• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP N 1 Kalasan kelas VII E pada mata pelajaran ekonomi."

Copied!
208
0
0

Teks penuh

(1)

x

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1

KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Fitri Dwi Riyani Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII E, SMP N 1 KALASAN. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

xi

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL BY USING JIGSAW TYPE TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION IN

LEARNING ECONOMICS AT THE E CLASS OF SEVENTH GRADE OF ONE STATE KALASAN JUNIOR HIGH SCHOOL

Fitri Dwi Riyani Sanata Dharma University

2010

This research aims to understand the effect of the implementation of cooperative learning model by usingJigsawtype to improve the students’ motivation. The subject of this research is the E class of seventh grade students of One State Kalasan Junior High School. This research was conducted into two cycles which consisted of four phases of each cycle, those are : planning, action, observation, and reflection. The data were collected through the instruments of teacher’s activity observation, students’ activity sheet, class activity observation sheet, teacher’s activity sheet in the teaching process, class observation sheet, and the instrument of reflection. The data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.

(3)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1

KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

FITRI DWI RIYANI NIM: 041334072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1

KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

FITRI DWI RIYANI NIM: 041334072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2010

(5)

ii SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1

KALASAN KELAS VII PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Oleh: Fitri Dwi Riyani NIM: 041334072

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

(6)

iii SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1

KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

Fitri Dwi Riyani NIM: 041334072

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 10 Maret 2010

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si ... Sekretaris L. Saptono, S.Pd., M.Si ... Anggota Rita Eny Purwanti, S. Pd., M.Si ... Anggota Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si ... Anggota Drs. FX. Muhadi, M.Pd ...

Yogyakarta, 10 Maret 2010

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan syukur

dan tanda baktiku kepada:

ALLAH SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya

Kedua Orangtuaku, atas segala bimbingan, kasih sayang,

dan do’anya

Kakakku (Isa Warta Kusuma) dan Adikku (Umi Puspa

Sari)

(8)

v

MOTTO

“KITA BERDOA BILA KITA SEDANG DALAM KESUSAHAN DAN

MEMBUTUHKAN SESUATU, MESTINYA KITA BERDOA DALAM

KEGEMBIRAAN DAN BILA REZEKI KITA MELIMPAH”

(KAHLIL GIBRAN)

“ KEKAYAAN PENGALAMAN AKAN KEHILANGAN SUKA

CITANYA,,JIKA TIDAK ADA RINTANGAN UNTUK DI ATASI”

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Maret 2010 Penulis

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Fitri Dwi Riyani

Nomor Mahasiswa : 041334072

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1 KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain utuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : Yang menyatakan

(11)

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMP N 1 Kalasan Kelas VII E Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sekaligus sebagai upaya untuk memperdalam dan memperkaya wawasan berpikir serta menambah wacana di dunia pendidikan pada umumnya.

Penulis dengan penuh kesadaran memahami dalam penelitian ini masih banyak terdapat kekurangannya. Oleh karenanya sumbang saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M. Ed., Ph. D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2. Bapak Y. Harsoyo, S. Pd., M. Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(12)

viii

4. Ibu Rita Eny Purwanti, S. Pd., M. Si. selaku Dosen Pembimbing, yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, pengorbanan tenaga, dan pikiran sejak awal hingga selesainya skripsi ini

5. Bapak Drs. H. Tri Rahardjo, M. Pd. selaku Kepala Sekolah SMP N 1 Kalasan, yang telah memberikan kesempatan bagi peneliti untuk melakukan penelitian

6. Ibu Winarni, S. Pd. selaku Guru Mitra Penelitian, yang telah berkolaborasi, membantu, dan membimbing peneliti dalam melakukan penelitian

7. Siswa Siswi kelas VII E yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini 8. Bapak dan Ibu Boiman, yang senantiasa memberikan cinta kasih, doa, dan

restunya kepada penulis selama masa studi hingga tersusunnya skripsi ini 9. Simbah Putri dan Tante-tanteku, yang senantiasa memberikan doa dan

restunya kepada penulis

10. Kakakku Isa Warta Kusuma dan Adikku Umi Puspa Sari, terimakasih atas doa dan dorongannya

11. Sepupuku Mas Endi, Mbak Nining, Mbak Cici, Mas Wawan, Mbak Shinta, Mas Teguh, Mas Ucup, Nophy, dan keponakanku Dhita, Wita, terima kasih atas doa dan dorongannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini 12. Dionysius Paschalis, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya dalam

penelitian hingga selesai skripsi ini ( ayo kapan nyusul hihihiii...)

(13)

ix

14. Anto dan Mas Aji (My Spirit hehehehee....), terima kasih atas doa dan semngatnya yang diberikan kepada penulis

15. Octa, Endah, terima kasih untuk persahabatan dan kebersamaannya selama ini 16. Teman-teman Sertifikasi Guru Rayon 38, terima kasih atas doa dan

dukungannya

17. Teman-teman angkatan ’04, terima kasih atas kebersamaannya

18. Terima kasih kepada Ganang Comp. yang telah membantuku dan memberikan doanya (Mbak Vita dan Mas Unggul hehehehe thank’s a lot...) 19. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu,

sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya dan dunia pendidikan umumnya.

