa faktor yang dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba (Scott 2000 dalam Lestari 2011), yaitu:

a. Rencana bonus (Bonus scheme)

Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.

b. Kontrak hutang jangka panjang (Debt covenant).

(46)

akuntansi yang dapat memindahkan laba periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran kontrak hutang.

c. Motivasi politik (Political motivation)

Perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba guna mengurangi tingkat visibilitasnya terutama saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah. d. Motivasi perpajakan (Taxation motivation)

Perpajakan merupakan salah satu motivasi mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.

e. Pergantian Chief Executive Officer (CEO)

CEO yang akan pensiun atau masa kontraknya menjelang berakhir biasanya akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.

f. Penawaran saham perdana (Initial public offering)

(47)

merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan.

6. Kendala yang Menjadi Motivasi Tindakan perataan Laba

Menurut Belkaoui dalam Masodah (2007), manajemen memiliki tugas untuk menghindari kendala-kendala prinsip akuntansi berterima umum dengan berusaha untuk meratakan angka income sedemikian rupa membawa ekspetasi mereka atas arus kas masa depan, mempertinggi proses prediksi berdasarkan serial angka-angka rataan yang diobservasi dengan reliabilitas yang nyata. Tiga kendala yang dianggap memotivasi manajer melakukan perataan laba adalah mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi opsi yang tersedia bagi manajemen. Skema kompensasi manajemen, yang terkait langsung dengan kinerja perusahaan dan ancaman penggantian manajemen. 7. Teknik Perataan Laba

Teknik Perataan laba dibagi dalam beberapa dimensi yaitu dimensi keterjadian atau pengakuan ,waktu dan klasifikasi.berdasarkan dimensi tersebut manajer meratakan laba dengan bermacam-macam teknik . Barnea et al, (1976) dalam Rachmawati (2002) membagi perataan laba menjadi 3 dimensi yaitu:

a. Perataan melalui keterjadian atau pengakuan suatu peristiwa.

(48)

sepanjang waktu. Misalnya seorang manajer memutuskan pengeluaran sejumlah uang atau dana untuk biaya riset dan pengembangan suatu tahun tertentu. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan terakhir setiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu

b. Perataan melalui alokasi waktu

Berdasar terjadinya dan diakuinya peristiwa tertentu, manajemen memiliki media pengendalian tertentu dalam penentuan laba pada periode yang terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa tersebut, misalnya jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan penelitian serta amortisasi goodwill pada periode tersebut untuk menstabilkan harga

c. Perataan melalui klasifikasi

(49)

juga dapat mengelompokkan pos-pos laba tertentu dalam kategori yang berbeda, misalnya antara pos-pos biasa (ordinary items) dan pos-pos luar biasa (extra ordinary items).

8. Mendeteksi perataan laba

Secara umum terdapat tiga pendekatan yang berkaitan dalam mendeteksi perilaku dan praktik perataan laba. Ketiga pendekatan ini menjadi alat untuk para peneliti atau analis dalam mendeteksi praktik perataan laba. Albercht dan Richardson 1990, dalam Christian (2011) membagi tiga pendekatan, yaitu:

a. Pendekatan klasik, yaitu melihat atau meneliti praktik perataan laba dengan menggunakan pengamatan langsung terhadap hubungan antara pemilihan variabel perata laba dan pengaruhnya pada laba yang akan dilaporkan.

b. Pendekatan variabilitas laba, yaitu menekankan pengamatan dan penelitian kedalam variabel dari obyek perata laba untuk mendeteksi prilaku manajemen dalam melakukan praktik perataan laba.

c. Pendekatan yang membagi sistem bisnis menjadi dua (Core dan Pheriphery) yang disebut juga pendekatan dual economy. Pendekatan dual

(50)

kapital yang intensif, cenderung melakukan monopoli, dan memiliki serikat atau perkumpulan tenaga kerja yang baik yang termasuk dalam core sector adalah industri yang mengolah hasil alam. Periphery sector

terdiri dari perusahaan kecil, produktifitas yang rendah, intensitas tenaga kerja yang rendah, laba yang rendah, dan sedikitnya atau rendahnya biaya riset dan pengembangan, yang termasuk dalam periphery sector adalah industri pertanian dan industri eceran.