(14)

x

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP N 1

KALASAN KELAS VII E PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Fitri Dwi Riyani Universitas Sanata Dharma

2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penerapan model kooperatif tipe Jigsaw pada pembelajaran ekonomi untuk meningkatan motivasi belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VII E, SMP N 1 KALASAN. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus yang masing-masing terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi kegiatan guru, lembar observasi kegiatan siswa, lembar observasi kegiatan kelas, lembar kegiatan guru dalam proses pembelajaran, lembar instrumen pengamatan kelas, dan instrumen refleksi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(15)

xi

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL BY USING JIGSAW TYPE TO IMPROVE THE STUDENTS’ MOTIVATION IN

LEARNING ECONOMICS AT THE E CLASS OF SEVENTH GRADE OF ONE STATE KALASAN JUNIOR HIGH SCHOOL

Fitri Dwi Riyani Sanata Dharma University

2010

This research aims to understand the effect of the implementation of cooperative learning model by usingJigsawtype to improve the students’ motivation. The subject of this research is the E class of seventh grade students of One State Kalasan Junior High School. This research was conducted into two cycles which consisted of four phases of each cycle, those are : planning, action, observation, and reflection. The data were collected through the instruments of teacher’s activity observation, students’ activity sheet, class activity observation sheet, teacher’s activity sheet in the teaching process, class observation sheet, and the instrument of reflection. The data were analyzed by using descriptive analysis and comparative analysis.

(16)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT... xi

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR... xvii

DAFTAR LAMPIRAN. ... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian. ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. definisi Operasional... 8

(17)

xiii

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK). ... 9

B. Pembelajaran Kooperatif... 16

C. Tipe – Tipe Pembelajaran Kooperatif... 21

D. Pembelajaran Kooperatif TipeJigsaw... 22

E. Motivasi Belajar Siswa ... 26

F. Mata Pelajaran Ekonomi ... 30

G. Hasil Yang Relevan... 31

H. Kerangka Berfikir... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... . 33

A. Jenis Penelitian... . 33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian... . 33

C. Subjek dan Obyek Penelitian... 34

D. Operasionalisasi Variabel... . 34

E. Prosedur Penelitian... 35

F. Siklus ... . 36

G. Instrumen Penelitian ... 40

H. Pengumpulan dan Analisis Data... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 46

A. Lingkungan Sekolah……….... 46

B. VISI dan MISI ... 46

C. Tujuan... ... 48

D. Keadaan Sekolah ... ... 49

(18)

xiv

F. Personil Sekolah... ... 50

G. Prestasi Sekolah ... ... 60

BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN ... ... 68

A. Hasil Observasi ... ... 68

1. Observasi Pendahuluan... 68

2. Siklus Pertama... 80

a. Perencanaan... 80

b. Tindakan... 83

c. Observasi... 87

d. Refleksi... 93

3. Siklus Kedua ... ... 98

a. Perencanaan... 99

b. Tindakan... 101

c.Observasi... 105

d.Refleksi... 111

B. Analisis Komparatif Tingkat Motivasi Siswa Sebagai Dampak Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Pelajaran Ekonomi... 117

1. Motivasi Belajar Siswa………. 117

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 121

A. Kesimpulan... 121

(19)

xv

(20)

xvi

Tabel 5.1 Kegiatan Guru Dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan) ...70

Tabel 5.2 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran (Pra Pendahuluan)...72

Tabel 5.3 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran ...75

Tabel 5.4 Aktifitas Guru Pada Siklus I ...88

Tabel 5.5 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I...90

Tabel 5.6 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus I...93

Tabel 5.7 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siklus I ...95

Tabel 5.8 Aktifitas Guru Pada Siklus II...106

Tabel 5.9 Motivasi Siswa dalam Proses Pembelajaran pada Siklus II ...109

Tabel 5.10 Kesan Guru Mitra Terhadap Perangkat Pembelajaran dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ...112

Tabel 5.11 Kesan Siswa Terhadap Perangkat dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Siklus II ...114

(21)
(22)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA KOTA ... 126 Surat Keterangan Ijin dari BAPEDA Kabupaten ... 127 Surat Keterangan telah melaksanakan penelitian... 129 Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 130 Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 136 Lampiran 2a Hand out Siklus I : Kebutuhan Manusia ... 141 Lampiran 2b Hand out Siklus II : Tindakan Ekonomi dan Motif

(23)

xix

(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.

Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.

(25)

Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Upaya peningkatan motivasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

(26)

semakin meningkatnya jumlah peminat yang mendaftar di sekolah ini. Sebagai rasa tanggung jawab terhadap jaminan mutu sekolah ini, upaya-upaya perbaikan dan peningkatan pembelajaran terus dilakukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, namun dari tahun ke tahun masih saja dijumpai masalah pembelajaran. Pemecahan masalah pembelajaran ini merupakan tanggung jawab bersama antara tenaga kependidikan dan guru sehingga akan tercapai keprofesionalan pendidik. Kerjasama yang erat dan sinergi antara keduanya mutlak diperlukan untuk segera mewujudkan tercapainya peningkatan mutu pendidikan dalam arti luas.

(27)

Kenyataan di atas juga berkaitan dengan sarana yang mendukung proses belajar mengajar, yaitu buku paket, buku pegangan siswa dan buku penunjang lainnya untuk bidang studi Ekonomi sangat terbatas. Bahkan buku paket yang dimiliki siswa hanyalah pinjaman dari perpustakaan sekolah. Masalah yang juga dihadapi oleh guru, terutama guru mata pelajaran ekonomi terletak pada siswa. Mengingat kondisi siswa yang sangat beragam, diantaranya jenis kelamin, kemampuan akademik dan karakter siswa dalam suatu kelas, memunculkan karakteristik siswa yang berbeda-beda. Ini menjadi tantangan bagi guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

(28)

Di dalam model pembelajaran kooperatif ini terdapat berbagai macam tipe pembelajaran, diantaranya adalah tipe pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Teams Accelerate Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Jigsaw. Alternatif tipe pembelajaran yang peneliti gunakan adalah tipe pembelajaran Jigsaw, karena model pembelajaran tipe Jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran yang berusaha menyatukan berbagai informasi/konsep yang tersebar secara acak sehingga menjadi satu kesatuan informasi/konsep yang dapat dipahami secara utuh. Tipe ini melibatkan siswa untuk melakukan sendiri aktivitas belajar sehingga yang diperoleh dalam proses pembelajaran akan menjadi ingatan yang setia serta siswa juga mempunyai keterampilan dan kecakapan motoriknya. Salah satu cara penerapan untuk tipe pembelajaran jigsaw ini adalah melalui diskusi kelompok, yaitu dibagi menjadi kelompok-kelompok pakar/ahli. Agar penerapan kegiatan ini menjadi optimal, maka siswa dipandu untuk menemukan sendiri maksud dan tujuan dari konsep atau topik yang menjadi bagian mereka selama proses pembelajaran (Amin, 2004; Maarif, 2005).

(29)

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:80), motivasi adalah dorongan terhadap kekuatan mental yang terjadi pada diri siswa. Sedangkan motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Motivasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah dorongan dari dalam diri seseorang yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar.

Berdasarkan dari beberapa pemikiran di atas maka untuk menguasai permasalahan yang ditemukan, peneliti mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi

Belajar Siswa SMP N 1 Kalasan Kelas VII E pada Mata Pelajaran Ekonomi”.

B. Batasan Masalah

(30)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disusun rumusan masalah yaitu : bagaimana peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipejigsawpada mata pelajaran ekonomi.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi : 1. Guru

Untuk mengembangkan strategi pembelajaran berbasis penelitian yang memiliki karakteristik pendekatan yang relatif sama, sehingga terbentuk profesionalisme pendidik atau guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran.

2. Siswa

(31)

3. Peneliti

Sebagai calon guru, peneliti dapat memanfaatkan dan menerapkan metode pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar yang sesuai dengan tuntutan pendidikan saat ini yaitu berpusat pada siswa.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di lapangan.

F. Definisi Operasional

1. Penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan berlangsung dalam suatu kelas secara bersama (Suharsimi, 2006 :3)

2. Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki

kemampuan heterogen.

3. Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif dimana kelompok dibentuk secara heterogen yang terdiri dari 5-6 orang, tiap-tiap pelajar/siswa mempelajari satu bagian materi pelajaran dan kemudian menjelaskan bagian itu kepada semua anggota kelompok. Kemudian pengajar atau guru mengadakan ulangan/kuis.

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom action research (CAR), yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang dapat diterangkan (Arikunto, 2006:3) :

1. Penelitian

Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan

Tindakan berhubungan dengan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas

Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Sedangkan menurut Wibawa (Susento, 2007:1), PTK adalah kajian yang dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang

(33)

dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Sejalan dengan itu, Kemmis dan McTaggart (Wibawa, 2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk refleksi diri secara kolektif dan dilakukan oleh anggota-anggota komunitas dalam situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan praktek-praktek sosial.

Sementara itu menurut Rustam (2004:1), PTK merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Gwynn Mettetal (2001:7) juga menyebutkanclassroom action research is a method of finding out what works best in your own classroom so that you can improve student learning.