Di dalam penelitian ini, akan menggunakan pendekatan yang kedua yaitu pendekatan variabilitas laba,yaitu dalam menentukan ada tidaknya praktik perataan laba pada suatu perusahaan akan digunakan perhitungan dengan indeks Eckel.

G. Profitabilitas

(51)

Mengukur rasio profitabilitas memerlukan analisis laporan keuangan dengan memperhitungkan rasionya untuk mengukur profitabilitas. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan, rasio profitabilitas juga mencerminkan tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Rasio Profitabilitas meliputi:

a. Return on Equity (ROE)

Return on Equity adalah tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh

perusahaan untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal perusahaan. ROE merupakan kemampuan seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke perusahaan tersebut.

Return on equity =

b. Earnings Per Share (EPS)

(52)

perusahaan, di mana EPS juga termasuk salah satu dari dua alat ukur yang umum digunakan dalam mengevaluasi saham biasa.

Earning per share= Ȃ

c. Return On Asset (ROA)

ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba. Dalam perhitungannya ROA hanya menggunakan laba bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva perusahaan. Rumus dalam menghitung ROA:

H. Leverage

(53)

Semakin tinggi perusahaan melakukan pembiayaan dengan hutang, maka akan menambah resiko pada saham biasa. Penggunaan hutang tersebut akan menciptakan leverage. Leverage tidak mempengaruhi resiko atau tingkat pengembalian yang diharapkan dari aktiva perusahaan, tetapi leverage ini akan mendorong resiko dari saham biasa dan mendorong pemegang saham untuk meminta tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Leverage akan mempengaruhi laba perlembar saham yang diharapkan perusahaan, resiko laba tersebut dan mempengaruhi harga saham perusahaan.

a. Total Debt to Total Asset Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara hutang lancar dan hutang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibiayai oleh hutang.

b. Total Debt to Equity Ratio

(54)

I. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang ditentukan berdasarkan total aktiva, ln size, nilai pasar saham. Ukuran perusahaan terbagi dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar, perusahaan menegah dan perusahaan kecil. Semakin besar ukuran perusahaan semakin besar perhatian pihak-pihak eksternal. Salah satunya pemegang saham, pemegang saham cenderung lebih tertarik menanamkan modal kepada perusahaan yang berukuran besar, begitu pula pemerintah, pemerintah cenderung membebankan pajak yang besar untuk perusahaan yang berukuran besar. Ukuran perusahaan dapat dihitung dengan ln total aktiva, total aktiva dan nilai pasar saham.

J. Pengembangan Hipotesis

1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Praktik Perataan Laba

(55)

perhatian lebih dari pihak luar, sehingga perusahaan besar akan berusaha menjaga nilai perusahaan agar tetap terlihat baik bagi pihak eksternal. Penelitian sebelumnya, Budiasih (2009) menyimpulkan profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap praktik perataan laba. Jatiningrum (2000) dalam Herikaningsih (2008) menemukan profitabilitas merupakan faktor perataaan laba. Prabayanti (2011) profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba. Berdasarkan penjelasan dan penelitian sebelumnya maka ditetapkan hipotesisnya adalah :

H1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

2. Pengaruh Leverage Terhadap Praktik Perataan Laba

(56)

tersebut. Semakin tinggi leverage, maka perusahaan semakin melakukan perataan laba. Penelitian sebelumnya Herikaningsih (2008) menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh terhadap praktik perataan laba. Berdasarkan penjelasan dan penelitian sebelumnya maka ditetapkan hipotesisnya adalah :

H2: Leverage berpengaruh positif terhadap praktik perataaan laba.

3. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Praktik Perataan Laba

Ukuran perusahaan diduga dapat mendorong praktik perataan laba, sebab perusahan besar cenderung melakukan praktik perataan laba dari pada perusahaan kecil. Praktik perataan laba ini dilakukan karena perusahaan besar selalu dipantau oleh pihak ekstern sehingga perusahaan cenderung meratakan laba dengan tujuan untuk mempertahankan atau membangun citra perusahaan. Menurut hasil penelitian sebelumnya Albretch dan Richardson (1990) dalam Linda dan Sovi (2008), menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan yang lebih besar diteliti dan dipandang dengan lebih kritis oleh para investor. Budhijono (2006) menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba. Berdasarkan penjelasan dan penelitian sebelumnya maka ditetapkan hipotesisnya adalah:

(57)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Tempat Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi empiris di perusahaan manufaktur pada sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Sanata Dharma serta Universitas lainnya yang memiliki fasilitas Bursa Efek Indonesia. Subjek penelitian yang digunakan adalah perusaahaan manufaktur pada sektor barang konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung yaitu melalui media perantara, biasanya diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Objek penelitian ini adalah data laporan keuangan tahun 2009-2011 yang menghasilkan informasi profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan.

C. Metode Pengumpulan Data

(58)

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur pada sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri dari tahun 2009-2011 di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 68 perusahaan. Populasi tersebut nantinya akan diambil sejumlah perusahaan untuk dijadikan sampel penelitian. Sampel dipilih berdasarkan purposive sampling yaitu penarikkan sampel dengan pertimbangan tertentu yang didasarkan pada kepentingan dan memenuhi tujuan penelitian yang benar, kriteria pemilihan sampel ditentukan sebagai berikut:

1. Sampel perusahaan masih terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia akhir periode tahun 2009-2011.

2. Sampel perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang mencakup data yang dibutuhkan dalam penelitian.

3. Sampel perusahaan tidak melakukan restrukturisasi perusahaan atau penggabungan perusahaan dalam bentuk apapun.

4. Sampel perusahaan tidak mengalami kerugian selama tiga tahun berturut-turut.

5. Sampel perusahaan dikategorikan sektor barang konsumsi dan sektor aneka industri.

E. Data Panel

(59)

dimana unit cross sectional memiliki jumlah observasi time series yang sama. Sedangkan data panel unbalance adalah keadaan dimana unit cross sectional memiliki jumlah observasi time series yang tidak sama.

F. Metode Logistic Regression (Regresi Logistik)

Penulis mencoba untuk menunjukkan pengaruh dari profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba. Praktik perataan

laba dikotomikan dalam kelompok bukan perata laba yang diberikan status 0 dan kelompok perata laba yang diberikan status 1. Penelitian ini dibuat dengan menggunakan model regresi logistik yang didalam pengujiannya akan digunakan program SPSS 16.

(60)

dengan nilai sebenarnya jadi dalam regresi logistik tidak perlu dilakukan uji asumsi klasik.

G. Pemodelan

Sebelum melakukan regresi logistic dengan bantuan program SPSS 16 dan dapat mengimpretasikan hasil analisis tersebut, maka perlu dibangun sebuah model. Pemodelan tersebut dinyatakan sebagai berikut ini:

Ln α1+α2dADES+ α3dAISA …. β1PROF+β2LEV+β3SIZE+e

Keterangan:

Ln = Status: 0 bukan perataan laba atau 1 praktik perata laba P = Probabilitas atau kemungkinan tindakan perataan laba d = dummy perusahaan

SIZE = Ukuran Perusahaan PROF = Profitabilitas LEV = Leverage e = eror

H. Variabel Penelitian 1. Variabel independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah, profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan. Masing-masing variabel independen dihitung dengan: a. Profitabilitas