Menurut Wibawa (Susento,2007:3), pelaksanaan PTK oleh guru akan meningkatkan mutu hasil pengajaran, mengembangkan ketrampilan guru, meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Dalam website PPPG Tertulis Bandung menjelaskan manfaat PTK sebagai berikut:

1. Inovasi pembelajaran

(34)

2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas

Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empiric, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik. 3. Peningkatan profesionalisme guru

Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju kearah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan , dan lalu memperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.

Di dalam PTK, ada beberapa tahap perencanaan yang terdiri atas mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta merencanakan perbaikan (Rustam, 2004:4)

1. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah

Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah baik yang bersifat pengelolaan kelas maupun instruksional. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri melihat pembelajaran yang dikelolanya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan.

2. Menganalisis dan merumuskan masalah

Jika masalah sudah ditetapkan, maka masalah itu perlu dianalisis dan dirumuskan. Tujuannya adalah agar paham akan hakikat masalah yang dihadapi.

3. Merencanakan tindakan perbaikan

(35)

Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa siklus di dalamnya, tiap-tiap siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:4) :

a. Perencanaan

Merumuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan perubahan yang diinginkan.

b. Tindakan

Melaksanakan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran. c. Observasi

Mengamati hasil tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa

d. Refleksi

Mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil tindakan dari pelbagai kriteria.

Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi (2006:3) adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar yang berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan berlangsung dalam suatu kelas secara bersama.

(36)

Gambar 2.1

Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Keterangan Gambar 2.1 : 1. Perencanaan tindakan

Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh dari masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian yang sebidang. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pembelajaran kooperatif tipejigsaw

untuk diterapkan di dalam kelas. Pelaksanaan

Tindakan

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Observasi

Refleksi

Perencanaan Tindakan

Siklus 1

(37)

2. Pelaksanaan tindakan

Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah disusun. Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau tim peneliti dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi sedang dalam proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan dapat dilakukan setelah satu siklus selesai.

3. Observasi

Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan prosedur observasi yang mudah dilakukan. Dalam hal ini peneliti mengobservasi guru, siswa, dan kelas. Adapun salah satu bentuk observasi yang digunakan adalah catatan anekdotal. Suatu observasi anekdotal yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa yang terjadi di dalam kelas

(38)

c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati-hati d. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif

4. Refleksi

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Komponen-komponen refleksi dapat digambarkan pada Gambar 2.2 berikut ini:

Gambar 2.2

Komponen-komponen Refleksi

Keterangan Gambar 2.2 :

Penyimpulan n Pemaknaan

an

Penjelasan Tindak Lanjut

Analisis

Siklus Berikutnya

(39)

Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis, interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu diurai, dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Bila hasil perbaikan yang diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka tindakan perlu dilanjutkan pada siklus 2, demikian seterusnya hingga siklus yang ketiga. Pada siklus selanjutnya perlu dilakukan perencanaan kembali. Siklus tersebut merupakan kesatuan dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, analisis dan evaluasi, serta refleksi.

B. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan metode

pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki

(40)

atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota.

(41)

Menurut Nur (2000), prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Masih menurut Nur (2000), ciri-ciri model pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

1. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

(42)

penemuan (discovery). Dengan kata lain, guru menstimulasi pembelajar untuk aktif berfikir untuk menemukan, sehingga mereka akan mampu berpikir analitis, sintesis, komparatif secara mandiri (Moston, 1972 dalam Anonymous, 2005a dan 2005b). lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie; 2002:32):

a. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lainnya bisa mencapai tujuan mereka.

b. Interaksi tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

c. Tanggung jawab perseorangan

unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam menyusun tugasnya. Pengajar yang efektif dalam pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.

d. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebalum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak semua siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

e. Evaluasi proses kelompok

(43)

Berikut adalah keuntungan mengapa pembelajaran kooperatif dikembangkan (Nurhadi, 2004 :112):

a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

f. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan g. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

h. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif

i. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

(44)

C. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Terdapat lima tipe pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8): 1. Student Team Achievement Division(STAD)

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dikleompokkan secara heterogen, setiap anggotanya terdiri dari 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan pelajaran tersebut. Pada akhirnya smua siswa diberi kuis individual tentang bahan ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.

2. Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4-5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.

3. Jigsaw

Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

4. Teams Accelerate Instruction (TAI)

(45)

teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes akhir dilakukan tanpa bantuan dari satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah dari unit setiap kelompok yang memenuhi kriteria mendapat sertifikat atau penghargaan.

5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Pembelajaran kooperatif tipe CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam pembelajaran kooperatif tipe

CIRC ini, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut, mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana akhir dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan dan sebagainya. Melalui belajar kelompok siswa juga dilatih untuk mencari ide utama bacaan yang mereka baca.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

(46)

jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.

Langkah-langkah dalam penerapan jigsawadalah sebagai berikut :

a. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah serta jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali kekelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompokjigsaw(gigi gergaji).

(47)

c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntutan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pembentukan dan Penghargaan Kelompok, menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok.

Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut. Langkah-langkah memberi penghargaan kelompok :

a. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.

(48)

c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa.

Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipejigsaw:

1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda

2. Menerapkan bimbingan sesama teman 3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi 4. Memperbaiki kehadiran

5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6. Sikap apatis berkurang

7. Pemahaman materi lebih mendalam 8. Meningkatkan motivasi belajar Kelemahan metode kooperatifjigsaw

1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet

2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi

(49)

Variasi dalam metode ini yaitu sebagai berikut: jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan siswa yang lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.

E. Motivasi Belajar Siswa

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:80), motivasi adalah dorongan terhadap kekuatan mental yangterjadi pada diri siswa. Sedangkan motivasi belajar adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar. Dalam hal ini dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.

Guru mencoba memberikan dan mengembangkan berbagai upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Maka dari itu peran guru sangat membantu untuk meningkatkan belajar siswa. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:101) upaya-upaya tersebut antara lain: (1)optimalisasi penerapan prinsip belajar; (2) optimalisasi unsur dinamis belajar dan pembelajaran; dan (3) optimalisasi pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa.

(50)

belajar maka dari guru itu perlu menjelaskan tujuan belajar secara hierarkis, (b) belajar menjadi lebih bermakna, bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menentangnya, (c) belajar menjadi lebih bermakna, bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam program kegiatan tertentu, dan (d) sesuai dengan perkembangan jiwa siswa maka kebutuhan bahan-bahan belajar siswa semakin bertambah (Dimyati dan Mudjiono, 1999:102).

Upaya pengoptimalisasian yang terkait dalam unsur dinamis belajar dan pembelajaran pada diri siswa dan lingkungannya antara lain (a) memberikan kesempatan pada siswa, untuk mengungkap hambatan belajar yang dialami, (b)memelihara minat, kemauan dan semangat belajar sehingga terwujud tindakan belajar, (c) meminta kesempatan pada orang tua siswa/wali, agar memberi kesempatan pada siswa untuk beraktualisasi diri dalam belajar, (d) memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar, dan (f) guru merangsang siswa dengan penguatan, dan memberikan rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan pasti berhasil (Dimyati dan Mudjiono, 1999:103-104).

(51)

kesukaran belajarnya sendiri, dan (h) guru menghargai pengalaman dan kemampuan siswa agar belajar secara mandiri (Dimyati dan Mudjiono, 1999:105-106).

Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang salah satunya adalah motivasi intrinsik dan ekstrinsik, yaitu :

a) Motivasi Intrinsik

Adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 1986:89). Dilihat dari segi tujuan kegiatan belajar, motivasi intrinsik adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam kegiatan belajar itu sendiri. Intrinsic motivation are inherent in the learning situations and meet pupil-needs and purposes.

b) Motivasi Ekstrinsik

Adalah dorongan yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.( Sardiman,1986:91)

Menurut Sardiman(1986:83), motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

(52)

b. Ulet menghadapi kesulitan

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah d. Lebih senang bekerja mandiri

e. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal

Berbagai unsur yang mempengaruhi motivasi belajar adalah (Dimyati dan Mujiono, 1999):

a. Cita-cita atau Aspirasi siswa. Adanya cita-cita akan membangkitkan siswa untuk berusaha lebih tekun.

b. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya.

c. Kondisi siswa. Motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh kondisi jasmani dan rohani siswa. Pada saat siswa sakit, atau sedang marah, kecewa, akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.

d. Kondisi lingkungan siswa. Pengaruh-pengaruh yang dibawa lingkungan baik di sekolah, keluarga, tempat tinggal, pergaulan dengan teman sebaya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dukungan yang diberikan orang tua, adanya kompetisi yang positif dan pola pikir yang mendukung antara teman sebaya akan lebih membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Lingkungan sosial maupun budaya yang ada pada siswa akan mendinamiskan motivasi belajar. Sehingga pada akhirnya lingkungan yang berkembang di sekitar siswa akan menjadi daya dorong siswa memiliki harapan-harapan tertentu yang sekaligus akan menumbuhkan motivasi untuk mewujudkannya. f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa. Guru merupakan tenaga

profesional yang setiap saat berjumpa dengan siswa. Sehingga ia sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, pujian yang diberikan kepada siswa yang berprestasi, dukungan kepada siswa, kata sapaan, dan lain-lain merupakan cara sederhana untuk dapat membangkitkan motivasi belajar siswa.

(53)

lengkapnya sarana belajar, namun bila siswa tidak termotivasi dalam belajar, maka belajar tidak akan berlangsung secara optimal. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

Arden N. Frandsen dalam Sardiman A. M.(1986:46)ada beberapa hal untuk mengetahui motivasi siswa di dalam proses pembelajaran, yaitu :

1. Keinginan/kemauan belajar. 2. Hasrat berprestasi.

3. Hasrat mengerjakan tugas.

4. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar. 5. Hasrat mengikuti pelajaran

6. Hasrat mendapat simpati. 7. Hasrat untuk menang.

F. Mata Pelajaran Ekonomi

(54)

satuan pendidikan, ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.