(61)

dipilihnya profitabilitas (ROA) merupakan indikator penting dari laporan keuangan yang memiliki berbagai kegunaan. Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu perusahaan semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aktiva. Laba pada umumnya dipakai sebagai suatu dasar pengambilan keputusan dan prediksi untuk meramalkan perubahan laba yang akan datang. ROA dapat dihitung dengan rumus:

b. Laverage

(62)

c. Ukuran perusahaan

Variabel ukuran perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan Ln total aktiva. Alasan penggunaan Ln total aktiva karena Ln total aktiva cukup mencerminkan ukuran perusahaan yang sebenarnya.

Ukuran perusahaan= Ln Total Aktiva 2. Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini variabel dependennya adalah laba yang diukur dengan indeks Eckel (1981) dimana nilai indeks digunakan untuk menentukan kelompok perata laba dan bukan perata laba. Kelompok bukan perata laba diberikan status 0 dan kelompok perata laba diberikan status 1. Dalam penelitian ini sampel yang masuk dalam kriteria diukur dengan mengunakan indeks Eckel (1981). Index Eckel (1981) dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Indeks Eckel (1981) untuk perusahaan bukan perata laba adalah memiliki nilai indeks ≥ 1, sedangkan untuk perusahaan perata laba adalah

memiliki nilai indeks < 1. Keterangan:

ΔI =Perubahan laba dalam satu periode. ΔS =Perubahan penjualan dalam satu periode.

CV =Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan mean.

CV ∆I =Koefisien variasi untuk perubahan laba. CV ∆S =Koefisien variasi untuk perubahan penjualan.

(63)

Sedangkan CV ∆I dan CV ∆S dapat dihitung sebagai berikut:

CV ∆I dan CV ∆S=

Atau

CV ∆I dan CV ∆S = Ȃ

keterangan:

Δx =Perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) antara tahun n dan n -1.

ΔX = Rata-rata perubahan penghasilan bersih/laba (I) atau penjualan (S) antaratahun n dan n-1.

N = Banyaknya tahun yang diamati.

Penggunaan indeks Eckel (1981) untuk mengetahui nilai indeks, ini didasari alasan yang telah dikemukakan oleh Ashari (1994) yaitu:

1. Indeks Eckel obyektif dan berdasarkan pada statistik dengan pemisahan yang jelas antara perusahaan perata dan bukan perata laba.

2. Indeks Eckel mengukur terjadinya tindakan perataan laba tanpa memaksakan prediksi pendapatan, pembuatan model dari laba yang diharapkan, pengujian biaya atau pertimbangan yang subyektif.

(64)

I. Metode Analisis Data

1. Setelah pengumpulan data yang diseleksi sesuai kriteria, maka dilakukan penghitungan nilai indeks sebagai variabel dependen dengan menghitung indeks Eckel (1981) untuk perusahaan bukan perata laba adalah ≥ 1 diberikan

status 0, sedangkan untuk perusahaan yang meratakan laba adalah ≤ 1

diberikan status 1.

CV ∆I : CV ∆S

keterangan :

ΔI = Perubahan laba dalam satu periode. ΔS = Perubahan penjualan dalam satu periode.

CV = Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yangdiharapkan.

2. Menghitung profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan setiap tahun. 3. Melakukan uji statistik pertama yaitu statistik deskriptif untuk tujuan

mengetahui karakteristik dari perusahaan sampel.

4. Melakukan uji statistik kedua yaitu statistik inferensi berupa pengujian regresi logistik yang sebelumnya dilakukan uji kelayakan model regresi (Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test) dan pengujian menilai keseluruhan model (Overall Model Fit). Pengujian kelayakan model regresi (Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test) ini bertujuan untuk menguji ketepatan dan

(65)

model fit adalah: Ho: Model yang dihipotesakan menunjukkan kecakupan data. Ha: Model yang dihipotesakan tidak menunjukkan kecakupan data. Dasar pengambilan keputusan: Jika probabilitas > 0,05 H0 tidak ditolak. Jika probabilitas <0,05 H0 ditolak.

5. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)

Pengujian ini dilakukan untuk menilai model yang dihipotesiskan fit dengan data atau tidak. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 log likelihood pada awal (blok number= 0) dengan nilai -2 log likelihood pada akhir (blok number= 1). Pengurangan nilai antara -2 log

likelihood awal (initial -2LL function) dengan nilai -2 log likelihood pada

langkah awal berikutnya menunjukkan bahwa variabel yang dihipotesiskan fit dengan data. Penurunan log likelihood menunjukkan model regresi semakin baik. Hipotesis untuk menilai model fit adalah: H0: Model yang dihipotesakan fit dengan data. Ha: Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data.

6. Uji Hipotesis Secara Simultan (Omnibus Tests Of Model Coefficients)

(66)

Menentukan hipotesis alternatif yang dirumuskan dalam:

Ho1: Profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan secara bersama- sama tidak memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. Ha1: Profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan secara bersama-

sama memiliki pengaruh terhadap praktik perataan laba. 7. Uji Hipotesis Secara Parsial (Variabel In The Equetion)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dengan menggunakan Wald statistic dan nilai probabilitas. Wald statistic memberikan tingkat signifikansi secara statistik untuk masing-masing

koefisien. Nilai Wald statistic dibandingkan dengan tabel Chi Square, sedangkan nilai probabilitas dibandingkan dengan α 0.05 (5%). Pada tahap

pengujian regresi logistik dilakukan tahap-tahap sebagai berikut: a. Menentukan hipotesis alternatif yang dirumuskan dalam:

Ha1: Profitabilitas berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

Ha2: Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

Ha3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik perataan laba.

(67)

c. Menentukan kriteria pengujian 1) Berdasarkan probabilitas

Jika P < maka Ho ditolak. Jika P ≥ maka Ho tidak ditolak.

2) Berdasarkan perbandingan wald hitung dengan Chi square tabel Jika Wald hitung ≥ Chi square tabel maka Ho ditolak.

Jika Wald hitung < Chi square tabel maka Ho tidak ditolak. 8. Model Summary

Model summary dalam regresi logistik sama dengan pengujian R2

pada persamaan regresi linier. Tujuan dari model summary adalah untuk mengetahui seberapa besar kombinasi variabel independen mampu menjelaskan variasi variabel dependen.

9. Menarik Kesimpulan

(68)

52

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1. PT. Akasha Wira International Tbk

PT Akasha Wira International Tbk (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo Putra setia pada tahun 1985. Nama perusahaan diubah menjadi PT Akasha Wira International Tbk. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah industri air minum dalam kemasan, industri roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar. Saat ini kegiatan utama perusahaan adalah bergerak dalam bidang usaha pengolahan dan distribusi air minum dalam kemasan serta perdagangan besar produk-produk kosmetika. Produksi air minum dalam kemasan secara komersial dimulai pada tahun 1986 sedangkan perdagangan produk kosmetika dimulai pada tahun 2010.

2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

(69)

biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa Tengah. Usaha perkebunan kelapa sawit terletak di beberapa lokasi di Sumatera dan Kalimantan. Usaha pengolahan dan distribusi beras terletak di Cikarang, Jawa Barat dan Sragen, Jawa Tengah.

3. PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk sebelumnya PT Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) didirikan 03 Februari 1968 dengan nama CV Tjahaja Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor pusat CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka II, Jl. Industri Selatan 3 Blok GG No.1, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat. Lokasi pabrik CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan CEKA meliputi bidang industri makanan berupa industri minyak nabati dan minyak nabati spesialitas, termasuk perdagangan umum, impor dan ekspor.