G. Hasil Yang Relevan

Ross & Raphael (1990) menemukan bahwa komunikasi dalam kelompoklah yang menyebabkan meningkatnya hasil akademik siswa. Antil,L. R, Jenkins Jr, Wayno SK & Vadasy PF (1998) melakukan studi untuk meneliti hubungan antara kelaziman, konseptualisasi dan praktek penggunaan pembelajaran kooperatif oleh guru-guru SD. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa mereka menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan beberapa pertimbangan bahwa pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa dalam : 1. Meningkatkan pengetahuan akademik

2. Siswa terlibat aktif 3. Pengetahuan sosial

Edy Sutanto (2006:32) mengatakan bahwa pemahaman belajar siswa kelas VIII MTsN Konda pada materi pokok persamaan garis dapat ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

H. Kerangka Berfikir

(55)

meningkatkan motivasi belajar siswa maka model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model alternatif yang dapat digunakan. Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan. Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini sangat ditekankan kerjasama dan kebersamaan dalam kelompok. Masing-masing kelompok memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan penghargaan yang terbaik. Untuk mendapatkannya, masing-masing individu harus menyumbangkan nilai yang terbaik karena pada prinsipnya dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan kelompok ditentukan oleh keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Adanya penghargaan kelompok menimbulkan masing-masing anggota kelompok memiliki motivasi untuk belajar sungguh-sungguh.

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan suatu informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penelitian ini mengikuti suatu daur (siklus) yang di dalamnya terdapat kegiatan merencanakan tindakan, melaksanakan tindakan, melakukan pengamatan (observasi) dan melaksanakan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan.

Penelitian ini menuntut kehadiran peneliti dan guru bidang studi ekonomi di lapangan karena berperan sebagai instrumen peneliti dan pemberi tindakan. Peneliti dan guru bidang studi ini disebut sebagai team teaching.

Kehadiran peneliti dan guru di lapangan adalah menyusun rencana kegiatan, melaksanakan pembelajaran, mengumpulkan data dan melaksanakan wawancara dengan subjek penelitian (siswa). Dalam melaksanakan penelitian ini, tim peneliti (peneliti dan guru) merekam dan mencatat tingkah laku siswa dan semua kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di SMP Negeri 1 Kalasan yang beralamat di Glondong, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta 55571

(57)

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan/dilaksanakan pada bulan Agustus-Oktober 2009.

Pengambilan data dilakukan selama 2 siklus.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VII E SMP N 1 Kalasan.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran ekonomi.

D. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Bebas

(58)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa. Tingkat motivasi diukur dengan menggunaklan instrumen yang berupa angket motivasi belajar siswa. Tingkat motivasi bertujuan untuk mengukur motivasi siswa terhadap keinginan/kemauan belajar, hasrat prestasi, hasrat mengerjakan tugas, ganjaran sebagai akibat akhir belajar, hasrat mengikuti pelajaran, hasrat mendapat simpati dan hasrat untuk menang.

E. Prosedur Penelitian

(59)

Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat langkah :

1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.

2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.

3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan. 4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

F. Siklus

Secara operasional penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Siklus pertama

Kegiatan yang dilakukan dalam siklus pertama meliputi: 1. Perencanaan

Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipejigsaw, yaitu:

(60)

siswa yang heterogen dilihat dari prestasi akademik, ras, atau etnik. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw, materi, lembar soal kuis, lembar jawab siswa, lembar observasi dan instrumen refleksi.

b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi:

(1) Kriteria keberhasilan penerapan proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan pelaksanaan tindakan.

(2) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan guru di kelas (3) Instrumen untuk mengobservasi kegiatan siswa di kelas

(4) Lembar penilaian kemampuan siswa masing-masing dalam mengerjakan kuis

(5) Instrumen refleksi

2. Tindakan

Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Membagi siswa dalam kelompok

(61)

Kemudian orang pertama dari masing-masing kelompok berkumpul dan membentuk kelompok yang diberi nama “Kelompok para ahli I”.hal yang sama juga dilakukan oleh orang kedua sampai orang kelima. Selanjutnya, guru membagikan materi kepada masing-masing kelompok para ahli. Fungsi kelompok adalah untuk mendalami materi bersama teman kelompoknya. b) Pembahasan

Guru bersama siswa melakukan pembahasan materi dengan metode tanya jawab

c) Kuis

Untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi, maka guru mengadakan kuis/ulangan seputar materi yang diberikan.

3. Observasi

Tahap ini dilaksanakan bersamaan waktunya dengan tahap tindakan. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan, yaitu meliputi: motivasi siswa dapat dilihat dengan kemauan siswa untuk megikuti proses pembelajaran (kuesioner). Pengamatan juga dilakukan menggunakan perekaman denganvideo camcorder.

(62)

Pada tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa. Ada dua macam refleksi yang dilakukan yaitu:

a) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya (penyesuaian rencana pembelajaran atau instrumen yang perlu disempurnakan).

b) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui apakah target yang ditetapkan sesuai indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Secara teknis peneliti melakukan self reflection dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan masing-masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.

b) Siklus kedua

(63)

G. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Perencanaan

Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsawdengan menggunakan :

a) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang direncanakan. Hal-hal yang terkandung di dalam RPP yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator keberhasilan, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi/ prosedur pembelajaran.

b) Grouping

Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini, siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-6 orang. Adapun pembagian kelompok di sini telah ditentukan terlebih dahulu oleh guru mitra sebagai pihak yang lebih mengerti tentang siswa yang heterogen. Penentuan kelompok ini didasarkan pada kurang luasnya kelas tempat pelaksanaan model pembelajaran tipeJigsaw.

2. Tindakan

Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe

(64)

Indikator Jumlah Item Nomor Item 1. Keinginan/kemauan belajar

2. Hasrat berprestasi

3. Hasrat mengerjakan tugas

4. Ganjaran sebagai akibat akhir belajar 5. Hasrat mengikuti pelajaran

6. Hasrat mendapat simpati 7. Hasrat untuk menang

5

Dalam kuesioner ini terdapat 2 pernyataan, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Item pernyataan positif ditunjukkan pada no. 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21 sedangkan item pernyataan negatif ditunjukkan pada no. 4, 7, 12, 18. Kuesioner ini diisi oleh siswa setelah keseluruhan proses pembelajaran selesai yakni setelah kuis.

3. Observasi

Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:139). Pengumpulan data melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman, 1992 dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu: instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

a. Observasi pendahuluan

(65)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran.

2) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang terjadi di kelas selama pembelajaran.

3) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal dan lembar observasi motivasi siswa. Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang motivasi siswa selama pembelajaran.

b. Observasi saat PTK dilaksanakan

(66)

Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal dan dalam bentuk lembar observasi kegiatan guru. Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama pembelajaran.

2) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).

Dalam penelitian ini, observasi terhadap perilaku siswa dilakukan peneliti dengan membuat lembar observasi kegiatan siswa untuk mengetahui tingkat motivasi siswa selama proses belajar mengajar. Di samping itu, peneliti juga membuat catatan anekdotal. Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang kegiatan siswa selama pembelajaran.

3) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom) Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam proses belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal dan dalam bentuk instrumen pengamatan kelas. Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang kegiatan siswa selama pembelajaran.

(67)

Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi guru dan lembar refleksi siswa.

H. Pengumpulan dan Analisis Data 1. Pengumpulan Data

Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan dengan:

1) Wawancara

Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125). Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan motivasi belajar siswa serta pandangan dari guru dan siswa terhadap metodejigsawyang diterapkan dalam pembelajaran ekonomi.

2) Observasi

(68)

3) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang perencanaan pembelajaran ekonomi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai jumlah siswa dan latar belakang siswa sebagai dasar menentukan jumlah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. Selanjutnya, audio-visual digunakan untuk mendukung 3 teknik terdahulu dan penguat hasil penelitian.

2. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk mengetahui perkembangan motivasi siswa di dalam proses pembelajaran.

a) Analisis Deskriptif

Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe

jigsaw sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.

b) Analisis Komparatif

(69)

46 BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Lingkungan Sekolah

SMP Negeri 1 Kalasan berada di tepi jalan raya Negara yang menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta, berdekatan dengan kantor pemerintah yaitu Kepolisian sektor Kalasan, Rumah Sakit Bhayangkara dan Koramil Kalasan. SMP NEGERI 1 KALASAN beralamat di jl.Solo Km 14, Glondong, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Dalam hal keamanan, lokasi sekolah berdekatan dengan Kepolisian sektor Kalasan, Koramil Kalasan dan pihak sekolah telah memiliki Satuan Pengamanan (Satpam) berjumlah 2 (dua) orang dan penjaga malam yang cukup memadai, yang siap mengamankan keadaan sekolah. Selain itu, masyarakat sekitar dengan penuh kesadaran ikut menjaga semua aset milik sekolah.

B. Visi dan Misi VISI

UNGGUL PRESTASI, TANGGUH DALAM IMTAQ SERTA CINTA BANGSA DAN NEGARA

Dengan Indikator :

1. Unggul dalam Perolehan Nilai ujian Nasional 2. Unggul dalam disiplin

(70)

4. Unggul dalam kesenian

5. Unggul dalam perilaku mewujudkan Lingkungan Sekolah yang Sehat, Nyaman dan Asri

6. Unggul dalam Olah Raga 7. Unggul dalam bersopan santun

8. Unggul berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin

9. Unggul dalam penggunaan Komputer, Karya Ilmiah Remaja ,Kesenian dan Ketrampilan dan materi olimpiade sain.

MISI

1. Efektivitas pembelajaran dan bimbingan agar siswa berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki.

2. Melaksanakan pendisiplinan terhadap semua komponen sekolah sehingga Melaksanakan penanaman nilai-nilai dan penerapan lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan asri

3. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama yang dianut, mencintai Bangsa dan Negara, berbudaya serta arif dalam bertindak.