4. PT. Delta Djakarta Tbk

(70)

“Carlsberg”, “San Miguel”, “San Mig Light” dan “Kuda Putih”. PT Delta

Djakarta Tbk juga memproduksi dan menjual produk minuman non alkohol dengan merek “Sodaku”.

5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung terigu. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.

6. PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI)

(71)

Grup Asia Pacific Breweries dan Heineken, dimana pemegang saham utama adalah Fraser & Neave Ltd. (Asia Pacific Breweries) dan Heineken N.V. (Heineken) Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan MLBI

beroperasi dalam industri bir dan minuman lainnya.

7. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk

PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) didirikan dengan nama PT Aneka Bumi Asih berdasarkan akta notaris Paul Tamara No. 7 tanggal 16 april 1974. Pada tanggal 29 Desember 1993 terjadi perubahan nama perusahaan menjadi PT Prasidha Aneka Niaga. Pada tanggal 27 Januari 2005 perusahaan mencatatkan diri di Bursa Efek Jakarta. Perusahaan yang berdomisili di Jalan Ki Kemas Rindho, Kertapati, Palembang ini, bergerak dalam bidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi. Perusahaan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1974. Alamat perusahaan berada di Gedung Plaza Sentral Lt. 20.

8. PT Sekar Laut Tbk (SKLT)

(72)

produknya di dalam negeri maupun di luar negeri.

9. PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk.

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan tanggal 2 november 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974. Perusahaan memiliki kantor pusat dan pabrik yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme 131 Padalarang Kabupaten Bandung 40552. Berdasarkan anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan bergerak dalam bidang industri makanan dan minuman. Perusahaan memproduksi rupa-rupa jenis minuman seperti susu cair, sari buah, teh, minuman tradisional dan minuman kesehatan, yang diolah dengan teknologi UHT (Ultra High Temperature) dan dikemas dalam kemasan karton aseptik. Di bidang makanan Perusahaan memproduksi susu kental manis, susu bubuk, dan konsentrat buah-buahan tropis. Perusahaan memasarkan hasil produksinya dengan cara penjualan langsung (direct selling), melalui pasar modern (modern trade). Penjualan langsung dilakukan ke

(73)

PT Gudang Garam Tbk (GGRM) didirikan tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Ruang lingkup kegiatan PT. Gudang Garam Tbk bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Kantor pusat PT. Gudang Garam Tbk beralamat di di Jl. Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar dan Sumenep. PT. Gudang Garam Tbk juga memiliki

Gambar

Tabel 5.1 : Klasifikasi Sampel Berdasarkan jenis Industri dan Indeks Eckel ....... 74
Tabel 5.1 Klasifikasi Sampel Berdasarkan Jenis Industri
Tabel 5.2 Analisis Deskriptif Keseluruhan Perusahaan
Tabel 5.3 Hasil Uji Analisis Regresi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa persentase kemampuan psikomotor siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

7) Rangkuman Pendalaman Teks Kitab Suci : Pendamping memberikan tafsir dari Yoh 19: 16b-37, dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan

Karna merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang, maka suatu obyek wisata harus dilengkapi sarana-sarana penunjang yang dapat membantu dan memudahkan para

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa ketebalan nata yang paling optimum adalah pada penambahan glukosa 100 gram dengan ketebalan optimum yaitu 17 mm dan waktu

Program software /non fisik pada pengembangan infrstruktur Bidang Cipta Karya di entitas kota sebagai berikut :..  Penyusunan Materplan Air Limbah

dokumen penyusunan rencana kerja dan anggaran serta analisa data perencanaan dan keuangan sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam rangka penyusunan rencana kerja

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian efek ekstrak etanol daun kemuning (Murraya paniculata L.Jack) selanjutnya disingkat EEDK, terhadap kadar kolesterol total sudah

Sementara pergerakan internal dari Pulau Jawa ke daerah Sumatera Selatan menunjukkan pergerakan lintas yang cukup besar melalui jaringan jalan propinsi lampung... Desire