4. Melatih peserta didik menguasai Seni Batik, Seni Tari, Seni Suara, Seni Karawitan, Drumband, Kerajinan dan Ketrampilan.

5. Melaksanakan penanaman nilai-nilai dan penerapan lingkungan sekolah yang sehat, nyaman dan asri

(71)

7. Membudayakan peserta didik untuk sopan santun dalam bertindak

8. Mendorong dan membantu setiap siswa dapat berkomunikasi dalam Berbahasa Inggris dan Bahasa Mandarin.

9. Melatih peserta didik untuk dapat menguasai Komputer, Karya Ilmiah Remaja, Majalah dinding dan materi olimpiade sain.

C. Tujuan Sekolah

a. Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan

Meningkatnya standar kelulusan , pencapaian ketuntasan kompetensi tiap tahun atau semester, kejuaraan lomba bidang akademik dan non akademik b. Pencapaian Standar Isi

Menghasilkan kurikulum satuan pendidikan dengan berbagai jenis muatan kurikulum sesuai ketentuan standar nasional pendidikan

c. Pencapaian Standar Proses

Terlaksananya proses pembelajaran yang efektif, efisien, interaktif, inspiratif, kreatif, dan memberikan ruang bagi kreativitas dan kemandirian peserta didik.

d. Pencapaian Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan

Tersedianya sarana dan prasarana pendidikan baik secara kualitas maupun kuantitas yang memadai.

e. Pencapaian Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(72)

f. Pencapaian Standar Pengelolaan Pendidikan

Tercapainya efisiensi dan efektivitas dalam penyelenggaraan pendidikan yang menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

g. Pencapaian Standar Pembiayaan Pendidikan

Tercapainya biaya operasional pendidikan yang sesuai SNP secara teratur dan berkelanjutan.

h. Pencapaian Standar Penilaian Pendidikan

Terlaksananya proses penilaian sesuai dengan prosedur, mekanisme, dan instrumen penilaian yang sesuai dengan SNP.

D. Keadaan Sekolah

a) DATA KESISWAAN

Data Siswa 4 (empat tahun terakhir):

Kelas VII Kelas VIII Kelas IX

Jumlah

Rombel Siswa Rombel

(73)

b) DATA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Pendidik dan Tenaga Kependidikan

1) Kepala sekolah

Jenis Kelamin Nama

L P

Usia Pend. Akhir

Masa Kerja

1. Kepala Sekolah Drs. H. Tri Rahardjo,

M.Pd L - 56 S2 30

2. Wakil Kepala Sekolah Suharja, S.Pd L - 49 S1 24

2) Guru

Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah

Jumlah dan Status Guru

GT/PNS GTT/Guru

Bantu No Tingkat Pendidikan

L P L P

Jumlah

1. S3/S2 3 3 - - 6

2. S1 12 18 6 4 40

3. D-4 - - - -

-4. D3/Sarmud 1 - 1

5. D2 - - - -

-6. D1 - - - -

-7. ≤SMA/sederajat - - - -

Gambar

Tabel 2.2 Komponen-Komponen Refleksi ............................................................................15
Gambar 2.1
Gambar 2.2Komponen-komponen Refleksi
Tabel 5.1KEGIATAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penyelenggaraan kegiatan tersebut diatas, Pemerintah Kabupaten Tanah Laut memerlukan Event Organizer (EO) sebagai pelaksananyaa. Maka dengan ini kami

Panel zephyr bambu adalah suatu papan atau lembaran tiga lapis dari zephyr bambu atau serat bambu dengan arah serat bersilangan yang direkat dengan menggunakan

Dampak Pemilihan Tidak Demokratis Kerugian sangat besar bisa menimoa parpol, masyarakat, dan negara ini, jika pemilihan kandidat pemimpin dalam pemilu legislatif, pemilu presiden,

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa Jawaban responden dan data sekunder yang berupa dokumen sejarah perusahaan pada C V... Formulation of

Dengan demikian pertumbuhan agama pada anak-anak telah mucul sejak pendengaran (dan pengelihatan) mereka mulai berfungsi. Meskipun demikian pertumbuhan agama pada

Menimbang, bahwa dipersidangan terdakwa telah pula membenarkan bahwa ia terdakwa oleh Penuntut Umum telah didakwa melakukan tindak pidana sebagaimana dalam

Jl.. ketinggian manakah metode yang dianggap lebih akurat tersebut efektif perhitungannya. Efisiensi perencanaan gedung ini akan dibandingkan melalui indikator biaya.

Wahai kaum guru semua Bangunkan rakyat dari gulita Kita lah penyuluh bangsa. Pembimbing melangkah